Professional Documents
Culture Documents
discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/299509938
CITATIONS READS
0 339
2 authors, including:
Etsa Setiyati
Ma Chung University
10 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Etsa Setiyati on 31 March 2016.
The user has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are added to the original document
and are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately.
Volume 18, No.2, Agustus 2015
Volume 18, No.2, Agustus 2015: 77-173
Diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Akademi Akuntansi Yayasan Keluarga
Pahlawan Negara sebagai media untuk mengkaji berbagai fenomena atau permasalahan maupun
hasil penelitian yang berhubungan dengan Ilmu Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi dalam arti luas.
Jurnal WAHANA terbit setahun 2 kali, setiap bulan Pebruari dan Agustus. Redaksi menerima artikel
dari siapapun baik yang ditulis dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris. Untuk informasi
berlangganan, dipersilakan menghubungi Redaksi pada alamat di atas.
i
WAHANA Volume 18, No. 2 Agustus 2015
DAFTAR ISI
ii
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
ABSTRACT
Electricity consumption needs to be managed well considering the demand for electricity is high,
especially in household sector. Energy-saving electronic products is part of the green products which
are offered to consumers in the attempt to create environmental sustainability. The study aims to
identify the segmentation of green consumers for electronic products in Malang based on
demographic variables (gender, age, education level and income level), psychographics (lifestyle,
personality, and social class), and behavior (attitude toward the product and the use of the product).
K-means cluster is employed to analyze data and to identify this segmentation. The results consist
cluster 1 (curious consumers), cluster 2 (energy-saving-oriented consumers), and cluster 3 (selfish
consumers). Implications for developing marketing strategy for each customer clusters are suggested.
Keywords: sustainable marketing, green consumers, electronics, segmentation
77
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
juga melakukan eco-design yang ramah keinginan konsumen untuk membayar lebih
lingkungan dengan memperhitungkan aktivitas bagi produk ramah lingkungan. Variabel
untuk mengurangi dampak lingkungan ditinjau tersebut meliputi
dari sisi pengembangan, bahan produksi, dan a. demografi meliputi umur, jenis kelamin,
sirkulasi dari produk. Manfaat atau pendapatan, tingkat pendidikan, status
keuntungan seperti hemat biaya listrik, hemat pekerjaan, kepemilikan property, status
penggunaan energi dan pengurangan emisi pernikahan, dan ukuran keluarga.
karbondioksida/CO2 sering ditekankan dalam b. environmental knowledge, yaitu eco-
promosi produk sebagai upaya sustainability literacy
marketing, yaitu pemasaran yang berwawasan c. values, meliputi individualism,
atau berorientasi pada kelestarian lingkungan collectivism, security, dan fun/enjoyment
(Tjahjaningsih, 2007). d. sikap/attitudes terhadap isu lingkungan
Meraih dukungan konsumen dalam dan green products
upaya menyukseskan sustainability marketing e. perilaku/behaviors dalam aktivitas peduli
dan memenangkan persaingan tentunya lingkungan
memerlukan pemahaman akan perilaku
konsumen sasaran yang peduli terhadap Berdasarkan tingkat kepedulian konsumen
lingkungan (green consumers). Berangkat dari terhadap lingkungan dan perilaku pembelian,
permasalahan tersebut, penulis merasa perlu Ogily dan Mather (dalam Rex dan Baumman,
untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait 2007) mengidentifikasi pembagian tipe
segmentasi konsumen produk elektronik hemat segmen pasar menjadi 4 yaitu: Activist,
energi pada konsumen kelompok rumah Realist, Complacents, dan Alienated (Tabel 1).
tangga di Kota Malang. Pemilihan obyek Sementara itu, Vlosky, Ozanne, dan Fontenot
difokuskan pada kategori produk elektronik (1999) mengidentifikasi kesadaran lingkungan
hemat energi di sektor rumah tangga dianggap konsumen dengan mengukur kecenderungan
menarik untuk diteliti mengingat sektor rumah konsumen terhadap lingkungan secara
tangga merupakan sektor yang mendominasi keseluruhan (Tabel 2), dan mengkategorikan
konsumsi listrik. Apalagi, Jawa Timur konsumen dalam 5 segmen yakni: True-blue
merupakan provinsi dengan jumlah pelanggan greens, Greenback greens, Sprouts, Grousers,
rumah tangga terbanyak kedua di Indonesia dan Basic browns. Kedua segmentasi tersebut
dengan jumlah 8.434.763 (Badan Pusat dilakukan dengan latar belakang masyarakat
Statistik, 2013), dimana kota Malang memiliki Amerika Serikat. Sementara, literature
jumlah penduduk terbanyak kedua di Provinsi segmentasi green consumers di Indonesia
Jawa Timur (setelah Surabaya). Oleh karena masih sangat terbatas. Apabila perusahaan
itu, penelitian ini bertujuan untuk tertarik untuk mengembangkan kesadaran
mengidentifikasi segmen konsumen produk masyarakat akan adanya produk ramah
elektronik hemat energi listrik pada kelompok lingkungan, Yaacob dan Zakaria (n.d.)
konsumen rumah tangga di Kota Malang menyarankan agar perusahaan memperbanyak
berdasarkan variabel demografis, variabel pengetahuan konsumen terhadap produk dan
psikografis, dan variabel perilaku. atribut lingkungan dengan harapan dapat
membawa konsumen untuk melakukan
KAJIAN LITERATUR keputusan pembelian yang tepat.
78
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
79
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
80
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
81
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
digunakan untuk variabel ini peneliti untuk mendapat response rate yang
menggunakan skala ordinal yang terdiri tinggi.
dari Populasi dalam penelitian ini adalah
1. SMA konsumen yang menggunakan produk
2. Diploma (D1/D3) elektronik hemat energi dalam kelompok
3. Sarjana (S1) rumah tangga di Kota Malang. Sedangkan
4. Pascasarjana (S2/S3) sampel merupakan bagian dari populasi yang
dianggap mewakili kecocokan dari
2. Segmentasi psikografis keseluruhan kelompok (Burns dan Bush, 2006,
Segmentasi yang membagi pembeli p.330). Teknik pengambilan sampel untuk
menjadi kelompok berbeda berdasarkan penelitian ini adalah teknik purposive
gaya hidup dan karakteristik kepribadian sampling dengan pendekatan non probability
(Kotler dan Armstrong, 2008, p.229). sampling yang didasarkan pada pertimbangan-
Kunto dan Khoe (2007) mendefinisikan pertimbangan tertentu (seperti sifat-sifat,
gaya hidup/lifestyle sebagai bagaimana karakteristik, ciri, kriteria) yang
seorang hidup/how one lives, termasuk mencerminkan populasinya (Kinnear dan
bagaimana seseorang menggunakan Taylor, 2002, p.205). Kriteria yang digunakan
uangnya, bagaimana ia mengalokasikan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini
waktunya, dan sebagainya. Selain itu, adalah konsumen yang menggunakan produk
penelitian psikografis ditinjau berdasarkan elektronik hemat energi (produk elektronik
activities/kegiatan, interest/minat, dan yang memiliki daya watt rendah dibandingkan
opinion/pendapat pelanggan. Setiadi (2003, dengan produk elektronik konvensional
p.136) menyatakan kepribadian dan konsep lainnya) pada kelompok konsumen rumah
diri adalah pola perilaku yang konsisten tangga di Kota Malang (bertempat tinggal di
dan bertahan lama/enduring. Skala Kota Malang) dengan ketentuan minimal 1
pengukuran yang digunakan untuk produk, usia minimal 17 tahun, dan memiliki
mengukur kedua aspek ini menggunakan peranan dalam pengambilan keputusan produk
skala likert yang terdiri dari elektronik yang digunakan secara bersama di
1. Sangat Tidak Setuju/STS rumah tangga.
2. Tidak Setuju/TS Penentuan ukuran sampel pada penelitian
3. Netral/TT multivariat harus beberapa kali lebih besar (10
4. Setuju/S kali) dari jumlah variabel yang akan dianalisis
5. Sangat Setuju/SS (Busnawir, n.d.). Penelitian ini menggunakan 3
segmentasi dengan mengukur segmentasi
3. Segmentasi perilaku demografi sebanyak 4 variabel, segmentasi
Penelitian ini membahas 2 dimensi psikografis sebanyak 3 variabel, dan
variabel yang terdiri dari tingkat segmentasi perilaku sebanyak 2 variabel.
penggunaan (menggunakan skala ordinal: Berdasarkan penghitungan ukuran minimum
ringan, menengah, berat), dan sikap sampel yang digunakan di dalam penelitian ini
terhadap produk (menggunakan skala adalah 90 sampel namun peneliti menggunakan
Likert 5 poin). 150 sampel dengan tujuan menghindari
kehilangan sampel pada saat melakukan
Metode pengumpulan data yang penelitian.
digunakan peneliti adalah survei. Alat atau Sebelum melakukan analisis data, uji
instrumen dalam penelitian ini berupa angket validitas dan reliabilitas dilakukan terlebih
atau kuesioner. Alasan peneliti mengumpulkan dahulu. Kemudian, data yang valid dan
data melalui pembagian kuesioner secara reliable dianalisis dengan menggunakan
personal adalah karena responden yang analisis cross-tab dan analisis k-means cluster
menjadi sampel banyak, terdapat materi yang dimana kedua alat analisis tersebut berfungsi
sama ditanyakan pada setiap responden, untuk mengolah data berdasarkan kegunaan
efisiensi waktu, dan peneliti dapat memberikan yang diperoleh. Analisis tabulasi silang atau
penjelasan yang diperlukan kepada responden. crosstab adalah tabel silang yang terdiri atas
Selain itu teknik ini juga lebih memungkinkan satu baris atau lebih, dan satu kolom atau lebih
dengan tujuan apakah ada hubungan antara
82
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
baris (sebuah variabel) dengan kolom (sebuah pada kelompok/atribut tersebut adalah positif.
variabel yang lain). Sementara itu, Analisis Pada penelitian ini nilai tengah yang
Kluster Non-Hierarki (K-Means Cluster) digunakan adalah 3 karena peneliti
adalah analisis yang mengelompokkan elemen menggunakan skala likert dengan skala 5.
yang mirip sebagai obyek penelitian menjadi Karaketristik dari tiap-tiap cluster dapat dilihat
kelompok (cluster) yang berbeda dan mutually pada Tabel 5.
exclusive/saling asing (Supranto, 2010, p.26).
Analisis kluster tidak memiliki variabel 1.2 Hasil Uji ANOVA
bebas dan variabel terikat dan bertujuan Uji ANOVA digunakan untuk
mengklasifikasi obyek (kasus/elemen) seperti menganalisis perbedaan antar cluster. Apabila
konsumen, produk, dan lain-lain ke dalam ada variabel yang memiliki tingkat signifikansi
kelompok-kelompok relatif homogen yang > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang
diukur dalam suatu set variabel yang diteliti. berarti pada tiap cluster yang berhubungan
Berdasarkan data kuesioner yang dengan variabel atau item tersebut. Sedangkan
terkumpul, peneliti kemudian melakukan jika tingkat signifikansi 0,05 maka terdapat
analisis dengan menggunakan teknik K-Means perbedaan yang berarti antara cluster. Tabel 6
Cluster untuk menentukan banyaknya kluster menunjukkan bahwa sebagian besar butir
dimana banyaknya kluster dipilih menurut pertanyaan terdapat perbedaan yang berarti di
pandangan subyektifitas dari peneliti. Analisis antara ketiga cluster yang dapat diukur dari
kluster non-hierarki digunakan dalam tingkat signifikansi 0,05. Butir pertanyaan
penelitian ini karena dapat digunakan untuk aktivitas 3 memiliki tingkat signifikansi 0,428
mengelompokkan data yang mempunyai kemudian butir pertanyaan aktivitas 4
kesamaan. Peneliti menentukan 3 segmen memiliki tingkat signifikansi 0,076. Butir
kluster untuk mengetahui karakteristik/profil 3 pertanyaan aktivitas 3 dan aktivitas 4 memiliki
kelompok responden pada penelitian ini. tingkat signifikansi > 0,05 dengan kata lain
tidak terdapat perbedaan yang berarti pada tiap
HASIL DAN PEMBAHASAN cluster yang berhubungan dengan variabel atau
item tersebut. Semakin besar angka F pada
1. Analisis Segmentasi Pasar tabel menunjukkan ada perbedaan antar cluster
yang paling besar.
1.1 Final Cluster Centers Butir pertanyaan yang paling besar
Final cluster centers merupakan hasil ditemukan pada konatif 1 yang menyatakan
akhir dari proses clustering setelah melalui responden selalu membeli produk elektronik
iterasi (proses pengulangan dengan ketepatan hemat energi listrik dengan nilai F statistik
lebih tinggi dari sebelumnya) sehingga hasil sebesar 30.571. Butir pertanyaan opini 2 dalam
initial cluster centers tidak dianalisis. Final hal inovasi mengenai produk elektronik yang
cluster centers digunakan untuk menafsirkan hemat energi listrik yang ditawarkan banyak
angka pada tiap cluster/kelompok responden perusahaan memiliki nilai F statistik sebesar
yang masing-masing kelompok tentunya 26.056 yang merupakan nilai F statistik
mempunyai ciri yang berbeda dengan terbesar kedua. Nilai F statistik terbesar ketiga
cluster/kelompok yang lain. Perbedaan bisa terdapat pada butir pertanyaan konatif 3 dalam
ditelusuri per butir pertanyaan dengan dasar hal responden selalu mencari tahu apakah
besaran angka itu sendiri. Apabila butir produk elektronik yang hendak dibeli dapat
pertanyaan dari suatu atribut memiliki nilai menghemat energi listrik yaitu sebesar 23.207.
tertinggi pada satu cluster berarti atribut Nilai F terkecil dimiliki butir pertanyaan
tersebut memiliki penilaian yang dominan aktivitas 3 yaitu sebesar 0.853 dalam hal
terhadap cluster tersebut dengan ketentuan ketergantungan dengan produk elektronik
semakin tinggi nilai skala dalam kuesioner ketika bekerja/beraktivitas. Dari total
maka semakin positif jawaban responden. keseluruhan 150 responden, mayoritas
Menurut Suliyanto (2005, p.151-152) jika responden berada pada cluster 2 (Jumlah
angka pada tabel < nilai tengah skala maka responden pada tiap cluster dapat dilihat pada
sikap responden pada kelompok/atribut Tabel 7).
tersebut adalah negatif tetapi jika angka pada
tabel nilai tengah maka sikap responden
83
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
2.3 Hasil Uji Crosstab lingkungan saat ini. Munculnya inovasi produk
Analisis crosstab biasanya digunakan elektronik yang hemat energi dari banyak
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara perusahaan juga membuat responden untuk
baris (sebuah variabel) dengan kolom (sebuah cenderung menyadari promosi yang dilakukan
variabel yang lain) dengan melihat pada banyak perusahaan dalam memperkenalkan
frekuensi atau persentase. Penelitian ini kecanggihan produk elektronik terkini yaitu
menggunakan uji crosstab untuk menunjukkan hemat energi listrik. Penyampaian informasi
hubungan antara tiap cluster dengan variabel yang berkaitan dengan aspek hemat energi
demografi yang meliputi jenis kelamin, usia, listrik dari media elektronik juga menambah
tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan wawasan responden mengenai kampanye
terakhir (Tabel 8, 9, 10, 11). pemerintah dan pembatasan penggunaan listrik
akan menganggu kegiatan ekonomi
2. Pembahasan masyarakat. Secara umum, responden dalam
cluster ini memiliki kepribadian yang cukup
Tabel 12 menyajikan rangkuman hasil positif seperti memiliki rasa percaya diri,
analisis segmentasi demografi, segmentasi mudah mendapat teman baru, suka
psikografis dan segmentasi perilaku dari menginstropeksi diri, dan menambah wawasan
keseluruhan variabel. baru demi memperdalam wawasan yang sudah
a. Profil Cluster 1 (Curious consumers) dimiliki. Apabila responden yang tergolong
Cluster 1 memiliki jenis kelamin pria dan dalam cluster ini memiliki produk elektronik
wanita yang seimbang apabila dibandingkan hemat energi mereka menunjukkan sikap
dengan cluster yang lain. Responden pada bangga dan senang namun kelompok ini
cluster 1 memiliki kecenderungan untuk cenderung tidak setuju untuk membeli produk
menyukai kegiatan alam, cenderung mau elektronik hemat energi secara berkala
mendukung kegiatan peduli lingkungan, sehingga peneliti dapat menyimpulkan
cenderung mematikan produk elektronik responden pada cluster ini merupakan tipe
namun dalam tiap aktivitas/bekerja kelompok curious/selalu ingin tahu.
ini mengandalkan produk elektronik untuk
mempermudah pekerjaannya. Responden yang b. Profil Cluster 2 (Electrical energy saving
berada di cluster ini suka mempengaruhi oriented consumers)
orang-orang di sekitar untuk memiliki perilaku Cluster 2 didominasi oleh pria.
yang sama dengan mereka. Responden yang Responden pada cluster 2 memiliki
berada dalam cluster ini memulai pengaruh kecenderungan menyukai kegiatan alam,
dari keluarga kemudian orang lain agar mau cenderung bersedia mendukung kegiatan
melestarikan alam. Peneliti melihat responden peduli lingkungan, cenderung tergantung
yang berada dalam cluster ini cenderung dengan produk elektronik tetapi bersikap
mengikuti perkembangan produk elektronik peduli dengan mematikan produk elektronik
hemat energi listrik melalui media elektronik apabila tidak diperlukan. Responden dalam
sehingga dapat mendorong responden untuk cluster ini memiliki kesamaan karakteristik
cenderung membeli produk elektronik yang dengan responden pada cluster 1, namun pada
bersifat hemat energi. Responden pada cluster cluster ini lebih banyak ditemukan nilai positif
ini menyadari bahwa kondisi lingkungan di yang tinggi seperti sikap peduli hemat energi
masa depan semakin memburuk. Peneliti yang ditanamkan pada keluarga, selalu
menyimpulkan kesadaran yang muncul dari mendapatkan informasi mengenai produk
kelompok responden ini berasal dari informasi elektronik hemat energi listrik sehingga
yang mereka peroleh ketika mereka mengikuti informasi yang diperoleh responden pada
perkembangan produk elektronik hemat energi cluster 2 jauh lebih besar daripada cluster 1
dari media elektronik. Penyampaian informasi maka responden pada cluster ini lebih yakin
yang up-to-date juga membantu responden jika kondisi lingkungan di masa depan akan
yang tergolong dalam cluster ini untuk semakin memburuk, setuju bahwa banyak
meyakini bahwa banyak perusahaan perusahaan menawarkan inovasi produk
menawarkan informasi produk elektronik elektronik hemat energi dan kegiatan promosi
hemat energi listrik yang merupakan peluang yang dilakukan banyak perusahaan.
bagi perusahaan dalam melihat kondisi Responden pada cluster ini memiliki
84
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
kepribadian percaya diri yang lebih jika kelompok ini dan pencarian informasi yang
dibandingkan dengan cluster 1, mudah terbatas hanya untuk diri sendiri menjadi dasar
mendapat teman baru, dan sering memperkaya peneliti untuk melabelkan cluster 3 sebagai
wawasan sendiri dengan mencari informasi individu yang egois/selfish.
baru. Apabila cluster ini memiliki produk
elektronik yang bersifat hemat energi mereka 4. Implikasi Penelitian
merasa lebih bangga dan lebih senang jika
dibandingkan dengan cluster 1. Adanya Bagi kelompok konsumen yang menyukai
pengetahuan serta informasi yang luas informasi terbaru mengenai produk hemat
mendorong responden pada kelompok ini energi listrik namun tidak tertarik secara
untuk cenderung membeli produk elektronik berkelanjutan (sebagaimana ditampilkan dalam
hemat energi secara berkelanjutan dan selalu cluster 1), sebaiknya perusahaan menetapkan
mencari tahu apakah produk elektronik yang strategi perusahaan dengan memberikan nilai
dibeli bisa menghemat energi listrik. Oleh tambah/value creation pada produk elektronik
karena itu peneliti memberikan label untuk hemat energi yang ditawarkan mengingat
responden pada cluster ini dengan istilah karakteristik konsumen pada cluster 1
electrical energy saving oriented/berorientasi merupakan kelompok yang ingin tahu/curious.
pada produk elektronik hemat energi. Pemberian nilai tambah/value creation terdiri
atas 4 P (Product, Place, Price, Promotion).
3. Profil Cluster 3 (Selfish consumers) Penulis menyarankan kepada perusahaan agar
memberikan strategi pada produk seperti
Karakteristik pada cluster ini keuntungan yang diperoleh ketika
berdasarkan jenis kelamin secara mayoritas menggunakan produk elektronik hemat energi
adalah responden pria. Responden pada cluster jika dibandingkan dengan produk elektronik
ini cenderung menyukai kegiatan yang biasa, dimana saat ini kebutuhan listrik sangat
berhubungan dengan alam, cenderung diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
tergantung dengan produk elektronik, Strategi terhadap harga yang bisa disarankan
cenderung mendukung kegiatan peduli kepada perusahaan adalah dengan melakukan
lingkungan dan bersikap peduli dengan pendekatan dalam menentukan harga yaitu
mematikan produk elektronik apabila tidak market based pricing. Market based pricing
digunakan. Responden yang tergolong dalam merupakan strategi harga yang melihat posisi
cluster ini tidak memiliki pengaruh yang kuat produk perusahaan di pasar. Perusahaan
untuk mengajak orang lain berperilaku sama sebaiknya melakukan strategi market based
dalam menghemat energi listrik. Kurangnya pricing yang ditinjau dari perceived value
bentuk ajakan untuk keluarga membuat pricing/menentukan harga dari kebutuhan
responden yang berada pada cluster ini tidak konsumen/posisi pesaing atau menggunakan
memiliki keinginan untuk mempengaruhi segmen pricing/menyesuaikan harga
orang lain dalam melestarikan alam. berdasarkan karakteristik segmen. Pada cluster
Responden yang tergolong dalam cluster ini 1, mayoritas tingkat pendapatan berada pada
kurang mengikuti perkembangan mengenai rentang Rp 3.000.000-Rp 4.999.999 sehingga
produk elektronik hemat energi listrik penulis menyimpulkan perusahaan sebaiknya
sehingga kurang mendapat informasi menawarkan produk elektronik hemat energi
mengenai produk elektronik hemat energi dengan harga yang terjangkau. Dari sisi place,
listrik dan kurang meyakini bahwa kondisi perusahaan bisa melakukan distribusi intensif
lingkungan di masa depan semakin memburuk. karena konsumen semakin aware dengan
Kepribadian responden untuk cluster ini produk elektronik hemat energi listrik,
adalah mereka yang percaya diri namun sering kemudian dari sisi promotion perusahaan bisa
memperkaya wawasan untuk dirinya sendiri. memperkenalkan produk terlebih dahulu
Responden yang berada dalam cluster ini berupa iklan yang dikaitkan dengan media
kurang menyadari bahwa tiap individu elektronik (media yang paling banyak diakses
harusnya berperan serta dalam menghemat konsumen) sebelum peluncuran produk untuk
energi listrik. Peneliti menyimpulkan bahwa mendorong rasa ingin tahu dari konsumen.
minimnya informasi mengenai produk Untuk kelompok konsumen yang suka
elektronik hemat energi yang diterima berorientasi pada produk elektronik hemat
85
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
86
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
Busnawir. (n.d.). Penentuan Sampel dalam Kinnear, Thomas C dan James R. Taylor.
Penelitian. Diunduh dari (2002). Riset Pemasaran Edisi Ketiga
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/161 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
096267.pdf
Kotler, Philip dan Gary Amstrong. (2008).
Churhill, Gilbert A. (2005). Dasar-dasar Riset Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi 12 Jilid
Pemasaran Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: 1. Jakarta: Erlangga.
Erlangga.
Kunto, Yohanes Sondang dan Inggried
Diamantopoulos, Adamantios, Bodo B. Kurniawan Khoe. Analisis Pasar
Schlegelmilch, Rudolf R. Sinkovics, dan Pelanggan Pria Produk Facial Wash di
Greg M. Bohlen. (2003). Can Socio- Kota Surabaya. Jurnal Manajemen
87
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
88
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
Tabel 3. Dimensi Gaya Hidup Berdasarkan Activity, Interest, dan Opinion (AIO)
Aktivitas Minat Pendapat
Pekerjaan Keluarga Mereka sendiri
Hobi Rumah Masalah sosial
Acara-acara sosial Pekerjaan Politik
Liburan Masyarakat Bisnis
Hiburan Rekreasi Ekonomi
Keanggotaan klub Busana Pendidikan
Masyarakat Makanan Produk
Belanja Media Masa depan
Olahraga Prestasi Budaya
Sumber: Churchill, (2005, p.288)
89
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
90
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
91
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
Tabel 6. ANOVA
Cluster Error F Sig.
Mean Square df Mean Square df
A1 3.550 2 .852 147 4.166 .017
A3 .580 2 .680 147 .853 .428
A4 1.886 2 .719 147 2.622 .076
A5 6.245 2 .662 147 9.427 .000
M1 9.385 2 .666 147 14.088 .000
M2 9.951 2 .831 147 11.980 .000
M3 11.887 2 .783 147 15.186 .000
M4 2.575 2 .698 147 3.688 .027
M5 9.322 2 .668 147 13.964 .000
O1 12.115 2 .535 147 22.657 .000
O2 16.457 2 .632 147 26.056 .000
O3 17.117 2 .749 147 22.862 .000
O4 3.109 2 .852 147 3.649 .028
O5 6.813 2 1.063 147 6.409 .002
K1 6.092 2 .700 147 8.703 .000
K2 5.641 2 .721 147 7.819 .001
K4 3.087 2 .729 147 4.234 .016
K5 2.148 2 .698 147 3.077 .049
AF1 8.801 2 .900 147 9.781 .000
AF2 9.230 2 .512 147 18.019 .000
AF3 7.988 2 .778 147 10.274 .000
KG1 9.583 2 .528 147 18.137 .000
KG2 8.444 2 .806 147 10.479 .000
KG3 2.774 2 .700 147 3.962 .021
KG4 5.201 2 .510 147 10.203 .000
KN1 20.077 2 .657 147 30.571 .000
KN2 11.114 2 .766 147 14.509 .000
KN3 14.043 2 .605 147 23.207 .000
92
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
93
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
94
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
95
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
96
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
97
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
98
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
ABSTRACT
CSR is a company's commitment to improve the well-being of the community through the wisdom
business practices and contributions of resources of the company. The study aims to determine the
impact of CSR which is expressed by spending funds on the reaction of investors in the capital market.
This study examines whether the Corporate Social Responsibility (CSR) with several control variables
has an influence on the company's financial performance. Financial performance is proxied with the
company's stock price. Using data of annual financial statements and sustainability reports banking
companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2009 to 2011, the study reports that CSR has a
relationship and positive effect on company's stock price.
99
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
100
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
101
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
waktu ke waktu untuk dapat menyelaraskan sumber daya dari perusahaan. CSR
dengan sistem sosial di sekitarnya. Karena didefinisikan ISO 26000 sebagai tanggung
dengan hancurnya legitimasi perusahaan, maka jawab organisasi terhadap dampak dari
lambat laun menyebabkan keberadaan keputusan serta pelaksanaannya pada
(eksistensi) perusahaan juga akan berakhir. masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan
Barkemeyer (2007) mengungkapkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang
bahwa penjelasan tentang kekuatan teori sejalan dengan pembangunan yang
legitimasi organisasi dalam konteks tanggung berkelanjutan dan kesejah-teraan masyarakat,
jawab sosial perusahaan di negara berkembang dan tindakan ini di-lakukan dengan
terdapat dua hal; pertama, kapabilitas untuk mempertimbangkan harapan stakeholder,
menempatkan motif maksimalisasi keuntungan sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan
membuat gambaran lebih jelas tentang motivasi norma-norma perilaku internasional, serta
perusahaan memperbesar tanggung jawab terintegrasi dengan organisasi secara
sosialnya; kedua, legitimasi organisasi dapat menyeluruh.
untuk memasukkan faktor budaya yang Ambadar (2008), CSR didefinisikan
membentuk tekanan institusi yang berbeda. sebagai komitmen bisnis untuk memberikan
Uraian di atas menekankan dan memapar- kontribusi bagi pembangunan ekonomi
kan bahwa teori legitimasi merupakan salah berkelanjutan, melalui kerjasama dengan para
satu teori yang mendasari pelaksanaan program karyawan serta perwakilan mereka, keluarga
CSR. Program tanggung jawab sosial mereka, komunitas setempat maupun
perusahaan dilakukan untuk mendapatkan nilai masyarakat umum untuk meningkatkan
positif dan legitimasi dari masyarakat. Artinya, kualitas kehidupan dengan cara yang
dengan mekanisme tata kelola dan profitabilitas bermanfaat baik bagi bisnis maupun untuk
yang memadai, perusahaan tetap akan pembangunan. Dari berbagai macam definisi
mendapatkan keuntungan positif, yaitu CSR tersebut, secara umum CSR melingkupi
mendapat-kan legitimasi dari masyarakat yang tata kelola perusahaan terkait dengan
pada akhirnya berdampak pada peningkatan komitmen aktivitas bisnis perusahaan untuk
keuntungan perusahaan di waktu yang akan berkontribusi dalam pembangunan ekonomi
datang. yang berkelanjutan dengan menitikberatkan
pada keseimbangan aspek ekonomi, sosial, dan
Corporate Social Responsilbility (CSR) lingkungan disekitarnya (seperti masalah
kemiskinan, perburuhan, hak asasi manusia,
Konsep Corporate Social Responsibility dan isu-isu lingkungan hidup). Konsekuensi
(CSR) telah mulai dikenal sejak tahun 1970-an yang akan diterima perusahaan cukup berat,
dengan berbagai macam definisi dari setiap mengingat bahwa masyarakat merupakan
peneliti, tidak ada definisi CSR secara sumber daya manusia, sumber daya alam, dan
universal yang dianggap sebagai standar konsumen dari produk atau jasa yang
definisi umum. Setiap organisasi mempunyai dihasilkan perusahaan. Keadaan ini memaksa
kerangka definisi yang berbeda mengenai perusahaan perlu untuk melaksanakan
CSR, tetapi cenderung memiliki kesepakatan tanggung jawab sosialnya dengan baik, agar
yang sama mengenai ruang lingkupnya. terbentuk hubungan yang positif dengan
Ioannou dan Serafeim (2010) masyarakat maupun stakeholder yang lain.
mengemukakan bahwa CSR merupakan suatu
kerangka tindakan yang menekankan pada Perumusan Hipotesis
empat (4) komponen utama: tanggung jawab
ekonomik kepada investor dan konsumen, Pengeluaran dana CSR secara langsung
tanggung jawab hukum kepada pemerintah akan meningkatkan (menambah) pembiayaan
dan aturan yang berlaku, tanggung jawab yang yang harus ditanggung perusahaan.
bersifat etis kepada masyarakat, dan tanggung Peningkatan biaya perusahaan pada akhirnya
jawab kepada komunitas. akan mengurangi profit perusahaan. Profit
Kotler dan Lee (2005) mendifinisikan yang semakin kecil dari suatu perusahaan
CSR sebagai suatu komitmen untuk mening- secara umum akan mengakibatkan kurangnya
katkan kesejahteraan komunitas melalui ke-tertarikan investor untuk meng-investasikan
kebijaksanaan praktek bisnis dan kontribusi dananya. Hal ini akan menyebabkan penurun-
102
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
103
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
104
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
variabel bebas akan mengakibatkan penurunan perusahaan bank yang terdaftar di BEI. Total
variabel terikat. Koefisien regresi b akan observasi yang digunakan dalam sampel
bernilai negatif (-) jika menunjukkan perusahaan perbankan sebanyak 46 observasi.
hubungan berlawanan arah antara variabel Data sampel perusahaan dapat dilihat di
bebas (independent variable) dan variabel lampiran.
terikat (dependent variable). Artinya kenaikan Pengolahan data penelitian menggunakan
variabel bebas akan mengakibatkan penurunan software SPSS versi 16. Hasil pengujian
variabel terikat dan sebaliknya, penurunan asumsi klasik pada perusahaan perbankan
variabel bebas akan mengakibatkan kenaikan dapat disimpulkan bahwa data dalam
variabel terikat. Kesalahan pengganggu yang penelitian ini tidak ada masalah heterokedasti
biasa disimbolkan dengan e bukan hanya sitas, autokorelasi, multikolinearitas, dan
berupa penyimpangan individual, tetapi terdistribusi secara normal. Hasil uji asumsi
adanya variabel lain yang dapat mempengaruhi klasik tersebut menunjukkan bahwa data
perubahan variabel terikat, namun tidak (observasi) yang tersedia telah memenuhi
dimasukkan dalam model persamaan. syarat untuk model regresi berganda (multiple
regression method). Hasil korelasi dan regresi
HASIL ANALISIS DATA dan perusahaan perbankan ditunjukkan sebagai
PEMBAHASAN berikut:
Output SPSS pada tabel 1 menunjukkan
Objek penelitian ini adalah perusahaan besarnya nilai koefisien korelasi dan
perbankan yang terdaftar di BEI dari tahun probabilitas atau sig. (1-tailed) dari variabel
2009 2011. Berdasarkan pemilihan sampel independen tanggung jawab sosial pada
dengan menggunakan metode purpose perusahaan perbankan sebesar 0,747 dan
sampling diperoleh jumlah sampel perusahaan 0,000.
perbankan sebanyak 19 perusahaan dari 31
Tabel 1
Hasil Statistik Deskriptif dan Analisis Korelasi Perusahaan Perbankan
Tanggung Laba Per Price
Harga Jawab Lembar Laba Earning
Saham Sosial Saham Bersih Ratio
Statistik Mean 1,000 ,747 ,959 ,573 -,120
Deskriptif St. D ,747 1,000 ,727 ,578 -,059
N 46 46 46 46 46
Nilai probabilitas atau sig. (1-tailed) penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
tersebut lebih kecil dari ketentuan 0,05 (0,000 oleh Orlitzky, Schmidt, dan Rynes (2003) serta
< 0,05), hasil tersebut menunjukkan korelasi Bolanle, et al. (2012).
positif yang signifikan antara tanggung jawab Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai
sosial (CSR) dengan harga saham perusahaan koefisien regresi variabel CSR bernilai positif
perbankan. Hasil ini menunjukkan bahwa sebesar 296,029 dan memiliki nilai thitung
hipotesis 1 (H1) yang merumuskan Corporate sebesar 1,920 dengan tingkat signifikansi
Social Responsibility berhubungan positif 0,062. Hasil ttabel sebesar 1,680 pada
dengan harga saham perusahaan perbankan di signifikansi 0,1, sehingga nilai thitung > ttabel
Indonesia diterima. Hasil ini mendukung (1,920 > 1,680) dan signifikansi < 0,1 (0,062 <
105
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
0,1). Hasil tersebut menunjukkan bahwa Indonesia diterima. Hasil penelitian ini
variabel CSR pada perusahaan perbankan mendukung penelitian sebelumnya yang telah
merupakan salah satu variable yang dilakukan oleh Cellier dan Chollet (2010) serta
berpengaruh positif signifikan terhadap harga Weshah, et al. (2012).
saham perusahaan sehingga tidak dapat Variabel kontrol laba per lembar saham
dikesampingkan oleh perusahaan, karena (EPS) juga menunjukkan korelasi dan
variabel CSR dapat meningkatkan maupun pengaruh positif signifikan terhadap harga
menurunkan harga saham perusahaan di pasar saham perusahaan perbankan, sedangkan
modal. Dengan demikian, hasil ini variabel kontrol rasio harga saham dengan laba
membuktikan bahwa CSR berkorelasi dan per lembar saham (PER) menunjukkan
berpengaruh positif signifikan terhadap harga korelasi negatif tidak signifikan dan tidak
saham perusahaan perbankan di Indonesia. berpengaruh terhadap harga saham. Hasil
Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 2 (H2) variabel kontrol laba bersih (EAT)
yang merumuskan Corporate Social menunjukkan bahwa EAT mempunyai korelasi
Responsibility berpengaruh positif terhadap positif signifikan, namun tidak berpengaruh
harga saham perusahaan perbankan di terhadap harga saham perusahaan perbankan.
Tabel 2
Hasil Analisis Regresi Perusahaan Perbankan
Variable Coefficients Std. Error t-Statistic Sig.
(Constant) -1374,72 1383,303 -,994 ,326
Tanggung Jawab Sosial 296,029 154,147 1,920 ,062
Laba per Lembar Saham 13,090 ,948 13,801 ,000
Laba Bersih -112,789 75,256 -1,499 ,142
Price Earning Ratio 4,650 2,857 1,628 ,111
Berdasarkan output SPSS pada tabel 3 penelitian ini. Keadaan ini lebih diperkuat lagi
menunjukkan bahwa nilai adjusted R square dengan hasil pada tabel 4. Pada output SPSS
perusahaan perbankan sebesar 0,924 atau tabel 4 dapat dilihat nilai signifikansi sebesar
92,4%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase 0,000 sedangkan kriteria tingkat signifikansi
sumbangan pengaruh variabel CSR, EPS, () = 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
EAT, dan PER terhadap variabel harga saham nilai signifikansi uji ini sebesar 0,000 lebih
sebesar 92,4%. Dengan demikian variabel kecil dari tingkat signifikansi 0,05 (0,000 <
CSR, EPS, EAT, dan PER yang digunakan 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa model
dalam penelitian ini mampu mempengaruhi regresi pada perusahaan perbankan merupakan
sebesar 92,4% variasi variabel harga saham, model yang fit, yaitu model regresi yang layak
sedangkan sisanya sebesar 7,6% dipengaruhi atau dapat digunakan dalam penelitian.
oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam
Tabel 3
Model Summaryb
R R Square Adjusted R Square S. E. of the Estimate
,965a ,931 ,924 672,57567
106
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
bahwa CSR berkorelasi dan berpengaruh investor semakin selektif dalam menentukan
positif signifikan terhadap harga saham perusahaan yang akan diinvestasi.
perusahaan perbankan di Indonesia. Penelitian Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
ini fokus untuk mengetahui dampak dari Bolanle et. al. (2012) bahwa CSR akan
pelaksanaan CSR yang dinyatakan dengan meningkatkan nilai serta reputasi perusahaan,
jumlah pengeluaran dana untuk keperluan peningkatan tersebut pada akhirnya akan
CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan diikuti dengan peningkatan keuntungan yang
perbankan yang diproxikan dengan harga akan diperoleh perusahaan. Hasil ini
saham. Dalam penelitian ini, saya membuktikan bahwa pelaksanaan CSR oleh
mempertimbangkan tingginya kesadaran perusahaan perbankan akan memberikan
investor untuk menjaga keberlangsungan respon balik positif bagi perusahaan.
lingkungan hidup. Keadaan ini membuat
Tabel 4
ANOVAb
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 2,490E8 4 6,225E7 137,621 ,000a
Residual 1,855E7 41 452358,027
Total 2,676E8 45
107
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
Economics, Finance, and Administrative Hidayati, N.N., dan S. Murni. 2009. Pengaruh
Sciences, Issue 45, Inc. Pengungkapan Corporate Social
Responsibility Terhadap Earnings
Bolanle, A.B., S.O. Adebiyi, and A.A. Response Coefficient Pada Perusahaan
Muyideen. 2012. Corporate Social High Profile. Jurnal Bisnis dan
Responsibility and Profitability of Akuntansi, Vol. 11, No. 1: 1-18.
Nigeria Banks A Causal Relationship.
Research Journal of Finance and Ioannou, I., and G. Serafeim. 2010. The
Accounting, Vol 3, No. 1. Impact of Corporate Social
Responsibility on Investment
Cellier, A., and P. Chollet. 2010. The Impact Recommendations. Best Paper
of Corporate Social Responsibility on Proceedings, Academy of Management.
Stock Prices: An Event Study of Vigeo Kamal, M. 2013. The Role of Corporate social
Rating Announcement. Paper Institut de Responsibility (CSR) in the Egyptian
Recherche en Gestion, France. Banking Sector. Munich Personal Repec
Archive. Paper No. 44697.
Clarkson, M. 1994. A risk based model of
stakeholder theory. Proceedings of the Kotler, P., dan N. Lee. 2005. Corporate Social
Second Toronto Conference on Responsibility; Doing the Most Good for
Stakeholder Theory. Toronto: Centre for Your Company and Your Cause. New
Corporate Social Perfor-mance & Ethics, Jersey; John Wiley & Sons, Inc.
University of Toronto.
Nahda, K., dan D.A. Harjito. 2011. Pengaruh
Dabbas, M., and S.T. Al-rawashdeh. 2012. Corporate Social Responsibility Terhadap
The Effect of Corporate Social Nilai Perusahaan Dengan Corporate
Responsibility on the Profitability of the Governance Sebagai Variabel Moderasi.
Industrial Companies in Jordan. Jurnal Siasat Bisnis. Vol. 15, No.1: 1-12.
Canadian Social Science, Vol. 8, No. 3: Nuryaman. 2013. The Effect of Corporate
32-37. Social Responsibility Activities on
Profitability and Stock Price.
Dwijayanti, N.M.A., M.G. Wirakusuma, dan International Conference on Bussiness
I.M.S. Suardhika. 2012. Pengaruh and Economic Research, Bandung
Tingkat Pengungkapan CSR Pada Indonesia.
Hubungan Antara Kinerja Keuangan dan
Return Saham. Jurnal Ekonomi dan Orlitzky, Marc; Frank L. Schmidt, Sara L.
Bisnis. Vol. 1, No. 1. Rynes. 2003. Corporate social and
Financial Performance a Meta-analysis.
Emilsson, L.M., M. Classon, and K. Bredmar. Organization Studies 24 (3): pp 403441.
2012. CSR and the quest for profitability London: SAGE Publication.
using Economic Value Added to trace
profitability. International Journal of Poddi, L., and S. Vergalli. 2008.Does
Economics and Management Sciences. Corporate Social Responsibility Affect
Vol. 2, No. 3: 43-54. Firms Performance?. Paper Presented
at Colloquio Scientifico sullImpresa
Gibson, Charles H. 2012. Financial Statement Sociale, Bari.
Analysis: Using Financial Accounting
Information. 12th Edition. Cincinnati, Pradipta, D.A., dan A. Purwaningsih. 2011.
Ohio: South-Western Publishing Co. (G) Pengaruh Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan
Hartono, J. 2010. Metodologi Penelitian Perusahaan Terhadap Earning Response
Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman- Coefisient (ERC) Dengan Ukuran
Pengalaman. BPFE UGM, Yogyakarta. Perusahaan dan Leverage Sebagai
Variabel Kontrol. Paper dipresentasikan
108
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
109
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
LAMPIRAN
Tabel - Sumber Data
110
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
111
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
ABSTRACT
Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran atau Whistleblowing System (WBS) by the Peraturan Komite
Nasional Kebijakan Governance (KNKG) is expected to determine whistleblower in Indonesia as one of
the form of effective internal controls to prevent fraud and wrong-doing by individuals or corporations. In
practice, the regulation is strongly influenced by the individual's intentions. This study uses variable of
moral reasoning and retaliate by including gender variables to test its effect on the tendency orintention
to do whistleblowing. To answer the research question, this research uses experimental design which is
then analyzed using ANOVA for hypothesis testing. Subjects in this study were accounting students
UKAW. The results showed that retaliation and moral reasoning affects the tendency of whistleblowing,
while gender is not striving against the tendency to blow the whistle.
PENDAHULUAN efektif.
Praktik whistleblowing cukup menjadi
Kasus-kasus akuntansi yang terjadi pada perhatian di Indonesia dengan terungkapnya
dekade terakhir ini menarik perhatian kasus-kasus yang melibatkan peran
masyarakat, ketika terungkap bahwa dalam whistleblower, antara lain Agus Condro dalam
laporan keuangan terdapat penipuan akuntansi kasus suap Bank Indonesia dan Yohanes
yang sistematis, terstruktur, dan direncanakan Waworuntu dalam kasus Sistem Administrasi
secara matang. Fenomena pelanggaran etika atas Badan Hukum (Semendawai dkk., 2011).
skandal akuntansi menyebabkan munculnya Berbagai kasus whistleblowing yang terjadi di
beberapa whistleblowers, misalnya Sherron Indonesia telah mendorong Komite Nasional
Watkins dan Cynthia Cooper yang mengung- Kebijakan Governance (KNKG) untuk
kapkan skandal korporasinya kepada publik menerbitkan Pedoman Sistem Pelaporan
(Lacayo dan Ripley, 2002). dalam banyak kasus Pelanggaran atau Whistleblowing System (WBS)
perusahaan (Enron, World Com) praktisi yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk
akuntansi secara luas terlibat, oleh karena itu mengembangkan sistem manual pelaporan
pengetahuan mengenai bagaimana whistle- pelanggaran. Hal ini serupa dengan yang telah
blowing beroperasi menjadi sangat vital. Near dilakukan oleh negara lain seperti New Zealand,
dan Miceli (1995) menyatakan bahwa: ketidak pengembangan signifikan pada whistleblowing
efektifan whistleblowing tidak menguntungkan lebih mendapat perhatian dengan diperkenalkan
siapapun; kenyataanya, ini menjadi hal kritis, Protected Disclosure Act of 2000, bertujuan
untuk mendeterminasi prediktor yang mening- untuk menyediakan perlindungan dan
katkan kemungkinan whistleblowing yang memudahkan pengung-kapan dan investigasi
113
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
(Scholtens, 2003). Hasilnya menunjukan dengan atau pegawai dengan tujuan mereduksi tindakan
adanya PDA, terjadi peningkatan komplain salah akuntansi (penyesatan laporan keuangan,
wishtleblowing setiap tahunnya. Di Amerika korupsi, dan slack anggaran) dan sebagai
Serikat dikeluarkannya Sarbane Oxley Act of masukan bagi perusahaan dalam pertimbangan
2002 dapat mempengaruhi motivasi pembentukan peraturan sistem internal yang
whistleblowing (Schmidt, 2005). King (2007) mendukung whistle blowing.
mengisyaratkan bahwa whistleblowing diakui
sebagai mekanisma yang penting untuk REVIU LITERATUR DAN PENGEMBA-
menyingkapkan keterlibatan orang dalam NGAN HIPOTESIS
tindakan salah yang serius.
Penelitian ini fokus pada faktor-faktor 1. Teori Prososial
yang mennentukan kecenderungan seseorang
melakukan whistleblowing, karena apabila dapat Penelitian ini menggunakan perilaku
diketahui faktor-faktor tersebut maka dapat sosial yang dapat menjelaskan perilaku
diterapkan dalam kebijakan perekrutan dan whistleblower sebagai seorang individual. Brief
penempatan karyawan/pegawai dengan tujuan dan Motowidlo (1986) mendefinisi perilaku
mereduksi tindakan salah akuntansi (penyesatan prososial dalam lingkup organisasional sebagai
laporan keuangan, korupsi, dan slack anggaran) perilaku yang ditampilkan oleh anggota
dan berusaha untuk meningkatkan faktor-faktor organisasi yang ditujukan langsung kepada
tersebut melaui mekanisme yang tepat individual, kelom-pok, atau organisasi yang di
Hasil studi empiris pada whistleblowing dalamnya dia berinteraksi dengan membawa
menunjukan dua faktor penting yang relevan peran organisa-sionalnya dan dilakukan dengan
dengan pemahaman kecenderungan seseorang tujuan menguntungkan individual, kelompok,
melakukan whistleblowing yaitu level penalaran atau organisasi tersebut. Greener (2000)
moral dan retaliasi (Near dan Micheli, 2005; mendefinisi perilaku prososial sebagai perilaku
Rocha dan Kleiner, 2005). Dalam penelitian ini sukarela dan bertujuan menghasilkan dampak
memasukan variabel gender terhadap yang menguntungkan bagi orang lain. Penner
kecenderungan whistle blowing. Pada penelitian dkk.(1995) mengemukakan bahwa perilaku
sebelumnya faktor gender tidak berpengaruh sosial terdiri dari dua aspek, yaitu aspek other-
terhadap kecenderungan untuk melakukan oriented empathy yang merupakan komponen
whistleblowing (Liyanarachchi dan Newdick, kognisi dan afeksi, sedangkan aspek helpfulness
2009). Sedangkan penelitian yang lain (Chung merupakan komponen tendensi perilaku.
dan Trivedi, 2003; Serwinek, 1992) mengindika- Membantu, berbagi, menyumbang, bekerjasama,
sikan adanya pengaruh gender terhadap perilaku dan bertindak secara sukarela. Karyawan
etis dan perilaku ketaatan (mis.,whistle blowing). merupakan bentuk-bentuk dari perilaku pro-
Selanjutnya, Liyanarachchi dan Newdick (2009) sosial (B-rief dan Motowidlo, 1986).
menguji efek interaksi gender pada kecen- Baum (dalam Supanto, 2007) menya-
derungan whistle blowing. Hasilnya menunjukan takan bahwa perilaku pro-sosial dianggap
adanya efek signifikan gender pada hubungan memberikan kesejahteraan dan manfaat bagi
antara level penalaran moral dan kecenderungan orang lain, sekaligus memberikan manfaat bagi
melakukan whistle blowing. individu yang melakukannya. Manfaat melaku-
Berdasarkan pemaparan diatas maka kan perilaku sosial, antara lain dapat menimbul-
yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah kan perasaan positif, misalnya merasa berharga
menguji pengaruh penalaran moral, retaliasi, dan karena dirinya berguna bagi orang lain, perasaan
gender terhadap kecenderungan whistleblowing. kompeten, dan terhindar dari perasaan bersalah
Penelitian ini berkontribusi untuk menjelaskan apabila tidak menolong. Karyawan merupakan
perbedaan hasil pada penelitian Liyanarachchi bagian penting dari organisasi yang dapat
dan Newdick (2009) dengan penelitian Arnold berperan mencegah terjadinya pelangga-ran.
dan Ponemon (1991) dan sebagai wacana Perilaku prososial dapat menjelaskan motivasi
kebijakan perekrutan dan penempatan karyawan karyawan dalam melakukan whistleblowing.
114
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
115
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
yang melaporkan perbuatan yang berindikasi yang positif, dan budaya etis organisasional
tindak pidana korupsi yang terjadi di dalam sebagai prediktor niat melakukan
organisasi tempatnya bekerja, atau pihak terkait whistleblowing. Hasil penelitian menunjukkan
lainnya yang memiliki akses informasi yang bahwa keefektifan peran suasana hati yang
memadai atas terjadinya indikasi tindak pidana positif dalam hubungan antara pertimbangan
korupsi tersebut. Near dan Miceli (1985) whistleblowing individual dan niat melakukan
menjelaskan mengenai empat karakteristik yang whistleblowing tergantung pada level budaya
dimiliki oleh whistleblower. Pertama, etis organisasi. Suasana hati yang positif
whistleblower adalah karyawan atau mantan berpengaruh ketika budaya organisasi dianggap
karyawan organisasi yang organisasinya tidak etis.
mengalami pelanggaran. Kedua, whistleblower Definisi operasional whistleblowing
tidak memiliki kewenangan untuk mengubah dalam penelitian ini adalah menurut Rocha dan
atau menghentikan pelanggaran yang berada di Kleiner (2005) yaitu pernyataan atau
bawah kendalinya. Ketiga, whistleblower pengungkapan yang dilakukan oleh seseorang
diizinkan membuat atau tidak diizinkan karywan secara sukarela (Courtemanche, 1988)
membuat laporan. Keempat, whistleblower tidak dalam organisasi terhadap praktek illegal,
memegang posisi yang mensyaratkan untuk imoral, atau ilegitimasi dibawa kendali
melakukan pelaporan pelanggaran korporat. manager/atasan dengan level posisi lebih tinggi
Barnett dkk.(1993) menjelaskan bahwa telah (Arnold dan Ponemon, 1991) dalam temuan
terjadi peningkatan kepedulian terhadap auditnya. Hal ini dilakukan untuk dibedakan
pentingnya whistleblowing di tempat kerja yang dengan whistleblowing dari luar organisasi.
dibuktikan dengan tren peningkatan adopsi
kebijakan whistlebowing. a. Penalaran Moral dan Whistle Blowing
Brennan dan Kelly (2007) menginves- Fokus penelitian akuntansi tentang
tigasi pengaruh struktur organisasional kantor dilema etis pada tiga lingkup besar yaitu
akuntan, karakteristik personal whistleblower, pengembangan etika, pertimbangan etika dan
dan variabel-variabel situasional terhadap pendidikan etika. Penalaran moral merupakan
kecenderungan whistleblowing di antara para bagian dari dilema akuntansi pertimbangan etis
auditor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menguji hubungan antara penalaran etis
kantor akuntan yang memiliki struktur formal dan perilaku etis dalam konteks akuntansi dan
yang memadai bagi pelaporan pelanggaran, para audit (Chiu, 2003; Gul dkk., 2003; Ponemon dan
auditornya akan cenderung melaporkan Gabhart, 1990). Penelitian penalaran moral
pelanggaran dan memiliki kayakinan yang tinggi berdasarkan literature psikologi, teori Kholberg-
bahwa pelaporan tersebut tidak akan pengembangan moral kognitif secara luas
berpengaruh terhadap karier mereka. MacNab diterima sebagai teori yang paling sesuai pada
dkk. (2007) menguji hubungan budaya terhadap penalaran moral (Lovell, 1997; Rest 1986).
kecenderungan dan keefektifan potensial pada Berdasarkan Kohlberg, penalaran moral
pelaporan internal dan whistleblowing sebagai dikembangkan melalui tahapan level kognitif
alat manajemen etika dalam konteks negara- yang disimpulkan dalam model enam-tingkatan.
negara di Amerika Utara. Hasil penelitian Operasionalan penalaran moral yaitu dalam term
menunjukkan bahwa uncertainty avoidance dan P-score (skor prinsipal) Defining Issues Test
power distance memiliki hubungan yang paling (DIT) oleh Rest (1979).
konsisten dan signifikan terhadap kecende- Near dan Micheli (2005) mengisyaratkan
rungan pelaporan internal dan whistleblowing, faktor utama yang mempengaruhi keputusan
sedangkan collectivism tidak memiliki hubungan individu pada whistleblowing adalah perilaku
yang signifikan terhadap kecenderungan moral mereka. Dozier dan Miceli (1986)
pelaporan internal dan whistleblowing. Zhang menyatakan kemampuan individu untuk
dan Wei (2009) melakukan survei terhadap para menyelesaikan atau menginterpretasi dilema etis
karyawan Cina pada sepuluh bank di Cina dipengaruhi oleh penalaran moral mereka.
terkait dengan pertimbangan etis, suasana hati Chang dan Leung (2006), Uddin dan Gillett
116
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
117
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
Keenan (1998) mendukung hasil penelitian dalam penelitian adalah hal yang lazim.
Miceli, dkk. (1991). Analisis meta pengembang- Cavanagh and Fritzsche (1985) mengisyaratkan
an moral mengindikasikan wanita tidak secara salah satu keunggulan penggunaan skenario
signifikan berbeda dengan pria dalam level adalah meretia memberi peneliti kemampuan
pengambilan keputusan moral (Walker, 1984). untuk menstruktur sebuah pertanyaan penelitian
Sedangkan hasil penelitian Lacayo and Ripley dalam sebuah metoda yang menyertakan isu
(2003), Street (1995) menunjukan pria lebih komplek yang muncul pada saat pengambilan
cenderung melakukan whistleblowing daripada keputusan di dunia nyata. Untuk uji spesifik
wanita. akuntansi dan skenario adalah berdasarkan
Studi pada hubungan antara gender dan pengembangan oleh: Thorne (2002, 2001),
penalaran moral mengindikasikan, pria menca- Welton et. al. (1994), Massey (2002).
pai level penalaran moral lebih tinggi daripada Penelitian ini menggunakan instrumen
wanita (Bussey and Maughan, 1982). Sedangkan pengem-bangan oleh Arnold dan Ponemon
pada penelitian untukmenguji efek interaksi (1991) untuk mengukur kecenderungan
gender terhadap kecenderungan whistleblowing whistleblowing. Instrumen mengikut sertakan
hasilnya adalah signifikan (Liyanarachchi dan dua skenario whistle-blowing dan setiap subjek
Newdick, 2009, p 46). Penelitian lain mengin- diminta untuk mengindikasikan kecenderungan
dikasikan, tidak ada perbedan gender dalam setiap individu pada setiap skenario, untuk setiap
level penalaran moral (Walker, 2004; Weber dan kasus hipotetikal. Subjek mengindikasikan
Wasieleski, 2001).Hipotesis yang dikembangkan kecende-rungan whistle-blowing pada lima poin-
dalam penelitian ini adalah: skala Likert untuk setiap skenario. Ini tidak
H3: Gender berpengaruh terhadap kecenderu- sesuai dengan skenario yang dikembangkan
ngan whistleblowing individu Arnold dan Ponemon (1991) yang menggunakan
tiga skenario. Skenario ketiga tidak sesuai
METODA PENELITIAN dengan konteks lokal akan menimbulkan bias
pada subjek .
1. Metoda penelitian Setelah melengkapi tugas pertama
subjek melanjutkan mengisi instrumen untuk
Metoda yang digunakan dalam mengukur level penalaran moral mereka.
penelitian ini adalah eksperimen laboratorium, Instrumen yang digunakan adalah pengemba-
dengan desain 2 x 2 faktorial. Perlakuan ngan oleh Welton et. al (1994). Instrumen ini
memasukan dua level retaliasi (kuat dan lemah) dikembangkan mengikuti patron Rest (1979)
dan dua level penalaran moral (tinggi dan dengan menyesuaikan kasus spesifik akuntansi.
rendah). Subjek secara random dibagi dalam
empat kelompok perlakuan.Retaliasi diklasifi- 3. Subjek Penelitian
kasi ke dalam kondisi ke-khawatiran retaliasi
kuat (pinalti) dan kekhawatiran retaliasi lemah Subjek dalam penelitian ini adalah
(afiliasi). Pinalti mengacu pada konsekuensi mahasiswa ekonomi akuntansi strata 1 pada
secara disiplin dalam bentuk perlakuan terhadap Universitas Kristen Artha Wacana Kupang,
pribadi atau properti, tuntutan hukum, terminasi dengan ketentuan; subjek telah menempuh mata
kerja, atau ancaman penjara. Afiliasi mengacu kuliah etika bisnis, akuntansi keperilakuan,
pada bentuk hubungan dengan orang lain di luar auditing, dan akuntansi manajemen dan semua
atau di dalam organisasi, yang menjadi subjek subjek secara sukarela.
retaliasi dibandingkan whisltleblower (Arnold
dan Ponemon, 1991). a. Analisis Statistik
Setelah dilakukan eksperimen
2. Tugas Eksperimen laboratorium, selanjutnya untuk menjawab
hipotesis, alat analisis yang digunakan adalah
Penelitian ini menggunakan skenario Analysis of Variance (ANOVA). Pengujian
untuk setiap variabel. Penggunaan skenario menggunakan Two-Way Anova untuk
118
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
menganalisis data dan menjawab hipotesis. Pada masing variabel terhadap kecenderungan me-
pengujian Anova dihitung mean dan deviasi lakukan whistleblowing
standar untuk masing-masing level variabel Seperti terlihat pada tabel 4.1
(penalaran moral, retaliasi, dan retaliasi) kecenderungan seseorang melakukan
terhadap kecenderungan whistle blowing. whistleblowing menjadi kuat pada kondisi
Selanjutnya diuji dampak dari level penalaran tingkat retaliasi rendah dan menjadi lemah pada
moral, retaliasi, dan gender terhadap tingkat retaliasi yang tinggi (tabel 4.1:
kecenderungan whistle blowing. 4,62>4,00). Kondisi ini juga tercermin pada
variabel penalaran moral. Individu dengan
ANALISIS DAN BAHASAN HASIL penalaran moral yang lebih tinggi lebih
ANALISIS cenderung melakukan whistleblowing diban-
dingkan individu dengan penalaran moral rendah
Berdasarkan hasil pengujian untuk normalitas (tabel 4.1: 4,50>4,33). Sedangkan untuk
distribusi data menunjukan bahwa data perbedaan gender dengan proksi laki-laki untuk
terdistribusi secara normal melalui garis lurusQ- maskulin dan perempuan untuk feminine terlihat
Q plot. Pengujian menggunakan Shapiro-Wilk bahwa perempuan lebih cenderung melakukan
test mendukung asumsi distibusi normal whistleblowing dalam kondisi moral dan retaliasi
(p=0,11). Levenes test tidak signifikan pada tinggi ataupun rendah (tabel 4.1: 3,17>3,00).
level 0.05. Hasil pengujian menunjukan Hasil pengujian berdasarkan nilai mean
keterdukungan dalam penggunaan ANOVA menunjukan bahwa terdapat perbedaan antar
untuk pengujian hipotesis. Selanjutnya akan kelompok yang diuji.
ditampilkan mean dan deviasi standar masing-
Tabel 4.1
Mean dan Deviasi Standar untuk Kecenderungan Whistleblowing
Variabel n Mean DS
Retaliasi Rendah 16 4,62 0,647
Retaliasi Tinggi 14 4,00 0,577
Moral Rendah 15 4,33 0,506
Moral Tinggi 15 4,50 1,000
Gender Maskulin 12 3,00 1,651
Gender Feminin 18 3,17 1,659
Hasil ini didukung oleh penelitian whistleblowing pada tingkat signifikansi >0,01
sebelumnya yang dilakukan oleh Liyanarachchi dengan nilai F 44,23. Penalaran moral
dan Newdick (2009) khusus untuk variabel merupakan bagian dari dilema akuntansi
moral dan retaliasi, sedangkan untuk hasil uji pertimbangan etis yang menguji hubungan
pada variabel gender pada penelitian ini antara penalaran etis dan perilaku etis dalam
menunjukan ada perbedaan mean yang tidak konteks akuntansi dan audit (Chiu, 2003; Gul
sama dengan penelitian sebelumnya. Selanjutnya dkk., 2003; Ponemon dan Gabhart, 1990). Near
disajikan hubungan pengaruh kecenderungan dan Micheli (2005) mengisyaratkan faktor utama
whistle-blowing dengan retaliasi, penalaran yang mempengaruhi keputusan individu pada
moral, dan gender. whistleblowing adalah perilaku moral
Tabel 4.2 menunjukan hasil analisis mereka.Dozier dan Miceli (1986) menyatakan
untuk melakukan pengujian pengaruh antar kemampuan individu untuk menyelesaikan atau
variabel penalaran moral, retaliasi, dan gender. menginterpretasi dilema etis dipengaruhi oleh
Hasil pengujian menunjukan bahwa level penalaran moral mereka. Chang dan Leung
penalaran moral berpengaruh terhadap (2006), Uddin dan Gillett (2002) mengindika-
kecenderungan seseorang melakukan sikan level penalaran moral atau pertimbangan
119
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
etis individu berpengaruh terhadap perilaku etis (Liyanarachchi dan Newdick, 2009). Dalam
mereka. Sedangkan penelitian pada hubungan penelitian ini terindikasi bahwa individu dengan
antara whistleblowing dan penalaran moral penalaran moral yang tinggi memilki
auditor menunjukan individu dengan level cenderungan melakukan whistle-blowing
penalaran mora yang tinggi lebih cenderung dibandingkan dengan individu dengan level
untuk melakukan whistle-blowing penalaran moral rendah (H1 terdukung).
Tabel 4.2
Dampak Penalaran Moral, Retaliasi,
dan Gender terhadap Kencenderungan Whistleblowing
Variabel Df Mean Square F Sig
Gender 1 0,200 0,071 0,791
Moral 4 17,237 44,237 0,000
Retaliasi 4 16,211 29,246 0,000
Tabel 4.2 pada variabel retaliasi dibandingkan pada kondisi adanya aturan dan
menunjukan bahwa individu dengan tingkat sistem perlindungan whistle-blower (H2
retaliasi rendah lebih cenderung melakukan terdukung).
wistleblowing dengan level signifikasi >0,01 Tabel 4.2 pada variabel gender
pada nilai F 29.24. Salah satu faktor penting menunjukan gender tidak berpengaruh terhadap
dalam pengambilan keputusan individu kecenderu-ngan seseorang melakukan whistle-
melakukan whistle-blowing adalah kekhawatiran blowing dengan level signifikasi 0,01dengan
terhadap retaliasi (Near dan Miceli, 1996). nilai F 0.07. Gender pada level moral tinggi dan
Individu yang mengungkapkan permasalahan rendah dan retaliasi pada level kuat atau lemah
dalam organisasinya akan diperhadapkan pada menunjukan tidak ada pengaruh. Hasil ini
retaliasi (Fouts, 2000). Alasan utama individu berbeda dengan penelitian sebelumnya yang
untuk kegagalan mereka melaporkan tindakan mengisyaratkan wanita lebih beretika daripada
salah adalah perasaan kesia-siaan dan pria (Sikula and Costa, 1994). Wanita muncul
kekhawatiran retaliasi (Rebecca Walker, 2008). sebagai kunci utama dalam membawa keterbu-
Retaliasi mempunyai dampak negatif pada kaan masalah dalam institusi Amerika.Cynthia
kecenderungan seseorang mengungkapkan Cooper (WorldCom), Coleen Rowley (FBI), dan
tindakan salah organisasi (Arnold and Ponemon Sherron Watkins (PostEnron). Kekuatan dan
1991; Near and Miceli 1986).Sedangkan tanggungjawab, yang menyebabkan wanita-
kekhawatiran terhadap retaliasi meyebabkan wanita ini mengungkapkan tindakan salah,
mereka cenderung untuk tidak melakukan ketika yang lainnya tidak melakukanny (Lacayo
whistleblowing (Duval et al., 2001).Pada saat and Ripley, 2002). Penelitian Miceli and Near
ancaman terhadap retaliasi rendah (1992) mengindikasikan atribut intra personal
kecenderungan melakukan whistle-blowing termasuk kemanjuran diri dan gender ber-
menjadi tinggi (Masser and Brown, 1996). pengaruh terhadap keputusan melakukan
Dalam penelitian ini individu dengan whistleblowing. Wise (1995) menemukan bauran
tingkat kekhawatiran retaliasi yang tinggi cen- hasil antara gender dan faktor demografi yang
derung untuk tidak melakukan whistleblowing lainnya dalam mempengaruhi kecenderungan
karena ketakutan terhadap akibat dari tindakan melaku-kan whistle-blowing. Miceli, dkk. (1991)
tersebut, walaupun tindakan tersebut sesuai mengisyaratkan kencenderungan yang lebih
dengan nilai etis individu yang bersangkutan. tinggi dari pria untuk melakukan whistle
Selain itu, ketiadaan aturan dan sistem yang blowing.Sims and Keenan (1998) mendukung
melindungi whistle-blower menyebabkan hasil penelitian Miceli, dkk. (1991). Analisis
persepsi retaliasi menjadi lebih tinggi meta pengembangan moral mengindikasikan
120
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
121
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
Social and Clinical Psychology 4, 279 Courtemanche, G.: 1988, 'The Ethics of Whistle
289. Blowing, The Internal Auditor, 45(1), 36-
42. England, P.: 1979.
Bok, S.: 1980, Whistleblowing and Professional
Responsibilities, in D. Callahan and S. Dozier, J. B. and M. P. Miceli: 1985, Potential
Bok (eds.), Ethics Teaching in Higher Predictors of Whistle Blowing: A
Education (Plenum Press, New York). Prosocial Behaviour Perspective,
Academy of Management Review 10,
Brabeck, M. M.: 1984, Ethical Characteristics 823836. Doi:10.2307/258050.
of Whistle-Blowers, Journal of Research
in Personality 18, 4153. DuVal, G., L. Sartorius, B. Clarridge, G. Gensler
doi:10.1016/0092-6566(84)90037-0 and M. Danis: 2001, What Triggers
Requests for Ethics Consults?, Journal of
Brent R. MacNab and Reginald, Self-Efficacy Medical Ethics 27(Supplement 1), 2429.
as an Intrapersonal Predictor for Internal
Whistleblowing: A US and Canada, Fishbein, M. and I. Ajzen: 1975, Belief,
Journal of Business Ethics, Vol. 79, No. 4 Attitude, Intensions and Behavior: An
(Jun., 2008), pp. 407-421 Introduction to Theory and Research,
(Addison-Wesley, Boston, MA).
Bussey, K. and B. Maughan: 1982, Gender
Differences in Moral Reasoning, Journal Fouts, S.F.: 2000, Two Nurses and a Doctor:
of Personality and Social Psychology Health Care Workers Allege Retaliation
42(4), 701706. for Blowing the Whistle on
Understaffing, Journal of Emergency
Cavanagh, S. and D. Fritzsche: 1985, Using Nursing 26(6), 598600.
Vignettes in Business Ethics Research, in
L. Preston (ed.), Research in Corporate Gul, F.A., Ng, A.Y. and Tong, M.W. (2003),
Social Performance and Policy (JAI, Chinese Auditors Ethical Behavior in an
Greenwich, CT), pp. 279293. Audit Conflict Situation, Journal of
Business Ethics, Vol. 42 No. 4, pp. 379-
Chan, S. Y. and P. Leung: 2006, The Effects of 92.
Accounting Students Ethical Reasoning
and Personal Factors on Their Ethical King, G: 2000, 'The Implications of Differences
Sensitivity, Managerial Auditing Journal in Cultural Attitudes and Styles of
21, 436457. Communication on Peer Reporting
doi:10.1108/02686900610661432. Behavior', Cross-Cultural Management
7(2), 11-17.
Chiu, R.K. (2003), Ethical Judgment
AndWhistleblowing Intention: Examining King, A.: 2007, Protected Disclosures
The Moderating Role of Locus of Amendment Bill First Reading,
Control, Journal of Business Ethics, Vol. Parliament of New Zealand, Hansard 642,
43 No. 1/2, pp. 65-74. 12551, Protected Disclosures Act: 2000,
Available Online:
Chung, J. and V. U. Trivedy: 2003, The Effect http://www.legislation.govt.nz/act/public/
of Friendly Persuasion and Gender on Tax 2000/0007/latest/DLM53466.html.
Compliance Behavior, Journal of Accessed 6 November 2008.
Business Ethics 47: 133-145.
Keenan, J.P. and McLain, D.L. (1992),
Whistleblowing: a conceptualization and
model, Academyof Management Best
122
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
Near, J. P. and M. P. Miceli: 1986, Retaliation Radtke, R. R.: 2000, The Effects of Gender and
Against Setting on Accountants Ethically Sensitive
WhistleBlowers:PredictorsEffects,The Decisions, Journal of Business Ethics 24,
Journal of Applied Psychology 71, 137 299312.
145. doi:10.1037/0021-9010.71.1.137.
Rest, J.R.: 1979, Development in Judging
Massey, D. W.: 2002, The Importance of Moral Issue, University of Minnesota
Context in Investigating Auditors Moral Press, Minneapolis, MN.
Abilities, in B. M. Schwartz (ed.),
Research on Accounting Ethics, Vol. 8 Rest, J.R.:1986, Moral Development, Advances
(JAI, Greenwich, CT), pp. 195247. in Research and Theory, Praeger, New
York, NY.
Miceli, M. P., J. B. Dozier and J. P. Near: 1991,
Blowing the Whistle on Data-Fudging: A
123
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
Serwinek. P. J.: 1992, Demographic and Walker, L. J.: 1984, Sex Differences in the
Related Differences in Ethical Views Development of Moral Reasoning: A
Among Small Business, Journal of Critical Review, ChildDevelopment 55,
Business Ethics 11: 555-566, Kluwer 677691.
Academic Publisher.
Walker, L. J.: 2004, Progress and Prospects in
Sims, R. L. and J. P. Keenan: 1998, Predictors the Psychology of Moral Development,
of External Whistleblowing, Merrill-Palmer Quarterly 50(4), 546557
Organizational and Intra- 56 Gregory,
Journal of Business Ethics 17, 411421. Walker, R.: 2008, Mitigating the Fear of
Doi:10.1023/a: 1005763807868 Retaliation: Helping Employees Feel
Comfortable Reporting Suspected
Singer, A.: 1996, 'The Whistle Blower: Patriot or Misconduct, Journal of Health Care
Bounty Hunter?', Across the Board Compliance, ABI/INFORM Complete,
29(11), 16-22. pg. 19
Sikula, A., Sr. and A. D. Costa: 1994, Are Weber, J. and D. Wasieleski: 2001,
Women More Ethical than Men?, Journal Investigating Influences on Managers_
of Business Ethics 13, 859871. Moral Reasoning: The Impact of Context
and Personal and Organizational Factors,
Street, M. D.: 1995, Cognitive Moral Business & Society 40(1), 79111.
Development and Organizational
Commitment: Two Potential Predicators Welton, R. E., J. R. Davis and M. LaGrone:
of Whistle-blowing, Journal of Applied 1994, Promoting the Moral Development
Business Research 11(4), 104111. of Accounting Graduate Students: An
Instructional Design and Assessment,
Street, S., E. B. Kimmel and J. D. Kromrey: Accounting Education. International
1995, Revisiting University Student Journal (Toronto, Ont.) 3(1), 3550.
Gender Role Perceptions, Sex Roles,
33(3/4), 183200.
124
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
125
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
ABSTRACT
This research is supported by the emergence of the phenomenon of online communities that
become a popular online place for users to search for and gather information about online shopping
experiences through online shop or social networking site that aimed to reduce the risk of their
transaction. The purpose of this research is to show empirical evidence about the influence of the
quality of website, transaction safety, and subjective norm toward purchase intention and electronic
word of mouth behavior with mediated of trust and perceived reputation in social networking site.
From online survey that conducted we obtain 430 respondents of Facebook users account in
Indonesia, and then processed using structural equation modeling (SEM) with the help of the
application of Amos 22. Statistical analysis showed that 11 hypothesis that proposed existed four
hypothesis unsupported, that is influence of the system quality to perceived reputation, the information
quality to trust, the system quality to trust and the perceived reputation to shopping intention. In
generally, this research is predicted online consumers behavior in the social networking site with
regard to their activities to shopping online, especially about shopping intention and electronic word-
of-mouth.
Keywords: Social Commerce (S-commerce), Theory of Reasoned Action (TRA), Information Quality,
System Quality, Transaction Safety, Perceived Reputation, Trust, Subjective Norms, Shopping
Intention, electronic Word-of-Mouth (eWOM), Structural Equation Modeling (SEM).
PENDAHULUAN
Meningkatnya pengguna internet di satu bagian yang penting dari internet yang
dunia memudahkan para pebisnis untuk mendapatkan perhatian dari konsumen dan
memasarkan dan mengembangkan lahan bisnis- penjual.
nya (Al-Kasasbeh et al., 2011; Zarrella, 2010 Web telah mendukung aktivitas
dalam Supradono dan Harun, 2011). Pengguna transaksi bisnis online atau yang lebih dikenal
internet merupakan konsumen pontensial untuk dengan istilah electronic commerce (e-
bisnis online. Hal tersebut terjadi karena commerce). E-commerce merupakan pengguna-
teknologi informasi mengubah cara orang untuk an Teknologi Informasi (TI) untuk melakukan
bekerja dan mengubah cara berkompetisi kegiatan bisnis antara dua atau lebih
dalam bisnis (Martin, 2005). Konsumen yang organisasi, atau antara sebuah organisasi
bertransaksi secara online mengandalkan dengan satu atau lebih pelanggan akhir (end-
informasi yang didapat dari website yang constomer), melalui satu atau lebih jaringan
menjual produk dan jasa tersebut (Zhang et komputer (Martin et al., 1999 dalam Hartono,
al., 2009). Oleh karena itu, web menjadi salah 2005). Seiring dengan hal tersebut dapat
127
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
meningkatkan popularitas situs jejaring sosial akan mempunyai pengaruh pada pemakainya
dan telah membuka peluang baru model bisnis dan pada sistemnya (Hartono, 2007b) serta
dari electronic commerce (e-commerce) yang memahami perilaku konsumen karena semakin
disebut sebagai social commerce. baik memahami faktor yang mendasari
S-commerce merupakan bagian dari e- perilaku konsumen, semakin memungkinkan
commerce. Marsden (2010) s-commerce untuk mengembangkan strategi pemasaran agar
mendefinisikan bahwa s-commerce merupakan kebutuhan konsumen terpenuhi (Assael,
bagian dari e-commerce yang menggabungkan 1998).
media sosial dengan elektonik commerce (e- Dalam kolom www.kompas.com yang
commerce) untuk memfasilitasi pembelian dan mengambil judul tentang kasus Penipuan
penjualan dari barang dan jasa dengan Dominasi Kejahatan Cyber dimana Indonesia
menggunakan berbagai teknologi internet. didominasi oleh kasus penipuan baik penipuan
Sedangkan bagi Stephen dan Toubia (2010) lewat internet maupun telpon yang ditulis
menyebutkan bahwa s-commerce adalah bagian Norma Gesita, Dari hasil perlaporan yang
dari e-commerce dan sebuah grup dan diungkapkan oleh Kepala Subdirektorat IV
hubungan berbasis pasar terbuka online. Kini Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Metro Jaya
media sosial dapat menjadi salah satu strategi Ajun Komisaris Audie Latuheru mengatakan,
pemasaran yang lebih baik karena dapat jumlah laporan penipuan itu mencapai 40
memberikan manfaat berupa dukungan persen dari seluruh kasus cyber crime.
interaksi sosial dan sumbangan pengguna untuk "Dilanjutkan dengan kasus pencemaran nama
membantu dalam jual beli online produk dan baik sekitar 30 persen dan sisanya adalah
jasa. kejahatan pencurian data (hacking) dan
Dengan bertransaksi di jejaring sosial, kejahatan cyber lainnya. Namun menurut
konsumen dapat pula berkonsultasi dengan Audie kasus pencemaran nama baik banyak
komunitas sosial mereka untuk mencari nasihat terjadi karena maraknya penggunaan situs
serta masukan-masukan berupa informasi yang jejaring sosial. Namun, jumlahnya belum bisa
membantu mereka dalam membuat keputusan menyaingi kasus penipuan yang marak terjadi.
membeli. Komunitas-komunitas online sudah Menurut Pavlou (2003) adanya jarak
menjadi tempat yang populer untuk pengguna jauh yang memisahkan konsumen, dan situs
online mencari dan mengumpulkan informasi belanja dan infrastruktur internet, menghasilkan
mengenai pengalaman berbelanja, penilaian- ketidakpastian dalam bertransaksi dengan
penilaian, dan pendapat-pendapat konsumen- electronic vendor (e-vendor) sehingga
konsumen lain (Kozinets, 2002; Park dan Lee, pelanggan memiliki risiko kehilangan uang dan
2009). Komunitas online tidak saja privasinya. Ketidakpastian sosial dan risiko
meningkatkan kecepatan di mana informasi dengan e-vendor menjadi lebih meningkat
dikirimkan, tetapi juga menurunkan asimetri karena perilaku e-vendor tidak dapat dimonitor
informasi. Fenomena ini disebut sebagai (Reichheld dan Schefter, 2000 dalam Gefen et
pengaruh electronic word of mouth (e-WOM) al., 2003). Ketika melakukan transaksi-
(Tseng dan Hsu, 2010). Sedangkan menurut transaksi online, konsumen tidak bisa secara
Sun et al., (2006) electronic word of mouth fisik memeriksa kualitas produk sebelum
adalah pengalaman dan pandangan konsumen membuat keputusan membeli atau memonitor
yang disampaikan melalui kata-kata tertulis keselamatan dan keamanan dari informasi
berdasarkan teknologi internet. personalnya atau nomor kartu kreditnya (Lee
Katz, Lazarsfeld, & Roper (1955) dan danTurban, 2001). Hal ini karena media sosial
Bickart (2002) menyatakan bahwa komunikasi sebagai platform yang mampu menfasilitasi
e-WOM mempunyai pengaruh persuasi yang berbagai kegiatan seperti mengintegrasikan
lebih tinggi dan lebih efektif dibanding alat-alat situs web, interaksi sosial, dan pembuatan
pemasaran tradisional. Sebagian besar konten berbasis komunitas yang dapat juga
konsumen memiliki kecenderungan untuk berpengaruh terhadap ketidakamanan infor-
membaca semua informasi yang tersedia dan masi privasi dari konsumen sehingga
lengkap, secara khusus dalam kasus produk- berdampak kepada ketidakpuasan dan
produk inovatif terbaru. Oleh karena itu, kepercayaannya (OReilly, 2005).
perusahan-perusahaan seharusnya memperhati- Konsumen belajar dari pengalaman
kan penggunaan sistem dan informasi yang masa lalunya, dan perilaku di masa akan datang
128
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
129
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
130
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
131
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
132
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
133
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
Thurau et.al. (2004) menunjukkan bahwa e- berkesimpulan bahwa e-WOM dari grup-grup
WOM terjadi ketika konsumen potensial, referensi terkemuka dengan jelas secara
konsumen saat ini, atau konsumen masa depan signifikan mempengaruhi partisipasi konsumen
membuat komentar positif atau negatif secara dalam online group-buying. Sedangkan dalam
online mengenai perusahaan atau produk. penelitian yang dilakukan oleh Wirtz dan Chew
Riegner(2007) menemukan bahwa (2002) serta Sichtmann (2007) menemukan
dengan pertumbuhan aksesibilitas sarana bahwa niat membeli berpengaruh positif
internet, konsumen semakin terbiasa menerima terhadap perilaku WOM pelanggan. Oleh
informasi dan komentar-komentar digital karena itu diajukan hipotesis sebagai berikut.
mengenai produk dan merek online yang H11: Niat berbelanja berpengaruh positif
selanjutnya mengubah perilaku membeli dari terhadap perilaku e-WOM
konsumen. Ye, Law, dan Gu (2009)
mengeksplorasi hubungan antara review MODEL PENELITIAN
pengguna online dan penjualan kamar hotel,
dan menunjukkan bahwa peningkatan penjualan
Kualitas Niat
kamar hotel seiring dengan jumlah review H1a(+ Reputasi
H5(+ berbelanja
informasi persepsian
)
positif.
Atiglan-Inan dan Karaca (2011) dalam H2a( H6(+
Hartono (2013) mencoba meneliti faktor-faktor +) H4(+ )
) H`11(+)
yang menyebabkan niat konsumen muda untuk H1b(+
H7(+)
membeli lewat internet. Penelitian tersebut Kualitas )
Kepercayaan e-WOM
sistem
melibatkan sebanyak 281 mahasiswa Turkish H8(+)
H2b(+
University berumur sekitar 18-24 tahun. )
Dengan menggunakan teori perilaku rencanaan H9(+) H10(+
H3(+ )
(theory of planned behaviorTPB) untuk )
Keamanan
menjelaskan perilaku konsumen muda, Bertransaksi
Norma
subyektif
134
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
135
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
136
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
137
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
Perilaku e-WOM +
Norma Subyektif
H9 .150 .021 7.321 *** Terdukung
Kepercayaan +
Norma Subyektif
H10 .163 .047 3.501 *** Terdukung
Niat berbelanja +
Niat berbelanja
H11 .652 .169 3.855 *** Terdukung
Perilaku e-WOM +
Keterangan : *** = signifikan pada 1%; ** = signifikan pada 5%
138
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
3. Saran
Alcaniz, E.B., C.R. Mafe, J.A. Manzano, dan
Penelitian mengenai perilaku konsumen S.S. Blas, (2008)., Influence of online
terutama niat berbelanja dan perilaku eWOM di information dependency and
jejaring sosial seperti facebook di Indonesia innovativeness on internet shopping
sangatlah penting terutama untuk pertimbangan adoption, Online Information Review,
market yang lebih berkompetitif. Banyak hal Vol. 32, No. 5, pp. 648-667.
bisa saja mempengaruhi dunia bisnis baik
karena kurangnya kenyamana dalam Al-kasasbeh, MM., Dasgupta, S., Al-faouri,
bertransaksi dapat berpengaruh terhadap A.H. (2011). Factors Affecting E-
kepercayaan konsumen yang dapat menurunkan service Satisfaction.Communication of
niat berbelanja yang berdampak dengan the IBIMA.
menurunnya omset penjualan dari suatu toko
online. terutama bagi jenis-jenis toko online Ajzen, I., & Fishbein, M. (1980).
yang termasuk dalam usaha Kecil dan Understanding Attitude and Predicting
menengah (UKM) yang memanfaatkan Social Behavior.NJ, Englewood Cliffs:
facebook sebagai market dalam bisnis mereka. Prentice-Hall, Inc.
Untuk vendor mengupayakan dan
menyediakan sistem yang mampu menjaga Ajzen, I, (1991).The Theory of Planned
keamanan dan kenyamanan bagi konsumen Behavior.Organizational Behavior and
adalah hal yang sangat penting karena Human Decision Processes, Vol.50,
berhubungan dengan kepercayaan mereka serta pp.179-211.
niat berbelanja dari konsumen online dan
perilaku eWOM di situs jejaring sosial. Anderson, E., Weitz, B. (1989). Determinants
Terutama hambatan terbesar yang dirasakan of continuity in conventional industrial
konsumen adalah pada saat melakukan channel dyads. Marketing Science,
pembelian dengan memanfaatkan kartu kredit, Vol.8, No.4, pp. 310-323.
menyebabkan kebocoran informasi privasi
mereka serta kualitas produk tidak sesesuai.
Sehingga kepercayaan konsumen serta Anderson, E and Weitz, B. (1992).The Use of
tanggapantanggapan berupa eWOM negative Pledges to Build and Sustain
yang dapat mempengaruhi reputasi vendor Commitment in Distribution
dalam bisnis dapat dihindari. Hal ini semuanya Channels.Journal of Marketing
menjadi sangat penting dan perlu menjadi Research, No. 29, pp.18-34.
perhatian bagi vendor di Indonesia.
Penelitian ini memberikan sejumlah Anderson, E.W. (1998). Customer satisfaction
implikasi antara praktis dan teori dalam bidang and word of mouth, Journal of
sistem informasi dan marketing, terutama Service Research, Vol. 1, pp. 5-17.
dalam hal memahami perilaku pengguna situs
jejaring sosial. Untuk memperkarya kajian dari Armida, E. E., & Park, Jungkun. (2006). E-
ilmu sistem informasi dan perilakuan konsumen Trust For Mexican Consumers:
terutama konsumen online dalam penggunaan Empirical Investigation for Three
teknologi informsi dari situs jejaring sosial serta Dimensions. Advances in Consumer
faktor-faktor yang berupa variabel laten yang Research Latin American Conference
mempengaruhinya. Proceedings, Vol.1, pp. 49-52, 4p.
Ahituv, Niv. (1980). A Systematic Approach Assael, H. (1998). Consumer Behavior and
Toward Assuring the Value of an Marketing Action 6th edition. New
Information System. MIS Quarterly, York : International Thomson
Vol.4, No. 4, pp. 61-75. Publishing.
139
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
140
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
Cheng, Hsiu-Hua., & Huang, Shih-Wei. (2013). Donney, P.M., and Cannon, J.P.(1997), An
Exploring antecedents and consequence Examination of the nature of trust in
of online group-buying intention: An buyer-seller relationships. Journal of
extended perspective on theory of Marketing, Vol. 61, No. 1, pp. 35-51.
planned behavior.International Journal
of Information Management, Vol. 13, Doolin, B., Dillon, S., Thompson, F. and
pp. 185-198. Corner, J. L. (2005). Perceived risk, the
internet shopping experience and online
Chiu, Hung-Chang., Hsieh, Yi-Ching., & Kao, purchasing behavior: a new Zealand
Ching-Yi. (2005). Website Quality and perspective, Journal of global
Customers Behavioural Intention: An information management, Vol. 13, No.
Exploratory Study of the Role of 2, pp. 66-88.
Information Asymmetry. Total Quality
Management, Vol. 16, No. 2, pp. 185- Duan, W., Gu, B., & Whinston, A. B. (2008).
197. The dynamics of online word-of-mouth
and product salesAn empirical
Cooper, D. R., & Schindler, P.S., (2006). investigation of the movie industry.
Bussiness Research Methods. Eight Journal of Retailing, Vol. 84, No. 2, pp.
Edition. McGraw-Hill, New York. 233-242.
Davidon, M. (2003). Have You Heard The Dunn, J. R. (2007). Reputation and trust: A
Word? The Effect of Word of Mouth multidimensional perspective. Fourth
on Perceived Justice, Satisfaction and Workshop on Trust Within and
Repurchaxe Intentions Folowing Between Organizations. Vu University,
Complaint Handling.Journal of Amsterdam, the Netherlands.
Consumer Satisfaction, Dissatisfaction
and Complaining Behavior.Vol.16, Erdem, Tulin, Swait dan Loviere. (2002). The
pp.67-79. Impact of Brand Credibility on
Consumer Price Sensitivity.
Davis, F. D. (1989). Perceived usefulness, International Journal in Marketing,
perceived ease of use, and user Vol 19. Pp. 235-255.
acceptance of information technology.
MIS Quarterly, Vol.13, No. 3, pp. 319- Fang, Y. H, Chiu, C.M, dan Wang, E. T.G.
340. (2011). Understanding customers
satisfaction and repurchase intentions
Davis, F., Bagozzi, R., & Warshaw, P. (1989). an integration of IS success model,
User acceptance of computer trust, and justice. Journal of Internet
technology: a comparison of two Research. Vol. 21, No. 4, pp. 479-503.
theoretical models. Management
Science, Vol. 35, No. 8, pp. 982-1003. Fagerstrom, A., & Ghinea, G. (2011). On the
motivating impact of price and online
DeLone, W.H. dan McLean, E.R. (1992). recommendations at the point of online
Information systems success: the quest purchase. International Journal of
for the dependent variable. Information Information Management, Vol. 31, pp.
Systems Research, Vol. 3, pp. 60-95. 103-110.
Delafrooz, N.; Paim, K.H.J. & Khatibi, A. Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Belief,
(2011).A Research Modeling to Attitude, Intention, and Behavior: an
Understand Online Shopping Introduction to Theory and
Intention.Australian Journal of Basic Research.New York: Addison-Wesley.
and Applied Science, Vol. 5, no. 5, pp.
70-77. Fung, R., and Lee, M.(1999). EC-Trust (trust in
electronic commerce): Exploring the
141
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
142
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
Internet? Journal of Interactive Janda, S., Trocchia, P.J., & Gwinner, K.P.
Marketing, Vol.18, No.1, pp. 38-52. (2002). Consumer perceptions of
Internet retail service quality.
Hess, R.L. (2008), The impact rm of International Journal of Service
reputation and failure severity on Industry Management, Vol. 13, No. 5,
customers responses to servicefailures. pp. 412-431.
Journal of Services Marketing, Vol. 22
No. 5, pp. 385-98. Jang, M. H. (2005). The effects of trust and
perceived risk on attitude and purchase
Hong and Youl, Ha. (2004). Factors influencing intention in Internet shopping malls.
consumer perceptions of brand trust The Journal of Information Systems,
online. Journal of Product and Brand Vol. 14, No. 1, pp. 227-249.
Management, Vol. 13, No. 5, pp. 329
342. Jarvenpaa, S.L., and Grazioli, S (1999). Surfing
Among Sharks : How to Gain Trust in
Hong, S.Y., & Yang, S.U. (2009). Effects of Cyberspace. Financial Times,
reputation, relational satisfaction, and Mastering Information Technology
customer-company identification on Section, March 15, pp. 2-3
positive word-of-mouth intentions.
Journal of Public Relations Research, Jarvenpaa, S.L., Tractinsky, N. and Saarinen,
Vol. 21, No. 4, pp. 381-403. L. (1999). Consumer trust in an
internet store : a cross-cultural
Hosmer, L.T., (2000). Trust the Between validation, Journal of Computer-
organizational theory connecting link Mediated Communication, Vol. 5, No.
and Philosophical Ethics. Academy of 2, pp. 1-36.
management rewiew, Vol. 20, No. 2,
pp. 379-403. Jarvenpaa, S.L., Tractinsky,J., & Vitale, M.
(2000). Consumer trust in an internet
Hsu, M. H., Yen, C. H., Chiu, C. M., & Chang, store.Information Teknology and
C. M. (2006). A longitudinal Management, Vol.1, No.2, pp.45-71
investigation of continued online
shopping behavior: An extension of the Jayadewi N.K. (2012). Pengaruh Nilai Budaya
theory of planned behavior. Individualisme dan Penghindaran
International Journal of Human- Ketidakpastian dalam Komunikasi dari
Computer Studies, Vol. 64, Vol. 9, pp. Mulut ke Mulut pada Mahasiswa Di
889-904. Yogyakarta.Unpublished Skripsi S1,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
http://inet.detik.com/read/2012/04/03/140117/1
883911/398/social-commerce- Jia and Shen. (2008). User Acceptance of
penggerak-e-commerce-indonesia. Social Shopping Situs : A Research
Proposal, Pacific Asia Conference on
http://tekno.kompas.com/read/2013/04/15/2209 Information Systems proceedings.
5149/kasus.penipuan.dominasi.kejahata
n.quotcyberquot. Kassim, N and Abdullah, N. A. (2010). The
effect of perceived service quality
http://en.wikipedia.org/wiki/Social_commerce dimensions on customer satisfaction,
Jalilvand, M. R. and Samiei, N. (2012). The trust, and loyalty in e-commerce
effect of electronic word-of-mouth on settings: A cross cultural analysis. Asia
brand image and purchase intention an Pacific Journal of Marketing and
empirical study in the automobile Logistics, Vol. 22, No. 3, pp.351 371.
industry in Iran. Journal of Marketing
Inteligence and planning, Vol. 30, No. Katz, E., Lazarsfeld, P. F., & Roper, E
4, pp. 460-476. (1955).Personal influence. New York :
Free Press
143
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
Kim, Y.J., & Kim, H.Y. (2010). The effect of Lau, G.T. & Lee, S.H. (1999) Consumers
justice and trust on eWOM in social Trust in a Brand and The Link to Brand
media marketing: focused on power Loyalty. Journal of Market Focused
blog and meta blog. The Journal of Management, no.4, pp.341-370.
Internet Electronic Commerce
Research, Vol. 10, No. 3, pp. 131-155. Lee, MKO & Turban, E. (2001). A Trust Model
for Consumer Internet Shopping,
Kim, S., and Park, H. (2013).Effects of Various International Journal of Electronic
Characteristics of social commerce (s- Commerce. Vol. 6, No. 1, pp. 75-91.
commerce) on consumers, trust and
trust performance.International Journal Li, D., Browne, G. J., & Chau, P. Y. K. (2006).
An empirical investigation of Web site
144
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
use using a commitment-based model. Miniard, P. W., Blackwell, R. D., & Engel, J. F.
Decision Sciences, Vol. 37, pp. 427 (2001). Consumer behavior. New York:
444. The Dryden Press.
Liang, C and Chen, H. (2009). A Study of The Morgan, R.M., Hunt, S. (1994). The
Impacts of Website Quality on commitment-trust theory of
Customer Relationship Performance. relationship marketing. Journal of
Total Quality Management. Vol. 20, Marketing, 58(1), 20-38.
No.9, pp. 971-988.
Money, Carla. 2009. Online social netwoeking.
Luhmann, N. (1988). Familiarity, confidence, USA: Lucent Books Publishing.
trust: problems and alternatives,. in: D
Gambetta (Ed.), Trust: Making and Moorman, C., Zaltman, G., & Deshpande, R.
Breaking Cooperative Relations, New (1992). Relationships between
York: Basil Blackwell, Oxford, pp. 94- providers and users of market research:
107. the dynamics of trust within and
between organization. Journal of
Magdalena, Merry. (2013). Ini Dia, 7 Jenis Marketing, Vol. 29, No. 3, pp. 314-328.
Social Commerce.
Sumber: http://netsains.net/2013/05/ini- Martin, G. (2005). Tehnology and people
dia-7-jenis-social-commerce/ management, the opportunity and the
diakses pada Tanggal 13 Mei 2014. challenge, research report, London :
CIPD.
Marsden, Paul. (2009). The 6 Dimensions of
Social Commerce : Rate and Maxham, J.G., Richard, G. Netemeyer (2002)
Reviewed.http://socialcommercetoday.c Modeling Customer Perrceptions of
om/the-6-dimensions-of-social- Complaint Handling Over Time : The
commerce-rated-and-reviewed. Effects of Perceived Justice on
Satisfaction and Intent. Journalof
Marsden, P. (2010). Social Commerce : Retailing. Vol. 78, No.4, pp.239-252.
Monetizing social media. Syzygy
Group. Mayer, RC.; Davis, JH; and Schoorman, F.D.
(1995). An integrative model of
Mathieson, K. (1991). Predicting user organizational trust. Academy of
intentions: Comparing the technology Management Review, Vol.20, No.3,
acceptance model with the theory of pp.709-734.
planned behaviour. Information
Systems Research, Vol. 2, No. 3, pp. McDonald, C.G.; V.C. Slawson, Jr. (2002):
173-191. Reputation in an Internet Auction
Market, Economic Inquiry, Vol. 40, pp.
McKnight, D.H., Cummings, L.L., Chervany, 633-650.
N.L. (1998). Initial trust formation in
new organizational relationships. Moorman, C., Zaltman, G., and Deshpande, R.
Academy of Management Review, Vol. (1992). Relationships between
23, No. 3, pp. 473-490. providers and users of market research :
the dynamics of trust within and
McKnight, D.H., Choudhoury, H., & Kacmar, between organization. Journal of
C. (2002). Developing and validating Marketing, Vol.29, No.3, pp.314-328.
trust measures for E-commerce: an
integrative typology. Information Murthy, U. S. (2004). An analysis of the Effects
Systems Research, 13(3), 334-359. of electronic commerce : integrating
trust and risk with technology
acceptance model. International
145
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
Park, C., and Lee, T.M. (2009). Information Reichheld, F.F., Schefter, P. (2000), E-
direction, website reputation and e- Loyalty : your secret weapon on the
WOM effect: A moderating role of web, Havard Business Review,
product type. Journal of Business pp.105-113.
Research, Vol. 62, No. 1, pp. 61-67.
Rempel, J.K., Holmes, J.G., & Zanna, M.P.
Pavlou, P. A., (2003). Consumer Acceptance of (1985). Trust in close relationships.
Electronic Commerce: Integrating Journal of Personality and Social
Trust and Risk with the Technology Psychology, Vol.49, No.1, pp. 95-112.
Acceptance Model. International
Journal of Electronic Commerce / Resnick, P., Zeckhanser, R., Friedman, E., and
Spring, Vol. 7, No. 3, pp. 101-134. Kouwabara,K,. (2000). Reputation
Systems. Communications of The
Pavlou, P.A., & Gefen, D. (2004). Building Acm, Vol.43, No.12, pp. 45-48.
effective online marketplaces with
146
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
147
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
Taylor, S. and Todd, P. A. (1995b). Walsh, G., Mitchell, V.W., Jackson, P.R and
Understanding information technology Beatty, S.E. (2009).Examining the
usage: A test of competing models. antecedents and consequences of
Information Systems Research, Vol. 6, corporate reputation : a customer
No. 2, pp. 144-176. perspective. British journal of
Management, Vol. 20, pp. 187-203.
Teo, T.S. H, & Wong, P. K.(1998). An
Empirical Study of Computerization in Wirtz, J and Chew, P. (2002). The Effects of
Retail Industry, Omega-The Incentives, Deal Proneness, Satisfaction
International Jurnal of Management and Tie Strength on Word-of Mouth
Science, Vol.26, No.5, pp. 611-621. Behavior. International Journal of
Service Industry Management, Vol.13,
Tobing, Debora. (2014). Pertumbuhan Internet No.2, pp. 141-162.
Banking dan e-Commerce di Indonesia:
ATM dan CoD Mendominasi. Westbrook, R. (1987). Product/consumption-
Sumber: http://startupbisnis.com/pertu based affective responses and post-
mbuhan-internet-banking-dan-e- purchase processes. Journal of
commerce-diindonesia-atm-dan-cod- Marketing Research, Vol.24, No.3, pp.
mendominasi/ diakses pada Tanggal 2 258-270.
Mei 2014.
Yaghoubi, Nour M., Khani, Razieh Yekkeh.,
Trisnawati E, Suroso A dan Kumorohadi U. Esmaeali, Mohammad J. (2011). Trust
(2012) Analisis Faktor-faktor kunci Models in e-Business: Analytical-
dari Niat Pembelian Kembali secara Compare Approach. Interdisciplinary
Online ( study kasus pada konsumen Journal of Contemporary Research in
fesh shop). Journal Bisnis dan Ekonomi Business, Vol. 2, No. 9.
(JBE).Vol.19, No.2, Hal.126-141.
Ye, Q., Law, R., & Gu, B. (2009). The impact
Tseng, FM and Hsu, FY. (2010). The Influence of online user reviews on hotel room
of eWOM within The Online sales. International Journal of
Community on Consumers Purchasing Hospitality Management, Vol. 28,
Intentions-The Case of The Eee No.1, pp. 180-182.
PC.International Conference on
Innovation and Management, July 7-10.
148
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
149
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
ABSTRACT
The purpose of this study is to find empirical evidence of the influence of education, work
experience, and gender composition on the performance of the implementation of financial reporting
in the sectors in the province of East Nusa Tenggara. The research is explanatory. The approach used
in this study was survey method. The population of this study came from 40 sectors in the NTT
provincial government. Research using non-random sampling and survey respondent is the head of
Sub - Division of Finance of SKPDs. There were 40 questionnaires which distributed and used as a
sample of 40 respondents. Technical analysis of the data using PLS Regression (Partial Last Square)
with WarpPLS 3.0 software. Testing was conducted in two phases, namely assessing the outer model
(measurement model) and the inner model (structural model). The results of the study among the three
exogenous variables: education, work experience and gender composition showed that the positive
effect of work experience on the performance of the implementation of financial reporting. Based on
the results obtained in this study is expected for the area of financial management officer with regard
to the implementation of financial reporting, when choosing to place employees at existing fields,
should also be considered to be qualified competence in accordance with their duties and functions. In
a subsequent study, researcher recommends to conduct similar studies to expand research.
151
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
penerapan sistem pengelolaan keuangan daerah motivasi dan perilaku dapat dipengaruhi oleh
tersebut sangat bergantung pada kompetensi perbedaan gender.
para pengelolanya. Mengacu pada Keputusan Selain kinerja dipengaruhi kompetensi
Kepala Badan Kepegawaian Negara nomor 46A berupa pendidikan dan pengalaman kerja juga
tahun 2013, kompetensi diartikan sebagai dipengaruhi perilaku individu dan motivasi
kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh yakni pada komposisi gender terhadap
seorang PNS berupa pengetahuan, keterampilan peranannya dalam organisasi tempat bekerja.
dan sikap perilaku yang diperlukan dalam Wirawan (2009) menyatakan bahwa kinerja
pelaksanaan tugas jabatannya sehingga PNS individu adalah perwujudan perilaku individu
tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara dan kinerja organisasi adalah akumulasi kinerja
professional, efektif dan mandiri. Penatausahaan individu dalam organisasi tersebut. Akhir
keuangan daerah sebagai bagian dari penge- akhir ini faktor demografi yang mendapat
lolaan keuangan daerah memegang peranan perhatian dalam kajian-kajian berkaitan dengan
penting dalam proses keuangan daerah secara kinerja dan pengelolaan keuangan adalah
keseluruhan (Haryanto, dkk. 2007). gender. Kepuladze (2010) mendefenisikan
Penatausahaan keuangan daerah pada tingkat gender stereotype sebagai a set of shared
SKPD membutuhkan sumberdaya manusia yang beliefs prescribe men and women to behave and
memiliki kompetensi yang memadai. Sumber be motivated in certain manner. Terdapat
daya manusia merupakan sumber daya yang perbedaan motivasi antara pria dan wanita
digunakan untuk menggerakkan dan berkaitan dengan motivasi dan harapan tersebut,
menyinergikan sumber daya lainnya untuk yang berbasis pada gender stereotype. Gender
mencapai tujuan organisasi (Wirawan, 2009). stereotype secara sempit diartikan sebagai
Selanjutnya, kinerja suatu organisasi pelabelan atau keyakinan tentang perilaku laki-
merupakan hasil dari kinerja individu yang laki (maskulin) dan perempuan (feminim).
melaksanakan fungsi-fungsi organisasi tersebut, Kebutuhan yang bersifat maskulin meliputi
sehingga kinerja SKPD dalam pelaksanaan kesuksesan ekonomi, otonomi dan prestasi, yang
akuntansi dan pelaporan keuangan merupakan merupakan ciri dari laki-laki, oleh karena itu,
luaran dari kinerja individu yang melaksanakan pendapatan, kebebasan, kemajuan, kesempatan,
proses akuntansi dan pelaporan keuangan peluang menggunakan keahlian merupakan
SKPD, khususnya pada Sub Bagian Keuangan motivator kinerja yang penting. Sedangkan
SKPD. Salah satu faktor yang mempengaruhi wanita membutuhkan hubungan interpersonal
kinerja individu dalam organisasi tersebut yang baik, keamanan, keuntungan dan
adalah kompetensi individual, sehingga kinerja lingkungan sebagai motivator utama. Berkaitan
pelaksanaan akuntansi dan pelaporan keuangan dengan teori harapan yang dikemukakan oleh
SKPD dipengaruhi oleh kompetensi dari Victor Vroom, argumentasi yang dikemukakan
sumberdaya manusia yang melaksanakan proses oleh Manolova, dkk. (2007) dan Kepuladze
akuntansi dan pelaporan keuangan SKPD (2010) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
tersebut. Menurut Spencer dan Spencer (1993) valensi antara laki-laki dan perempuan dalam
karakteristik dasar seorang individu yang secara pembentukan motivasi, usaha dan menghasilkan
kausal berkaitan dengan kriteria yang diperlukan kinerja.
untuk menghasilkan kinerja yang efektif Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur
dan/atau superior dalam suatu jabatan atau NTT tentang Pejabat Pengelola Keuangan pada
situasi. Terdapat 5 (lima) elemen karakteristik SKPD tahun 2014, terlihat adanya perimbangan
dasar individu tersebut, yakni motivasi, kemam- komposisi antara laki-laki dengan perempuan
puan diri (ability), perilaku (behavior), yang menduduki jabatan-jabatan bendahara pada
pengetahuan (knowledge) dan keterampilan SKPD yang ada, namun terdapat keragaman
(skill). Karakteristik individu tersebut kemudian komposisi laki-laki dan perempuan dalam
dikelompokkan menjadi karakteristik yang dapat jabatan tersebut antar SKPD. Kusumastuti, dkk
diukur yakni pengetahuan dan keterampilan, dan (2007) mengungkapkan jika wanita memiliki
karakteristik yang bersifat tersembunyi yakni sikap kehati-hatian yang sangat tinggi,
motivasi, kemampuan diri dan perilaku. cenderung menghindari risiko, dan lebih teliti
Pengetahuan berkaitan latar belakang dibandingkan pria. Sehingga di sisi inilah yang
pendidikan formal dan pengalaman kerja (on job membuat wanita tidak terburu-buru dalam
training) melaksanakan tugas sejenis, sedangkan mengambil keputusan. Dengan demikian, dapat
152
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
disimpulkan bahwa komposisi gender dalam akuntansi dan pelaporan keuangan SKPD yang
sebuah tim turut berkontribusi dalam keberhasil- terdiri dari pimpinan dan staf Sub Bagian
an pada pengelolaan keuangan daerah. Keuangan SKPD.
Provinsi Nusa Tenggara Timur Beberapa penelitian telah dilakukan dan
merupakan salah satu daerah yang masih ditemukan bukti empirik dengan hasil yang
mendapatkan opini wajar dengan pengecualian berbeda terkait hubungan pengetahuan
(WDP). Salah satu penyebabnya adalah dalam terhadap kinerja individual. Hasil penelitian
hal penyajian laporan keuangan daerah yang Hollingsworth (2008), Hunton, dkk (2000) dan
masih terdapat beberapa hal yang tidak sesuai Sihite (2012) menemukan adanya hubungan
dengan ketentuan standar akuntansi antara latar belakang pendidikan formal dengan
pemerintahan. Berdasarkan penyebab masih kinerja, sedangkan Eriva, dkk (2013), Gabala
mendapatkan opini wajar dengan pengecualian dan Ning (2010) tidak menemukan bukti empiris
tersebut dipertegas dengan adanya salah satu hubungan tersebut.
temuan rendahnya kinerja pengelolaan keuangan Hasil penelitian Stone, dkk (2000)
daerah pada aras pemerintah provinsi NTT menemukan bahwa kemampuan dalam bidang
(AIPD 2009) berkaitan dengan kinerja akuntansi manajerial berkorelasi positif dengan
pengelolaan keuangan daerah pada aras SKPD masa kerja, karena keterampilan teknis dan
sebagai entitas terendah dalam pengelolaan analitis lebih banyak diperoleh dari rekan
keuangan pemerintah daerah yakni terkait sejawat dan hanya sedikit yang diperoleh dari
rendahnya kualitas SDM pada pelaporan pendidikan formal. Hasil penelitian Hunton,
keuangan. Kinerja pengelolaan keuangan dkk. (2000) juga menyimpulkan bahwa
daerah pada aras SKPD tersebut tercermin pengalaman kerja mempengaruhi pengetahuan
dalam kualitas Laporan Keuangan Tahunan yang dimiliki oleh manajer akuntansi, dan
SKPD dan kesesuaiannya dengan Standar pengetahuan tersebut mempengaruhi kinerja.
Akuntansi Pemerintah (SAP) yang berlaku. Hasil penelitian berbeda ditemukan oleh
Terkait dengan penelitian ini, Hollingswort (2008) yang menyimpulkan bahwa
sebelumnya telah ada beberapa hasil penelitian kualitas kinerja auditor tidak berbasis pada
yakni hasil penelitian AIPD (2009) menemukan pengalamannya dalam melakukan audit namun
bahwa kinerja penyelenggaraan akuntansi dan berbasis pada pengetahuan dasar-dasar
pelaporan keuangan daerah oleh pemerintah akuntansi yang diperoleh dari pendidikan formal
provinsi NTT masih rendah, yang disebabkan dan pelatihan-pelatihan formal yang diikutinya.
oleh rendahnya kualitas SDM pengelola Demikian juga dengan hasil penelitian yang
keuangan daerah. Selain itu, analisis terhadap dilakukan oleh Gabala dan Ning (2010) yang
Surat Keputusan Gubernur NTT Tahun 2014 menyimpulkan bahwa pengalaman kerja dan
tentang Pejabat Pengelola Keuangan pada aras pendidikan formal di bidang akuntansi tidak
SKPD, memperlihatkan adanya keragaman mempengaruhi kinerja auditor.
komposisi laki-laki dan perempuan yang Penelitian yang berbasis pada perbedaan
menjabat bendahara antar SKPD. Kualitas SDM gender juga telah dilakukan untuk memperoleh
pengelola keuangan daerah merupakan bukti empiris pengaruh keragaman gender
kompetensi individu pengelola keuangan daerah, terhadap kinerja manajerial Kesetaraan gender
yang dipengaruhi oleh kesesuaian latar belakang dalam profesi akuntansi juga diperkuat oleh
pendidikan, pengalaman kerja di bidang hasil penelitian Gallego, dkk. (2010) yang
akuntansi dan komposisi gender dari tim menyimpulkan bahwa perbedaan gender tidak
pelaksana proses akuntansi dan pelaporan mempengaruhi kinerja perusahaan, dan hasil
keuangan SKPD. Pada aras SKPD, pelaksanan penelitian Carter, dkk. (2010) yang
akuntansi dan pelaporan keuangan tersebut menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
dilaksanakan secara teknis oleh pimpinan dan antara perbedaan gender dari board committee
staf pada Sub Bagian Keuangan pada setiap dengan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian
SKPD, sehingga kinerja akuntansi dan Hardies, dkk. (2010) menemukan bahwa tidak
pelaporan keuangan SKPD dipengaruhi oleh terdapat perbedaan kualitas audit antara auditor
latar belakang pendidikan formal (formal perempuan dengan auditor laki-laki. Berkaitan
education), pengalaman bekerja dalam bidang dengan kelompok auditor penelitian Hardies,
pengelolaan keuangan daerah (on job training) dkk. (2010) tersebut juga menemukan bahwa
dan komposisi gender dari tim pelaksana proses bahwa tidak ada perbedaan kualitas audit antara
153
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
tim auditor perempuan dengan tim auditor laki- tersebut memiliki harapan dalam mencapai
laki, namun tim auditor dengan komposisi kinerja yang diharapkan, harapan tersebut
gender yang seimbang antara perempuan dan terhadap kemapuan pelaksana bisa atau tidaknya
laki-laki menunjukkan tingkat kualitas audit mencapai kinerja berdasarkan penilaian terhadap
yang lebih baik daripada tim auditor perempuan kapabilitas pribadi. Terkait teori harapan
dan tim auditor laki-laki. Manolova, dkk. (2007) memberikan argumen
Penelitian-penelitian yang dilaksanakan terhadap teori harapan, bahwa harapan
di Indonesia yang menghubungkan variabel dipengaruhi oleh faktor-faktor individual, seperti
pendidikan formal, pengalaman kerja, dan kemampuan, usaha dan pengalaman masa lalu.
gender dengan variabel kinerja dalam bidang Pendidikan dan pengalaman sebelumnya
pengelolaan keuangan daerah juga menunjukkan merupakan komponen penting dari sumberdaya
adanya kesenjangan hasil penelitian. Hasil manusia yang merefleksikan kapabilitas.
penelitian Sihite (2012) menyimpulkan bahwa Pendidikan yang tinggi dan lamanya
latar belakang pendidikan dan pelatihan pengalaman kerja seseorang akan meningkatkan
mempengaruhi kinerja, sedangkan penelitian kepercayaan diri bahwa usaha yang dilakukan
Eriva, dkk. (2013) menemukan hasil yang tidak salah arah dan dapat menuntun tercapainya
sebaliknya yakni pendidikan dan masa kerja hasil atau kinerja yang diinginkan. Ini berarti
tidak berpengaruh sedangkan pelatihan bahwa prediksi seseorang terhadap usaha yang
mempengaruhi pemahaman Laporan Keuangan dapat dilakukan dan menghasilkan kinerja yang
Pemerintah. Penelitian Teg Teg dan Utami diharapkan juga dipengaruhi oleh kompetensi
(2013) menemukan bahwa keragaman gender yang dimilikinya. Apabila pelaksana tersebut
berpengaruh positif terhadap kinerja pasar dan merasa memiliki kompetensi untuk mencapai
kinerja internal perusahaan, namun hasil kinerja yang diharapkan maka ia akan
penelitian Noviwijaya dan Rohman (2013) melakukan usaha untuk mencapai kinerja
menyimpulkan bahwa keragaman gender tersebut. Selain itu, dalam melaksanakan tugas
berpengaruh negatif terhadap kinerja pelaporan keuangan dimotivasi oleh harapan
penyerapan anggaran. Berdasarkan adanya penghargaan atau peningkatan kinerja.
fenomena dan berbedanya hasil penelitian yang
disajikan di atas, penelitian ini dilakukan untuk Kompetensi
menemukan bukti empiris pengaruh pendidikan,
pengalaman kerja dan komposisi gender dari Teori harapan memprediksi bahwa
pelaksana proses akuntansi dan pelaporan karyawan akan mengeluarkan tingkat usaha
keuangan pada aras SKPD lingkup Pemerintah yang tinggi apabila mereka merasa bahwa
Provinsi NTT terhadap kinerja pelaksanaan terdapat hubungan yang kuat antara usaha dan
pelaporan keuangan SKPD. kinerja, kinerja dan penghargaan, serta
penghargaan dan pemenuhan tujuan-tujuan
Teori Harapan pribadi (Fred, 2011). Manolova, dkk. (2007)
memberikan argumen terhadap teori harapan,
Penelitian ini mengacu pada teori bahwa harapan dipengaruhi oleh faktor-faktor
motivasi yang dikemukakan oleh Victor Vroom individual, seperti kemampuan, usaha dan
tahun 1964 dalam bukunya yang berjudul pengalaman masa lalu. Pendidikan dan
Work and Motivation. Teori motivasi yang pengalaman sebelumnya merupakan komponen
dikembangkan oleh Victor Vroom dinamakan penting dari sumberdaya manusia yang
sebagai Teori Harapan (Expectancy Theory), merefleksikan kapabilitas. Pendidikan yang
Teori harapan memprediksi bahwa karyawan tinggi dan lamanya pengalaman kerja seseorang
akan mengeluarkan tingkat usaha yang tinggi akan meningkatkan kepercayaan diri bahwa
apabila mereka merasa bahwa terdapat usaha yang dilakukan tidak salah arah dan dapat
hubungan yang kuat antara usaha dan kinerja, menuntun tercapainya hasil atau kinerja yang
kinerja dan penghargaan, serta penghargaan dan diinginkan. Ini berarti bahwa prediksi seseorang
pemenuhan tujuan-tujuan pribadi (Fred, 2011). terhadap usaha yang dapat dilakukan dan
Sejalan dengan teori tersebut pelaksana menghasilkan kinerja yang diharapkan juga
akuntansi dan laporan keuangan pemerintah dipengaruhi oleh kompetensi yang dimilikinya.
dalam hal ini pada sub bagian keuangan akan Spencer dan Spencer (1993) mendefi-
melakukan usaha atau effort apabila pelaksana nisikan kompetensi professional individu
154
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
155
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
156
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
adalah harapan yang merupakan motivator pembiayaan dengan anggaran yang telah
kinerja, sehingga motivasi merupakan hasil dari ditetapkan, menilai kondisi keuangan,
harapan tersebut. Terdapat perbedaan motivasi mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu
antara pria dan wanita berkaitan dengan entitas pelaporan, dan membantu menentukan
harapan, yang berbasis pada gender stereotype ketaatannya terhadap peraturan perundang-
model (Kepuladze, 2010). undangan (Abdul, 2006). Singkatnya, Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah disusun untuk
Kinerja menyediakan informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang
Kinerja diartikulasikan sebagai suatu dilakukan oleh Pemerintah.
prestasi atau tingkat keberhasilan yang dicapai Penelitian ini menggunakan pendekatan
oleh suatu organisasi atau individu dalam suatu kuantitatif untuk mengetahui pengaruh variabel
periode tertentu. Stone (2000) menjelaskan pendidikan, pengalaman kerja dan komposisi
bahwa kinerja (performance) merupakan gender terhadap kinerja pelaksanaan pelaporan
kuantitas dan kualitas pekerjaan yang keuangan pada SKPD di Provinsi Nusa
diselesaikan oleh individu, kelompok atau Tenggara Timur. Penelitian ini merupakan
organisasi. World Bank (2008) menyatakan penelitian eksplanatori untuk menguji pengaruh
bahwa kinerja pengelolaan keuangan dari suatu pendidikan, pengalaman kerja dan komposisi
pemerintah daerah tercermin baik dalam kualitas gender terhadap kinerja pelaksanaan pelaporan
proses yang dilaksanakannya untuk mencapai keuangan pada SKPD di Provinsi Nusa
tujuan-tujuan pembangunan, maupun dalam Tenggara Timur. Populasi dalam penelitian ini
keberhasilan proses-proses ini pada saat adalah 40 SKPD (Kantor, Badan dan Dinas) di
diwujudkan dalam bentuk hasil. PP No. lingkungan pemerintah provinsi NTT.
58/2005, Permendagri No. 13/2006 mendefinis- Penelitian ini menggunakan non random
kan kinerja sebagai keluaran/hasil dari sampling. Responden dalam penelitian ini
kegiatan/program yang akan atau telah dicapai adalah kepala sub bagian keuangan yang terlibat
sehubungan dengan penggunaan anggaran langsung dan bertanggung jawab dalam
dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. penyusunan dan pelaporan keuangan
Berdasarkan pengertian kinerja yang dikemuka- SKPD.Pengumpulan data menggunakan teknik
kan oleh Stone (1996), World Bank (2008), PP survey, dengan cara menyebarkan kuesioner
No. 58/2005 dan Permendagri No. 13/2006, untuk diisi oleh Kepala Sub Bagian Keuangan
kinerja pelaksanaan akuntansi dan pelaporan SKPD di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
keuangan SKPD diartikan sebagai proses dan Data penelitian dianalisis dengan
hasil (kuantitas dan kualitas) pekerjaan yang menggunakan analisis yang meliputi : Statistik
diselesaikan oleh sumberdaya aparatur Deskriptif, Uji Non Response Bias. Pengujian
(pimpinan dan staf) pada Sub Bagian Keuangan non-response bias dilakukan dengan tujuan
pada setiap SKPD. untuk melihat apakah karakteristik responden
yang mengembalikan jawaban kuesioner sesuai
Pelaporan Keuangan Daerah pada SKPD tanggal cut-off dengan responden yang tidak
sesuai tanggal cut-off (terlambat)
mengembalikan kuesioner yang berbeda.
Laporan keuangan merupakan hasil dari
Kemungkinan hal tersebut bisa terjadi, jika
proses akuntansi, dimana pada umumnya
demikian maka akan berpengaruh pada hasil
dijelaskan bahwa akuntansi adalah proses
analisa data yaitu hasil analisis data tanpa non-
pencatatan, penggolongan, peringkasan,
reponse. Ini akan menjadi masalah serius jika
pelaporan dan penganalisisan data keuangan dari
tingkat pengembalian (response rate) sangat
suatu entitas. PP No. 71/2010 menjelaskan
rendah. Uji Kualitas Data. Uji kualitas data
bahwa Laporan keuangan disusun untuk
pada penelitian ini dilakukan meliputi uji
menyediakan informasi yang relevan mengenai
reliabilitas dan uji validitas serta indicator
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang
weight dan goodness of fit dengan software
dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama
Partial Least Square (PLS). Teknik pengolahan
satu periode pelaporan. Laporan keuangan
data dengan menggunakan software WarpPLS
terutama digunakan untuk membandingkan
3,0 yakni dengan alogaritma warp3 PLS
realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan
regression dengan metode resampling yaitu
157
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
jackknifing. Teknik analisis data ini Hasil penelitian ini tidak mendukung argument-
menggunakan dua tahap untuk fit model dari tasi diatas bahwa pendidikan berpengaruh
sebuah penelitian. Tahap tersebut adalah : terhadap kinerja pelaksanaan pelaporan
menilai outer model (measurement model) dan keuangan. Fenomena persentase pendidikan
inner model (structural model) menunjukan bahwa latar belakang pendidikan
dan tingkat pendidikan non akuntansi tidak
Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis cukup dapat meningkatkan kualitas pelaporan
keuangan yang pada akhirnya tidak mampu
Pengaruh pendidikan terhadap kinerja meningkatkan kinerja pelaporan keuangan
pelaksanaan pelaporan keuangan SKPD di dalam penyusunan sampai dengan pelaporan
Provinsi Nusa Tenggara Timur keuangan yang sesuai dengan Permendagri No.
8 Tahun 2008 dan SAP No.71 tahun 2010 serta
Berdasarkan hasil uji hipotesis menun- karakteristik kualitatif sebagai syarat normatif
jukkan bahwa pendidikan tidak berpengaruh laporan keuangan yakni yang relevan, andal,
terhadap kinerja pelaporan keuangan. Hasil dapat dibandingkan dan dapat dipahami.
temuan ini mendukung hasil penelitian Eriva
dkk (2013) dengan Gabala dan Ning (2010) Pengaruh Pengalaman kerja terhadap
yang menunjukan pendidikan tidak mempenga- kinerja pelaksanaan pelaporan keuangan
ruhi pemahaman laporan keuangan pemerintah pada SKPD di Provinsi Nusa Tenggara
begitu pula dengan hasil temuan Gabala dan Timur
Ning (2010) yakni kualifikasi pendidikan formal
tidak mempengaruhi kinerja auditor di Libya. Berdasarkan hasil uji hipotesis menun-
Perspektif Teori Harapan yang dikemu- jukkan bahwa pengalaman kerja berpengaruh
kakan oleh Victor Vroom memprediksi bahwa terhadap kinerja pelaporan keuangan. Temuan
seseorang akan mengeluarkan tingkat usaha ini konsisten dengan hasil temuan dari Hunton
yang tinggi apabila mereka merasa bahwa dkk. (2000), Delanno dan deviani (2013) yang
terdapat hubungan yang kuat antara usaha dan menunjukan bahwa variabel pengalaman kerja
kinerja (Fred 2011). Selanjutnya Manolova, berpengaruh positif pada kinerja keuangan.
dkk. (2007) memberikan argumentasi terhadap Hasil penelitian sejalan dengan pendapat
teori harapan tersebut, yakni harapan tersebut Manolava, dkk. (2007) yang memberikan
dipengaruhi oleh faktor-faktor individual, seperti argumen terhadap teori harapan, bahwa harapan
pendidikan dan pengalaman kerja sebelumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor individual seperti
yang merefreksikan kapabilitas individu. kemampuan, usaha, dan pengalaman masa lalu.
Spencer dan Spencer (1993) Pengalaman sebelumnya merupakan komponen
mendefiniskan kompetensi professional individu sumberdaya manusia yang mereflesikan kapabi-
sebagai an underlying characteristic of an litas. Hasil penelitian juga menunjukan
individual that is causally related to criterion- bahwa semakin lama seseorang memiliki
referenced effective and/or superior pengalaman kerja maka semakin meningkatkan
performance in a job or situation (karakteristik kinerja karena dengan pengalaman yang
dasar seorang individu yang secara kausal diperoleh dapat membentuk kompetensi
berkaitan dengan kriteria yang diperlukan untuk seseorang dalam melaksanakan tugas dan
menghasilkan kinerja yang efektif dan/atau fungsinya yang dimana dapat meningkatkan
superior dalam suatu jabatan atau situasi). Salah kinerja. Hal ini didukung pernyataan oleh Galuh
satu elemen kompensi individual yang dan Deviani (2010), pengalaman kerja seseorang
dijelaskan oleh spencer dan spencer adalah berdampak positif dalam melakukan sesuatu
pengetahuan (knowledge) yang dimiliki dalam pekerjaan dengan lebih terampil, berwawasan
bidang tertentu. Ini berarti bahwa kompetensi luas dan mudah beradaptasi dengan lingkungan
individual merupakan kemampuan seseorang demikian juga hasil penelitian Stone, dkk.
untuk mengaplikasikan atau menggunakan (2000) yang menemukan bahwa kemampuan
pengetahuan (knowledge) untuk berhasil dalam dalam bidang akuntansi manajerial berkorelasi
melaksanakan suatu tugas, pekerjaan, fungsi positif dengan masa kerja, karena keterampilan
tertentu dalam jabatan yang diembannya yang teknis dan analitis lebih banyak diperoleh dari
dapat berdampak terhadap kinerja perusahaan. rekan sejawat dan hanya sedikit yang diperoleh
dari pendidikan formal.
158
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
159
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
160
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
(eds): Leadership Through The Gender Kusumastuti, s.,Supatmi dan Perdana. S. (2007).
Lens. Helsinki, Finland (hal. 171 184) Pengaruh Board Diversity Terhadap
: Penerbit Edita Prima Ltd. Nilai Perusahaan Dan Perspektif
Corporate Governance. Jurnal Ekonomi
Haryanto, Sahmuddin dan Arifuddin. (2007). Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Akuntansi Sektor Publik. Edisi Pertama. Universitas Kristen Petra.
Semarang : Badan Penerbit Universitas http://puslit,petra.ac.id.journals/accounti
Diponegoro. ng
Hunton, J.E., B. Wier dan , D.N. Stone. (2000). Mardiasmo, (2009). Perpajakan. Yogyakarta:
Succeeding in managerial accounting. Penerbit Andi Offset.
Part 2: a structural equations analysis.
Accounting, Organizations and Society Nitisemito, A. S. (1996). Manajemen Personalia
No. 25 Tahun 2000, pp. 751-762 : Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Gholia Indonesia.
IFAC, (2003). Towards Competent Professional
Accountants. International Education Noviwijaya, A. dan A. Rohman (2013).
Paper IEP 2, April 2003, International Pengaruh Keragaman Gender dan Usia
Federation of Accountants. Pejabat Perbendaharaan terhadap
Penyerapan Anggaran Satuan Kerja (Studi
Julius, O. (1999). Management Competencies, Empiris pada Satuan Kerja Lingkup
Attitude Towards Accessing Finance and Pembayaran KPPN Semarang I).
Performance of SMEs : A Case of Diponegoro Journal of Accounting vol 2
Selected SMEs in Masindi and Hoima No. 3 Tahun 2-13, hal.1-10.
Districts. A Dissertation Submitted to
the School of Graduate Studies in Partial Okafor, C.A. dan O. Egbon. (2011). Academic
Fulfillment for the Award of a Master of Performance of Male versus Female
Science in Accounting and Finance Accounting Undergraduate Students:
Degree of Makerere University. Evidence from Nigeria. Higher
Education Studies Vol. 1, No. 1; pp. 9
Kawedar, W., Rohman, A. dan Handayani, S. 19
(2008). Akuntansi Sektor Publik.
Pendekatan Penganggaran Daerah dan Qimyatussaadah, B, Subroto dan G. Irianto.
Akuntansi Keuangan Daerah. Semarang : (2013). Pengaruh Gender Auditor dan
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gender Klien terhadap Audit Judgement
(Sebuah Kajian Kuasi Eksperimen).
Kornberger, M. C. Carter dan A. Ross-Smith. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi
(2010). Changing gender domination in XVI, 25-28, Manado, hal.1789-1820
a Big Four accounting rm: Flexibility,
performance and client service in Rohman, A. (2009). Akuntansi Sektor Publik
practice. Accounting, Organizations and Telaah dari Dimensi : Pengeloaan
Society, doi:10.1016/j.aos.2010.09.005 Keuangan Daerah, Good Governance,
161
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
162
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
ABSTRACT
.
This study aims to examine the effect of direct expenditures of education sector, health sector
infrastructure and agriculture on the human development index (HDI) is often used as successfulness
indicator of the development in a nation or a region. This research is motivated that the direct
expenditure of education sector, health sector, infrastructure, and agriculture are important
components of the human development index (HDI).
The population of this study were the entire area of the district / city in the province of East
Nusa Tenggara. The data in this study were secondary data obtained from the Secretariat of the
Provincial Finance Bureaue of East Nusa Tenggara and Central Bureau of Statistics of East Nusa
Tenggara Province. A total data of 60 observations were used for analysis tool used to test hypotheses
is multiple linear regresion.
Results of this study show that the direct expenditures of education sector and infrasructure sector
have significant positive effects on the human development index. This study, however, does not find
evidence that expenditures of health and agriculture sector affect human development index.
Keywords : Direct expenditure, education sector expenditure, direct health expenditure, direct
infrastructure, direct agriculture, human development index
163
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
164
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
oleh beberapa faktor yang saling terkait. sedikit dataran rendah sehingga terkadang
Beberapa faktor yang berpengaruh secara membuat pelayanan penyuluhan kurang bisa
langsung adalah rendahnya pendapatan dilakukan dengan cepat dan tepat serta tidak
keluarga dan jarak ke sekolah, khususnya bagi menjangkau seluruh pelosok daerah. Maka
murid sekolah menengah pertama (SMP) dan belanja publik sektor pertanian juga perlu
sekolah menengah atas (SMA), karena mendapatkan perhatian dalam alokasi belanja
sekolah terletak di ibukota kecamatan. Hal ini pemerintah, dengan tujuan untuk mening-
semakin mengurangi akses anak untuk katkan produktivitas pertanian yang akan
bersekolah. Kualitas guru dan mutu kurikulum berdampak pada peningkatan pendapatan per
yang rendah juga menghambat perkembangan kapita masyarakat.
kemampuan siswa, sedangkan masalah Banyak penelitian yang menghubung-
kekerasan terhadap murid menyebabkan kan variabel indeks pembangunan manusia
kegiatan belajar menjadi kurang menyenang- (IPM) dengan variabel belanja publik di sektor
kan dan anak-anak menjadi malas bersekolah. pendidikan, kesehatan dan infrastruktur telah
Masalah kualitas pendidikan juga dilakukan dan dipublikasikan, namun
dihadapkan pada masalah menyangkut hubungan antara belanja publik di sektor
distribusi guru yang tidak merata, yang pertanian dengan indeks pembangunan
menyebabkan kebanyakan guru berada di manusia (IPM) belum banyak dilakukan.
daerah perkotaan, sektor kesehatan dihadapkan Belanja publik pada setiap sektor dalam
pada masalah penyakit menular, khususnya Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
malaria dan TBC (tuberculosis), tingginya dikelompokkan menjadi belanja langsung dan
kematian ibu melahirkan, dan kematian bayi belanja tidak langsung. Menurut Cardiman
memengaruhi kondisi kesehatan dan produk- (2006) belanja tidak langsung aparatur
tivitas masyarakat, dan juga menyebabkan pemerintah berpengaruh nyata terhadap
tingginya kematian ibu melahirkan indeks pendidikan dan indeks pendapatan
dipengaruhi oleh cara pertolongan persalinan. namun berpengaruh tidak nyata terhadap
Dan pembangunan infrastruktur belum mampu indeks kesehatan, sedangkan belanja langsung
mengatasi masalah penyediaan sarana belanja publik berpengaruh nyata terhadap
prasarana kesehatan. Meskipun pembangunan indeks pendidikan, indeks kesehatan dan
tersebut telah meningkatkan rasio fasilitas indeks pendapatan. Menurut Christy dan Adi
kesehatan dan tenaga kesehatan terhadap (2009) alokasi belanja langsung pemerintah
pasien, ketersediaan fasilitas dan tenaga berupa belanja modal berpengaruh nyata
kesehatan masih kurang memadai. Selain itu, terhadap indeks pembangunan manusia (IPM).
untuk Provinsi NusaTenggara Timur (NTT) Sedangkan Menurut Vegirawati (2012) belanja
dengan tingkat kemiskinan yang masih tinggi langsung pemerintah tidak dapat digunakan
dan struktur ekonomi daerah masih bertumpu untuk memprediksi indeks pembangunan
pada sektor primer terutama sektor pertanian manusia (IPM).
maka pembangunan sektor pertanian perlu Berdasarkan pemikiran tersebut, maka
menjadi bagian dari prioritas pembangunan dirasa perlu untuk dilakukannya penelitian
daerah. Walaupun kontribusi sektor pertanian yang menghubungkan variabel alokasi belanja
terhadap Produk Domestik Regional Bruto langsung di sektor pendidikan, kesehatan,
(PDRB) sangat besar, tetapi belanja pertanian infrastruktur dan pertanian dengan indeks
relatif kecil dan cenderung menurun. Dimana pembangunan manusia (IPM). Laporan Biro
produksi pertanian tidak terlepas dari adanya Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara
suatu kegiatan penyuluhan pertanian yang baik Timur perkembangan indeks pembangunan
pula. Penyuluhan pertanian tidak hanya manusia sepanjang tahun 1996 sampai 2011
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
tanaman pertanian tetapi juga bertujuan untuk Sepanjang tahun 2009 sampai 2011, indeks
menambah pengetahuan dan keahlian para pembangunan manusia Nusa Tenggara Timur
petani. Namun seringkali kegiatan penyuluhan cukup baik yaitu sebesar 1, 86 per tahun yang
pertanian menghadapi kendala yang disebab- dapat dikategorikan masuk dalam kelompok
kan oleh luasnya wilayah, masalah jarak dan indeks pembangunan manusia sedang. Hal ini
letak geografis wilayah dengan sebagian besar banyak memberi indikasi awal keberhasilan
wilayahnya bergunung dan berbukit, hanya pembangunan manusia di Nusa Tenggara
165
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
Timur, walaupun masih lebih rendah pemerintahan dengan baik. Oleh karena itu,
dibanding angka indeks pembangunan tuntutan tersebut merupakan hal yang wajar
manusia nasional, yaitu 71, 76 dan 72, 77 dan sudah seharusnya direspon oleh
untuk periode tahun yang sama. Model pemerintah dengan melakukan perubahan yang
hubungan antara variabel-variabel alokasi terarah pada terwujudnya penyeleng-garaan
belanja langsung sektoral tersebut dengan yang baik.
capaian indeks pembangunan manusia dapat
digunakan untuk memprediksi alokasi belanja 2. Akuntansi Sektor Publik
setiap sektor layanan dasar tersebut dalam
rangka memaksimalkan capaian indeks Istilah sektor publik pertama kali
pembangunan manusia. Pengamatan dilakukan digunakan pada tahun 1952. Pada saat itu,
pada tahun 2008 sampai tahun 2012 di sektor publik sering dikaitkan sebagai bagian
Provinsi Nusa Tenggara Timur. dan manajemen ekonomi makro yang terkait
dengan pembangunan dan lembaga pelaksana
TELAAH TEORI pembangunan. Tahun 1980-an reformasi
sektor publik dilakukan di negara-negara
1. Teori Good Governance industri maju dan reformasi sektor publik
tersebut diwujudkan dengan mengadopsi
Secara etimologis good governance pendekatan New Public Management (NPM)
terdiri dari dua kata yaitu good dan and reinventing goverment. Menurut Bastian
governance, good merupakan kata yang (2006) Sejak awal 1990-an, paradigma
berasal dari bahasa inggris yang berarti baik pemerintahan diberbagai negara bergeser dari
sedangkan governance berasal dari bahasa pemeritah formal (ruling government),
Perancis kuno gouvernance yang berarti menuju ke tata pemerintahan yang baik (good
pengenda-lian dan suatu keadaan yang berada governance), dalam rangka menempatkan
dalam kondisi terkendali. administrasi pemerintahan menjadi lebih
Secara istilah, pengertian good berhasil guna, berdaya guna, dan berkeadilan
governance dapat ditijau dari dua segi yang bagi setiap warga masyarakat. Aparat
berbeda, yaitu good goverment governance pemerintahan berubah menjadi tanggap akan
dan good corporate governance. Good tuntutan lingkungannya, sehingga pelayanan
goverment governance dilihat dari sudut yang diberikan yang terbaik dengan prosedur
pandang pemerintah sedangkan good yang transparan dan berakuntanbilitas. Dan
corporate governance dilihat dari sudut akuntansi sektor publik di identifikasikan
pandang korporasi atau perusahaan swasta. sebagai mekanisme teknik dan analisis
Dalam penelitian ini, good governance yang akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan
dimaksud adalah good goverment governance dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi
karena yang dibahas lebih lanjut mengacu negara dan departemen-departemen dibawah-
pada sudut pandang pemerintahan. nya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD,
Political governance mengacu pada LSM, dan yayasan sosial, maupun pada
proses pembuatan kebijakan (policy strategy proyek-proyek kerja sama sektor publik
formulation). Economic governance mengacu swasta.
pada proses pembuatan keputusan di bidang
ekonomi yang berimplikasi pada masalah 3. Otonomi Daerah
pemerataan, penurunan kemiskinan dan
peningkatan kualitas hidup. Administrative Menurut Bastian (2006) desentralisasi
governance mengacu pada sistem dan penguatan demokrasi di tingkat lokal
implementasi kebijakan. merupakan elemen dasar yang melandasi
Good governance merupakan salah satu kelahiran Undang-Undang Nomor 22 Tahun
isu yang mengemuka dalam pengelolaan 1999 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
keuangan dan administrasi pemerintahan 2004 tentang pemerintahan daerah, dimana
dewasa ini. Dengan meningkatnya pengeta- Undang-Undang ini menggantikan Undang-
huan masyarakat dan tingkat globalisasi, Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang
masyarakat gencar untuk menuntut agar Pemerintahan Daerah yang bernuansa
Pemerintah melaksanakan penyelenggaraan sentralistik dan mengabaikan aspirasi
166
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
167
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
kebijakan. Teori yang mengungkapkan tentang United Nations Program (UNDP) menerbitkan
konsep pertumbuhan ekonomi. laporan indeks pembangunan manusia
(IPM)/Human Development Index (HDI)
10. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik adalah pengukuran perbandingan dari harapan
hidup, melek huruf, pendidikan dan standar
Ricardo (1823:45) dalam (Herlan 2009) hidup untuk semua negara seluruh dunia,
mengemukakan faktor pertumbuhan penduduk dimana indeks pembangunan manusia (IPM)
yang semakin besar sampai menjadi dua kali digunakan untuk mengklasifikasikan apakah
lipat pada suatu saat akan menyebabkan sebuah negara adalah negara maju, negara
jumlah tenaga kerja melimpah. Kelebihan berkembang atau negara terbelakang dan juga
tenaga kerja akan mengakibatkan upah untuk mengukur pengaruh dari kebijaksaan
menjadi turun. Sehingga upah tersebut hanya terhadap kualitas hidup.
dapat digunakan untuk membiayai taraf hidup
minimum sehingga perekonomian akan HIPOTESIS PENELITIAN
mengalami kemandegan (statonary state). Dan
teori pertumbuhan ekonomi klasik adalah H1 Belanja langsung sektor pendidikan
:
pertumbuhan ekonomi tergantung pada faktor- berpengaruh positif terhadap indeks
faktor produksi. Laju pertumbuhan ekonomi pembangunan manusia (IPM).
sangat dipengaruhi oleh produktivitas sektor- H2: Belanja langsung sektor kesehatan
sektor dalam menggunakan faktor-faktor berpengaruh positif terhadap indeks
produksinya. produktivitas dapat di tingkatkan pembangunan manusia (IPM).
melalui berbagai sarana, pendidikan, pelatih- H3 : Belanja langsung sektor infrastruktur
an dan manajemen yang lebih baik. berpengaruh positif terhadap indeks
pembangunan manusia (IPM).
11. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo- H4 : Belanja langsung sektor pertanian
Klasik berpengaruh positif terhadap indeks
pembangunan manusia (IPM).
Solow (1962:63) dalam Herlan (2009)
mengemukakan pertumbuhan ekonomi me-
rupakan rangkaian kegiatan yang bersumber PEMBAHASAN
pada manusia, akumulasi modal, pemakaian
teknologi modern dan hasil atau output. Hasil pengujian masing-masing variabel
Adapun pertumbuhan penduduk dapat independen terhadap variabel dependenya
berdampak positif dan dapat berdampak dapat dianalisis sebagai berikut :
negatif, pertambahan penduduk harus
dimanfaatkan sebagai sumber daya yang 1. Pengaruh Belanja Langsung Sektor
positif. Sedangkan Domar (1947:72) dalam Pendidikan terhadap Indeks
Herlan (2009) mengemukakan modal harus Pembangunan Manusia
dipakai secara efektif, karena pertumbuhan
ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan Hipotesis H1 yang diajukan menyatakan
pembentukan modal, pendapatan nasional, bahwa belanja langsung sektor pendidikan
dan kesempatan kerja. Dan teori pertumbuhan berpenga-ruh positif terhadap indeks
ekonomi neo-klasik adalah sebagai kenaikan pembangunan manusia. Hasil pengujian
jangka panjang dalam kemampuan suatu menunjukan bahwa diperoleh nilai t hitung
negara untuk menyediakan semakin banyak lebih besar dari nilai signifikansi yang
jenis barang-barang ekonomi kepada dipersyaratkan. Hasil ini berarti bahwa belanja
penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai langsung sektor pendidikan berpengaruh
dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian positif terhadap indeks pembangunan
kelembagaan dan ideologis yang manusia. Bukti empiris yang terdapat pada
diperlukannya. tabel 4.3 tentang hasil statistik deskriptif
penelitian menunjukan bahwa secara umum
12. Indeks Pembangunan Manusia total belanja langsung sektor pendidikan
terhadap indeks pembangunan manusia
168
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
mencapai rata-rata (mean) sebesar 32, 0552 difokuskan pada penambahan guru pada semua
atau 96%, kondisi tersebut memberikan bukti jenjang pendidikan berdampak terhadap
empiris bahwa belanja langsung sektor peningkatan indeks pembangunan manusia di
pendidikan berpengaruh sangat tinggi terhadap Provinsi Nusa Tenggara Timur.
indeks pembangunan manusia untuk proporsi
belanja pendidikan 30% dari total belanja 2. Pengaruh Belanja Langsung Sektor
daerah. Pera (2013). Kesehatan terhadap Indeks
Dengan demikian hasil pengujian H1 Pembangunan Manusia
sesuai dengan hasil penelitian Fattah dan Muji
(2012) menyatakan bahwa alokasi belanja Hipotesis H2 yang diajukan menyatakan
pemerintah pada sektor pendidikan bahwa belanja langsung sektor kesehatan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap berpengaruh positif terhadap indeks pemba-
indeks pembangunan manusia (IPM). ngunan manusia. Hasil pengujian menunjukan
Demikian pula hasil ini sesuai dengan hasil bahwa nilai t hitung lebih kecil dengan nilai
penelitian Cardiman (2006) yang menemukan signifikansi yang dipersyaratkan. Hasil ini
bahwa belanja langsung daerah berpengaruh berarti bahwa tidak ditemukan hubungan
positif terhadap peningkatan indeks antara belanja langsung kesehatan dengan
pembangunan manusia. Dengan permasalahan indeks pembangunan manusia. Bukti empiris
yang dihadapi oleh masyarakat di Provinsi yang terdapat pada tabel 4.3 tentang hasil
Nusa Tenggara Timur pada sektor pendidikan statistik deskriptif penelitian menunjukan
dimana tingginya angka putus sekolah dan bahwa secara umum total belanja langsung
rendahnya proporsi murid yang melanjutkan sektor kesehatan terhadap indeks pembangu-
dari tingkat sekolah dasar (SD) ke sekolah nan manusia mencapai rata-rata sebesar 20,
menengah pertama (SMP) dipengaruhi oleh 8208 atau 25% kondisi tersebut memberikan
beberapa faktor yang saling terkait rendahnya bukti empiris bahwa belanja langsung sektor
pendapatan keluarga dan jarak ke sekolah, kesehatan belum secara signifikan berpenga-
khususnya bagi murid Sekolah Menengah ruh walaupun total belanja langsung sektor
Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas kesehatan cukup tinggi untuk proporsi belanja
(SMA), karena sekolah terletak di ibukota kesehatan sebesar 12 % dari total belanja
kecamatan. Hal ini semakin mengurangi akses daerah. Pera (2013).
anak untuk bersekolah. Kualitas guru dan mutu Dengan demikian hasil pengujian H2
kurikulum yang rendah juga menghambat menunjukan bahwa tidak terbukti pengaruh
perkembangan kemampuan siswa, sedangkan belanja langsung sektor kesehatan terhadap
masalah kekerasan terhadap murid indeks pembangunan manusia. Hasil peneliti-
menyebabkan kegiatan belajar menjadi kurang an tersebut sesuai dengan hasil penelitian
menyenangkan dan anak-anak menjadi malas Badrudin dan Khasanah (2011) yang
bersekolah. Masalah kualitas pendidikan juga menyatakan bahwa belanja kesehatan tidak
dihadapkan pada masalah menyangkut distri- berpengaruh terhadap indeks pembangunan
busi guru yang tidak merata, yang menyebab- manusia. Sektor kesehatan dihadapkan pada
kan kebanyakan guru berada di daerah masalah penyakit menular, khususnya malaria
perkotaan. Teori Good Governance sebagai dan TBC (tuberculosis), tingginya kematian
tata kelola organisasi secara baik dengan ibu melahirkan, dan kematian bayi memenga-
prinsip- prinsip keterbukaan, keadilan, dan ruhi kondisi kesehatan dan produktivitas
dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka masyarakat, dan juga menyebabkan tingginya
mencapai tujuan organisasi. Todaro (2006). kematian ibu melahirkan dipengaruhi oleh cara
Menurut Pera (2013) Dengan adanya pertolongan persalinan. Pembangunan infra-
perbaikan struktur belanja pendidikan dengan struktur belum mampu mengatasi masalah
memberi porsi yang lebih besar pada belanja penyediaan sarana prasarana kesehatan, mes-
modal dari total belanja pendidikan dan kipun pembangunan tersebut telah meningkat-
pengendalian yang lebih baik, terutama pada kan rasio fasilitas kesehatan dan tenaga
tahapan perencanaan dan penganggaran kesehatan terhadap pasien, ketersediaan
dengan berfokus pada prioritas program dan fasilitas dan tenaga kesehatan masih kurang
kegiatan sehingga anggaran dapat dimanfaat- memadai. Mengingat urusan kesehatan
kan secara efektif, dan belanja pegawai lebih merupakan bagian penting dari program
169
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
prioritas pembangunan daerah, maka belanja kelistrikan yang berdampak pada kurangnya
langsung sektor kesehatan perlu ditingkatkan akses masyarakat terhadap aktivitas
dari total belanja daerah dengan melihat pendidikan, kesehatan, dan ekonomi
permasalahan yang terjadi di Provinsi Nusa masyarakat. Teori Good Governance
Tenggara Timur. menjelaskan kegiatan suatu lembaga
Menurut Pera (2013) Pemanfaatan pemerintah yang dijalankan berdasarkan
sumber dana melalu belanja langsung sektor kepentingan rakyat dan norma yang berlaku
kesehatan melalui program Revolusi untuk mewujudkan cita-cita negara dimana
Kesehatan Ibu dan Anak perlu mendapat kekuasaan dilakukan oleh masyarakat yang
perhatian dan peningkatan kapasitas rumah diatur dalam berbagai tingkatan pemerintahan
sakit, puskesmas, jumlah tenaga kesehatan negara yang berkaitan dengan sumber-sumber
sehingga kualitas layanan kesehatan yang sosial-budaya, politik, dan ekonomi. Todaro
semakin meningkat, sehingga berdampak pada (2006).
peningkatan indeks pembangunan manusia. Menurut Pera (2013) Dengan struktur
belanja yang mngutamakan belanja modal dan
3. Pengaruh Belanja Langsung Sektor proporsi belanja infrastruktur dan program
Infrastuktur terhadap Indeks pemeliharaan perlu dipertahankan berdampak
Pembangunan Manusia pada perbaikan peningkatan sarana prasarana
yang telah mendorong peningkatan aktivitas
Hipotesis H3 yang diajukan menyatakan ekonomi masyarakat, sehingga berdampak
bahwa belanja langsung sektor infrastuktur pada peningkatan indeks pembangunan
berpengaruh positif terhadap indeks manusia.
pembangunan manusia. Hasil pengujian
menunjukan bahwa diperoleh nilai t hitung 4. Pengaruh Belanja Langsung Sektor
lebih besar dari nilai signifikansi yang Pertanian terhadap Indeks
dipersyaratkan. Hasil ini berarti bahwa belanja Pembangunan Manusia
langsung sektor pendidikan berpengaruh
positif terhadap indeks pembangunan Hipotesis H4 yang diajukan menyatakan
manusia. Bukti empiris yang terdapat pada bahwa belanja langsung sektor pertanian
tabel 4.3 tentang hasil statistik deskriptif berpengaruh positif terhadap indeks
penelitian menunjukan bahwa secara umum pembangunan manusia. Hasil pengujian
total belanja langsung sektor infrastruktur menunjukan bahwa diperoleh nilai t hitung
terhadap indeks pembangunan manusia lebih kecil dengan nilai signifikansi yang
mencapai rata-rata sebesar 49, 3278 atau 34%, dipersyaratkan. Hasil ini berarti bahwa belanja
kondisi tersebut memberikan bukti empiris langsung pertanian tidak bepengaruh terhadap
bahwa belanja langsung sektor infrastruktur indeks pembangunan manusia. Bukti empiris
berpengaruh sangat tinggi terhadap indeks yang terdapat pada tabel 4.3 tentang hasil
pembangunan manusia untuk proporsi belanja statistik deskriptif penelitian menunjukan
sektor infrastruktur yaitu sebesar 70 % dari bahwa secara umum total belanja langsung
total belanja daerah. Pera (2013). sektor pertanian terhadap indeks pembangunan
Dengan demikian hasil pengujian H3 manusia mencapai rata-rata sebesar 11, 2375
sesuai dengan hasil penelitian Fattah dan Muji atau % kondisi tersebut memberikan bukti
(2012) menyatakan bahwa alokasi belanja empiris bahwa belanja langsung sektor
pemerintah pada sektor infrastruktur pertanian belum secara signifikan berpengaruh
berpengaruh positif dan signifikan terhadap walaupun total belanja langsung sektor
indeks pembangunan manusia (IPM). Hasil pertanian cukup tinggi terhadap indeks
penelitian Kusharjantoa dan Kimb (2011) juga pembangunan manusia untuk proporsi belanja
menemukan bahwa belanja langsung pertanian dari total belanja daerah yaitu
infrastruktur berpengaruh positif terhadap sebesar 10 % dari total belanja daerah. Pera
peningkatan indeks pembangunan manusia. (2013).
Sektor infrastruktur dihadapkan pada Dengan demikian hasil pengujian H4
permasalahan kurangnya penyediaan sarana menunjukan bahwa tidak terbukti pengaruh
prasarana yang berkaitan dengan jalan, belanja langsung sektor pertanian terhadap
jembatan, irigasi, air bersih, perumahan dan indeks pembangunan manusia. Namun
170
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
171
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
Astri, M., S. I. Nikensari dan H. Kuncara Engineer, M., I. King and N. Roy (2005).
(2012). Pengaruh Pengeluaran The human development index as a
Pemerintah Daerah pada Sektor criterion for optimal planning.
Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Economics Discussion Papers No.
Indeks Pembangunan Manusia di 0517, University of Otago,
Indonesia. Jurnal Pendidikan Dunedin, New Zealand. Vol 2. No
Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.065, 517. pp.107-121
pp.178-184
Fattah, S. dan A. Muji (2012). Local
Bastian (2005). Akuntansi Sektor Publik, Government Expenditure Allocation
Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga toward Human Development Index
at Jeneponto Regency, South
Badan Pusat Statistik (2007). Laporan Indeks Sulawesi, Indonesia. IOSR Journal
Pembangunan Manusia. Jakarta, Of Humanities And Social Science
Indonesia. (JHSS). Vol 5. No. 1, pp 40-45.
172
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
173
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015
174
WAHANA Volume 18, No. 2 Agustus 2015
Ketentuan Umum
1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang
ditentukan.
2. Penulis mengirim tiga eksemplar naskah dan satu compact disk (CD) yang berisikan naskah
tersebut kepada redaksi. Satu eksemplar dilengkapi dengan nama dan alamat sedang dua lainnya
tanpa nama dan alamat yang akan dikirim kepada mitra bestari. Naskah dapat dikirim juga
melalui email.
3. Naskah yang dikirim belum pernah diterbitkan di media lain yang dibuktikan dengan
pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh semua penulis bahwa naskah tersebut belum
pernah dipublikasikan. Pernyataan tersebut dilampirkan pada naskah.
4. Naskah dan CD dikirim kepada Editorial Secretary
Jurnal Wahana
Jl. Gagak Rimang 2-4, Balapan Yogyakarta
Telpon (0274) 513413, 563516, 560159, 562317, 552532 ext. 252/253.
Fax. (0274) 561591
Email: p3m@aaykpn.ac.id.
Standar Penulisan
1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word pada ukuran kertas A4 berat 70 gram,
jarak 2 spasi, jenis huruf Times New Roman berukuran 12 point, margin kiri 4 cm, serta margin
atas, kanan, dan bawah masing-masing 3 cm.
2. Setiap halaman diberi nomor secara berurutan. Gambar dan tabel dikelompokkan bersama pada
lembar terpisah di bagian akhir naskah.
3. Angka dan huruf pada gambar, tabel, atau histogram menggunakan jenis huruf Times New
Roman berukuran 10 point.
4. Naskah ditulis maksimum sebanyak 15 halaman termasuk gambar dan tabel.
9. Hasil menyajikan uraian hasil penelitian sendiri. Deskripsi hasil penelitian disajikan secara
jelas.
10. Pembahasan memuat diskusi hasil penelitian sendiri yang dikaitkan dengan tujuan penelitian
(pengujian hipotesis). Diskusi diakhiri dengan simpulan dan pemberian saran jika dipandang
perlu.
11. Pembahasan (review/kajian pustaka) memuat bahasan ringkas mencakup masalah yang dikaji.
12. Ucapan Terima Kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu sehingga penelitian
dapat dilangsungkan, misalnya pemberi gagasan dan penyandang dana.
13. Ilustrasi:
a. Judul tabel, grafik, histogram, sketsa, dan gambar (foto) diberi nomor urut. Judul singkat
tetapi jelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ilustrasi ditulis dengan jenis huruf
Times New Roman berukuran 10 point, masuk satu tab (5 ketukan) dari pinggir kiri, awal
kata menggunakan huruf kapital, dengan jarak 1 spasi.
b. Keterangan tabel ditulis di sebelah kiri bawah menggunakan huruf Times New Roman
berukuran 10 point jarak satu spasi.
c. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan koma (,)
dan untuk bahasa Inggris digunakan titik (.).
d. Gambar/Grafik dibuat dalam program Excel.
e. Nama Latin, Yunani, atau Daerah dicetak miring sedang istilah asing diberi tanda petik.
f. Satuan pengukuran menggunakan Sistem Internasional (SI).
g. Daftar Pustaka
h. Hanya memuat referensi yang diacu dalam naskah dan ditulis secara alfabetik
berdasarkan huruf awal dari nama penulis pertama. Jika dalam bentuk buku, dicantumkan
nama semua penulis, tahun, judul buku, edisi, penerbit, dan tempat. Jika dalam bentuk
jurnal, dicantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor
publikasi, dan halaman. Jika mengambil artikel dalam buku, cantumkan nama penulis,
tahun, judul tulisan, editor, judul buku, penerbit, dan tempat.
i. Diharapkan dirujuk referensi 10 tahun terakhir dengan proporsi pustaka primer (jurnal)
minimal 80%.
j. Hendaknya diacu cara penulisan kepustakaan seperti yang dipakai pada Jurnal WAHANA
berikut ini:
Jurnal
Yetton, Philip W., Kim D. Johnston, and Jane F. Craig. Summer 1994. "ComputerAided Architects: A
Case Study of IT and Strategic Change."Sloan Management Review: 5767.
Buku
Paliwoda, Stan. 2004. The Essence of International Marketing. UK: PrenticeHall, Ince.
Prosiding
Pujaningsih, R.I., Sutrisno, C.L., dan Sumarsih, S. 2006. Kajian kualitas produk kakao yang
diamoniasi dengan aras urea yang berbeda. Di dalam: Pengembangan Teknologi Inovatif untuk
Mendukung Pembangunan Peternakan Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka
HUT ke40 (Lustrum VIII) Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman; Purwokerto, 11
Pebruari 2006. Fakutas Peternakan UNSOED, Purwokerto. Halaman 5460.
Skripsi/Tesis/Disertasi
Assih, P. 2004. Pengaruh Kesempatan Investasi terhadap Hubungan antara Faktor Faktor
Motivasional dan Tingkat Manajemen Laba. Disertasi. Sekolah Pascasarjana S3 UGM. Yogyakarta.
Internet
Hargreaves, J. 2005. Manure Gases Can Be Dangerous. Department of Primary Industries and
Fisheries, Queensland Govermment. http://www.dpi.gld.gov.au/pigs/ 9760.html. Diakses 15
September 2005.
Dokumen
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2006. Sleman Dalam Angka Tahun 2005.