Professional Documents
Culture Documents
Y
only control group design was to examine the effectiveness
SA
of urine catheterization using anesthetics jelly and water based
lubricant for male patients pain response. Thirty patients of
RSUD Muntilan and PKU Muhammadiyah DIY were
recruited using nonprobability sampling with purposive
4
sampling method, divided into experiment group and control
group. The Mann-Whitney test indicated a significant
01
difference in urine catheterization pain score response using
anesthetics jelly and common jelly for male patients (p value
0.000). From this study, anesthetics jelly was recommended
.2
Y
(Madeo & Roodhouse, 2009) dan menim- sensitivitas terhadap penggunaan jelly
SA
bulkan ketidaknyamanan serta rasa nyeri anestesi pada pasien merupakan hal yang
yang signifikan pada pasien (Siderias, sangat penting untuk mencegah terjadinya
Guadio, & Adam, 2004; Nazarko, 2007). reaksi alergi (Geng et al., 2012). Menurut
Berdasarkan hasil studi mengenai Ouellette et al., (1985) dalam Tzortzis,
4
dampak kateterisasi urin pada laki-laki Gravas, Melekos, & Rosette (2009) jelly
terhadap respon nyeri yang dialami, diketa- dengan kandungan lidocain 2% merupakan
01
hui bahwa 86,7% dari 15 pasien yang men- batas aman yang tidak menimbulkan reaksi
jalani kateterisasi urin dengan jelly biasa yang keracunan secara sistemik.
.2
lami nyeri kategori berat, sementara dari 15 akibat kateterisasi urin pada 36 laki-laki
pasien yang menjalani kateterisasi urin dewasa, dengan jeda waktu pemasangan
10
dengan jelly yang dioleskan ke selang selang kateter 15 menit setelah pemasukan
kateter 66,7% diantaranya mengalami nyeri jelly anestesi, didapatkan hasil bahwa jelly
kategori berat dan 33,3% mengalami nyeri anestesi efektif menurunkan intensitas nyeri
kategori sangat berat (Riadiono, Handoyo, pada katerisasi urin laki-laki (Siderias,
K
& Dina, 2008). Pada studi lain dari 25 Guadio, & Adam, 2004). Hal ini diperkuat
JK
pasien laki-laki yang menjalani tindakan oleh Tzortzis, Gravas, Melekos, dan Ro-
kateterisasi urin 52% mengalami nyeri kate- sette (2009) yang mengemukakan bahwa
gori sedang dan 12% mengalami nyeri waktu pemasangan selang kateter adalah 15
kategori berat (Chandra & Ningsih, 2010). menit setelah pemasukan jelly anestesi.
Menurut Singer (1999), dalam Sementara menurut Clinimed (2005) dalam
Garbutt, David, Victor, & Michael (2008), Griffiths & German (2008) menyatakan
kateterisasi urin termasuk dalam empat bahwa waktu untuk memastikan efek
besar sebagai prosedur yang paling menim- anestesi secara maksimal adalah lebih dari
bulkan nyeri selama masa perawatan di 5 menit, sedangkan Colley (1996) dalam
rumah sakit. Sekitar 32% dari kateterisasi Geng et al., (2012) berpendapat bahwa
urin menyebabkan trauma iatrogenik, dari waktu pemasangan selang kateter yaitu
jumlah tersebut 52% mempengaruhi uretra antara 3-5 menit setelah pemasukan jelly
bulbar dan atau prostatik (Djakovic, Plas, anestesi.
Wantonoro, dkk., Efektivitas Kateterisasi Urin ... 19
Y
meliputi intervensi keperawatan, pendidikan untuk studi yang simpel dengan kontrol
SA
dan konseling kesehatan. intervensi (Dempsey, 2002). Sebagian besar
Organisasi profesi Persatuan Perawat responden adalah pasien yang akan
Nasional Indonesia (PPNI) menetapkan menjalani tindakan operasi (pre-operasi),
tindakan keperawatan yang dimaksud dalam pasien dengan immobilisasi dan pasien yang
4
pasal 15(b), salah satunya adalah kebutuhan memerlukan pemantauan output urin yang
eliminasi urin seperti melakukan tindakan akurat.
01
pemasangan, perawatan dan pelepasan Pengendalian variabel pengganggu
kateter urin (Praptianingsih, 2006 dalam berupa budaya dikendalikan dengan memilih
.2
2004), menyatakan dalam comfort theory mengambil responden yang baru pertama
bahwa salah satu komponen dalam comfort kali dilakukan pemasangan kateter urin.
10
care yaitu berfokus pada kenyamanan Dalam penelitian ini didapatkan bahwa
pasien. Mengurangi atau menghilangkan terdapat homogenitas usia antara responden
ketidaknyamanan pada pengalaman manusia kelompok kontrol dan kelompok ekspe-
secara fisik (physical comfort) merupakan rimen, sehingga dari hasil tersebut dapat
K
upaya pemenuhan kebutuhan akan rasa nya- disimpulkan bahwa faktor usia antara ke-
JK
man, dan salah satu kebutuhan rasa nyaman lompok kontrol dan kelompok eksperimen
secara fisik yaitu penurunan mekanisme fisio- cenderung tidak menimbulkan perbedaan
logis yang terganggu atau berisiko karena persepsi terhadap intensitas nyeri yang
penyakit atau prosedur invasif (Peterson & dialami pada saat keteterisasi urin, adapun
Bredow, 2004). Dari hal tersebut peneliti perbedaan intensitas nyeri yang dialami oleh
tertarik untuk mengetahui efektivitas secara kedua kelompok merupakan efek dari
klinis kateterisasi urin menggunakan jelly perlakuan yang dilakukan yaitu kateterisasi
anestesi (dengan jeda waktu 3 menit antara urin dengan menggunakan jelly anestesi dan
pemasukan jelly anestesi dan selang kateter jelly biasa.
urin) dan jelly biasa terhadap respon nyeri Tingkat kecemasan responden antara
pasien laki-laki di Rumah Sakit Umum kelompok kontrol dan kelompok ekspe-
Daerah Muntilan dan RSU PKU Muham- rimen adalah homogen. Sehingga dapat
madiyah Yogyakarta. disimpulkan bahwa faktor kecemasan
20 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 10, No. 1, Juni 2014: 17-26
antara kedua kelompok cenderung tidak Alat pengumpulan data respon nyeri
menimbulkan perbedaan terhadap intensitas menggunakan Numeric Rating Scale (NRS)
nyeri yang dialami pada saat keteterisasi urin yaitu berupa sebuah garis horizontal yang
pada kedua kelompok, adapun perbedaan berisi suatu rentang intensitas nyeri. Skala
intensitas nyeri yang dialami oleh kedua yang digunakan adalah 0 sampai 10, dengan
kelompok merupakan efek dari perlakuan kriteria bahwa semakin besar skala menun-
yaitu kateterisasi urin dengan menggunakan jukan semakin tinggi intensitas nyeri yang
jelly anestesi dan jelly biasa. dirasakan. Dengan memakai skala NRS
Alat pengumpulan data tingkat kece- (Numeric Rating Scale), responden yang
masan dilakukan dengan menggunakan menjalani kateterisasi urin mampu meng-
Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS- gambarkan tingkat nyeri yang dialami dengan
A) yang terdiri dari 14 item pernyataan lebih spesifik dan terukur. Dari data yang
tentang perasaan yang dirasakan oleh pa- diperoleh dilakukan uji normalitas data untuk
Y
sien, tingkat kecemasan pasien merupakan skala nyeri menggunakan uji Shapiro-Wilk
SA
jumlah skor dari 14 item tersebut, dengan pada kelompok kontrol didapatkan nilai
ketentuan bahwa skor kurang dari 14 tidak p=0,070 sehingga p>0,05 maka dapat
ada kecemasan pada pasien, skor 14-20 diambil kesimpulan bahwa data skala nyeri
merupakan kecemasan ringan, skor 21-27 kelompok kontrol berdistribusi normal.
4
merupakan kecemasan sedang, skor 28-41 Sedangkan pada kelompok ekspe-
merupakan kecemasan berat dan skor 42- rimen didapatkan p=0,004 sehingga p<0,05
01
56 pasien dalam kecemasan berat sekali maka dapat diambil kesimpulan bahwa data
(McDowell, 2006). skala nyeri kelompok eksperimen berdis-
.2
Uji validitas dan realiabilitas pada tribusi tidak normal. Dari hasil tersebut maka
HRS-A menggunakan nilai validitas dan analisis data efektifitas kateterisasi urin meng-
.1
reliabilitas HRS-A yang telah dilakukan oleh gunakan jelly anestesi dan jelly biasa ter-
Sumanto, Marsito, dan Ernawati (2011) hadap respon nyeri pasien laki-laki dila-
10
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa Tabel 3. Distribusi Skala Nyeri Res-
rata-rata usia kelompok intervensi adalah ponden
53,20 tahun dengan standar deviasi 14,756.
Sedangkan usia rata-rata kelompok kontrol Kelompok n Mean Median SD Min -Mak
adalah 54,40 tahun dengan standar deviasi Intervensi 15 1,40 1,00 0,828 0-3
Kontrol 15 6,67 7,00 0,952 5-8
16,864. Dari hasil uji homogenitas usia
didapatkan p=0,677 (p>0,05). Jadi, dapat Dari tabel 3 diketahui bahwa rata-rata
disimpulkan bahwa varians data usia skala nyeri kelompok intervensi adalah 1,40
responden kelompok kontrol dan intervensi dengan standar deviasi 0,828. Sedangkan
adalah homogen. rata-rata skala nyeri kelompok kontrol
adalah 6,67 dengan standar deviasi 0,952.
Tabel 2. Distribusi Tingkat Kece-
masan Responden
Y
Tabel 4. Hasil analisis uji Mann-Whitney
Seluruh Kelompok P
SA
Tingkat Kelompok n Median P
kelompok Kontrol Intervensi value
kecemasan (Minimum- value
n % n % n %
Tidak 14 46,7 4 26,7 10 66,7 0,37 Maksimum)
cemas Intervensi
4 15 1,00 (0 - 3) 0,000
Cemas 10 33,3 6 40,0 4 26,7 Kontrol 15 7,00 (5 - 8)
ringan
01
Normalitas data untuk skala nyeri
Cemas 6 20,0 5 33,3 1 6,7
sedang dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk pada
Total 30 100 15 100 15 100 kelompok kontrol didapatkan p=0,070
.2
bahwa dari 30 responden mayoritas respon- berdistribusi normal. Sedangkan pada ke-
den tidak mengalami kecemasan (46,7%) lompok intervensi didapatkan nilai p=0,004
10
dan minoritas responden mengalami tingkat (p<0,05) maka dapat diambil kesimpulan
kecemasan sedang (20%). Pada kelompok bahwa data skala nyeri kelompok intervensi
kontrol, dari 15 responden mayoritas res- berdistribusi tidak normal.
Dari tabel 4 hasil uji Mann-Whitney
K
Y
maupun non verbal bila dibandingkan 6,7% responden yang berada pada tingkat
SA
dengan usia sebelumnya. kecemasan sedang.
Berdasarkan hasil penelitian ini dida- Craig (2009) dalam Macintyre, Schug,
patkan bahwa terdapat homogenitas usia Scott, Visser, & Walker (2010) mengung-
antara responden kelompok kontrol dan kapkan bahwa nyeri merupakan pengalaman
4
kelompok intervensi. Sehingga dari hasil individu yang dipengaruhi oleh berbagai
tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor faktor, diantaranya adalah tingkat kece-
01
usia antara kelompok kontrol dan kelompok masan individu. Menurut Macintyre, Schug,
intervensi cenderung tidak menimbulkan Scott, Visser, dan Walker (2010) menya-
.2
perbedaan persepsi terhadap intensitas nyeri takan bahwa hubungan antara nyeri dan
yang dialami pada saat keteterisasi urin, ansietas bersifat kompleks, ansietas sering-
.1
adapun perbedaan intensitas nyeri yang kali meningkatkan persepsi nyeri tetapi nyeri
dialami oleh kedua kelompok merupakan juga dapat menimbulkan suatu perasaan
10
efek dari perlakuan yang dilakukan yaitu ansietas, stimulus nyeri akan mengaktifkan
kateterisasi urin dengan menggunakan jelly bagian sistem limbik yang diyakini mengen-
anestesi dan jelly biasa. dalikan emosi seseorang khususnya kece-
masan dan memproses reaksi emosi terha-
K
Y
nyeri kateterisasi urin menggunakan jelly kan di pelayanan bahwa tidak terdapat jeda
SA
biasa yang dimasukkan ke dalam uretra waktu antara pemasukan jelly anestesi dan
berada pada skala sedang sampai berat selang kateter urin pada prosedur kateteri-
(Riadiono, Handoyo, & Dina, 2008; Chan- sasi urin menggunakan jelly anestesi. Pada
dra & Ningsih, 2010). penelitian ini didapatkan bahwa dengan jeda
4
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa waktu 3 menit antara pemasukan jelly anes-
jelly biasa hanya berfungsi sebagai pelumas tesi dengan pemasukan selang kateter urin
01
dalam keteterisasi urin pada laki-laki dan didapatkan perbedaan skala nyeri yang
tidak cukup efektif untuk mengurangi nyeri signifikan antara jelly anestesi dan jelly biasa.
.2
dan memberikan rasa nyaman pada pasien. Pemakaian jelly anestesi dengan jeda
Secara klinis rasa nyeri dalam kateterisasi waktu 3 menit memberikan efek untuk me-
.1
urin disebabkan oleh aktivasi berkelanjutan nurunkan nyeri pada kateterisasi urin laki-
dari sistem nociceptive karena trauma laki, yaitu dengan rata-rata skala nyeri yang
10
jaringan, dalam hal ini adalah trauma uretra dirasakan oleh responden berada pada
akibat pergesekan dengan selang kateter skala 1,40. Waktu jeda 3 menit merupakan
urin (Agroff et al., 2010). waktu pemaparan/absorbsi yang cukup
Sedangkan dari hasil penelitian pada dalam kateterisasi urin menggunakan jelly
K
kateterisasi urin dengan menggunakan jelly anestesi. Hasil tersebut didukung oleh Colley
JK
anestesi didapatkan bahwa rerata skala nyeri (1996) dalam Geng et al., (2012) yang
responden yaitu pada skala 1,40. Dari hasil berpendapat bahwa untuk memaksimalkan
analisis data didapatkan kesimpulan bahwa efek anestesi pada keteterisasi urin meng-
terdapat perbedaan skala nyeri pada katete- gunakan jelly anestesi dibutuhkan waktu
risasi urin menggunakan jelly anestesi dan jeda yaitu 3-5 menit antara pemasukan jelly
skala nyeri pada kateterisasi urin menggu- anestesi dan pemasangan selang kateter urin.
nakan jelly biasa di RSUD Muntilan dan Namun terdapat beberapa pendapat
PKU Muhammadiyah DIY. Hasil ini didu- lain mengenai durasi waktu pemasukan jelly
kung oleh penelitian terdahulu bahwa jelly anestesi dengan pemasukan selang kateter,
anestesi efektif menurunkan intensitas nyeri diantaranya menurut Siderias, Guadio, dan
pada kateterisasi urin laki-laki (Siderias, Adam (2004); Tzortzis, Gravas, Melekos,
Guadio, & Adam, 2004; Tzortzis, Gravas, dan Rosette (2009) menyatakan bahwa
Melekos, & Rosette, 2009). waktu yang direkomendasikan untuk
24 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 10, No. 1, Juni 2014: 17-26
mendapatkan efek maksimal dalam gunakan jelly anestesi, mengurangi efek nyeri
pemakaian jelly anestesi pada kateterisasi secara optimal dan memberikan kenya-
urin adalah 15 menit. Sementara menurut manan kepada pasien dalam prosedur
Clinimed (2005) dalam Griffiths & German kateterisasi urin.
(2008) menyatakan bahwa waktu untuk
memastikan efek jelly anestesi pada SIMPULAN DAN SARAN
kateterisasi urin secara maksimal adalah
lebih dari 5 menit. Simpulan
Sementara pada jeda waktu kurang Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
dari 3 menit antara pemasukan jelly anestesi terdapat homogenitas karakteristik usia
dengan pemasukan selang kateter urin tidak antara responden kelompok kontrol dan
memberikan efek anestesi secara maksimal kelompok intervensi, dan juga terdapat
untuk mengurangi nyeri yang dialami (Gar- homogenitas pada variabel kecemasan
Y
butt, David, Victor, & Michael, 2008). antara kelompok kontrol dan kelompok
SA
Dengan demikian memberikan gambaran intervensi. Dapat disimpulkan bahwa faktor
bahwa dengan jeda waktu kurang dari 3 usia antara kelompok kontrol dan intervensi
menit pada kateterisasi urin menggunakan serta kecemasan antara kedua kelompok
jelly anestesi dengan kandungan lidocain tersebut cenderung tidak menimbulkan
4
2%, tidak terjadi absorsi lidocain ke mem- perbedaan terhadap skala nyeri yang dialami
bran mukosa secara optimal sehingga tidak pada saat keteterisasi urin pada kedua
01
memberikan efek untuk mengurangi nyeri. kelompok, adapun perbedaan skala nyeri
Dengan hasil penelitian ini didapatkan yang dialami oleh kedua kelompok meru-
.2
bahwa waktu 3 menit pada kateterisasi urin pakan efek dari perlakuan yaitu kateterisasi
menggunakan jelly anestesi dengan kan- urin dengan menggunakan jelly anestesi dan
.1
durasi waktu yang tidak terlalu lama tetapi bahwa terdapat perbedaan skala nyeri yang
efisien dan efektif untuk dapat mengurangi signifikan antara kateterisasi urin pada laki-
nyeri secara signifikan, sehingga dapat mem- laki menggunakan jelly anestesi dengan jeda
berikan kenyamanan pada pengalaman waktu 3 menit (antara pemasukan jelly anes-
K
pasien secara fisik (Physical comfort) tesi dan selang kateter urin) dan kateterisasi
JK
dalam kateterisasi urin. Dari hasil penelitian urin pada laki-laki menggunakan jelly biasa
ini dapat memberikan informasi dan dasar yang dimasukkan ke uretra.
pertimbangan untuk menggunakan jenis jelly
anestesi pada kateterisasi urin laki-laki. Saran
Sedangkan dari segi jeda waktu, dari Bagi pelayanan, hasil penelitian menun-
penelitian ini didapatkan bahwa dengan jeda jukkan bahwa menggunakan jelly anestesi
waktu 3 menit antara pemasukan jelly dapat menurunkan nyeri secara signifikan,
anestesi dan selang kateter menunjukkan sehingga peneliti merekomendasikan untuk
skala nyeri yang berbeda secara signifikan menggunakan jelly anestesi dalam standar
bila dibandingkan dengan jelly biasa, operasional prosedur kateterisasi urin laki-
sehingga dapat dijadikan acuan dalam laki sebagai upaya memberikan rasa nyaman
pengembangan standar operasional prose- dalam pelayanan di rumah sakit. Dari segi
dur pada kateterisasi urin laki-laki meng- waktu jeda antara pemasukan jelly anestesi
Wantonoro, dkk., Efektivitas Kateterisasi Urin ... 25
dan selang kateter, waktu 3 menit dapat Dempsey, P. A., & Dempsey, A. D. 2002.
dijadikan standar minimal pada standar Riset Keperawatan. Edisi ke-4.
operasional prosedur kateterisasi urin laki- EGC: Jakarta.
laki menggunakan jelly anestesi. Djakovic, E., Plas, L., Martnez, P., & Lynch,
Hasil penelitian memberikan informasi T. 2012. Guidelines on Urological
bagi pendidikan keperawatan dan dapat Trauma. European Association of
dijadikan sebagai acuan bagi pendidikan Urology: Netherlands.
keperawatan dalam pembelajaran standar Doherty, W. 2006. Male Urinary Cathe-
operasional prosedur kateterisasi urin laki- terisation. Nursing Standard. (on-
laki dengan menggunakan jelly anestesi. line), volume 20, No. 35, (http://
Hasil penelitian ini dapat dijadikan data nursingstandard.rcnpublishing.
sebagai penelitian selanjutnya, dengan co.uk/archive/ article-male-urinary-
menyempurnakan hal-hal yang menjadi
Y
catheterisation), diakses 22 Okt
keterbatasan dalam penelitian ini seperti 2012.
SA
dengan responden yang lebih homogen dari
segi setting tempat, rentang usia yang lebih Garbutt, R.B., David.M.T., Victor. L., &
pendek dan pada responden yang tidak Michael. R.A. 2008. Delayed Ver-
sedang menjalani terapi analgesik. Sedang- sus Immediate Urethral Catheteri-
zation Following Instillation of Local
kan untuk mengetahui jeda waktu yang
4 Anaesthetic Gel in Men: A Ran-
paling efektif, peneliti merekomendasikan
01
untuk membandingkan jeda waktu 3 menit, domized, Controlled Clinical Trial.
5 menit dan 10 menit antara pemasukan jelly Emergency Medicine Australasia,
20: 328-332.
.2
Y
and New Zealand College of Comparison of Topical Anes-
Anaesthetists and Faculty of Pain thetics and Lubricants Prior to
SA
Medicine ANZCA & FPM: Urethral Catheterization in
Melbourne. Males: A Randomized Controlled
Madeo, M., & Roodhouse, A.J. 2009. Trial, (Online), (www.aemj.orgdoi:
Reducing The Risks Associated 10.1197/j.aem.2003.12.025),
With Urinary Catheters. Nursing
4 diakses 22 November 2012.
01
Standard, 23 (29): 47-55. Sumanto, R., Marsito, & Ernawati. 2011.
McDowell, I. 2006. Measuring Health; A Hubungan Tingkat Nyeri dengan
Guide to Rating Scale and Ques- Tingkat Kecemasan pada Pasien
.2
Case Study. British Journal of Tzortzis, V., Gravas, S., Melekos, M.M.,
Nursing, 16 (9): 511-514. & Rosette, J.J. 2009. Intraurethral
Peterson, S.J., & Bredow,T.S. 2004. Mid- Lubricants: A Critical Literature
K