You are on page 1of 10

EFEKTIVITAS KATETERISASI URIN MENGGUNAKAN

JELLY ANESTESI DAN JELLY BIASA TERHADAP


RESPON NYERI PASIEN LAKI-LAKI

Wantonoro,, Krisna Yetty,, Tuti Herawati


STIKES Aisyiyah Yogyakarta
E-mail: oneto_ns@yahoo.com

Abstract: The purpose of this quasi experiment with posttest

Y
only control group design was to examine the effectiveness

SA
of urine catheterization using anesthetics jelly and water based
lubricant for male patients pain response. Thirty patients of
RSUD Muntilan and PKU Muhammadiyah DIY were
recruited using nonprobability sampling with purposive
4
sampling method, divided into experiment group and control
group. The Mann-Whitney test indicated a significant
01
difference in urine catheterization pain score response using
anesthetics jelly and common jelly for male patients (p value
0.000). From this study, anesthetics jelly was recommended
.2

to use with 3 min delay following installation of anesthetics


jelly before urine catheterization for male patients.
.1

Key words: urine catheterization, anesthetics jelly, pain


10

Abstrak: Penelitian quasi eksperimen dengan rancangan


post-test only control group ini bertujuan untuk menguji
K

efektivitas kateterisasi urin menggunakan jelly anestesi dan


jelly biasa terhadap respon nyeri pasien laki-laki. Tiga puluh
JK

pasien dari RSUD Muntilan dan RS PKU Muhammadiyah


Yogyakarta diambil sebagai subyek penelitian menggunakan
nonprobability sampling dengan metode purposive
sampling yang dibagi menjadi kelompok intervensi dan
kelompok kontrol. Hasil uji statistik Mann-Whitney
didapatkan angka significancy 0,000. Kesimpulan penelitian
ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada skala
nyeri keterisasi urin menggunakan jelly anestesi dan jelly biasa
pada pasien laki-laki. Jelly anestesi direkomendasikan
diberikan 3 menit sebelum pemasangan kateter urin laki-laki.

Kata kunci: kateterisasi urin, jelly anestesi, nyeri


18 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 10, No. 1, Juni 2014: 17-26

PENDAHULUAN Martnez, & Lynch, 2012). Komplikasi dari


Lebih dari 30 juta kateterisasi urin kateterisasi urin menyebabkan ketidak-
dilakukan setiap tahun di Amerika Serikat, mampuan melakukan perawatan diri dan
yaitu berkisar 10% pada pasien akut dan mempengaruhi kualitas hidup individu (Ikue-
7,5% sampai dengan 10% pada pasien yang rowo, Ogunade, Ogunlowo, Uzodimma, &
memerlukan fasilitas perawatan jangka Esho, 2007).
panjang, angka ini diperkirakan akan Kateterisasi urin pada laki-laki dengan
meningkat hingga mencapai 25%. Banyak menggunakan jelly anestesi secara tepat
alasan yang membuat peningkatan tindakan akan mengurangi rasa nyeri dan mempe-
kateterisasi urin, mencakup kompleksitas ngaruhi kecepatan pemasangan kateter
perawatan dan tingkat keparahan penyakit sehingga mengurangi ketidaknyamanan dan
(Greene, Marx & Oriola, 2008). Kate- trauma dinding uretra akibat pergesekan
terisasi urin berdampak trauma pada uretra dengan selang kateter, namun memastikan

Y
(Madeo & Roodhouse, 2009) dan menim- sensitivitas terhadap penggunaan jelly

SA
bulkan ketidaknyamanan serta rasa nyeri anestesi pada pasien merupakan hal yang
yang signifikan pada pasien (Siderias, sangat penting untuk mencegah terjadinya
Guadio, & Adam, 2004; Nazarko, 2007). reaksi alergi (Geng et al., 2012). Menurut
Berdasarkan hasil studi mengenai Ouellette et al., (1985) dalam Tzortzis,
4
dampak kateterisasi urin pada laki-laki Gravas, Melekos, & Rosette (2009) jelly
terhadap respon nyeri yang dialami, diketa- dengan kandungan lidocain 2% merupakan
01
hui bahwa 86,7% dari 15 pasien yang men- batas aman yang tidak menimbulkan reaksi
jalani kateterisasi urin dengan jelly biasa yang keracunan secara sistemik.
.2

dimasukkan ke uretra mengalami nyeri Studi yang membandingkan jelly biasa


dengan kategori sedang dan 13,3% menga- dengan jelly anestesi terhadap respon nyeri
.1

lami nyeri kategori berat, sementara dari 15 akibat kateterisasi urin pada 36 laki-laki
pasien yang menjalani kateterisasi urin dewasa, dengan jeda waktu pemasangan
10

dengan jelly yang dioleskan ke selang selang kateter 15 menit setelah pemasukan
kateter 66,7% diantaranya mengalami nyeri jelly anestesi, didapatkan hasil bahwa jelly
kategori berat dan 33,3% mengalami nyeri anestesi efektif menurunkan intensitas nyeri
kategori sangat berat (Riadiono, Handoyo, pada katerisasi urin laki-laki (Siderias,
K

& Dina, 2008). Pada studi lain dari 25 Guadio, & Adam, 2004). Hal ini diperkuat
JK

pasien laki-laki yang menjalani tindakan oleh Tzortzis, Gravas, Melekos, dan Ro-
kateterisasi urin 52% mengalami nyeri kate- sette (2009) yang mengemukakan bahwa
gori sedang dan 12% mengalami nyeri waktu pemasangan selang kateter adalah 15
kategori berat (Chandra & Ningsih, 2010). menit setelah pemasukan jelly anestesi.
Menurut Singer (1999), dalam Sementara menurut Clinimed (2005) dalam
Garbutt, David, Victor, & Michael (2008), Griffiths & German (2008) menyatakan
kateterisasi urin termasuk dalam empat bahwa waktu untuk memastikan efek
besar sebagai prosedur yang paling menim- anestesi secara maksimal adalah lebih dari
bulkan nyeri selama masa perawatan di 5 menit, sedangkan Colley (1996) dalam
rumah sakit. Sekitar 32% dari kateterisasi Geng et al., (2012) berpendapat bahwa
urin menyebabkan trauma iatrogenik, dari waktu pemasangan selang kateter yaitu
jumlah tersebut 52% mempengaruhi uretra antara 3-5 menit setelah pemasukan jelly
bulbar dan atau prostatik (Djakovic, Plas, anestesi.
Wantonoro, dkk., Efektivitas Kateterisasi Urin ... 19

Hampton (2005) dalam Doherty METODE PENELITIAN


(2006), mengemukakan bahwa kateterisasi Penelitian ini adalah penelitian Quasi
urin merupakan keterampilan yang harus Intervensi dengan pendekatan Post Test
menjadi bagian dari pendidikan perawat Only Control Group Design. Populasi
profesional. Dengan demikian seorang penelitian ini adalah pasien laki-laki dengan
perawat profesional memiliki pengetahuan indikasi pemasangan kateter urin di RSUD
dan kompetensi untuk melakukan prosedur Muntilan, RSU PKU Muhammadiyah
kateterisasi urin secara aman. Berdasarkan Yogyakarta dan RSU PKU Muhammadiyah
Keputusan Menteri Kesehatan nomor 647/ Bantul. Besarnya jumlah sampel yang
Menkes/SK/2000 tentang registrasi dan didapatkan telah memenuhi target penelitian
praktek perawatan, khusus dalam pasal yaitu 15 responden pada masing-masing
15(b) tertulis, tindakan keperawatan kelompok, hal ini didasarkan bahwa 10-20
sebagaimana dimaksud pada pasal 15(a) subyek per kelompok dianggap minimum

Y
meliputi intervensi keperawatan, pendidikan untuk studi yang simpel dengan kontrol

SA
dan konseling kesehatan. intervensi (Dempsey, 2002). Sebagian besar
Organisasi profesi Persatuan Perawat responden adalah pasien yang akan
Nasional Indonesia (PPNI) menetapkan menjalani tindakan operasi (pre-operasi),
tindakan keperawatan yang dimaksud dalam pasien dengan immobilisasi dan pasien yang
4
pasal 15(b), salah satunya adalah kebutuhan memerlukan pemantauan output urin yang
eliminasi urin seperti melakukan tindakan akurat.
01
pemasangan, perawatan dan pelepasan Pengendalian variabel pengganggu
kateter urin (Praptianingsih, 2006 dalam berupa budaya dikendalikan dengan memilih
.2

Chandra & Ningsih, 2010). responden yang bersuku Jawa, sedangkan


Kolcaba (dalam Peterson & Bredow, pengalaman nyeri dikendalikan dengan
.1

2004), menyatakan dalam comfort theory mengambil responden yang baru pertama
bahwa salah satu komponen dalam comfort kali dilakukan pemasangan kateter urin.
10

care yaitu berfokus pada kenyamanan Dalam penelitian ini didapatkan bahwa
pasien. Mengurangi atau menghilangkan terdapat homogenitas usia antara responden
ketidaknyamanan pada pengalaman manusia kelompok kontrol dan kelompok ekspe-
secara fisik (physical comfort) merupakan rimen, sehingga dari hasil tersebut dapat
K

upaya pemenuhan kebutuhan akan rasa nya- disimpulkan bahwa faktor usia antara ke-
JK

man, dan salah satu kebutuhan rasa nyaman lompok kontrol dan kelompok eksperimen
secara fisik yaitu penurunan mekanisme fisio- cenderung tidak menimbulkan perbedaan
logis yang terganggu atau berisiko karena persepsi terhadap intensitas nyeri yang
penyakit atau prosedur invasif (Peterson & dialami pada saat keteterisasi urin, adapun
Bredow, 2004). Dari hal tersebut peneliti perbedaan intensitas nyeri yang dialami oleh
tertarik untuk mengetahui efektivitas secara kedua kelompok merupakan efek dari
klinis kateterisasi urin menggunakan jelly perlakuan yang dilakukan yaitu kateterisasi
anestesi (dengan jeda waktu 3 menit antara urin dengan menggunakan jelly anestesi dan
pemasukan jelly anestesi dan selang kateter jelly biasa.
urin) dan jelly biasa terhadap respon nyeri Tingkat kecemasan responden antara
pasien laki-laki di Rumah Sakit Umum kelompok kontrol dan kelompok ekspe-
Daerah Muntilan dan RSU PKU Muham- rimen adalah homogen. Sehingga dapat
madiyah Yogyakarta. disimpulkan bahwa faktor kecemasan
20 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 10, No. 1, Juni 2014: 17-26

antara kedua kelompok cenderung tidak Alat pengumpulan data respon nyeri
menimbulkan perbedaan terhadap intensitas menggunakan Numeric Rating Scale (NRS)
nyeri yang dialami pada saat keteterisasi urin yaitu berupa sebuah garis horizontal yang
pada kedua kelompok, adapun perbedaan berisi suatu rentang intensitas nyeri. Skala
intensitas nyeri yang dialami oleh kedua yang digunakan adalah 0 sampai 10, dengan
kelompok merupakan efek dari perlakuan kriteria bahwa semakin besar skala menun-
yaitu kateterisasi urin dengan menggunakan jukan semakin tinggi intensitas nyeri yang
jelly anestesi dan jelly biasa. dirasakan. Dengan memakai skala NRS
Alat pengumpulan data tingkat kece- (Numeric Rating Scale), responden yang
masan dilakukan dengan menggunakan menjalani kateterisasi urin mampu meng-
Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS- gambarkan tingkat nyeri yang dialami dengan
A) yang terdiri dari 14 item pernyataan lebih spesifik dan terukur. Dari data yang
tentang perasaan yang dirasakan oleh pa- diperoleh dilakukan uji normalitas data untuk

Y
sien, tingkat kecemasan pasien merupakan skala nyeri menggunakan uji Shapiro-Wilk

SA
jumlah skor dari 14 item tersebut, dengan pada kelompok kontrol didapatkan nilai
ketentuan bahwa skor kurang dari 14 tidak p=0,070 sehingga p>0,05 maka dapat
ada kecemasan pada pasien, skor 14-20 diambil kesimpulan bahwa data skala nyeri
merupakan kecemasan ringan, skor 21-27 kelompok kontrol berdistribusi normal.
4
merupakan kecemasan sedang, skor 28-41 Sedangkan pada kelompok ekspe-
merupakan kecemasan berat dan skor 42- rimen didapatkan p=0,004 sehingga p<0,05
01
56 pasien dalam kecemasan berat sekali maka dapat diambil kesimpulan bahwa data
(McDowell, 2006). skala nyeri kelompok eksperimen berdis-
.2

Uji validitas dan realiabilitas pada tribusi tidak normal. Dari hasil tersebut maka
HRS-A menggunakan nilai validitas dan analisis data efektifitas kateterisasi urin meng-
.1

reliabilitas HRS-A yang telah dilakukan oleh gunakan jelly anestesi dan jelly biasa ter-
Sumanto, Marsito, dan Ernawati (2011) hadap respon nyeri pasien laki-laki dila-
10

terhadap 30 responden di rumah sakit kukan dengan menggunakan uji non


Gombong dengan nilai r hitung=0,57-0,84 parametrik yaitu uji Mann-Whitney
dan r tabel=0,349. Menurut Flood dan (Dahlan, 2011). Interval kepercayaan yang
Buckwalter (2009) dalamAckley & Ladwig digunakan adalah 95% dengan batas
K

(2011) validitas dan reabilitas Hamilton kemaknaan p<0,05.


JK

Anxiety Scale telah teruji dengan berbagai


penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan mela-
kukan pemasangan kateter urin pada laki- Tabel 1. Distribusi Responden Berda-
laki dengan cara menginjeksikan jelly biasa sarkan Usia
ke uretra sebelum pemasangan selang
kateter pada kelompok kontrol sedangkan Kelompok
P value
Kontrol Intervensi
pada kelompok intervensi dilakukan dengan
N 15 15
menginjeksikan jelly anestesi ke uretra Mean 54,40 53,20 0,677
sebelum pemasangan selang kateter, setelah Median 57,00 49,00
itu dilakukan pengukuran respon nyeri pada SD 16,864 14,756
masing-masing responden baik kelompok MinMak 28 - 82 36 - 82
kontrol maupun intervensi.
Wantonoro, dkk., Efektivitas Kateterisasi Urin ... 21

Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa Tabel 3. Distribusi Skala Nyeri Res-
rata-rata usia kelompok intervensi adalah ponden
53,20 tahun dengan standar deviasi 14,756.
Sedangkan usia rata-rata kelompok kontrol Kelompok n Mean Median SD Min -Mak
adalah 54,40 tahun dengan standar deviasi Intervensi 15 1,40 1,00 0,828 0-3
Kontrol 15 6,67 7,00 0,952 5-8
16,864. Dari hasil uji homogenitas usia
didapatkan p=0,677 (p>0,05). Jadi, dapat Dari tabel 3 diketahui bahwa rata-rata
disimpulkan bahwa varians data usia skala nyeri kelompok intervensi adalah 1,40
responden kelompok kontrol dan intervensi dengan standar deviasi 0,828. Sedangkan
adalah homogen. rata-rata skala nyeri kelompok kontrol
adalah 6,67 dengan standar deviasi 0,952.
Tabel 2. Distribusi Tingkat Kece-
masan Responden

Y
Tabel 4. Hasil analisis uji Mann-Whitney
Seluruh Kelompok P

SA
Tingkat Kelompok n Median P
kelompok Kontrol Intervensi value
kecemasan (Minimum- value
n % n % n %
Tidak 14 46,7 4 26,7 10 66,7 0,37 Maksimum)
cemas Intervensi
4 15 1,00 (0 - 3) 0,000
Cemas 10 33,3 6 40,0 4 26,7 Kontrol 15 7,00 (5 - 8)
ringan
01
Normalitas data untuk skala nyeri
Cemas 6 20,0 5 33,3 1 6,7
sedang dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk pada
Total 30 100 15 100 15 100 kelompok kontrol didapatkan p=0,070
.2

(p>0,05) maka dapat diambil kesimpulan


Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa data skala nyeri kelompok kontrol
.1

bahwa dari 30 responden mayoritas respon- berdistribusi normal. Sedangkan pada ke-
den tidak mengalami kecemasan (46,7%) lompok intervensi didapatkan nilai p=0,004
10

dan minoritas responden mengalami tingkat (p<0,05) maka dapat diambil kesimpulan
kecemasan sedang (20%). Pada kelompok bahwa data skala nyeri kelompok intervensi
kontrol, dari 15 responden mayoritas res- berdistribusi tidak normal.
Dari tabel 4 hasil uji Mann-Whitney
K

ponden mengalami tingkat kecemasan ringan


(40%) dan minoritas responden tidak didapatkan angka significancy 0,000. Nilai
JK

mengalami kecemasan (26,7%), sedangkan p<0,05 maka Ho ditolak, sehingga dapat


pada kelompok intervensi, dari 15 respon- disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
den mayoritas responden tidak mengalami skala nyeri kateterisasi urin menggunakan
kecemasan (66,7%) dan minoritas respon- jelly anestesi dengan skala nyeri kateterisasi
den mengalami tingkat kecemasan sedang urin menggunakan jelly biasa pada pasien
(6,7%). laki-laki di RSUD Muntilan dan PKU
Dari hasil uji homogenitas kecemasan Muhammadiyah DIY (p=0,000).
didapatkan bahwa signifikansi yaitu 0,373
(Based on Mean) sehingga nilai p>0,05, Karakteristik Usia
dapat disimpulkan bahwa varians data Usia merupakan variabel yang mem-
kecemasan responden kelompok kontrol pengaruhi respon nyeri, karena perbedaan
dan responden kelompok intervensi adalah perkembangan akan mempengaruhi
homogen. bagaimana individu bereaksi terhadap nyeri.
22 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 10, No. 1, Juni 2014: 17-26

Seiring dengan bertambahnya usia maka Namun demikian, dari pengamatan


individu cenderung mempunyai pengalaman peneliti dan distribusi data tingkat kecemasan
yang lebih dalam merasakan nyeri daripada yang diperoleh dari responden penelitian
usia sebelumnya sehingga memberikan baik dalam kelompok kontrol maupun
pengalaman secara psikologis dan mempu- intervensi ditemukan bahwa skor kece-
nyai kemampuan beradaptasi terhadap nyeri masan responden yang tinggi cenderung
yang dirasakan (Puntillo et al., 2001). Me- berbanding lurus dengan skala nyeri yang
nurut Pickering (2005) dalam Macintyre, dipersepsikan oleh responden. Hal ini dapat
Schug, Scott, Visser, & Walker (2010) terlihat dari distribusi tingkat kecemasan
bahwa usia dewasa akan lebih mempunyai responden yaitu dari 15 responden terdapat
persepsi dan respon yang jelas untuk me- 33,3% responden yang berada pada tingkat
mahami, merasakan dan mengekspresikan kecemasan sedang pada kelompok kontrol,
nyeri yang dialaminya baik secara verbal namun pada kelompok intervensi hanya

Y
maupun non verbal bila dibandingkan 6,7% responden yang berada pada tingkat

SA
dengan usia sebelumnya. kecemasan sedang.
Berdasarkan hasil penelitian ini dida- Craig (2009) dalam Macintyre, Schug,
patkan bahwa terdapat homogenitas usia Scott, Visser, & Walker (2010) mengung-
antara responden kelompok kontrol dan kapkan bahwa nyeri merupakan pengalaman
4
kelompok intervensi. Sehingga dari hasil individu yang dipengaruhi oleh berbagai
tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor faktor, diantaranya adalah tingkat kece-
01
usia antara kelompok kontrol dan kelompok masan individu. Menurut Macintyre, Schug,
intervensi cenderung tidak menimbulkan Scott, Visser, dan Walker (2010) menya-
.2

perbedaan persepsi terhadap intensitas nyeri takan bahwa hubungan antara nyeri dan
yang dialami pada saat keteterisasi urin, ansietas bersifat kompleks, ansietas sering-
.1

adapun perbedaan intensitas nyeri yang kali meningkatkan persepsi nyeri tetapi nyeri
dialami oleh kedua kelompok merupakan juga dapat menimbulkan suatu perasaan
10

efek dari perlakuan yang dilakukan yaitu ansietas, stimulus nyeri akan mengaktifkan
kateterisasi urin dengan menggunakan jelly bagian sistem limbik yang diyakini mengen-
anestesi dan jelly biasa. dalikan emosi seseorang khususnya kece-
masan dan memproses reaksi emosi terha-
K

Kecemasan dap nyeri yang berdampak memperburuk


JK

Menurut hasil penelitian ini didapatkan atau menghilangkan nyeri.


bahwa tingkat kecemasan responden antara Menurut Gill (2002) dalam Sumanto,
kelompok kontrol dan kelompok intervensi Marsito & Ernawati (2011) bahwa nyeri
adalah homogen. Sehingga dapat disimpul- dapat menyebabkan kecemasan, hal ini
kan bahwa faktor kecemasan antara kedua disebabkan karena rasa nyeri sangat meng-
kelompok cenderung tidak menimbulkan ganggu kenyamanan seseorang sehingga
perbedaan terhadap intensitas nyeri yang menimbulkan rasa cemas. Rasa cemas
dialami pada saat keteterisasi urin pada tersebut timbul akibat seseorang merasa
kedua kelompok, adapun perbedaan terancam oleh dirinya atau adanya akibat
intensitas nyeri yang dialami oleh kedua yang lebih buruk dari nyeri tersebut. Pola
kelompok merupakan efek dari perlakuan bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri
yaitu kateterisasi urin dengan menggunakan dan kecemasan, sulit untuk memisahkan
jelly anestesi dan jelly biasa. antara dua sensasi.
Wantonoro, dkk., Efektivitas Kateterisasi Urin ... 23

Efektifitas Kateterisasi Urin Meng- Jelly anestesi yang memiliki kandungan


gunakan Jelly Anestesi dan Jelly Biasa lidocain 2%, merupakan obat anestesi lokal
terhadap Nyeri pada Pasien Laki-Laki yang mempunyai kemampuan untuk meng-
Jelly digunakan sebagai pelumas untuk hambat konduksi neurotransmitter di
kateterisasi urin pada laki-laki dengan sepanjang serabut saraf secara reversibel,
prinsip steril sebelum pemasukan selang baik serabut saraf sensorik, motorik, mau-
kateter sehingga mengurangi pergesekan pun otonom sehingga mencegah terjadinya
uretra yang menimbulkan nyeri. Dari hasil nyeri. Lidocain dapat diserap setelah pem-
penelitian didapatkan bahwa rerata skala berian pada membran mukosa, laju dan
nyeri pada kateterisasi urin dengan menggu- tingkat penyerapan tergantung pada kon-
nakan jelly biasa yaitu pada skala 6,67. Hal sentrasi dan dosis total yang diberikan serta
ini senada dengan temuan pada penelitian durasi paparan.
terdahulu yang menyatakan bahwa intensitas Namun, fenomena yang peneliti dapat-

Y
nyeri kateterisasi urin menggunakan jelly kan di pelayanan bahwa tidak terdapat jeda

SA
biasa yang dimasukkan ke dalam uretra waktu antara pemasukan jelly anestesi dan
berada pada skala sedang sampai berat selang kateter urin pada prosedur kateteri-
(Riadiono, Handoyo, & Dina, 2008; Chan- sasi urin menggunakan jelly anestesi. Pada
dra & Ningsih, 2010). penelitian ini didapatkan bahwa dengan jeda
4
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa waktu 3 menit antara pemasukan jelly anes-
jelly biasa hanya berfungsi sebagai pelumas tesi dengan pemasukan selang kateter urin
01
dalam keteterisasi urin pada laki-laki dan didapatkan perbedaan skala nyeri yang
tidak cukup efektif untuk mengurangi nyeri signifikan antara jelly anestesi dan jelly biasa.
.2

dan memberikan rasa nyaman pada pasien. Pemakaian jelly anestesi dengan jeda
Secara klinis rasa nyeri dalam kateterisasi waktu 3 menit memberikan efek untuk me-
.1

urin disebabkan oleh aktivasi berkelanjutan nurunkan nyeri pada kateterisasi urin laki-
dari sistem nociceptive karena trauma laki, yaitu dengan rata-rata skala nyeri yang
10

jaringan, dalam hal ini adalah trauma uretra dirasakan oleh responden berada pada
akibat pergesekan dengan selang kateter skala 1,40. Waktu jeda 3 menit merupakan
urin (Agroff et al., 2010). waktu pemaparan/absorbsi yang cukup
Sedangkan dari hasil penelitian pada dalam kateterisasi urin menggunakan jelly
K

kateterisasi urin dengan menggunakan jelly anestesi. Hasil tersebut didukung oleh Colley
JK

anestesi didapatkan bahwa rerata skala nyeri (1996) dalam Geng et al., (2012) yang
responden yaitu pada skala 1,40. Dari hasil berpendapat bahwa untuk memaksimalkan
analisis data didapatkan kesimpulan bahwa efek anestesi pada keteterisasi urin meng-
terdapat perbedaan skala nyeri pada katete- gunakan jelly anestesi dibutuhkan waktu
risasi urin menggunakan jelly anestesi dan jeda yaitu 3-5 menit antara pemasukan jelly
skala nyeri pada kateterisasi urin menggu- anestesi dan pemasangan selang kateter urin.
nakan jelly biasa di RSUD Muntilan dan Namun terdapat beberapa pendapat
PKU Muhammadiyah DIY. Hasil ini didu- lain mengenai durasi waktu pemasukan jelly
kung oleh penelitian terdahulu bahwa jelly anestesi dengan pemasukan selang kateter,
anestesi efektif menurunkan intensitas nyeri diantaranya menurut Siderias, Guadio, dan
pada kateterisasi urin laki-laki (Siderias, Adam (2004); Tzortzis, Gravas, Melekos,
Guadio, & Adam, 2004; Tzortzis, Gravas, dan Rosette (2009) menyatakan bahwa
Melekos, & Rosette, 2009). waktu yang direkomendasikan untuk
24 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 10, No. 1, Juni 2014: 17-26

mendapatkan efek maksimal dalam gunakan jelly anestesi, mengurangi efek nyeri
pemakaian jelly anestesi pada kateterisasi secara optimal dan memberikan kenya-
urin adalah 15 menit. Sementara menurut manan kepada pasien dalam prosedur
Clinimed (2005) dalam Griffiths & German kateterisasi urin.
(2008) menyatakan bahwa waktu untuk
memastikan efek jelly anestesi pada SIMPULAN DAN SARAN
kateterisasi urin secara maksimal adalah
lebih dari 5 menit. Simpulan
Sementara pada jeda waktu kurang Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
dari 3 menit antara pemasukan jelly anestesi terdapat homogenitas karakteristik usia
dengan pemasukan selang kateter urin tidak antara responden kelompok kontrol dan
memberikan efek anestesi secara maksimal kelompok intervensi, dan juga terdapat
untuk mengurangi nyeri yang dialami (Gar- homogenitas pada variabel kecemasan

Y
butt, David, Victor, & Michael, 2008). antara kelompok kontrol dan kelompok

SA
Dengan demikian memberikan gambaran intervensi. Dapat disimpulkan bahwa faktor
bahwa dengan jeda waktu kurang dari 3 usia antara kelompok kontrol dan intervensi
menit pada kateterisasi urin menggunakan serta kecemasan antara kedua kelompok
jelly anestesi dengan kandungan lidocain tersebut cenderung tidak menimbulkan
4
2%, tidak terjadi absorsi lidocain ke mem- perbedaan terhadap skala nyeri yang dialami
bran mukosa secara optimal sehingga tidak pada saat keteterisasi urin pada kedua
01
memberikan efek untuk mengurangi nyeri. kelompok, adapun perbedaan skala nyeri
Dengan hasil penelitian ini didapatkan yang dialami oleh kedua kelompok meru-
.2

bahwa waktu 3 menit pada kateterisasi urin pakan efek dari perlakuan yaitu kateterisasi
menggunakan jelly anestesi dengan kan- urin dengan menggunakan jelly anestesi dan
.1

dungan lidocain 2% merupakan waktu yang jelly biasa.


efektif dalam pemakaian jelly anestesi karena Hasil penelitian ini menunjukkan
10

durasi waktu yang tidak terlalu lama tetapi bahwa terdapat perbedaan skala nyeri yang
efisien dan efektif untuk dapat mengurangi signifikan antara kateterisasi urin pada laki-
nyeri secara signifikan, sehingga dapat mem- laki menggunakan jelly anestesi dengan jeda
berikan kenyamanan pada pengalaman waktu 3 menit (antara pemasukan jelly anes-
K

pasien secara fisik (Physical comfort) tesi dan selang kateter urin) dan kateterisasi
JK

dalam kateterisasi urin. Dari hasil penelitian urin pada laki-laki menggunakan jelly biasa
ini dapat memberikan informasi dan dasar yang dimasukkan ke uretra.
pertimbangan untuk menggunakan jenis jelly
anestesi pada kateterisasi urin laki-laki. Saran
Sedangkan dari segi jeda waktu, dari Bagi pelayanan, hasil penelitian menun-
penelitian ini didapatkan bahwa dengan jeda jukkan bahwa menggunakan jelly anestesi
waktu 3 menit antara pemasukan jelly dapat menurunkan nyeri secara signifikan,
anestesi dan selang kateter menunjukkan sehingga peneliti merekomendasikan untuk
skala nyeri yang berbeda secara signifikan menggunakan jelly anestesi dalam standar
bila dibandingkan dengan jelly biasa, operasional prosedur kateterisasi urin laki-
sehingga dapat dijadikan acuan dalam laki sebagai upaya memberikan rasa nyaman
pengembangan standar operasional prose- dalam pelayanan di rumah sakit. Dari segi
dur pada kateterisasi urin laki-laki meng- waktu jeda antara pemasukan jelly anestesi
Wantonoro, dkk., Efektivitas Kateterisasi Urin ... 25

dan selang kateter, waktu 3 menit dapat Dempsey, P. A., & Dempsey, A. D. 2002.
dijadikan standar minimal pada standar Riset Keperawatan. Edisi ke-4.
operasional prosedur kateterisasi urin laki- EGC: Jakarta.
laki menggunakan jelly anestesi. Djakovic, E., Plas, L., Martnez, P., & Lynch,
Hasil penelitian memberikan informasi T. 2012. Guidelines on Urological
bagi pendidikan keperawatan dan dapat Trauma. European Association of
dijadikan sebagai acuan bagi pendidikan Urology: Netherlands.
keperawatan dalam pembelajaran standar Doherty, W. 2006. Male Urinary Cathe-
operasional prosedur kateterisasi urin laki- terisation. Nursing Standard. (on-
laki dengan menggunakan jelly anestesi. line), volume 20, No. 35, (http://
Hasil penelitian ini dapat dijadikan data nursingstandard.rcnpublishing.
sebagai penelitian selanjutnya, dengan co.uk/archive/ article-male-urinary-
menyempurnakan hal-hal yang menjadi

Y
catheterisation), diakses 22 Okt
keterbatasan dalam penelitian ini seperti 2012.

SA
dengan responden yang lebih homogen dari
segi setting tempat, rentang usia yang lebih Garbutt, R.B., David.M.T., Victor. L., &
pendek dan pada responden yang tidak Michael. R.A. 2008. Delayed Ver-
sedang menjalani terapi analgesik. Sedang- sus Immediate Urethral Catheteri-
zation Following Instillation of Local
kan untuk mengetahui jeda waktu yang
4 Anaesthetic Gel in Men: A Ran-
paling efektif, peneliti merekomendasikan
01
untuk membandingkan jeda waktu 3 menit, domized, Controlled Clinical Trial.
5 menit dan 10 menit antara pemasukan jelly Emergency Medicine Australasia,
20: 328-332.
.2

anestesi dan pemasangan selang kateter urin


untuk penelitian selanjutnya. Geng, E.L., et. al. 2012. Catheterisation,
Indwelling Catheters in Adults,
.1

DAFTAR RUJUKAN (Online), (http://www.uroweb.org/


fileadmin/EAUN/guidelines/
10

Ackley, B.J., & Ladwig, G.B. 2011.


Nursing Diagnosis Handbook; EAUN_Paris_Guideline _2012_
an Evidence-Base Guide to LR_online_file.pdf), diakses 22
Planning Care. 9 th ed. Elsevier Oktober 2012.
K

Mosby: Canada. Greene, L., Marx, J., & Oriola, S. 2008.


JK

Chandra, D., & Ningsih, K. 2010. Efek- Guide to the Elimination of


tivitas Pemasangan Kateter pada Catheter-Associated Urinary
Pria Menggunakan Jelly Biasa Tract Infections (CAUTIs). APIC
yang Dimasukkan ke Urethra dan Headquarters: Washington.
Jelly yang Dioleskan di Kateter Griffiths, G., & German, L. 2008. Urinary
terhadap Nyeri Klien di RS PKU Catheterisation Procedures,
Muhammadiyah Yogyakarta. (Online), (http://www.https://www.
Skripsi tidak diterbitkan. Yogya- yumpu.com/en/document/view/
karta: Prodi S1 Ilmu Keperawatan 10818263/urinary-cathe terisation-
STIKES Aisyiyah Yogyakarta. procedures-september-2008/3),
Dahlan, M. S. 2011. Statistik untuk diakses 22 Oktober 2012.
Kedokteran dan Kesehatan. 4th Ikuerowo, S., Ogunade. A., Ogunlowo.
edition. Salemba Medika: Jakarta. T., Uzodimma. C., & Esho, J.O.
26 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 10, No. 1, Juni 2014: 17-26

2007. The Burden of Prolonged Project II. American Journal of


Indwelling Catheter After Acute Critical Care, 10 (4).
Urinary Retention in Ikeja-Lagos, Riadiono, B., Handoyo, & Dina, I.D.S.
Nigeria. BMC Urology. (online), 2008. Efektivitas Pemasangan
Volume 7, No. 16, (http://www.bio Kateter dengan Menggunakan Jelly
medcentral.com/1471-2490/7/16), yang Dimasukkan Uretra dan Jelly
diakses 22 Oktober 2012. yang Dioleskan di Kateter terhadap
Macintyre, P.E., Schug, S.A., Scott, D.A., Respon Nyeri Pasien. Jurnal
Visser, E.J., & Walker, S.M. 2010. Keperawatan Soedirman (The
Acute Pain Management: Scien- Soedirman Journal of Nursing),
tific Evidence. 3rd edition. APM: 3 (2).
SE Working Group of the Australian Siderias, J., Guadio. F., & Adam. J. 2004.

Y
and New Zealand College of Comparison of Topical Anes-
Anaesthetists and Faculty of Pain thetics and Lubricants Prior to

SA
Medicine ANZCA & FPM: Urethral Catheterization in
Melbourne. Males: A Randomized Controlled
Madeo, M., & Roodhouse, A.J. 2009. Trial, (Online), (www.aemj.orgdoi:
Reducing The Risks Associated 10.1197/j.aem.2003.12.025),
With Urinary Catheters. Nursing
4 diakses 22 November 2012.
01
Standard, 23 (29): 47-55. Sumanto, R., Marsito, & Ernawati. 2011.
McDowell, I. 2006. Measuring Health; A Hubungan Tingkat Nyeri dengan
Guide to Rating Scale and Ques- Tingkat Kecemasan pada Pasien
.2

tionnaires. Edisi Ke-3. Oxford Post Operasi Sectio Caesarea di


University Press, Inc.: Oxford. RSU PKU Muhammadiyah
.1

Nazarko, L. 2007. Bladder Pain From Gombong. Jurnal Ilmiah Kese-


Indwelling Urinary Catheterization: hatan Keperawatan, 7 (2).
10

Case Study. British Journal of Tzortzis, V., Gravas, S., Melekos, M.M.,
Nursing, 16 (9): 511-514. & Rosette, J.J. 2009. Intraurethral
Peterson, S.J., & Bredow,T.S. 2004. Mid- Lubricants: A Critical Literature
K

dle Range Theories: Application Review and Recommendations.


Journal Of Endourology. (online),
JK

to Nursing Research. Lippincott


Williams & Wilkins: Philadelphia. volume 23, No. 5, (http://online.
Puntillo, K.A., et. al. 2001. Patients Per- liebertpub.com/doi/pdf/10.1089/
ceptions and Responses to Proce- end.2008.0650), diakses 22 No-
dural Pain: Results From Thunder vember 2012.

You might also like