You are on page 1of 11

Hal paling tampak yang membedakan antara generator sinkron dari generator

induksi/asinkron adalah generator sinkron dieksitasi dua kali. Pada generator asinkron energi
listrik dihasilkan hanya oleh putaran rotor terhadap stator, sedangkan pada generator sinkron
energi listrik dihasilkan oleh putaran rotor terhadap stator dan lilitan rotor yang diumpani
sumber arus dc.

Sebuah generator sinkron memberikan torsi pada satu laju yaitu laju sinkron. Pada laju di luar
laju sinkronnya torsi rata-rata akan bernilai nol, untuk menggambarkan hal ini cermatilah
Gambar 1.

Asumsikan bahwa perputaran rotor diam pada awalnya, jika tiba-tiba rotor berputar
berlawanan dengan arah jarum jam pada kutub N-nya maka sesuai aturan tangan kiri
fleming, pada konduktor yang melilit stator akan timbul arus yang mengarah menuju ke
dalam generator dan gaya yang terjadi pada konduktor mengarah ke kanan, kemudian jika
putaran rotor mencapai 1800 mekanis maka kutub S akan mencapai lilitan stator dan
mempengaruhi medan magnet untuk menimbulkan arus menuju ke arah luar generator dan
sekali lagi menggunakan aturan tangan kiri fleming maka gaya yang terjadi mengarah ke
kanan, saat inilah torsi mula (2*F x setengah panjang antara dua kutub rotor) terjadi yang
berlawanan arah putaran V.

Jika rotor telah bergerak pada kecepatan sinkronnya, rotor akan berputar sebesar 1800 listrik
selama satu setengah silklus dan arus di dalam konduktor akan berbalik arah. Hal ini berarti
bahwa setelah satu setengah siklus, satu kutub yang memiliki polaritas berlawanan akan
melawan arah konduktor yang sama yang arusnya telah berbalik arah; dengan satu
pembalikan baik dari arus i dan medan magnet B, arah dari gaya F dan putaran v di dalam
dua setengah siklus akan tetap sama, dan generator menghasilkan torsi positif.

Persamaan ggl.

Ggl diinduksikan di dalam sebentuk konduktor dengan panjang l bergerak di dalam satu
medan magnet dengan kerapatan fluks rata-rata B dan kecepatan relatif v meter/detik tegak
lurus terhadap arah medan magnet maka:

E = Blv volt

Jika d adalah dimeter dari inti jangkar/armatur dan ns adalah kecepatan rotasi relatif yang
terjadi antara pergerakan jangkar yang bersatu dengan rotor terhadap lilitan l yang dililitkan
pada stator ( lihat ilustrasi Gambar 2 ) maka:
Dan berdasarkan rumus kecepatan sinkron terhadap frekuensi listriknya diperoleh:

E = 2f
yang merupakan nilai rata-rata dari ggl yang melewati satu lilitan konduktor.

Jika winding N lilitan terkonsentrasi pada salah satu kutub-nya maka untuk sepasang kutub
akan memiliki 2N lilitan sehingga ggl rata-rata yang dibangkitkan oleh 2N lilitan adalah:

2N.E = 2N. 2f

Eavg = 4Nf
Diagram fasor pada keadaan gerak-mula/starting kondisi eksitasi

Rancangan awal sebuah generator dibuat sedemikian rupa sehingga semua impedans pada
keadaan tanpa beban ( baik pada hubung buka maupun hubung singkat ) adalah bersifat
induktif sehingga memiliki faktor daya sumber yang berperilaku meninggalkan beban
atau lebih dikenal sebagai lagging power factor. Keadaan gerak-mula/starting digambarkan
oleh Gambar 3 sebagai berikut:

Pada keadaan starting kita dapat membentuk set impedans di bawah kondisi hubung singkat
dengan Xl adalah impedans bocor pada keadaan hubung-singkat, Xa adalah impedans
jangkar/armatur pada keadaan hubung singkat, dan Ra adalah resistansi jangkar pada keadaan
hubung singkat.
Persamaan yang sesuai dengan set impedans di atas adalah:

E = E + jIXa

E = I(jXl + Ra) + jIXa

Atau

E = IRa + jI(Xl + Xa)

E = IRa + jIXt

Generator menghasilkan daya aktif yang dinyatakan dalam MW dan daya reaktif yang
dinyatakan dalam MVAR. Kapasitas generator dinyatakan dalam MVA dimana:

komponen daya aktif MW diatur dengan mengatur kopel penggerak/ pemutar


generator,sedangkan komponen daya reaktif diatur dengan mengatur arus penguat generator.
pengaturan kopel penggerak generator untuk mengatur komponen MW ini dilakukan dengan
mengatur kopel yang dihasilkan oleh mesin. pada mesin penggerak generator yang berupa
turbin air,
pengaturannya dilakukan dengan mengatur banyaknya air penggerak turbin.sedangkan pada
mesin penggerak generator yang berupa turbin uap,pengaturan kopel ini dilakukan dengan
mengatur banyaknya uap yang masuk ke turbin uap.

Daya reaktif, daya penyeimbang untuk mempertahankan batas-batas tegangan keluaran (pada
generator), atau sebagai daya peredam karena reaktans beban atau saluran. Sekalipun daya ini
tidak bisa diubah menjadi energi kerja, tetapi keberadaannya pada generator sangat
diperlukan untuk men-stabilkan tegangan, khususnya pada masa peralihan saat terjadi
perubahan beban, sementara itu belum diikuti oleh perubahan daya riil. Peran daya reaktif
men-stabilkan tegangan agar tegangan tersebut mampu mendorong arus ke beban.
Pengubahan daya reaktif pada generator dilakukan dengan mengubah arus eksitasi belitan
medannya. Oleh karena itu fenomena perubahan daya reaktif
atau pengaturan daya reaktif dapat dipandang sebagai fenomena pengaturan fluks medan atau
pengaturan arus eksitasi medan.
pengaturan daya reaktif dilakukan dengan mengatur arus penguat generator,Hal ini dilakukan
dengan mengatur tahanan pengatur dalam sirkuit arus penguat. Yang membatasi penyediaan
daya aktif adalah masalah-masalah mekanis yang berkaitan dengan mesin penggerak,
sedangkan yang membatasi daya reaktif adalah kemampuan sirkuit eksitasi menyediakan
arus penguat yang dipengaruhi antara lain oleh sistem pendinginan generator.

Kurva Kapabillitas Generator adalah Kurva yang menjelaskan pola Operasi Generator dilihat
dari sisi Beban yang diterima Jaringan dari grafik ini dapat ditentukan titik operasi terbaik
Generator dilihat dari sisi pendinginannya ( tekanan Gas hidrogen )

Gambar 1 memperlihatkan kurva kapabilitas dari suatu generator yang didinginkan dengan
gas hidrogen.

Gambar 1 Kurva Kapabilitas Generator 300MW

Parameter tekanan gas hidrogen sebagai media pendingin diperlihatkan pada gambar 1.Makin
besar tekanan gas hidrogen ,makin besar efek pendinginannya sehingga dapat digunakan arus
penguat yang lebih besar lagi.
Generator mampu menyerap atau memberikan daya reaktif, namun kemampuan ini dibatasi
oleh kurva kapabilitas reaktif yang dimiliki oleh setiap generator

- Jika generator memberikan / mensuplai daya reaktif, bisa dikatakan generator bersifat
kapasitif, namun jika eksitasinya berlebihan (Over Excitation) maka hal ini akan
mengakibatkan panas yang berlebihan pada lilitan rotornya, dan
- Jika generator menyerap daya reaktif, bisa dikatakan generator bersifat induktif, namun jika
eksitasinya kurang (Under Excitation) maka hal ini akan mengakibatkan panas yang
berlebihan pada lilitan statornya.

Kondisi Over Excitation dan Under Excitation pada saat pengoperasian harus dihindari,
seperti disebutkan diatas dan efek domino yang diakibatkan tidaklah kecil, karena pemanasan
yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan laminasi dari lilitan2 tsb dan jika lilitan dari
laminasi tsb rusak maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi hubung singkat antar fasa
atau dengan body generator.

Dalam sistem tenaga listrik, umumnya digunakan generator sinkron fasa tiga untuk
pembangkit tenaga listrik yang utama, maka pengaturan frekuensi sistem praktis tergantung
pada karakteristik dari generator sinkron tersebut.

Penentuan frekuensi.

Pada generator yang mempunyai dua kutub, ggl yang diinduksikan melalui satu putaran
lengkap di dalam satu putaran mesin. Pada mesin kutub-banyak, satu siklus ggl akan
dibangkitkan ketika struktur medan berotasi melalui satu sudut yang terbagi oleh satu
pasangan kutub, sehingga pada generator berkutub banyak dengan p kutub, jumlah siklus ggl
dalam satu kali revolusi akan menjadi p/2. Jika generator memliki kecepatan ns putaran per
detik, maka:

Jika kecepatan rotor n dari generator konstan maka frekuensi yang dihasilkan pun konstan,
oleh sebab itu generator sinkron yang bekerja pada kecepatan konstan dikenal sebagai
generator sinkron karena frekuensi listriknya akan tetap konstan jika kecepatan putaran
mekanis rotornya pun konstan, sehingga frekuensi listriknya sinkron terhadap kecepatan
putar rotor.

Untuk dua buah generator sinkron yang bekerja secara paralel, diagram vektor dari fluks
magnetik, tegangan, arus dan dayanya, digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Diagram vektor dua buah generator sinkron yang bekerja paralel

Apabila kopel penggerak salah satu generator pada gambar (1.1) diperbesar, maka rotor
(kutub) generator akan bergerak maju dalam arti bahwa vektor akan bergerak ke arah yang
memperbesar komponen daya aktif MW dari generator, misalkan hal ini dilakukan terhadap
generator nomor 2, maka keadaan akan berubah seperti ditunjukkan oleh vektor 2, E2 dan
I2.

Selanjutnya komponen daya aktif generator 2 akan berubah dari MW2 menjadi MW2.
Penambahan kopel penggerak generator memerlukan tambahan bahan bakar pada unit
thermis dan pada unit hydro memerlukan penambahan air. Oleh karenanya produksi MWH
dari unit-unit pembangkit listrik memerlukan bahan bakar untuk unit thermis dan
memerlukan sejumlah air untuk unit hydro. Sedangkan untuk daya reaktif (VAR) tidak akan
terpengaruh dengan penambahan kopel penggerak ini, karena komponen daya reaktif lebih di
pengaruhi oleh perubahan pada komponen penguat medan magnet dan tegangan.

Menurut prinsip dasar dalam dinamika rotor, ada hubungan antara kopel mekanis penggerak
generator dengan perputaran generator, dapat dituliskan dalam bentuk persamaan[2]:

(TG TB) = M x (1)

dimana:
TG = torsi atau kopel penggerak generator
TB = torsi atau kopel beban yang membebani generator
M = momen inersia dari generator beserta mesin penggeraknya
= kecepatan sudut perputaran generator

Karena frekuensi yang dihasilkan generator merupakan sama dengan kecepatan rotornya,
sehingga dapat dituliskan dengan:

f= (2)

Hal ini berarti bahwa pengaturan frekuensi sistem merupakan pengaturan dari kopel
penggerak generator atau pengaturan daya aktif dari generator. Untuk mesin penggerak
generator, pengaturan frekuensi sistem di lakukan dengan pengaturan pemberian bahan bakar
pada unit thermis dan pengaturan pemberian air pada unit hydro.

Sedangkan untuk sistem beban, frekuensi akan turun apabila daya aktif yang dibangkitkan
tidak mencukupi kebutuhan beban dan sebaliknya frekuensi akan naik apabila ada kelebihan
daya aktif dalam sistem. Secara mekanis, dengan melihat persamaan (1) dan (2) dinamika
frekuensi sistem dalam kaitannya dengan pembangkitan daya aktif dapat dituliskan sebagai
berikut [2]:

a. Jika TG TB = T < 0, maka < 0, sehingga frekuensi akan turun (3)


b. Jika TG TB = T > 0, maka > 0, sehingga frekuensi akan naik (4)

Namun secara tidak langsung penyediaan daya reaktif dapat pula mempengaruhi frekuensi
sistem, karena penyediaan daya reaktif mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan
tegangan, yang selanjutnya dapat menyebabkan kenaikan beban daya aktif. Namun
pengaturan frekuensi sistem lebih dominan kaitannya dengan penyediaan daya aktif.

You might also like