You are on page 1of 39

Kata Pengantar

Puji syukur, kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat serta
rahmat-Nya kami dapat menyusun makalah ini hingga selesai dan terima kasih untuk setiap
sumber referensi yang kami gunakan untuk menyelesaikan hingga tersusun menjadi makalah.

Dalam makalah ini kami membahas tentang Pasar, Kesejahteraan Publik dan
Optimalitas Pareto yang membahas tentang konsep dan pengertian pasar, parameter yang
menentukan bentuk atau struktur pasar, apa yang yang dilakukan oleh pasar, struktur pasar
produsen dan konsumen, perusahaan dan pasar, perilaku perusahaan masuk ke pasar, perilaku
perusahaan bersaing di pasar, individu (produsen dan konsumen), pasar dan pemermintah,
prinsip pareto.
Kami berharap makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan
dan dalam proses pembelajaran. Kritik dan saran dari dosen mata kuliah maupun pendapat
dari para pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan dalam proses
belajar dimasa mendatang.

Jember, 7 September 2015

Penyusun

1
Daftar isi

KATA PENGANTAR................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.3 Tujuan.......................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep dan Pengertian Pasar....................................................................................5


2.2 Parameter yang Menentukan Bentuk atau Struktur Pasar........................................5
2.3 Apa yang Dilakukan Oleh Pasar...............................................................................6
2.4 Bentuk (Struktur) Pasar Produsen dan Konsumen...................................................7
2.5 Perusahaan dan
Pasar..............................................................................................19
2.6 Perilaku Perusahaan Masuk ke Pasar.....................................................................19
2.7 Perilaku Perusahaan Bersaing di Pasar...................................................................20
2.8 Individu (Produsen Dan Konsumen), Pasar dan Pemerintah.................................20
2.9 Prinsip Pareto..........................................................................................................21
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................41

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Idealnya pasar berfungsi sebagai alat untuk peningkatan efisiensi ekonomi nasional
(pasar yang efisien yang menghasilkan persaingan yang sehat), guna peningkatan
kesejahteraan publik. Namun demikian pasar punya sifatnya sendiri, yaitu berorientasi jangka
pendek, dan tidak peduli dengan masalah pemerataan. Oleh karena itu bila pasar terjadi
persaingan yang tidak sehat, sehingga mengganggu kesejahteraan publik, maka negara yang
diwakili oleh penyelenggara negara (pemerintah dan lembaga negara lainnya) wajib
melakukan intervensi pasar, untuk melakukan koreksi, dalam rangka menjaga kepentingan
dan kesejahteraan publik.
Pasar adalah sumber informasi mengenai pilihan barang dan jasa yang dapat dilakukan
masyarakat (public choice). Makin banyak pilihan konsumsi barang dan jasa yang tersedia,
maka kesejahteraan masyarakat akan makin baik, dan sebaliknya. Oleh karena itu, maka
pemerintah perlu mendorong dan menciptakan pilihan-pilihan konsumsi baru dimasyarakat,
sehingga masyarakatnya makin sejahtera. Pasar idealnya berfungsi sebagai alat peningkatan
efisiensi ekonomi nasional melalui persaingan yang sehat untuk peningkatan kesejahteraan
publik
Membahas masalah pasar fungsi dan jenis-jenisnya yang dikaitkan dengan
kesejahteraan publik, kemudian dilanjutkan dengan bahasan mengenai kegagalan pasar
(market failure), dan peran negara dalam membuat pasar berfungsi untuk pencapaian
kesejahteraan publik. Pada bab ini juga dibahas kesejahteraan publik menurut prinsip Pareto,
pentingnya masalah iklim usaha yang kondusif, untuk menciptakan persaingan pasar sehat,
sehingga keberadaan pasar dapat berkontribusi pada kesejahteraan publik secara keseluruhan.

3
1.2 Rumusan Masalah
a) Bagaimana konsep dan pengertian pasar?
b) Apa parameter yang menentukan bentuk atau struktur pasar?
c) Apa yang dilakukan oleh pasar?
d) Bagaimana bentuk (struktur) pasar produsen dan konsumen?
e) Bagaimanakah perusahaan dan pasar?
f) Bagaimana perilaku perusahaan masuk ke pasar?
g) Bagaimana perilaku perusahaan bersaing di pasar?
h) Apakah individu (produsen dan konsumen), pasar dan pemerintah?
i) Bagaimanakah prinsip pareto?
1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui konsep dan pengertian pasar
b) Untuk mengetahui parameter yang menentukan bentuk atau struktur pasar
c) Untuk mengetahui apa yang dilakukan oleh pasar
d) Untuk mengetahui bentuk (struktur) pasar produsen dan konsumen
e) Untuk mengetahui perusahaan dan pasar
f) Untuk mengetahui perilaku perusahaan masuk ke pasar
g) Untuk mengetahui perilaku perusahaan bersaing di pasar
h) Untuk mengetahui individu (produsen dan konsumen), pasar dan pemerintah
i) Untuk mengetahui prinsip pareto

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep dan Pengertian Pasar

Konsep dan pengertian pasar dalam arti sempit dan luas :

Pengertian Sempit: Pasar adalah tempat berkumpul dan bertemunya para penjual
(produsen) dan pembeli (konsumen) pada suatu lokasi tertentu.
Pengertian Luas: Pasar adalah mekanisme bertemunya kepentingan konsumen dan
produsen, merupakan sumber informasi bagi pelaku ekonomi, serta juga merupakan sarana
dalam meningkatkan kepuasan konsumen maupun produsen. Demikian pentingnya dan
besarnya peranan dan fungsi pasar bagi pelaku ekonomi dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Peranan dan fungsi pasar dalam ekonomi

2.2 Parameter yang Menentukan Bentuk atau Struktur Pasar

Pasar dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk berdasarkan parameter atau ukuran
sebagai berikut.
a. Jumlah pelaku ekonomi
Untuk kelompok pasar produsen ditentukan oleh jumlah produsennya, sedangkan untuk
pasar konsumen ditentukan oleh jumlah konsumennya.
b. Keragaman produk (barang dan jasa)
Yang dimaksudkan dengan keragaman produk barang dan jasa adalah keragaman dari
fungsi atau manfaat barang dan jasa tersebut.
c. Halangan masuk (entry) pasar, dan keluar (exit) dari pasar (market barrier)

5
Yang dimaksud dengan market barrier ini adalah tingkat kesulitan yang dihadapi oleh
pelaku ekonomi untuk masuk atau keluar dari pasar. Tingkat kesulitan ini bisa berbentuk
teknologi produksi, bisa berbentuk investasi yang cukup besar atau kesulitan dalam
merebut konsumen, maupun berdasarkan aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah

Pasar (Dari Sudut


Produsen)

Gambar 4.2 Pengelompokan pasar produsen


d. Jenis persaingan dalam pasar
Jenis persaingan yang dimaksud adalah persaingan usaha atau bisnis, dalam merebut
konsumen. Apakah persaingan harga (price-competition) atau persaingan di luar harga
(nonprice-competition). Secara lebih ringkas pengelompokan pasar di atas dapat dilihat
pada Gambar 4.2.

2.3 Apa yang Dilakukan Oleh Pasar (What Markets Do?)


Pasar di samping mempertemukan kepentingan para produsen dan konsumen, pasar
juga berfungsi sebagai tempat berkumpul para pesaing (baik antarprodusen maupun
antarkonsumen). Dengan demikian, pasar akan menumbuhkan persaingan, yang pada
ujungnya mendorong terciptanya efisiensi yang lebih baik (competition and efficiency).
Selanjutnya dapat dilihat masing-masing individu di pasar melakukan tindakan
(menjual atau membeli barang dan jasa), dengan bebas, tanpa paksaan, alias sukarela, sesuai
dengan kepentingan dan kebutuhannya masing-masing (they act voluntarily).
Walaupun masing-masing individu sukarela dalam melakukan transaksi, tidak ada yang
memaksanya (no edict forced them to act, no authority told them exactly what to do, or how
to do it), namun mereka tidak dapat menghindar dari pengaruh pasar itu sendiri. Dengan kata
lain pasar dapat memaksakan kondisinya (harga, jumlah pasokan, keragaman pilihan produk,
dan sebagainya), kepada individu yang bertransaksi.
Selanjutnya pemerintah hanya bisa memfasilitasi para individu yang bertransaksi di
pasar, tidak mungkin pemerintah memaksa atau menyuruh orang untuk melakukan transaksi.
Yang juga dapat dilakukan pemerintah adalah mengumumkan kepada masyarakat, apa yang
tidak boleh dilakukan.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa hampir sebagian besar dari barang dan jasa yang

6
dikonsumsi oleh masyarakat dipengaruhi oleh regulasi negara (pemerintah) dan juga
dipengaruhi oleh pasar. Di sini juga terlihat bahwa pengaruh pasar jauh lebih besar dari
pengaruh Negara.

2.4 Bentuk (Struktur) Pasar Produsen dan Konsumen


Pasar Persaingan Bebas (Free Market Competition)
Pasar persaingan bebas atau persaingan sempurna adalah pasar dimana para pelakunya
sangat banyak barang dan jasa yang diperdagangkan relatif seragam. Masing-masing pelaku
pasar mempunyai peran yang relatif kecil terhadap pasar secara keseluruhan. Dengan
demikian, maka secara konsep pada pasar persaingan sempurna ini tidak ada produsen
ataupun konsumen yang bisa mempengaruhi pasar.

Gambar 4.3 Kurva permintaan pasar bebas (free market competition)


Oleh karena itu maka keseimbangan pasar (harga dan kuantitas) ditentukan oleh pasar,
bukan oleh produsen atau konsumen. Dengan menggunakan konsep ini, maka para produsen
atau konsumen di pasar hanya menerima saja keseimbangan pasar, sehingga diistilahkan
dengan price taker. Oleh karena itu, maka kurva permintaan maupun kurva penawaran dari
pasar persaingan sempurna ini adalah horizontal, sejajar dengan sumbu X. Untuk lebih
jelasnya konsep ini dapat dilihat kurva atau grafik dari pasar persaingan sempurna ini seperti
pada Gambar 4.3.
Asumsi yang mendasari pasar persaingan sempurna ini adalah sebagai berikut.
a. Jumlah pembeli (buyers) dan penjual (seller) sangat banyak, dan mereka beraksi
(transaksi jual atau beli) secara bebas (independent).
b. Tidak ada satu orang pembeli maupun penjual yang dapat mempengaruhi pasar, karena
porsi transaksi mereka sangat kecil dibandingkan dengan seluruh transaksi yang terjadi
di pasar.
c. Produk yang diperjualbelikan para penjual dapat saling menggantikan (substitute), atau
dapat dikatakan barang dan jasa yang diperdagangkan homogen atau uniform.
d. Tidak ada halangan (barrier) bagi penjual dan pembeli untuk masuk dan keluar pasar
(free barrier).

7
e. Tidak ada pembatasan harga. Harga barang dapat berubah (turun dan naik) sesuai dengan
keseimbangan pasar (antara supply dan demand). Penjual dan pembeli mengetahui
semua informasi yang diperlukannya untuk bertransaksi.
f. Pada pasar persaingan yang betul-betul sempurna, tidak ada ruang untuk diskriminasi
dan kolusi.

Secara konsep ekonomi, dalam pasar bebas diatur oleh para pelaku, sedangkan intervensi
pemerintah sangatlah minimal. Pasar bebas juga mengasumsikan bahwa setiap produsen
berada dalam situasi persaingan sempurna, artinya tidak ada subsidi atau monopoli dalam
pasar. Harga sudah merupakan sesuatu yang mutlak ditentukan oleh pasar, sehingga produsen
tidak bisa meraih keuntungan sebesar-besarnya dengan menentukan harga yang tinggi. Oleh
karena itu, perusahaan akan menawarkan harga yang serendah-rendahnya agar dapat bersaing
di pasar. Keuntungan perusahaan biasanya sangat sedikit.
Konsep pasar bebas sebenarnya konsep yang ideal dan egalitarian. Perdagangan
dilakukan secara sukarela, dan karena persaingan sempurna maka konsumen akan
mendapatkan harga yang semurah-murahnya dan produsen mendapatkan keuntungan yang
setimpal. Keuntungan produsen biasanya ditentukan dengan penekanan harga serendah-
rendahnya. Dalam prinsip ekonomi, pasar dikatakan efisien jika tidak ada yang dirugikan
dalam kegiatan yang membuat orang lain menjadi lebih baik (no one worse off to make some
one better off).
Kelemahan dari pasar persaingan bebas adalah karena konsep bebas tersebut (tidak ada
intervensi negara), maka yang kuat modalnya akan menang, yang lemah modalnya akan
kalah. Pemilik modal yang besar (kaya) akan lebih leluasa dalam melakukan transaksi dagang
dan mempunyai banyak pilihan. Akses terhadap modal dan informasi, pendidikan, dan
jaringan (network) lebih baik dibandingkan dengan pemilik modal kecil. Dengan demikian
dalam praktiknya, keuntungan yang diraih pemilik modal besar akan jauh lebih besar
daripada seseorang dengan modal lebih kecil.
Harga barang dan jasa pada pasar persaingan sempurna merupakan sesuatu yang mutlak
ditentukan oleh pasar, sehingga produsen tidak bisa meraih keuntungan sebesar-besarnya
dengan menentukan harga yang tinggi. Oleh karena itu, perusahaan akan menawarkan harga
yang serendah-rendahnya agar dapat bersaing di pasar. Keuntungan perusahaan biasanya
sangat sedikit, dan akumulasi kekayaan bukan dari margin (keuntungan) yang tinggi, tetapi
dari omzet penjualan yang tinggi.

8
Perusahaan dalam Pasar Persaingan Bebas (Firm in the Free Market Competition)
Pasar persaingan bebas atau persaingan sempurna adalah pasar dengan produsen sangat
banyak. Dengan demikian banyak pesaing. Pada pasar persaingan sempurna atau bebas ini
produsen hanya sebagai price taker atau menerima saja harga yang ditawarkan oleh pasar.
Oleh karena itu pada pasar ini produsen tidak dapat melakukan persaingan harga, karena
harga sudah ditetapkan (given) oleh pasar, seperti terlihat pada Gambar 4.2.
Pada uraian di atas, perusahaan pada pasar persaingan sempurna ini bisa mendapat
keuntungan maksimumnya hanya dalam jangka pendek, keuntungan tersebut habis. Hal ini
terjadi karena dalam jangka pendek belum ada perubahan yang mengganggu keseimbangan
pasar, sehingga belum atau tidak ada pemain atau produsen baru masuk ke pasar, sehingga
keseimbangan pasar relatif belum berubah, sehingga harga jual relatif tetap. Sebaliknya
dalam jangka panjang, semua dapat dan akan berubah, misalnya teknologi berubah,
konsumen berubah (selera, pendidikan, maupun jumlah dan struktur umurnya), sehingga hal
ini dapat menimbulkan perubahan atau penambahan pemain atau produsen baru, sehingga
keseimbangan pasar juga akan berubah. Di satu sisi harga jual cenderung turun, karena
meningkatnya jumlah pemasok, di sisi lain biaya mengalami peningkatan. Oleh karena itu
maka dalam jangka panjang perusahaan mendapatkan zero economic profit. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat Gambar 4.4 dan 4.5.

Gambar 4.4 Perusahaan dalam persaingan bebas


Pasar Persaingan Monopolistik (Monopolistic Competition)
Pasar Persaingan Monopolistik adalah pasar dimana para pelakunya cukup banyak,
namun barang dan jasa yang diperdagangkan relatif beragam atau terdiferensiasi (tidak
standar) dan barang yang ditawarkan tampil beda. Misalnya produk sepatu, pada umumnya
terbuat dari kulit sapi, namun ada produsen yang membuat sepatu dari kulit rusa atau kelinci,
begitu juga dengan pembeli, ada yang hanya mau membeli kualitas atau spesifikasi tertentu
(pasar monopsoni). Hal yang sama juga dapat dilihat pada barang dan jasa lainnya seperti

9
pakaian, kacamata, dan sebagainya. Dengan demikian maka secara konsep, pada pasar
persaingan monopolistik ini ada produsen maupun konsumen yang mempengaruhi pasar.

Gambar 4.5 Kurva permintaan dan penawaran pada pasar persaingan sempurna jangka panjang

Gambar 4.6 Gambar 4.7


Kurva permintaan monopolistik Kurva penawaran monopsonistik
Oleh karena itu maka keseimbangan pasar (harga dan kuantitas) dipengaruhi oleh produsen
monopolistik atau konsumen yang monopsonistik. Dengan menggunakan konsep ini maka
para produsen monopolistik, konsuen monopsonistik, dapat mempengaruhi harga pasar,
sehingga diistilahkan dengan price setter. Oleh karena itu maka kurva permintaan maupun
kurwa penawaran dari pasar persaingan monopolistik dan monopsonistik ini cenderung agak
tegak, tidak horizontal (dari kiri atas ke kanan bawah untuk kurva permintaan, dan dari kiri
bawah ke kanan atas untuk kurva penawaran). Untuk lebih jelasnya konsep ini, dapat dilihat
kurva atau grafik dari pasar persaingan monopolistik atau monopsonistik ini, seperti pada
Gambar 4.6 dan 4.7.
Perusahaan dalam Pasar Persaingan Monopolistik (Firm in the Monoppolistic
Competition)
Seperti disinggung di muka, pasar persaingan monoplistik adalah pasar dengan
produsen sangat banyak, hanya saja produk yang dihasilkan berbeda (tidak seragam) atau
unik. Dalam pasar persaingan monopolistik ini banyak pesaing, namun produknya berbeda-
beda.
Pasar ini disebut dengan istilah persaingan monopolistik karena karakteristiknya berada

10
di kedua bentuk pasar yang ekstrem tersebut. Di satu sisi, perusahaan pada pasar ini
mempunyai kemampuan untuk melakukan penetapan harga (price-making atau price-setting)
karena menghasilkan produk yang tampil beda (differentiate). Dengan demikian, perusahaan
monopolistik ini berbeda dengan perusahaan pada pasar persaingan sempurna, yaitu bisa
menaikkan atau menurunkan harga jual. Di sisi lain perusahaan pada pasar monopolistik ini
dapat melakukan penyesuaian (menaikkan atau menurunkan) harga jualnya dalam rangka
mencapai profit maksimum. Namun tidak seperti perusahaan pada pasar monopoli,
perusahaan pada pasar persaingan monopolistik ini mempunyai banyak pesaing, seperti pada
pasar persaingan sempurna.
Pada dasar persaingan monopolistik, perusahaan harus menentapkan harga jual (price
P) pada tingkat di mana konsumen cenderung memilih barang dan jasa yang dia tawarkan,
dibandingkan dengan barang subsitutusinya. Bila harga yang ditawarkan terlalu tinggi
menurut persepsi konsumen (dibandingkan dengan nilai produk). Maka konsumen cenderung
pindah kepada perusahaan pesaing.
Maka dalam menetapkan harga jual pada pasar persaingan monopolistik ini produsen
harus yakin betul bahwa bentuk demand-nya adalah relatif elastis. Artinya, begitu kebijakan
harga tidak tepat, maka permintaan barang dan jasa akan cepat sekali berubah. Dalam
menetapkan

Gambar 4.8 Gambar 4.9


Kurva permintaan dan penawaran Kurva keseimbangan pasar
atau mengubah harga jual (P), perusahaan yang berada pada pasar monopolistik harus yakin
bahwa hal tersebut tidak mempengaruhi perusahaan lain (pesaing) akan melakukan hal yang
sama atau hal tersebut tidak akan mengubah harga barang dan jasa di pasar secara
keseluruhan.
Pasar persaingan monopolistik dapat terbentuk bila sejumlah besar produsen berkumpul
untuk mencari pembeli potensial. Misalnya pasar persaingan monopolistik dapat terjadi pada
saat musim buah, musim panen, pada kumpulan pedagang suvenir di tempat pariwisata, dan
sebagainya. Dengan demikian, bila produsen pada pasar persaingan dipengaruhi oleh

11
produsen. Produsen dapat bertindak sebagai pricesetter. Karena produsen dapat bertindak
sebagai price setter, maka karva permintaan maupun penawaran dari pasar persaingan
monopolistik ini agak tegak (tidak horizontal) seperti terlihat pada Gambar 4.8.
Perusahaan pada pasar persaingan monopolistik bisa mendapat keuntungan
maksimumnya hanya dalam jangka pendek, yang lama kelamaan menurun, sehingga dalam
jangka panjang keuntungan tersebut habis. Seperti disinggung di muka, hal ini terjadi dalam
jangka pendek: jumlah produsen atau pemasok belum berubah, apalagi ada entry barrier yang
cukup kuat pada pasar monopoli. Dengan demikian di satu sisi harga jual relatif bisa
dipertahankan karena belum ada pemasok baru, sementara di sisi lain permintaan juga
demikian. Sementara itu dalam jangka panjang tidak ada yang tetap, semuanya berubah.
Misalnya teknologi berubah, selera konsumen berubah, peraturan berubah dan yang
lainnya juga berubah, termasuk jumlah pemasok atau produsen akan berubah. Oleh karena itu
maka dalam jangka panjang monopoli ini sulit dipertahanakan, walaupun pasar monopoli ini
memiliki entry barrier yang kuat. Dalam jangka panjang jumlah pemasok akan bertambah,
dan ini akan menyebabkan keseimbangan pasar berubah, harga jual cenderung turun di satu
sisi, dan terjadi penambahan penggunaan sumber daya di sisi lain menyebabkan biaya
produksi meningkat di sisi lain, sehingga lama kelamaan (pada bisinis yang sama) profit
berkurang. Oleh karena itu maka dalam jangka panjang perusahaan mendapatkan zero
economic profit.

Pasar Oligopoli (Oligopoly Market)


Oligopoli berasal dari bahasa Yunani (oligos, yang berarti beberapa, dan polis yang
berarti kota, pasar atau penjual). Maka oligopoli adalah pasar dimana hanya ada beberapa
produsen. Masing-masing produsen menguasai pangsa pasar yang relatif besar. Dari sisi
produsen hanya ada beberapa pesaing. Dengan demikian maka bila produsen yang oligopolis
ingin dapat profit maksimum, bisa dilakukan dengan jalan kerja sama dengan produsen lain
dengan cara menggunakan supply, sehingga harga jual menjadi meningkat. Produsen dapat
mempengaruhi harga pasar, atau produsen dapat bertindak sebagai price setter.
a. Faktor-faktor yang mendorong terbentuknya pasar oligopoli
Terbentuknya pasar oligopoli ini didorong oleh adanya hambatan (barrier) untuk masuk
pasar bagi pemain atau produsen baru. Hambatan untuk masuk pasar yang dihadapi oleh
pemain atau produsen baru ini antara lain disebabkan oleh paling tidak 3 (tiga) faktor,
yaitu sebagai berikut.
1. Besarnya skala ekonomis dari industri tersebut

12
Pada umumnya untuk industri yang padat modal dan teknologi seperti industri logam
dan kimia biasanya memiliki skala ekonomis, atau Titik Impas (Break Event Point) yang
besar. Tingkat kerumitan (kompleksitas) pengelolaan usaha yang tinggi
Karena rumitnya pengelolaan usaha ini, baik dari segi teknologi, jaringan usaha,
pemasok, dan sebagainya, menyebabkan tidak banyak produsen baru yang mampu
masuk pasar. Hal ini menyebabkan halangan untuk masuk pasar relatif tinggi. Sehingga
jumlah produsen di pasar tidak bertambah, dan ini mendorong timbulnya pasar oligopoli.
2. Aturan atau persayaratan ketat yang dikeluarkan pemerintah
Pemerintah sesuai dengan kewenangannya, dapat mempengaruhi ekonomi nasional
atau pasar domestiknya. Untuk industri tertentu yang strategis, misalnya industri
persenjataan, energi, dan lainnya yang berkaitan dengan kepentingan nasional, pemerintah
membatasi pemain yang boleh aktif di pasar. Hal lain juga misalnya pada industri yang
menghasilkan eksternalitas (negatif) yang cukup besar bagi masyarakat, biasanya pemerintah
membuat persyaratan yang ketat mengenai kualitas produk, keamanan proses produksi, dan
sebagainya, sehingga banyak perusahaan yang ingin ikut bermain di pasar tidak mampu
memenuhinya.

Gambar 4.10 Gambar 4.11


Kurva permintaan oligopoli Kurva penawaran pasar oligopsoni
Hal ini menyebabkan halangan (barrier) untuk masuk pasar relatif tinggi. Sehingga
jumlah pemain atau produsen di pasar tidak bertambah, dan ini mendorong timbulnya pasar
oligopoli. Seperti halnya pasar persaingan monopolistik, maka baik kurva permintaan
maupun kurva penawaran dari pasar persaingan oligopoli maupun oligopsoni ini berbentuk
lebih tegak, tidak horizontal, mirip dengan kurva pada gambar 4.8 dan 4.9 diatas, namun
lebih inelastis atau lebih tegak. Untuk lebih jelas dapat dilihat Gambar 4.10 dan 4.11
b. Perusahaan dalam pasar oligopoli (Firm in the oligopolistic market)
Seperti disinggung di muka, pasar oligopoli adalah pasar dimana hanya ada beberapa
produsen. Oleh karena itu pada pasar oligopoli ini hanya ada beberapa pesaing saja dalam
pasar. Dengan demikian maka bila produsen yang oligpolis ingin dapat keuntungan atau
profit maksimum, bisa dilakukan dengan jalan berkolaborasi (kerja sama) dengan produsen
lain menurunkan supply, sehingga harga jual menjadi meningkat. Dengan kata lain produsen
dapat bertindak sebagai price setter.

13
Pada pasar persaingan sempurna saja yang tidak ada entry barrier dalam jangka pendek,
jumlah produsen atau pemasok belum berubah, apalagi pada pasar oligopoli yang
produsennya hanya beberapa dan ada entry barrier yang cukup kuat. Dengan demikian, di
satu sisi harga jual relatif bisa dipertahankan, karena belum ada pemasok baru, sementara di
sisi lain permintaan juga demikian. Sementara itu dalam jangka panjang, tidak ada yang tetap,
semuanya berubah. Misalnya teknologi berubah, selera konsumen berubah, peraturan
berubah, dan yang lainnya juga berubah, termasuk jumlah pemasok atau produsen akan
berubah. Dengan demikian, maka dalam jangka panjang, oligopoli ini sulit dipertahankan,
walaupun memiliki entry barrier yang kuat. Oleh karena itu dalam jangka panjang, jumlah
pemasok akan bertambah, dan ini akan menyebabkan keseimbangan pasar berubah, harga
cenderung turun di satu sisi, dan terjadi penambahan penggunaan sumber daya di sisi lain,
menyebutkan biaya produksi meningkat di sisi lain, sehingga lama kelamaan (pada bisinis
yang sama) profit berkurang. Sehubungan dengan struktur pasar oligopoli ini, ada beberapa
hal yang khusus antara lain sebagai berikut.
a. Produsen pada pasar oligopoli dapat melakukan kerja sama dalam mengatur supply. Hal
ini akan mengarah pada monopoli (melakukan kesepakatan produksi atau harga yang
dilarang oleh undang-undang). Namun hal ini dapat terjadi bila penegakan hukum (law
enforcement) tidak berjalan dengan baik.
b. Masing-masing produsen akan berkonsentrasi pada kepentingan usahanya sendiri.
Bila hal ini yang terjadi, maka akan memicu persaingan diantara pelaku pasar.
Misalnya, bila salah satu produsen melakukan kebijakan produksi atau harga, maka
selanjutnya bisa terjadi:
Perusahaan lain tidak bereaksi (dengan cara yang sama) namun tetap berkonsentrasi
dengan pasarnya.
Ditanggapi oleh produsen lain dalam rangka mempertahankan pangsa pasarnya. Hal ini
membuat kurva permintaan menjadi patah, sehingga akan membentuk kinked demand
curved atau disingkat kink curve.

Kedua kemungkinan di atas dapat dijelaskan seperti pada Gambar 4.12


Dari gambar 4.12 terlihat hal-hal sebagai berikut.
1. Oligopolis menurunkan harga jual dari harga pasar dengan harapan permintaan naik
mengikuti kurva permintaan DD. Namun, oligopolis lain juga menurunkan harga, maka
permintaan akan berubah mengikuti kurva DD.
2. Kurva permintaan patah mengikuti DKD (kinked curve)
c. Permintaan bagi perusahaan pada pasar oligopoli

14
Memperkirakan permintaan bagi sebuah perusahaan yang berada pada pasar
oligopoli tidaklah mudah karena harus mempertimbangkan reaksi dari perusahaan
(pesaing). Misalnya tepung terigu adalah produk yang berada pada pasar oligopoli di
Indonesia (bila mengabaikan kehadiran produk impor). Sampai dengan tahun 2006,
tepung terigu di Indonesia hanya dihasilkan oleh 3 (tiga) produsen, katakanlah PT.
Prima, PT. Promo, dan PT. Premi. Bila PT. Prima menurunkan harga dengan harapan
permintaan akan naik, sehingga labanya juga bisa naik, direksinya harus
mempertimbangkan reaksi yang bakal dilakukan

Gambar 4.12 Kurva permintaan dan penawaran perusahaan pada pasar oligopoli
oleh PT. Promo dan PT. Apakah akan mengikuti penurunan harga (berapa %?) atau
tidak. Reaksi dari pesaing ini akan menentukan keberhasilan PT. Prima dalam menaikkan
keuntungannya. Oleh karena itu maka yang perlu dilakukan oleh perusahaan oligopoli ini
adalah menyusun strategi dengan mempertimbangkan reaksi dari pesaing, atau dikenal
dengan istilah strategic behavior of oligpolist: actions taken by firm ini oligopolistc market to
plan for and react to competition from rival firms. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
dalam menganalisis permintaan pada pasar oligopoli ini banyak digunakan pendekatan Game
Theory, dengan pendekatan probabilitas dan menggunakan kriteria tertentu. Misalnya
Prisonner, Advertising and Pricing Dilemma.
Dalam menyusun strategi bersaing perusahaan yang berada pada pasar oligopoli, yang penuh
ketidakpastian ini digunakan kriteria pengambilan keputusan.
d. Kriteria pengambilan keputusan untuk pasar oligopoli
Untuk kondisi dimana tingkat kepastian rendah atau ketidapastian yang tinggi, para
pengambil keputusan kadang kala membuat kriteria tertentu agar tujuan yang diinginkan
dapat dicapai. Ada 2 (dua) jenis kriteria pengambilan keputusan yang sering digunakan, yaitu
sebagai berikut.
A. Maximin: Kriteria memilih yang terbaik dari berbagai kemungkinan yang terjelek. (the best
among the worst possible outcome).
Contoh 3
PT XYZ menghadapi pilihan strategi bersaing, apakah akan melakukan penurunan harga
atau tidak, mengingat pasar yang dihadapi adalah pasar oligopoli. Bila melakukan strategi

15
bersaing, maka reaksi pesaing harus diperhitungkan, agar perusahaan tidak terjebak pada
strategi yang salah. Berdasarkan skenario yang disusun oleh bagian strategi pemasaran
perusahaan tersebut, didapat informasi sebagai berikut.

Pilihan strategi PT. XYZ Reaksi pesaing dan profit yang didapat (Rp juta)
Tidak menurunkan harga Menurunkan harga
1. Menurunkan harga 3.000 2.500
2. Tidak menurunkan harga 5.000 1.000
Dari informasi di atas terlihat bahwa kemungkinan terjelek dari menurunkan harga adalah Rp
2.500,00 sedangkan yang terjelek dari tidak menurunkan harga, hasilnya hanya Rp 1.000,00.
Dengan demikian bila menggunakan kriteria Maximin, maka yang dipilih adalah strategi
menurunkan harga, karena hasilnya lebih besar (Rp 2.500 > Rp 1.000)
B. Minimax: Kriteria memilih kemungkinan penyesalan yang terkecil (The minimizes the
maximum possible regret or possibilitiy loss, among the possible outcome)
Contoh 4
PT. XYZ menghadapi pilihan strategi bersaing, apakah akan melakukan penurunan harga atau
tidak mengingat pasar yang dihadapi adalah pasar oligopoli. Bila melakukan strategi bisnis,
maka reaksi pesaing harus diperhitungkan, agar perusahaan tidak terjebak pada strategi yang
salah. Berdasarkan skenario yang disusun oleh bagian strategi pemasaran perusahaan
tersebut, didapat informasi sebagai berikut.

Pilihan strategi PT. XYZ Reaksi pesaing dan profit yang didapat (Rp juta)
Menurunkan harga Tidak menurunkan
harga
1. Menurunkan harga 2.500 3.000
2. Tidak menurunkan harga 1.000 5.000
Bila menggunakan kriteria Minimax ini , perlu dicari informasi mengenai besarnya
penyesalan atau regret yang mungkin terjadi dari berbagai kemungkinan seperti pada tabel
berikut
Tabel Regret (Penyesalan)

Pilihan strategi PT. XYZ Reaksi pesaing dan profit yang didapat (Rp juta)
Menurunkan harga Tidak menurunkan harga
1. Menurunkan harga (2.500 2.500) = 0 (5.000 3.000) = 2.000
2. Tidak menurunkan harga (2.500 1.000) = 1.500 (5.000 5.000) = 0
Dari informasi di atas terlihat bahwa Maximum Regret dari menurunkan harga adalah Rp
2.000,00 sedangkan bila tidak menurunkan harga, maximum regret-nya adalah Rp 1.500,00.
Dengan demikian, bila menggunakan kriteria Minimax, maka yang dipilih adalah strategi
tidak menurunkan harga, karena penyesalannya paling kecil (Rp 1.500,00 < Rp 2.000,00).

16
Pasar Monopoli (Monopoly Market)
Adalah pasar dimana hanya ada satu (1) produsen. Dengan demikian maka pada pasar
monopoli ini tidak ada pesaing. Oleh sebab itu, bila produsen yang monopolis ingin dapat
keuntungan atau profit maksimum, bila dilakukan dengan jalan menurunkan supply, sehingga
harga jual menjadi meningkat. Produsen dapat bertindak sebagai price setter.
a. Pilhan para monopolis (choices of monopolist)
Pada pasar monopoli pelaku monopoli paling tidak punya 3 (tiga) pilihan
dalam berproduksi, yaitu pada harga keseimbangan pasar (P 0). Di atas harga
keseimbangan pasar (P2). Atau di bawah harga keseimbangan pasar (P 1) seperti
terlihat pada Gambar 4.13 dan 4.14.
b. Kerugian masyarakat karena pasar monopoli
Karena pada pasar monopoli produsen hanya satu-satunya di pasar, tentu konsumen
tidak punya pilihan lain. Di samping itu karena produsen pada saat monopoli ini tidak
punya saingan, sehingga tidak terdorong untuk beroperasi dengan efisien. Karena kedua hal
ini, maka keberadaan pasar monopoli ini menimbulkan kerugian atau beban bagi
masyarakat yang dikenal juga dengan istilah social cost of monopoly dalam bentuk sebagai
berikut.
1. Berkurang atau memburuknya efisiensi dan daya saing ekonomi nasional
Karena pada pasar monopoli produsen hanya satu-satunya di pasar, tidak punya
saingan, biasanya tidak terdorong untuk beroperasi dengan lebih efisien, bahkan
cenderung mubazir. Di samping itu jumlah produksi akan lebih rendah dari potensi

Gambar 4.13 Gambar 4.14


Pilihan produsen monopoli (choices of monopolist) hilangnya surplus konsumen pada pasar monopoli
yang ada, karena produsen monopoli cenderung berproduksi lebih rendah dari kapasitas
yang dimiliki untuk mendorong naiknya harga jual dan keuntungannya.
2. Berkurang atau hilangnya sebagaian kesejahteraan masyarakat
Karena produksi dilakukan di bawa keseimbangan pasar, maka akibatnya surplus
yang didapat konsumen menjadi berkurang, tidak saja terambil oleh produsen yang
monopoli, tetapi juga ada yang hilang percuma, tidak dinikmati oleh siapa pun (dend
weight loss), seperti terlihat pada Gambar 4.14.
c. Manfaat dari pasar monopoli
Monopoli merugikan konsumen dan juga merugikan efisiensi ekonomi nasional,
namun untuk barang dan jasa tertentu, khususnya untuk barang-barang kebuutuhan

17
publik atau barang dan jasa yang skala porduksi ekonominya sangat besar, kadang kala
produksinya tidak bisa diserahkan begitu saja kepada mekanisme pasar, karena akan
menimbulkan biaya produksi yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, maka untuk barang dan jasa seperti di atas, diperlukan produsen
yang terbatas atau monopoli, guna menjaga efisiensi produksi maupun kualitas produk
bagi kepentingan masyarakat. Walaupun demikian, maka manfaat ini harus dikaji
secara berkala. Bila manfaat sudah tidak ada, maka pemerintah harus membuka pasar
monopoli ini sehingga pemain menjadi lebih banyak.
1. Monopoli untuk menekan biaya produksi
Hal ini dapat dibenarkan bila skala produksi yang ekonomis begitu besar, sehingga
hanya dengan kondisi pasar monopoli biaya produksi dapat diturunkan
2. Monopoli untuk menjaga penggunaan sumber daya yang sangat terbatas
Seperti disinggung diatas, hal ini hanya dibenarkan bila hanya pasar monopoli yang
dapat menjaga penggunaan sumber daya yang sangat terbatas mengarah pada
monopoli alamiah. Seperti halnya pasar persaingan monopolistik dan oligopoli maka

Gambar 4.15 Gambar 4.16


Kurva penawaran monopoli kurva permintaan monopsoni
kurva permintaan maupun kurva penawaran dari pasar monopoli dan monopsoni ini
berbentuk makin tegak (vertikal), tidak landai, dan inelastis, seperti Gambar 4.15 dan 4.16.
2.5 Perusahaan dan Pasar

Pada umumnya setiap perusahaan akan berusaha untuk bisa mendapat keuntungan
sebesar-besarnya (optimum profit) dalam bisnisnya. Untuk mencapai hal tersebut, maka
perusahaan harus bisa masuk ke pasar yang kadang banyak hambatan atau barrier untuk bisa
menawarkan barangnya kepada konsumen. Selanjutnya setelah masuk pasar, perusahaan
berhadapan dengan persaingan di pasar. Secara lebih ringkas, perusahaan di dalam pasar
dapat dilihat Gambar 4.17 dan 4.18.
2.6 Perilaku Perusahaan Masuk ke Pasar
Seperti terlihat pada Gambar 4.17 dan 4.18, untuk bisa masuk ke pasar biasanya di pasar
sudah ada produsen lain yang juga menawarkan barangnya pada kelompok konsumen yang
sama. Dengan demikian maka untuk masuk pasar, produsen biasanya berperilaku berani
tampil beda (product differetiation) dengan produsen yang sudah ada di pasar. Setelah masuk
pasar, maka tantangan berikutnya yang dihadapi produsen adalah bersaing memperebutkan

18
konsumen dengan produsen lainnya, khususnya bila struktur pasar yang dihadapi bukan pasar
monopoli, tetapi pasar persaingan (bebas, monopolistik, dan oligopoli) seperti terlihat pada
gambar-gambar tersebut.
2.7 Perilaku Perusahaan Bersaing di Pasar
Setelah masuk di pasar, perusahaan berhadapan dengan pesaing. Untuk dapat bertahan di
pasar, perusahaan harus bisa mengalahkan pesaing. Untuk mencapai hal tersebut, maka
perusahaan biasanya punya daya saing yang andal (competitive strategy) untuk bersaing di
pasar. Untuk membangun strategi usaha maka perusahaan perlu melihat kepentingan
konsumen yang dijadikan sasarannya.

Gambar 4.17 Gambar 4.18


Perusahaan dan pasar Perusahaan bersaing di pasar
Seperti disinggung pada uraian di muka, bahwa secara umum konsumen punya
kecenderungan untuk berperilaku membeli barang dan jasa yang termurah harganya dan
terbaik kualitas dan pelayanannya. Dengan demikian maka strategi bersaing ini dapat
dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu strategi bersaing melalui harga (price
competition) dan strategi bersaing di luar harga (non-price competition). Pemilihan strategi
usaha ini (bersaing harga atau di luar harga) tergantung dari bentuk pasar dan karakteristik
konsumen yang dihadapi. Secara lebih ringkas strategi perusahaan di dalam pasar dapat
dilihat Gambar 4.19.
2.8 Individu (Produsen Dan Konsumen), Pasar dan Pemerintah
Seperti disinggung pada butir 4.3 sebelum ini, seseorang individu bebas dalam
melakukan transaksi ekonomi, sesuai dengan kepentingannya. Dengan demikian pada
dasarnya setiap individu melakukan transaksi dengan sukarela. Walaupun setiap individu,
bebas dan sukarela dalam bertransaksi (untuk membeli atau menjual barang dan jasa), namun
dmeikian mereka tidak dapat bebas dari pengaruh pasar. Suatu hal yang perlu diamati dalam
19
sistem ekonomi pasar adalah masalah eksternalitas.

Gambar 4.19 Perusahaan dan persaingan dalam pasar

2.9 Prinsip Pareto

Prinsip Pareto dikenal juga dengan istilah Pareto Optimality, bahwa optimalitas dari seluruh
persoalan multi tujuan tidaklah mudah, sebab harus memperlihatkan semua fungsi tujuan
yang diinginkan.
An optimal allocation of resources is achieved when it is not possible to make anyne better
off without making someone else worse of. Begitu tulisan Pareto mengenai optimalitas.
Dengan menggunakan terjemahan bebas dapat dikatakan alokasi sumber daya yang optimal
tercapai bila meningkatkan kesejahteraan seseorang tidak menyebabkan turunnya
kesejahteraan oran lain. Atau secara matematis dapat ditulis:
Jika X* akan menjadi titik Pareto Optimal, jika dan hanya jika tidak ada titik lain yang layak
seperti X. fi (x) < fi(x*), Vi E (1,2,3....,n) dengan minimal salah satu di antaranya adalah fi
(x) < fi (x*).
Konsep inilah yang kemudian dikenal sebagai Pareto Optimality. Solusi yang diajukan
konsep ini disebut Pareto optimum yang kuat (strong Pareto Optimum). Bila persyaratan di
atas tidak seluruhnya dipenuhi, yaitu apabila
Ex, fi(x)<fi(x*), Vi E (1,2,....,n) maka disebut dengan istilah Pareto optimum yang leman
(weak Pareto optimum).
Solusi optimal diperoleh bukan berupa satu titik melainkan kumpulan beberapa titik, yang
kesemuanya memenuhi konsep Pareto Optimality. Kumpulan titik-titik tersebut dinamakan
Pareto set, atau disebut juga Pareto frontier, karena semua titik tersebut mendominasi titik-
titik yang lain111.
Konsep optimalitas Pareto (The Concept of Pareto Optimality)

20
Sistem Pareto ditujukan untuk memilih alternatif alokasi sumber daya negara yang paling
menyejahterakan masyarakat.
a. Apa yang terjadi di masyarakat dan terlihat di pasar?
Masing-masing orang di pasar akan berusaha untuk memaksimumkan
kepuasannya, melalui penggantian konsumsi suatu barang dengan barang lainnya. Dalam
konteks pribadi, bila orang tersebut menambah konsumsi suatu barang, maka konsumsi
barang lain akan dikurangi. Terjadi pertukaran barang yang dikonsumsi untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraannya. Porsi pertukaran barang konsumsi
ini (yang satu berkurang yang lain bertambah) dikenal dengan istilah Marginal Rate of
Subtitution (MRS), minimal haruslah dapat mempertahankan kepuasan atau
kesejahteraannya sesuai dengan kemampuan (pendapatan) dan selera konsumen tersebut.
Dalam konteks makro masyarakat juga terjadi pertukaran barang dan jasa antar
kelompok masyarakat, misalnya antara produsen dan konsumen. Dalam hal perdagangan
atau tukar menukar barang dan jasa ini prinsip mempertahankan dan meningkatkan
kepuasan atau kesjateraan ini juga merupakan dasar dari terjadinya transaksi di
masyarakat.
Contoh :
Misalkan suatu masyarakat tradisional hanya terdiri dari 2 (dua)anggota, yaitu petani
penghasil kelapa dan nelayan penghasil ikan, dengan kemampuan produksi sebagai
berikut. Maka yang terjadi di masyarakat adalah seperti Gambar 4.20.
Tingkat Pertukaran Kelapa dengan Ikan (MRS) =-2
Bagi nelayan, biaya oportunitas (pengorbanan) untuk mendapatkan sebuah kelapa
sama dengan mengorbankan 1,5 ikan. Nelayan punya kelebihan atau keunggulan
komparatif (comparative advatage) dalam produksi ikan.
Tingkat Pertukaran Kelapa dengan Ikan (MRAS) = -3/2 = -1,5.
Bila kedua orang (petani dan nelayan) tersebut digambarkan kemampuan
produksinya dalam satu (1) kurva yang sama akan terlihat pada Gambar 4.21.

Dari Gambar 4.21 terlihat secara rasional para produsen cenderung menggunakan biaya
oportunitas (pengorbanan) yang paling dalam berproduksi. Hal ini menyebabkan Kurva
Kemungkinan Produksi (Possibility Production Frontier, PPF) yang cenderung dari titik nol
(origin). Makin banyak produsen yang memiliki biaya oportunitas yang berbeda satu sama
lain, membuat kurva keumngkinan produksi (PPF) mengarah ke luar (cembung), seperti
Gambar 4.22.
Dari gambar 4.23 terlihat produksi atau output ekonomi total (agregate) dari petani dan
nelayan yang didistribusikan kepada konsumen (para petani maupun nelayan di pasar).
Produksi sebesar PN, yaitu sebanyak Ok, kelapa, dan OI, ikan, adalah efisien jika

21
teralokasi atau terdistribusi sebanyak (Knelayan,Inelayan) kepada nelayan, dan (Kpetani,Ipetani) kepada
petani, seperti terlihat pada Gambar 4.24.

Gambar 4.20 Kemampuan produksi petani dan nelayan


Keterangan Gambar 4.20
Bagi petani, biaya oportunitas (pengorbanan) untuk satu ekor ikan sama dengan
mengorbankan 2 buah kelapa. Petani punya kelebih atau keunggulan komparatif
(comparative advantage) dalam produksi kelapa.

Gambar 4.21 Kemungkinan produksi (dalam ekonomi) petani dan nelayan


Bila pasar efisien maka kepuasan nelayan kepuasan petani, seperti yang terlihat pada
Gambar 4.25.
Seandainya kepuasan petani belum atau tidak sama dengan kepuasan nelayan, maka akan
terjadi pergeseran. Jika produksi adalah sebesar (K,I), alokasi untuk petani seperti
sebelumnya, maka nilai guna (utily) petani tidak mengalami perubahan seperti terlihat pada
Gambar 4.26.

Gambar 4.22 Kurva Kemungkinan Produksi (PPF) Gambar 4.23 Koordinasi kegiatan produksi dan
petani dan nelayan konsumsi
Optimalitas Pareto dapat terjadi bila peningkatan kesejahteraan satu atau sekelompok
orang tidak menyebabkan satu atau sekelompok orang menurun kesejahteraannya. Secara

22
matematis dirumuskan Optimalitas Pareto tercapai bila: MRS = MRPT.
Keterangan:
MRPT = -(hargaikan)/(Hargakelapa) = MRS atau
MPRT = -(Pikan)/(Pkelapa) = MRS

Gambar 4.24 Koordinasi kegiatan produksi dan konsumsi

Gambar 4.25 Aktivitas (produksi dan konsumsi) petani dan nelayan


Walaupun nilai guna (utily) nelayan berubah menjadi lebih baik (meningkat), tetapi
nilai guna (utility) petani tidak berubah (tetap), sementara MRS = MRPT maka dikatakan
belum ada perbaikan Optimalitas Pareto, seperti terlihat pada Gambar 4.27.

23
Gambar 4.26 Aktivitas ekonomi bila utilitas petani tetap

Gambar 4.27 Aktivitas ekonomi bila utilitas petani tetap, namun utilitas nelayan meningkat
Pada gambar 4.27 terlihat kesejahteraan petani tetap, sementara kesejahteraan nelayan
meningkat, atau dengan bahasa matematisnya MRS = MRPT, artinya pasar belum mencapai
efisiensi (Pareto improvement belum tercapai).
Desentralisasi Koordinasi Produksi dan Konsumsi
Dalam membahas desentralisasi produksi dan konsumsi ini digunakan asumsi sebagai
berikut:
1. Nelayan dan petani masing-masing berproduksi kelapa dan ikan
2. Nelayan dan petani juga konsumen yang menjual tenaga kerja
3. Harga kelapa : Pk
4. Harga ikan : PI
5. Upah tenaga kerja petani : Wpetani
6. Upah tenaga kerja nelayan : Wnelayan
7. Lnelayan,Lpetani adalah jumlah tenaga kerja yang dipakai perusahaan (Pertanian dan
Perikanan)

24
Masalah yang dihadapi masing-masing pelaku ekonomi untuk memaksimumkan nilai
guna atau kepuasan atau labanya adalah dalam memilih:
K : jumlah produksi kelapa yang tepat
I : jumlah produksi ikan yang tepat
L : jumlah tenaga kerja yang digunakan perusahan (Lnelayan,Lpetani)
Laba maksimum = (Pk)K + (PI)I (Wnelayan)/(Lnelayan) (Wpetani)/(Lpetani)
Persamaan garis kesamaan keuntungan (equation for isoprofit line) adalah:
P = (PK)K + (PI)I (Wnelayan)(Lnelayan) (Wpetani)(Ipetani)
Persamaan garis di atas dapat disusun lagi menjadi:
K = ((P+(Wnelayan)(Lnelayan) + (Wpetani)(Ipetani)/Pnelayan) I(Pikan)/(Pkelapa)
Koefisien kurva produksi = -(Pikan)/(Pkelapa)
Koefisien kurva produksi = - (Pikan)/(Pkelapa)
Secara ringkas dapat dilihat pada gambar 4.28 dan 4.29.
Pareto optimal untuk produksi dan konsumsi dapat dicapai dengan desentralisasi perilaku
perusahaan dan konsumen. Dengan Pareto optimal, pasar yang bersaing (competitive
market), profit maksimum dan nilai guna (utility maximaization) secara bersamaan juga
dapat dicapai, seperti terlihat pada Gambar 4.30.
1. Pertukaran (transaksi) yang optimal menurut prinsip Pareto
Misalkan ada dua (2) orang konsumen, A dan B. Kedua konsumen perlu
mempertukarkan barang 1 dan 2 sebagai berikut: wA = (w1A,w2A) dan wB = (w1B,w2B)
misalkan: wA =(6,4) dan wB = (2,2). Total barang yang tersedia untuk dipertukarkan
adalah w1A + w1B = 6 + 2 = 8 unit barang 1 dan w2A + w2B = 4 + 2 = 6 unit barang 2.
Edgemorth114 dan Bowley merancang diagram yang dinamakan Kotak Edgeworth,
untuk menunjukkan semua alokasi yang mungkin dari jumlah yang tersedia barang 1
dan 2 antara kedua konsumen, seperti gambar 4.31.
2. Kelayakan (kepatutan) pertukaran
Pertukaran atau alokasi yang layak antar konsumen adalah alokasi sebelum terjadi
pertukaran, atau alokasi sumber daya yang dimiliki (endowment allocation). Misalnya
kelayakan pertukaran 8 unit barang 1 dan 6 unit barang 2 dari kedua (A dan B)
konsumen di atas, dapat digambarkan dengan kotak atau diagram Edgeworth, sebagai
berikut.

25
Gambar 4.28 Desentralisasi koordinasi Gambar 4.29 Pasar yang bersaing
produksi dan konsumsi (Competitive markets) dan memaksimumkan laba
Misalnya (X1A, X2A) adalah alokasi untuk konsumen A, dan (X 1B, X2B) adalah alokasi untuk
konsumen B. Maka alokasi akan layak jika dan hanya jika:
X1A + X1B < w1A + w1B dan X2A + X2B < w2A + w2B.

Gambar 4.30 Desentralisasi kordinasi produksi dan konsumsi petani dan nelayan

Gambar 4.31 Kotak Edgeworth

X : barang dan jasa yang dipertukarkan (ditransaksikan)


W : kepuasan yang didapat oleh masing-masing yang bertransaksi
Seluruh titik dalam kotal pada Gambar 4.32a, termasuk garis batas (boundary), adalah
alokasi (pertukaran) yang layak (feasible combined endowment). Persoalan yang
mucul adalah alokasi atau pertukaran mana yang tidak disukai oleh masing-masing
atau kedua konsumen adalah alokasi atas pertukaran mana yang membuat seluruh
konsumen menjadi lebih puas (better off?) Untuk membahas persoalan ini, tambahkan
pilihan untuk masing-masing konsumen ke dalam kotak, sperti terlihat pada gambar
4.33.

Gambar 4.32 Kelayakan alokasi sumber daya yang dimiliki

26
Gambar 4.32a Kelayakan alokasi sumber daya yang dimiliki
Bila pilihan kedua konsumen digabungkan ke dalam Kotak Edgeworth, akan terlihat
Gambar 4.34.
3. Perbaikan kepuasan melalui pertukaran dengan prinsip Pareto
Dengan menggunakan prinsip Pareto, maka meningkatkan kesejahteraan seorang /
seklelompok konsuen tidak boleh mengurangi kesjahteraan konsumen lainnya.
Dengan menggunakan ini, maka akan timbul persoalan sebagai berikut
Dimana alokasi Paret untuk meningkatkan kesejahteraan konsumen?
Setiap konsumen dapat menolak untuk perdagangan (pertukaran), bila hasil
pertukaran mengurangi kesejahteraannya.
Konsumen mau melakukan perdagangan bila hal tersebut meningkatkan
kesejahteraannya.

Gambar 4.33 Kelayakan alokasi sumber daya yang disuka konsumen

Gambar 4.34 Gabungan pilihan konsumen


Dengan menggunakan gambar sebelumnya, terlihat lokasi atau daerah untuk meningkatkan
kesejahteraan konsumen dengan Pareto optimal terlihat pada Gambar 4.35.
Bila perdagangan atau transaksi antara keduanya (A dan B) dapat meningkatkan kesjahteraan

27
kedua konsumen, maka hal tersebut akan terus berjalan, dan merupakan perbaikan Pareto
(Pareto-improvement), seperti terlihat pada Gambar 4.36a.
Bila dilihat kecenderungan yang menguntungkan atau yang merugikan pihak yang
bertransaksi, maka gambarannya terlihat pada Gambar 4.38.
Kurva alokasi yang menggambarkan kesamaan kepuasan atau kesejahteraan konsumen
dengan Pareto optimal adalah berbentuk cekung (convex), seperti gambar 4.39.

Gambar 4.35 Perbaikan dengan Pareto

Gambar 4.36a Perbaikan dengan Pareto


4. Alokasi inti yang optimal (the core) dengan Pareto
Bila dilihat pilihan Optimalitas Pareto secara keseluruhan, akan terlihat alokasi yang
optimal seperti pada Gambar 4.40.
Alokasi inti yang optimal (the core) adalah himpunan semua Pareto optimal alokasi
yang meningkatkan kesejahteraan bagi konsumen relatif terhadap aset yang mereka
miliki. Rasionalnya perdagangan harus mencapai alokasi inti ini.

Gambar 4.36b Perbaikan dengan Pareto

28
Gambar 4.37 Optimalitas dengan prinsip Pareto

Persoalan berikutnya adalah: Titik mana (dari alokasi kurva kontrak) yang akan
dipilih konsumen untuk bertransaksi (dagang)?
Hal ini tergantung pada bagaimana perdagangan dilakukan. Apakah pasar berbentuk
persaingan sempurna? Atau pasar tidak berbentuk persaingan sempurna, sehingga
terjadi suatu transaksi sangat

Gambar 4.38 Optimalisasi dengan prinsip Pareto dan kecenderungan yang terjadi

Gambar 4.39 bentuk kurva alokasi yang optimal dengan prinsip Pareto
tergantung dari daya tawar pelaku di pasar (tergantung hasil tawar-menawar antara
satu pelaku dengan pelaku lainnya)? Yang jelas konsumen akan memilih titik di
sekitar wilayah perbaikan kesejahteraan Pareto, seperti terlihat ada Gambar 4.41.
5. Perdagangan di pasar persaingan bebas (trade in free competitive markets)
Ada 2 (dua) asumsi dasar yang dipakai untuk pasar persaingan bebas ini:
Perdagangan dilakukan di pasar persaingan sempurna.
Setiap pelaku pasar menerima saja harga (price-taker), berusaha untuk
memaksimumkan kepuasannya sesuai dengan aset atau kekayaan yang mereka
miliki.

29
Gambar 4.40 Optimalitas dengan prinsip Pareto

Gambar 4.41 Inti dari konsep Pareto


Dengan menggunakan asumsi diatas, akan terlihat transaksi seperti Gambar 4.43 dari gambar
4.43 dan Gambar 4.44, terlihat hal-hal berikut:
Untuk konsumen A. Dengan harga Komoditi 1 adalah P1, dan Komoditi 2 adalah P2, maka:
Permintaan Neto untuk masing-masing komoditi: Komoditi 1 adalah X* 1A w1A dan
Komoditi 2 adalah X*2A w2A.
Untuk konsumen B. Dengan harga Komoditi 1 adalah P 1, dan harga Komoditi 2 adalah P 2,
maka Permintaan Neto untuk masing-masing komoditi :
Komoditi 1 adalah X*1B w1B dan Komoditi 2 adalah X*2B w2B. Apakah dengan demikian
akan terjadi keseimbangan pasar? Sehingga masing-masing pelaku pasar akan mendapat
surplus? Untuk melihat masalah ini dapat dilihat uraian selanjutnya.
6. Keseimbangan pasar (market equilibrium)
Keseimbangan pasar terjadi ketika harga P1 dan P2 menyebabkan Jumlah Permintaan
(Qd) sama dengan (=) Jumlah Penawaran (Qs) untuk komoditas 1 dan 2 yaitu:
X*1A + X*1B = w1A + w1B dan X*2A + X*2B = w2A + w2B. Apakah hal ini dapat terjadi?
Yaitu apakah Pareto Optimal dapat dicapai melalui perdagangan bebas? Untuk
melihat hal ini, maka perlu digabungkan Gambar 4.43 dan Gambar 4.44 dan
menambahkan keterbatasan anggaran (budget constrainst) masing-masing pelaku
pasar.

30
Gambar 4.42 Batas pertukaran yang saling menguntungkan adalah inti dari konsep Pareto

Gambar 4.43 Perdagangan di pasar persaingan bebas untuk pelaku pasar A.

Gambar 4.44 Perdagangan di pasar persaingan bebas untuk pelaku pasar B


Sementara untuk pelaku pasar B, dapat dilihat Gambar 4.46.
Bila dari Gambar 4.45 dan 4.46 dihitung Permintaan dan Penawaran antara pelaku
pasar A dan B, didapat gambaran pada Gambar 4.47.
Dari gambar 4.47 terlihat bahwa dengan harga yang berlaku sebesa P 1 untuk komoditi
1 dan P2 untu komoditi 2, terjadi:
Kelebihan pasokan (exces supply) untuk komoditi 1
Kekurangan pasokan (exces dmeand) untuk komoditi 2
Tidak terjadi keseimbangan pasar (inequilibirum market)

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Pareto Optimal tidak dapat dicapai
melalui perdagangan pada pasar persaingan bebas.
7. Tujuan masyarakat, peran (rasionalitas) individu, dan Pareto efisiensi
Berkaitan dengan hubungan antara tujuan individu dan masyarakat, diasumsikan hal-
hal berikut.
a. Keputusan individu adalah rasional (decision-making by individuals), sehingga
masing-masing individu untuk memuaskan kepentingan melalui konsumsi barang
dan jasa.
b. Agregasi dari preferensi individu yang rasional dengan cara tertentu (some
manner) dapat menjadi keputusan masyarakat mengenai bagaimana
mengalokasikan sumber daya di masyarakat.

31
c. Pada hakikatnya masyarakat terdiri dari individu-individu yang dimotivasi oleh
kepentingan masing-masing (motivated by self-interest). Oleh karena itu, maka
pilihan atau preferensi individu perlu diperhatikan.
d. Keberadaan pemerintah dalam masyarakat adalah untuk menjaga hak-hak
individu, maka undang-undang dan peraturan pemerintah harus menjamin
terjaganya keseimbangan berbagai kepentingan di masyarakat.

Gambar 4.45 Perdagangan di pasar bebas dengan batas anggaran untuk pelaku pasar A

Gambar 4.46 Perdagangan di pasar bebas dengan batas anggaran untuk pelaku pasar B
Alokasi Pareto dikatakan efisien bila dapat membuat seseorang lebih baik tanpa
membuat orang lain menjadi lebih buruk. Sebaliknya Alokasi Pareto tidak efisien
jika tidak dapat membuat beberapa orang lebih baik, tanpa harus membuat
seseorang lainnya lebih buruk.

Gambar 4.47 Perdagangan di pasar bebas antara pelaku pasar A dan B

KONSEP DASAR SISTEM PARETO


Dua (2) komponen dasar sistem Pareto Pertama, pilihan atau preferensi individu, dan kesua:
distribusi pendapatan yang merata115.
a. Optimalitas Pareto dan Pilihan atau Preferensi Individu

32
Kriteria Paret : teknik membandingkan alternatif alokasi sumber daya ekonomi yang
memberikan kesejahteraan maksimum bagi masyarakat. Bagaimana meningkatkan
kesejahteraan seseorang tanpa mengorbankan kesejahteraan orang lain.
Perbaikan kesejahteraan publik dengan Pareto (Pareto Improvement): adalah
meningkatkan kesejahteraan publik ke tingkat yang lebih tinggi.
Kriteria Pareto vs Ketidaksepakatan (Pareto Criterion vs Unanimity)
Kriteria Pareto: memungkinkan ketidapedulian sebagai individu
Optimalitas Pareto adalah kondisi ekonomi dimana tidak ungkin meningkatkan
kesejahteraan seseorang tanpa menurunkan kesjahteraan orang lain. Hal ini
mengindikasikan ekonomi masyarakat sangat efisien. Bila optimalitas Pareto belum
tercapai, artinya terjadi inefisiensi alokasi sumber daya ekonomi di masyarakat.
Jenis kriteria Pareto, yaitu sebagai berikut.
Kriteria lemah (weak Pareto criterion): Bila semua anggota lebih sejahtera
Kriteria kuat (strong Pareto criterion): Sebagian orang meningkat
kesejahteraannya, tetapi yang lainnya tidak menurun kesejahteraannya.
Kriteria Pareto bubar, bila ada orang yang menurun kesejahteraannya.
Secara ringkas dapat dilihat Gambar 4.48
b. Optimalitas Pareto dan Distribusi Pendapatan
Berkaitan dengan distribusi pendapatan, optimalitas Pareto menggunakan asumsi
sebagai berikut.
Optimalitas Pareto menghasilkan alokasi sumber daya ekonomi yang efisien
dan kesjahteraan maksimum bagi masyarakat pada tingkat distribusi
pendapatan tertentu.
Bila distribusi pendapatan berubah, maka optimalitas Pareto juga berubah.
Optimalitas Pareto dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Implikasi : Pareto optimal tidak bisa menyelesaikan masalah efisiensi alokasi sumber
daya ekonomi dan distribusi pendapatan secara bersamaan, dan tidak ada solusi
pemertaan distribusi pendapatan dengan kriteria Pareto (Pareto Criterion), karena:
Distribusi pendapatan yang berbada menghasilkan ptimlitas Pareto yang juga
berbeda (A dan B);
Kombinasi utilitas dengan distribusi pendapatan menghasilkan kurva berbagai
kemungkinan utulitas (Utility Possibility Frontier, UPF);
Bila memilih antara A (Distribusi Pendapatan) atau B (Optimalitas Pareto),
tidak bisa dengan hanya menggunakan Kriteria Pareto, sehingga diperlukan
kriteria tambahan, yaitu fungsi kesejahteraan masyarakat.
Secara lebih ringkas dapat dilihat Gambar 4.49

Keterbatasan Kriteria Pareto

33
Bila dilihat dalam dunia nyata, konsep dan kriteria Pareto ini memiliki beberapa keterbatasan
sebagai berikut.
a. Bila ada seorang individu saja menurun kesejahteraaannya, maka Kriteria Pareto tidak
berlaku.
b. Berbagai alternatif Optimal Pareto tidak dapat dibandingkan satu sama lain.
c. Kriteria Pareto tidak mungkin memilih berbagai alternatif distribusi pendapatan.
d. Pilihan satus quo, bagi yang sudah sejahtera.
e. Pilihan Optimal Pareto pertama tidak selalu lebih baik dari Optimal Pareto kedua.
Bisa saja yang satu lebih baik distribusi pendapatannya, yang lain lebih baik alokasi
sumber daya ekonominya.

Gambar 4.48 kurva kombinasi manfaat individu


Kriteria Potensi Pareto
Untuk mencari solusi dari keterbatasan Kriteria Pareto, dikembangkan Kriteria Potensi Pareto
sebagai berikut.
a. Kriteria Potensi Pareto merupakan modifikasi dari Kriteria Pareto dalam bentuk
membandingkan analisis manfaat dan biaya untuk berbagai alternatif kondisi
ekonomi.
b. Kriteria Potensi Pareto disebut juga dengan istilah Kaldor-Hicks Compensatin Test,
tergantung pada prinsip kompensasinya.

Definisi Kriteria Potensi Pareto: Kondisi A lebih baik (prefered) dibandingkan kondisi B
jika memungkinakan bagi yang mendapat keuntungan (gainer) memberi kompensasi
kepada yang rugi (losers) namun dia (gainer) tetap lebih sejahtera.
Contoh: bila yang beruntung (gainers) pada kondisi A menerima 100 unit manfaat
sementara yang merugi (losers) pada kondisi A karena didenda (penalized) 90 unit

34
(sebagai biaya mereka). Jika saja yang beruntung masih punya 10 unit manfaat. Secara
lebih ringkas, dapat dilihat gambar 4.50.
Penjelasan Gambar 4.50
a. Semua titik pada Kurva S, yang merupakan kurva Kemungkinan Utilitas (UPF)
sepanjang S0S1 adalah lebih baik (Pareto-superior) dibanding titik I.
b. Kriteria Potensi Pareto menunjukkan bahwa alokasi Pareto optimal seperti titik E,
lebih baik dari berbagai alokasi yang bukan Pareto optimal, seperti titik I.
c. Pindah dari titik I ke titik E bukanlah perbaikan Pareto.
d. Kriteria Potensi memungkinkan titik E dicapai oleh potensi kompensasi.

Gambar 4.49 Optimalitas Pareto dan distribusi pendapatan

Gambar 4.50 Kriteria Potensi Pareto


Kriteria dari Pareto optimal ini adalah teknik untuk memilih alternatif solusi ekonomi
yang terbaik, yaitu meningkatakan kesejahteraan paling tidak satu orang, tanpa
membuat orang lain makin menderita. Pasar yang bersaing akan menghasilkan Pareto
Optimal, hanya saja tidak merata (isnot necesaryily an equitable one). Oleh karena itu
masih perlu dicari alternatif lainnya yang mencapai Pareto optimal dengan
pemerataan (equity and fairness) kesejahteraaan. pada teori pertama ini antara
bersaing dan efisien tidak dapat dipertemukan, keduanya tidak bisa disinergikan.
Kedua: Bila suatu kondisi yang diinginkan sudah ditemukan, maka pemerintah dapat
menggeser atau memindahkan kondisi ekonomi dari suatu kondisi Pareto optimal ke
kondisi pareto optimal lain yang lebih baik, dengan cara mengatur distribusi daya beli

35
(redsitributing urchassing power), dan mendorong masyarakat untuk bertransaksi di
pasar yang bersaing yang efisien (competitive and efficient market). pada teori
kedua ini anatar bersaing dan efisien dapat dipertemukan, dan bisa saling bersinergi
satu sama lain.

36
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pasar adalah sumber informasi mengenai pilihan barang dan jasa yang dapat dilakukan
masyarakat (public choice). Makin banyak pilihan konsumsi barang dan jasa yang tersedia,
maka kesejahteraan masyarakat akan makin baik, dan sebaliknya. Leh karena itu, maka
pemerintah perlu mendorong dan menciptakan pilihan-pilihan konsumsi baru di masyarakat,
sehingga masyarakatnya makin sejahtera. Pasar idealnya berfungsi sebagai alat peningkatan
efisiensi ekonomi nasinal melalui persaignan yang sehat untuk peningkatan kesejahteraan
publik.
Pasar, di samping mempertemukan kepentingan para produsen dan konsumen, pasar
juga berfungsi sebagai tempat berkumpul para pesaing (baik antar produsen maupun antar
konsumen). Dengan demikian, pasar akan menumbuhkan persaingan, yang pada ujungnya
mendorong terciptanya efisiensi yang lebih baik.
Makin banyak produsen di pasar, maka pilihan konsumen juga makin banyak dan
sebaliknya. Dengan demikian konsumen juga berkepentingan terhadap kondisi pasar barang
dan jasa yang dibutuhkannya. Dari sisi luas dan banyaknya pemain serta keragaman produk
yang ditawarkan, pengelompokan pasar menjadi pasar persaingan sempurna, pasar
persaingan monopolistik, pasar oligopoli, dan pasar monopoli. Selanjutnya bila dilihat dai
area cakupannya, pasar juga dapat dikelompokkan menjadi pasar domestik, pasar ekspor atau
pasar luar negeri.
Selanjutnya dapat dilihat masing-masing individu di pasar melakukan tindakan
(menjual atau membeli barang dan jasa), dengan bebas, tanpa paksaan, alias sukarela, sesuai
dengan kepentingan dan kebutuhannya masing-masing (they act voluntarily).
Walaupun masing-masing individu sukarela dalam melakukan transaksi, tidak ada yang
memaksanya (no edict forced them to act, no authority told them exactly what to do, or how
to do it), namun mereka tidak dapat menghindar dari pengaruh pasar itu sendiri. Dengan kata
lain pasar dapat memaksakan kondisinya (harga, jumlah pasokan, keragaman pilihan produk,
dan sebagainya), kepada individu yang bertransaksi.
Selanjutnya pemerintah hanya bisa memfasilitasi para individu yang bertransaksi di
pasar, tidak mungkin pemerintah memaksa atau menyuruh orang untuk melakukan transaksi.
Yang juga dpat dilakukan pemerintah adalah mengumumkan kepada masyarakat, apa yang

37
tidak boleh dilakukan.
Dalam hal pencapaian kesejahteraan masyarakat melalui konsumsi dan produksi, pengaruh
pasar jauh lebih besar daripada pengaruh negara.
Dari bahasan masalah prinsip Pareto, dapat disimpulkan hal-hal berikut.
a. Efisiensi pasar bebas sangat dipengaruhi oleh pemilik mosal, tentunya juga
menguntungkan mereka.
b. MRS = MRT. Syarat Pareto Optimal, untuk membuat pasar efisien.
c. Keberatan orang terhadap pasar bebas adalah menimbulkan ketimpangan pendapatan.
d. Bagaimana mengatakan pasar bebas itu baik untuk kehidupan masyarakat, bila ada
sekompok orang sanat kaya sehingga dapat memberikan makan bergizi pada binatang
piaraannya, sementara sebagian besar masyarakat sulit memenuhi kebutuhan
dasarnya.
e. Pasar bebas tidak membuat masyarakat banyak menjadi sejahtera.
f. Negara harus campur tangan dalam ekonomi (tidak boleh menyerahkan saja kepada
pasar), bila penyelenggara negara ingin menyejahterakan masyarakat dan rakyatnya.

Campur tangan negara utamanya adalah memperbaiki distribusi kepemilikan modal yang
lebih adil di tengah masyarakat

38
DAFTAR PUSTAKA

Noor, Henry Faisal. 2013. Ekonomi Publik. Padang: Akademia Permata.

39

You might also like