You are on page 1of 6

RMK MANAJEMEN RESIKO

MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL DAN RISIKO PERUBAHAN KURS

EKM 420 CP

Oleh

Nama : Komang Monica Cristina

Nim : 1406205009

No Absen : 07

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
17.1 Pengendalian Kualitas Sebagai Strategi Menghadapi Risiko Operasional
Kualitas adalah fitur dan karakteristik produk/jasa secara keseluruhan yang dapat
memuaskan kebutuhan tertentu. Kualitas mengukur seberapa baik produk/jasa dapat memenuhi
konsumen.Kualitas menentukan daya daing organisasi, karena itu organisasi perlu menjaga dan
memonitor kualitas

17.1.1 Definisi kualitas


Adalah sistem menyeluruh dari kebijakan, prosedur, pedoman, yang ditetapkan oleh
organisasi untuk menjaga dan mencapai jaminan kualitas. Jaminan kualitas terdiri dua fungsi
pokok :
1. Rekayasa kualitas : membuat proses dan desain produk yang berkualitas
2. Pengendalian kualitas : inspeksi untuk melihat apakah standar kualitas sudah terpenuhi

17.1.2 Six sigma


Six sigma didefinisikan sebagai metodologi untuk mengelola variasi dalam suatu proses
yang menyebabakan produk rusak , yaitu produk yang mempunyai penyimpangan yang lebih
besar dari standar penyimpangan tertentu , dan secara sistematis bekerja untuk mengelola variasi
tersebut, untuk menghilangkan produk rusak tersebut. Tujuan dari six sigma adalah untuk
mengurangi variasi output dari suatu proses tertentu, sehingga dalam jangka panjang bisa
menghasilkan produk rusak kurang dari 3, 4 produk rusak per 1 juta output.
Metodologi Six sigma
Six sigma mempunyai dua metodologi kunci . yaitu DMAIC dan DMADV.
DMAIC (define , measure , analyze, improve , control) digunakan untuk memperbaiki
proses bisnis saat ini yang berada di bawah standar , dan digunakan untuk mencari
perbaikan secara gradual.
DMADV (define , measure , analyze , design , verify) digunakan untuk menciptakan
proses atau output yang baru mempunyai kualitas dengan standar six sigma. DMADV
juga bisa digunakan jika proses saat ini membutuhkan lebih dari perbaikan gradual.
DMAIC terdiri dari lima tahap , yaitu :
1. Mendefinisikan secara formal tujuan dari perbaikan proses yang konsisten dengan
permintaan konsumen dan strategi organisasi
2. Melakukan pengukuran awal untuk perbandingan di masa mendatang
3. Melakukan analisis untuk memverifikasi kaitan dan hubungan sebab akibat.
4. Memperbaiki dan mengoptimalkan proses berdasarkan analisis dengan
menggunakan teknik seperti desai eksperimen.
5. Menyiapkan dan mengendalikan percontohan untuk menetapkan kemampuan
proses, transisi ke produksi , dan secara terus menerus megukur proses dan
menetapkan mekanisme pengendalian, untuk memastikan bahwa variasi
diperbaiki sebelum memunculkan produk rusak.

DMADV terdiri dari lima tahap, yaitu :


1. Mendefinisikan secara formal tujuan dari aktivitas yang konsisten dengan
permintaan konsumen dan startegi perusahaan
2. Mengukur , mengidentifikasi kualitas perusahaan , kemampuan produk ,
kemampuan proses produksi , assessmentrisiko , dan sebagainya.
3. Analisis , mengembangkan alternatif desain, menciptakan desain dengan tingkat
yang tinggi, dan mengevaluasi kemampuan desain, supaya bisa dipilih desain
yang terbaik.
4. Desain , dan mengembangkan desain yang detail , mengoptimalkan desain , dan
merencanakan verifikasi desain.
5. Verifikasi desain , menyiapkan percontohan , menjalankan proses produksi , dan
menyerahkan proses tersebut ke pemilik proses.

Six sigma mengidentifikasi lima peranan kunci untuk menjamin kesuksesannya.


Kelima kunci tersebut adalah :
1. Pemimpin puncak, menetapkan visi pelaksanaan six-sigma.

2. Champions, bertanggung-jawab terhadap pelaksanaan six-sigma.

3. Master Black Belts, pakar dalam organisasi dalam hal six-sigma

4. Black Belts, melaksanakan metdologi six-sigma untuk proyek spesifik.

5. Green Belts, pelaksana sisx-sigma bersamaan dengan pekerjaannya.

17.1.3 Perbaikan Proses Bisnis


Perbaikan proses bisnis berkaitan erat dengan six sigma, karena salah satu aktivitas six
sigma bisa jadi melakukan perbaikan proses bisnis. Perbaikan proses bisnis adalah pendekatan
yang sistematis untuk membantu organisasi melakukan perubahan signifikan terhadap cara
organisasi menjalankan bisnisnya. Tujuan dari perbaikan proses bisnis lebih pada perubahan
radikal , bukannya perubahan secara gradual.
Cara kerja perbaikan proses bisnis :
1. Mendefinisikan tujuan strategis organisasi, misi dan maksud keberadaan organisasi
2. Menentukan konsumen , stakehoulders organisasi.
3. Menentukan struktur dan proses yang ada saat ini. Menyatukan proses bisnis agar bisa
memenuhi persyaratan yang diminta oleh konsumen.
4. Menentukan output apa dari proses tersebut yang akan menghasilkan nilai tambah bagi
organisasi.
5. Setelah output tersebut ditentukan, organisasi perlu memfokuskan pada pencapaian
output tersebut, perlu melakukan perubahan agar bisa memenuhi visi dan misinya.

17.1.4 Control Charts

Menunjukkan apakah variasi dari output disebabkan karena proses yang


masih terkendali (in control) atau prose yang sudah tidak terkendali (out of control).
Digunakan jika kualitas diukur dengan panjang, berat,temperatur, dsb.

Jika standar deviasi dan rata-rata diketahui :

Jika standar deviasi dan rata-rata tidak diketahui :

17.2 MANAJEMEN PERUBAHAN KURS

Eksposur terhadap perubahan kurs tersebut dikelompokkan ke dalam tiga tipe :


1. Eksposur Transaksi
2. Eksposur Akuntansi
3. Eksposur Operasi

17.2.1 Manajemen Eksposur Transaksi


a) Derivatif
Misalkan importir Indonesia melakukan transaksi pembelian dari eksportir Amerika
Serikat. Importir tersebut harus membayar 1juta dollar tiga bula mendatang. Importir tersebut
dalam hal ini menghadapi risiko perubahan kurs; jika rupiah melemah, ia bisa melakukan
langkah atau hedging dengan derivatif dan instrumen money-market.
Karena importir tersebut membutuhkan dollar 3 bulan mendatang, maka dia dikatakan short S.
Short S adalah sedemikian rupa jika rupiah melemah, pemegang posisi short S akan mengalami
kerugian dan sebaliknya. Sebagai hedge-nya, importir tersebut bisa membeli 3-bulan S forward.
b) Money-market Hedge
Misalkan instrumen derivatif tidak ada, hedging dengan money market instrument bisa
dilakukan. Misalkan eksportir Indonesia akan memperoleh 1juta dollar 3 bulan mendatang. Ia
menghadapi risiko perubahan kurs, dan ia ingin menghilangkan risiko tersebut. Hedging tersebut
bisa dilakukan seperti berikut. Misalkan tiingkat bunga dalam S untuk 3 bulan adalah 5%.
T = 0 (sekarang) Pinjam sebesar $1juta / (1,05) = $952.381
Konversi ke rupiah dengan kurs spot Rp10.000/$, untuk memperoleh rupiah sekitar Rp9,52
miliar
T = 3 (3bln) Memperoleh $1juta
Kas tersebut digunakan untuk melunasi hutangnya, sehingga ia membayar sebesar $952.381 x
(1,05) = $1juta
c) Risk Shifting
Misalkan perusahaan komputer menjual produknya ke Indonesia. Karena komponen
diimpor dari luar negeri, maka harga komputer akan sangat tergantung dari kurs yang berlaku.
Jika rupiah menguat, harga akan mengalami penurunan, dan sebaliknya. Atau dengan cara lain
dengan menggeser risiko perubahan kurs ke konsumen. Jika posisi konsumen konsumen lebih
kuat dibandingkan dengan produsen, maka hal sebaliknya bisa terjadi, yaitu risiko dialihkan dari
konsumen ke produsen.
d) Netting Exposure
Netting Exposure dilakukan dengan menggabungkan ekspousr yang berlawanan
sehinggan eksposur bersihnya adalah nol. Misalkan perusahaan Indonesia meminjam dalam
dollar. Dalam hal ini perusahaan tersebut menghadapi risiko perubahan kurs. Jika rupiah
melemah, perusahaan tersebut bisa menghadapi masalah. Untuk menghilangkan risiko tersebut
dengan menjual ke luar negeri (ekspor) sehingga perusahaan tersebut akan memperoleh dolar.

17.2.2 Manajemen Eksposur Akuntansi


Eksposur akuntansi terjadi jika perusahaan, khususnya perusahaan multinasional,
melakukan konversi laporan keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya.
Alternatif Manajemen Akuntansi
Kurs Melemah Menguat
Aset Dikurangi Ditambah
Kewajiban Ditambah Dikurangi

Jika dalam situasi diatas, rupiah diperkirakan melemah, maka alternatif yang bisa
dilakukan adalah mengurangi aset dan/atau menambah kewajiban. Tetapi cara seperti itu tidak
sepenuhnya menghilangkan risiko, karena kita masih menebak-nebak arah perubahan kurs.
Dalam hal ini kita melakukan spekulasi. Jika tebakan kita salah, maka kita akan merugi. Jika
pasar sudah efisien, maka alternatif semacam itu tidak akan menghasilkan keuntungan. Alternatif
lain dengan menggunakan derivatif untuk mencegah kerugian yanng muncul akibat perubahan
kurs.

17.2.3 Manajemen Eksposur Operasi


Eksposur operasi terjadi karena perubahan kurs akan mengakibatkan terganggunya
operasi perusahaan. Manajemen eksposur operasi bisa dilakukan sebagai berikut :
a) Jangka pendek : memanfaatkan situasi perubahan kurs untuk kepentingan perusahaan.
b) Jangka panjang : mengurangi sensitivitas operasi perusahaan terhadap perubahan kurs

Memanfaatkan Situasi Perubahan Kurs


Misalkan perusahaan Jepang sedang bersiap-siap untuk meluncurkan produk baru di
Amerika Serikat. Tiba-tiba yen melemah signifikan terhadap dollar. Jika yen melemah terhadap
dollar, maka harga produk tersebut dalam $ akan menurun. Karena harganya turun, maka situasi
tersebut tersebut merupakan kesempatan baik untuk merebut pangsa pasar di Amerika Serikat.
Mengurangi Sensitivitas Operasi Perusahaan Terhadap Perubahan Kurs
Pengaruh sensitivitas tersebut bisa dilakukan melalui beberapa cara sebagai berikut :
Aspek Pemasaran. Perusahaan bisa membuat pemasaran yang membuat konsumen
berkurangnya sensitivitasnya terhadap kurs, misal dengan mendiferensiasikan produknya.
Produk terdiferensiasi mempunyai fitur tertentu yang menarik konsumen membeli.
Konsumen membeli bukan karena harga, melainkan karena fitur tersebut.
Cara lain adalah dengan mendiferensiasikan pasar di luar negeri. Sebagai contoh , jika
perusahaan Jepang, 90% eksposurnya ke Amerika Serikat, maka penguatan yen terhadap
dolar akan menimbulkan masalah. Perusahaan tersebut bisa mendiversifikasikan pasarnya
sehingga akan mengeksposurkan produknya.
Aspek Produksi. Perusahaan bisa melakukan manajemen eksposur operasi melalui aspek
produksi. Sebagai contoh, perusahaan Jepang menghadapi masalah dengan penguatan
yen terhadap dollar. Jika perusahaan tersebut membeli inputnya tidak hanya dari Jepang,
tetapi juga dari negara lain. Alternatif lainnya perusahaan bisa memindahkan fasilitas
produknya.
Aspek Lain. Masih banyak aspek dan teknik lain yang bisa digunakan untuk manajemen
eksposur operasi. Sebagai contoh, perusahaan Jepang yang menjual produknya ke
Amerika Serikat akan menerima $. Perusahaan tersebut bisa meminjam dengan eksposur
bersihnya adalah nol.

DAFTAR PUSTAKA

M.Hanafi Mamduh.2014.Manajemen Risiko Edisi kedua.YogyakartaUPP STIM YKPN

You might also like