You are on page 1of 102

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/299509938

Segmentasi Konsumen Produk Elektronik Hemat


Energi Listrik (Studi pada Kelompok Konsumen
Rumah Tangga di Kota...

Article August 2015

CITATIONS READS

0 339

2 authors, including:

Etsa Setiyati
Ma Chung University
10 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Etsa Setiyati on 31 March 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are added to the original document
and are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately.
Volume 18, No.2, Agustus 2015
Volume 18, No.2, Agustus 2015: 77-173

No. 2 Hal 77-174 AGUSTUS 2015


WAHANA Volume 18, No. 2 Agustus 2015

SUSUNAN REDAKSI JURNAL WAHANA


AKADEMI AKUNTANSI YAYASAN KELUARGA PAHLAWAN NEGARA

Pelindung Direktur Akademi Akuntansi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara

Pengarah Al. Haryono Jusup


Narko

Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Krismiaji

Dewan Editor Zaki Baridwan


Arief Suadi
Hani Handoko
Djoko Susanto
Indra Wijaya Kusuma

Redaktur Pelaksana Supardi

Sekretaris Eksekutif Lienna

Administrasi Susanto Aimun

Alamat Redaksi Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat


Akademi Akuntansi YKPN Yogyakarta
Jl. Gagak Rimang No. 2-4, Balapan, Kotak Pos 6417 YKGK
Telp. (0274) 560159, 562317, 513413, 563516
Fax. (0274) 561591
Yogyakarta 55222

Bank Rek. Bank CIMB Niaga Cab. Sudirman, Yogyakarta


a/n Drs. Budhi Purwantoro Jati, M.M., Ak
No. Rek. : 019-01-00711.12.8
ISSN 1410-8224

Diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Akademi Akuntansi Yayasan Keluarga
Pahlawan Negara sebagai media untuk mengkaji berbagai fenomena atau permasalahan maupun
hasil penelitian yang berhubungan dengan Ilmu Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi dalam arti luas.
Jurnal WAHANA terbit setahun 2 kali, setiap bulan Pebruari dan Agustus. Redaksi menerima artikel
dari siapapun baik yang ditulis dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris. Untuk informasi
berlangganan, dipersilakan menghubungi Redaksi pada alamat di atas.

i
WAHANA Volume 18, No. 2 Agustus 2015

DAFTAR ISI

Daftar Isi ...................................................................................................................................... iii

SEGMENTASI KONSUMEN PRODUK ELEKTRONIK HEMAT ENERGI LISTRIK


(STUDI PADA KELOMPOK KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KOTA MALANG)
Etsa Astridya Setiyati & Lidia Halim........................................................................................... 77

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP HARGA SAHAM


PERUSAHAAN PERBANKAN DI INDONESIA (Studi Empiris pada Perusahaan
Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 - 2011)
Sapto Bayu Aji ............................................................................................................................. 99

PENGARUH PENALARAN MORAL, RETALIASI DAN GENDER TERHADAP


KECENDERUNGAN WHISTLEBLOWING INTERNAL
Mesri Welhelmina N.Manafe ....................................................................................................... 113

NIAT MEMBELI DAN ELECTRONIC WORD OF MOUTH DI SITUS JEJARING


SOSIAL: PENGUJIAN TERHADAP KUALITAS SITUS WEB, KEAMANAN
BERTRANSAKSI, REPUTASI PERSEPSIAN, NORMA SUBYEKTIF DAN
KEPERCAYAAN
Camelia L. Numberi ............................................................................................................................. 127

PENGARUH PENDIDIKAN, PENGALAMAN KERJA DAN KOMPOSISI GENDER


TERHADAP KINERJA PELAKSANAAN PELAPORAN KEUANGAN SKPD
DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Renya Rosari ......................................................................................................................................... 151

PENGARUH BELANJA LANGSUNG SEKTOR PENDIDIKAN, KESEHATAN,


INFRASTRUKTUR, DAN PERTANIAN TERHADAP IPM
(Studi Kasus Pada Kabupaten/Kota Propinsi NTT)
Helda Marlin Ala .................................................................................................................................. 163

ii
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

SEGMENTASI KONSUMEN PRODUK ELEKTRONIK


HEMAT ENERGI LISTRIK (STUDI PADA KELOMPOK
KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KOTA MALANG)

Etsa Astridya Setiyati & Lidia Halim


Universitas Ma Chung
Email: etsasetia@gmail.com; lidiaa_halim@yahoo.com

ABSTRACT

Electricity consumption needs to be managed well considering the demand for electricity is high,
especially in household sector. Energy-saving electronic products is part of the green products which
are offered to consumers in the attempt to create environmental sustainability. The study aims to
identify the segmentation of green consumers for electronic products in Malang based on
demographic variables (gender, age, education level and income level), psychographics (lifestyle,
personality, and social class), and behavior (attitude toward the product and the use of the product).
K-means cluster is employed to analyze data and to identify this segmentation. The results consist
cluster 1 (curious consumers), cluster 2 (energy-saving-oriented consumers), and cluster 3 (selfish
consumers). Implications for developing marketing strategy for each customer clusters are suggested.
Keywords: sustainable marketing, green consumers, electronics, segmentation

PENDAHULUAN Konsumsi energi listrik yang besar


menjadi perhatian banyak pihak karena emisi
Kebutuhan akan energi listrik karbon yang dihasilkan dari pembangkit listrik
merupakan salah satu kebutuhan primer dalam (dimana 60 persen diantaranya menggunakan
kehidupan manusia modern. Data statistik bahan bakar fosil) juga akan semakin besar,
listrik menurut Badan Pusat Statistik (2013) dan berdampak pada meningkatnya pemanasan
menunjukkan bahwa kelompok pelanggan global (WWF Indonesia, 2006). Upaya untuk
rumah tangga merupakan kelompok pelanggan menghemat konsumsi listrik, karenanya,
terbanyak dengan jumlah mencapai merupakan upaya untuk menyelamatkan
50.145.466 pelanggan, atau sekitar 92,8% dari lingkungan yang harus dilakukan bersama-
total pelanggan. Konsumsi listrik pelanggan sama oleh berbagai pihak secara
rumah tangga mencapai 41,3% dari total komprehensif: konsumen, perusahaan, dan
banyaknya listrik terjual (atau sebesar 77.869,3 pemerintah.
GWh); dimana jumlah tersebut memiliki porsi Pemerintah Indonesia telah melakukan
terbesar dalam konsumsi listrik, bahkan ratifikasi perundang-undangan/UU No. 17
dibandingkan pelanggan industri. Hal ini tahun 2001 sebagai bentuk kepedulian
disebabkan karena jumlah sektor rumah tangga pemerintah Indonesia dalam menjaga dan
lebih besar dari kelompok lainnya dan merawat kondisi lingkungan (Arifin, 2012).
frekuensi penggunaan listrik rumah tangga Berbagai perusahaan juga mulai menunjukkan
lebih besar karena penggunaan secara kontinyu upaya dalam menawarkan produk elektronik
dalam kehidupan sehari-hari. Konsumsi energi hemat energi dan ramah lingkungan yang
listrik tersebut bahkan diprediksi akan semakin banyak digunakan oleh konsumen rumah
meningkat seiring dengan perkembangan tangga, di antaranya: lampu, komputer, mesin
pembangunan di berbagai daerah. cuci, AC, televisi, dan kulkas. elektronik
hemat energi tersebut. Beberapa perusahaan

77
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

juga melakukan eco-design yang ramah keinginan konsumen untuk membayar lebih
lingkungan dengan memperhitungkan aktivitas bagi produk ramah lingkungan. Variabel
untuk mengurangi dampak lingkungan ditinjau tersebut meliputi
dari sisi pengembangan, bahan produksi, dan a. demografi meliputi umur, jenis kelamin,
sirkulasi dari produk. Manfaat atau pendapatan, tingkat pendidikan, status
keuntungan seperti hemat biaya listrik, hemat pekerjaan, kepemilikan property, status
penggunaan energi dan pengurangan emisi pernikahan, dan ukuran keluarga.
karbondioksida/CO2 sering ditekankan dalam b. environmental knowledge, yaitu eco-
promosi produk sebagai upaya sustainability literacy
marketing, yaitu pemasaran yang berwawasan c. values, meliputi individualism,
atau berorientasi pada kelestarian lingkungan collectivism, security, dan fun/enjoyment
(Tjahjaningsih, 2007). d. sikap/attitudes terhadap isu lingkungan
Meraih dukungan konsumen dalam dan green products
upaya menyukseskan sustainability marketing e. perilaku/behaviors dalam aktivitas peduli
dan memenangkan persaingan tentunya lingkungan
memerlukan pemahaman akan perilaku
konsumen sasaran yang peduli terhadap Berdasarkan tingkat kepedulian konsumen
lingkungan (green consumers). Berangkat dari terhadap lingkungan dan perilaku pembelian,
permasalahan tersebut, penulis merasa perlu Ogily dan Mather (dalam Rex dan Baumman,
untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait 2007) mengidentifikasi pembagian tipe
segmentasi konsumen produk elektronik hemat segmen pasar menjadi 4 yaitu: Activist,
energi pada konsumen kelompok rumah Realist, Complacents, dan Alienated (Tabel 1).
tangga di Kota Malang. Pemilihan obyek Sementara itu, Vlosky, Ozanne, dan Fontenot
difokuskan pada kategori produk elektronik (1999) mengidentifikasi kesadaran lingkungan
hemat energi di sektor rumah tangga dianggap konsumen dengan mengukur kecenderungan
menarik untuk diteliti mengingat sektor rumah konsumen terhadap lingkungan secara
tangga merupakan sektor yang mendominasi keseluruhan (Tabel 2), dan mengkategorikan
konsumsi listrik. Apalagi, Jawa Timur konsumen dalam 5 segmen yakni: True-blue
merupakan provinsi dengan jumlah pelanggan greens, Greenback greens, Sprouts, Grousers,
rumah tangga terbanyak kedua di Indonesia dan Basic browns. Kedua segmentasi tersebut
dengan jumlah 8.434.763 (Badan Pusat dilakukan dengan latar belakang masyarakat
Statistik, 2013), dimana kota Malang memiliki Amerika Serikat. Sementara, literature
jumlah penduduk terbanyak kedua di Provinsi segmentasi green consumers di Indonesia
Jawa Timur (setelah Surabaya). Oleh karena masih sangat terbatas. Apabila perusahaan
itu, penelitian ini bertujuan untuk tertarik untuk mengembangkan kesadaran
mengidentifikasi segmen konsumen produk masyarakat akan adanya produk ramah
elektronik hemat energi listrik pada kelompok lingkungan, Yaacob dan Zakaria (n.d.)
konsumen rumah tangga di Kota Malang menyarankan agar perusahaan memperbanyak
berdasarkan variabel demografis, variabel pengetahuan konsumen terhadap produk dan
psikografis, dan variabel perilaku. atribut lingkungan dengan harapan dapat
membawa konsumen untuk melakukan
KAJIAN LITERATUR keputusan pembelian yang tepat.

1. Green Consumers 2. Green Electronics

Green consumers, menurut Govoni (2004), VTT Technical Research Centre of


adalah konsumen yang peduli terhadap Finland (2010) mendefinisikan green
lingkungan dan perilaku konsumsi mereka electronics sebagai produk dan komponen
juga menunjukkan dukungan terhadap elektronik yang memiliki dampak minimum
kelestarian lingkungan, yakni melalui terhadap lingkungan pada keseluruhan jalan
pembelian produk-produk ramah lingkungan. kehidupan produk elektronik itu sendiri. Green
Laroche, Bergeron, dan Forleo (dalam Jaolis, electronics memiliki 2 ciri-ciri, dimana ciri
2011) mengajukan beberapa variabel pertama memiliki 4 karakteristik yaitu (1)
penelitian dalam memprediksi tingkat bahan material yang digunakan tidak

78
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

membahayakan lingkungan (WEE/Waste in menjadi kelompok berdasarkan variabel


Electronic Equipment or RoHS/Restriction of seperti usia, jenis kelamin, ukuran keluarga,
Hazardous Substances), (2) proses pembuatan siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan,
bersifat eco-efficient, (3) daya konsumsi listrik pendidikan, agama, ras, generasi, dan
yang rendah (baik dalam beroperasi maupun kebangsaan. Penelitian ini membahas
dalam kondisi stand-by), (4) secara segmentasi demografis berdasarkan variabel
keseluruhan dapat didaur ulang, tidak ada usia, gender, pendapatan, tingkat pendidikan.
pemborosan yang berbahaya. Ciri yang kedua Segmentasi demografis merupakan dasar
adalah produk elektronik dapat diaplikasikan paling umum yang digunakan untuk
secara berkesinambungan dan merupakan menetapkan segmentasi pelanggan. Berikut
solusi ramah lingkungan untuk sektor industri adalah penjelasan dari masing-masing variabel
dan sektor rumah tangga. segmentasi demografis.
Di Indonesia, Pusat Standardisasi Badan
Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri a. Age/usia
(n.d.) menyatakan produk elektronik yang Usia merupakan variabel yang banyak
mengklaim mampu menghemat energi harus diteliti oleh beberapa peneliti dalam
memiliki label yang memiliki standar tanda kaitannya dengan studi ekologi dan green
hemat energi untuk pemanfaatan tenaga listrik marketing. Kotler dan Armstrong (2008,
untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya. p.227) menyatakan kebutuhan dan
Standar tersebut dapat meliputi bentuk, keinginan konsumen berubah setiap usia.
ukuran, warna, dan makna logo pada label Straughan dan Roberts (1999)
tanda hemat energi, pembubuhan label tanda menyimpulkan kepercayaan umum bahwa
hemat energi, kriteria tanda hemat energi. individu muda lebih sensitif dalam pokok
Kriteria tanda hemat energi didasarkan atas permasalahan lingkungan. Ada beberapa
hasil pengujian yang mengikuti standar dan teori yang ditawarkan untuk mendukung
prosedur uji yang baku (SNI). kepercayaan ini, tapi pendapat yang sama
adalah orang yang tumbuh dalam periode
3. Segmentasi Pasar dimana kepedulian lingkungan yang
penting dalam tingkatan level tertentu,
Segmentasi pasar merupakan proses menjadi lebih sensitif dalam pokok
membagi pasar yang heterogen ke dalam permasalahan tersebut.
beberapa kategori kelompok konsumen yang b. Sex/gender
memiliki kesamaan kebutuhan, kesamaan Sex/gender dalam pengembangan peran
karakter, dan memiliki respon yang sama gender, kemampuan, dan perhatian
dalam membelanjakan uangnya (Kasali, 2005, memimpin kebanyakan peneliti untuk
p.119). Ariyani, Sukaatmadja dan Rimbawan berpendapat bahwa wanita lebih konsisten
(2009) menyatakan segmentasi dapat dalam perhatian perubahan lingkungan
menghasilkan kesesuaian yang lebih baik dibandingkan pria (Straughan dan
antara apa yang ditawarkan perusahaan dan Roberts, 1999). Hasil penelitian yang
apa yang diharapkan pasar, karena melalui dilakukan Diamantopoulos,
segmentasi perusahaan dapat Schlegelmich, Sinkovics, dan Bohlen
mengidentifikasikan kemampuan untuk (2003) juga membuktikan bahwa wanita
melayani kebutuhan/selera segmen tersebut. lebih peduli pada kualitas lingkungan dan
Kotler dan Armstrong (2008, p.225) berpartisipasi pada aktivitas lingkungan.
menjelaskan segmentasi sebagai kegiatan c. Income/pendapatan
membagi pasar menjadi kelompok-kelompok Straughan dan Roberts (1999)
kecil berdasarkan kebutuhan, karakteristik, menyatakan pembenaran paling umum
atau perilaku yang berbeda yang memerlukan terhadap kepercayaan ini adalah
bauran pemasaran tersendiri. individual memiliki tingkat pendapatan
yang tinggi, menunjang pertumbuhan
3.1 Segmentasi Demografis biaya margin yang diasosiasikan dengan
Kotler dan Armstrong (2008, p.227) alasan dukungan lingkungan, kemurahan
mendefinisikan segmentasi demografis penawaran green products.
merupakan segmentasi yang membagi pasar d. Education level/tingkat pendidikan

79
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Tingkat pendidikan seseorang mampu pekerjaan, komunitas, rekreasi, gaya


membentuk intelektual seseorang. Bui berpakaian, makanan, media, penghargaan,
(2005) menyatakan banyak studi dan lain-lain). Sementara itu, Opinion/opini
menunjukkan korelasi positif antara merupakan deskripsi kepercayaan mengenai
pendidikan green consumers dan persoalan sosial, politik, bisnis, ekonomi,
perhatian/perilaku. Tingkat pendidikan pendidikan, produk, dan lain-lain. Schiffman
akan mempengaruhi proses keputusan dan dan Kanuk (dalam Kunto dan Khoe, 2007)
pola konsumsi seseorang. Straughan dan mendefinisikan riset AIO sebagai suatu bentuk
Roberts (1999) menyatakan bahwa riset pelanggan yang memberikan profil jelas
tingkat pendidikan berhubungan secara dan praktis mengenai segmen-segmen
konsisten dengan kepedulian terhadap pelanggan, tentang aspek-aspek kepribadian
lingkungan dan gaya hidup berdasarkan pelanggan yang penting, motif beli, minat,
beberapa penelitian terdahulu. Secara sikap, keyakinan, dan nilai-nilai yang
khusus, tingkat pendidikan berkorelasi dianutnya.
positif terhadap perhatian lingkungan dan Churchill (2005, p.288) menjelaskan
gaya hidup. AIO sebagai suatu analisis yang
mengidentifikasi kelompok-kelompok
3.2 Segmentasi Psikografis konsumen yang kemungkinan besar
Kotler dan Armstrong (2008, p.229) berperilaku serupa terhadap produk dan
mendefinisikan segmentasi psikografis sebagai memiliki profil gaya hidup yang juga serupa.
segmentasi yang membagi pembeli menjadi Dimensi gaya hidup dikelompokkan
kelompok berbeda berdasarkan kelas sosial, berdasarkan 3 kategori yaitu activity, interest,
gaya hidup dan karakteristik kepribadian. dan opinion yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Segmentasi psikografis dapat diukur
berdasarkan Value and Lifestyle (VALS) 3.3 Segmentasi Perilaku
maupun Activities-Interest-Opinion (AIO). Kotler dan Armstrong (2008, p.230)
Goenawan (2008) menjelaskan VALS mendefinisikan segmentasi perilaku yang
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1978 membagi pembeli berdasarkan situasi,
dan menjadi satu-satunya segmentasi manfaat, status pengguna, tingkat pengguna,
psikografis komersial yang dapat diterima status loyalitas, tahap kesiapan, dan sikap
semua golongan dan sering digunakan dalam terhadap produk.
mengukur segmentasi psikografis. Penelitian
terkait mengenai values and lifestyles (VALS) Jaolis (2011) melakukan penelitian
berdasarkan perhatian dan pengetahuan tentang profil green consumers Indonesia
lingkungan yang dilakukan oleh Fraj dan dengan menggunakan metode analisis
Martinez (2006) di Spanyol mendeskripsikan diskriminan dua grup/two-group discriminant
profil green consumers sebagai konsumen analysis. Hasil penelitian menunjukkan adanya
yang memiliki gaya hidup peduli lingkungan, perbedaan yang signifikan antara grup green
memiliki kesadaran lingkungan, menyeleksi dan non-green purchasers. Variabel yang
dan mendaur ulang produk, ikut ambil bagian memberikan perbedaan signifikan antara grup
dalam kegiatan yang melindungi lingkungan, green dan non-green purchasers adalah
dan memiliki ketertarikan pada perusahaan variabel motivasi religius dan variabel nilai
yang berkomitmen pada lingkungan. individualisme. Diamantopoulos et al., (2003)
Selain VALS, penelitian segmentasi mengeksplorasi peran variabel sosio-
psikografis juga dapat ditinjau berdasarkan demografis dalam memprofilkan green
activities/kegiatan, interest/minat, dan consumers yang meliputi gender, status
opinion/pendapat pelanggan (AIO) (Kunto dan pernikahan, usia, banyaknya anak, tingkat
Khoe, 2007). Vyncke (2002) menjabarkan pendidikan, dan kelas sosial. Hasil pengujian
Activities/aktivitas sebagai kegiatan yang jelas hipotesis menunjukkan bahwa berdasarkan
(seperti pekerjaan, hobi, kegiatan sosial, pengukuran pengetahuan lingkungan tidak
liburan, hiburan, komunitas, berbelanja, ditemukan cukup bukti yang mengindikasikan
olahraga, dan lain-lain), sedangkan pria memiliki pengetahuan lingkungan yang
Interest/minat adalah beberapa obyek, lebih apabila dibandingkan dengan wanita.
kegiatan/topik (yang meliputi keluarga, rumah, Berdasarkan perhatian lingkungan, wanita

80
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

memiliki perhatian lingkungan lebih kuat METODA PENELITIAN


dibandingkan pria, dan wanita lebih menyukai
untuk ambil bagian aktivitas daur ulang dan Desain penelitian yang digunakan adalah
menunjukkan perilaku belanja ramah penelitian deskriptif. Burns dan Bush (2006,
lingkungan dibandingkan pria. Terkait dengan p.121) menyatakan penelitian deskriptif
status pernikahan, hasil pengujian hipotesis berusaha untuk memperoleh jawaban dari
tidak menemukan perbedaan adanya pertanyaan mengenai siapa, apa, dimana,
pengetahuan lingkungan antara responden kapan, dan bagaimana. Penelitian deskriptif
yang sudah menikah dengan lajang. Berkenaan diperlukan ketika mengukur populasi yang
dengan usia, hasil pembuktian hipotesis lebih besar. Variabel yang diteliti adalah 3
menyatakan bahwa usia memiliki korelasi variabel yang meliputi:
negatif yang signifikan pada pengukuran 1. Segmentasi demografis
pengetahuan lingkungan, sebaliknya variabel Penelitian ini membahas segmentasi
usia berpengaruh signifikan terhadap demografis dengan 4 dimensi variabel yaitu
pengukuran perhatian lingkungan. Terkait variabel usia, gender, pendapatan, dan
dengan banyaknya anak tidak ditemukan tingkat pendidikan.
asosiasi yang signifikan dalam beberapa a. Age/usia
pengukuran kesadaran lingkungan. Acuan pengelompokan umur didasarkan
Selanjutnya, berkenaan dengan tingkat pada konsep usia dewasa apabila ia
pendidikan, dan tingkat sosial, pengujian sudah berusia 17 tahun (Kasali, 2005,
hipotesis membuktikan bahwa variabel tingkat p.200-201). Variabel umur dalam
pendidikan dan tingkat sosial memiliki penelitian ini diukur dengan
pengaruh signifikan terhadap kesadaran menggunakan skala ordinal yang terdiri
lingkungan. dari
Perbedaan penelitian yang dilakukan 1. usia 17-23 tahun
oleh penulis dengan beberapa penelitian 2. usia 24-30 tahun
terdahulu terdapat pada perbedaan subyek, 3. usia 31-40 tahun
alat/teknik analisis, obyek, dan variabel. 4. usia 41-50 tahun
Penelitian ini mengidentifikasi segmentasi 5. usia 51 tahun
konsumen produk elektronik hemat energi
pada kelompok konsumen rumah tangga di b. Sex/gender
Kota Malang berdasarkan variabel segmentasi Konsumen dikelompokkan berdasar
demografis, psikografis, dan perilaku. Alat jenis kelamin, yaitu laki-laki dan
analisis yang digunakan pada penelitian ini perempuan.
adalah analisis cluster yang merupakan cara
untuk menyatukan obyek ke dalam kelompok c. Income/pendapatan
atau grup dengan alasan bahwa setiap Income/pendapatan adalah hasil yang
kelompok homogen memiliki sikap yang sama diterima seseorang dari pekerjaan yang
atau setiap kelompok berbeda dari kelompok dilakukannya dalam bentuk uang. Skala
yang lain (Hidayani dan Syafrizal, 2008). pengukuran yang digunakan untuk
Penelitian ini diharapkan dapat variabel ini menggunakan skala ordinal
memberikan kontribusi bagi perusahaan, yang terdiri dari
pemasar, dan pemerintah untuk memperoleh 1. Rp 999.999
informasi mengenai segmentasi konsumen 2. Rp 1.000.000-Rp 2.999.999
produk elektronik hemat energi listrik di Kota 3. Rp 3.000.000-Rp 4.999.999
Malang. Kebutuhan teknologi yang selalu 4. Rp5.000.000-Rp 6.999.999
dibutuhkan konsumen saat ini dan 5. Rp 7.000.000-Rp 8.999.999
ketergantungan terhadap listrik secara 6. Rp 9.000.000
berkelanjutan membentuk keterbaruan
penelitian yang diharapkan dapat melengkapi d. Education level/tingkat pendidikan
informasi mengenai konsumen yang peduli terakhir
terhadap lingkungan khususnya yang peduli Tingkat pendidikan akan mempengaruhi
terhadap penghematan energi listrik. proses keputusan dan pola konsumsi
seseorang. Skala pengukuran yang

81
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

digunakan untuk variabel ini peneliti untuk mendapat response rate yang
menggunakan skala ordinal yang terdiri tinggi.
dari Populasi dalam penelitian ini adalah
1. SMA konsumen yang menggunakan produk
2. Diploma (D1/D3) elektronik hemat energi dalam kelompok
3. Sarjana (S1) rumah tangga di Kota Malang. Sedangkan
4. Pascasarjana (S2/S3) sampel merupakan bagian dari populasi yang
dianggap mewakili kecocokan dari
2. Segmentasi psikografis keseluruhan kelompok (Burns dan Bush, 2006,
Segmentasi yang membagi pembeli p.330). Teknik pengambilan sampel untuk
menjadi kelompok berbeda berdasarkan penelitian ini adalah teknik purposive
gaya hidup dan karakteristik kepribadian sampling dengan pendekatan non probability
(Kotler dan Armstrong, 2008, p.229). sampling yang didasarkan pada pertimbangan-
Kunto dan Khoe (2007) mendefinisikan pertimbangan tertentu (seperti sifat-sifat,
gaya hidup/lifestyle sebagai bagaimana karakteristik, ciri, kriteria) yang
seorang hidup/how one lives, termasuk mencerminkan populasinya (Kinnear dan
bagaimana seseorang menggunakan Taylor, 2002, p.205). Kriteria yang digunakan
uangnya, bagaimana ia mengalokasikan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini
waktunya, dan sebagainya. Selain itu, adalah konsumen yang menggunakan produk
penelitian psikografis ditinjau berdasarkan elektronik hemat energi (produk elektronik
activities/kegiatan, interest/minat, dan yang memiliki daya watt rendah dibandingkan
opinion/pendapat pelanggan. Setiadi (2003, dengan produk elektronik konvensional
p.136) menyatakan kepribadian dan konsep lainnya) pada kelompok konsumen rumah
diri adalah pola perilaku yang konsisten tangga di Kota Malang (bertempat tinggal di
dan bertahan lama/enduring. Skala Kota Malang) dengan ketentuan minimal 1
pengukuran yang digunakan untuk produk, usia minimal 17 tahun, dan memiliki
mengukur kedua aspek ini menggunakan peranan dalam pengambilan keputusan produk
skala likert yang terdiri dari elektronik yang digunakan secara bersama di
1. Sangat Tidak Setuju/STS rumah tangga.
2. Tidak Setuju/TS Penentuan ukuran sampel pada penelitian
3. Netral/TT multivariat harus beberapa kali lebih besar (10
4. Setuju/S kali) dari jumlah variabel yang akan dianalisis
5. Sangat Setuju/SS (Busnawir, n.d.). Penelitian ini menggunakan 3
segmentasi dengan mengukur segmentasi
3. Segmentasi perilaku demografi sebanyak 4 variabel, segmentasi
Penelitian ini membahas 2 dimensi psikografis sebanyak 3 variabel, dan
variabel yang terdiri dari tingkat segmentasi perilaku sebanyak 2 variabel.
penggunaan (menggunakan skala ordinal: Berdasarkan penghitungan ukuran minimum
ringan, menengah, berat), dan sikap sampel yang digunakan di dalam penelitian ini
terhadap produk (menggunakan skala adalah 90 sampel namun peneliti menggunakan
Likert 5 poin). 150 sampel dengan tujuan menghindari
kehilangan sampel pada saat melakukan
Metode pengumpulan data yang penelitian.
digunakan peneliti adalah survei. Alat atau Sebelum melakukan analisis data, uji
instrumen dalam penelitian ini berupa angket validitas dan reliabilitas dilakukan terlebih
atau kuesioner. Alasan peneliti mengumpulkan dahulu. Kemudian, data yang valid dan
data melalui pembagian kuesioner secara reliable dianalisis dengan menggunakan
personal adalah karena responden yang analisis cross-tab dan analisis k-means cluster
menjadi sampel banyak, terdapat materi yang dimana kedua alat analisis tersebut berfungsi
sama ditanyakan pada setiap responden, untuk mengolah data berdasarkan kegunaan
efisiensi waktu, dan peneliti dapat memberikan yang diperoleh. Analisis tabulasi silang atau
penjelasan yang diperlukan kepada responden. crosstab adalah tabel silang yang terdiri atas
Selain itu teknik ini juga lebih memungkinkan satu baris atau lebih, dan satu kolom atau lebih
dengan tujuan apakah ada hubungan antara

82
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

baris (sebuah variabel) dengan kolom (sebuah pada kelompok/atribut tersebut adalah positif.
variabel yang lain). Sementara itu, Analisis Pada penelitian ini nilai tengah yang
Kluster Non-Hierarki (K-Means Cluster) digunakan adalah 3 karena peneliti
adalah analisis yang mengelompokkan elemen menggunakan skala likert dengan skala 5.
yang mirip sebagai obyek penelitian menjadi Karaketristik dari tiap-tiap cluster dapat dilihat
kelompok (cluster) yang berbeda dan mutually pada Tabel 5.
exclusive/saling asing (Supranto, 2010, p.26).
Analisis kluster tidak memiliki variabel 1.2 Hasil Uji ANOVA
bebas dan variabel terikat dan bertujuan Uji ANOVA digunakan untuk
mengklasifikasi obyek (kasus/elemen) seperti menganalisis perbedaan antar cluster. Apabila
konsumen, produk, dan lain-lain ke dalam ada variabel yang memiliki tingkat signifikansi
kelompok-kelompok relatif homogen yang > 0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang
diukur dalam suatu set variabel yang diteliti. berarti pada tiap cluster yang berhubungan
Berdasarkan data kuesioner yang dengan variabel atau item tersebut. Sedangkan
terkumpul, peneliti kemudian melakukan jika tingkat signifikansi 0,05 maka terdapat
analisis dengan menggunakan teknik K-Means perbedaan yang berarti antara cluster. Tabel 6
Cluster untuk menentukan banyaknya kluster menunjukkan bahwa sebagian besar butir
dimana banyaknya kluster dipilih menurut pertanyaan terdapat perbedaan yang berarti di
pandangan subyektifitas dari peneliti. Analisis antara ketiga cluster yang dapat diukur dari
kluster non-hierarki digunakan dalam tingkat signifikansi 0,05. Butir pertanyaan
penelitian ini karena dapat digunakan untuk aktivitas 3 memiliki tingkat signifikansi 0,428
mengelompokkan data yang mempunyai kemudian butir pertanyaan aktivitas 4
kesamaan. Peneliti menentukan 3 segmen memiliki tingkat signifikansi 0,076. Butir
kluster untuk mengetahui karakteristik/profil 3 pertanyaan aktivitas 3 dan aktivitas 4 memiliki
kelompok responden pada penelitian ini. tingkat signifikansi > 0,05 dengan kata lain
tidak terdapat perbedaan yang berarti pada tiap
HASIL DAN PEMBAHASAN cluster yang berhubungan dengan variabel atau
item tersebut. Semakin besar angka F pada
1. Analisis Segmentasi Pasar tabel menunjukkan ada perbedaan antar cluster
yang paling besar.
1.1 Final Cluster Centers Butir pertanyaan yang paling besar
Final cluster centers merupakan hasil ditemukan pada konatif 1 yang menyatakan
akhir dari proses clustering setelah melalui responden selalu membeli produk elektronik
iterasi (proses pengulangan dengan ketepatan hemat energi listrik dengan nilai F statistik
lebih tinggi dari sebelumnya) sehingga hasil sebesar 30.571. Butir pertanyaan opini 2 dalam
initial cluster centers tidak dianalisis. Final hal inovasi mengenai produk elektronik yang
cluster centers digunakan untuk menafsirkan hemat energi listrik yang ditawarkan banyak
angka pada tiap cluster/kelompok responden perusahaan memiliki nilai F statistik sebesar
yang masing-masing kelompok tentunya 26.056 yang merupakan nilai F statistik
mempunyai ciri yang berbeda dengan terbesar kedua. Nilai F statistik terbesar ketiga
cluster/kelompok yang lain. Perbedaan bisa terdapat pada butir pertanyaan konatif 3 dalam
ditelusuri per butir pertanyaan dengan dasar hal responden selalu mencari tahu apakah
besaran angka itu sendiri. Apabila butir produk elektronik yang hendak dibeli dapat
pertanyaan dari suatu atribut memiliki nilai menghemat energi listrik yaitu sebesar 23.207.
tertinggi pada satu cluster berarti atribut Nilai F terkecil dimiliki butir pertanyaan
tersebut memiliki penilaian yang dominan aktivitas 3 yaitu sebesar 0.853 dalam hal
terhadap cluster tersebut dengan ketentuan ketergantungan dengan produk elektronik
semakin tinggi nilai skala dalam kuesioner ketika bekerja/beraktivitas. Dari total
maka semakin positif jawaban responden. keseluruhan 150 responden, mayoritas
Menurut Suliyanto (2005, p.151-152) jika responden berada pada cluster 2 (Jumlah
angka pada tabel < nilai tengah skala maka responden pada tiap cluster dapat dilihat pada
sikap responden pada kelompok/atribut Tabel 7).
tersebut adalah negatif tetapi jika angka pada
tabel nilai tengah maka sikap responden

83
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

2.3 Hasil Uji Crosstab lingkungan saat ini. Munculnya inovasi produk
Analisis crosstab biasanya digunakan elektronik yang hemat energi dari banyak
untuk mengetahui apakah ada hubungan antara perusahaan juga membuat responden untuk
baris (sebuah variabel) dengan kolom (sebuah cenderung menyadari promosi yang dilakukan
variabel yang lain) dengan melihat pada banyak perusahaan dalam memperkenalkan
frekuensi atau persentase. Penelitian ini kecanggihan produk elektronik terkini yaitu
menggunakan uji crosstab untuk menunjukkan hemat energi listrik. Penyampaian informasi
hubungan antara tiap cluster dengan variabel yang berkaitan dengan aspek hemat energi
demografi yang meliputi jenis kelamin, usia, listrik dari media elektronik juga menambah
tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan wawasan responden mengenai kampanye
terakhir (Tabel 8, 9, 10, 11). pemerintah dan pembatasan penggunaan listrik
akan menganggu kegiatan ekonomi
2. Pembahasan masyarakat. Secara umum, responden dalam
cluster ini memiliki kepribadian yang cukup
Tabel 12 menyajikan rangkuman hasil positif seperti memiliki rasa percaya diri,
analisis segmentasi demografi, segmentasi mudah mendapat teman baru, suka
psikografis dan segmentasi perilaku dari menginstropeksi diri, dan menambah wawasan
keseluruhan variabel. baru demi memperdalam wawasan yang sudah
a. Profil Cluster 1 (Curious consumers) dimiliki. Apabila responden yang tergolong
Cluster 1 memiliki jenis kelamin pria dan dalam cluster ini memiliki produk elektronik
wanita yang seimbang apabila dibandingkan hemat energi mereka menunjukkan sikap
dengan cluster yang lain. Responden pada bangga dan senang namun kelompok ini
cluster 1 memiliki kecenderungan untuk cenderung tidak setuju untuk membeli produk
menyukai kegiatan alam, cenderung mau elektronik hemat energi secara berkala
mendukung kegiatan peduli lingkungan, sehingga peneliti dapat menyimpulkan
cenderung mematikan produk elektronik responden pada cluster ini merupakan tipe
namun dalam tiap aktivitas/bekerja kelompok curious/selalu ingin tahu.
ini mengandalkan produk elektronik untuk
mempermudah pekerjaannya. Responden yang b. Profil Cluster 2 (Electrical energy saving
berada di cluster ini suka mempengaruhi oriented consumers)
orang-orang di sekitar untuk memiliki perilaku Cluster 2 didominasi oleh pria.
yang sama dengan mereka. Responden yang Responden pada cluster 2 memiliki
berada dalam cluster ini memulai pengaruh kecenderungan menyukai kegiatan alam,
dari keluarga kemudian orang lain agar mau cenderung bersedia mendukung kegiatan
melestarikan alam. Peneliti melihat responden peduli lingkungan, cenderung tergantung
yang berada dalam cluster ini cenderung dengan produk elektronik tetapi bersikap
mengikuti perkembangan produk elektronik peduli dengan mematikan produk elektronik
hemat energi listrik melalui media elektronik apabila tidak diperlukan. Responden dalam
sehingga dapat mendorong responden untuk cluster ini memiliki kesamaan karakteristik
cenderung membeli produk elektronik yang dengan responden pada cluster 1, namun pada
bersifat hemat energi. Responden pada cluster cluster ini lebih banyak ditemukan nilai positif
ini menyadari bahwa kondisi lingkungan di yang tinggi seperti sikap peduli hemat energi
masa depan semakin memburuk. Peneliti yang ditanamkan pada keluarga, selalu
menyimpulkan kesadaran yang muncul dari mendapatkan informasi mengenai produk
kelompok responden ini berasal dari informasi elektronik hemat energi listrik sehingga
yang mereka peroleh ketika mereka mengikuti informasi yang diperoleh responden pada
perkembangan produk elektronik hemat energi cluster 2 jauh lebih besar daripada cluster 1
dari media elektronik. Penyampaian informasi maka responden pada cluster ini lebih yakin
yang up-to-date juga membantu responden jika kondisi lingkungan di masa depan akan
yang tergolong dalam cluster ini untuk semakin memburuk, setuju bahwa banyak
meyakini bahwa banyak perusahaan perusahaan menawarkan inovasi produk
menawarkan informasi produk elektronik elektronik hemat energi dan kegiatan promosi
hemat energi listrik yang merupakan peluang yang dilakukan banyak perusahaan.
bagi perusahaan dalam melihat kondisi Responden pada cluster ini memiliki

84
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

kepribadian percaya diri yang lebih jika kelompok ini dan pencarian informasi yang
dibandingkan dengan cluster 1, mudah terbatas hanya untuk diri sendiri menjadi dasar
mendapat teman baru, dan sering memperkaya peneliti untuk melabelkan cluster 3 sebagai
wawasan sendiri dengan mencari informasi individu yang egois/selfish.
baru. Apabila cluster ini memiliki produk
elektronik yang bersifat hemat energi mereka 4. Implikasi Penelitian
merasa lebih bangga dan lebih senang jika
dibandingkan dengan cluster 1. Adanya Bagi kelompok konsumen yang menyukai
pengetahuan serta informasi yang luas informasi terbaru mengenai produk hemat
mendorong responden pada kelompok ini energi listrik namun tidak tertarik secara
untuk cenderung membeli produk elektronik berkelanjutan (sebagaimana ditampilkan dalam
hemat energi secara berkelanjutan dan selalu cluster 1), sebaiknya perusahaan menetapkan
mencari tahu apakah produk elektronik yang strategi perusahaan dengan memberikan nilai
dibeli bisa menghemat energi listrik. Oleh tambah/value creation pada produk elektronik
karena itu peneliti memberikan label untuk hemat energi yang ditawarkan mengingat
responden pada cluster ini dengan istilah karakteristik konsumen pada cluster 1
electrical energy saving oriented/berorientasi merupakan kelompok yang ingin tahu/curious.
pada produk elektronik hemat energi. Pemberian nilai tambah/value creation terdiri
atas 4 P (Product, Place, Price, Promotion).
3. Profil Cluster 3 (Selfish consumers) Penulis menyarankan kepada perusahaan agar
memberikan strategi pada produk seperti
Karakteristik pada cluster ini keuntungan yang diperoleh ketika
berdasarkan jenis kelamin secara mayoritas menggunakan produk elektronik hemat energi
adalah responden pria. Responden pada cluster jika dibandingkan dengan produk elektronik
ini cenderung menyukai kegiatan yang biasa, dimana saat ini kebutuhan listrik sangat
berhubungan dengan alam, cenderung diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
tergantung dengan produk elektronik, Strategi terhadap harga yang bisa disarankan
cenderung mendukung kegiatan peduli kepada perusahaan adalah dengan melakukan
lingkungan dan bersikap peduli dengan pendekatan dalam menentukan harga yaitu
mematikan produk elektronik apabila tidak market based pricing. Market based pricing
digunakan. Responden yang tergolong dalam merupakan strategi harga yang melihat posisi
cluster ini tidak memiliki pengaruh yang kuat produk perusahaan di pasar. Perusahaan
untuk mengajak orang lain berperilaku sama sebaiknya melakukan strategi market based
dalam menghemat energi listrik. Kurangnya pricing yang ditinjau dari perceived value
bentuk ajakan untuk keluarga membuat pricing/menentukan harga dari kebutuhan
responden yang berada pada cluster ini tidak konsumen/posisi pesaing atau menggunakan
memiliki keinginan untuk mempengaruhi segmen pricing/menyesuaikan harga
orang lain dalam melestarikan alam. berdasarkan karakteristik segmen. Pada cluster
Responden yang tergolong dalam cluster ini 1, mayoritas tingkat pendapatan berada pada
kurang mengikuti perkembangan mengenai rentang Rp 3.000.000-Rp 4.999.999 sehingga
produk elektronik hemat energi listrik penulis menyimpulkan perusahaan sebaiknya
sehingga kurang mendapat informasi menawarkan produk elektronik hemat energi
mengenai produk elektronik hemat energi dengan harga yang terjangkau. Dari sisi place,
listrik dan kurang meyakini bahwa kondisi perusahaan bisa melakukan distribusi intensif
lingkungan di masa depan semakin memburuk. karena konsumen semakin aware dengan
Kepribadian responden untuk cluster ini produk elektronik hemat energi listrik,
adalah mereka yang percaya diri namun sering kemudian dari sisi promotion perusahaan bisa
memperkaya wawasan untuk dirinya sendiri. memperkenalkan produk terlebih dahulu
Responden yang berada dalam cluster ini berupa iklan yang dikaitkan dengan media
kurang menyadari bahwa tiap individu elektronik (media yang paling banyak diakses
harusnya berperan serta dalam menghemat konsumen) sebelum peluncuran produk untuk
energi listrik. Peneliti menyimpulkan bahwa mendorong rasa ingin tahu dari konsumen.
minimnya informasi mengenai produk Untuk kelompok konsumen yang suka
elektronik hemat energi yang diterima berorientasi pada produk elektronik hemat

85
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

energi listrik secara berkelanjutan konsumen ini membuat mereka


(sebagaimana ditampilkan dalam cluster 2), menyadari mengenai kondisi lingkungan
sebaiknya perusahaan menetapkan strategi dan bangga ketika menggunakan produk
perusahaan seperti di cluster 1 namun elektronik hemat energi.
perusahaan sebaiknya mencari tahu dari mana b. Kelompok konsumen yang berada dalam
sumber-sumber informasi yang diperoleh cluster 2 (The Energy-Saving-Oriented)
konsumen pada cluster ini dengan memilih memiliki karakteristik yang hampir sama
media promosi yang tepat. Kelompok ini dengan cluster 1 namun memiliki sikap
cenderung lebih cepat mencari informasi yang jauh lebih peduli dibandingkan
mengenai produk elektronik hemat energi dengan cluster 1. Aspek yang paling
listrik daripada konsumen di cluster 1. Penulis menonjol adalah konsumen pada cluster 2
menyarankan kepada perusahaan sebaiknya memiliki akses informasi yang lebih
menggunakan iklan yang mengandung tinggi mengenai produk elektronik hemat
rational appeal karena karakteristik konsumen energi listrik. Adanya pengetahuan serta
pada cluster ini lebih memiliki kesadaran informasi yang luas mendorong
mengenai kondisi lingkungan saat ini responden pada kelompok ini untuk
dibandingkan dengan cluster 1. Dewasa ini, cenderung membeli produk elektronik
perkembangan media elektronik yang pesat hemat energi secara berkelanjutan dan
seperti internet dapat mendukung perusahaan selalu mencari tahu apakah produk
untuk menawarkan produknya ke konsumen elektronik yang dibeli bisa menghemat
melalui website yang menarik atau melakukan energi listrik.
promosi di media jejaring sosial untuk menarik c. Kelompok konsumen yang berada dalam
konsumen dan tertarik untuk melakukan cluster 3 (The Selfish) memiliki
keputusan pembelian dengan adanya info dan karakteristik tidak memiliki pengaruh
penawaran menarik yang dapat yang kuat untuk mengajak orang lain
menguntungkan konsumen. menghemat energi listrik. Konsumen pada
Terhadap kelompok konsumen yang suka cluster ini lebih suka memperhatikan diri
memperhatikan kepentingan diri sendiri sendiri seperti memperkaya wawasan
(sebagaimana ditampilkan dalam cluster 3), untuk dirinya sendiri, namun kurang
sebaiknya perusahaan menawarkan produk menyadari bahwa setiap orang seharusnya
elektronik hemat energi yang bisa dinikmati turut berperan serta dalam menghemat
secara individu mengingat karakteristik listrik.
konsumen pada cluster ini lebih suka
memperhatikan diri sendiri daripada orang 6. Keterbatasan Penelitian dan Saran bagi
lain. Perusahaan sebaiknya melakukan Penelitian Selanjutnya
pendekatan yang bersifat personal seperti
customized targeting strategy. Peneliti menggunakan satu responden
dalam tiap rumah tangga dikarenakan
5. Simpulan keterbatasan waktu dan biaya. Responden
yang ditunjuk merupakan responden yang
Hasil penelitian menemukan bahwa dianggap mewakili dalam 1 rumah tangga
terdapat persamaan profil konsumen antara (merupakan pemegang peranan dalam
ketiga cluster, dimana mayoritas konsumen pengambilan keputusan produk elektronik
berada pada rentangan usia 41-50 tahun yang digunakan secara bersama di rumah
dengan tingkat pendidikan terakhir sarjana tangga). Oleh karena itu, hasil penelitian ini
(S1). Hasil penelitian untuk tiap cluster dapat mungkin tidak dapat merefleksikan pendapat
dirangkum sebagai berikut masing-masing individu anggota rumah tangga
a. Kelompok konsumen yang berada dalam secara rinci. Penelitian selanjutnya dapat
cluster 1 (The Curious) memiliki melakukan pembagian kuesioner kepada
karakteristik suka mempengaruhi orang responden yang terdiri dari seluruh anggota
lain dan cenderung menyukai keluarga (dengan ketentuan minimal usia
perkembangan produk elektronik hemat responden adalah 17 tahun karena pada usia
energi listrik. Perkembangan informasi tersebut seseorang diasumsikan dapat berpikir
yang senantiasa dicaritahu oleh kelompok secara dewasa) sehingga besaran angka untuk

86
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

mengukur variabel tingkat penggunaan listrik Demographics Still Play A Role in


pada tiap produk elektronik dan banyaknya Profiling Green Consumers? A Review of
produk elektronik dalam 1 rumah tangga the Evidence and An Empirical
menjadi lebih rinci dan akurat. Investigation. Journal of Business
Research 56, 465-480. Diunduh dari
Science Direct Database

DAFTAR PUSTAKA Goenawan, Felicia. (2008). Nilai dan Gaya


Hidup Masyarakat di dalam Media.
Arifin, Zainul. (2012). Analysis of Green Jurnal Ilmiah SCRIPTURA, Vol. 2 No. 2,
Marketing Strategy on Real Estate Juli, 183-190. Diunduh dari
Company to Achieve Competitive http://puslit.petra.ac.id/journals/pdf.php?P
Advantage: A Case Study of Ijen Nirwana ublishedID=IKO08020208
Residence, Malang, East Java.
International Journal of Academic Harsanto, Samudin dan Surjani, Agus Tri.
Research Vol. 4 No. 1 January, 145-49. (2013). Statistik Listrik 2011-2013.
Diunduh dari Badan Pusat Statistik Indonesia. Jakarta.
http://www.ijar.lit.az/pdf/15/2012(15A-
24).pdf Hidayani, Sari Dewi dan Syafrizal. (2008).
Analisis Segmentasi, Targeting, dan
Ariyani, Ni Wayan Sri, I Putu Gde Positioning Program Pendidikan Magister
Sukaatmadja, dan Nym Dayuh (Studi Pada Institusi Penyelenggara MM
Rimbawan. (2009). Analysis Positioning di Kota Padang). Jurnal Lipi Vol. 13 No.
of Notebook Produced By Hewlett 2, November, 298-305. Diunduh dari
Packard (HP) in Bali Province. Teknologi http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/132
Elektro Vol. 8 No. 2 Juli-Desember, 99- 08298305.pdf
108. Diunduh dari
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/sri_16_. Jaolis, Ferry. (2011). Profil Green Consumers
pdf Indonesia: Identifikasi Segmen dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Bui, My.H. (2005). Environmental Marketing: Perilaku Pembelian Green Products.
A Model of Consumer Behavior. Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen
Proceedings of The Annual Meeting of Bisnis Vol. 2 No. 1, April, 115-136.
The Association of Collegiate Marketing Diunduh dari
Educators, 20-28. Diunduh dari http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.ph
http://www.sbaer.uca.edu/research/acme/ p/idei/article/viewFile/18195/18082
2005/04.pdf
Kasali, Renald. (2005). Membidik Pasar
Burns, Lvin C dan Ronald F Bush. (2006). Indonesia (Segmenting, Targeting, dan
Marketing Research Fifth Edition. New Positioning). Jakarta: Gramedia Pustaka
Jersey, USA: Pearson Education. Utama.

Busnawir. (n.d.). Penentuan Sampel dalam Kinnear, Thomas C dan James R. Taylor.
Penelitian. Diunduh dari (2002). Riset Pemasaran Edisi Ketiga
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/161 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
096267.pdf
Kotler, Philip dan Gary Amstrong. (2008).
Churhill, Gilbert A. (2005). Dasar-dasar Riset Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi 12 Jilid
Pemasaran Edisi Keempat Jilid 1. Jakarta: 1. Jakarta: Erlangga.
Erlangga.
Kunto, Yohanes Sondang dan Inggried
Diamantopoulos, Adamantios, Bodo B. Kurniawan Khoe. Analisis Pasar
Schlegelmilch, Rudolf R. Sinkovics, dan Pelanggan Pria Produk Facial Wash di
Greg M. Bohlen. (2003). Can Socio- Kota Surabaya. Jurnal Manajemen

87
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Pemasaran Vol. 2 No. 1 April, 21-30. Model of US Consumer Willingness-To-


Diunduh dari Pay For Environmentally Certified Wood
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/210 Products. Journal of Consumer Marketing
72130.pdf Vol. 16 No. 2, 122-136. Diunduh dari
Emerald Insight Database
Setiadi, Nugroho. (2003). Perilaku Konsumen.
Jakarta: Prenada. Vyncke, Patrick. 2002. Lifestyle
Segmentation: From Attitudes, Interests
Rex, Emma dan Henrikke Baumann. (2007). and Opinions, to Values, Aesthetic Styles,
Beyond Ecolabels: What Green Life Visions and Media Preferences.
Marketing Can Learn From Conventional European Journal of Communication, Vol
Marketing. Journal of Cleaner 17 (4): 445-463. London, Thousand Oaks,
Production 15, 567-576. Diunduh dari CA dan New Delhi: SAGE Publications.
Science Direct Database Diunduh dari
http://www.udec.edu.mx/BibliotecaInvest
Schiffman, L.G dan Kanuk,L.L. (2007). igacion/Documentos/2009/Julio/Comunic
Consumer Behavior (9th ed). New Jersey: aci%F3n%20Lifestyle%20Segmentation
Prentice Hall. %20From%20Attitudes,%20Interests%20
and%20Opinions,%20to%20Values,%20
Straughan, Robert D dan James A Roberts. Aesthetic%20Styles,%20Life%20Visions
(1999). Environmental Segmentation %20and%20Media%20Preferences.pdf
Alternatives: A Look At Green Consumer
Behavior in The New Millenium. Journal VTT Technical Research Centre of Finland.
of Consumer Marketing Vol. 16 No. 6, (2010). Green Electronic
558-575. Diunduh dari Emerald Insight [AdobeAcrobatDocument]. Diunduh dari
Database http://www.vtt.fi/files/events/Green_VTT
_esitykset_071010/8_Palve_VTT_Green_
Suliyanto. (2005). Analisis Data dalam electronics.pps.pdf
Aplikasi Pemasaran. Bogor: Ghalia
Indonesia. WWF Indonesia. (2006). Hemat Listrik Bukan
Sekedar Hemat Biaya. 23 Juli 2006.
Supranto, J.(2010). Analisis Multivariat Arti http://www.wwf.or.id
dan Interpretasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Yaacob, Mohd Rafi dan Azman Zakaria.
Tjahjaningsih, Endang. (2007). Penggunaan (n.d.). Customers Awareness, Perception
Strategi Lingkungan Kompetitif dalam and Future Prospects of Green Products in
Pemasaran Lingkungan. Jurnal Fokus Pahang, Malaysia. The Journal of
Ekonomi (FE) Desember, 188-197. Commerce Vol. 3 No. 2, 1-10. Hailey
Diunduh dari College of Commerce, University of The
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/630 Punjab, Pakistan. Diunduh dari
7188197.pdf http://joc.hcc.edu.pk/articlepdf/joc_3_2_0
1_10.pdf
Vlosky, Richard P, Lucie K Ozanne, dan
Renee J Fontenot. (1999). A Conceptual

88
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Tabel 1. Tipologi Green Customers menurut Ogilvy dan Mather


Persentase Tipe konsumen Karakteristik
16% Aktivis/Activists Lebih suka untuk membeli produk dan jasa
ramah lingkungan
34% Realis/Realists Khawatir mengenai lingkungan tetapi ragu-
ragu dalam pihak lingkungan yang populer
28% Orang yang puas dengan Melihat solusi dari permasalahan orang
dirinya sendiri/Complacents lain
22% Orang asing/Alienated Tidak peduli dengan pokok permasalahan
lingkungan dan melihat pokok
permasalahan lingkungan sebagai hal yang
bersifat sementara.
Sumber: Ogily dan Mather (dalam Rex dan Baumman, 2007)

Tabel 2. Tipe Profil Konsumen Sadar Lingkungan di Amerika Serikat


Tipe Persentase Deskripsi
Populasi
True-blue greens 11 Konsumen yang memimpin dalam pergerakan lingkungan,
merupakan tipe konsumen yang memiliki pendapatan dan
pendidikan yang lebih.
Greenback 11 Konsumen yang memiliki kemauan untuk membayar lebih
greens produk-produk lingkungan yang dapat diterima, memiliki
persamaan dengan true-blues, mayoritas memiliki
pendidikan lebih tinggi, tetapi sangat sibuk untuk mengubah
gaya hidup mereka untuk mengakomodasi kepedulian
lingkungan.
Sprouts 26 Konsumen yang memiliki pendidikan yang baik dan
pendapatan yang tinggi cenderung mengatur gaya hidup
merekadalam merefleksikan kepercayaan lingkungan.
Sebagai swing grup, pendapat mereka penting bagi
pengusaha-pengusaha pabrik dan pengembangan ekonomis.
Grousers 24 Konsumen yang memiliki pendapatan di bawah rata-rata dan
pendidikan yang rendah yang memiliki kesibukan untuk
melakukan sesuatu terhadap lingkungan.
Basic browns 28 Konsumen yang memiliki tingkat pendidikan dan tingkat
pendapatan terendah, yang mempercayai bahwa sedikit
individu berusaha terhadap lingkungan, sehingga mereka
tidak melakukan usaha apapun terhadap lingkungan.
Sumber: Vlosky, Ozanne, dan Fontenot (1999)

Tabel 3. Dimensi Gaya Hidup Berdasarkan Activity, Interest, dan Opinion (AIO)
Aktivitas Minat Pendapat
Pekerjaan Keluarga Mereka sendiri
Hobi Rumah Masalah sosial
Acara-acara sosial Pekerjaan Politik
Liburan Masyarakat Bisnis
Hiburan Rekreasi Ekonomi
Keanggotaan klub Busana Pendidikan
Masyarakat Makanan Produk
Belanja Media Masa depan
Olahraga Prestasi Budaya
Sumber: Churchill, (2005, p.288)

89
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Tabel 4. Profil Responden


No Variabel Banyaknya Persen
Responden
1 Jenis kelamin
a. Pria 83 55,3
b. Wanita 67 44,7
Total 150 100
2 Usia
a. 17-23 tahun 18 12
b. 24-30 tahun 21 14
c. 31-40 tahun 47 31,3
d. 41-50 tahun 46 30,7
e. 51 tahun 18 12
Total 150 100
3 Tingkat pendapatan per bulan
a. Rp 999.999 6 4
b. Rp 1.000.000-Rp 2.999.999 27 18
c. Rp 3.000.000-Rp 4.999.999 52 34,7
d. Rp 5.000.000-Rp 6.999.999 37 24,7
e. Rp 7.000.000-Rp 8.999.999 20 13,3
f. Rp 9.000.000 8 5,3
Total 150 100
4 Tingkat pendidikan terakhir yang sudah
ditempuh
a. SMA 41 27,3
b. Diploma (D1/D3) 17 11,3
c. Sarjana (S1) 73 48,7
d. Pascasarjana (S2/S3) 19 12,7
Total 150 100
5 Status dalam keluarga
a. Suami 64 42,7
b. Istri 53 35,3
c. Anak 20 13,3
d. Menantu 4 2,7
e. Saudara di luar keluarga kandung 5 3,3
f. Lajang 4 2,7
Total 150 100

90
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Tabel 5. Final Cluster Centers


Cluster
1 2 3
A1 3,45 3,91 3,67
A3 4,00 3,84 3,67
A4 3,61 3,95 3,83
A5 3,69 4,30 4,17
M1 3,57 4,16 2,83
M2 3,35 3,54 1,67
M3 3,61 3,97 2,00
M4 3,55 3,86 3,17
M5 3,61 4,08 2,50
O1 3,94 4,40 2,50
O2 3,71 4,23 2,00
O3 3,67 4,15 1,83
O4 3,29 3,67 3,00
O5 3,59 3,84 2,33
K1 3,49 4,09 4,17
K2 3,49 4,08 3,83
K4 3,45 3,88 3,83
K5 3,78 4,14 4,17
AF1 3,31 4,02 3,33
AF2 3,57 4,31 3,83
AF3 3,20 3,89 3,67
KG1 3,80 4,43 3,17
KG2 3,67 4,06 2,50
KG3 3,92 4,18 3,33
KG4 4,02 4,54 3,83
KN1 2,71 3,80 3,83
KN2 3,04 3,86 3,50

91
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Tabel 6. ANOVA
Cluster Error F Sig.
Mean Square df Mean Square df
A1 3.550 2 .852 147 4.166 .017
A3 .580 2 .680 147 .853 .428
A4 1.886 2 .719 147 2.622 .076
A5 6.245 2 .662 147 9.427 .000
M1 9.385 2 .666 147 14.088 .000
M2 9.951 2 .831 147 11.980 .000
M3 11.887 2 .783 147 15.186 .000
M4 2.575 2 .698 147 3.688 .027
M5 9.322 2 .668 147 13.964 .000
O1 12.115 2 .535 147 22.657 .000
O2 16.457 2 .632 147 26.056 .000
O3 17.117 2 .749 147 22.862 .000
O4 3.109 2 .852 147 3.649 .028
O5 6.813 2 1.063 147 6.409 .002
K1 6.092 2 .700 147 8.703 .000
K2 5.641 2 .721 147 7.819 .001
K4 3.087 2 .729 147 4.234 .016
K5 2.148 2 .698 147 3.077 .049
AF1 8.801 2 .900 147 9.781 .000
AF2 9.230 2 .512 147 18.019 .000
AF3 7.988 2 .778 147 10.274 .000
KG1 9.583 2 .528 147 18.137 .000
KG2 8.444 2 .806 147 10.479 .000
KG3 2.774 2 .700 147 3.962 .021
KG4 5.201 2 .510 147 10.203 .000
KN1 20.077 2 .657 147 30.571 .000
KN2 11.114 2 .766 147 14.509 .000
KN3 14.043 2 .605 147 23.207 .000

Tabel 7. Jumlah Responden Tiap Cluster


Cluster 1 51
Cluster 2 93
Cluster 3 6
Valid 150
Missing 0

92
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Tabel 8. Crosstab Jenis Kelamin dengan Tiap-Tiap Cluster


Cluster Number of Case
1 2 3 Total
Pria Count 25 53 5 83
% Within jenis kelamin 30.1% 63.9% 6.0% 100.0%
% within Cluster 49.0% 57.0% 83.3% 55.3%
% of Total 16.7% 35.3% 3.3% 55.3%
Wanita Count 26 40 1 67
% Within jenis kelamin 38.8% 59.7% 1.5% 100.0%
% within Cluster 51.0% 43.0% 16.7% 44.7%
% of Total 17.3% 26.7% .7% 44.7%
Jenis Total Count 51 93 6 150
kelamin % Within jenis kelamin 34.0% 62.0% 4.0% 100.0%
% within Cluster 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 34.0% 62.0% 4.0% 100.0%

Tabel 9. Crosstab Usia dengan Tiap-Tiap Cluster


Cluster Number of Case
1 2 3 Total
17-23 tahun Count 11 7 0 18
% Within usia 61.1% 38.9% .0% 100.0%
% within Cluster 21.6% 7.5% .0% 12.0%
% of Total 7.3% 4.7% .0% 12.0%
24-30 tahun Count 7 13 1 21
% Within usia 33.3% 61.9% 4.8% 100.0%
% within Cluster 13.7% 14.0% 16.7% 14.0%
Usia % of Total 4.7% 8.7% .7% 14.0%
31-40 tahun Count 12 32 3 47
% Within usia 25.5% 68.1% 6.4% 100.0%
% within Cluster 23.5% 34.4% 50.0% 31.3%
% of Total 8.0% 21.3% 2.0% 31.3%
41-50 tahun Count 14 30 2 46
% Within usia 30.4% 65.2% 4.3% 100.0%
% within Cluster 27.5% 32.3% 33.3% 30.7%
% of Total 9.3% 20.0% 1.3% 30.7%
51 tahun Count 7 11 0 18
% Within usia 38.9% 61.1% .0% 100.0%
% within Cluster 13.7% 11.8% .0% 12.0%
% of Total 4.7% 7.3% .0% 12.0%
Total Count 51 93 6 150
% Within usia 34.0% 62.0% 4.0% 100.0%
% within Cluster 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 34.0% 62.0% 4.0% 100.0%

93
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Tabel 10. Crosstab Tingkat Pendapatan dengan Tiap-Tiap Cluster


Cluster Number of Case
1 2 3 Total
Rp 999.999 Count 4 2 0 6
% Within tingkat
66.7% 33.3% .0% 100.0%
pendapatan
% within Cluster 7.8% 2.2% .0% 4.0%
% of Total 2.7% 1.3% .0% 4.0%
Rp 1.000.000-Rp Count 10 15 2 27
2.999.999 % Within tingkat
Tingkat 37.0% 55.6% 7.4% 100.0%
pendapatan
pendapatan % within Cluster 19.6% 16.1% 33.3% 18.0%
% of Total 6.7% 10.0% 1.3% 18.0%
Rp 3.000.000-Rp Count 19 31 2 52
4.999.999 % Within tingkat
36.5% 59.6% 3.8% 100.0%
pendapatan
% within Cluster 37.3% 33.3% 33.3% 34.7%
% of Total 12.7% 20.7% 1.3% 34.7%
Rp 5.000.000-Rp Count 14 22 1 37
6.999.999 % Within tingkat
37.8% 59.5% 2.7% 100.0%
pendapatan
% within Cluster 27.5% 23.7% 16.7% 24.7%
% of Total 9.3% 14.7% .7% 24.7%
Rp 7.000.000-Rp Count 4 16 0 20
8.999.999 % Within tingkat
20.0% 80.0% .0% 100.0%
pendapatan
% within Cluster 7.8% 17.2% .0% 13.3%
% of Total 2.7% 10.7% .0% 13.3%
Rp 9.000.000 Count 0 7 1 8
% Withi tingkat
.0% 87.5% 12.5% 100.0%
pendapatan
% within Cluster .0% 7.5% 16.7% 5.3%
% of Total .0% 4.7% .7% 5.3%
Total Count 51 93 6 150
% Within tingkat
34.0% 62.0% 4.0% 100.0%
pendapatan
% within Cluster 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 34.0% 62.0% 4.0% 100.0%
Sumber: Data primer diolah (2012).

94
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Tabel 11. Crosstab Tingkat Pendidikan dengan Tiap-Tiap Cluster


Cluster Number of Case
1 2 3 Total
SMA Count 18 21 2 41
% Within tingkat
43.9% 51.2% 4.9% 100.0%
pendidikan
% within Cluster 35.3% 22.6% 33.3% 27.3%
% of Total 12.0% 14.0% 1.3% 27.3%
Diploma Count 8 9 0 17
(D1/D3) % Within tingkat
Tingkat 52.9% .0% 100.0%
pendidikan
pendidikan % within Cluster 15.7% 9.7% .0% 11.3%
% of Total 5.3% 6.0% .0% 11.3%
Sarjana (S1) Count 20 50 3 73
% Within tingkat
27.4% 68.5% 4.1% 100.0%
pendidikan
% within Cluster 39.2% 53.8% 50.0% 48.7%
% of Total 13.3% 33.3% 2.0% 48.7%
Pascasarjana Count 5 13 1 19
(S2) % Within tingkat
26.3% 68.4% 5.3% 100.0%
pendidikan
% within Cluster 9.8% 14.0% 16.7% 12.7%
% of Total 3.3% 8.7% .7% 12.7%
Total Count 51 93 6 150
% Within tingkat
34.0% 62.0% 4.0% 100.0%
pendidikan
% within Cluster 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 34.0% 62.0% 4.0% 100.0%

Tabel 12. Rangkuman Hasil Analisis Segmentasi Pasar


Butir pertanyaan Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3
Curious Consumers Energy-saving- Selfish Consumers
oriented Consumers
Jenis kelamin Responden pria dan Mayoritas responden Mayoritas responden
wanita seimbang pria pria
Usia 41-50 tahun 31-40 tahun dan 41-50 31-40 tahun dan 41-50
tahun tahun
Tingkat Rp 3.000.000-Rp Rp 3.000.000-Rp Rp 1.000.000-Rp
pendapatan 4.999.999 4.999.999 2.999.999
Pendidikan terakhir Sarjana (S1) Sarjana (S1) Sarjana (S1)
Aktivitas 1: suka Cenderung menyukai Cenderung menyukai Cenderung menyukai
kegiatan alam kegiatan alam kegiatan alam kegiatan alam
Aktivitas 3: Tergantung dengan Cenderung tergantung Cenderung tergantung
tergantung dengan produk elektronik dengan produk dengan produk
produk elektronik ketika elektronik ketika elektronik ketika
ketika bekerja/beraktivitas bekerja/beraktivitas bekerja/beraktivitas
bekerja/beraktivitas
Aktivitas 4: Cenderung mendukung Cenderung mendukung Cenderung mendukung
mendukung kegiatan peduli kegiatan peduli kegiatan peduli
kegiatan peduli lingkungan lingkungan lingkungan
lingkungan

95
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Butir pertanyaan Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3


Curious Consumers Energy-saving- Selfish Consumers
oriented Consumers
Aktivitas 5: Cenderung mematikan Bersikap peduli dengan Bersikap peduli dengan
mematikan produk produk elektronik mematikan produk mematikan produk
elektronik jika apabila tidak elektronik apabila tidak elektronik apabila tidak
tidak diperlukan diperlukan diperlukan diperlukan
Minat 1: mengajak Cenderung mengajak Bersikap peduli dengan Kurang mengajak
keluarga untuk keluarga untuk mengajak keluarga keluarga untuk
menghemat energi menghemat energi untuk menghemat menghemat energi
energi
Minat 2: Cenderung Cenderung Tidak ada keinginan
mempengaruhi mempengaruhi orang mempengaruhi orang mempengaruhi orang
orang lain untuk lain untuk melestarikan lain untuk melestarikan lain untuk melestarikan
melestarikan alam alam alam alam
Minat 3: mengikuti Cenderung mengikuti Cenderung mengikuti Kurang mengikuti
perkembangan perkembangan produk perkembangan produk perkembangan produk
produk elektronik elektronik hemat energi elektronik hemat energi elektronik hemat energi
hemat energi listrik listrik listrik listrik
Minat 4: berbelanja Cenderung berbelanja Cenderung berbelanja Cenderung berbelanja
produk elektronik produk elektronik produk elektronik produk elektronik
hemat energi listrik hemat energi listrik hemat energi listrik hemat energi listrik
Minat 5: Cenderung Selalu mendapatkan Kurang mendapatkan
mendapatkan mendapatkan informasi informasi produk informasi produk
informasi produk produk elektronik elektronik hemat energi elektronik hemat energi
elektronik hemat hemat energi listrik dari listrik dari media listrik dari media
energi listrik dari media elektronik elektronik elektronik
media elektronik
Opini 1: meyakini Cenderung meyakini Meyakini lingkungan di Kurang meyakini
lingkungan di masa lingkungan di masa masa depan memburuk lingkungan di masa
depan memburuk depan memburuk depan memburuk
Opini 2: banyak Cenderung setuju Setuju bahwa banyak Tidak setuju bahwa
perusahaan bahwa banyak perusahaan banyak perusahaan
menawarkan perusahaan menawarkan inovasi menawarkan inovasi
inovasi elektronik menawarkan inovasi elektronik hemat energi elektronik hemat energi
hemat energi listrik elektronik hemat energi listrik listrik
listrik
Opini 3: banyak Cenderung setuju Setuju bahwa banyak Sangat tidak setuju
perusahaan bahwa banyak perusahaan berpromosi bahwa banyak
berpromosi produk perusahaan berpromosi produk elektronik perusahaan berpromosi
elektronik hemat produk elektronik hemat energi listrik produk elektronik
energi listrik hemat energi listrik hemat energi listrik
Opini 4: kampanye Cenderung setuju Cenderung setuju Cenderung setuju
pemerintah tentang apabila kampanye apabila kampanye apabila kampanye
hemat energi listrik pemerintah tentang pemerintah tentang pemerintah tentang
sudah baik hemat energi listrik hemat energi listrik hemat energi listrik
sudah baik sudah baik sudah baik
Opini 5: Cenderung setuju Cenderung setuju Cenderung setuju
pembatasan apabila pembatasan apabila pembatasan apabila pembatasan
penggunaan listrik penggunaan listrik akan penggunaan listrik akan penggunaan listrik akan
akan menganggu menganggu kegiatan menganggu kegiatan menganggu kegiatan
kegiatan ekonomi ekonomi masyarakat ekonomi masyarakat ekonomi masyarakat
masyarakat

96
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Butir pertanyaan Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3


Curious Consumers Energy-saving- Selfish Consumers
oriented Consumers
Kepribadian 1: Cenderung percaya diri Percaya diri Percaya diri
Orang yang
percaya diri
Kepribadian 2: Cenderung mudah Mudah mendapat Cenderung mudah
mudah mendapat mendapat teman baru teman baru mendapat teman baru
teman baru
Kepribadian 4: Cenderung Cenderung Cenderung
menginstropeksi menginstropeksi diri menginstropeksi diri menginstropeksi diri
diri sendiri
mengenai hal-hal
yang bersifat buruk
Kepribadian 5: Cenderung Sering memperkaya Sering memperkaya
memperkaya memperkaya wawasan wawasan sendiri wawasan sendiri
wawasan sendiri sendiri dengan mencari dengan mencari dengan mencari
dengan mencari informasi baru informasi baru informasi baru
informasi baru
Afektif 1: bangga Cenderung bangga Sering memiliki Cenderung bangga
ketika ketika menggunakan perasaan bangga ketika ketika menggunakan
menggunakan produk elektronik menggunakan produk produk elektronik
produk elektronik hemat energi listrik elektronik hemat energi hemat energi listrik
hemat energi listrik listrik
Afektif 2: merasa Cenderung senang turut Sering memiliki Cenderung senang turut
senang turut mengurangi dampak perasaan senang turut mengurangi dampak
mengurangi lingkungan dengan mengurangi dampak lingkungan dengan
dampak menggunakan produk lingkungan dengan menggunakan produk
lingkungan dengan hemat energi listrik menggunakan produk hemat energi listrik
menggunakan hemat energi listrik
produk hemat
energi listrik
Afektif 3: memilih Cenderung memilih Cenderung memilih Cenderung memilih
membeli produk membeli produk hemat membeli produk hemat membeli produk hemat
hemat energi listrik energi listrik daripada energi listrik daripada energi listrik daripada
daripada produk produk biasa produk biasa produk biasa
biasa
Kognitif 1: percaya Cenderung percaya Sering percaya bahwa Cenderung percaya
bahwa produk bahwa produk produk elektronik bahwa produk
elektronik hemat elektronik hemat energi hemat energi listrik elektronik hemat energi
energi listrik dapat listrik dapat dapat mengurangi listrik dapat
mengurangi listrik mengurangi listrik listrik mengurangi listrik
Kognitif 2: Cenderung menyadari Sering menyadari Kurang menyadari
menyadari bahwa bahwa tiap individu bahwa tiap individu bahwa tiap individu
tiap individu harusnya berperan serta harusnya berperan serta harusnya berperan serta
harusnya berperan dalam menghemat dalam menghemat dalam menghemat
serta dalam energi listrik energi listrik energi listrik
menghemat energi
listrik
Kognitif 3: Cenderung menyadari Sering menyadari Cenderung menyadari
menyadari bahwa bahwa jumlah bahwa tiap individu bahwa jumlah
jumlah persediaan persediaan energi harusnya berperan serta persediaan energi listrik
energi listrik listrik terbatas dalam menghemat terbatas

97
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Butir pertanyaan Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3


Curious Consumers Energy-saving- Selfish Consumers
oriented Consumers
terbatas energi listrik
Kognitif 4: Sering mengetahui ada Sering mengetahui ada Cenderung mengetahui
mengetahui ada sumber energi lain sumber energi lain ada sumber energi lain
sumber energi lain selain sumber energi selain sumber energi selain sumber energi
selain sumber listrik listrik listrik
energi listrik
Konatif 1: membeli Kurang setuju untuk Cenderung membeli Cenderung membeli
produk elektronik membeli produk produk elektronik produk elektronik
hemat energi listrik elektronik hemat energi hemat energi listrik hemat energi listrik
listrik
Konatif 2:tidak Cenderung tidak Cenderung tidak Cenderung tidak
merasa keberatan merasa keberatan untuk merasa keberatan untuk merasa keberatan untuk
untuk membayar membayar lebih mahal membayar lebih mahal membayar lebih mahal
lebih mahal produk produk elektronik produk elektronik produk elektronik
elektronik hemat hemat energi listrik hemat energi listrik hemat energi listrik
energi listrik
Konatif 3: mencari Cenderung mencari Selalu mencari tahu Cenderung mencari
tahu apakah produk tahu apakah produk apakah produk tahu apakah produk
elektronik yang elektronik yang dibeli elektronik yang dibeli elektronik yang dibeli
dibeli bisa bisa menghemat listrik bisa menghemat listrik bisa menghemat listrik
menghemat listrik

98
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY


TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN
DI INDONESIA
(Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2009 - 2011)
Sapto Bayu Aji
Akademi Akuntansi YKPN Yogyakarta
Email: aji_bramanti@yahoo.com

ABSTRACT

CSR is a company's commitment to improve the well-being of the community through the wisdom
business practices and contributions of resources of the company. The study aims to determine the
impact of CSR which is expressed by spending funds on the reaction of investors in the capital market.
This study examines whether the Corporate Social Responsibility (CSR) with several control variables
has an influence on the company's financial performance. Financial performance is proxied with the
company's stock price. Using data of annual financial statements and sustainability reports banking
companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2009 to 2011, the study reports that CSR has a
relationship and positive effect on company's stock price.

Keywords: Corporate Social Responsibility, Stock Price, and Banking.

PENDAHULUAN dengan perusahaan lain dan memberikan


return kepada shareholder.
Sebuah Perusahaan tidak dapat Survei tentang hubungan CSR terhadap
mengabaikan permasalahan sosial dan citra perusahaan telah dilakukan oleh tiga
lingkungan di dalam aktivitas bisnisnya, lembaga internasional independen dari tiga
karena perusahaan merupakan bagian dari negara, yaitu Environics International-
lingkup sosial dan lingkungan. Keberlanjutan Canada; Conference Board-United States; dan
perusahaan hanya akan terjamin apabila Prince of Wales Business Leader Forum-
perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan England. Survei dengan responden 25.000
lingkungan hidup. Bolanle, Adebiyi, dan konsumen di 23 negara tersebut menghasilkan
Muyideen (2012) mengemukakan bahwa 60% responden berpendapat bahwa tanggung
tanggung jawab sosial perusahaan merupakan jawab sosial perusahaan menjadi poin utama
aset perusahaan, perusahaan dapat dalam menilai suatu perusahaan baik atau
memperoleh keuntungan besar dalam hal tidak, 40% responden memilih faktor
reputasi perusahaan (corporate reputations) fundamental bisnis sebagai alat untuk menilai
dan penciptaan nilai perusahaan (corporate perusahaan, seperti kinerja keuangan, ukuran
value) pada generasi saat ini dan masa yang perusahaan, strategi perusahaan, dan kinerja
akan datang. Keuntungan besar adalah harapan manajemen (Prastowo dan Huda, 2011).
dari setiap perusahaan, sehingga perusahaan Keadaan tersebut didukung oleh pemerin-
selalu membuat keputusan untuk tah yang pada tanggal 20 Juli 2007 telah
meningkatkan keuntungan dari waktu ke mengeluarkan UU No. 40 2007 tentang Per-
waktu, karena keuntungan yang diperoleh seroan Terbatas (PT) khususnya pasal 74 yang
dapat digunakan untuk mengem-bangkan mewajibkan adanya tanggung jawab sosial
perusahaan sehingga dapat selalu bersaing perusahaan bagi perusahaan di Indonesia.

99
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Undang-Undang tersebut mewajib-kan seluruh melakukan penilaian terhadap kinerja


perusahaan yang berbentuk PT untuk keuangan suatu emiten. Penelitian yang telah
melaksanakan tanggung jawab sosial terhadap dilakukan oleh Bolanle, et al. (2012)
lingkungan sekitar, tidak terkecuali perusahaan menunjukkan bahwa CSR berkorelasi positif
Perbankan. Meskipun tidak secara langsung dan signifikan dengan kinerja keuangan.
memberikan dampak terhadap lingkungan, Implikasi dari hasil penelitian yang dilakukan
namun permasalahan yang muncul di sektor oleh Bolanle, et al. tersebut adalah kinerja
perbankan menjadi suatu keadaan yang dapat keuangan perusahaan akan meningkat jika
mempengaruhi tatanan global. Contoh kasus emiten melaksanakan CSR dengan jumlah
perbankan di Indonesia yang kemungkinan dana yang reliable. Dengan demikian, investor
besar dapat mengakibatkan gejolak perekono- yang rasional akan menggunakan CSR sebagai
mian dan masih dalam pembicaraan adalah informasi penting dalam pengambilan
kasus Bank Century pada tahun 2008. keputusan investasi saham yang akan
Keputusan Komite Stabilitas Sistem Keuangan dilakukan. Hal ini mengingat bahwa
(KSSK) menetapkan Bank Century sebagai pelaksanaan CSR merupakan salah satu
bank gagal yang berdampak sistemik pada alternatif perusahaan untuk meningkatkan
tanggal 21 November 2008 menuai banyak pro corporate value yang pada akhirnya akan
dan kontra baik dari kalangan pemerintah meningkatkan keuntungan perusahaan,
sendiri maupun dari para ekonom dan sehingga investor yang rasional akan lebih
mahasiswa. Menurut Perpu Jaring Pengaman memprioritaskan untuk menginvestasikan
Sistem Keuangan (JPSK) berdampak sistemik dananya pada perusahaan tersebut.
adalah suatu kondisi sulit yang ditimbulkan Uraian di atas yang mengemukakan peran
oleh suatu Bank, LKBB, dan/atau gejo- CSR dalam meningkatkan corporate value dan
lak pasar keuangan yang apabila tidak diatasi alternatif baru dalam melakukan penilaian
dapat menyebabkan kegagalan sejumlah Bank terhadap kinerja keuangan suatu emiten, maka
dan/atau LKBB lain sehingga menyebabkan konteks tersebut menimbulkan pertanyaan
hilangnya kepercayaan terhadap sistem apakah pelaksanaan CSR di perusahaan
keuangan dan perekonomian nasional. perbankan berhubungan dan berpengaruh
Penurunan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kenaikan maupun penurunan harga
pada bank akan menimbulkan keinginan untuk saham perusahaan di pasar modal. Oleh sebab
menarik dana yang disimpan di bank. Salah itu penelitian ini bertujuan untuk memberikan
satu upaya pemerintah dalam pencegahan dan jawaban atas pertanyaan tersebut.
penanganan situasi tersebut dengan menge-
luarkan biaya penyelamatan sebesar 6,7 triliun LANDASAN TEORI
rupiah untuk menyuntikkan dana ke Bank
Century. Kasus tersebut membuat banyak CSR merupakan sebuah tanggungjawab
pihak (termasuk para wakil rakyat di DPR) sosial yang tidak dapat dipandang sebelah mata
tersita perhatiannya pada masalah itu, sehingga oleh perusahaan dan juga merupakan strategi
mengakibatkan penanganan untuk permasalah- yang digunakan perusahaan untuk
an-permasalahan masyarakat (contoh: mengakomodasi kepentingan serta kebutuhan
kemiskinan, kesehatan, pendidikan) sedikit lingkungan sekitar-nya. Penerapan CSR akan
terabaikan, keadaan inilah yang dikatakan dimulai sejak adanya kesadaran dari perusa-
dapat mempengaruhi tatanan global. haan bahwa keberlangsungan perusahaan
Pada saat ini, pandangan para pemegang dalam jangka waktu panjang lebih penting
saham (shareholder) yang menekankan dibandingkan keuntungan (profit) perusahaan.
mengenai profitabilitas di atas tanggungjawab Dari uraian tersebut, maka beberapa landasan
dan melihat perusahaan sebagai alat bagi teori yang digunakan adalah sebagai berikut:
pemiliknya telah berubah. Kesadaran para
shareholder tentang pentingnya tanggung 1. Stakeholder Theory
jawab sosial perusahaan sudah sangat tinggi.
Bagi para pemakai informasi keuangan Teori stakeholder adalah suatu teori yang
khususnya para investor di pasar modal, menekankan bahwa perusahaan merupakan
informasi mengenai pelaksanaan CSR oleh sebuah sistem operasi pemegang saham yang
perusahaan merupakan alternatif baru dalam

100
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

terkait dengan sistem yang lebih besar yaitu 2. Legitimacy Theory


masyarakat yang menyediakan keperluan
hukum dan infrastruktur pasar untuk kegiatan Teori legitimasi adalah suatu keadaan
perusahaan. Tujuan dari perusahaan adalah atau status yang ada ketika suatu sistem nilai
untuk menciptakan kekayaan atau nilai perusahaan sejalan dengan sistem nilai dari
pemegang saham dengan mengkonversi saham sistem sosial yang lebih besar dimana
mereka ke dalam barang dan jasa (Clarkson, perusahaan merupakan bagiannya. Pada saat
1994). kedua sistem tersebut selaras, kondisi
Stakeholder merupakan individu atau legitimasi perusahaan juga akan terjaga.
kelompok yang dipengaruhi oleh tercapainya Namun, apabila terdapat suatu perbedaan
tujuan-tujuan organisasi dan dapat antara kedua sistem nilai tersebut, maka akan
mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan menimbulkan ancaman terhadap legitimasi
organisasi tersebut (Freeman, 2004). Duran perusahaan (Ghozali dan Choriri, 2007).
dan Radojicic (2004) berpendapat bahwa yang Organisasi bisnis, baik yang berskala
berperan sebagai stakeholder adalah pemegang kecil maupun yang berskala besar akan
saham, tenaga kerja, pemasok, bank, berusaha untuk mendapatkan kepercayaan dari
pelanggan, pemerintah, dan komunitas yang masyarakat luas akan eksistensinya sehingga
memegang peranan penting dalam organisasi. legitimasi masyarakat dapat diperoleh.
Oleh karena itu perusahaan harus memper- Legitimasi masyarakat merupakan faktor
hitungkan semua kepentingan dan nilai-nilai strategis bagi organisasi untuk
dari para stakeholdernya. mengembangkan perusahaan di masa yang
Karsberg dan Persson (2005) berpendapat akan datang, mengingat bahwa legitimasi
bahwa masyarakat dan media merupakan merupakan keadaan psikologi keberpihakan
stakeholder terpenting bagi perusahaan. orang dan kelompok orang yang sangat peka
Masyarakat dapat memberikan penilaian terhadap gejala lingkungan sekitarnya baik
secara langsung terhadap kinerja perusahaan, fisik maupun yang non fisik (ODonovan,
sedangkan media memiliki kekuatan untuk 2002).
meng-komunikasikan atau membeberkan Organisasi bisnis berusaha untuk
informasi mengenai keadaan perusahaan, menciptakan keselarasan antara nilai-nilai
apakah dalam keadaan baik atau malah dalam yang melekat pada aktivitas bisnisnya dengan
keadaan buruk. norma-norma perilaku yang ada dalam sistem
Stakeholder merupakan seluruh subyek sosial masyarakat, yang mana organisasi juga
yang berpartisipasi dan berkontribusi pada merupakan bagian dari sistem tersebut. Selama
aktivitas perusahaan serta yang sangat peduli kedua sistem nilai tersebut selaras, kita dapat
dengan segala keputusan yang diambil melihat hal tersebut sebagai legitimasi
perusahaan (Biscaccianti, 2003). Stakeholder perusahaan. Ketika ketidakselarasan aktual
merupakan individu atau kelompok yang atau potensial terjadi diantara kedua sistem
memiliki kepentingan dan dapat pula tersebut, maka akan ada ancaman terhadap
mempengaruhi jalannya operasional organisasi legitimasi perusahaan (Van der Laan, 2009).
(Savage, et al., 1991). Ghozali dan Choriri (2007) juga
Uraian di atas menunjukkan bahwa mendefinisikan teori legitimasi merupakan
stakeholder merupakan bagian yang tidak suatu keadaan atau status yang ada ketika
dapat dikesampingkan oleh perusahaan. suatu sistem nilai perusahaan sejalan dengan
Keadaan tersebut sesuai dengan teori sistem nilai dari sistem sosial yang lebih besar
stakeholder yang mengatakan bahwa dimana perusahaan merupakan bagiannya.
perusahaan bukanlah entitas yang hanya Pada saat kedua sistem tersebut selaras,
beroperasi untuk kepentingan sendiri namun kondisi legitimasi perusahaan juga akan
harus mampu memberkan manfaat bagi terjaga. Namun, apabila terdapat suatu perbe-
stakeholder-nya. Oleh karena itu, keberadaan daan antara kedua sistem nilai tersebut, maka
suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh akan menimbulkan ancaman terhadap
dukungan yang diberikan oleh stakeholder legitimasi perusahaan.
perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, Legitimasi merupakan kondisi yang
2007). sangat diharapkan setiap organisasi (perusa-
haan), sehingga perusahaan akan berusaha dari

101
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

waktu ke waktu untuk dapat menyelaraskan sumber daya dari perusahaan. CSR
dengan sistem sosial di sekitarnya. Karena didefinisikan ISO 26000 sebagai tanggung
dengan hancurnya legitimasi perusahaan, maka jawab organisasi terhadap dampak dari
lambat laun menyebabkan keberadaan keputusan serta pelaksanaannya pada
(eksistensi) perusahaan juga akan berakhir. masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan
Barkemeyer (2007) mengungkapkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang
bahwa penjelasan tentang kekuatan teori sejalan dengan pembangunan yang
legitimasi organisasi dalam konteks tanggung berkelanjutan dan kesejah-teraan masyarakat,
jawab sosial perusahaan di negara berkembang dan tindakan ini di-lakukan dengan
terdapat dua hal; pertama, kapabilitas untuk mempertimbangkan harapan stakeholder,
menempatkan motif maksimalisasi keuntungan sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan
membuat gambaran lebih jelas tentang motivasi norma-norma perilaku internasional, serta
perusahaan memperbesar tanggung jawab terintegrasi dengan organisasi secara
sosialnya; kedua, legitimasi organisasi dapat menyeluruh.
untuk memasukkan faktor budaya yang Ambadar (2008), CSR didefinisikan
membentuk tekanan institusi yang berbeda. sebagai komitmen bisnis untuk memberikan
Uraian di atas menekankan dan memapar- kontribusi bagi pembangunan ekonomi
kan bahwa teori legitimasi merupakan salah berkelanjutan, melalui kerjasama dengan para
satu teori yang mendasari pelaksanaan program karyawan serta perwakilan mereka, keluarga
CSR. Program tanggung jawab sosial mereka, komunitas setempat maupun
perusahaan dilakukan untuk mendapatkan nilai masyarakat umum untuk meningkatkan
positif dan legitimasi dari masyarakat. Artinya, kualitas kehidupan dengan cara yang
dengan mekanisme tata kelola dan profitabilitas bermanfaat baik bagi bisnis maupun untuk
yang memadai, perusahaan tetap akan pembangunan. Dari berbagai macam definisi
mendapatkan keuntungan positif, yaitu CSR tersebut, secara umum CSR melingkupi
mendapat-kan legitimasi dari masyarakat yang tata kelola perusahaan terkait dengan
pada akhirnya berdampak pada peningkatan komitmen aktivitas bisnis perusahaan untuk
keuntungan perusahaan di waktu yang akan berkontribusi dalam pembangunan ekonomi
datang. yang berkelanjutan dengan menitikberatkan
pada keseimbangan aspek ekonomi, sosial, dan
Corporate Social Responsilbility (CSR) lingkungan disekitarnya (seperti masalah
kemiskinan, perburuhan, hak asasi manusia,
Konsep Corporate Social Responsibility dan isu-isu lingkungan hidup). Konsekuensi
(CSR) telah mulai dikenal sejak tahun 1970-an yang akan diterima perusahaan cukup berat,
dengan berbagai macam definisi dari setiap mengingat bahwa masyarakat merupakan
peneliti, tidak ada definisi CSR secara sumber daya manusia, sumber daya alam, dan
universal yang dianggap sebagai standar konsumen dari produk atau jasa yang
definisi umum. Setiap organisasi mempunyai dihasilkan perusahaan. Keadaan ini memaksa
kerangka definisi yang berbeda mengenai perusahaan perlu untuk melaksanakan
CSR, tetapi cenderung memiliki kesepakatan tanggung jawab sosialnya dengan baik, agar
yang sama mengenai ruang lingkupnya. terbentuk hubungan yang positif dengan
Ioannou dan Serafeim (2010) masyarakat maupun stakeholder yang lain.
mengemukakan bahwa CSR merupakan suatu
kerangka tindakan yang menekankan pada Perumusan Hipotesis
empat (4) komponen utama: tanggung jawab
ekonomik kepada investor dan konsumen, Pengeluaran dana CSR secara langsung
tanggung jawab hukum kepada pemerintah akan meningkatkan (menambah) pembiayaan
dan aturan yang berlaku, tanggung jawab yang yang harus ditanggung perusahaan.
bersifat etis kepada masyarakat, dan tanggung Peningkatan biaya perusahaan pada akhirnya
jawab kepada komunitas. akan mengurangi profit perusahaan. Profit
Kotler dan Lee (2005) mendifinisikan yang semakin kecil dari suatu perusahaan
CSR sebagai suatu komitmen untuk mening- secara umum akan mengakibatkan kurangnya
katkan kesejahteraan komunitas melalui ke-tertarikan investor untuk meng-investasikan
kebijaksanaan praktek bisnis dan kontribusi dananya. Hal ini akan menyebabkan penurun-

102
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

an pembelian saham perusahaan. Namun negara menghasilkan 60% responden


menurut Bolanle et.al. (2012) tanggung jawab berpendapat bahwa tanggung jawab sosial
sosial perusahaan akan meningkatkan reputasi perusahaan menjadi poin utama dalam menilai
perusahaan dan nilai perusahaan. Peningkatan suatu perusahaan baik atau tidak, 40%
reputasi dan nilai perusahaan akan responden memilih faktor fundamental bisnis
meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap sebagai alat untuk menilai perusahaan, seperti
perusahaan perbankan, sehingga pada akhirnya kinerja keuangan, ukuran perusahaan, strategi
profitabilitas juga akan meningkat. Kenaikan perusahaan, dan kinerja manajemen (Prastowo
profitabilitas akan meningkatkan ketertarikan dan Huda, 2011). Hasil survei tersebut
para investor untuk menanamkan dananya didukung oleh penelitian Weshah, Dahiyat,
pada perusahaan. Semakin banyak investor Awwad, dan Hajjat. (2012) yang meneliti
yang berinvestasi maka harga saham tentang pengaruh CSR pada kinerja keuangan
perusahaan semakin meningkat, hal ini perusahaan Studi kasus pada perusahaan
mengingat adanya hukum permintaan dan perbankan di Yordania. Sampel penelitian
penawaran dalam ilmu ekonomi. Sehingga menggunakan perusahaan perbankan yang
pengeluaran dana perusahaan dalam rangka terdaftar di bursa efek Yordania dan sumber
pelaksanaan CSR akan meningkatkan keterta- data yang digunakan adalah laporan keuangan
rikan investor di dalam menginvestasikan di tahun 2011. Hasil penelitian menyimpulkan
dananya melalui pembelian saham perusahaan. bahwa CSR berpengaruh positif terhadap
Dalam penelitiannya, Bolanle, et al. (2012) kinerja keuangan pada perusahaan perbankan
meneliti tentang hubungan antara corporate di Yordania. Hasil tersebut juga didukung oleh
social responsibility dan kinerja keuangan di penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
industri perbankan di Nigeria studi kasus Cellier dan Chollet (2010). Namun hasil
pada First Bank of Nigeria. Sumber data penelitian tersebut berkebalikan dengan hasil
menggunakan laporan keuangan tahunan dari penelitian yang dilakukan oleh Kamal (2013).
periode tahun 2001 2010 sebagai bahan Kamal (2013) meneliti tentang pengaruh CSR
perhitungan eksperimen. Hasil penelitian pada kinerja keuangan perusahaan Studi
menunjukkan adanya hubungan yang positif kasus pada perusahaan perbankan di Mesir.
(+) antara pengeluaran dana untuk CSR dan Sampel penelitian menggunakan perusahaan
kinerja keuangan bank. Hasil serupa juga perbankan yang beroperasi di Mesir dan
didapatkan dari penelitian Orlitzky, Schmidt, sumber data yang digunakan adalah laporan
dan Rynes (3003) yang mengungkapkan keuangan dari tahun 1999 sampai dengan
bahwa antara CSR dan kinerja keuangan tahun 2011. Hasil penelitian menyimpulkan
terdapat hubungan yang sangat kuat. Namun bahwa CSR berhubungan negatif terhadap
hasil tersebut tidak didukung oleh hasil kinerja keuangan yang diukur dengan
penelitian yang dilakukan oleh Tjia dan profitabilitas pada perusahaan perbankan di
Setiawati (2012). Tjia dan Setiawati (2012) Mesir. Berdasarkan uraian tersebut maka
meneliti tentang pengaruh pengungkapan CSR rumusan hipotesis adalah sebagai berikut:
terhadap nilai perusahaan Studi empiris pada H2: Corporate Social Responsibility
industri perbankan di Indonesia. Sampel berpengaruh positif terhadap harga saham
penelitian menggunakan perusahaan perusahaan perbankan di Indonesia.
perbankan yang listing di BEI pada periode
2008 2010 dengan jumlah 21 perusahaan.
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa peng- METODE PENELITIAN
ungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan. Dari uraian tersebut maka Penelitian ini menggunakan data
rumusan hipotesis adalah sebagai berikut: sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah
H1: Corporate Social Responsibility perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
berhubungan positif dengan harga saham Efek Indonesia (BEI) dengan periode
perusahaan perbankan di Indonesia. penelitian tahun 2009 - 2011. Sampel
penelitian dipilih dengan menggunakan
Survei tentang hubungan CSR terhadap metode purpose sampling.
citra perusahaan yang dilakukan oleh tiga
lembaga internasional independen dari tiga

103
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Definisi Operasional Variabel share (EPS), laba bersih/earning after tax


(EAT), dan price earning ratio (PER).
Variabel yang digunakan dalam penelitian EPS merupakan rasio yang bermanfaat
ini terdiri dari variabel independen, variabel untuk mengukur besarnya laba yang dapat
dependen, dan variabel kontrol. dihasilkan dan berpotensi untuk dibagikan
sebagai dividen kepada setiap pemegang
1. Variabel Independen (Independent satu lembar saham biasa (Gibson, 2012).
Variable) dalam penelitian ini adalah Variabel kontrol EPS diukur dengan total
Corporate Social Responsibility yang laba bersih dibagi jumlah lembar saham
dalam penelitian ini disimbolkan CSR. biasa yang beredar. EAT merupakan
Sampai dengan saat ini, sebagian besar selisih dari total pendapatan dikurangi total
penelitian mengenai tanggung jawab sosial biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
perusahaan masih menitik-beratkan Variabel kontrol EAT diukur dengan LOG
laporan kegiatan CSR perusahaan dengan total laba bersih. PER merupakan rasio
mengacu pada Global Reporting Initiative dari harga saham terhadap earnings. Rasio
(GRI) sebagai data yang digunakan dalam ini menunjukkan berapa besar investor
penelitian, tetapi masih belum banyak menilai harga dari saham terhadap
yang menggunakan nilai nominal kelipatan earnings (Jogiyanto, 2010).
sesungguhnya dari pengeluaran yang telah Variabel kontrol PER diukur dengan harga
dilakukan perusahaan untuk program CSR pasar saham dibagi laba per lembar saham
sebagai data dalam penelitian. Oleh karena (EPS).
itu, penelitian ini berusaha untuk menguji
sejauh mana kepedulian perusahaan Metode Analisis Data
terhadap sosial dan lingkungan dengan
menggunakan nilai nominal sesungguhnya Metode analisis data yang digunakan
yang dikeluarkan perusahaan dalam dalam penelitian ini adalah analisis korelasi
rangka pelaksanaan program-program Pearson dan regresi linear berganda (multiple
CSR sebagai data yang digunakan dalam linier regression methode). Analisis korelasi
penelitian. Pengambilan data dari jumlah Pearson dan regresi linear berganda dilakukan
dana yang dikeluarkan perusahaan untuk dengan pengolahan data melalui software
program CSR dalam penelitian ini SPSS (Statistical Package for Social Science).
dilakukan secara non repeated pada Untuk model analisis regresi dinyatakan
laporan keuangan tahunan atau dengan persamaan sebagai berikut:
sustainability report perusahaan (artinya
hanya mengambil satu informasi mengenai SP = a + b1CSR + b2EPS +
jumlah dana yang dikeluarkan perusahaan b3EAT + b4PER + e
dari informasi yang tertuang pada laporan Keterangan:
keuangan tahunan perusahaan atau SP = Stock Price
sustainability report perusahaan). Variabel CSR = Corp. Social Responsibility
CSR diukur dengan LOG nilai nominal EPS = Earning per Share
pengeluaran dana yang dilakukan EAT = Earning after Tax
perusahaan untuk program CSR. PER = Price Earning Ratio
2. Variabel Dependen (Dependent Variable) e = Error Term
dalam penelitian ini adalah harga saham
dari perusahaan yang disimbolkan SP Persamaan regresi linear berganda
(stock price). SP merupakan harga dari tersebut dapat menunjukkan nilai koefisien
saham di pasar bursa pada saat tertentu regresi atas variabel bebas (independent
yang ditentukan oleh pelaku pasar variable), positif atau negatif. Koefisien
(Jogiyanto, 2010). Variabel SP yang regresi b akan bernilai positif (+) jika
digunakan dalam penelitian ini adalah menunjukkan hubungan searah antara varibel
harga saham saat penutupan pada tanggal bebas (independent variable) dan variabel
31 Desember. terikat (dependent variable). Artinya kenaikan
3. Variabel kontrol dalam penelitian ini variabel bebas akan mengakibatkan kenaikan
adalah laba per lembar saham/earning per variabel terikat dan sebaliknya, penurunan

104
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

variabel bebas akan mengakibatkan penurunan perusahaan bank yang terdaftar di BEI. Total
variabel terikat. Koefisien regresi b akan observasi yang digunakan dalam sampel
bernilai negatif (-) jika menunjukkan perusahaan perbankan sebanyak 46 observasi.
hubungan berlawanan arah antara variabel Data sampel perusahaan dapat dilihat di
bebas (independent variable) dan variabel lampiran.
terikat (dependent variable). Artinya kenaikan Pengolahan data penelitian menggunakan
variabel bebas akan mengakibatkan penurunan software SPSS versi 16. Hasil pengujian
variabel terikat dan sebaliknya, penurunan asumsi klasik pada perusahaan perbankan
variabel bebas akan mengakibatkan kenaikan dapat disimpulkan bahwa data dalam
variabel terikat. Kesalahan pengganggu yang penelitian ini tidak ada masalah heterokedasti
biasa disimbolkan dengan e bukan hanya sitas, autokorelasi, multikolinearitas, dan
berupa penyimpangan individual, tetapi terdistribusi secara normal. Hasil uji asumsi
adanya variabel lain yang dapat mempengaruhi klasik tersebut menunjukkan bahwa data
perubahan variabel terikat, namun tidak (observasi) yang tersedia telah memenuhi
dimasukkan dalam model persamaan. syarat untuk model regresi berganda (multiple
regression method). Hasil korelasi dan regresi
HASIL ANALISIS DATA dan perusahaan perbankan ditunjukkan sebagai
PEMBAHASAN berikut:
Output SPSS pada tabel 1 menunjukkan
Objek penelitian ini adalah perusahaan besarnya nilai koefisien korelasi dan
perbankan yang terdaftar di BEI dari tahun probabilitas atau sig. (1-tailed) dari variabel
2009 2011. Berdasarkan pemilihan sampel independen tanggung jawab sosial pada
dengan menggunakan metode purpose perusahaan perbankan sebesar 0,747 dan
sampling diperoleh jumlah sampel perusahaan 0,000.
perbankan sebanyak 19 perusahaan dari 31

Tabel 1
Hasil Statistik Deskriptif dan Analisis Korelasi Perusahaan Perbankan
Tanggung Laba Per Price
Harga Jawab Lembar Laba Earning
Saham Sosial Saham Bersih Ratio
Statistik Mean 1,000 ,747 ,959 ,573 -,120
Deskriptif St. D ,747 1,000 ,727 ,578 -,059
N 46 46 46 46 46

Korelasi Harga Saham 1,000


Pearson Tanggung Jawab Sosial ,747 1,000
Laba Per Lembar Saham ,959 ,727 1,000
Laba Bersih ,573 ,578 ,611 1,000
Price Earning Ratio -,120 -,059 -,178 ,249 1,000

Nilai probabilitas atau sig. (1-tailed) penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
tersebut lebih kecil dari ketentuan 0,05 (0,000 oleh Orlitzky, Schmidt, dan Rynes (2003) serta
< 0,05), hasil tersebut menunjukkan korelasi Bolanle, et al. (2012).
positif yang signifikan antara tanggung jawab Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai
sosial (CSR) dengan harga saham perusahaan koefisien regresi variabel CSR bernilai positif
perbankan. Hasil ini menunjukkan bahwa sebesar 296,029 dan memiliki nilai thitung
hipotesis 1 (H1) yang merumuskan Corporate sebesar 1,920 dengan tingkat signifikansi
Social Responsibility berhubungan positif 0,062. Hasil ttabel sebesar 1,680 pada
dengan harga saham perusahaan perbankan di signifikansi 0,1, sehingga nilai thitung > ttabel
Indonesia diterima. Hasil ini mendukung (1,920 > 1,680) dan signifikansi < 0,1 (0,062 <

105
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

0,1). Hasil tersebut menunjukkan bahwa Indonesia diterima. Hasil penelitian ini
variabel CSR pada perusahaan perbankan mendukung penelitian sebelumnya yang telah
merupakan salah satu variable yang dilakukan oleh Cellier dan Chollet (2010) serta
berpengaruh positif signifikan terhadap harga Weshah, et al. (2012).
saham perusahaan sehingga tidak dapat Variabel kontrol laba per lembar saham
dikesampingkan oleh perusahaan, karena (EPS) juga menunjukkan korelasi dan
variabel CSR dapat meningkatkan maupun pengaruh positif signifikan terhadap harga
menurunkan harga saham perusahaan di pasar saham perusahaan perbankan, sedangkan
modal. Dengan demikian, hasil ini variabel kontrol rasio harga saham dengan laba
membuktikan bahwa CSR berkorelasi dan per lembar saham (PER) menunjukkan
berpengaruh positif signifikan terhadap harga korelasi negatif tidak signifikan dan tidak
saham perusahaan perbankan di Indonesia. berpengaruh terhadap harga saham. Hasil
Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 2 (H2) variabel kontrol laba bersih (EAT)
yang merumuskan Corporate Social menunjukkan bahwa EAT mempunyai korelasi
Responsibility berpengaruh positif terhadap positif signifikan, namun tidak berpengaruh
harga saham perusahaan perbankan di terhadap harga saham perusahaan perbankan.

Tabel 2
Hasil Analisis Regresi Perusahaan Perbankan
Variable Coefficients Std. Error t-Statistic Sig.
(Constant) -1374,72 1383,303 -,994 ,326
Tanggung Jawab Sosial 296,029 154,147 1,920 ,062
Laba per Lembar Saham 13,090 ,948 13,801 ,000
Laba Bersih -112,789 75,256 -1,499 ,142
Price Earning Ratio 4,650 2,857 1,628 ,111

Berdasarkan output SPSS pada tabel 3 penelitian ini. Keadaan ini lebih diperkuat lagi
menunjukkan bahwa nilai adjusted R square dengan hasil pada tabel 4. Pada output SPSS
perusahaan perbankan sebesar 0,924 atau tabel 4 dapat dilihat nilai signifikansi sebesar
92,4%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase 0,000 sedangkan kriteria tingkat signifikansi
sumbangan pengaruh variabel CSR, EPS, () = 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
EAT, dan PER terhadap variabel harga saham nilai signifikansi uji ini sebesar 0,000 lebih
sebesar 92,4%. Dengan demikian variabel kecil dari tingkat signifikansi 0,05 (0,000 <
CSR, EPS, EAT, dan PER yang digunakan 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa model
dalam penelitian ini mampu mempengaruhi regresi pada perusahaan perbankan merupakan
sebesar 92,4% variasi variabel harga saham, model yang fit, yaitu model regresi yang layak
sedangkan sisanya sebesar 7,6% dipengaruhi atau dapat digunakan dalam penelitian.
oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam

Tabel 3
Model Summaryb
R R Square Adjusted R Square S. E. of the Estimate
,965a ,931 ,924 672,57567

Kesimpulan perusahaan perbankan berhubungan dan


berpengaruh terhadap kenaikan maupun
Penelitian ini telah menguji hubungan dan penurunan harga saham perusahaan di pasar
pengaruh CSR terhadap harga saham di pasar modal mendapat penjelasan dari hasil
modal. Pertanyaan apakah pelaksanaan CSR di penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan

106
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

bahwa CSR berkorelasi dan berpengaruh investor semakin selektif dalam menentukan
positif signifikan terhadap harga saham perusahaan yang akan diinvestasi.
perusahaan perbankan di Indonesia. Penelitian Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
ini fokus untuk mengetahui dampak dari Bolanle et. al. (2012) bahwa CSR akan
pelaksanaan CSR yang dinyatakan dengan meningkatkan nilai serta reputasi perusahaan,
jumlah pengeluaran dana untuk keperluan peningkatan tersebut pada akhirnya akan
CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan diikuti dengan peningkatan keuntungan yang
perbankan yang diproxikan dengan harga akan diperoleh perusahaan. Hasil ini
saham. Dalam penelitian ini, saya membuktikan bahwa pelaksanaan CSR oleh
mempertimbangkan tingginya kesadaran perusahaan perbankan akan memberikan
investor untuk menjaga keberlangsungan respon balik positif bagi perusahaan.
lingkungan hidup. Keadaan ini membuat

Tabel 4
ANOVAb
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 2,490E8 4 6,225E7 137,621 ,000a
Residual 1,855E7 41 452358,027
Total 2,676E8 45

Keterbatasan sebenarnya, mengingat UU No. 40 tahun 2007


tentang Perseroan Terbatas baru dikeluarkan
Periode pengamatan yang relatif pendek. pada tanggal 20 Juli 2007. Periode yang lebih
Hal ini dikarenakan UU No. 40 2007 tentang lama dan penyesuaian terhadap pelaporan
Perseroan Terbatas baru disahkan dan keuangan perusahaan dengan berbasis IFRS
diberlakukan mulai 20 Juli 2007. Oleh karena akan dapat memberikan gambaran mengenai
itu periode pengamatan dimulai dari tahun ketaatan perusahaan di dalam melaksanakan
2009 sampai dengan tahun 2011, keadaan dan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan
tersebut disebabkan sebagian besar data pemerintah.
pengeluaran dana CSR perusahaan tidak
banyak ditemukan dalam laporan tahunan
maupun sustainability report dari tahun 2007
sampai dengan tahun 2008, namun lebih DAFTAR PUSTAKA
banyak ditemukan pada tahun 2009 2011.
Untuk periode tahun 2012 belum digunakan Ambadar, J. 2008. Corporate Social
dalam penelitian ini dikarenakan pada periode Responsibility dalam Praktik di
tersebut laporan keuangan perusahaan yang Indonesia. PT Elek Media Komputindo,
terdaftar di BEI masih dalam masa transisi Jakarta.
penerapan IFRS, sehingga beberapa data yang
digunakan dalam penelitian ini diambil dari Arx, U.v., and A. Ziegler. 2008. The Effect of
bentuk laporan keuangan perusahaan sebelum CSR on Stock Performance: New
tahun 2012 dengan tujuan untuk mendapatkan Evidence for the USA and Europe. Paper
data yang dapat dibandingkan.SaranPeneliti Eidgenssische Technische Hochschule
yang tertarik untuk melakukan penelitian lebih (ETH), Swiss Federal Institute of
lanjut diharapkan menggunakan periode Technology Zurich, Switzerland.
pengamatan yang lebih lama dan disesuaikan
dengan adanya perubahan pelaporan IFRS, Babalola, Y.A. 2012. The Impact of
sehingga akan memberikan kemungkinan yang Corporate Social Responsibility on
lebih besar untuk memperoleh kondisi yang Firms Profitability in Nigeria. Journal of

107
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Economics, Finance, and Administrative Hidayati, N.N., dan S. Murni. 2009. Pengaruh
Sciences, Issue 45, Inc. Pengungkapan Corporate Social
Responsibility Terhadap Earnings
Bolanle, A.B., S.O. Adebiyi, and A.A. Response Coefficient Pada Perusahaan
Muyideen. 2012. Corporate Social High Profile. Jurnal Bisnis dan
Responsibility and Profitability of Akuntansi, Vol. 11, No. 1: 1-18.
Nigeria Banks A Causal Relationship.
Research Journal of Finance and Ioannou, I., and G. Serafeim. 2010. The
Accounting, Vol 3, No. 1. Impact of Corporate Social
Responsibility on Investment
Cellier, A., and P. Chollet. 2010. The Impact Recommendations. Best Paper
of Corporate Social Responsibility on Proceedings, Academy of Management.
Stock Prices: An Event Study of Vigeo Kamal, M. 2013. The Role of Corporate social
Rating Announcement. Paper Institut de Responsibility (CSR) in the Egyptian
Recherche en Gestion, France. Banking Sector. Munich Personal Repec
Archive. Paper No. 44697.
Clarkson, M. 1994. A risk based model of
stakeholder theory. Proceedings of the Kotler, P., dan N. Lee. 2005. Corporate Social
Second Toronto Conference on Responsibility; Doing the Most Good for
Stakeholder Theory. Toronto: Centre for Your Company and Your Cause. New
Corporate Social Perfor-mance & Ethics, Jersey; John Wiley & Sons, Inc.
University of Toronto.
Nahda, K., dan D.A. Harjito. 2011. Pengaruh
Dabbas, M., and S.T. Al-rawashdeh. 2012. Corporate Social Responsibility Terhadap
The Effect of Corporate Social Nilai Perusahaan Dengan Corporate
Responsibility on the Profitability of the Governance Sebagai Variabel Moderasi.
Industrial Companies in Jordan. Jurnal Siasat Bisnis. Vol. 15, No.1: 1-12.
Canadian Social Science, Vol. 8, No. 3: Nuryaman. 2013. The Effect of Corporate
32-37. Social Responsibility Activities on
Profitability and Stock Price.
Dwijayanti, N.M.A., M.G. Wirakusuma, dan International Conference on Bussiness
I.M.S. Suardhika. 2012. Pengaruh and Economic Research, Bandung
Tingkat Pengungkapan CSR Pada Indonesia.
Hubungan Antara Kinerja Keuangan dan
Return Saham. Jurnal Ekonomi dan Orlitzky, Marc; Frank L. Schmidt, Sara L.
Bisnis. Vol. 1, No. 1. Rynes. 2003. Corporate social and
Financial Performance a Meta-analysis.
Emilsson, L.M., M. Classon, and K. Bredmar. Organization Studies 24 (3): pp 403441.
2012. CSR and the quest for profitability London: SAGE Publication.
using Economic Value Added to trace
profitability. International Journal of Poddi, L., and S. Vergalli. 2008.Does
Economics and Management Sciences. Corporate Social Responsibility Affect
Vol. 2, No. 3: 43-54. Firms Performance?. Paper Presented
at Colloquio Scientifico sullImpresa
Gibson, Charles H. 2012. Financial Statement Sociale, Bari.
Analysis: Using Financial Accounting
Information. 12th Edition. Cincinnati, Pradipta, D.A., dan A. Purwaningsih. 2011.
Ohio: South-Western Publishing Co. (G) Pengaruh Pengungkapan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan
Hartono, J. 2010. Metodologi Penelitian Perusahaan Terhadap Earning Response
Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman- Coefisient (ERC) Dengan Ukuran
Pengalaman. BPFE UGM, Yogyakarta. Perusahaan dan Leverage Sebagai
Variabel Kontrol. Paper dipresentasikan

108
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

pada Simposium Nasional Akuntansi XV, Financial Performance in Developing


Banjarmasin. Economies: The Nigerian Experience.
Prastowo, J., dan M. Huda. 2011. Corporate New Orleans International Academic
Social Responsibility Kunci Meraih Conference, Louisiana.
Kemuliaan Bisnis. Edisi 1, Penerbit
Samudra Biru, Yogyakarta. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
Tentang Perseroan Terbatas (UU PT).
Tjia, O., and L. Setiawati. 2012. Effect of CSR
Disclosure to Value of the Firm: Study Weshah, S.R., A.A. Dahiyat, M.R.A. Awwad,
for Banking Industry in Indonesia. World and E.S. Hajjat. 2012. The Impact of
Journal of Social Sciences. Vol. 2, No. 6: Adopting Corporate Social
169-178. Responsibility on Corporate Financial
Performance: Evidence From Jordanian
Uadiale, O.M., and T,O. Fagbemi. 2011. Banks. Journal of Contemporary
Corporate Social Responsibility and Research in Business. Vol. 4, No. 5.

109
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

LAMPIRAN
Tabel - Sumber Data

EMITEN Tahun SP CSR EPS LB PER SIZE


AGRO 2011 118.00 7.60 9.28 10.65 12.72 12.54
BABP 2009 120.00 7.86 1.01 9.70 118.81 12.85
BABP 2010 135.00 8.92 5.60 10.26 24.11 12.94
BABP 2011 168.00 7.92 -17.38 0.00 -9.67 12.86
BBCA 2009 4850.00 10.10 279.00 12.83 17.38 14.45
BBCA 2010 6700.00 10.13 348.00 12.94 19.25 14.51
BBCA 2011 7201.69 10.07 444.00 13.03 18.02 14.58
BBKP 2009 375.00 9.28 63.09 11.56 5.94 13.57
BBKP 2010 650.00 8.91 81.10 11.69 8.01 13.68
BBKP 2011 580.00 9.16 94.67 11.87 6.13 13.76
BBNI 2009 1980.00 10.18 163.00 12.40 12.15 14.36
BBNI 2010 3875.00 10.21 266.00 12.67 14.57 14.40
BBNI 2011 3800.00 9.88 312.00 12.78 12.18 14.48
BBRI 2009 7201.69 10.58 524.63 12.86 12.55 14.50
BBRI 2010 5250.00 10.71 478.36 13.06 10.97 14.61
BBRI 2011 6750.00 11.07 524.63 13.18 10.73 14.67
BCIC 2010 50.00 9.65 0.32 11.34 144.89 13.03
BCIC 2011 50.00 8.30 0.39 11.42 129.84 13.12
BDMN 2009 4550.00 10.00 186.36 12.19 24.42 13.99
BDMN 2010 5700.00 10.04 342.92 12.47 16.62 14.07
BDMN 2011 4100.00 8.58 378.78 12.54 10.82 14.15
BEKS 2010 139.00 7.93 -25.96 4.86 -5.35 12.19
BMRI 2009 4700.00 10.63 341.72 13.04 13.75 14.60
BMRI 2010 6500.00 10.88 439.38 13.10 14.79 14.65
BMRI 2011 6600.00 11.16 524.63 12.97 12.47 14.74
BNBA 2009 133.00 7.74 12.21 10.45 10.89 12.38
BNBA 2010 164.00 7.35 11.68 10.43 14.04 12.43
BNII 2009 330.00 9.31 -1.00 4.86 -108.9 13.78
BNII 2010 780.00 9.26 8.00 11.66 97.50 13.88
BNII 2011 420.00 9.37 12.00 11.83 35.00 13.98
BNLI 2009 800.00 9.61 62.00 11.68 12.90 13.75
BNLI 2010 1790.00 9.32 126.00 12.01 14.21 13.87
BNLI 2011 1360.00 9.99 125.00 12.07 10.88 14.01
BVIC 2011 129.00 7.35 35.25 11.27 3.66 13.07
INPC 2010 107.00 9.61 9.76 10.92 10.96 13.23
INPC 2011 96.00 9.21 11.71 11.00 8.20 13.28
MAYA 2009 1670.00 9.53 15.95 10.61 104.70 12.88

110
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

EMITEN Tahun SP CSR EPS LB PER SIZE


MAYA 2010 1330.00 9.63 24.89 10.89 53.44 13.00
MAYA 2011 1430.00 9.24 55.40 11.23 25.81 13.11
MEGA 2010 3175.00 9.18 279.00 11.98 11.38 13.71
NISP 2009 750.00 9.34 75.15 11.72 9.98 13.62
NISP 2010 1700.00 9.55 59.45 11.62 28.60 13.70
NISP 2011 1080.00 9.72 106.88 11.88 10.10 13.78
SDRA 2009 280.00 8.84 23.73 10.55 11.80 12.38
SDRA 2010 290.00 8.45 26.47 10.73 10.96 12.51
SDRA 2011 220.00 8.34 38.88 11.00 5.66 12.71

111
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

PENGARUH PENALARAN MORAL, RETALIASI DAN GENDER


TERHADAP KECENDERUNGAN WHISTLEBLOWING
INTERNAL
Mesri Welhelmina N. Manafe
Universitas Kristen Artha Wacana Kupang
Email: mesrimanafe@gmail.com

ABSTRACT

Pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran atau Whistleblowing System (WBS) by the Peraturan Komite
Nasional Kebijakan Governance (KNKG) is expected to determine whistleblower in Indonesia as one of
the form of effective internal controls to prevent fraud and wrong-doing by individuals or corporations. In
practice, the regulation is strongly influenced by the individual's intentions. This study uses variable of
moral reasoning and retaliate by including gender variables to test its effect on the tendency orintention
to do whistleblowing. To answer the research question, this research uses experimental design which is
then analyzed using ANOVA for hypothesis testing. Subjects in this study were accounting students
UKAW. The results showed that retaliation and moral reasoning affects the tendency of whistleblowing,
while gender is not striving against the tendency to blow the whistle.

Keywords: Whistleblowing, moral reasoning, retaliation, gender

PENDAHULUAN efektif.
Praktik whistleblowing cukup menjadi
Kasus-kasus akuntansi yang terjadi pada perhatian di Indonesia dengan terungkapnya
dekade terakhir ini menarik perhatian kasus-kasus yang melibatkan peran
masyarakat, ketika terungkap bahwa dalam whistleblower, antara lain Agus Condro dalam
laporan keuangan terdapat penipuan akuntansi kasus suap Bank Indonesia dan Yohanes
yang sistematis, terstruktur, dan direncanakan Waworuntu dalam kasus Sistem Administrasi
secara matang. Fenomena pelanggaran etika atas Badan Hukum (Semendawai dkk., 2011).
skandal akuntansi menyebabkan munculnya Berbagai kasus whistleblowing yang terjadi di
beberapa whistleblowers, misalnya Sherron Indonesia telah mendorong Komite Nasional
Watkins dan Cynthia Cooper yang mengung- Kebijakan Governance (KNKG) untuk
kapkan skandal korporasinya kepada publik menerbitkan Pedoman Sistem Pelaporan
(Lacayo dan Ripley, 2002). dalam banyak kasus Pelanggaran atau Whistleblowing System (WBS)
perusahaan (Enron, World Com) praktisi yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk
akuntansi secara luas terlibat, oleh karena itu mengembangkan sistem manual pelaporan
pengetahuan mengenai bagaimana whistle- pelanggaran. Hal ini serupa dengan yang telah
blowing beroperasi menjadi sangat vital. Near dilakukan oleh negara lain seperti New Zealand,
dan Miceli (1995) menyatakan bahwa: ketidak pengembangan signifikan pada whistleblowing
efektifan whistleblowing tidak menguntungkan lebih mendapat perhatian dengan diperkenalkan
siapapun; kenyataanya, ini menjadi hal kritis, Protected Disclosure Act of 2000, bertujuan
untuk mendeterminasi prediktor yang mening- untuk menyediakan perlindungan dan
katkan kemungkinan whistleblowing yang memudahkan pengung-kapan dan investigasi

113
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

(Scholtens, 2003). Hasilnya menunjukan dengan atau pegawai dengan tujuan mereduksi tindakan
adanya PDA, terjadi peningkatan komplain salah akuntansi (penyesatan laporan keuangan,
wishtleblowing setiap tahunnya. Di Amerika korupsi, dan slack anggaran) dan sebagai
Serikat dikeluarkannya Sarbane Oxley Act of masukan bagi perusahaan dalam pertimbangan
2002 dapat mempengaruhi motivasi pembentukan peraturan sistem internal yang
whistleblowing (Schmidt, 2005). King (2007) mendukung whistle blowing.
mengisyaratkan bahwa whistleblowing diakui
sebagai mekanisma yang penting untuk REVIU LITERATUR DAN PENGEMBA-
menyingkapkan keterlibatan orang dalam NGAN HIPOTESIS
tindakan salah yang serius.
Penelitian ini fokus pada faktor-faktor 1. Teori Prososial
yang mennentukan kecenderungan seseorang
melakukan whistleblowing, karena apabila dapat Penelitian ini menggunakan perilaku
diketahui faktor-faktor tersebut maka dapat sosial yang dapat menjelaskan perilaku
diterapkan dalam kebijakan perekrutan dan whistleblower sebagai seorang individual. Brief
penempatan karyawan/pegawai dengan tujuan dan Motowidlo (1986) mendefinisi perilaku
mereduksi tindakan salah akuntansi (penyesatan prososial dalam lingkup organisasional sebagai
laporan keuangan, korupsi, dan slack anggaran) perilaku yang ditampilkan oleh anggota
dan berusaha untuk meningkatkan faktor-faktor organisasi yang ditujukan langsung kepada
tersebut melaui mekanisme yang tepat individual, kelom-pok, atau organisasi yang di
Hasil studi empiris pada whistleblowing dalamnya dia berinteraksi dengan membawa
menunjukan dua faktor penting yang relevan peran organisa-sionalnya dan dilakukan dengan
dengan pemahaman kecenderungan seseorang tujuan menguntungkan individual, kelompok,
melakukan whistleblowing yaitu level penalaran atau organisasi tersebut. Greener (2000)
moral dan retaliasi (Near dan Micheli, 2005; mendefinisi perilaku prososial sebagai perilaku
Rocha dan Kleiner, 2005). Dalam penelitian ini sukarela dan bertujuan menghasilkan dampak
memasukan variabel gender terhadap yang menguntungkan bagi orang lain. Penner
kecenderungan whistle blowing. Pada penelitian dkk.(1995) mengemukakan bahwa perilaku
sebelumnya faktor gender tidak berpengaruh sosial terdiri dari dua aspek, yaitu aspek other-
terhadap kecenderungan untuk melakukan oriented empathy yang merupakan komponen
whistleblowing (Liyanarachchi dan Newdick, kognisi dan afeksi, sedangkan aspek helpfulness
2009). Sedangkan penelitian yang lain (Chung merupakan komponen tendensi perilaku.
dan Trivedi, 2003; Serwinek, 1992) mengindika- Membantu, berbagi, menyumbang, bekerjasama,
sikan adanya pengaruh gender terhadap perilaku dan bertindak secara sukarela. Karyawan
etis dan perilaku ketaatan (mis.,whistle blowing). merupakan bentuk-bentuk dari perilaku pro-
Selanjutnya, Liyanarachchi dan Newdick (2009) sosial (B-rief dan Motowidlo, 1986).
menguji efek interaksi gender pada kecen- Baum (dalam Supanto, 2007) menya-
derungan whistle blowing. Hasilnya menunjukan takan bahwa perilaku pro-sosial dianggap
adanya efek signifikan gender pada hubungan memberikan kesejahteraan dan manfaat bagi
antara level penalaran moral dan kecenderungan orang lain, sekaligus memberikan manfaat bagi
melakukan whistle blowing. individu yang melakukannya. Manfaat melaku-
Berdasarkan pemaparan diatas maka kan perilaku sosial, antara lain dapat menimbul-
yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah kan perasaan positif, misalnya merasa berharga
menguji pengaruh penalaran moral, retaliasi, dan karena dirinya berguna bagi orang lain, perasaan
gender terhadap kecenderungan whistleblowing. kompeten, dan terhindar dari perasaan bersalah
Penelitian ini berkontribusi untuk menjelaskan apabila tidak menolong. Karyawan merupakan
perbedaan hasil pada penelitian Liyanarachchi bagian penting dari organisasi yang dapat
dan Newdick (2009) dengan penelitian Arnold berperan mencegah terjadinya pelangga-ran.
dan Ponemon (1991) dan sebagai wacana Perilaku prososial dapat menjelaskan motivasi
kebijakan perekrutan dan penempatan karyawan karyawan dalam melakukan whistleblowing.

114
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Karyawan berperilaku prososial karena perilaku berupaya menghasilkan kekuasaan untuk


tersebut dipersepsikan benar secara moral dan mengubah perilaku beberapa anggota organisasi.
dapat memberi manfaat kepada organisasi. Surat Edaran Menteri Pendaya gunaan
Perilaku prososial dapat bermanfaat bagi Aparatur Negara-Reformasi Birokrasi Nomor:
organisasi karena dapat meningkatkan 08/M.PANRB/06/2012 tentang Sistem Penanga-
komunikasi, kepuasan kerja, kepuasan nan Pengaduan (Whistleblower System) Tindak
pelanggan atau klien, dan efisiensi secara Pidana Korupsi di Lingkungan Kementerian/
organisasional (Brief dan Motowidlo, 1986). Lembaga dan Pemerintah Daerah mendefinisi
Dozier dan Miceli (1985) menyatakan whistleblower system sebagai mekanisma
bahwa whistleblowing merupakan suatu bentuk penyampaian pengaduan dugaan tindak pidana
perilaku prososial yang melibatkan motivasi korupsi yang telah terjadi atau akan terjadi yang
egoistik dan altruistik. Dengan demikian, melibatkan pegawai dan orang lain yang
walaupun whistleblowing memberikan manfaat berkaitan dengan dugaan tindak pidana korupsi
bagi whistleblower secara personal, yang dilakukan di dalam organisasi tempatnya
whistleblowing juga dapat dilihat sebagai bekerja. Gobert dan Punch (2000) mendefinisi
perilaku prososial karena pada umumnya whistleblower sebagai individual dalam sebuah
memberikan manfaat bagi organisasi. organisasi yang mengungkap informasi negatif
Greenberger dkk. (1987) menjelaskan langkah- tentang organisasi, praktik-praktik organisasi,
langkah dalam proses pembuatan keputusan atau personel-personel organisasi. Informasi
prososial terkait dengan whistleblowing. tersebut terkait dengan penyalahgunaan
Pertama, focal member (individu yang meng- kekuasaan, fraud, salah kelola, pemborosan,
observasi whistleblowing) memper-timbangkan korupsi, rasial atau pelecehan seksual, atau
apakah focalactivity merupakan perbuatan yang bahaya yang mengancam kesehatan dan
salah.Kedua, focal member memutuskan apakah keamanan. Georgiana (2011) mendefinisi
situasi tersebut memerlukan suatu tindakan. whistleblower sebagai seorang yang
Ketiga, focal member memutuskan apakah mengungkapkan kepada publik atau seseorang
merasa bertanggung jawab terhadap focal yang memiliki autoritas mengenai aktivitas
activity.Keempat, focal member melihat apakah ilegal atau tidak jujur yang terjadi pada
tindakan yang cukup ampuh tersedia. Kelima, departemen pemerintah, organisasi publik atau
focalmember mempertimbangkan apakah privat, atau perusahaan. Aktivitas ilegal tersebut,
tindakan yang akan diambil cukup memadai. meliputi pelanggaran hukum, aturan, peraturan,
Keenam, focal member mempertimbangkan dan/atau ancaman langsung terhadap
apakah manfaat ekspektasian dari tindakan yang kepentingan publik, misalnya fraud, ancaman
diambil lebih besar dari kos ekspektasian. keamanan/kesehatan, dan korupsi.
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor:
2. Whistle Blowing 4 Tahun 2011 tentang Perlakuan Terhadap
Pelapor Tindak Pidana (Whistleblower) dan
Whistleblowing merupakan salah satu Saksi Pelaku yang Bekerjasama (Justice
mekanisme untuk menilai akuntabilitas Collaborators) di dalam Perkara Tindak Pidana
organisasi publik dan privat. Near dan Miceli Tertentu menjelaskan bahwa whistleblower
(1985) mendefinisi whistleblowing sebagai merupakan pihak yang mengetahui dan
pengungkapan yang dilakukan oleh karyawan melaporkan tindak pidana tertentu dan bukan
organisasi atau mantan karyawan organisasi atas merupakan bagian dari pelaku kejahatan yang
suatu praktik ilegal, tidak bermoral, atau tanpa dilaporkannya. Surat Edaran Menteri Pendaya-
legitimasi hukum di bawah kendali pimpinan gunaan Aparatur Negara-Reformasi Birokrasi
mereka kepada individu atau organisasi yang Nomor: 08/M.PAN-RB/06/2012 tentang Sistem
dapat menimbulkan efek tindakan perbaikan. Penanganan Pengaduan (Whistleblower System)
Near dan Miceli (1995) menyatakan bahwa Tindak Pidana Korupsi di Lingkungan
whistleblowing merepresentasi sebuah proses Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
pengaruh, yaitu seorang anggota organisasi mendefinisi whistleblower adalah seseorang

115
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

yang melaporkan perbuatan yang berindikasi yang positif, dan budaya etis organisasional
tindak pidana korupsi yang terjadi di dalam sebagai prediktor niat melakukan
organisasi tempatnya bekerja, atau pihak terkait whistleblowing. Hasil penelitian menunjukkan
lainnya yang memiliki akses informasi yang bahwa keefektifan peran suasana hati yang
memadai atas terjadinya indikasi tindak pidana positif dalam hubungan antara pertimbangan
korupsi tersebut. Near dan Miceli (1985) whistleblowing individual dan niat melakukan
menjelaskan mengenai empat karakteristik yang whistleblowing tergantung pada level budaya
dimiliki oleh whistleblower. Pertama, etis organisasi. Suasana hati yang positif
whistleblower adalah karyawan atau mantan berpengaruh ketika budaya organisasi dianggap
karyawan organisasi yang organisasinya tidak etis.
mengalami pelanggaran. Kedua, whistleblower Definisi operasional whistleblowing
tidak memiliki kewenangan untuk mengubah dalam penelitian ini adalah menurut Rocha dan
atau menghentikan pelanggaran yang berada di Kleiner (2005) yaitu pernyataan atau
bawah kendalinya. Ketiga, whistleblower pengungkapan yang dilakukan oleh seseorang
diizinkan membuat atau tidak diizinkan karywan secara sukarela (Courtemanche, 1988)
membuat laporan. Keempat, whistleblower tidak dalam organisasi terhadap praktek illegal,
memegang posisi yang mensyaratkan untuk imoral, atau ilegitimasi dibawa kendali
melakukan pelaporan pelanggaran korporat. manager/atasan dengan level posisi lebih tinggi
Barnett dkk.(1993) menjelaskan bahwa telah (Arnold dan Ponemon, 1991) dalam temuan
terjadi peningkatan kepedulian terhadap auditnya. Hal ini dilakukan untuk dibedakan
pentingnya whistleblowing di tempat kerja yang dengan whistleblowing dari luar organisasi.
dibuktikan dengan tren peningkatan adopsi
kebijakan whistlebowing. a. Penalaran Moral dan Whistle Blowing
Brennan dan Kelly (2007) menginves- Fokus penelitian akuntansi tentang
tigasi pengaruh struktur organisasional kantor dilema etis pada tiga lingkup besar yaitu
akuntan, karakteristik personal whistleblower, pengembangan etika, pertimbangan etika dan
dan variabel-variabel situasional terhadap pendidikan etika. Penalaran moral merupakan
kecenderungan whistleblowing di antara para bagian dari dilema akuntansi pertimbangan etis
auditor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menguji hubungan antara penalaran etis
kantor akuntan yang memiliki struktur formal dan perilaku etis dalam konteks akuntansi dan
yang memadai bagi pelaporan pelanggaran, para audit (Chiu, 2003; Gul dkk., 2003; Ponemon dan
auditornya akan cenderung melaporkan Gabhart, 1990). Penelitian penalaran moral
pelanggaran dan memiliki kayakinan yang tinggi berdasarkan literature psikologi, teori Kholberg-
bahwa pelaporan tersebut tidak akan pengembangan moral kognitif secara luas
berpengaruh terhadap karier mereka. MacNab diterima sebagai teori yang paling sesuai pada
dkk. (2007) menguji hubungan budaya terhadap penalaran moral (Lovell, 1997; Rest 1986).
kecenderungan dan keefektifan potensial pada Berdasarkan Kohlberg, penalaran moral
pelaporan internal dan whistleblowing sebagai dikembangkan melalui tahapan level kognitif
alat manajemen etika dalam konteks negara- yang disimpulkan dalam model enam-tingkatan.
negara di Amerika Utara. Hasil penelitian Operasionalan penalaran moral yaitu dalam term
menunjukkan bahwa uncertainty avoidance dan P-score (skor prinsipal) Defining Issues Test
power distance memiliki hubungan yang paling (DIT) oleh Rest (1979).
konsisten dan signifikan terhadap kecende- Near dan Micheli (2005) mengisyaratkan
rungan pelaporan internal dan whistleblowing, faktor utama yang mempengaruhi keputusan
sedangkan collectivism tidak memiliki hubungan individu pada whistleblowing adalah perilaku
yang signifikan terhadap kecenderungan moral mereka. Dozier dan Miceli (1986)
pelaporan internal dan whistleblowing. Zhang menyatakan kemampuan individu untuk
dan Wei (2009) melakukan survei terhadap para menyelesaikan atau menginterpretasi dilema etis
karyawan Cina pada sepuluh bank di Cina dipengaruhi oleh penalaran moral mereka.
terkait dengan pertimbangan etis, suasana hati Chang dan Leung (2006), Uddin dan Gillett

116
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

(2002) mengindikasi-kan level penalaran moral c. Gender dan Whistleblowing


atau pertimbangan etis individu berpengaruh Korabik (1999) mendiskripsikan model
terhadap perilaku etis mereka. Sedangkan undimensional gender mendukung ide jenis
penelitian pada hubungan antara whistleblowing kelamin dan gender adalah ekuivalen. Pada
dan penalaran moral auditor menunjukan auditor padangan ini esensi biologikal meyakinkan
dengan level penalaran moral yang tinggi lebih bahwa biologi individu mengontrol psikolo-
cenderung untuk melakukan whistle-blowing ginya; jadi meretia adalah sama. Model bi-
(Liyanarachchi dan Newdick, 2009). Hipotesis dimensional gender berasumsi gender adalah
yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah: gagasan psikososial dan mengarah kepada
H1 : Individu dengan level penalaran moral keseimbangan maskulin dan feminin individu
tinggi lebih cenderung melakukan sedangkan jenis kelamin adalah konsep
whistleblowing daripada individu dengan biologikal mengarah kepada anatomi individu.
level penalaran moral rendah Bias gender secara spesifik berhubungan dengan
lingkungan, kontek, atau subjek yang di
b. Retaliasi dan Whistleblowing dalamnya pria lebih mendominasi (Betz and
Salah satu faktor penting dalam Hackett, 1986; Hackett and Betz, 1989).
pengambilan keputusan individu melakukan Gambaran ideal dari gender adalah individu
whistleblowing adalah kekhawatiran terhadap harus membatasi diri mereka untuk bertindak
retaliasi (Near dan Miceli, 1996). Bok (1980) dalam kesepakatan ketepatan perilaku jenis
memerinci berbagai bentuk retaliasi yang terjadi kelamin.Pria harus maskulin dan wanita harus
diantaranya: penurunan level atau posisi dalam feminin. Ini adalah bukti gambaran gender
organisasi, memberikan lebih banyak pekerjaan, adalah tidak berubah di Amerika Serikat (Street
dan memberikan pekerjaan tanpa pertanggung- dkk., 1995) dan seluruh dunia (Williams dan
jawaban. Retaliasi mungkin merupakan tindakan Best, 1994).
koersi untuk membungkam whistleblower atau Hasil penelitian gender mengisyaratkan
menghentikan tindakan whistle-blowing. wanita lebih beretika daripada pria (Sikula and
Individu yang mengungkapkan permasa- Costa, 1994) .Wanita muncul sebagai kunci
lahan dalam organisasinya akan dihadapkan utama dalam membawa keterbukaan masalah
pada retaliasi (Fouts, 2000).Alasan utama dalam institusi Amerika. Cynthia Cooper
individu untuk kegagalan mereka melaporkan (WorldCom), Coleen Rowley (FBI), dan
tindakan salah adalah perasaan kesia-siaan dan Sherron Watkins (PostEnron).Kekuatan dan
kekhawatiran retaliasi (Rebecca Walker, 2008). tanggungjawab, yang menyebabkan wanita-
Retaliasi mempunyai dampak negatif pada wanita ini mengungkapkan tindakan salah,
kecenderungan seseorang mengungkapkan ketika yang lainnya tidak melakukannya
tindakan salah organisasi (Arnold and Ponemon (Lacayo and Ripley, 2002). Pemahaman yang
1991; Near and Miceli 1986). Sedangkan baik tentang potensi gender mempengaruhi ke-
kekhawatiran terhadap retaliasi meyebabkan cenderungan melakukan whistle-blowing inter-
mereka cenderung untuk tidak melakukan nal akan membawa keuntungan untuk organisasi
whistleblowing (Duval et al., 2001). Pada saat dalam penguatan sistem pelaporan sehingga
ancaman terhadap retaliasi rendah menjadi lebih efektif (MacNab, 2008).
kecenderungan melakukan whistle-blowing Penelitian Miceli and Near (1992) me-
menjadi tinggi (Masser and Brown, 1996). ngindikasikanatribut intra-personal termasuk
Hipotesis yang dikembangkan dalam peneltian kemanjuran diri dan gender berpengaruh ter-
ini adalah: hadap keputusan melakukan whistleblowing.
H2: Individu dengan tingkat kekhawatiran Wise (1995) menemukan bauran hasil antara
retaliasi rendah lebih cenderung gender dan faktor demografi yang lainnya dalam
melakukan whistle-blowing daripada mempengaruhi kecenderungan untuk melakukan
individu dengan tingkat kekhawatiran whistle-blowing. Miceli dkk. (1991) mengisya-
retaliasi tinggi. ratkan kencenderungan yang lebih tinggi dari
pria untuk melakukan whistle-blowing. Sims and

117
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Keenan (1998) mendukung hasil penelitian dalam penelitian adalah hal yang lazim.
Miceli, dkk. (1991). Analisis meta pengembang- Cavanagh and Fritzsche (1985) mengisyaratkan
an moral mengindikasikan wanita tidak secara salah satu keunggulan penggunaan skenario
signifikan berbeda dengan pria dalam level adalah meretia memberi peneliti kemampuan
pengambilan keputusan moral (Walker, 1984). untuk menstruktur sebuah pertanyaan penelitian
Sedangkan hasil penelitian Lacayo and Ripley dalam sebuah metoda yang menyertakan isu
(2003), Street (1995) menunjukan pria lebih komplek yang muncul pada saat pengambilan
cenderung melakukan whistleblowing daripada keputusan di dunia nyata. Untuk uji spesifik
wanita. akuntansi dan skenario adalah berdasarkan
Studi pada hubungan antara gender dan pengembangan oleh: Thorne (2002, 2001),
penalaran moral mengindikasikan, pria menca- Welton et. al. (1994), Massey (2002).
pai level penalaran moral lebih tinggi daripada Penelitian ini menggunakan instrumen
wanita (Bussey and Maughan, 1982). Sedangkan pengem-bangan oleh Arnold dan Ponemon
pada penelitian untukmenguji efek interaksi (1991) untuk mengukur kecenderungan
gender terhadap kecenderungan whistleblowing whistleblowing. Instrumen mengikut sertakan
hasilnya adalah signifikan (Liyanarachchi dan dua skenario whistle-blowing dan setiap subjek
Newdick, 2009, p 46). Penelitian lain mengin- diminta untuk mengindikasikan kecenderungan
dikasikan, tidak ada perbedan gender dalam setiap individu pada setiap skenario, untuk setiap
level penalaran moral (Walker, 2004; Weber dan kasus hipotetikal. Subjek mengindikasikan
Wasieleski, 2001).Hipotesis yang dikembangkan kecende-rungan whistle-blowing pada lima poin-
dalam penelitian ini adalah: skala Likert untuk setiap skenario. Ini tidak
H3: Gender berpengaruh terhadap kecenderu- sesuai dengan skenario yang dikembangkan
ngan whistleblowing individu Arnold dan Ponemon (1991) yang menggunakan
tiga skenario. Skenario ketiga tidak sesuai
METODA PENELITIAN dengan konteks lokal akan menimbulkan bias
pada subjek .
1. Metoda penelitian Setelah melengkapi tugas pertama
subjek melanjutkan mengisi instrumen untuk
Metoda yang digunakan dalam mengukur level penalaran moral mereka.
penelitian ini adalah eksperimen laboratorium, Instrumen yang digunakan adalah pengemba-
dengan desain 2 x 2 faktorial. Perlakuan ngan oleh Welton et. al (1994). Instrumen ini
memasukan dua level retaliasi (kuat dan lemah) dikembangkan mengikuti patron Rest (1979)
dan dua level penalaran moral (tinggi dan dengan menyesuaikan kasus spesifik akuntansi.
rendah). Subjek secara random dibagi dalam
empat kelompok perlakuan.Retaliasi diklasifi- 3. Subjek Penelitian
kasi ke dalam kondisi ke-khawatiran retaliasi
kuat (pinalti) dan kekhawatiran retaliasi lemah Subjek dalam penelitian ini adalah
(afiliasi). Pinalti mengacu pada konsekuensi mahasiswa ekonomi akuntansi strata 1 pada
secara disiplin dalam bentuk perlakuan terhadap Universitas Kristen Artha Wacana Kupang,
pribadi atau properti, tuntutan hukum, terminasi dengan ketentuan; subjek telah menempuh mata
kerja, atau ancaman penjara. Afiliasi mengacu kuliah etika bisnis, akuntansi keperilakuan,
pada bentuk hubungan dengan orang lain di luar auditing, dan akuntansi manajemen dan semua
atau di dalam organisasi, yang menjadi subjek subjek secara sukarela.
retaliasi dibandingkan whisltleblower (Arnold
dan Ponemon, 1991). a. Analisis Statistik
Setelah dilakukan eksperimen
2. Tugas Eksperimen laboratorium, selanjutnya untuk menjawab
hipotesis, alat analisis yang digunakan adalah
Penelitian ini menggunakan skenario Analysis of Variance (ANOVA). Pengujian
untuk setiap variabel. Penggunaan skenario menggunakan Two-Way Anova untuk

118
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

menganalisis data dan menjawab hipotesis. Pada masing variabel terhadap kecenderungan me-
pengujian Anova dihitung mean dan deviasi lakukan whistleblowing
standar untuk masing-masing level variabel Seperti terlihat pada tabel 4.1
(penalaran moral, retaliasi, dan retaliasi) kecenderungan seseorang melakukan
terhadap kecenderungan whistle blowing. whistleblowing menjadi kuat pada kondisi
Selanjutnya diuji dampak dari level penalaran tingkat retaliasi rendah dan menjadi lemah pada
moral, retaliasi, dan gender terhadap tingkat retaliasi yang tinggi (tabel 4.1:
kecenderungan whistle blowing. 4,62>4,00). Kondisi ini juga tercermin pada
variabel penalaran moral. Individu dengan
ANALISIS DAN BAHASAN HASIL penalaran moral yang lebih tinggi lebih
ANALISIS cenderung melakukan whistleblowing diban-
dingkan individu dengan penalaran moral rendah
Berdasarkan hasil pengujian untuk normalitas (tabel 4.1: 4,50>4,33). Sedangkan untuk
distribusi data menunjukan bahwa data perbedaan gender dengan proksi laki-laki untuk
terdistribusi secara normal melalui garis lurusQ- maskulin dan perempuan untuk feminine terlihat
Q plot. Pengujian menggunakan Shapiro-Wilk bahwa perempuan lebih cenderung melakukan
test mendukung asumsi distibusi normal whistleblowing dalam kondisi moral dan retaliasi
(p=0,11). Levenes test tidak signifikan pada tinggi ataupun rendah (tabel 4.1: 3,17>3,00).
level 0.05. Hasil pengujian menunjukan Hasil pengujian berdasarkan nilai mean
keterdukungan dalam penggunaan ANOVA menunjukan bahwa terdapat perbedaan antar
untuk pengujian hipotesis. Selanjutnya akan kelompok yang diuji.
ditampilkan mean dan deviasi standar masing-

Tabel 4.1
Mean dan Deviasi Standar untuk Kecenderungan Whistleblowing
Variabel n Mean DS
Retaliasi Rendah 16 4,62 0,647
Retaliasi Tinggi 14 4,00 0,577
Moral Rendah 15 4,33 0,506
Moral Tinggi 15 4,50 1,000
Gender Maskulin 12 3,00 1,651
Gender Feminin 18 3,17 1,659

Hasil ini didukung oleh penelitian whistleblowing pada tingkat signifikansi >0,01
sebelumnya yang dilakukan oleh Liyanarachchi dengan nilai F 44,23. Penalaran moral
dan Newdick (2009) khusus untuk variabel merupakan bagian dari dilema akuntansi
moral dan retaliasi, sedangkan untuk hasil uji pertimbangan etis yang menguji hubungan
pada variabel gender pada penelitian ini antara penalaran etis dan perilaku etis dalam
menunjukan ada perbedaan mean yang tidak konteks akuntansi dan audit (Chiu, 2003; Gul
sama dengan penelitian sebelumnya. Selanjutnya dkk., 2003; Ponemon dan Gabhart, 1990). Near
disajikan hubungan pengaruh kecenderungan dan Micheli (2005) mengisyaratkan faktor utama
whistle-blowing dengan retaliasi, penalaran yang mempengaruhi keputusan individu pada
moral, dan gender. whistleblowing adalah perilaku moral
Tabel 4.2 menunjukan hasil analisis mereka.Dozier dan Miceli (1986) menyatakan
untuk melakukan pengujian pengaruh antar kemampuan individu untuk menyelesaikan atau
variabel penalaran moral, retaliasi, dan gender. menginterpretasi dilema etis dipengaruhi oleh
Hasil pengujian menunjukan bahwa level penalaran moral mereka. Chang dan Leung
penalaran moral berpengaruh terhadap (2006), Uddin dan Gillett (2002) mengindika-
kecenderungan seseorang melakukan sikan level penalaran moral atau pertimbangan

119
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

etis individu berpengaruh terhadap perilaku etis (Liyanarachchi dan Newdick, 2009). Dalam
mereka. Sedangkan penelitian pada hubungan penelitian ini terindikasi bahwa individu dengan
antara whistleblowing dan penalaran moral penalaran moral yang tinggi memilki
auditor menunjukan individu dengan level cenderungan melakukan whistle-blowing
penalaran mora yang tinggi lebih cenderung dibandingkan dengan individu dengan level
untuk melakukan whistle-blowing penalaran moral rendah (H1 terdukung).

Tabel 4.2
Dampak Penalaran Moral, Retaliasi,
dan Gender terhadap Kencenderungan Whistleblowing
Variabel Df Mean Square F Sig
Gender 1 0,200 0,071 0,791
Moral 4 17,237 44,237 0,000
Retaliasi 4 16,211 29,246 0,000

Tabel 4.2 pada variabel retaliasi dibandingkan pada kondisi adanya aturan dan
menunjukan bahwa individu dengan tingkat sistem perlindungan whistle-blower (H2
retaliasi rendah lebih cenderung melakukan terdukung).
wistleblowing dengan level signifikasi >0,01 Tabel 4.2 pada variabel gender
pada nilai F 29.24. Salah satu faktor penting menunjukan gender tidak berpengaruh terhadap
dalam pengambilan keputusan individu kecenderu-ngan seseorang melakukan whistle-
melakukan whistle-blowing adalah kekhawatiran blowing dengan level signifikasi 0,01dengan
terhadap retaliasi (Near dan Miceli, 1996). nilai F 0.07. Gender pada level moral tinggi dan
Individu yang mengungkapkan permasalahan rendah dan retaliasi pada level kuat atau lemah
dalam organisasinya akan diperhadapkan pada menunjukan tidak ada pengaruh. Hasil ini
retaliasi (Fouts, 2000). Alasan utama individu berbeda dengan penelitian sebelumnya yang
untuk kegagalan mereka melaporkan tindakan mengisyaratkan wanita lebih beretika daripada
salah adalah perasaan kesia-siaan dan pria (Sikula and Costa, 1994). Wanita muncul
kekhawatiran retaliasi (Rebecca Walker, 2008). sebagai kunci utama dalam membawa keterbu-
Retaliasi mempunyai dampak negatif pada kaan masalah dalam institusi Amerika.Cynthia
kecenderungan seseorang mengungkapkan Cooper (WorldCom), Coleen Rowley (FBI), dan
tindakan salah organisasi (Arnold and Ponemon Sherron Watkins (PostEnron). Kekuatan dan
1991; Near and Miceli 1986).Sedangkan tanggungjawab, yang menyebabkan wanita-
kekhawatiran terhadap retaliasi meyebabkan wanita ini mengungkapkan tindakan salah,
mereka cenderung untuk tidak melakukan ketika yang lainnya tidak melakukanny (Lacayo
whistleblowing (Duval et al., 2001).Pada saat and Ripley, 2002). Penelitian Miceli and Near
ancaman terhadap retaliasi rendah (1992) mengindikasikan atribut intra personal
kecenderungan melakukan whistle-blowing termasuk kemanjuran diri dan gender ber-
menjadi tinggi (Masser and Brown, 1996). pengaruh terhadap keputusan melakukan
Dalam penelitian ini individu dengan whistleblowing. Wise (1995) menemukan bauran
tingkat kekhawatiran retaliasi yang tinggi cen- hasil antara gender dan faktor demografi yang
derung untuk tidak melakukan whistleblowing lainnya dalam mempengaruhi kecenderungan
karena ketakutan terhadap akibat dari tindakan melaku-kan whistle-blowing. Miceli, dkk. (1991)
tersebut, walaupun tindakan tersebut sesuai mengisyaratkan kencenderungan yang lebih
dengan nilai etis individu yang bersangkutan. tinggi dari pria untuk melakukan whistle
Selain itu, ketiadaan aturan dan sistem yang blowing.Sims and Keenan (1998) mendukung
melindungi whistle-blower menyebabkan hasil penelitian Miceli, dkk. (1991). Analisis
persepsi retaliasi menjadi lebih tinggi meta pengembangan moral mengindikasikan

120
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

wanita tidak secara signifikan berbeda dengan kecenderungan whistle-blowing, sedangkan


pria dalam level pengambilan keputusan moral variabel gender tidak berpengaruh terhadap
(Walker, 1984). Sedangkan hasil penelitian kecenderungan whistle-blowing. Dua variabel
Lacayo and Ripley (2003), Street (1995) yang digunakan dalam penelitian ini dapat
menunjukan pria lebih cenderung melakukan dipertimbangkan oleh organisasi dalam hal
whistleblowing daripada wanita. Selanjutnya pembuatan kebijakan-kebijakan untuk memini-
studi pada hubungan antara gender dan malisir kemungkinan tindakan kecurangan
penalaran moral mengindikasikan, pria akuntansi oleh karyawan. Penempatan karyawan
mencapai level penalaran moral lebih tinggi pada bidang akuntansi dapat mempertimbang-
daripada wanita (Bussey and Maughan, 1982). kan moral individu dan untuk meningkatkan
Sedangkan pada penelitian untuk menguji efek kecenderungan individu untuk melaporkan
interaksi gender terhadap kecenderungan tindakan salah, yaitu dengan pembuatan
whistleblowing hasilnya adalah signifikan kebijakan yang melindungi seorang atau
(Liyanarachchi dan Newdick, 2009, p 46). Hasil sekelompok orang yang melakukan tindakan
penelitian ini didukung oleh Walker (2004), pelaporan.
Weber dan Wasieleski (2001) yang menunjukan Saran untuk penelitian selanjutnya
tidak ada perbedan gender dalam level penalaran adalah berdasarkan keterbatasan dalam
moral (H3 tidak terdukung). penelitian ini. Penelitian selanjutnya dapat
menggunakan variabel-variabel lain, misalnya
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN status manajerial (Keenan, 2002), locus of
KETERBATASAN PENELITIAN control (Chiu, 2003; Near dan Miceli, 1985),
personal cost (Jos dkk., 1989), komitmen
1. Kesimpulan organisasional (Somers dan Casal, 1994),
keseriusan pelanggaran (Kaplan dan Schultz,
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat 2007), status pelanggar (Near dan Miceli, 199),
disimpulkan bahwa level penalaran moral demografis (Schultz dkk., 1993; Keenan, 2007).
berpengaruh terhadap kecen-derungan individu Penelitian selanjutnya juga bisa mempertim-
melakukan whistle-blowing. Individu dengan bangkan penggunaan alat analisis untuk melihat
level penalaran moral lebih tinggi lebih hubungan pengaruh menggunakan regresi,
cenderung melakukan whistleblowing disban- ataupun pengembangan model teori baru
dingkan dengan individu dengan level penalaran menggunakan SEM atau PLS. Penelitian
moral rendah. Tingkat retaliasi berpengaruh selanjuntya juga mempertimbangkan menggu-
terhadap kencenderungan individu melakukan nakan instrumen yang tepat sesuai alat analisis
whistleblowing. Individu dengan tingkat retaliasi dengan subjek atau sampel yang sesuai.
lemah lebih cenderung melakukan whistle-
blowing dibandingkan dengan individu dengan
tingkat retaliasi tinggi. Gender tidak
berpengaruh terhadap kecenderung-an individu DAFTAR PUSTAKA
melakukan whistle-blowing.
Arnold, D. F. and L. A. Ponemon: 1991,
2. Implikasi Internal Auditors Perceptions of
Whistleblowing and the Influence of
Secara teoretis penelitian ini dapat Moral Reasoning: An Experiment,
mengisi gap pada penelitian-penelitian Auditing: A Journal of Practice and
sebelumnya pada hubungan antara Theory 10, 115.
kecenderungan seseorang mengungkap-kan
tindakan salah dalam organisasi dengan Betz, N. and G. Hackett: 1986, 'Applications of
variabel-variabel yang mempengaruhinya. Self Efficacy Theory to Understanding
Dalam penelitian ini variabel penalaran moral Career Choice Behavior', Journal of
dan retaliasi berpengaruh terhadap

121
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Social and Clinical Psychology 4, 279 Courtemanche, G.: 1988, 'The Ethics of Whistle
289. Blowing, The Internal Auditor, 45(1), 36-
42. England, P.: 1979.
Bok, S.: 1980, Whistleblowing and Professional
Responsibilities, in D. Callahan and S. Dozier, J. B. and M. P. Miceli: 1985, Potential
Bok (eds.), Ethics Teaching in Higher Predictors of Whistle Blowing: A
Education (Plenum Press, New York). Prosocial Behaviour Perspective,
Academy of Management Review 10,
Brabeck, M. M.: 1984, Ethical Characteristics 823836. Doi:10.2307/258050.
of Whistle-Blowers, Journal of Research
in Personality 18, 4153. DuVal, G., L. Sartorius, B. Clarridge, G. Gensler
doi:10.1016/0092-6566(84)90037-0 and M. Danis: 2001, What Triggers
Requests for Ethics Consults?, Journal of
Brent R. MacNab and Reginald, Self-Efficacy Medical Ethics 27(Supplement 1), 2429.
as an Intrapersonal Predictor for Internal
Whistleblowing: A US and Canada, Fishbein, M. and I. Ajzen: 1975, Belief,
Journal of Business Ethics, Vol. 79, No. 4 Attitude, Intensions and Behavior: An
(Jun., 2008), pp. 407-421 Introduction to Theory and Research,
(Addison-Wesley, Boston, MA).
Bussey, K. and B. Maughan: 1982, Gender
Differences in Moral Reasoning, Journal Fouts, S.F.: 2000, Two Nurses and a Doctor:
of Personality and Social Psychology Health Care Workers Allege Retaliation
42(4), 701706. for Blowing the Whistle on
Understaffing, Journal of Emergency
Cavanagh, S. and D. Fritzsche: 1985, Using Nursing 26(6), 598600.
Vignettes in Business Ethics Research, in
L. Preston (ed.), Research in Corporate Gul, F.A., Ng, A.Y. and Tong, M.W. (2003),
Social Performance and Policy (JAI, Chinese Auditors Ethical Behavior in an
Greenwich, CT), pp. 279293. Audit Conflict Situation, Journal of
Business Ethics, Vol. 42 No. 4, pp. 379-
Chan, S. Y. and P. Leung: 2006, The Effects of 92.
Accounting Students Ethical Reasoning
and Personal Factors on Their Ethical King, G: 2000, 'The Implications of Differences
Sensitivity, Managerial Auditing Journal in Cultural Attitudes and Styles of
21, 436457. Communication on Peer Reporting
doi:10.1108/02686900610661432. Behavior', Cross-Cultural Management
7(2), 11-17.
Chiu, R.K. (2003), Ethical Judgment
AndWhistleblowing Intention: Examining King, A.: 2007, Protected Disclosures
The Moderating Role of Locus of Amendment Bill First Reading,
Control, Journal of Business Ethics, Vol. Parliament of New Zealand, Hansard 642,
43 No. 1/2, pp. 65-74. 12551, Protected Disclosures Act: 2000,
Available Online:
Chung, J. and V. U. Trivedy: 2003, The Effect http://www.legislation.govt.nz/act/public/
of Friendly Persuasion and Gender on Tax 2000/0007/latest/DLM53466.html.
Compliance Behavior, Journal of Accessed 6 November 2008.
Business Ethics 47: 133-145.
Keenan, J.P. and McLain, D.L. (1992),
Whistleblowing: a conceptualization and
model, Academyof Management Best

122
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Papers Proceedings, August 10-12, pp. Controlled Field Experiment, Journal of


348-52. Applied Social Psychology 21(4), 271
295. doi:10.1111/j.1559-
Keenan, J. and C. Krueger: 1992, 1816.1991.tb00521.x.
'Whistleblowing and the Professional',
Management Accounting 74(2), 21-25. Near, J. P. and M. P. Miceli: 1992, Blowing the
Whistle (Lex ington Books, New York,
Lacayo, R. and A. Ripley: 2002, The NY).
Whistleblowers, Persons of the Year,
Time Magazine 160(27), 30-60. Near, J. P. and M. P. Miceli: 1995, Effective
Whistle-Blowing, Academy of
Liyanarachchi, G. and C. Newdick: 2009, The Management Review 20(3), 679708.
Impact of Moral Reasoning and doi:10.2307/258791.
Reataliation on Whistle Blowing: New
Zealand Evindence, Journal of Business Near, J. P. and M. P. Miceli: 1996, Whistle-
Ethics 89:37-57. doi: 10.1007/s10551- Blowing: Myth and Reality, Journal of
008-9983-x Management 22(3), 507 526.
doi:10.1177/014920639602200306
Lovell, A. (1997), Some thoughts on
Kohlbergs Hierarchy of Moral Reasoning Near, J. P. and M. P. Miceli: 2005, Standing Up
and its Relevancefor Accounting Theories or Standing By: What Predicts Blowing
of Control, Accounting Education, Vol. 6 the Whistle on Organizational Tindakan
No. 2, pp. 147-62. salah?, Research in Personnel and Human
Resource Management 24, University of
Korabik, K.: 1999, Sex and Gender in the New Illinois, USA.
Millennium, in G. N. Powell (ed.),
Handbook of Gender & Work (Sage Ponemon, L.A. and Gabhart, D.R.L. (1990),
Publications Inc., Thousand Oaks, CA). Auditor Independence Judgments: a
Cognitive Development Model and
Masser, B. and R. Brown: 1996, When Would Experimental Evidence, Contemporary
you do it? anInvestigation into the Effects Accounting Research, Vol. 7 No. 1, pp.
of Retaliation, Seriousness of Malpractice, 227-51.
and Occupation on Willingness to Blow
the Whistle, Journal of Community & ________ Profesional Standards and
Applied Social Psychology 6, 127130. Responsibilities committee: 1985

Near, J. P. and M. P. Miceli: 1986, Retaliation Radtke, R. R.: 2000, The Effects of Gender and
Against Setting on Accountants Ethically Sensitive
WhistleBlowers:PredictorsEffects,The Decisions, Journal of Business Ethics 24,
Journal of Applied Psychology 71, 137 299312.
145. doi:10.1037/0021-9010.71.1.137.
Rest, J.R.: 1979, Development in Judging
Massey, D. W.: 2002, The Importance of Moral Issue, University of Minnesota
Context in Investigating Auditors Moral Press, Minneapolis, MN.
Abilities, in B. M. Schwartz (ed.),
Research on Accounting Ethics, Vol. 8 Rest, J.R.:1986, Moral Development, Advances
(JAI, Greenwich, CT), pp. 195247. in Research and Theory, Praeger, New
York, NY.
Miceli, M. P., J. B. Dozier and J. P. Near: 1991,
Blowing the Whistle on Data-Fudging: A

123
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Rocha, E. and B. H. Kleiner: 2005, To Blow or


Not to Blow the Whistle? That is the Thorne, L.: 2000, The Development of Two
Question, Management Research News Measures to Assess Accountants
28(11/12), 8087. Prescriptive and Deliberative Moral
Doi:10.1108/01409170510785264. Reasoning, Behavioral Research in
Accounting 12(1), 139169.
Sarbanex Oxley Act: 2002, public Law 107-204,
107th Congress, 2nd Session, July 30 2002 Thorne, L.: 2001, Refocusing Ethics Education
in Accounting: An Examination of
Schmidt, M.: 2005, Whistle Blowing Accounting Students Tendency to Use
Regulation and Accounting Standards Their Cognitive Moral Capability,
Enforcment in Germany and Europe An Journal of Accounting Education 19(2),
Economic Perspective, International 103117.
Review of Law and Economics, 25: 143-
168 Uddin, N. and P. R. Gillett: 2002, The Effects
of Moral Reasoning and Self-Monitoring
Scholtens, M. T.: 2003, Review of the Operation on CFO Intention to Report Fraudulently
of the Protected Disclosures Act 2000: on Financial Statements, Accounting
Report to the Minister of State Services. Organizations and Society 40(1), 4151

Serwinek. P. J.: 1992, Demographic and Walker, L. J.: 1984, Sex Differences in the
Related Differences in Ethical Views Development of Moral Reasoning: A
Among Small Business, Journal of Critical Review, ChildDevelopment 55,
Business Ethics 11: 555-566, Kluwer 677691.
Academic Publisher.
Walker, L. J.: 2004, Progress and Prospects in
Sims, R. L. and J. P. Keenan: 1998, Predictors the Psychology of Moral Development,
of External Whistleblowing, Merrill-Palmer Quarterly 50(4), 546557
Organizational and Intra- 56 Gregory,
Journal of Business Ethics 17, 411421. Walker, R.: 2008, Mitigating the Fear of
Doi:10.1023/a: 1005763807868 Retaliation: Helping Employees Feel
Comfortable Reporting Suspected
Singer, A.: 1996, 'The Whistle Blower: Patriot or Misconduct, Journal of Health Care
Bounty Hunter?', Across the Board Compliance, ABI/INFORM Complete,
29(11), 16-22. pg. 19

Sikula, A., Sr. and A. D. Costa: 1994, Are Weber, J. and D. Wasieleski: 2001,
Women More Ethical than Men?, Journal Investigating Influences on Managers_
of Business Ethics 13, 859871. Moral Reasoning: The Impact of Context
and Personal and Organizational Factors,
Street, M. D.: 1995, Cognitive Moral Business & Society 40(1), 79111.
Development and Organizational
Commitment: Two Potential Predicators Welton, R. E., J. R. Davis and M. LaGrone:
of Whistle-blowing, Journal of Applied 1994, Promoting the Moral Development
Business Research 11(4), 104111. of Accounting Graduate Students: An
Instructional Design and Assessment,
Street, S., E. B. Kimmel and J. D. Kromrey: Accounting Education. International
1995, Revisiting University Student Journal (Toronto, Ont.) 3(1), 3550.
Gender Role Perceptions, Sex Roles,
33(3/4), 183200.

124
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Williams, J. E. and B. Best: 1994, Cross-


cultural Views of Women and Men, in Wise, T.: 1995, An Analysis of Factors
W. J. Lonner and R. Malpass (eds.), Proposed to Affect the Decision to Blow
Psychology and Culture (Allyn and the Whistle on Unethical Acts (Doctoral
Bacon, Needham Heights, MA), pp. 191 Dissertation Louisiana Tech. University,
196. Ruston, LA).

125
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

NIAT MEMBELI DAN ELECTRONIC WORD OF MOUTH DI


SITUS JEJARING SOSIAL: PENGUJIAN TERHADAP
KUALITAS SITUS WEB, KEAMANAN BERTRANSAKSI,
REPUTASI PERSEPSIAN, NORMA SUBYEKTIF DAN
KEPERCAYAAN
Camelia L.Numberi
Staf Dosen Fakultas Ekonomi Unipa
Email: camellia.numberi@gmail.com

ABSTRACT

This research is supported by the emergence of the phenomenon of online communities that
become a popular online place for users to search for and gather information about online shopping
experiences through online shop or social networking site that aimed to reduce the risk of their
transaction. The purpose of this research is to show empirical evidence about the influence of the
quality of website, transaction safety, and subjective norm toward purchase intention and electronic
word of mouth behavior with mediated of trust and perceived reputation in social networking site.
From online survey that conducted we obtain 430 respondents of Facebook users account in
Indonesia, and then processed using structural equation modeling (SEM) with the help of the
application of Amos 22. Statistical analysis showed that 11 hypothesis that proposed existed four
hypothesis unsupported, that is influence of the system quality to perceived reputation, the information
quality to trust, the system quality to trust and the perceived reputation to shopping intention. In
generally, this research is predicted online consumers behavior in the social networking site with
regard to their activities to shopping online, especially about shopping intention and electronic word-
of-mouth.

Keywords: Social Commerce (S-commerce), Theory of Reasoned Action (TRA), Information Quality,
System Quality, Transaction Safety, Perceived Reputation, Trust, Subjective Norms, Shopping
Intention, electronic Word-of-Mouth (eWOM), Structural Equation Modeling (SEM).

PENDAHULUAN

Meningkatnya pengguna internet di satu bagian yang penting dari internet yang
dunia memudahkan para pebisnis untuk mendapatkan perhatian dari konsumen dan
memasarkan dan mengembangkan lahan bisnis- penjual.
nya (Al-Kasasbeh et al., 2011; Zarrella, 2010 Web telah mendukung aktivitas
dalam Supradono dan Harun, 2011). Pengguna transaksi bisnis online atau yang lebih dikenal
internet merupakan konsumen pontensial untuk dengan istilah electronic commerce (e-
bisnis online. Hal tersebut terjadi karena commerce). E-commerce merupakan pengguna-
teknologi informasi mengubah cara orang untuk an Teknologi Informasi (TI) untuk melakukan
bekerja dan mengubah cara berkompetisi kegiatan bisnis antara dua atau lebih
dalam bisnis (Martin, 2005). Konsumen yang organisasi, atau antara sebuah organisasi
bertransaksi secara online mengandalkan dengan satu atau lebih pelanggan akhir (end-
informasi yang didapat dari website yang constomer), melalui satu atau lebih jaringan
menjual produk dan jasa tersebut (Zhang et komputer (Martin et al., 1999 dalam Hartono,
al., 2009). Oleh karena itu, web menjadi salah 2005). Seiring dengan hal tersebut dapat

127
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

meningkatkan popularitas situs jejaring sosial akan mempunyai pengaruh pada pemakainya
dan telah membuka peluang baru model bisnis dan pada sistemnya (Hartono, 2007b) serta
dari electronic commerce (e-commerce) yang memahami perilaku konsumen karena semakin
disebut sebagai social commerce. baik memahami faktor yang mendasari
S-commerce merupakan bagian dari e- perilaku konsumen, semakin memungkinkan
commerce. Marsden (2010) s-commerce untuk mengembangkan strategi pemasaran agar
mendefinisikan bahwa s-commerce merupakan kebutuhan konsumen terpenuhi (Assael,
bagian dari e-commerce yang menggabungkan 1998).
media sosial dengan elektonik commerce (e- Dalam kolom www.kompas.com yang
commerce) untuk memfasilitasi pembelian dan mengambil judul tentang kasus Penipuan
penjualan dari barang dan jasa dengan Dominasi Kejahatan Cyber dimana Indonesia
menggunakan berbagai teknologi internet. didominasi oleh kasus penipuan baik penipuan
Sedangkan bagi Stephen dan Toubia (2010) lewat internet maupun telpon yang ditulis
menyebutkan bahwa s-commerce adalah bagian Norma Gesita, Dari hasil perlaporan yang
dari e-commerce dan sebuah grup dan diungkapkan oleh Kepala Subdirektorat IV
hubungan berbasis pasar terbuka online. Kini Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Metro Jaya
media sosial dapat menjadi salah satu strategi Ajun Komisaris Audie Latuheru mengatakan,
pemasaran yang lebih baik karena dapat jumlah laporan penipuan itu mencapai 40
memberikan manfaat berupa dukungan persen dari seluruh kasus cyber crime.
interaksi sosial dan sumbangan pengguna untuk "Dilanjutkan dengan kasus pencemaran nama
membantu dalam jual beli online produk dan baik sekitar 30 persen dan sisanya adalah
jasa. kejahatan pencurian data (hacking) dan
Dengan bertransaksi di jejaring sosial, kejahatan cyber lainnya. Namun menurut
konsumen dapat pula berkonsultasi dengan Audie kasus pencemaran nama baik banyak
komunitas sosial mereka untuk mencari nasihat terjadi karena maraknya penggunaan situs
serta masukan-masukan berupa informasi yang jejaring sosial. Namun, jumlahnya belum bisa
membantu mereka dalam membuat keputusan menyaingi kasus penipuan yang marak terjadi.
membeli. Komunitas-komunitas online sudah Menurut Pavlou (2003) adanya jarak
menjadi tempat yang populer untuk pengguna jauh yang memisahkan konsumen, dan situs
online mencari dan mengumpulkan informasi belanja dan infrastruktur internet, menghasilkan
mengenai pengalaman berbelanja, penilaian- ketidakpastian dalam bertransaksi dengan
penilaian, dan pendapat-pendapat konsumen- electronic vendor (e-vendor) sehingga
konsumen lain (Kozinets, 2002; Park dan Lee, pelanggan memiliki risiko kehilangan uang dan
2009). Komunitas online tidak saja privasinya. Ketidakpastian sosial dan risiko
meningkatkan kecepatan di mana informasi dengan e-vendor menjadi lebih meningkat
dikirimkan, tetapi juga menurunkan asimetri karena perilaku e-vendor tidak dapat dimonitor
informasi. Fenomena ini disebut sebagai (Reichheld dan Schefter, 2000 dalam Gefen et
pengaruh electronic word of mouth (e-WOM) al., 2003). Ketika melakukan transaksi-
(Tseng dan Hsu, 2010). Sedangkan menurut transaksi online, konsumen tidak bisa secara
Sun et al., (2006) electronic word of mouth fisik memeriksa kualitas produk sebelum
adalah pengalaman dan pandangan konsumen membuat keputusan membeli atau memonitor
yang disampaikan melalui kata-kata tertulis keselamatan dan keamanan dari informasi
berdasarkan teknologi internet. personalnya atau nomor kartu kreditnya (Lee
Katz, Lazarsfeld, & Roper (1955) dan danTurban, 2001). Hal ini karena media sosial
Bickart (2002) menyatakan bahwa komunikasi sebagai platform yang mampu menfasilitasi
e-WOM mempunyai pengaruh persuasi yang berbagai kegiatan seperti mengintegrasikan
lebih tinggi dan lebih efektif dibanding alat-alat situs web, interaksi sosial, dan pembuatan
pemasaran tradisional. Sebagian besar konten berbasis komunitas yang dapat juga
konsumen memiliki kecenderungan untuk berpengaruh terhadap ketidakamanan infor-
membaca semua informasi yang tersedia dan masi privasi dari konsumen sehingga
lengkap, secara khusus dalam kasus produk- berdampak kepada ketidakpuasan dan
produk inovatif terbaru. Oleh karena itu, kepercayaannya (OReilly, 2005).
perusahan-perusahaan seharusnya memperhati- Konsumen belajar dari pengalaman
kan penggunaan sistem dan informasi yang masa lalunya, dan perilaku di masa akan datang

128
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

diprediksi berdasarkan pada perilaku masa dari tindakan-tindakan yang dilakukan.


lalunya. Ketika pengalaman masa lalunya Menurut Hartono (2007a), niat perilaku
menyenangkan pada suatu merek tertentu, maka (behavioral intention) dan perilaku (behavior)
konsumen mungkin akan lebih menunjukkan adalah dua hal yang berbeda. Niat perilaku
perilaku yang konsisten sepanjang waktu masih berupa niat sedangkan perilaku adalah
terhadap merek tersebut. Perilaku konsisten tindakan nyata yang dilakukan. Niat atau
sepanjang waktu menggambarkan loyalitas intensi merupakan keinginan untuk melakukan
terhadap suatu objek tertentu. Sekitar 74% dari perilaku. Oleh karena itu niat dapat dijelaskan
pengguna-pengguna online di Taiwan dalam bentuk sikap-sikap terhadap perilaku.
menunjukkan bahwa penilaian-penilaian dari Niat-niat dapat berubah menurut waktu,
komunitas-komunitas online atau blog-blog semakin lebar interval waktu, maka akan
memungkinkan untuk mempengaruhi niat semakin memungkinkan terjadinya perubahan-
membeli mereka (MIC, 2008 dalam Tseng perubahan terhadap niat-niat. Niat tidak selalu
&Hsu, 2010). statis atau tetap. Pengukuran dari niat yang
Menurut Bloom (2006) dalam Jayadewi diperoleh sebelum terjadi tidak dapat
(2012) mengatakan bahwa survei di Amerika diharapkan memprediksi perilaku secara akurat.
serikat membuktikan bahwa lebih dari 90% Akurasi dari prediksi biasanya akan menurun
konsumen mempercayai rekomendasi dari dengan jumlah waktu yang terjadi antara
orang yang pernah mengkonsumsi sebuah pengukuran niat tersebut dengan observasi dari
produk, sementara kepercayaan terhadap iklan perilaku.
hanya paling tinggi sekitar 40%. Kini orang- Niat-niat merupakan suatu fungsi dan
orang akan cenderung lebih percaya pada dapat ditentukan oleh dua penentu dasar yaitu
referensi dari teman, keluarga atau rekomendasi hubungan dengan faktor pribadi dan hubungan
dari suatu komunitas di sebuah media sosial. dengan pengaruh sosial. Faktor pribadi disini
Berdasarkan fenomena yang adalah sikap terhadap perilaku (attitude toward
dipaparkan di atas, peneliti termotivasi untuk the behavior) individual. Sedangkan untuk
menemukan fakta tentang kepercayaan penentu kedua adalah pengaruh sosial yang
konsumen online terhadap situs jejaring sosial, merupakan norma subyektif (subjective norm).
dimana dalam penelitian yang dilakukan oleh
Bansal dan Chen (2011) menyimpulkan bahwa Sikap terhadap
konsumen online lebih cenderung Perilaku
mempercayai situs e-commerce di bandingkan (Attitude
towards
s-commerce. Behavior)
Niat Perilaku
Perilaku
KAJI TEORI DAN PENGEMBANGAN (Behavioral
(Behavior)
Intention)
HIPOTESIS
Norma
Subyektif
1. Teori Tindakan Beralasan (theory of (Subjective
reasoned action) Norm)

Teori tindakan beralasan atau theory of


reasoned action (TRA) merupakan teori yang Gamber 1. Model TRA(Sumber: Fishbein,
dikembangkan oleh Icek Ajzen dan Martin M., & Ajzen, I. 1975).
Fishbein (1980). Teori TRA menjelaskan
tentang perilaku (behavior) dilakukan karena 2. Teori Kesuksesan Delone dan McLean
individual mempunyai niat atau keinginan (1992)
untuk melakukannya (behavioral intention).
Sedangkan niat ditentukan oleh sikap terhadap Teori kesuksesan Delone dan Mclean
perilaku dan norma subyektif. Teori tindakan merupakan teori yang mengukur keberhasilan
beralasan atau TRA berasumsi bahwa manusia sistem informasi dengan menghubungkan
biasanya berperilaku dengan cara yang sadar, antara enam variabel keberhasilan sistem
bahwa mereka mempertimbangkan informasi informasi antara lain: Kualitas sistem, kualitas
yang tersedia, dan secara implisit dan eksplisit informasi, penggunaan sistem informasi,
juga mempertimbangkan implikasi-implikasi kepuasan pemakai, dampak individu dan

129
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

dampak organisasi. Model tersebut Safety berpengaruh


memberikan kontribusi penting untuk - Communication terhadap kinerja
- Economic kepercayaan
memahami kesuksesan sistem informasi. Feasibility
- Word of Mouth
referrals
System - Trust
Quality
Use
- Purchase
Individu Intentions
Organizatio
al nal Impact - Word of Mouth
Impact Intentions
Informati User
Sichtmann - Competence Menemukan
on Satisfa (2007) - Credibility bahwa
Quality ction - Trust kepercayaan
- Current purchase dapat
intention berpengaruh
Gamber 2. Model Kesuksesan (Sumber: - Purchase terhadap niat
DeLone dan McLean. 1992) intention for membeli saat
product ini, niat
innovation membeli untuk
- WOM Behavior produk inovasi
3. Penelitian Terdahulu dan dan perilaku
Pengembangan Hipotesis WOM.

Penelitian terdahulu mengenai kualitas situs


web dan kepercayaan serta hubungannya PENGEMBANGAN HIPOTESIS
dengan niat berbelanja memang sudah banyak
dilakukan. Sehingga hubungan antara konstruk 1. Hubungan Kualitas Website dengan
dalam penelitian terdahulu yang dipakai dalam Reputasi Persepsian
pengembangan model penelitian ini dapat
dilihat pada tabel1. Saeed et al. (2003) dalam Liang dan Chen
(2009) telah mengusulkan bahwa kualitas
Tabel 1. Penelitian Terdahulu sistem, kualitas informasi dan kualitas
pelayanan merupakan penggerak penting dari
Penelitian- Hasil
Konstruk persepsi konsumen dan perilaku online.
penelitian Penelitian
Liang dan -perceived Menemukan Sedangkanmenurut Kim et al. (2008) dan
Chen (2009) information quality. pengaruh Zhang, (2009) pembeli online akan bergantung
- perceived system signifikan dari pada informasi yang diberikan oleh situs web
quality. kualitas sistem
- perceived service dan kualitas
karena mereka memiliki sumber informasi yang
quality. pelayanan terbatas tentang produk dan jasa. Gregg dan
- customer terhadap Walczak (2010) menguji pengaruh kualitas
satisfaction. kepercayaan situs web di berbagai jenis produk dan reputasi
- customer trust. pelanggan.
vendor untuk menentukan kualitas situs web
- relationship
length. yang dapat menjelaskan beberapa variasi dalam
- relationship depth. kepercayaan (trust) dan harga premium dilihat
- relationship dalam penelitian online auction. Sedangkan
breadth. Pada online shop seperti yang ada di
Jarvenpaa et - Perceived size Menemukan
al (1999) - Perceived bahwa reputasi
facebook.com para penjual sering mengumpu-
reputation berpengaruh lkan tertimoni-testimoni dari pembeli untuk
- Trust in store terhadap dipublis di wall online shop mereka sehingga
- Attitude internet store dapat meningkatkan reputasi penjual. Oleh
- Risk perception dengan lintas karena itu diajukan hipotesis sebagai berikut.
- Willingness to budaya
purchase H1a: Kualitas informasi berpengaruh positif
Kim dan - Reputation Menemukan terhadap reputasi persepsian.
Park (2013) - Size bahwa H1b: Kualitas sistem berpengaruh positif
- Information karakteristik terhadap reputasi persepsian.
quality dari s-
- Transaction commerce dapat

130
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

2. Hubungan Kualitas Website dengan signifikan terhadap kepercayaan. Oleh karena


Kepercayaan itu diajukan hipotesis sebagai berikut.
H2b: Kualitas sistem berpengaruh positif
Menurut Kim et al. (2008) pembeli online terhadap kepercayaan.
akan bergantung pada informasi yang diberikan
oleh situs web karena mereka memiliki sumber 3. Hubungan Keamanan Bertransaksi
informasi yang terbatas tentang produk dan dengan Kepercayaan
jasa. Sehingga situs web yang dapat Menurut Cheung dan Lee (2006)
memberikan informasi akurat dan tepat waktu keamanan bertransaksi adalah sejauh mana
cenderung lebih dipercayai. Pernyataan ini pun pengguna s-commerce percaya bahwa s-
didukung oleh Fung dan Lee (1999) yang commerce menyediakan tingkat keamanan yang
menyatakan bahwa kualitas informasi memiliki tinggi baik dari segi transaksi dan informasi
pengaruh langsung terhadap kepercayaan terkait transaksi. Namun bagi Cheung & Lee
konsumen pada perusahaan-perusahaan online. (2006) serta Kim et al. (2008) dalam Kim dan
Dukungan dari pernyataan ini juga dari Park (2013) bahwa studi terdahulu telah
penelitian yang dilakukan oleh Kim (2011) meneliti keamanan bertransaksi dan
dalam Kim dan Park (2013) bahwa kualitas menemukan itu sebagai suatu faktor penting
informasi merupakan penentu kepercayaan dari kepercayaan konsumen pada perusahaan-
konsumen terhadap s-commerce. perusahaan e-commerce.
Liang dan Chen (2009) menguji kualitas Pengguna e-commerce umumnya
situs web yang terdiri dari kualitas sistem, cemas tentang tingkat keselamatan selama
kualitas informasi dan kualitas pelayanan proses pembelian (Koufaris dan Hampton-Sosa,
terhadap kepercayaan. Hasilnya menunjukkan 2004). Sedangkan Hoffman, Novak, dan
signifikan bahwa kualitas sistem persepsian dan Peralta (1999) menjelaskan keamanan
kualitas pelayanan persepsian signifikan bertransaksi sebagai faktor utama yang
terhadap kepercayaan, tetapi kualitas informasi membatasi belanja online dan diverifikasikan
tidak signifikan terhadap kepercayaan. bahwa kontrol privasi dan keamanan
Penelitian Fung and Lee (1999) serta Chiu et merupakan faktor penting yang mempengaruhi
al., (2005) menunjukkan adanya hubungan kepercayaan konsumen. Dalam penelitian lain
positif yang signifikan antara kualitas informasi seperti Yoon (2002) telah menentukan bahwa
persepsian terhadap kepercayaan konsumen di keamanan bertransaksi merupakan faktor
perusahaan online. Sedangkan Kim (2011) penting konsumen di konteks e-commerce. Dari
menemukan bahwa kualitas informasi pandangan ini, konsumen akan
merupakan penentu utama kepercayaan mempertimbangkan tingkat keamanan
konsumen dalam s-commerce. Semakin tinggi bertransaksi yang tinggi sebagaimana relevan
kualitas informasi yang dihasilkan suatu sistem dengan tingkat kepercayaan mereka dapat
informasi, diprediksi akan berpengaruh pada mempertimbangkan s-commerce sebagai pasar
kepercayaan terhadap sistem informasi. online pontensial.
Hipotesis yang diajukan sebagai berikut. H3: Keamanan bertransaksi berpengaruh
H2a: Kualitas informasi berpengaruh positif positif terhadap kepercayaan.
terhadap kepercayaan.
4. Hubungan Reputasi Persepsian dengan
Vance et al. (2008) menguji kualitas Kepercayaan
sistem dan kultur berpengaruh terhadap
kepercayaan pelanggan, dan hasilnya adalah Reputasi vendor menurut Pennington et al.
kualitas sistem dengan kultur berpengaruh (2004) dan Chen (2007), merupakan faktor
signifikan terhadap kepercayaan pelanggan. yang mempengaruhi kepercayaan. Pennington
Liang dan Chen (2009) menguji kualitas situs et al. (2004) membuktikannya dengan
web yang terdiri dari kualitas sistem, kualitas melakukan penelitian eksperimental dalam
informasi dan kualitas pelayanan terhadap kasus perusahaan yang telah memiliki reputasi
kepercayaan. Hasilnya menunjukkan signifikan dan yang tidak. Sedangkan Jarvenpaa et al.
bahwa kualitas sistem persepsian dan kualitas (1999) menguji reputasi persepsian suatu situs
pelayanan persepsian signifikan terhadap web yang berpengaruh terhadap kepercayaan
kepercayaan, tetapi kualitas informasi tidak (trust) di e-commerce. Sedangkan menurut

131
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Koufaris dan Hampton-Sosa (2004) Hennig-Thurau.et.al.,(2004) menunjuk-


menyatakan bahwa persepsi konsumen- kan bahwa e-WOM terjadi ketika konsumen
konsumen dari reputasi suatu situs e-commerce potensial, konsumen saat ini, atau konsumen
memainkan peran kunci dalam membangun masa depan membuat komentar positif atau
kepercayaan mereka di situs tersebut. Sehingga negatif secara online mengenai perusahaan atau
reputasi menjadi faktor penting yang produk. Komentar positif dapat terjadi ketika
memberikan kontribusi bagi kepercayaan konsumen memiliki pandangan bahwa
konsumen terhadap organisasi penjualan pedagang online bereputasi baik. Sebaliknya,
(Anderson & Weits, 1989; Donney & Cannon, komentar negatif terjadi ketika konsumen
1997; Ganesan, 1994). Para peneliti juga telah memiliki pandangan bahwa pedangan online
menemukan bahwa reputasi yang negatif akan bereputasi buruk. Oleh karena itu, keinginan
merugikan (Buskens, 2003; Buskens & Weesie, konsumen untuk memberikan komentar positif
2000; Kollock, 1994 dalam Dunn, 2007). atau negatif sangatlah ditentukan oleh reputasi
Reputasi mungkin lebih kritis dalam pedagang online. Komentar-komentar yang
lingkungan online daripada lingkungan diberikan konsumen secara elektronik melalui
tradisional karena dalam lingkungan yang internet (electronic word-of-mouth) akan
kompetitif saat ini, kelangsungan hidup utama menjadi referensi bagi setiap konsumen lain
perusahaan bergantung pada membangun dan yang membutuhkan informasi mengenai
mempertahankan reputasi perusahaan yang baik pedagang online. Menurut penelitian Hess
(Gray dan Balmer, 1998). Sehingga reputasi (2008) menemukan bahwa reputasi perusahaan
baik membantu perusahaan-perusahaan memiliki hubungan positif langsung dengan
membangun hubungan yang kuat dengan niat berbelanja kembali dan word-of-mouth.
pelanggan (Porter, 1985; Yoon et al., 1993; Oleh karena itu, diajukan hipotesis sebagai
Robertson, 1993; dan Andreassen & Lindestad, berikut.
1998). Maka diajukan hipotesis sebagai berikut. H6: Reputasi persepsian berpengaruh positif
H4: Reputasi persepsian berpengaruh positif terhadap e-WOM.
terhadap kepercayaan.
7. Hubungan Kepercayaan dengan Niat
5. Hubungan Reputasi Persepsian dengan Berbelanja
Niat Berbelanja Studi-studi terdahulu telah menyatakan
Reputasi mungkin lebih kritis dalam bahwa jika perusahaan e-commerce bisa
lingkungan online daripada lingkungan meyakinkan konsumen untuk mempercayai
tradisional. Reputasi merupakan anteseden mereka, maka konsumen merespon dengan
yang signifikan dari niat bertransaksi (intention menunjukkan niat membeli yang
to transact) yang menunjukkan bahwa reputasi menguntungkan atau WOM (Jang, 2005). Kim
situs web memainkan peran dalam niat membeli & Park (2013) dalam penelitian mereka
dan niat bertransaksi konsumen (Yoon et al., mengenai pengaruh dari berbagai karakteristik
1993 dan Pavlou, 2003). s-commerce terhadap kepercayaan dan kinerja
Reputasi juga memberikan indikasi apa kepercayaan, dan menemukan pengaruh positif
yang konsumen lakukan yang dapat menjadi yang signifikan dari kepercayaan terhadap niat
prediktor yang kuat dalam perilaku pembelian berbelanja dan WOM.
(Resnick et al., 2000; Li et al., 2006; McDonald Banyak penelitian yang menguji
& Slawson, 2002; Standifird, 2001 dalam Fuller pengaruh dari kepercayaan didasarkan pada
et al., 2007). Sedangkan Hess (2008) TRA telah menemukan kepercaya anmemiliki
menemukan bahwa reputasi perusahaan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
memiliki hubungan positif langsung dengan kepercayaan, khususnya niat membeli dan
niat membeli kembali dan word-of-mouth. Oleh niatWOM (Pavlou &Geven, 2004;Teo&Liu,
karena itu diajukan hipotesis sebagai berikut. 2007). Jang(2005) meneliti pengaruh dari
H5: Reputasi persepsian berpengaruh positif kepercayaan terhadap berbelanja melalui
terhadap niat berbelanja. internet (internet shopping) dan menemukan
hubungan yang signifikan antara kepercayaan
6. Hubungan Reputasi Persepsian dengan dan niat membeli konsumen. Kuan dan
Perilaku e-WOM Bock(2007) mengusulkan berbagai faktor yang
mempengaruhi kinerja kepercayaan online

132
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

dalam konteks e-commerce dan menemukan 9. Hubungan Norma Subyektif dengan


bahwa kepercayaan online memiliki pengaruh Kepercayaan
positif pada niat membeli online. Menurut Picazo-Velaet al. (2010)
Menurut Kim et al. (2007) dan Sam et al. mendefinisikan norma subyektif sebagai sejauh
(2009), serta Delafrooz et al. (2011) mana individual mempersepsikan pemberian
kepercayaan mempunyai dampak yang positif online reviews sebagai norma di antara orang-
terhadap niat digunakannya sistem e-commerce. orang yang penting baginya. Norma-norma
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa subyektif yang berupa penentu kedua dari niat-
kepercayaan (trust) dalam komunitas penjual niat juga diasumsikan sebagai suatu fungsi
secara keseluruhan merupakan faktor penting kepercayaan-kepercayaan (Hartono, 2007a).
dalam apakah pembeli akan Dimana suatu titik referensi untuk
mempertimbangkan untuk membeli produk dari mengarahkan perilaku, individual-individual
penjual tertentu (Pavlou & Geven, 2004). Oleh atau grup-grup tersebut dikenal sebagai
karena itu diajukan hipotesis sebagai berikut. referents.
H7: Kepercayaan berpengaruh positif Secara umum, mengacu pada konsumen-
terhadap niat berbelanja. konsumen individual penting yang menghargai
komentar-komentar sebelumnya mengenai
8. Hubungan Kepercayaan dengan produk-produk group-buying. Komentar-
Perilaku e-WOM komentar ini membentuk suatu tekanan sosial
Penelitian sebelumnya telah meneliti tentang membeli secara online produk-produk
hubungan antara kepercayaan dan niat WOM kelompok-membeli (group-buying). Dengan
lingkungan online maupun lingkungan offline. demikian, studi ini menganggap referensi e-
Sebagai contoh, Kim dan Kim (2010) WOM sebagai jenis norma subyektif.
mengemukakan bahwa kepercayaan merupakan Refensi WOM yang mengarah pada
prasyarat untuk niat WOM offline dan aktifitas online atau referensi e-WOM dimana
menemukan bahwa kepercayaan, terutama konsumen bertukar informasi atau pengalaman
dalam kemampuan dan kesungguhan (sincerity) untuk membantu yang lainnya dalam membuat
dari pemasok, memiliki efek positif pada niat keputusan membeli (Kim dan Prabhakar, 2000;
WOM online. Park, Chaiy, dan Lee, 1998). Bagi beberapa
Kim & Park (2013) berpendapat bahwa studi terdahulu yang pernah dilakukan oleh
pengguna s-commerce secara aktif berinteraksi Davidon (2003); Maxham dan Netemeyer
dengan satu sama lain. Banyak pengguna (2002); Kau dan Loh (2006); Spreng et al.
dipengaruhi oleh pendapat dan pengalaman (1995); Otani et al. (2010) dan Lovelock dan
pengguna lain untuk alasan yang berbeda, Wirtz (2008) bahwa apabila pelanggan merasa
termasuk membeli produk atau jasa, berbagi puas, maka mereka akan cenderung
informasi, dan mengusulkan pendapat. Oleh memberikan referensi yang baik terhadap
karena itu, pembeli dengan tingkat kepercayaan produk kepada orang lain.
yang tinggi pada suatu situs e-commerce/s- Sedangkan Kim dan Prabhakar (2000)
commerce/m-commerce cenderung untuk serta Kim dan Park (2013) menyatakan bahwa
berbagi pengalamannya atau informasi terkait refensi WOM memainkan peran utama dalam
(misalnya, reputasi situs/penjual, tingkat meningkatkan kepercayaan dalam e-commerce
layanan pelanggan, dan tingkat kepercayaan) dan s-commerce. Oleh karena itu diajukan
dengan pembeli yang ada dan pembeli potensial hipotesis sebagai berikut.
melalui online platform (Kim &Kim, H9: Norma subyektif berpengaruh positif
2010).Kim & Park (2013) dalam penelitian terhadap kepercayaan.
mereka mengenai pengaruh dari berbagai
karakteristik s-commerce terhadap kepercayaan 10. Hubungan Norma Subyektif dengan
dan kinerja kepercayaan, menemukan pengaruh Niat Berbelanja
positif yang signifikan dari kepercayaan Fishbein dan Ajzen (1975) berpendapat
terhadap niat e-WOM. Maka hipotesisyang bahwa norma subyektif secara langsung
diajukan sebagai berikut. mempengaruhi niat perilaku. Norma subyektif
H8: Kepercayaan berpengaruh positif dalam penelitian ini ditunjukkan oleh referensi
terhadap perilaku e-WOM. e-WOM yang terdapat di situs web-situs toko
online atau situs web group-buying. Hennig-

133
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Thurau et.al. (2004) menunjukkan bahwa e- berkesimpulan bahwa e-WOM dari grup-grup
WOM terjadi ketika konsumen potensial, referensi terkemuka dengan jelas secara
konsumen saat ini, atau konsumen masa depan signifikan mempengaruhi partisipasi konsumen
membuat komentar positif atau negatif secara dalam online group-buying. Sedangkan dalam
online mengenai perusahaan atau produk. penelitian yang dilakukan oleh Wirtz dan Chew
Riegner(2007) menemukan bahwa (2002) serta Sichtmann (2007) menemukan
dengan pertumbuhan aksesibilitas sarana bahwa niat membeli berpengaruh positif
internet, konsumen semakin terbiasa menerima terhadap perilaku WOM pelanggan. Oleh
informasi dan komentar-komentar digital karena itu diajukan hipotesis sebagai berikut.
mengenai produk dan merek online yang H11: Niat berbelanja berpengaruh positif
selanjutnya mengubah perilaku membeli dari terhadap perilaku e-WOM
konsumen. Ye, Law, dan Gu (2009)
mengeksplorasi hubungan antara review MODEL PENELITIAN
pengguna online dan penjualan kamar hotel,
dan menunjukkan bahwa peningkatan penjualan
Kualitas Niat
kamar hotel seiring dengan jumlah review H1a(+ Reputasi
H5(+ berbelanja
informasi persepsian
)
positif.
Atiglan-Inan dan Karaca (2011) dalam H2a( H6(+
Hartono (2013) mencoba meneliti faktor-faktor +) H4(+ )
) H`11(+)
yang menyebabkan niat konsumen muda untuk H1b(+
H7(+)
membeli lewat internet. Penelitian tersebut Kualitas )
Kepercayaan e-WOM
sistem
melibatkan sebanyak 281 mahasiswa Turkish H8(+)
H2b(+
University berumur sekitar 18-24 tahun. )
Dengan menggunakan teori perilaku rencanaan H9(+) H10(+
H3(+ )
(theory of planned behaviorTPB) untuk )
Keamanan
menjelaskan perilaku konsumen muda, Bertransaksi
Norma
subyektif

penelitian Atiglan-Inan dan Karaca menemukan


hasil bahwa norma-norma subyektif (subjective
norms) merupakan pengaruh terbesar terhadap Gamber 3. Model Penelitian
niat (intention) konsumen muda untuk membeli
lewat internet. Ini berarti bahwa niat membeli
konsumen muda lebih dipengaruhi oleh orang METODA PENELITIAN
lain dibandingkan yang muncul dari dirinya
sendiri. Opini dan keputusan membeli dari 1. Sampel
orang lain akan memengaruhi niat konsumen
muda untuk membeli. Oleh karena itu diajukan Pemilihan sampel dalam penelitian ini
hipotesis sebagai berikut. dilakukan dengan menggunakan metoda
H10: Norma subyektif berpengaruh positif pengambilan sampel bertujuan (Purposive
terhadap niat berbelanja. sampling). Pengambilan sampel bertujuan
adalah pengambilan sampel terbatas pada jenis
11. Hubungan Niat Berbelanja dengan orang tertentu yang dapat memberikan
Perilaku e-WOM informasi yang diinginkan, baik karena mereka
e-WOM sebenarnya adalah suatu adalah satu-satunya yang memilikinya, atau
hubungan berbentuk U, dalam mana pelapor memenuhi beberapa kriteria yang ditentukan
yang terpuaskan akan menyebarkan oleh peneliti (Sekaran, 2006). Dalam
rekomendasi yang positif. Sedangkan pelapor pengambilan sampel dilakukan dengan
yang tidak puas akan menyebarkan mengambil sampel dari populasi berdasarkan
rekomendasi word-of-mouth yang negatif (Tax suatu kriteria tertentu. Kriteria yang dimaksud
dan Chandrashekaran, 1992 dalam Davidow, adalah konsumen yang pernah melakukan
2003). konsumen melalui proses pengambilan transaksi berbelanja online di internet, serta
keputusan pembelian yang diawali dengan beberapa kriteria sampel lain sebagai berikut:
mengenal akan kebutuhan pencarian informasi, - Pernah melakukan transaksi belanja secara
pengevaluasian alternatif, dan terakhir yaitu online (barang atau jasa termasuk tiket
keputusan pembelian. Hsu et al. (2006) online),

134
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

- Transaksi yang dilakukan adalah dengan commerce menyediakan tingkat keamanan


vendor Indonesia, dengan menggunakan yang tinggi baik dari segi transaksi dan
metoda pembayaran apapun (ATM, informasi terkait transaksi (Cheung & Lee,
paypal, credit card, dll.), 2006).
Untuk banyaknya sampel dalam
penelitian ini akan disesuaikan dengan alat e. Norma Subyektif (Subjective norm)
analisis yang digunakan yaitu structural Norma subyektif adalah sejauh mana
equation modeling (SEM). Dalam penggunaan individual mempersepsikan pemberian online
SEM, beberapa peneliti mensyaratkan jumlah reviews sebagai norma di antara orang-orang
data minimal yang harus digunakan adalah yang penting baginya (Picazo-Vela et al.,
sebanyak 200 data (Foster, et al., 2006 dalam 2010). Dalam penelitian ini, referensi e-WOM
Gudono, 2012). (electronicword-of-mouth referrals)
mempengaruhi kepercayaan individu dalam
2. Definisi Operasionalisasi dan grup beli mengenai produk-produk. Komentar-
Pengukuran Variabel komentar ini membentuk suatu tekanan sosial
tentang membeli secara online produk-produk
a. e-WOM(electronic word-of-mouth) dalam grup beli. Dengan kata lain referensi e-
Definisi e-WOM (electronic Word-of- WOM sebagai norma subyektif dalam
Mouth) dalam penelitian ini adalah pengalaman penelitian ini.
dan pandangan konsumen yang disampaikan
melalui kata-kata tertulis berdasarkan tekno- f. Reputasi Persepsian (Perceived
logi internet (Sun et al., 2006). Sedangkan reputation)
untuk WOM sendiri mengisyaratkan upaya Reputasi persepsian di dalam penelitian
potensial untuk bertukar pengalaman langsung ini didefinisikan sebagai keyakinan percaya
dan tidak langsung mengenai produk dan jasa konsumen bahwa perusahaan jujur dan peduli
dalam cara sederhana (Andereson, 1998; tentang pelanggannya (Donney dan Cannon,
Westbrook, 1978). Perilaku WOM ini dapat 1997 dalam Kim dan Park, 2013). Suatu
diperluas dari lingkungan offline ke lingkungan perusahaan dengan reputasi atau citra yang baik
online melalui internet yang disebut e-WOM. akan dapat menikmati tingkat kepercayaan
yang lebih tinggi dari pelanggannya (Donney
b. Kualitas informasi (Information Quality) dan Cannon, 1997 dalam Kim dan Park, 2013).
Kualitas informasi pada penelitian ini
mengacu pada informasi terbaru, akurat dan g. Kepercayaan (trust)
lengkap yang diberikan oleh suatu situs web Ada banyak defenisi tentang
untuk para penggunanya (Kim dan Park, 2013). kepercayaan salah satunya adalah dari Ba dan
Karena konsumen cenderung mempercayai Pavlou (2002) yang menyatakan bahwa
situs web yang memberikan informasi yang kepercayaan adalah penilaian hubungan
akurat dan tepat waktu. seseorang dengan orang lain yang akan
melakukan transaksi tertentu menurut harapan
c. Kualitas sistem (System Quality) kepercayaan orang dalam suatu lingkungan
Kualitas sistem pada penelitian ini yang penuh ketidakpastian. Sedangkan
mengacu pada kualitas pemprosesan dari sistem menurut Gefen (2000) kepercayaan adalah
informasi (SI) di situs jejaring sosial. Variabil kemauan untuk membuat dirinya peka pada
ini diukur dalam hal kemudahan penggunaan tindakan yang diambil oleh orang yang
(ease of use), fungsionalitas (functionality), dipercayainya berdasarkan pada rasa
ketersediaan (availability), fleksibilitas kepercayaan dan tanggung jawab.
(flexibility), keandalan (reliability), dan lama
respon (respon time) (DeLone dan McLean, h. Niat berbelanja (Purchase Intention)
2003; Shih, 2004). Niat berbelanja pada penelitian ini
didefinisikan sebagai keadaaan mental yang
d. Keamanan Bertransaksi (Transaction mencerminkan keputusan konsumen untuk
Safety) memperoleh suatu produk atau jasa dalam
Keamanan bertransaksi adalah sejauh waktu dekat (Howard, dalam Alcaniz et al.,
mana pengguna s-commerce percaya bahwa s- 2008).

135
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

ANALISIS DATA Tabel 2. Nilai Average VarianceExtracted


(AVE) Konstruk Penelitian
1. Gambaran Umum Responden
Konstruk AVE
Untuk gambaran umum secara Kualitas Informasi 0,5
keseluruhan jumlah responden yang digunakan Kualitas Sistem 0,6
dalam penelitian adalah 441 orang. Berdasarkan Keamanan Bertransaksi 0,7
jenis kelamin memiliki proporsi pembagian Reputasi Persepsian 0,5
yaitu sebanyak 51,47% atau 227 orang Kepercayaan 0,7
responden adalah wanita sedangkan untuk Norma Subyektif 0,7
responden pria dalam penelitian ini berjumlah Niat Berbelanja 0,7
214 orang responden atau sekitar 48,53%.
eWOM 0,7
Dengan usia responden berkisar antara 2635
tahun yang mendominasi karakteristik usia Sumber: Hasil Pengolahan Data
responden pada penelitian ini yaitu sejumlah
201 orang atau sekitar 45,58% hampir setengah Untuk uji reliabilitas dilakukan untuk
dari responden sedangkan untuk urutan kedua mengukur konsistensi internal pengukurannya
terbanyak adalah usia 1925 tahun dengan sejauh mana item-item instrument homogeny
jumlah 126 orang responden atau sebanyak dan merefleksikan konstruk yang diukur
28,57%. Responden yang berusia lebih kecil (Cooper & Sclinder, 2008). Metode yang
adalah kurang dari 18 tahun atau sampai dipakai adalah Cronbachs Alpha karena
dengan 18 tahun hanya sebesar 6,12% atau 27 merupakan salah satu koefisien reliabilitas yang
orang. Sedangkan untuk berusia lebih tua atau paling mudah dan sering digunakan.
diatas 56 tahun hanya sebanyak 0,45% atau 2 Reliabilitas suatu konstruk variabel
orang responden. dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbachs
Pendidikan terakhir yang ditempuh Alpha > 0,70, meskipun nilai 0,6 masih dapat di
oleh responden penelitian, diketahui mayoritas terima (Hair dkk., 2010). Semakin tinggi nilai
responden adalah berpendidikan sarjana (S1) cronbachs alpha berarti semakin tinggi
dengan jumlah 166 orang responden atau tingkat reliabilitas alat ukur yang digunakan.
sebanyak 37,64%. Untuk urutan kedua
terbanyak adalah yang memiliki pendidikan Tabel 3.Hasil Uji Reliabilitas
terakhir pasca sarjana (S2) adalah sebesar Cronbac N of
35,60% atau dengan jumlah 157 orang Konstruk hs Item Ket
responden. Sedangkan untuk pendidikan yang Alpha s
lebih rendah atau dimulai dari pendidikan Kualitas
dasar sampai menengah atas, jumlah informasi 0,799 5 Reliabel
respondennya adalah 16,33% atau 72 orang Kualitas
responden. Minoritas responden berdasarkan sistem 0,852 4 Reliabel
pendidikan terakhir adalah yang menempuh Keamanan
pendidikan S3 dengan jumlah 1,81% atau 8 bertransaksi 0,912 4 Reliabel
orang responden. Reputasi
persepsian 0,818 4 Reliabel
2. Hasil Uji Kepercayaan 0,935 7 Reliabel
Norma
Metode yang digunakan dalam pengujian subyektif 0,886 4 Reliabel
validitas adalah nilai average variance
Niat
extracted (AVE) yang dihitung dari jumlah
berbelanja 0,895 4 Reliabel
kuadrat standardized regression weights di bagi
Perilaku e-
jumlah aitem pengukuran (Hair dkk., 2010).
WOM 0,914 4 Reliabel
Nilai AVE yang lebih tinggi dari 0,5
Sumber: Hasil Pengolahan Data
menunjukkan konvergensi yang cukup. Berikut
pada Tabel 2. merupakan hasil dari nilai AVE
dari setiap konstruk dalam penelitian ini.

136
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

ANALISIS HASIL Berdasarkan pada Tabel 4. hasil


goodness of fit test menunjukkan bahwa nilai
1. Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit chi-square sebesar 2096. 157 dan probabilitas
Test) dari model lebih kecil dari batasan nilai yang
Untuk menguji kesesuaian dari model, ditentukan. Hal tersebut dapat dikarenakan
model mengalami perbaikan dengan faktor jumlah sampel yang digunakan besar.
menghubungkan error tiap konstruk. Hal ini Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa
sesuai dengan pernyataan yang dianjurkan oleh model dalam penelitian masih dapat diterima
Ghozali (2001) bahwa untuk melakukan karena hasil perhitungan tidak terlalu jauh dari
perbaikan dengan cara menghubungkan error nilai cut-off. Dimana CMIN/DF, TLI, CFI,
pada masing-masing konstruk. Hasil uji dan RMSEA, memiliki nilai dengan kategori
kesesuaian terhadap model dalam penelitian ini cukup fit dan mendekati marginal cut off
dapat dilihat pada tabel di bawah ini standards. Sedangkan GFI, AGFI, termasuk
kategori Kurang fit.
Tabel 4. Hasil Goodness of Fit Test Pengujian model yang dilakukan
menghasilkan konfirmasi yang baik atas
Model
dimensi-dimensi faktor dan hubungan
Goodness Cut-off Hasil
of Fit Standards
Ket kausalitas antar faktor.Karena itu, model
Perhitu-
penelitian ini masuk dalam kategori fit dan
ngan
dapatditerima.
Chi-Square Diharap-
2096.157 Kurang fit
(X2) kan Kecil
P 0,05 .000 Kurang fit 2. Uji Kausalitas
CMIN/DF 2,00 3,639 marginal Uji kausalitas merupakan pengujian
RMSEA 0,08 .078 Cukup fit terhadap hipotesis yang dikembangkan dalam
GFI 0,90 .798 kurang fit model penelitian. Hasil pengujian kausalitas
AGFI 0,90 .766 Kurang fit dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
TLI 0,95 .880 marginal
CFI 0,95 .890 marginal
Sumber : Hasil analisis SEM.

Tabel 5.Hasil Uji Kausalitas

H Hubungan Kausalitas Prediksi Estimate S.E C.R P Kesimpulan


Kualitas Informasi
H1a 1.021 .255 4.003 *** Terdukung
Reputasi Persepsian. +
Kualitas Sistem Tidak
H1b -.004 .217 -.017 .987
Reputasi Persepsian. + Terdukung
Kualitas Informasi Tidak
H2a -.159 .244 -.650 .515
Kepercayaan. + Terdukung
Kualitas Sistem Tidak
H2b -.011 .128 -.087 .930
Kepercayaan. + Terdukung
Keamanan Bertransaksi
H3 .173 .033 5.189 *** Terdukung
Kepercayaan +
Reputasi Persepsian
H4 1.019 .147 6.912 *** Terdukung
Kepercayaan. +
Reputasi Persepsian Tidak
H5 .032 .254 .128 .898
Niat berbelanja. + Terdukung
Reputasi Persepsian -
H6 1.535 .292 *** Terdukung
Perilaku e-WOM + 5.251
Kepercayaan
H7 .879 .245 3.582 *** Terdukung
Niat berbelanja +
H8 Kepercayaan 1.563 .370 4.226 *** Terdukung

137
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Perilaku e-WOM +
Norma Subyektif
H9 .150 .021 7.321 *** Terdukung
Kepercayaan +
Norma Subyektif
H10 .163 .047 3.501 *** Terdukung
Niat berbelanja +
Niat berbelanja
H11 .652 .169 3.855 *** Terdukung
Perilaku e-WOM +
Keterangan : *** = signifikan pada 1%; ** = signifikan pada 5%

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN vendor sehingga kepercayaan konsumen lebih


SARAN dipengaruhi oleh keamanan bertansaksi.
Niat berbelanja dijejaring sosial
1. Kesimpulan ditentukan oleh kepercayaan konsumen
terhadap vendor, atas kenyaman yang didapat
Reputasi persepsian dipengaruhi oleh pada saat bertansaksi ini juga dipengaruhi oleh
kualitas informasi yang dibuat oleh vendor, norma subyektif dalam bentuk referensi eWOM
karena konsumen lebih melihat informasi yang yang didapat baik dari kolega, teman atau
disampaikan oleh vendor untuk mengetahui keluarga. Umumnya referensi yang didapat dari
jenis produk, kualitas produk akan dibelinya anggota keluarga umumnya lebih
serta cara bertransaksi karena di jejaring sosial, mempengaruhi kepercayaan seseorang
komunitas-komunitas online sudah menjadi ketimbang informasi lain yang didapat dari
tempat yang popular untuk pengguna online pihak penjual dalam berbentuk iklan, reklamen
mencari dan mengumpulkan informasi dan sebagainya.
mengenai pengalaman-pengalaman berbelanja Perilaku eWOM di Jejaring sosial
serta kualitas dari suatu produk yang dapat dipengaruhi oleh reputasi persepsian, niat
mengurangi resiko dari konsumen. Sedangkan berbelanja dan kepercayaan karena reputasi
kualitas sistem di jejaring sosial seperti yang baik serta kepercayaan dan niat berbelanja
facebook tidak berpengaruh terhadap reputasi dapat menyebabkan perilaku eWOM di
karena adanya ekspertasi yang tidak terpenuhi Jejaring sosial. Sebab reputasi yang baik akan
dari konsumen sehingga setiap konsumen menghasilkan eWOM positif, sedangkan
memiliki lebih dari akun jejaringfacebook. kepercayaan dapat menyebabkan seseorang
Untuk Kepercayaan di Jejaring sosial atau individu untuk bertukar informasi atau
justru lebih dipengaruhi oleh reputasi information share seputar pengalaman mereka.
persepsian, keamanan bertransaksi, serta norma Sedangkan niat berbelanja akan
subyektif karena reputasi yang baik dapat mempengaruhi perilaku eWOM karena
mengurangi resiko dan kecemasan dalam didorong dari keinginan untuk mencari
bertransaksi, sedangkan keamanan bertransaksi informasi yang lebih jelas untuk mengurangi
memberikan kenyamanan dan untuk norma resiko dan kecemasan pembeli.
subyektif dapat mempengaruhi keyakinan
seseorang terutama di jejaring sosial. 2. Keterbatasan Penelitian
kepercayaan yang dipengaruhi oleh reputasi
yang baik dan norma subyektif dapat Penelitian ini memiliki beberapa
mempengaruhi konsumen untuk niat berbelanja keterbatasan yang ditemukan oleh penulis,
serta menyampaikannya ke konsumen lainnya antara lain : (1) Penelitian ini hanya
dalam bentuk informasi positif di jejaring sosial menggunakan SJS Facebook, sehingga adanya
serta dapat mempengaruhi kembali terhadap kemungkinan temuan penelitian ini tidak dapat
reputasi. Sedangkan kualitas informasi dan di generalisasikan untuk SJS lainnya seperti
kualitas sistem tidak akan mempengaruhi lagi twitter, histogram dan lain-lain, (2) Responden
kepercayaan konsumen online yang sudah penelitian hanya terbatas di Indonesia. Hasil
pernah berhasil melakukan transaksi berbelanja penelitian mungkin mencerminkan pengguna
online karana ada pengalaman masalalu yang facebook di Indonesia saja.
membuatnya kepercaya mereka terhadap

138
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

3. Saran
Alcaniz, E.B., C.R. Mafe, J.A. Manzano, dan
Penelitian mengenai perilaku konsumen S.S. Blas, (2008)., Influence of online
terutama niat berbelanja dan perilaku eWOM di information dependency and
jejaring sosial seperti facebook di Indonesia innovativeness on internet shopping
sangatlah penting terutama untuk pertimbangan adoption, Online Information Review,
market yang lebih berkompetitif. Banyak hal Vol. 32, No. 5, pp. 648-667.
bisa saja mempengaruhi dunia bisnis baik
karena kurangnya kenyamana dalam Al-kasasbeh, MM., Dasgupta, S., Al-faouri,
bertransaksi dapat berpengaruh terhadap A.H. (2011). Factors Affecting E-
kepercayaan konsumen yang dapat menurunkan service Satisfaction.Communication of
niat berbelanja yang berdampak dengan the IBIMA.
menurunnya omset penjualan dari suatu toko
online. terutama bagi jenis-jenis toko online Ajzen, I., & Fishbein, M. (1980).
yang termasuk dalam usaha Kecil dan Understanding Attitude and Predicting
menengah (UKM) yang memanfaatkan Social Behavior.NJ, Englewood Cliffs:
facebook sebagai market dalam bisnis mereka. Prentice-Hall, Inc.
Untuk vendor mengupayakan dan
menyediakan sistem yang mampu menjaga Ajzen, I, (1991).The Theory of Planned
keamanan dan kenyamanan bagi konsumen Behavior.Organizational Behavior and
adalah hal yang sangat penting karena Human Decision Processes, Vol.50,
berhubungan dengan kepercayaan mereka serta pp.179-211.
niat berbelanja dari konsumen online dan
perilaku eWOM di situs jejaring sosial. Anderson, E., Weitz, B. (1989). Determinants
Terutama hambatan terbesar yang dirasakan of continuity in conventional industrial
konsumen adalah pada saat melakukan channel dyads. Marketing Science,
pembelian dengan memanfaatkan kartu kredit, Vol.8, No.4, pp. 310-323.
menyebabkan kebocoran informasi privasi
mereka serta kualitas produk tidak sesesuai.
Sehingga kepercayaan konsumen serta Anderson, E and Weitz, B. (1992).The Use of
tanggapantanggapan berupa eWOM negative Pledges to Build and Sustain
yang dapat mempengaruhi reputasi vendor Commitment in Distribution
dalam bisnis dapat dihindari. Hal ini semuanya Channels.Journal of Marketing
menjadi sangat penting dan perlu menjadi Research, No. 29, pp.18-34.
perhatian bagi vendor di Indonesia.
Penelitian ini memberikan sejumlah Anderson, E.W. (1998). Customer satisfaction
implikasi antara praktis dan teori dalam bidang and word of mouth, Journal of
sistem informasi dan marketing, terutama Service Research, Vol. 1, pp. 5-17.
dalam hal memahami perilaku pengguna situs
jejaring sosial. Untuk memperkarya kajian dari Armida, E. E., & Park, Jungkun. (2006). E-
ilmu sistem informasi dan perilakuan konsumen Trust For Mexican Consumers:
terutama konsumen online dalam penggunaan Empirical Investigation for Three
teknologi informsi dari situs jejaring sosial serta Dimensions. Advances in Consumer
faktor-faktor yang berupa variabel laten yang Research Latin American Conference
mempengaruhinya. Proceedings, Vol.1, pp. 49-52, 4p.

APJII (2012).Profil Pengguna Internet


Indonesia. Jakarta: Asosiasi
DAFTAR PUSTAKA Penyelenggara Jasa Internet Indonesia.

Ahituv, Niv. (1980). A Systematic Approach Assael, H. (1998). Consumer Behavior and
Toward Assuring the Value of an Marketing Action 6th edition. New
Information System. MIS Quarterly, York : International Thomson
Vol.4, No. 4, pp. 61-75. Publishing.

139
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Interactive Marketing, Vol. 15, No. 3,


Ba, S., and Pavlou, P. A. (2002). Evidence of pp. 31-40.
the effect of trust building technology
in electronic markets: price premium Bickart, B. (2002). Expanding the scope of
and buyer behavior, MIS Quarterly, word of mouth : Consumer-to-
Vol. 26, No.3, pp. 243-268. consumer information on the internet.
Advances in Consumer Research,
Bagozzi, R. P., & Moore, D. J. (1994). Public Vol.29, No.1, pp.428-430.
service advertisements: Emotions and
empathy guide prosocial behavior. Boyd, d.m, & Ellison, N.B. (2007). Social
Journal of Marketing, Vol. 58, pp. 56- network sites : Definition, history, and
70. scholarship. Journal of Computer-
Mediated Communication, Vol.13,
No.1, article 11.
Bansal, G., and Chen, L. (2011). If they trust
our e-commerce site, will they trust our
Brown, J. J. and Reingen, P. H. (1987).Social
social commerce site too?
Ties and Word-of-Mouth Referral
Differentiating the trust in e-commerce
Behavior.Journal of Consumer
and s-commerce: the moderating role of
Research, Vol. 14, pp. 350-362.
privacy and security concerns,
Association for Information Systems
Casalo, L., Flavian, C., & Guinaliu, M. (2007).
Electronic Library (AISeL), MWAIS
The impact of participation in virtual
proceedings.
brand communities on consumer trust
and loyalty: the case of free software.
Bearden, W.O., Netemeyer, R. G., and Teel, J.
Online Information Review, Vol.31,
E. (1989).Measurement of Consumer
No.6, pp.775-792.
Susceptibility to Interpersonal
Influence.Journal of Consumer
Chang, H.H., and Liu, Y.M. (2009). The impact
Research, Vol. 15, No. 4, pp. 473-481.
of brand equity on brand preference
and purchase intentions in the service
Bei, L. T., Chen, E. Y., & Widdows, R. (2004).
industries. The Service Industries
Consumers online information search
Journal, Vol.29, No.12, pp. 1687-1706.
behavior and the phenomenon of search
and experience products. Journal of
Chatterjee, P. (2001). Online reviews: do
Family and Economic Issues, Vol. 25,
consumers use them?. Advances in
No.4, pp. 449-467.
Consumer Research, Vol. 28, pp.129-
133.
Bennett, R.; and Kottasz, R.
(2000).Practitioners perceptions of Chen, S. J., & Chang, T.Z. (2003), A
corporate reputation: An empirical descriptive model of online shopping
investigation, Corporate process: some empirical results
Communications: An International International Journal of Service
Journal, Vol.5, No. 4, pp. 224-234. Industry Management, Vol.14, No.5,
pp. 556-569.
Bhattacherjee, A. (2000). Acceptance of
Internet Applications Services: The Chen, Wei-An. (2007). The Study of Websites
Case of Electronic Brokerages. IEEE Trust Transference to Users Purchase
Transactions on System, Man and Intention-A Case Study of
Cybernetics-Part A: Systems and Blog. http://ethesys.lib.ccu.edu.tw/ETD
Humans, Vol. 30, pp. 411-420. -db/ETD-search/view_etd?URN=etd-
....
Bickart, B., and Schindler, R. (2001). Internet
forums as influential sources of
consumer information. Journal of

140
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Cheng, Hsiu-Hua., & Huang, Shih-Wei. (2013). Donney, P.M., and Cannon, J.P.(1997), An
Exploring antecedents and consequence Examination of the nature of trust in
of online group-buying intention: An buyer-seller relationships. Journal of
extended perspective on theory of Marketing, Vol. 61, No. 1, pp. 35-51.
planned behavior.International Journal
of Information Management, Vol. 13, Doolin, B., Dillon, S., Thompson, F. and
pp. 185-198. Corner, J. L. (2005). Perceived risk, the
internet shopping experience and online
Chiu, Hung-Chang., Hsieh, Yi-Ching., & Kao, purchasing behavior: a new Zealand
Ching-Yi. (2005). Website Quality and perspective, Journal of global
Customers Behavioural Intention: An information management, Vol. 13, No.
Exploratory Study of the Role of 2, pp. 66-88.
Information Asymmetry. Total Quality
Management, Vol. 16, No. 2, pp. 185- Duan, W., Gu, B., & Whinston, A. B. (2008).
197. The dynamics of online word-of-mouth
and product salesAn empirical
Cooper, D. R., & Schindler, P.S., (2006). investigation of the movie industry.
Bussiness Research Methods. Eight Journal of Retailing, Vol. 84, No. 2, pp.
Edition. McGraw-Hill, New York. 233-242.

Davidon, M. (2003). Have You Heard The Dunn, J. R. (2007). Reputation and trust: A
Word? The Effect of Word of Mouth multidimensional perspective. Fourth
on Perceived Justice, Satisfaction and Workshop on Trust Within and
Repurchaxe Intentions Folowing Between Organizations. Vu University,
Complaint Handling.Journal of Amsterdam, the Netherlands.
Consumer Satisfaction, Dissatisfaction
and Complaining Behavior.Vol.16, Erdem, Tulin, Swait dan Loviere. (2002). The
pp.67-79. Impact of Brand Credibility on
Consumer Price Sensitivity.
Davis, F. D. (1989). Perceived usefulness, International Journal in Marketing,
perceived ease of use, and user Vol 19. Pp. 235-255.
acceptance of information technology.
MIS Quarterly, Vol.13, No. 3, pp. 319- Fang, Y. H, Chiu, C.M, dan Wang, E. T.G.
340. (2011). Understanding customers
satisfaction and repurchase intentions
Davis, F., Bagozzi, R., & Warshaw, P. (1989). an integration of IS success model,
User acceptance of computer trust, and justice. Journal of Internet
technology: a comparison of two Research. Vol. 21, No. 4, pp. 479-503.
theoretical models. Management
Science, Vol. 35, No. 8, pp. 982-1003. Fagerstrom, A., & Ghinea, G. (2011). On the
motivating impact of price and online
DeLone, W.H. dan McLean, E.R. (1992). recommendations at the point of online
Information systems success: the quest purchase. International Journal of
for the dependent variable. Information Information Management, Vol. 31, pp.
Systems Research, Vol. 3, pp. 60-95. 103-110.

Delafrooz, N.; Paim, K.H.J. & Khatibi, A. Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Belief,
(2011).A Research Modeling to Attitude, Intention, and Behavior: an
Understand Online Shopping Introduction to Theory and
Intention.Australian Journal of Basic Research.New York: Addison-Wesley.
and Applied Science, Vol. 5, no. 5, pp.
70-77. Fung, R., and Lee, M.(1999). EC-Trust (trust in
electronic commerce): Exploring the

141
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

antecendent factors. In Proceedings of Gillette, C.P. (2002). Reputation and


Information Systems Americas Intermediaries in Electronic
Conference Milwaukee, Wisconsin, Commerce. Working Paper #CLB-02-
USA. 002. Artikel diunduh
dari http://papers.ssrn.com/abstract=30
Fuller, M. A., Serva, M. A., & Benamati, John. 8440.
(2007). Seeing Is Believing: The Gudono. (2012) .Analisis Data Multivariat.
Transitory Influence of Reputation BPFE, Yogyakarta, pp.242-254.
Information on E-Commerce Trust and
Decision Making. Journal Graay, E.R.; and Balmer, J.M.T.
Compilation, Vol. 38, No. 4. (1998).Managing corporate image and
corporate reputation.Long Range
Furnel, S.M., Kaweni, T. (1999) Security Planning, Vol. 31, No.5, pp. 695-702.
Implications of Electronic Commerce:
A Survey of Consumer and Business. Gregg, Dawn G., Steven, Walczak. (2010). The
Electronic Networking Applications relationship between website quality,
and Policy. trust and price premiums at online
auctions. Electron Commerces, Vol.
Freeze, T., Alshare, K., Lane, P., Wen, J. 10, pp. 1-10.
(2010). IS Success Model in E-
Learning Context Based on Students Hartono, J. (2004). Metode Penelitian Bisnis :
Perceptions. Journal of Information Salah Kaprah dan Pengalaman
Systems Education, Vol. 21, pp. 173- Pengalaman. Yogyakarta: BPFE
184.
Hartono, J. (2007a). Sistem Informasi
Keprilakuan. Edisi Revisi. Yogyakarta :
Ganesan, Shankar (1994). Determinants of
Andi.
Long-Term Orientation in Buyer-
SellerRelationships, Journal of
________. (2007b). Model Kesuksesan Sistem
Marketing, Vol.58, pp.1-19.
Teknologi Informasi.Yogyakarta : Andi
Gefen, D., Silver. M,. (1999). Lesson Learned
________. (2008). Metode Penelitian Sistem
From The Successful Adoptio of On
Informasi. Yogyakarta : Andi.
ERP System. Proceeding of the
proceeding of the 5th International
Conference of The Decision Sciences ________. (2009). Pedoman Survei Kueioner :
Mengembangkan Kuesioner, Mengatasi
Institute. Athens, Greece, pp.1054-
Bias dan Meningkatkan Respon.
1057.
Yogyakarta: BPFE.
Gefen, D. (2000). E-commerce: the role of
________. (2013). Sistem Teknologi Informasi
familiarity and trust. Omega: The
Bisnis: Pendekatan Strategis. Jakarta:
International Journal of Management
Salemba Empat.
Science, Vol.28, No.6, pp.725-737.
Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., &
Gefen, D., Karahanna, E., & Straub, D.W.
Anderson, R. E. (2010). Multivariate
(2003). Trust and TAM in Online
Data Analysis A Global Perspective 7th
Shopping: An Integrated Model. MIS
Quarterly, Vol.27, No.1, pp.51-90. edition. Pearson Education Inc

Hennig-Thurau, T., Gwinner, K. P., Walsh, G.,


Giffin. K,. (1967). The Contribution of Studies & Gremler, D. D. (2004). Electronic
of Source Credibility to a Theory of word-of-mouth via consumer-opinion
Interpersonal trust in the platforms: What motivates consumers
communication process, Psychological to articulate them selves on the
Bulletin. pp.104-120.

142
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Internet? Journal of Interactive Janda, S., Trocchia, P.J., & Gwinner, K.P.
Marketing, Vol.18, No.1, pp. 38-52. (2002). Consumer perceptions of
Internet retail service quality.
Hess, R.L. (2008), The impact rm of International Journal of Service
reputation and failure severity on Industry Management, Vol. 13, No. 5,
customers responses to servicefailures. pp. 412-431.
Journal of Services Marketing, Vol. 22
No. 5, pp. 385-98. Jang, M. H. (2005). The effects of trust and
perceived risk on attitude and purchase
Hong and Youl, Ha. (2004). Factors influencing intention in Internet shopping malls.
consumer perceptions of brand trust The Journal of Information Systems,
online. Journal of Product and Brand Vol. 14, No. 1, pp. 227-249.
Management, Vol. 13, No. 5, pp. 329
342. Jarvenpaa, S.L., and Grazioli, S (1999). Surfing
Among Sharks : How to Gain Trust in
Hong, S.Y., & Yang, S.U. (2009). Effects of Cyberspace. Financial Times,
reputation, relational satisfaction, and Mastering Information Technology
customer-company identification on Section, March 15, pp. 2-3
positive word-of-mouth intentions.
Journal of Public Relations Research, Jarvenpaa, S.L., Tractinsky, N. and Saarinen,
Vol. 21, No. 4, pp. 381-403. L. (1999). Consumer trust in an
internet store : a cross-cultural
Hosmer, L.T., (2000). Trust the Between validation, Journal of Computer-
organizational theory connecting link Mediated Communication, Vol. 5, No.
and Philosophical Ethics. Academy of 2, pp. 1-36.
management rewiew, Vol. 20, No. 2,
pp. 379-403. Jarvenpaa, S.L., Tractinsky,J., & Vitale, M.
(2000). Consumer trust in an internet
Hsu, M. H., Yen, C. H., Chiu, C. M., & Chang, store.Information Teknology and
C. M. (2006). A longitudinal Management, Vol.1, No.2, pp.45-71
investigation of continued online
shopping behavior: An extension of the Jayadewi N.K. (2012). Pengaruh Nilai Budaya
theory of planned behavior. Individualisme dan Penghindaran
International Journal of Human- Ketidakpastian dalam Komunikasi dari
Computer Studies, Vol. 64, Vol. 9, pp. Mulut ke Mulut pada Mahasiswa Di
889-904. Yogyakarta.Unpublished Skripsi S1,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
http://inet.detik.com/read/2012/04/03/140117/1
883911/398/social-commerce- Jia and Shen. (2008). User Acceptance of
penggerak-e-commerce-indonesia. Social Shopping Situs : A Research
Proposal, Pacific Asia Conference on
http://tekno.kompas.com/read/2013/04/15/2209 Information Systems proceedings.
5149/kasus.penipuan.dominasi.kejahata
n.quotcyberquot. Kassim, N and Abdullah, N. A. (2010). The
effect of perceived service quality
http://en.wikipedia.org/wiki/Social_commerce dimensions on customer satisfaction,
Jalilvand, M. R. and Samiei, N. (2012). The trust, and loyalty in e-commerce
effect of electronic word-of-mouth on settings: A cross cultural analysis. Asia
brand image and purchase intention an Pacific Journal of Marketing and
empirical study in the automobile Logistics, Vol. 22, No. 3, pp.351 371.
industry in Iran. Journal of Marketing
Inteligence and planning, Vol. 30, No. Katz, E., Lazarsfeld, P. F., & Roper, E
4, pp. 460-476. (1955).Personal influence. New York :
Free Press

143
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

of Information Management. Vol. 33,


Kau, A., Elizabeth, W.Loh. (2006). The Effects pp. 318-332.
of Service Recovery on Consumer
Satisfaction : a Comparison Between Kim, J., and Lennon, S. J. (2013).Effects of
Complainants and Non-Complainants. reputation and website quality on
Journal of Services Marketing.Vol.20, online consumers emotion, perceived
No.2, pp.101-111. risk and purchase intention based on
the stimulus-organism-response model.
Keser, C. (2002). Trust and Reputation Journal of Research in Interactive
Building in E-Commerce. Marketing, Vol. 7, No. 1, pp. 33-56.
Artikel diunduh
dari www.cirano.qc.ca/pdf/publication/ Koufaris, M., & Hampton-Sosa, W. (2004). The
2002s-75.pdf. development of initial trust in an online
company be new customers.
Kim, K., & Prabhakar, B. (2000). Initial trust, Information & Management, Vol. 44,
perceived risk, and the adoption of No. 2, pp. 377-397.
internet banking. In Proceedings of
Information Systems International Kozinets, R.V. (2002). The field behind the
Conference. Atlanta, Georgia, USA. screen: Using netnography for
marketing research in online
Kim, D. J.., Ferrin, D. L., & Rao, H. R., 2007. communities. Journal of Marketing
A trust-based consumer decision Research, Vol. 39, No. 1, pp. 61-72
making model in electronic commerce :
The role of trust, perceived risk, and Kuan, H. H., & Bock, G. W. (2007). Trust
their antecedents, proceeding of Ninth transference in brick and click retailer:
Americas Conference on Information an investigation of the before-online-
Systems, pp. 157-167. visit phase. Information &
Management, Vol. 44, No. 2, pp. 175-
Kim, D.J., Ferrin, D.L., and Rao, H. R. (2008). 187.
A trustbased consumer decision-
making model in electronic commerce Keser, C. (2002). Trust and Reputation
: the role of trust and their antecedents. Building in E-Commerce.
Decision Support Systems, Vol. 44, No. Artikel diunduh
2, pp. 544-564. dari www.cirano.qc.ca/pdf/publication/
2002s-75.pdf.
Kim, J., Jin, B., & Swinney, J. L. (2009), The
role of etail quality, e-satisfaction and Larzerlere, R.E., and Huston, T.L. (1980). The
trust in online loyalty development Dyadic Trust Scale: Toward
process, Journal of Retailing and Understanding Interpersonal Trust in
Consumer Services, Vol.16, No.4, pp. Close Relationship. Journal of
239-247. Marriage and the Family. pp. 595-604.

Kim, Y.J., & Kim, H.Y. (2010). The effect of Lau, G.T. & Lee, S.H. (1999) Consumers
justice and trust on eWOM in social Trust in a Brand and The Link to Brand
media marketing: focused on power Loyalty. Journal of Market Focused
blog and meta blog. The Journal of Management, no.4, pp.341-370.
Internet Electronic Commerce
Research, Vol. 10, No. 3, pp. 131-155. Lee, MKO & Turban, E. (2001). A Trust Model
for Consumer Internet Shopping,
Kim, S., and Park, H. (2013).Effects of Various International Journal of Electronic
Characteristics of social commerce (s- Commerce. Vol. 6, No. 1, pp. 75-91.
commerce) on consumers, trust and
trust performance.International Journal Li, D., Browne, G. J., & Chau, P. Y. K. (2006).
An empirical investigation of Web site

144
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

use using a commitment-based model. Miniard, P. W., Blackwell, R. D., & Engel, J. F.
Decision Sciences, Vol. 37, pp. 427 (2001). Consumer behavior. New York:
444. The Dryden Press.

Liang, C and Chen, H. (2009). A Study of The Morgan, R.M., Hunt, S. (1994). The
Impacts of Website Quality on commitment-trust theory of
Customer Relationship Performance. relationship marketing. Journal of
Total Quality Management. Vol. 20, Marketing, 58(1), 20-38.
No.9, pp. 971-988.
Money, Carla. 2009. Online social netwoeking.
Luhmann, N. (1988). Familiarity, confidence, USA: Lucent Books Publishing.
trust: problems and alternatives,. in: D
Gambetta (Ed.), Trust: Making and Moorman, C., Zaltman, G., & Deshpande, R.
Breaking Cooperative Relations, New (1992). Relationships between
York: Basil Blackwell, Oxford, pp. 94- providers and users of market research:
107. the dynamics of trust within and
between organization. Journal of
Magdalena, Merry. (2013). Ini Dia, 7 Jenis Marketing, Vol. 29, No. 3, pp. 314-328.
Social Commerce.
Sumber: http://netsains.net/2013/05/ini- Martin, G. (2005). Tehnology and people
dia-7-jenis-social-commerce/ management, the opportunity and the
diakses pada Tanggal 13 Mei 2014. challenge, research report, London :
CIPD.
Marsden, Paul. (2009). The 6 Dimensions of
Social Commerce : Rate and Maxham, J.G., Richard, G. Netemeyer (2002)
Reviewed.http://socialcommercetoday.c Modeling Customer Perrceptions of
om/the-6-dimensions-of-social- Complaint Handling Over Time : The
commerce-rated-and-reviewed. Effects of Perceived Justice on
Satisfaction and Intent. Journalof
Marsden, P. (2010). Social Commerce : Retailing. Vol. 78, No.4, pp.239-252.
Monetizing social media. Syzygy
Group. Mayer, RC.; Davis, JH; and Schoorman, F.D.
(1995). An integrative model of
Mathieson, K. (1991). Predicting user organizational trust. Academy of
intentions: Comparing the technology Management Review, Vol.20, No.3,
acceptance model with the theory of pp.709-734.
planned behaviour. Information
Systems Research, Vol. 2, No. 3, pp. McDonald, C.G.; V.C. Slawson, Jr. (2002):
173-191. Reputation in an Internet Auction
Market, Economic Inquiry, Vol. 40, pp.
McKnight, D.H., Cummings, L.L., Chervany, 633-650.
N.L. (1998). Initial trust formation in
new organizational relationships. Moorman, C., Zaltman, G., and Deshpande, R.
Academy of Management Review, Vol. (1992). Relationships between
23, No. 3, pp. 473-490. providers and users of market research :
the dynamics of trust within and
McKnight, D.H., Choudhoury, H., & Kacmar, between organization. Journal of
C. (2002). Developing and validating Marketing, Vol.29, No.3, pp.314-328.
trust measures for E-commerce: an
integrative typology. Information Murthy, U. S. (2004). An analysis of the Effects
Systems Research, 13(3), 334-359. of electronic commerce : integrating
trust and risk with technology
acceptance model. International

145
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

journal of electronic commerce.Vol.18, institution-based trust. Information


No.2, pp.29-47. Systems Research, Vol.15, No.1, pp.
37-59.
OReilly (2005). What I Web 2.0 Design
patters and Busines Model for the Next Pennanen, K. (2009). The Initial Stages of
Generation of Consumer Trust Building in e-
Software, http://www.orellynet.com/pu Commerce A Study on Finnish
b/a/oreilly/../what-is-web2.0.h Consumers. Business Administration 83
Marketing. Universitas Wasaensis.
Otani, K., Brian, W., Kevin M.F., Sarah B.,
W.Claiborne, D. (2010). How Patient Pennington, R., Wilcox, D., & Grover, V.
Reactions to Hospital Care Attributes (2004). The role of system trust in
Affect the Evaluation of Overall business-to-consumer transactions.
Quality of Care, Willingness to Journal of Management Information
Recommend, and Willingness to Systems, 20(3), 197-226.
Return. Journal of Healthcare
Management, Vol.55, No.1, pp.25-38. Pesandesign.(2013). Tahun 2013 Masa Terbaik
Usaha Online.
Park, J. E., Chaiy, S.I., & Lee, S. H. (1998). Sumber: http://pesandesign.com/tahun-
The moderating role of relationship 2013-masa-terbaik-usaha-
quality in the effect of service online/diakses pada Tanggal 2 Mei
satisfaction on repurchase intention. 2014.
Korea Marketing Review, Vol.13, No.
2, pp.119-139. Picazo-Vela, S., Chou, S. Y., Melcher, A. J., &
Pearson, J. M. (2010). Why provide an
Park, C.H., & Kim, Y. G. (2003), Identifying online review? An extended theory of
key factors affecting consumer planned behavior and the role of Big-
purchase behavior in an online Five personality traits.Computers in
shopping context, International Human Behavior, Vol.26, No. 4,
Journal of Retail & Distribution pp.685-696.
Management, Vol.31, No.1, pp.16-29.
Profil Pengguna Internet Indonesia.(2012).
Park, D. H. & Kim, S. (2008). The effects of Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
consumer knowledge on message Indonesia.
processing of electronic word-of-
mouth via online consumer reviews. Pusat Bahasa.(2008). Kamus Besar Bahasa
Electronic Commmerce Research and Indonesia. Edisi IV. Jakarta: PT.
Applications. Vol: 7, No. 4, pp. 399. Gramedia Pustaka Utama.

Park, C., and Lee, T.M. (2009). Information Reichheld, F.F., Schefter, P. (2000), E-
direction, website reputation and e- Loyalty : your secret weapon on the
WOM effect: A moderating role of web, Havard Business Review,
product type. Journal of Business pp.105-113.
Research, Vol. 62, No. 1, pp. 61-67.
Rempel, J.K., Holmes, J.G., & Zanna, M.P.
Pavlou, P. A., (2003). Consumer Acceptance of (1985). Trust in close relationships.
Electronic Commerce: Integrating Journal of Personality and Social
Trust and Risk with the Technology Psychology, Vol.49, No.1, pp. 95-112.
Acceptance Model. International
Journal of Electronic Commerce / Resnick, P., Zeckhanser, R., Friedman, E., and
Spring, Vol. 7, No. 3, pp. 101-134. Kouwabara,K,. (2000). Reputation
Systems. Communications of The
Pavlou, P.A., & Gefen, D. (2004). Building Acm, Vol.43, No.12, pp. 45-48.
effective online marketplaces with

146
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Rotter, J. (1967). A new scale for the Sichtmann, C. (2007). An analysis of


measurement of interpersonal trust. antecedents and consequences of trust
Journal of Personality and Social in a corporate brand.European Journal
Psychology, Vol.35, No.4, pp.651-665. of Marketing. Vol. 41, No. 9, pp. 999-
1015.
Richardson, P., Jain, A.K., Dick, A., (1996a).
The influence of store aesthetics on Sigit, T. H. (2012). Etika Bisnis Modern :
evaluation of private label brands. Pendekatan Pemangku Kepentingan.
Journal of Product and Brand Yogyakarta : UPP STIM YKPN.
Management . Vol.5, No.1, pp. 19-28.
Smith, R. E. (1993). Integrating information
Rempel, J.K., Holmes, J.G., & Zanna, M.P. from advertising and trial: Process and
(1985). Trust in close relationships. effects on consumer response to
Journal of Personality and Social product information. Journal of
Psychology, Vol. 49, No. 1, pp. 95-112. Marketing Research, Vol.30, No.2, pp.
204-219.
Riegner, C. (2007). Word of mouth on the web:
The impact of web 2.0 on consumer Spreng, Richard A., Gilbert D. Harrell and
purchase decisions. Journal of Robert D. Mackoy (1995). Service
Advertising Research, Vol. 47, pp. 436- recovery: Impact on satisfaction and
447. intentions. The Journal of Services
Marketing.Vol.9, No.1, pp.15-23.
Rotter, J. (1967). A new scale for the
measurement of interpersonal trust. Standifird, S.S. (2001). Reputation and e-
Journal of Personality and Social commerce : eBay auctions and the
Psychology, Vol. 35, No. 4, pp. 651- asymmetrical impact of positive and
665. negative ratings. Journal of
Marketing.Vol.27, pp.279-295.
Shapiro, S. P. (1987). The Social Control of
Impersonal Trust. American Journal of Stephen, A.T., & Toubia.O. (2010).Deriving
Sociology, Vol. 9, No. 3, pp. 623-658. value from social commerce networks.
Journal of Marketing Research.Vol.42,
Satria, R. D dan Radhi, F. (2004). Bahaya No.2, pp.215-228.
Penipuan Internet : study tentang
kemampuan konsumen mendeteksi Supradono B, dan Harun N.A. (2011). Peran
penipuan e-commerce. Jurnal Sosial Media Untuk Manajemen
Akuntansi dan Manajemen, No.2, Hubungan dengan Pelanggan pada
pp.13-24. Layanan e-commerce.Jurnal
Universitas Muhammadiyah
Schiffman & Kanuk.(2004). Perilaku Semarang. Vol.7, No.2, Hal.33-45.
Konsumen (edisi 7).Jakarta : Prentice
Hall Supranto, J. (2007). Teknik Sampling untuk
Survey dan Eksperimen.Jakarta :
Sekaran, U. (2003). Research Methods For Rineka Cipta.
Business 4th edition. John Wiley and
Sons Inc. Sun, T., Youn, S., Wu, G., & Kuntaparaporn,
M. (2006). Online word-of-mouth (or
Setyowati, Retno. (2012). Prospek Belanja mouse): an exploration of its
Online. Sumber: antecedents and consequences. Journal
http://tekno.kompas.com/read/2012/10/ of Computer-Mediated
05/02371027/prospek.belanja.quotonlin Communication, Vol.11, No.4, pp.
equot diakses pada Tanggal 12 Mei 1104-1127.
2014.

147
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Sun, Y. C., & Wu, S. C. (2008). The effect of


emotional state on waiting in decision Turban, E., King, D. et al. (2010).Electronic
making. Social Behavior and Commerce 2010: A Managerial
Personality, Vol.36, No.5, pp. 591-602. Perspective. Prentice Hall: New York.

Szymanky, D. M., & Hise, R. T. (2000), E- Vance, Anthony., Cosaque, Christophe E,


satisfaction: an initial examination, Straub, Detmar E. (2008). Examining
Journal of Retailing, Vol.76, No.3, Trust in Information Technology
pp.309-322. Artifacts: The Effects of System
Quality and Culture. Journal of
Teo, T.S.H., & Liu, J. (2007). Consumer trust Management Information
in e-commerce in the United States, Systems/Spring 2008, Vol. 24,No. 4,
Singapore and China. Omega, Vol.35, pp. 73-100.
No.1, pp. 22-38.

Taylor, S. and Todd, P. A. (1995a).Assessing Wikipedia.( 2014, 18 februari). Social


IT usage: The role of prior commerce. http://en.wikipedia.
experience.MIS Quarterly, Vol. 19, No. org/wiki/Social_commerce
4, pp. 561-570.

Taylor, S. and Todd, P. A. (1995b). Walsh, G., Mitchell, V.W., Jackson, P.R and
Understanding information technology Beatty, S.E. (2009).Examining the
usage: A test of competing models. antecedents and consequences of
Information Systems Research, Vol. 6, corporate reputation : a customer
No. 2, pp. 144-176. perspective. British journal of
Management, Vol. 20, pp. 187-203.
Teo, T.S. H, & Wong, P. K.(1998). An
Empirical Study of Computerization in Wirtz, J and Chew, P. (2002). The Effects of
Retail Industry, Omega-The Incentives, Deal Proneness, Satisfaction
International Jurnal of Management and Tie Strength on Word-of Mouth
Science, Vol.26, No.5, pp. 611-621. Behavior. International Journal of
Service Industry Management, Vol.13,
Tobing, Debora. (2014). Pertumbuhan Internet No.2, pp. 141-162.
Banking dan e-Commerce di Indonesia:
ATM dan CoD Mendominasi. Westbrook, R. (1987). Product/consumption-
Sumber: http://startupbisnis.com/pertu based affective responses and post-
mbuhan-internet-banking-dan-e- purchase processes. Journal of
commerce-diindonesia-atm-dan-cod- Marketing Research, Vol.24, No.3, pp.
mendominasi/ diakses pada Tanggal 2 258-270.
Mei 2014.
Yaghoubi, Nour M., Khani, Razieh Yekkeh.,
Trisnawati E, Suroso A dan Kumorohadi U. Esmaeali, Mohammad J. (2011). Trust
(2012) Analisis Faktor-faktor kunci Models in e-Business: Analytical-
dari Niat Pembelian Kembali secara Compare Approach. Interdisciplinary
Online ( study kasus pada konsumen Journal of Contemporary Research in
fesh shop). Journal Bisnis dan Ekonomi Business, Vol. 2, No. 9.
(JBE).Vol.19, No.2, Hal.126-141.
Ye, Q., Law, R., & Gu, B. (2009). The impact
Tseng, FM and Hsu, FY. (2010). The Influence of online user reviews on hotel room
of eWOM within The Online sales. International Journal of
Community on Consumers Purchasing Hospitality Management, Vol. 28,
Intentions-The Case of The Eee No.1, pp. 180-182.
PC.International Conference on
Innovation and Management, July 7-10.

148
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Yoon, E; Gu!ey, H.G; Kijewski, V. (1993). The


elects of information and company
reputation on intentions to buy a
business service.Journal of Business
Research, 27: 215-228.

Zhang, X., Prybutok, V. R., Ryan, S., and


Pavur, R. (2009). A Model of the
Relationship among Consumer Trust,
Web Design and User Attributes.
Journal of Organizational and End User
Computing.Vol. 21, No.2.

Zhang, J. Q., Craciuna, G. and Shin, D. (2010).


When does electronic word-of-mouth
matter? A study of consumer product
review.Journal of Business Research,
in press.
Zucker, L. (1986). Production of trust :
Institutional sources of economic
structure (1840-1920). Research in
Organizational Behavior, Vol. 8,
pp.53-111.

Zeithaml, V. A; Berry, L; and Parasuramah, A


(1996), The behavioral consequences
of service quality, Journal of
Marketing, Vol.60, No.2, pp.31-46.

149
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

PENGARUH PENDIDIKAN, PENGALAMAN KERJA DAN


KOMPOSISI GENDER TERHADAP KINERJA
PELAKSANAAN PELAPORAN KEUANGAN SKPD
DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Renya Rosari
Universitas Kristen Artha Wacana Kupang
Email: 123ny4@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this study is to find empirical evidence of the influence of education, work
experience, and gender composition on the performance of the implementation of financial reporting
in the sectors in the province of East Nusa Tenggara. The research is explanatory. The approach used
in this study was survey method. The population of this study came from 40 sectors in the NTT
provincial government. Research using non-random sampling and survey respondent is the head of
Sub - Division of Finance of SKPDs. There were 40 questionnaires which distributed and used as a
sample of 40 respondents. Technical analysis of the data using PLS Regression (Partial Last Square)
with WarpPLS 3.0 software. Testing was conducted in two phases, namely assessing the outer model
(measurement model) and the inner model (structural model). The results of the study among the three
exogenous variables: education, work experience and gender composition showed that the positive
effect of work experience on the performance of the implementation of financial reporting. Based on
the results obtained in this study is expected for the area of financial management officer with regard
to the implementation of financial reporting, when choosing to place employees at existing fields,
should also be considered to be qualified competence in accordance with their duties and functions. In
a subsequent study, researcher recommends to conduct similar studies to expand research.

Keywords: Level of Education, Work Experience, gender composition, performance of financial


reporting

PENDAHULUAN Peraturan Pemerintah (PP) No.58/2005 tentang


Pengelolaan Keuangan Daerah yang dijabarkan
Pemerintah Indonesia telah lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Dalam
memberlakukan otonomi daerah sejak tahun Negeri (Permendagri) No. 13 / 2006 tentang
2004, sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang
Undang (UU) No. 32/2004 yang menggantikan direvisi dengan Permendagri Nomor 59/2007
UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Permendagri No. 21/2011. Peraturan-
dan UU No. 33/2004 menggantikan UU No. peraturan tersebut mengamanatkan penyeleng-
25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara garaan akuntansi dan pelaporan keuangan
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. sebagai tanggung-jawab kepala Satuan Kerja
Sejalan dengan itu, pengelolaan keuangan Perangkat Daerah (SKPD) selaku Pengguna
daerah juga mengalami perubahan dengan Anggaran SKPD.
diterbitkannya UU No. 17/2003 tentang Konsekuensi dari perubahan sistem
Keuangan Negara, UU No. 1/2004 tentang pengelolaan keuangan daerah tersebut adalah
Perbendaharaan Negara dan UU No. 1/2004 pemerintah daerah harus mempersiapkan pe-
tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung rangkat yang diperlukan, termasuk diantaranya
Jawab Keuangan Negara. Pengelolaan adalah penataan sumberdaya aparatur dan upaya
keuangan daerah selanjutnya diatur dengan peningkatan kemampuannya. Keberhasilan

151
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

penerapan sistem pengelolaan keuangan daerah motivasi dan perilaku dapat dipengaruhi oleh
tersebut sangat bergantung pada kompetensi perbedaan gender.
para pengelolanya. Mengacu pada Keputusan Selain kinerja dipengaruhi kompetensi
Kepala Badan Kepegawaian Negara nomor 46A berupa pendidikan dan pengalaman kerja juga
tahun 2013, kompetensi diartikan sebagai dipengaruhi perilaku individu dan motivasi
kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh yakni pada komposisi gender terhadap
seorang PNS berupa pengetahuan, keterampilan peranannya dalam organisasi tempat bekerja.
dan sikap perilaku yang diperlukan dalam Wirawan (2009) menyatakan bahwa kinerja
pelaksanaan tugas jabatannya sehingga PNS individu adalah perwujudan perilaku individu
tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara dan kinerja organisasi adalah akumulasi kinerja
professional, efektif dan mandiri. Penatausahaan individu dalam organisasi tersebut. Akhir
keuangan daerah sebagai bagian dari penge- akhir ini faktor demografi yang mendapat
lolaan keuangan daerah memegang peranan perhatian dalam kajian-kajian berkaitan dengan
penting dalam proses keuangan daerah secara kinerja dan pengelolaan keuangan adalah
keseluruhan (Haryanto, dkk. 2007). gender. Kepuladze (2010) mendefenisikan
Penatausahaan keuangan daerah pada tingkat gender stereotype sebagai a set of shared
SKPD membutuhkan sumberdaya manusia yang beliefs prescribe men and women to behave and
memiliki kompetensi yang memadai. Sumber be motivated in certain manner. Terdapat
daya manusia merupakan sumber daya yang perbedaan motivasi antara pria dan wanita
digunakan untuk menggerakkan dan berkaitan dengan motivasi dan harapan tersebut,
menyinergikan sumber daya lainnya untuk yang berbasis pada gender stereotype. Gender
mencapai tujuan organisasi (Wirawan, 2009). stereotype secara sempit diartikan sebagai
Selanjutnya, kinerja suatu organisasi pelabelan atau keyakinan tentang perilaku laki-
merupakan hasil dari kinerja individu yang laki (maskulin) dan perempuan (feminim).
melaksanakan fungsi-fungsi organisasi tersebut, Kebutuhan yang bersifat maskulin meliputi
sehingga kinerja SKPD dalam pelaksanaan kesuksesan ekonomi, otonomi dan prestasi, yang
akuntansi dan pelaporan keuangan merupakan merupakan ciri dari laki-laki, oleh karena itu,
luaran dari kinerja individu yang melaksanakan pendapatan, kebebasan, kemajuan, kesempatan,
proses akuntansi dan pelaporan keuangan peluang menggunakan keahlian merupakan
SKPD, khususnya pada Sub Bagian Keuangan motivator kinerja yang penting. Sedangkan
SKPD. Salah satu faktor yang mempengaruhi wanita membutuhkan hubungan interpersonal
kinerja individu dalam organisasi tersebut yang baik, keamanan, keuntungan dan
adalah kompetensi individual, sehingga kinerja lingkungan sebagai motivator utama. Berkaitan
pelaksanaan akuntansi dan pelaporan keuangan dengan teori harapan yang dikemukakan oleh
SKPD dipengaruhi oleh kompetensi dari Victor Vroom, argumentasi yang dikemukakan
sumberdaya manusia yang melaksanakan proses oleh Manolova, dkk. (2007) dan Kepuladze
akuntansi dan pelaporan keuangan SKPD (2010) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
tersebut. Menurut Spencer dan Spencer (1993) valensi antara laki-laki dan perempuan dalam
karakteristik dasar seorang individu yang secara pembentukan motivasi, usaha dan menghasilkan
kausal berkaitan dengan kriteria yang diperlukan kinerja.
untuk menghasilkan kinerja yang efektif Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur
dan/atau superior dalam suatu jabatan atau NTT tentang Pejabat Pengelola Keuangan pada
situasi. Terdapat 5 (lima) elemen karakteristik SKPD tahun 2014, terlihat adanya perimbangan
dasar individu tersebut, yakni motivasi, kemam- komposisi antara laki-laki dengan perempuan
puan diri (ability), perilaku (behavior), yang menduduki jabatan-jabatan bendahara pada
pengetahuan (knowledge) dan keterampilan SKPD yang ada, namun terdapat keragaman
(skill). Karakteristik individu tersebut kemudian komposisi laki-laki dan perempuan dalam
dikelompokkan menjadi karakteristik yang dapat jabatan tersebut antar SKPD. Kusumastuti, dkk
diukur yakni pengetahuan dan keterampilan, dan (2007) mengungkapkan jika wanita memiliki
karakteristik yang bersifat tersembunyi yakni sikap kehati-hatian yang sangat tinggi,
motivasi, kemampuan diri dan perilaku. cenderung menghindari risiko, dan lebih teliti
Pengetahuan berkaitan latar belakang dibandingkan pria. Sehingga di sisi inilah yang
pendidikan formal dan pengalaman kerja (on job membuat wanita tidak terburu-buru dalam
training) melaksanakan tugas sejenis, sedangkan mengambil keputusan. Dengan demikian, dapat

152
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

disimpulkan bahwa komposisi gender dalam akuntansi dan pelaporan keuangan SKPD yang
sebuah tim turut berkontribusi dalam keberhasil- terdiri dari pimpinan dan staf Sub Bagian
an pada pengelolaan keuangan daerah. Keuangan SKPD.
Provinsi Nusa Tenggara Timur Beberapa penelitian telah dilakukan dan
merupakan salah satu daerah yang masih ditemukan bukti empirik dengan hasil yang
mendapatkan opini wajar dengan pengecualian berbeda terkait hubungan pengetahuan
(WDP). Salah satu penyebabnya adalah dalam terhadap kinerja individual. Hasil penelitian
hal penyajian laporan keuangan daerah yang Hollingsworth (2008), Hunton, dkk (2000) dan
masih terdapat beberapa hal yang tidak sesuai Sihite (2012) menemukan adanya hubungan
dengan ketentuan standar akuntansi antara latar belakang pendidikan formal dengan
pemerintahan. Berdasarkan penyebab masih kinerja, sedangkan Eriva, dkk (2013), Gabala
mendapatkan opini wajar dengan pengecualian dan Ning (2010) tidak menemukan bukti empiris
tersebut dipertegas dengan adanya salah satu hubungan tersebut.
temuan rendahnya kinerja pengelolaan keuangan Hasil penelitian Stone, dkk (2000)
daerah pada aras pemerintah provinsi NTT menemukan bahwa kemampuan dalam bidang
(AIPD 2009) berkaitan dengan kinerja akuntansi manajerial berkorelasi positif dengan
pengelolaan keuangan daerah pada aras SKPD masa kerja, karena keterampilan teknis dan
sebagai entitas terendah dalam pengelolaan analitis lebih banyak diperoleh dari rekan
keuangan pemerintah daerah yakni terkait sejawat dan hanya sedikit yang diperoleh dari
rendahnya kualitas SDM pada pelaporan pendidikan formal. Hasil penelitian Hunton,
keuangan. Kinerja pengelolaan keuangan dkk. (2000) juga menyimpulkan bahwa
daerah pada aras SKPD tersebut tercermin pengalaman kerja mempengaruhi pengetahuan
dalam kualitas Laporan Keuangan Tahunan yang dimiliki oleh manajer akuntansi, dan
SKPD dan kesesuaiannya dengan Standar pengetahuan tersebut mempengaruhi kinerja.
Akuntansi Pemerintah (SAP) yang berlaku. Hasil penelitian berbeda ditemukan oleh
Terkait dengan penelitian ini, Hollingswort (2008) yang menyimpulkan bahwa
sebelumnya telah ada beberapa hasil penelitian kualitas kinerja auditor tidak berbasis pada
yakni hasil penelitian AIPD (2009) menemukan pengalamannya dalam melakukan audit namun
bahwa kinerja penyelenggaraan akuntansi dan berbasis pada pengetahuan dasar-dasar
pelaporan keuangan daerah oleh pemerintah akuntansi yang diperoleh dari pendidikan formal
provinsi NTT masih rendah, yang disebabkan dan pelatihan-pelatihan formal yang diikutinya.
oleh rendahnya kualitas SDM pengelola Demikian juga dengan hasil penelitian yang
keuangan daerah. Selain itu, analisis terhadap dilakukan oleh Gabala dan Ning (2010) yang
Surat Keputusan Gubernur NTT Tahun 2014 menyimpulkan bahwa pengalaman kerja dan
tentang Pejabat Pengelola Keuangan pada aras pendidikan formal di bidang akuntansi tidak
SKPD, memperlihatkan adanya keragaman mempengaruhi kinerja auditor.
komposisi laki-laki dan perempuan yang Penelitian yang berbasis pada perbedaan
menjabat bendahara antar SKPD. Kualitas SDM gender juga telah dilakukan untuk memperoleh
pengelola keuangan daerah merupakan bukti empiris pengaruh keragaman gender
kompetensi individu pengelola keuangan daerah, terhadap kinerja manajerial Kesetaraan gender
yang dipengaruhi oleh kesesuaian latar belakang dalam profesi akuntansi juga diperkuat oleh
pendidikan, pengalaman kerja di bidang hasil penelitian Gallego, dkk. (2010) yang
akuntansi dan komposisi gender dari tim menyimpulkan bahwa perbedaan gender tidak
pelaksana proses akuntansi dan pelaporan mempengaruhi kinerja perusahaan, dan hasil
keuangan SKPD. Pada aras SKPD, pelaksanan penelitian Carter, dkk. (2010) yang
akuntansi dan pelaporan keuangan tersebut menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
dilaksanakan secara teknis oleh pimpinan dan antara perbedaan gender dari board committee
staf pada Sub Bagian Keuangan pada setiap dengan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian
SKPD, sehingga kinerja akuntansi dan Hardies, dkk. (2010) menemukan bahwa tidak
pelaporan keuangan SKPD dipengaruhi oleh terdapat perbedaan kualitas audit antara auditor
latar belakang pendidikan formal (formal perempuan dengan auditor laki-laki. Berkaitan
education), pengalaman bekerja dalam bidang dengan kelompok auditor penelitian Hardies,
pengelolaan keuangan daerah (on job training) dkk. (2010) tersebut juga menemukan bahwa
dan komposisi gender dari tim pelaksana proses bahwa tidak ada perbedaan kualitas audit antara

153
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

tim auditor perempuan dengan tim auditor laki- tersebut memiliki harapan dalam mencapai
laki, namun tim auditor dengan komposisi kinerja yang diharapkan, harapan tersebut
gender yang seimbang antara perempuan dan terhadap kemapuan pelaksana bisa atau tidaknya
laki-laki menunjukkan tingkat kualitas audit mencapai kinerja berdasarkan penilaian terhadap
yang lebih baik daripada tim auditor perempuan kapabilitas pribadi. Terkait teori harapan
dan tim auditor laki-laki. Manolova, dkk. (2007) memberikan argumen
Penelitian-penelitian yang dilaksanakan terhadap teori harapan, bahwa harapan
di Indonesia yang menghubungkan variabel dipengaruhi oleh faktor-faktor individual, seperti
pendidikan formal, pengalaman kerja, dan kemampuan, usaha dan pengalaman masa lalu.
gender dengan variabel kinerja dalam bidang Pendidikan dan pengalaman sebelumnya
pengelolaan keuangan daerah juga menunjukkan merupakan komponen penting dari sumberdaya
adanya kesenjangan hasil penelitian. Hasil manusia yang merefleksikan kapabilitas.
penelitian Sihite (2012) menyimpulkan bahwa Pendidikan yang tinggi dan lamanya
latar belakang pendidikan dan pelatihan pengalaman kerja seseorang akan meningkatkan
mempengaruhi kinerja, sedangkan penelitian kepercayaan diri bahwa usaha yang dilakukan
Eriva, dkk. (2013) menemukan hasil yang tidak salah arah dan dapat menuntun tercapainya
sebaliknya yakni pendidikan dan masa kerja hasil atau kinerja yang diinginkan. Ini berarti
tidak berpengaruh sedangkan pelatihan bahwa prediksi seseorang terhadap usaha yang
mempengaruhi pemahaman Laporan Keuangan dapat dilakukan dan menghasilkan kinerja yang
Pemerintah. Penelitian Teg Teg dan Utami diharapkan juga dipengaruhi oleh kompetensi
(2013) menemukan bahwa keragaman gender yang dimilikinya. Apabila pelaksana tersebut
berpengaruh positif terhadap kinerja pasar dan merasa memiliki kompetensi untuk mencapai
kinerja internal perusahaan, namun hasil kinerja yang diharapkan maka ia akan
penelitian Noviwijaya dan Rohman (2013) melakukan usaha untuk mencapai kinerja
menyimpulkan bahwa keragaman gender tersebut. Selain itu, dalam melaksanakan tugas
berpengaruh negatif terhadap kinerja pelaporan keuangan dimotivasi oleh harapan
penyerapan anggaran. Berdasarkan adanya penghargaan atau peningkatan kinerja.
fenomena dan berbedanya hasil penelitian yang
disajikan di atas, penelitian ini dilakukan untuk Kompetensi
menemukan bukti empiris pengaruh pendidikan,
pengalaman kerja dan komposisi gender dari Teori harapan memprediksi bahwa
pelaksana proses akuntansi dan pelaporan karyawan akan mengeluarkan tingkat usaha
keuangan pada aras SKPD lingkup Pemerintah yang tinggi apabila mereka merasa bahwa
Provinsi NTT terhadap kinerja pelaksanaan terdapat hubungan yang kuat antara usaha dan
pelaporan keuangan SKPD. kinerja, kinerja dan penghargaan, serta
penghargaan dan pemenuhan tujuan-tujuan
Teori Harapan pribadi (Fred, 2011). Manolova, dkk. (2007)
memberikan argumen terhadap teori harapan,
Penelitian ini mengacu pada teori bahwa harapan dipengaruhi oleh faktor-faktor
motivasi yang dikemukakan oleh Victor Vroom individual, seperti kemampuan, usaha dan
tahun 1964 dalam bukunya yang berjudul pengalaman masa lalu. Pendidikan dan
Work and Motivation. Teori motivasi yang pengalaman sebelumnya merupakan komponen
dikembangkan oleh Victor Vroom dinamakan penting dari sumberdaya manusia yang
sebagai Teori Harapan (Expectancy Theory), merefleksikan kapabilitas. Pendidikan yang
Teori harapan memprediksi bahwa karyawan tinggi dan lamanya pengalaman kerja seseorang
akan mengeluarkan tingkat usaha yang tinggi akan meningkatkan kepercayaan diri bahwa
apabila mereka merasa bahwa terdapat usaha yang dilakukan tidak salah arah dan dapat
hubungan yang kuat antara usaha dan kinerja, menuntun tercapainya hasil atau kinerja yang
kinerja dan penghargaan, serta penghargaan dan diinginkan. Ini berarti bahwa prediksi seseorang
pemenuhan tujuan-tujuan pribadi (Fred, 2011). terhadap usaha yang dapat dilakukan dan
Sejalan dengan teori tersebut pelaksana menghasilkan kinerja yang diharapkan juga
akuntansi dan laporan keuangan pemerintah dipengaruhi oleh kompetensi yang dimilikinya.
dalam hal ini pada sub bagian keuangan akan Spencer dan Spencer (1993) mendefi-
melakukan usaha atau effort apabila pelaksana nisikan kompetensi professional individu

154
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

sebagai an underlying characteristic of an against well-accepted standards, and that can


individual that is causally related to criterion- be improved via training and development.
referenced effective and/or superior Berdasarkan defenisi Lucia dan Lepsinger
performance in a job or situation (karakteristik tersebut, Hsieh, Lin dan Lee (2012) menyatakan
dasar seorang individu yang secara kausal bahwa:
berkaitan dengan kriteria yang diperlukan untuk a. Kompetensi tidak hanya berkaitan dengan
menghasilkan kinerja yang efektif dan/atau keterampilan dan pengetahuan namun
superior dalam suatu jabatan atau situasi). juga berkaitan dengan perilaku,
Spencer dan Spencer juga mengidentifikasi 5 b. Kompetensi berhubungan dengan kinerja
elemen kompetensi individual tersebut, yakni: c. Kompetensi dapat diukur menggunakan
motif (kemauan konsisten sekaligus menjadi standar yang dapat diterima
sebab dari tindakan), faktor bawaan (karakter d. Kompetensi dapat ditingkatkan melalui
fisik dan respon yang konsisten terhadap situasi pelatihan dan pengembangan.
atau informasi), konsep diri (sikap pribadi,
gambaran diri), pengetahuan (informasi yang Julius (1999) mengembangkan kerangka
dimiliki dalam bidang tertentu) dan kon-septual hubungan antara kompetensi dengan
keterampilan (kemampuan untuk melaksanakan kinerja sebagaimana gambar di bawah ini. Pada
tugas fisik atau mental). Ini berarti bahwa kerangka konseptual tersebut, elemen-elemen
kompetensi individual merupakan kemampuan kompetensi yang dapat diukur berupa
seseorang untuk mengaplikasikan atau keterampilan, pengetahuan dan pengalaman
menggunakan pengetahuan (knowledge), dapat mempengaruhi kinerja secara langsung
keterampilan (skill), bakat atau kemampuan dan secara tidak langsung melalui pembentukan
bawaan (ability), perilaku (behavior) dan elemen-elemen kompetensi yang sifatnya
karakter pribadi (personal characteristic) untuk tersembunyi, seperti konsep diri, motivasi dan
berhasil dalam melaksanakan suatu tugas, kemampuan bawaan atau bakat.
pekerjaan, fungsi tertentu dalam jabatan yang
diembannya yang dapat berdampak terhadap Gambar 2.2
kinerja perusahaan. Hubungan antara Kompetensi
Model kompetensi individual yang dan Kinerja
dikembangkan oleh Spencer dan Spencer
tersebut dikenal sebagai Iceberg Model of Kompetensi:
- Keterampilan
Competencies sebagaimana gambar di bawah - Pengetahuan Kinerja:
- Pengalaman
ini.

Gambar 2.1 Perilaku


Iceberg Model of Competecies - konsep diri,
- bakat/kemampuan
bawaan
- motivasi

Sumber : Julius, 1999

Dilingkup pemerintahan di Indonesia,


Mengacu pada Keputusan Kepala Badan
Kepegawaian Negara nomor 46A Tahun 2013,
kompetensi diartikan sebagai kemampuan dan
Sumber : Spencer dan Spencer, 1993 karakteristik yang dimiliki oleh seorang PNS
berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap
Lucia dan Lepsinger (1999) mendefenisi- perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan
kan kompetensi sebagai berikut: A competency tugas jabatannya sehingga PNS tersebut dapat
is a cluster of related knowledge, skills, and melaksanakan tugasnya secara professional,
attitudes that affects a major part of ones job (a efektif dan mandiri. Sejalan dengan teori
role or responsibility), that correlates with harapan, maka untuk mencapai kinerja yang
performance on the job, that can be measure diharapakan organisai yakni SKPD pada Sub

155
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Bagian Keuangan akan termotivasi dengan mengembangkan pengetahuan, keterampilan,


melakukan usaha apabila dia memiliki harapan dan kemampuan lain dalam individu. Menurut
dalam mencapai kinerja yang diharapkan ketika Achmad (1982) pendidikan merupakan proses
dia merasa memiliki kompetensi untuk menca- belajar mengajar dengan sistem yang senantiasa
pai kinerja tersebut. Motivasi merupakan salah berbeda dan berubah-ubah, dari masyarakat
satu elemen kompetensi yang merupakan yang satu kepada masyarakat yang lain. Dengan
elemen tersembunyi. Menurut teori harapan demikian, pendidikan merupakan usaha sadar
yang dikembangkan oleh Vroom, motivasi yang sengaja dirancangkan untuk mencapai
merupakan akibat atau hasil dari harapan tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan sistem
(expentancy) terhadap kinerja yang ingin akuntansi dan pelaporan keuangan daerah pada
dicapai. Argumentasi lain dari Manolova, dkk. tingkat SKPD membutuhkan pengetahuan dan
(2007) terhadap teori harapan yang dikemuka- pemahaman yang memadai berkaitan dengan
kan oleh Victor Vroom adalah bahwa laki-laki prinsip dasar dan proses akuntansi pelaporan,
dan perempuan memiliki perbedaan pengalaman baik oleh pimpinan SKPD maupun staf pada
sosialisasi, seperti pengalaman sebelumnya dan Sub-Bagian Keuangan pada setiap SKPD dalam
afiliasi jejaring social, yang turut membentuk melaksana-kan fungsi tata usaha keuangan
motivasi, harapan, usaha, kinerja dan pilihan SKPD. Proses penatausahaan keuangan tersebut
strategis yang berbeda. Kepuladze (2010) membutuhkan pengetahuan dan keterampilan
menjelaskan bahwa gender stereotype memiliki dalam bidang akuntansi. Menurut Sukirman
peranan yang signifikan dalam proses evaluasi (2009), secara hitungan kasar kebutuhan tenaga
motivasi berbasis gender. Gender stereotype akuntansi di pemerintah daerah seluruh
secara sempit diartikan sebagai pelabelan atau Indonesia adalah sekitar 25.000 orang.
keyakinan tentang perilaku laki-laki (maskulin) Kenyataannya, tenaga yang berlatar belakang
dan perempuan (feminim). akuntansi masih sangat minim. Sangat penting
Kepuladze (2010) mendefenisikan untuk menempatkan SDM yang potensial dan
gender stereotype sebagai a set of shared bertanggungjawab, serta menempatkan SDM
beliefs prescribe men and women to behave and dengan kompetensi yang memadai baik secara
be motivated in certain manner. Terdapat teknis maupun administrasi dalam bidang
perbedaan motivasi antara pria dan wanita pengelolaan keuangan daerah.
berkaitan dengan motivasi dan harapan tersebut,
yang berbasis pada gender stereotype. Pengalaman Kerja
Kebutuhan yang bersifat maskulin meliputi
kesuksesan ekonomi, otonomi dan prestasi, yang Pengalaman kerja mengacu pada
merupakan ciri dari laki-laki, oleh karena itu, aktivitas kerja yang relevan dengan pengemba-
pendapatan, kebebasan, kemajuan, kesempatan, ngan kompe-tensi. Menurut Nitisemito (1996)
peluang menggunakan keahlian merupakan senioritas atau masa kerja adalah lamanya
motivator kinerja yang penting. Sedangkan seorang karyawan menyumbangkan tenaganya
wanita membutuhkan hubungan interpersonal pada perusahaan tertentu. Masa kerja
yang baik, keamanan, keuntungan dan merupakan hasil penyerapan dari berbagai
lingkungan sebagai motivator utama. Berkaitan aktivitas manusia, sehingga mampu menumbuh-
dengan teori harapan yang dikemukakan oleh kan keterampilan yang muncul secara otomatis
Victor Vroom, argumentasi yang dikemukakan dalam tindakan yang dilakukan karyawan dalam
oleh Manolova, dkk (2007) dan Kepuladze menyelesaikan pekerjaan. Masa kerja seseorang
(2010) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan berkaitan dengan pengalaman kerjanya.
valensi antara laki-laki dan perempuan dalam Pengalaman kerja seseorang berdampak positif
pembentukan motivasi, usaha dan menghasilkan dalam melakukan sesuatu pekerjaan dengan
kinerja. lebih terampil, berwawasan luas dan mudah
beradaptasi dengan lingkungan (Galuh dan
Pendidikan Deviani, 2010).

Berkaitan dengan kompetensi profesio- Gender


nal akuntan, IFAC (2003) mendefenisikan
pendidi-kan sebagai suatu proses yang sistematis Salah satu komponen dalam teori
yang bertujuan untuk memperoleh dan harapan yang dikembangakn oleh Victor Vroom

156
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

adalah harapan yang merupakan motivator pembiayaan dengan anggaran yang telah
kinerja, sehingga motivasi merupakan hasil dari ditetapkan, menilai kondisi keuangan,
harapan tersebut. Terdapat perbedaan motivasi mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu
antara pria dan wanita berkaitan dengan entitas pelaporan, dan membantu menentukan
harapan, yang berbasis pada gender stereotype ketaatannya terhadap peraturan perundang-
model (Kepuladze, 2010). undangan (Abdul, 2006). Singkatnya, Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah disusun untuk
Kinerja menyediakan informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang
Kinerja diartikulasikan sebagai suatu dilakukan oleh Pemerintah.
prestasi atau tingkat keberhasilan yang dicapai Penelitian ini menggunakan pendekatan
oleh suatu organisasi atau individu dalam suatu kuantitatif untuk mengetahui pengaruh variabel
periode tertentu. Stone (2000) menjelaskan pendidikan, pengalaman kerja dan komposisi
bahwa kinerja (performance) merupakan gender terhadap kinerja pelaksanaan pelaporan
kuantitas dan kualitas pekerjaan yang keuangan pada SKPD di Provinsi Nusa
diselesaikan oleh individu, kelompok atau Tenggara Timur. Penelitian ini merupakan
organisasi. World Bank (2008) menyatakan penelitian eksplanatori untuk menguji pengaruh
bahwa kinerja pengelolaan keuangan dari suatu pendidikan, pengalaman kerja dan komposisi
pemerintah daerah tercermin baik dalam kualitas gender terhadap kinerja pelaksanaan pelaporan
proses yang dilaksanakannya untuk mencapai keuangan pada SKPD di Provinsi Nusa
tujuan-tujuan pembangunan, maupun dalam Tenggara Timur. Populasi dalam penelitian ini
keberhasilan proses-proses ini pada saat adalah 40 SKPD (Kantor, Badan dan Dinas) di
diwujudkan dalam bentuk hasil. PP No. lingkungan pemerintah provinsi NTT.
58/2005, Permendagri No. 13/2006 mendefinis- Penelitian ini menggunakan non random
kan kinerja sebagai keluaran/hasil dari sampling. Responden dalam penelitian ini
kegiatan/program yang akan atau telah dicapai adalah kepala sub bagian keuangan yang terlibat
sehubungan dengan penggunaan anggaran langsung dan bertanggung jawab dalam
dengan kuantitas dan kualitas yang terukur. penyusunan dan pelaporan keuangan
Berdasarkan pengertian kinerja yang dikemuka- SKPD.Pengumpulan data menggunakan teknik
kan oleh Stone (1996), World Bank (2008), PP survey, dengan cara menyebarkan kuesioner
No. 58/2005 dan Permendagri No. 13/2006, untuk diisi oleh Kepala Sub Bagian Keuangan
kinerja pelaksanaan akuntansi dan pelaporan SKPD di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
keuangan SKPD diartikan sebagai proses dan Data penelitian dianalisis dengan
hasil (kuantitas dan kualitas) pekerjaan yang menggunakan analisis yang meliputi : Statistik
diselesaikan oleh sumberdaya aparatur Deskriptif, Uji Non Response Bias. Pengujian
(pimpinan dan staf) pada Sub Bagian Keuangan non-response bias dilakukan dengan tujuan
pada setiap SKPD. untuk melihat apakah karakteristik responden
yang mengembalikan jawaban kuesioner sesuai
Pelaporan Keuangan Daerah pada SKPD tanggal cut-off dengan responden yang tidak
sesuai tanggal cut-off (terlambat)
mengembalikan kuesioner yang berbeda.
Laporan keuangan merupakan hasil dari
Kemungkinan hal tersebut bisa terjadi, jika
proses akuntansi, dimana pada umumnya
demikian maka akan berpengaruh pada hasil
dijelaskan bahwa akuntansi adalah proses
analisa data yaitu hasil analisis data tanpa non-
pencatatan, penggolongan, peringkasan,
reponse. Ini akan menjadi masalah serius jika
pelaporan dan penganalisisan data keuangan dari
tingkat pengembalian (response rate) sangat
suatu entitas. PP No. 71/2010 menjelaskan
rendah. Uji Kualitas Data. Uji kualitas data
bahwa Laporan keuangan disusun untuk
pada penelitian ini dilakukan meliputi uji
menyediakan informasi yang relevan mengenai
reliabilitas dan uji validitas serta indicator
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang
weight dan goodness of fit dengan software
dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama
Partial Least Square (PLS). Teknik pengolahan
satu periode pelaporan. Laporan keuangan
data dengan menggunakan software WarpPLS
terutama digunakan untuk membandingkan
3,0 yakni dengan alogaritma warp3 PLS
realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan
regression dengan metode resampling yaitu

157
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

jackknifing. Teknik analisis data ini Hasil penelitian ini tidak mendukung argument-
menggunakan dua tahap untuk fit model dari tasi diatas bahwa pendidikan berpengaruh
sebuah penelitian. Tahap tersebut adalah : terhadap kinerja pelaksanaan pelaporan
menilai outer model (measurement model) dan keuangan. Fenomena persentase pendidikan
inner model (structural model) menunjukan bahwa latar belakang pendidikan
dan tingkat pendidikan non akuntansi tidak
Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis cukup dapat meningkatkan kualitas pelaporan
keuangan yang pada akhirnya tidak mampu
Pengaruh pendidikan terhadap kinerja meningkatkan kinerja pelaporan keuangan
pelaksanaan pelaporan keuangan SKPD di dalam penyusunan sampai dengan pelaporan
Provinsi Nusa Tenggara Timur keuangan yang sesuai dengan Permendagri No.
8 Tahun 2008 dan SAP No.71 tahun 2010 serta
Berdasarkan hasil uji hipotesis menun- karakteristik kualitatif sebagai syarat normatif
jukkan bahwa pendidikan tidak berpengaruh laporan keuangan yakni yang relevan, andal,
terhadap kinerja pelaporan keuangan. Hasil dapat dibandingkan dan dapat dipahami.
temuan ini mendukung hasil penelitian Eriva
dkk (2013) dengan Gabala dan Ning (2010) Pengaruh Pengalaman kerja terhadap
yang menunjukan pendidikan tidak mempenga- kinerja pelaksanaan pelaporan keuangan
ruhi pemahaman laporan keuangan pemerintah pada SKPD di Provinsi Nusa Tenggara
begitu pula dengan hasil temuan Gabala dan Timur
Ning (2010) yakni kualifikasi pendidikan formal
tidak mempengaruhi kinerja auditor di Libya. Berdasarkan hasil uji hipotesis menun-
Perspektif Teori Harapan yang dikemu- jukkan bahwa pengalaman kerja berpengaruh
kakan oleh Victor Vroom memprediksi bahwa terhadap kinerja pelaporan keuangan. Temuan
seseorang akan mengeluarkan tingkat usaha ini konsisten dengan hasil temuan dari Hunton
yang tinggi apabila mereka merasa bahwa dkk. (2000), Delanno dan deviani (2013) yang
terdapat hubungan yang kuat antara usaha dan menunjukan bahwa variabel pengalaman kerja
kinerja (Fred 2011). Selanjutnya Manolova, berpengaruh positif pada kinerja keuangan.
dkk. (2007) memberikan argumentasi terhadap Hasil penelitian sejalan dengan pendapat
teori harapan tersebut, yakni harapan tersebut Manolava, dkk. (2007) yang memberikan
dipengaruhi oleh faktor-faktor individual, seperti argumen terhadap teori harapan, bahwa harapan
pendidikan dan pengalaman kerja sebelumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor individual seperti
yang merefreksikan kapabilitas individu. kemampuan, usaha, dan pengalaman masa lalu.
Spencer dan Spencer (1993) Pengalaman sebelumnya merupakan komponen
mendefiniskan kompetensi professional individu sumberdaya manusia yang mereflesikan kapabi-
sebagai an underlying characteristic of an litas. Hasil penelitian juga menunjukan
individual that is causally related to criterion- bahwa semakin lama seseorang memiliki
referenced effective and/or superior pengalaman kerja maka semakin meningkatkan
performance in a job or situation (karakteristik kinerja karena dengan pengalaman yang
dasar seorang individu yang secara kausal diperoleh dapat membentuk kompetensi
berkaitan dengan kriteria yang diperlukan untuk seseorang dalam melaksanakan tugas dan
menghasilkan kinerja yang efektif dan/atau fungsinya yang dimana dapat meningkatkan
superior dalam suatu jabatan atau situasi). Salah kinerja. Hal ini didukung pernyataan oleh Galuh
satu elemen kompensi individual yang dan Deviani (2010), pengalaman kerja seseorang
dijelaskan oleh spencer dan spencer adalah berdampak positif dalam melakukan sesuatu
pengetahuan (knowledge) yang dimiliki dalam pekerjaan dengan lebih terampil, berwawasan
bidang tertentu. Ini berarti bahwa kompetensi luas dan mudah beradaptasi dengan lingkungan
individual merupakan kemampuan seseorang demikian juga hasil penelitian Stone, dkk.
untuk mengaplikasikan atau menggunakan (2000) yang menemukan bahwa kemampuan
pengetahuan (knowledge) untuk berhasil dalam dalam bidang akuntansi manajerial berkorelasi
melaksanakan suatu tugas, pekerjaan, fungsi positif dengan masa kerja, karena keterampilan
tertentu dalam jabatan yang diembannya yang teknis dan analitis lebih banyak diperoleh dari
dapat berdampak terhadap kinerja perusahaan. rekan sejawat dan hanya sedikit yang diperoleh
dari pendidikan formal.

158
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

2. Pengalaman kerja pada sub bagian


Pengaruh Komposisi Gender terhadap keuangan SKPD di Provinsi NTT
kinerja pelaksanaan pelaporan keuangan berpengaruh positif terhadap kinerja
pada SKPD di Provinsi Nusa Tenggara pelaksanaan pelaporan keuangan
Timur 3. Komposisi gender pada sub bagian
keuangan SKPD Provinsi NTT tidak
Berdasarkan hasil uji hipotesis menun- berpengaruh terhadap kinerja pelaksanaan
jukkan bahwa komposisi gender tidak berpe- pelaporan keuangan
ngaruh terhadap kinerja pelaporan keuangan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Keterbatasan
Gallego, dkk. (2010) yang menunjukan bahwa
perbedaan gender tidak mempengaruhi kinerja Penelitian ini memiliki keterbatasan
perusahaan. Berkaitan dengan perbedaan antara lain :
gender, Manolova, dkk (2007) memberikan 1. Pada penelitian ini menggunakan satu
argumentasi terhadap teori harapan yakni bahwa objek yaitu pada lingkup pemerintahan
laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan Provinsi Nusa Tengara Timur,
pengalaman sosialisasi, seperti pengalaman dikarenakan keterbatasan peneliti untuk
sebelumnya dan afiliasi jejaring social, yang menambahkan objek yang ada (Kota dan
turut membentuk motivasi, harapan, usaha, Kabupaten) dan ukuran sampel pada
kinerja dan pilihan strategis yang berbeda. penelitian ini relatif kecil.
Perbedaan motivasi kerja antara laki-laki dan 2. Pengukuran kinerja dalam penelitian ini
perempuan yang berbasis pada perbedaan aspek- dilakukan dengan menggunakan
aspek psikologi sosial tersebut apabila instrumen penelitian yang dapat
digabungkan dapat menjadi kekuatan valensi menimbulkan self-rating bias.
yang seimbang dalam menca-pai kinerja yang
diinginkan. Hasil penelitian ini tidak Saran
mendukung argumentasi diatas.
Dengan demikian hasil temuan ini tidak Berdasarkan keterbatasan penelitian yang
mendukung penelitian Wayan Teg-Teg dan ada, maka penelitian ini memiliki saran antara
Wiwik Utami (2013) yang menemukan bahwa laian :
gender diversity berpengaruh positif terhadap 1. Pada penelitian mendatang diharapkan
kinerja pasar perusahaan dan kinerja internal dapat memperbanyak sampel dan
perusahaan. Penelitian Hardies dkk. (2010) yang responden agar temuan penelitian ini
menemukan bahwa tim auditor dengan kompo- dapat teruji generalisasinya.
sisi gender yang seimbang antara perempuan 2. Penelitian mendatang diharapkan apabila
dan laki-laki menunjukan tingkat kausalitas datanya tersedia, peneliti dapat
audit yang lebih baik daripada tim auditor menggunakan data sekunder untuk
perempuan dan tim auditor laki-laki. mengukur secara objektif kinerja
Dengan demikian hasil inipun pelaporan keuangan.
menjelaskan dengan adanya keragaman gender 3. Selanjutnya pada penelitian mendatang dapat
yang tergambar dalam komposisi gender tidak memperluas variabel yang dapat diteliti di
memiliki pengaruh terhadapatpelaksanaan sektor publik seperti budaya, usia, motivasi,
kinerja pelaporan keuangan SKPD. jabatan, leadership, Sistem Pengendalian
Internal dan pengukuran kinerja
menggunakan balanced scorecard
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis serta


pembahasan bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pendidikan pada Sub bagian keuangan
SKPD di Provinsi NTT tidak berpengaruh
terhadap kinerja pelaksanaan pelaporan
keuangan.

159
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

DAFTAR PUSTAKA Pemerintah Daerah. Jurnal WRA, Vol 1


April 2013
Achmad, N. 1982. Pendidikan dan Masyarakat.
Yogyakarta : CV. Bina Usaha. Eriva., Islahuddin dan Darwanis. (2011).
Pengaruh Pendidikan, Pelatihan, Masa
AIPD, 2009. Laporan Survey Pengukuran Kerja Dan Jabatan Terhadap Pemahaman
Manajemen Keuangan Publik Provinsi Laporan Keuangan Daerah (Studi Pada
Nusa Tenggara Timur. Kerjasama Pemerintah Aceh). Jurnal Akuntansi
Pemerintah Australia melalui Australia- Pascasarjana Universitas Syiah Kuala,
Nusa Tenggara Assistance for Regional Vol 1, No.2, Februari 2013 pp. 1- 14
Autonomy (ANTARA) Program Dengan
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Francis, B., I. Hasan, J. C. Park dan Q. Wu.
Timur (NTT). (2014). Gender differences in financial
reporting decision-making: Evidence from
Almanidar, E. 2009. Pemahaman Aparatur accounting conservatism. Bank of
Terhadap Proses Penyusunan Laporan Finland Research Discussion Papers No. 1
Keuangan Entitas Pada Pemerintah Tahun 2014.
Daerah Kabupaten Pidie. Tesis Magister 70
Program Pascasarjana Universitas Syiah Fred C. Lunenburg. (2011). Expectancy Theory
Kuala, Banda Aceh. of Motivation : Motivating by Altering
Expectation. International Journal of
Arfan dan Faisal. 2009. Pengaruh Masa Kerja, Management, Business, and
Jabatan dan Jenjang Pendidikan Terhadap Administration, Vol 15, Number 1.
Tingkat Pemahaman Aparatur Pemerintah
Tentang Prinsip-prinsip Good Gaballa A. S. M. and Z. Ning. (2010). An
Governance di Pemerintah Kota Banda Analytical Study of The Effects of
Aceh. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi. Experience on the Performance of the
Vol.2:1-14. External Auditor. International
Conference on Business and Economics
Arnania-Kepuladze, T. (2010). Gender Research,, Vol.1. IACSIT Press, Kuala
Stereotype and Gender Feature of Job Lumpur, Malaysia
Motivation: defference or similarity?.
Problems and Perspective in Management Gallego, I., I.M. Garca, dan L. Rodrguez.
vol 8, issue 2, tahun 2010. (2010). The Influence Of Gender
Diversity On Corporate Performance.
Carter, D. A., F. DSouza, B. J. Simkins, and W. Revista de Contabilidad-Spanish
G. Simpson. (2010). The Gender and Accounting Review, Vol. 13 - N 1 pp.
Ethnic Diversity of US Boards and Board 53-88
Committees and Firm Financial
Performance. Corporate Governance: Ghozali, I. (2006). Aplikasi Analisis
An International Review, vol 18 (No. 5): Multivariate dengan Program SPSS, edisi
p. 396414 3. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Cornejo, J. M. (2007). An Examination Of The
Relationships Among Perceived Gender Ghozali, I dan Latan, H (2012), Partial Least
Discrimination, Work Motivation, And Squares : Konsep,Teknik dan Aplikasi
Performance (Disertasi). University of Menggunakan Program SmartPLS 2.0
Central Florida, Orlando, Florida M3, Badan PenerbitUniversitas
Diponegoro, Semarang-Jawa Tengah
Delanno, G. F dan Deviani (2013). Pengaruh
Kapasitas SDM, Pemanfaatan TI dan Hardies, K., D. Breesch dan J. Branson. (2010).
Pengawasan Keuangan Terhadap Nilai Leading Your Audit Team: On the
Informasi Pelaporan Keuangan Importance of Team Gender dalam Husu,
L., Hearn J., A-M Lamsa dan S. Vanhala

160
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

(eds): Leadership Through The Gender Kusumastuti, s.,Supatmi dan Perdana. S. (2007).
Lens. Helsinki, Finland (hal. 171 184) Pengaruh Board Diversity Terhadap
: Penerbit Edita Prima Ltd. Nilai Perusahaan Dan Perspektif
Corporate Governance. Jurnal Ekonomi
Haryanto, Sahmuddin dan Arifuddin. (2007). Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Akuntansi Sektor Publik. Edisi Pertama. Universitas Kristen Petra.
Semarang : Badan Penerbit Universitas http://puslit,petra.ac.id.journals/accounti
Diponegoro. ng

Hollingsworth, B. A. (2008). Validating Lucia, A. D. dan R. Lepsinger. (1999). A


Auditors Assumptions: A Measure of the review ofThe Art and Science of
Quality of Performance. Journal of Competency Models. Penerbit: Jossey-
Business & Economics Research Vol 6, Bass / Pfeiffer, San Francisco
Number 10, October 2008, pp. 1 26
Manolva, T.S.,Carter, N.M.,Manev, I.M and
Hsieh, S-C, J-S. Lin dan H-C. Lee. (2012). Gyoshev, B.S (2007) The Differential
Analysis on Literature Review of Effect of Men and Women Entrepreneurs
Competency. International Review of Human Capital and Networking on
Business and Economics Vol.2 pp.25-50, Growth Expectancies in Bulgaria.
October 2012 Baylor University

Hunton, J.E., B. Wier dan , D.N. Stone. (2000). Mardiasmo, (2009). Perpajakan. Yogyakarta:
Succeeding in managerial accounting. Penerbit Andi Offset.
Part 2: a structural equations analysis.
Accounting, Organizations and Society Nitisemito, A. S. (1996). Manajemen Personalia
No. 25 Tahun 2000, pp. 751-762 : Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Gholia Indonesia.
IFAC, (2003). Towards Competent Professional
Accountants. International Education Noviwijaya, A. dan A. Rohman (2013).
Paper IEP 2, April 2003, International Pengaruh Keragaman Gender dan Usia
Federation of Accountants. Pejabat Perbendaharaan terhadap
Penyerapan Anggaran Satuan Kerja (Studi
Julius, O. (1999). Management Competencies, Empiris pada Satuan Kerja Lingkup
Attitude Towards Accessing Finance and Pembayaran KPPN Semarang I).
Performance of SMEs : A Case of Diponegoro Journal of Accounting vol 2
Selected SMEs in Masindi and Hoima No. 3 Tahun 2-13, hal.1-10.
Districts. A Dissertation Submitted to
the School of Graduate Studies in Partial Okafor, C.A. dan O. Egbon. (2011). Academic
Fulfillment for the Award of a Master of Performance of Male versus Female
Science in Accounting and Finance Accounting Undergraduate Students:
Degree of Makerere University. Evidence from Nigeria. Higher
Education Studies Vol. 1, No. 1; pp. 9
Kawedar, W., Rohman, A. dan Handayani, S. 19
(2008). Akuntansi Sektor Publik.
Pendekatan Penganggaran Daerah dan Qimyatussaadah, B, Subroto dan G. Irianto.
Akuntansi Keuangan Daerah. Semarang : (2013). Pengaruh Gender Auditor dan
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gender Klien terhadap Audit Judgement
(Sebuah Kajian Kuasi Eksperimen).
Kornberger, M. C. Carter dan A. Ross-Smith. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi
(2010). Changing gender domination in XVI, 25-28, Manado, hal.1789-1820
a Big Four accounting rm: Flexibility,
performance and client service in Rohman, A. (2009). Akuntansi Sektor Publik
practice. Accounting, Organizations and Telaah dari Dimensi : Pengeloaan
Society, doi:10.1016/j.aos.2010.09.005 Keuangan Daerah, Good Governance,

161
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Pengendalian, Pengawasan, dan Part 1: knowledge, ability, and rank.


Pengukuran Kinerja Pemerintah Accounting, Organizations and Society
Daerah. Semarang : Badan Penerbit No. 25 Tahun 2000, pp. 697-715.
Universitas Diponegoro.
Sukirman, D. (2009). Terbatasnya Kompetensi
Sholihin, M dan Ratmono, D. (2013). Analisis SDM Salah Satu Penyebab Buruknya
SEM-PLS dengan WarpPls untuk Pengelolaan Keuangan Daerah. Warta
hubungan nonlinear dalam penelitian Pengawasan Vol. XVI No.1. Tahun 2009.
ilmu sosial. Peneribt Andi Offset, Jakarta.
Teg Teg, W. dan W. Utami. (2013). Pengaruh
Sihite, T. H. (2012). Pengaruh Pendidikan dan Gender Diversity dan Remunerasi
Pelatihan (Diklat) serta Motivasi terhadap Direksi Terhadap Kinerja
Kinerja Pegawai di Sekretariat Daerah Perusahaan di Bursa Efek
Kabupaten Tapanuli Tengah. Tugas Indonesia. Prosiding Simposium
Akhir Program Magister, Program Pasca Nasional Akuntansi XVI, 25-28
Sarjana Universitas Terbuka, Jakarta. September 2013, Manado hal.
4216-4240.
Solanas, A, R. M. Selvam, J, Navarro dan D.
Leiva. (2012). Some Common Indices The World Bank. (2007). Pengelolaan Keuangan
of Group Diversity: Upper Boundaries Publik di Aceh: Mengukur Kinerja
dalam Spink A.J., F.Grieco, O. E. Krips, Pengelolaan Keuangan Pemerintah
L.W.S Loijens, L.P.J.J. Noldus dan Daerah di Aceh. Jakarta: World
P.H.Zimmerman (eds): Proceeding of Bank Office.
Measuring Behavior, Utrech, The
Netherland, pp. 412 413. The World Bank. (2008). Mengoptimalkan
Kontribusi Desentralisasi Bagi
Spencer, L. M. dan S. M. Spencer (1993). Pembangunan: Metodologi
Competence at Work: Models for Kerangka Kerja Pengukuran
Superior Performance. Jhon Willey & Kinerja Pemerintah Daerah
Sons, Inc., New York. (LGPM). Jakarta: Decentralization
Support Facility,World Bank
Stone, D. N., J. E. Hunton dan B. Wier. (2000). Office.
Succeeding in managerial accounting.

162
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

PENGARUH BELANJA LANGSUNG SEKTOR PENDIDIKAN,


KESEHATAN, INFRASTRUKTUR, DAN PERTANIAN
TERHADAP IPM
(Studi Kasus Pada Kabupaten/Kota Propinsi NTT)
Helda Marlin Ala
Universitas Kristen Artha Wacana Kupang
Email: heldamarlinala@gmail.com

ABSTRACT
.
This study aims to examine the effect of direct expenditures of education sector, health sector
infrastructure and agriculture on the human development index (HDI) is often used as successfulness
indicator of the development in a nation or a region. This research is motivated that the direct
expenditure of education sector, health sector, infrastructure, and agriculture are important
components of the human development index (HDI).
The population of this study were the entire area of the district / city in the province of East
Nusa Tenggara. The data in this study were secondary data obtained from the Secretariat of the
Provincial Finance Bureaue of East Nusa Tenggara and Central Bureau of Statistics of East Nusa
Tenggara Province. A total data of 60 observations were used for analysis tool used to test hypotheses
is multiple linear regresion.
Results of this study show that the direct expenditures of education sector and infrasructure sector
have significant positive effects on the human development index. This study, however, does not find
evidence that expenditures of health and agriculture sector affect human development index.

Keywords : Direct expenditure, education sector expenditure, direct health expenditure, direct
infrastructure, direct agriculture, human development index

PENDAHULUAN mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah


secara optimal sesuai dinamika dan tuntutan
Berdasarkan Undang Nomor 32 tahun masyarakat yang berkembang. Peraturan
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Undang Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dimana
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah kebijakan pengelolaan keuangan daerah
Pusat dan Daerah, merupakan satu kesatuan mempunyai sasaran agar pengeluaran
yang tidak dapat dipisahkan dalam upaya pemerintah dapat teridentifikasi dengan jelas
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan dan terukur mengenai sesuatu yang ingin
masyarakat. Semangat desentralisasi, dicapai dalam satu tahun anggaran. Sasaran
demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas yang ingin dicapai tersebut dituangkan dalam
menjadi sangat dominan dalam mewarnai Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
proses penyelenggaraan pemerintah pada yang memuat rencana keuangan yang
umumnya dan proses pengelolaan keuangan diperoleh dan digunakan Pemerintah Daerah
daerah pada khususnya. dalam rangka melaksanakan tugas
Dengan pengaturan tersebut diharapkan pemerintahan dan memberikan pelayanan
terdapat keseimbangan yang lebih transparan kepada masyarakat. Adapun di dalam belanja
dan akuntabel dalam pendistribusian daerah, pembiayaan terbagi dua belanja tidak
kewenangan, pembiayaan dan penataan sistem langsung dan belanja langsung, belanja tidak
pengelolaan keuangan yang lebih baik dalam langsung merupakan belanja yang untuk

163
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

kegiatan rutin seperti belanja pegawai Penyusunan Anggaran Pendapatan


sedangkan untuk belanja langsung merupakan Belanja Daerah (APBD) bertujuan penyediaan
investasi pemerintah daerah untuk peningkatan anggaran lebih berorientasi pada kepentingan
pembangunan secara umum. publik dan memenuhi prinsip transparansi,
Secara empiris pemerintah daerah dan akuntabilitas. Maka untuk menyusun
adalah sebagai pelayan masyarakat dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah yang
menyiapkan anggaran masukan (input) memenuhi azas tertib, transparansi, akunta-
maupun keluaran (output) karena sangat jarang bilitas, konsistensi, komparabilitas, akurat
dijumpai dalam pelaksanaan pembangunan dapat dipercaya dan mudah dimengerti, sesuai
bisa teroganisasi antara pemerintah daerah dengan tahapannya maka disusun Kebijakan
yang satu sama dengan pemerintah daerah Umum Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
yang lain karena setiap pemerintah daerah (APBD), prioritas dan plafon anggaran
mempunyai kebijakan anggaran yang berbeda- sementara yang selanjutnya menjadi pedoman
beda disesuaikan dengan kebutuhan daerah. bagi perangkat daerah dalam menyusun usulan
Dengan latar belakang seperti itu, dalam program. Kegiatan dan anggaran yang disusun
program/kegiatan orientasi Pemerintah Daerah berdasarkan prinsip-prinsip anggaran prestasi
dalam suatu pelaksanaan pembangunan daerah kerja dan dituangkan dalam rencana kerja dan
yang relatif homogen cenderung mengejar anggaran (RKA) Satuan Kerja Perangkat
efisiensi teknis yang dalam pelaksanaannya Daerah(SKPD) dengan mempertimbangkan
diterjemahkan sebagai upaya memaksimalkan kondisi ekonomi dan keuangan daerah.
hasil pembangunan. Berkaitan dengan itu, Engineer (2005)
Dalam menyiapkan Rencana Kerja menjelaskan penggunaan indeks pembangunan
Pemerintah Daerah, Pemerintah telah manusia (IPM) sebagai kriteria perencanaan
mengeluarkan Kebijakan yaitu Peraturan pembangunan ekonomi, dengan strategi
Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang memaksimalkan indeks pembangunan manusia
Tahapan Tata Cara Penyusunan, Pengendalian (IPM) melalui perencanaan pendidikan dan
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana kesehatan yang secara langsung mempenga-
Pembangunan Daerah. Yang disesuaikan dari ruhi indeks pendidikan dan indeks kesehataan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 dan tidak langsung mempengaruhi pendapatan
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. per kapita. Terbatasnya kemampuan fiskal
Menggunakan analisis standar belanja, standar pemerintah daerah Kabupaten dalam lingkup
satuan harga dan standar pelayanan minimal Provinsi NusaTenggara Timur (NTT)
anggaran berdasarkan prestasi kerja diharap- menyulitkan alokasi anggaran belanja daerah,
kan dapat mengoptimalkan penggunaan dana sehingga untuk memaksimalkan pencapaian
masyarakat yang selama ini dinilai cenderung tujuan pembangunan, maka alokasi belanja
lebih besar untuk belanja publik. Penjelasan daerah perlu diarahkan pada upaya
Permendagri tersebut mengisyaratkan semua memaksimalkan indeks pembangunan manusia
pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan (IPM).Indeks pembangunan manusia (IPM)
desentralisasi fiskal dilakukan sesuai jumlah merupakan indeks komposit yang didasarkan
dan sasaran yang ditetapkan dalam Anggaran atas indeks kesehatan, indeks pendidikan dan
Pendapatan Belanja Daerah (APBD), sehing- pendapatan per kapita.
ga menjadi dasar bagi kegiatan pengendalian Sejalan dengan itu, maka pelayanan
pemeriksaan dan pengawasan keuangan kebutuhan dasar yang perlu mendapat
daerah. Mengkaji persoalan tentang pelaksa- perhatian dari pemerintah daerah adalah
naan anggaran sebenarnya adalah mengkaji pelayanan di bidang pendidikan, kesehatan
masalah efisiensi teknis karena ukuran dan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat.
penyediaan anggaran pada hakekatnya Berkaitan dengan itu, maka alokasi belanja
menunjukkan pada seberapa besar keluaran pemerintah daerah pada sektor pendidikan,
(output) dapat dihasilkan per unit masukan kesehatan, dan infrastruktur perlu mendapat
(input) tertentu. Jika faktor hasil di asumsikan perhatian lebih dari pemerintah. Dimana pada
output, efisiensi teknis pada akhirnya sektor pendidikan masalah tingginya angka
menentukan hasil pembangunan yang diterima putus sekolah dan rendahnya proporsi murid
pemerintah dan masyarakat. yang melanjutkan dari sekolah dasar (SD) ke
sekolah menengah pertama (SMP) dipengaruhi

164
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

oleh beberapa faktor yang saling terkait. sedikit dataran rendah sehingga terkadang
Beberapa faktor yang berpengaruh secara membuat pelayanan penyuluhan kurang bisa
langsung adalah rendahnya pendapatan dilakukan dengan cepat dan tepat serta tidak
keluarga dan jarak ke sekolah, khususnya bagi menjangkau seluruh pelosok daerah. Maka
murid sekolah menengah pertama (SMP) dan belanja publik sektor pertanian juga perlu
sekolah menengah atas (SMA), karena mendapatkan perhatian dalam alokasi belanja
sekolah terletak di ibukota kecamatan. Hal ini pemerintah, dengan tujuan untuk mening-
semakin mengurangi akses anak untuk katkan produktivitas pertanian yang akan
bersekolah. Kualitas guru dan mutu kurikulum berdampak pada peningkatan pendapatan per
yang rendah juga menghambat perkembangan kapita masyarakat.
kemampuan siswa, sedangkan masalah Banyak penelitian yang menghubung-
kekerasan terhadap murid menyebabkan kan variabel indeks pembangunan manusia
kegiatan belajar menjadi kurang menyenang- (IPM) dengan variabel belanja publik di sektor
kan dan anak-anak menjadi malas bersekolah. pendidikan, kesehatan dan infrastruktur telah
Masalah kualitas pendidikan juga dilakukan dan dipublikasikan, namun
dihadapkan pada masalah menyangkut hubungan antara belanja publik di sektor
distribusi guru yang tidak merata, yang pertanian dengan indeks pembangunan
menyebabkan kebanyakan guru berada di manusia (IPM) belum banyak dilakukan.
daerah perkotaan, sektor kesehatan dihadapkan Belanja publik pada setiap sektor dalam
pada masalah penyakit menular, khususnya Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
malaria dan TBC (tuberculosis), tingginya dikelompokkan menjadi belanja langsung dan
kematian ibu melahirkan, dan kematian bayi belanja tidak langsung. Menurut Cardiman
memengaruhi kondisi kesehatan dan produk- (2006) belanja tidak langsung aparatur
tivitas masyarakat, dan juga menyebabkan pemerintah berpengaruh nyata terhadap
tingginya kematian ibu melahirkan indeks pendidikan dan indeks pendapatan
dipengaruhi oleh cara pertolongan persalinan. namun berpengaruh tidak nyata terhadap
Dan pembangunan infrastruktur belum mampu indeks kesehatan, sedangkan belanja langsung
mengatasi masalah penyediaan sarana belanja publik berpengaruh nyata terhadap
prasarana kesehatan. Meskipun pembangunan indeks pendidikan, indeks kesehatan dan
tersebut telah meningkatkan rasio fasilitas indeks pendapatan. Menurut Christy dan Adi
kesehatan dan tenaga kesehatan terhadap (2009) alokasi belanja langsung pemerintah
pasien, ketersediaan fasilitas dan tenaga berupa belanja modal berpengaruh nyata
kesehatan masih kurang memadai. Selain itu, terhadap indeks pembangunan manusia (IPM).
untuk Provinsi NusaTenggara Timur (NTT) Sedangkan Menurut Vegirawati (2012) belanja
dengan tingkat kemiskinan yang masih tinggi langsung pemerintah tidak dapat digunakan
dan struktur ekonomi daerah masih bertumpu untuk memprediksi indeks pembangunan
pada sektor primer terutama sektor pertanian manusia (IPM).
maka pembangunan sektor pertanian perlu Berdasarkan pemikiran tersebut, maka
menjadi bagian dari prioritas pembangunan dirasa perlu untuk dilakukannya penelitian
daerah. Walaupun kontribusi sektor pertanian yang menghubungkan variabel alokasi belanja
terhadap Produk Domestik Regional Bruto langsung di sektor pendidikan, kesehatan,
(PDRB) sangat besar, tetapi belanja pertanian infrastruktur dan pertanian dengan indeks
relatif kecil dan cenderung menurun. Dimana pembangunan manusia (IPM). Laporan Biro
produksi pertanian tidak terlepas dari adanya Pusat Statistik (BPS) Provinsi Nusa Tenggara
suatu kegiatan penyuluhan pertanian yang baik Timur perkembangan indeks pembangunan
pula. Penyuluhan pertanian tidak hanya manusia sepanjang tahun 1996 sampai 2011
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
tanaman pertanian tetapi juga bertujuan untuk Sepanjang tahun 2009 sampai 2011, indeks
menambah pengetahuan dan keahlian para pembangunan manusia Nusa Tenggara Timur
petani. Namun seringkali kegiatan penyuluhan cukup baik yaitu sebesar 1, 86 per tahun yang
pertanian menghadapi kendala yang disebab- dapat dikategorikan masuk dalam kelompok
kan oleh luasnya wilayah, masalah jarak dan indeks pembangunan manusia sedang. Hal ini
letak geografis wilayah dengan sebagian besar banyak memberi indikasi awal keberhasilan
wilayahnya bergunung dan berbukit, hanya pembangunan manusia di Nusa Tenggara

165
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Timur, walaupun masih lebih rendah pemerintahan dengan baik. Oleh karena itu,
dibanding angka indeks pembangunan tuntutan tersebut merupakan hal yang wajar
manusia nasional, yaitu 71, 76 dan 72, 77 dan sudah seharusnya direspon oleh
untuk periode tahun yang sama. Model pemerintah dengan melakukan perubahan yang
hubungan antara variabel-variabel alokasi terarah pada terwujudnya penyeleng-garaan
belanja langsung sektoral tersebut dengan yang baik.
capaian indeks pembangunan manusia dapat
digunakan untuk memprediksi alokasi belanja 2. Akuntansi Sektor Publik
setiap sektor layanan dasar tersebut dalam
rangka memaksimalkan capaian indeks Istilah sektor publik pertama kali
pembangunan manusia. Pengamatan dilakukan digunakan pada tahun 1952. Pada saat itu,
pada tahun 2008 sampai tahun 2012 di sektor publik sering dikaitkan sebagai bagian
Provinsi Nusa Tenggara Timur. dan manajemen ekonomi makro yang terkait
dengan pembangunan dan lembaga pelaksana
TELAAH TEORI pembangunan. Tahun 1980-an reformasi
sektor publik dilakukan di negara-negara
1. Teori Good Governance industri maju dan reformasi sektor publik
tersebut diwujudkan dengan mengadopsi
Secara etimologis good governance pendekatan New Public Management (NPM)
terdiri dari dua kata yaitu good dan and reinventing goverment. Menurut Bastian
governance, good merupakan kata yang (2006) Sejak awal 1990-an, paradigma
berasal dari bahasa inggris yang berarti baik pemerintahan diberbagai negara bergeser dari
sedangkan governance berasal dari bahasa pemeritah formal (ruling government),
Perancis kuno gouvernance yang berarti menuju ke tata pemerintahan yang baik (good
pengenda-lian dan suatu keadaan yang berada governance), dalam rangka menempatkan
dalam kondisi terkendali. administrasi pemerintahan menjadi lebih
Secara istilah, pengertian good berhasil guna, berdaya guna, dan berkeadilan
governance dapat ditijau dari dua segi yang bagi setiap warga masyarakat. Aparat
berbeda, yaitu good goverment governance pemerintahan berubah menjadi tanggap akan
dan good corporate governance. Good tuntutan lingkungannya, sehingga pelayanan
goverment governance dilihat dari sudut yang diberikan yang terbaik dengan prosedur
pandang pemerintah sedangkan good yang transparan dan berakuntanbilitas. Dan
corporate governance dilihat dari sudut akuntansi sektor publik di identifikasikan
pandang korporasi atau perusahaan swasta. sebagai mekanisme teknik dan analisis
Dalam penelitian ini, good governance yang akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan
dimaksud adalah good goverment governance dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi
karena yang dibahas lebih lanjut mengacu negara dan departemen-departemen dibawah-
pada sudut pandang pemerintahan. nya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD,
Political governance mengacu pada LSM, dan yayasan sosial, maupun pada
proses pembuatan kebijakan (policy strategy proyek-proyek kerja sama sektor publik
formulation). Economic governance mengacu swasta.
pada proses pembuatan keputusan di bidang
ekonomi yang berimplikasi pada masalah 3. Otonomi Daerah
pemerataan, penurunan kemiskinan dan
peningkatan kualitas hidup. Administrative Menurut Bastian (2006) desentralisasi
governance mengacu pada sistem dan penguatan demokrasi di tingkat lokal
implementasi kebijakan. merupakan elemen dasar yang melandasi
Good governance merupakan salah satu kelahiran Undang-Undang Nomor 22 Tahun
isu yang mengemuka dalam pengelolaan 1999 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
keuangan dan administrasi pemerintahan 2004 tentang pemerintahan daerah, dimana
dewasa ini. Dengan meningkatnya pengeta- Undang-Undang ini menggantikan Undang-
huan masyarakat dan tingkat globalisasi, Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang
masyarakat gencar untuk menuntut agar Pemerintahan Daerah yang bernuansa
Pemerintah melaksanakan penyelenggaraan sentralistik dan mengabaikan aspirasi

166
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

masyarakat lokal selama Rezim Orde Baru. 5. Pendapatan Daerah


Desentralisasi merupakan instrumen untuk
mencapai tujuan tertentu yang ingin dicapai Standar akuntansi pemerintah yang
suatu negara, yaitu pencapaian nilai-nilai dan berlaku di indonesia saat ini diatur dalam
komunitas bangsa, terciptanya pemerintahan peraturan pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
yang demokratis, kemandirian masyarakat Standar akuntansi pemerintah dalam PP ini
sebagai perwujudan dari otonomi, peningkat- dinyatakan dalam bentuk Pedoman Standar
an efisiensi administrasi, dan pembangunan Akuntansi Pemerintah (PASP). PASP dibuat
sosial ekonomi. Tujuan pemberian otonomi oleh komite Standar Akuntansi Pemerintah
luas kepada daerah sebagaimana diamanatkan (KSAP). PSAP dalam PP Nomor 71 Tahun
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 2010 merupakan SAP basis akrual atau SAP
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- acrual basis. Dengan basis ini, entitas pela-
Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang poran menyelenggarakan akuntansi dan
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah penyajian laporan keuangan dengan
Pusat dan Pemerintahan Daerah menyebutkan menggunakan basis akrual baik dalam
bahwa diarahkan untuk mempercepat pendapatan dan beban, maupun pengakuan
terwujudnya kesejateraan masyarakat melalui aset, kewajiban, ekuitas.
peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan
peran serta masyarakat. Melalui otonomi luas 6. Belanja Daerah
daerah diharapkan mampu meningkatkan daya
saing dengan memperhatikan prinsip Menurut Peraturan Menteri Dalam
demokrasi, pemerataan, keadilan, keistime- Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
waan dan kekhususan serta potensi dan Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
keanekaragaman daerah dalam sistem (NKRI) Klasifikasi belanja sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
4. Penganggaran Daerah tersebut di atas dijabarkan lebih lanjut dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri
Anggaran pendapatan dan belanja (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006.
daerah (APBD) merupakan rencana keuangan
tahunan pemerintahan daerah dalam rangka 7. Belanja langsung.
penyeleng-garaan pemerintahan yang dibahas
dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah Haryanto dan Sahmudin (2008)
dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD), menjelaskan belanja langsung terdiri dari
dan ditetapkan dengan peraturan daerah, dan belanja pegawai, belanja barang dan jasa,
setiap penganggaran penerimaan dan belanja modal. Belanja pegawai untuk
pengeluaran dalam anggaran pendapatan pengeluaran honorarium upah dalam
belanja daerah (APBD) harus memiliki dasar melaksanakan program dan kegiatan
hukum penganggaran yang diprioritaskan pemerintahan daerah.
untuk melaksanakan kewajiban pemerintah
daerah sebagaimana ditetapkan dalam 8. Belanja Tidak Langsung
peraturan perundang-undangan. Haryanto.,
dkk (2007) menjelaskan anggaran pendapatan Haryanto dan Sahmudin (2008)
dan belanja daerah (APBD) sebagai rencana menjelaskan belanja tidak langsung belanja
keuangan tahunan, menggambarkan semua yang penganggarannya tidak dipengaruhi
hak dan kewajiban daerah dalam rangka secara langsung oleh adanya usulan program
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang atau kegiatan.
dapat dinilai dengan uang, segala bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan 9. Teori Pertumbuhan Ekonomi
kewajiban daerah dalam kurun waktu satu
tahun dalam rangka mewujudkan pelayanan Teori pertumbuhan ekonomi historis
kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan dibangun berdasarkan pengalaman empiris,
bernegara yang berfungsi sebagai instrumen sehingga teori dapat dijadikan sebagai dasar
otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, untuk memprediksi dan membuat suatu
distribusi, dan stabilisasi.

167
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

kebijakan. Teori yang mengungkapkan tentang United Nations Program (UNDP) menerbitkan
konsep pertumbuhan ekonomi. laporan indeks pembangunan manusia
(IPM)/Human Development Index (HDI)
10. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik adalah pengukuran perbandingan dari harapan
hidup, melek huruf, pendidikan dan standar
Ricardo (1823:45) dalam (Herlan 2009) hidup untuk semua negara seluruh dunia,
mengemukakan faktor pertumbuhan penduduk dimana indeks pembangunan manusia (IPM)
yang semakin besar sampai menjadi dua kali digunakan untuk mengklasifikasikan apakah
lipat pada suatu saat akan menyebabkan sebuah negara adalah negara maju, negara
jumlah tenaga kerja melimpah. Kelebihan berkembang atau negara terbelakang dan juga
tenaga kerja akan mengakibatkan upah untuk mengukur pengaruh dari kebijaksaan
menjadi turun. Sehingga upah tersebut hanya terhadap kualitas hidup.
dapat digunakan untuk membiayai taraf hidup
minimum sehingga perekonomian akan HIPOTESIS PENELITIAN
mengalami kemandegan (statonary state). Dan
teori pertumbuhan ekonomi klasik adalah H1 Belanja langsung sektor pendidikan
:
pertumbuhan ekonomi tergantung pada faktor- berpengaruh positif terhadap indeks
faktor produksi. Laju pertumbuhan ekonomi pembangunan manusia (IPM).
sangat dipengaruhi oleh produktivitas sektor- H2: Belanja langsung sektor kesehatan
sektor dalam menggunakan faktor-faktor berpengaruh positif terhadap indeks
produksinya. produktivitas dapat di tingkatkan pembangunan manusia (IPM).
melalui berbagai sarana, pendidikan, pelatih- H3 : Belanja langsung sektor infrastruktur
an dan manajemen yang lebih baik. berpengaruh positif terhadap indeks
pembangunan manusia (IPM).
11. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo- H4 : Belanja langsung sektor pertanian
Klasik berpengaruh positif terhadap indeks
pembangunan manusia (IPM).
Solow (1962:63) dalam Herlan (2009)
mengemukakan pertumbuhan ekonomi me-
rupakan rangkaian kegiatan yang bersumber PEMBAHASAN
pada manusia, akumulasi modal, pemakaian
teknologi modern dan hasil atau output. Hasil pengujian masing-masing variabel
Adapun pertumbuhan penduduk dapat independen terhadap variabel dependenya
berdampak positif dan dapat berdampak dapat dianalisis sebagai berikut :
negatif, pertambahan penduduk harus
dimanfaatkan sebagai sumber daya yang 1. Pengaruh Belanja Langsung Sektor
positif. Sedangkan Domar (1947:72) dalam Pendidikan terhadap Indeks
Herlan (2009) mengemukakan modal harus Pembangunan Manusia
dipakai secara efektif, karena pertumbuhan
ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan Hipotesis H1 yang diajukan menyatakan
pembentukan modal, pendapatan nasional, bahwa belanja langsung sektor pendidikan
dan kesempatan kerja. Dan teori pertumbuhan berpenga-ruh positif terhadap indeks
ekonomi neo-klasik adalah sebagai kenaikan pembangunan manusia. Hasil pengujian
jangka panjang dalam kemampuan suatu menunjukan bahwa diperoleh nilai t hitung
negara untuk menyediakan semakin banyak lebih besar dari nilai signifikansi yang
jenis barang-barang ekonomi kepada dipersyaratkan. Hasil ini berarti bahwa belanja
penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai langsung sektor pendidikan berpengaruh
dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian positif terhadap indeks pembangunan
kelembagaan dan ideologis yang manusia. Bukti empiris yang terdapat pada
diperlukannya. tabel 4.3 tentang hasil statistik deskriptif
penelitian menunjukan bahwa secara umum
12. Indeks Pembangunan Manusia total belanja langsung sektor pendidikan
terhadap indeks pembangunan manusia

168
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

mencapai rata-rata (mean) sebesar 32, 0552 difokuskan pada penambahan guru pada semua
atau 96%, kondisi tersebut memberikan bukti jenjang pendidikan berdampak terhadap
empiris bahwa belanja langsung sektor peningkatan indeks pembangunan manusia di
pendidikan berpengaruh sangat tinggi terhadap Provinsi Nusa Tenggara Timur.
indeks pembangunan manusia untuk proporsi
belanja pendidikan 30% dari total belanja 2. Pengaruh Belanja Langsung Sektor
daerah. Pera (2013). Kesehatan terhadap Indeks
Dengan demikian hasil pengujian H1 Pembangunan Manusia
sesuai dengan hasil penelitian Fattah dan Muji
(2012) menyatakan bahwa alokasi belanja Hipotesis H2 yang diajukan menyatakan
pemerintah pada sektor pendidikan bahwa belanja langsung sektor kesehatan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap berpengaruh positif terhadap indeks pemba-
indeks pembangunan manusia (IPM). ngunan manusia. Hasil pengujian menunjukan
Demikian pula hasil ini sesuai dengan hasil bahwa nilai t hitung lebih kecil dengan nilai
penelitian Cardiman (2006) yang menemukan signifikansi yang dipersyaratkan. Hasil ini
bahwa belanja langsung daerah berpengaruh berarti bahwa tidak ditemukan hubungan
positif terhadap peningkatan indeks antara belanja langsung kesehatan dengan
pembangunan manusia. Dengan permasalahan indeks pembangunan manusia. Bukti empiris
yang dihadapi oleh masyarakat di Provinsi yang terdapat pada tabel 4.3 tentang hasil
Nusa Tenggara Timur pada sektor pendidikan statistik deskriptif penelitian menunjukan
dimana tingginya angka putus sekolah dan bahwa secara umum total belanja langsung
rendahnya proporsi murid yang melanjutkan sektor kesehatan terhadap indeks pembangu-
dari tingkat sekolah dasar (SD) ke sekolah nan manusia mencapai rata-rata sebesar 20,
menengah pertama (SMP) dipengaruhi oleh 8208 atau 25% kondisi tersebut memberikan
beberapa faktor yang saling terkait rendahnya bukti empiris bahwa belanja langsung sektor
pendapatan keluarga dan jarak ke sekolah, kesehatan belum secara signifikan berpenga-
khususnya bagi murid Sekolah Menengah ruh walaupun total belanja langsung sektor
Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas kesehatan cukup tinggi untuk proporsi belanja
(SMA), karena sekolah terletak di ibukota kesehatan sebesar 12 % dari total belanja
kecamatan. Hal ini semakin mengurangi akses daerah. Pera (2013).
anak untuk bersekolah. Kualitas guru dan mutu Dengan demikian hasil pengujian H2
kurikulum yang rendah juga menghambat menunjukan bahwa tidak terbukti pengaruh
perkembangan kemampuan siswa, sedangkan belanja langsung sektor kesehatan terhadap
masalah kekerasan terhadap murid indeks pembangunan manusia. Hasil peneliti-
menyebabkan kegiatan belajar menjadi kurang an tersebut sesuai dengan hasil penelitian
menyenangkan dan anak-anak menjadi malas Badrudin dan Khasanah (2011) yang
bersekolah. Masalah kualitas pendidikan juga menyatakan bahwa belanja kesehatan tidak
dihadapkan pada masalah menyangkut distri- berpengaruh terhadap indeks pembangunan
busi guru yang tidak merata, yang menyebab- manusia. Sektor kesehatan dihadapkan pada
kan kebanyakan guru berada di daerah masalah penyakit menular, khususnya malaria
perkotaan. Teori Good Governance sebagai dan TBC (tuberculosis), tingginya kematian
tata kelola organisasi secara baik dengan ibu melahirkan, dan kematian bayi memenga-
prinsip- prinsip keterbukaan, keadilan, dan ruhi kondisi kesehatan dan produktivitas
dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka masyarakat, dan juga menyebabkan tingginya
mencapai tujuan organisasi. Todaro (2006). kematian ibu melahirkan dipengaruhi oleh cara
Menurut Pera (2013) Dengan adanya pertolongan persalinan. Pembangunan infra-
perbaikan struktur belanja pendidikan dengan struktur belum mampu mengatasi masalah
memberi porsi yang lebih besar pada belanja penyediaan sarana prasarana kesehatan, mes-
modal dari total belanja pendidikan dan kipun pembangunan tersebut telah meningkat-
pengendalian yang lebih baik, terutama pada kan rasio fasilitas kesehatan dan tenaga
tahapan perencanaan dan penganggaran kesehatan terhadap pasien, ketersediaan
dengan berfokus pada prioritas program dan fasilitas dan tenaga kesehatan masih kurang
kegiatan sehingga anggaran dapat dimanfaat- memadai. Mengingat urusan kesehatan
kan secara efektif, dan belanja pegawai lebih merupakan bagian penting dari program

169
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

prioritas pembangunan daerah, maka belanja kelistrikan yang berdampak pada kurangnya
langsung sektor kesehatan perlu ditingkatkan akses masyarakat terhadap aktivitas
dari total belanja daerah dengan melihat pendidikan, kesehatan, dan ekonomi
permasalahan yang terjadi di Provinsi Nusa masyarakat. Teori Good Governance
Tenggara Timur. menjelaskan kegiatan suatu lembaga
Menurut Pera (2013) Pemanfaatan pemerintah yang dijalankan berdasarkan
sumber dana melalu belanja langsung sektor kepentingan rakyat dan norma yang berlaku
kesehatan melalui program Revolusi untuk mewujudkan cita-cita negara dimana
Kesehatan Ibu dan Anak perlu mendapat kekuasaan dilakukan oleh masyarakat yang
perhatian dan peningkatan kapasitas rumah diatur dalam berbagai tingkatan pemerintahan
sakit, puskesmas, jumlah tenaga kesehatan negara yang berkaitan dengan sumber-sumber
sehingga kualitas layanan kesehatan yang sosial-budaya, politik, dan ekonomi. Todaro
semakin meningkat, sehingga berdampak pada (2006).
peningkatan indeks pembangunan manusia. Menurut Pera (2013) Dengan struktur
belanja yang mngutamakan belanja modal dan
3. Pengaruh Belanja Langsung Sektor proporsi belanja infrastruktur dan program
Infrastuktur terhadap Indeks pemeliharaan perlu dipertahankan berdampak
Pembangunan Manusia pada perbaikan peningkatan sarana prasarana
yang telah mendorong peningkatan aktivitas
Hipotesis H3 yang diajukan menyatakan ekonomi masyarakat, sehingga berdampak
bahwa belanja langsung sektor infrastuktur pada peningkatan indeks pembangunan
berpengaruh positif terhadap indeks manusia.
pembangunan manusia. Hasil pengujian
menunjukan bahwa diperoleh nilai t hitung 4. Pengaruh Belanja Langsung Sektor
lebih besar dari nilai signifikansi yang Pertanian terhadap Indeks
dipersyaratkan. Hasil ini berarti bahwa belanja Pembangunan Manusia
langsung sektor pendidikan berpengaruh
positif terhadap indeks pembangunan Hipotesis H4 yang diajukan menyatakan
manusia. Bukti empiris yang terdapat pada bahwa belanja langsung sektor pertanian
tabel 4.3 tentang hasil statistik deskriptif berpengaruh positif terhadap indeks
penelitian menunjukan bahwa secara umum pembangunan manusia. Hasil pengujian
total belanja langsung sektor infrastruktur menunjukan bahwa diperoleh nilai t hitung
terhadap indeks pembangunan manusia lebih kecil dengan nilai signifikansi yang
mencapai rata-rata sebesar 49, 3278 atau 34%, dipersyaratkan. Hasil ini berarti bahwa belanja
kondisi tersebut memberikan bukti empiris langsung pertanian tidak bepengaruh terhadap
bahwa belanja langsung sektor infrastruktur indeks pembangunan manusia. Bukti empiris
berpengaruh sangat tinggi terhadap indeks yang terdapat pada tabel 4.3 tentang hasil
pembangunan manusia untuk proporsi belanja statistik deskriptif penelitian menunjukan
sektor infrastruktur yaitu sebesar 70 % dari bahwa secara umum total belanja langsung
total belanja daerah. Pera (2013). sektor pertanian terhadap indeks pembangunan
Dengan demikian hasil pengujian H3 manusia mencapai rata-rata sebesar 11, 2375
sesuai dengan hasil penelitian Fattah dan Muji atau % kondisi tersebut memberikan bukti
(2012) menyatakan bahwa alokasi belanja empiris bahwa belanja langsung sektor
pemerintah pada sektor infrastruktur pertanian belum secara signifikan berpengaruh
berpengaruh positif dan signifikan terhadap walaupun total belanja langsung sektor
indeks pembangunan manusia (IPM). Hasil pertanian cukup tinggi terhadap indeks
penelitian Kusharjantoa dan Kimb (2011) juga pembangunan manusia untuk proporsi belanja
menemukan bahwa belanja langsung pertanian dari total belanja daerah yaitu
infrastruktur berpengaruh positif terhadap sebesar 10 % dari total belanja daerah. Pera
peningkatan indeks pembangunan manusia. (2013).
Sektor infrastruktur dihadapkan pada Dengan demikian hasil pengujian H4
permasalahan kurangnya penyediaan sarana menunjukan bahwa tidak terbukti pengaruh
prasarana yang berkaitan dengan jalan, belanja langsung sektor pertanian terhadap
jembatan, irigasi, air bersih, perumahan dan indeks pembangunan manusia. Namun

170
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

demikian, hasil penelitian tersebut sesuai KESIMPULAN


dengan hasil penelitian Schneider dan
Gugerty (2011) yang menyatakan bahwa Berdasarkan hasil penelitian dan
belanja pemerintah daerah di sektor pertanian pembahasan yang telah dibahas kesimpulan
tidak berpengaruh positif terhadap indeks penelitian ini adalah sebagai berikut :
pembangunan manusia. Dengan tingkat Pelaksanaan program kegiatan yang dibiayai
kemiskinan yang masih tinggi dan struktur oleh anggaran dan pendapatan belanja daerah
ekonomi daerah masih bertumpu pada sektor (APBD) dalam melaksanakan pembangunan
primer terutama sektor pertanian maka dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
pembangunan sektor pertanian perlu menjadi masyarakat melalui indeks pembangunan
bagian dari prioritas pembangunan daerah. manusia. Hasil penelitian membuktikan bahwa
Walaupun kontribusi sektor pertanian terhadap belanja langsung sektor pendidikan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh positif signifikan terhadap indeks
sangat besar, tetapi belanja pertanian relatif pembangunan manusia. Belanja langsung
kecil dan cenderung menurun. sektor kesehatan tidak berpengaruh positif
Dimana produksi pertanian tidak signifikan terhadap indeks pembangunan
terlepas dari adanya suatu kegiatan penyuluhan manusia. Belanja langsung sektor infrastruktur
pertanian yang baik pula. Penyuluhan berpengaruh positif signifikan terhadap indeks
pertanian tidak hanya bertujuan untuk pembangunan manusia. Belanja langsung
meningkatkan produktivitas tanaman pertanian sektor pertanian tidak berpengaruh positif
tetapi juga bertujuan untuk menambah signifikan terhadap indeks pembangunan
pengetahuan dan keahlian para petani. Namun manusia.
seringkali kegiatan penyuluhan pertanian
menghadapi kendala yang disebabkan oleh
luasnya wilayah, masalah jarak dan letak
geografis wilayah dengan sebagian besar DAFTAR PUSTAKA
wilayahnya bergunung dan berbukit, hanya
sedikit dataran rendah sehingga terkadang Anand, Sudhir and Martin Ravallion (1993).
membuat pelayanan penyuluhan kurang bisa Human Development in Poor
dilakukan dengan cepat dan tepat serta tidak Countries: On the. Journal of Human
menjangkau seluruh pelosok daerah. Development. Vol. 1. No 148. pp
Belanja publik sektor pertanian juga 150-162
perlu mendapatkan perhatian dalam alokasi
belanja pemerintah pada alokasi belanja Anand, Sudhir and Amartya Sen (2000). The
modal, dengan tujuan untuk meningkatkan Income Component of the Human
produktivitas pertanian yang akan berdampak Development Index, Journal of
pada peningkatan pendapatan per kapita Human Developmen. Vol. 1. No.
masyarakat. Menurut Pera (2013) diperlukan 147, pp.143-157
alokasi belanja langsung sektor pertanian perlu
diperhatikan dengan peningkatan tanaman Azril (2000). Pembangunan Sumber Daya
pangan dan perkebunan perlu dilakukan Manusia dan Indeks Pembangunan
melalui penyedian pendanaan yang murah bagi Manusia di Indonesia. Jurnal
petani untuk memperbesar skala usahanya, Ekonomi dan Bisnis Indonesia.Vol.
dan peningkatan pengusaan teknologi 15. No 1. pp.127-148
pengolahan pada petani, jaringan pemasaran
hasil pertanian, peningkatan peran penyuluh Andika (2010). Jurnal Meningkatkan Budaya
dan perbaikan teknologi pertanian, sehingga Membaca, Kepustakawanan
berdampak pada peningkatan indeks Indonesia; LPAKI. Vol 12 No. 2 pp.
pembangunan manusia. Dengan kata lain, 213-227
tidak hanya peningkatan belanja langsung
yang menjadi fokus perhatian tetapi juga Allen, S. L. dan M. Qaim (2012).
efektifitas dari program yang dibiayai dengan Agricultural Productivity and Publik
dana tersebut perlu mendapat perhatian. Expenditures in Sub-Saharan Africa.
International Food Policy Research

171
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

nstitute (IFPRI) Discussion Paper operation and Development, Brazil.


No. 01173. Vol 1, pp.109-129 N0.712. Vol, pp.116-127

Astri, M., S. I. Nikensari dan H. Kuncara Engineer, M., I. King and N. Roy (2005).
(2012). Pengaruh Pengeluaran The human development index as a
Pemerintah Daerah pada Sektor criterion for optimal planning.
Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Economics Discussion Papers No.
Indeks Pembangunan Manusia di 0517, University of Otago,
Indonesia. Jurnal Pendidikan Dunedin, New Zealand. Vol 2. No
Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No.065, 517. pp.107-121
pp.178-184
Fattah, S. dan A. Muji (2012). Local
Bastian (2005). Akuntansi Sektor Publik, Government Expenditure Allocation
Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga toward Human Development Index
at Jeneponto Regency, South
Badan Pusat Statistik (2007). Laporan Indeks Sulawesi, Indonesia. IOSR Journal
Pembangunan Manusia. Jakarta, Of Humanities And Social Science
Indonesia. (JHSS). Vol 5. No. 1, pp 40-45.

Badrudin R. dan M. Khasanah (2011). Ghozali (2006). Aplikasi Analisis Multivariate


Pengaruh Pendapatan Dan Belanja dengan Program SPSS. Semarang:
Daerah Terhadap Pembangunan Universitas Diponegoro.
Manusia Di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ghozali dan Ratmono (2013) Analisis
Manajemen, Akuntansi dan Ekonomi Multivariat dan Ekonometrika.
Pembangunan Vol.9 No.1, pp 110- Teori, Konsep, dan Aplikasi
128 dengan EVIEWS 8. Semarang :
Universitas Diponegoro
Cardiman (2006). Strategi Alokasi Belanja
Publik Untuk Peningkatan Husein dan Umar (2002). Evaluasi Kinerja
Kesejahteraan Masyarakat. Tesis Perusahaan. Jakarta : Gramedia
Magister Sekolah Pasca Sarjana, Pustaka Utama.
IPB, Bogor.
Halim dan Abdul (2004). Bunga Rampai
Christy, F. A.dan P. H. Adi (2009). Hubungan Manajemen Keuangan Daerah.
Antara DAU, Belanja Modal dan Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
Kualitas Pembangunan Manusia.
Paper The 3rd National Conference Haryanto, Sahmuddin, dan Ariffudin (2007) ,
UKWMS, Surabaya. Akuntansi Sektor Publik. Semarang
: Universitas Diponegoro.
Cervantes, Godoy, D. and J. Dewbre (2010),
Economic Importance of Agriculture Haryanto dan Sahmuddin (2008). Akuntansi
for Poverty Reduction, OECD Food, Sektor Publik. Semarang :
Journal Agriculture and Fisheries Universitas Diponegoro.
Working Papers, No. 23. Vol 1,
pp.129-148 Herlan (2009). Jurnal Ekonomi Pembangunan
: Wikipedia. Vol.12 No.2, pp 113-
De Mello, L. dan M. Pisu (2009). The 119
Effectiveness Of Education And
Health Spending Among Brazilian Ichsan, Moch, Ratih Nur Pratiwi, Trilaksono
Municipalities. ECONOMICS Nugroho (1997). Administrasi
DEPARTMENT WORKING PAPER. Keuangan Daerah, Pengelolaan dan
Organisation for Economic Co- penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD).

172
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Malang: PT Danar Wijaya, Otonomi dan Manajemen Keuangan


Brawijaya University Perss. Daerah. Yogyakarta : Andi Offset.

Ikhwan.M, (2004), Analisis Efisiensi Mardiasmo (2009). Akuntansi Sektor Publik.


Lembaga Pendidikan (Study Kasus : Yogyakarta : Andi Offset.
SMA di kota Semarang, Semarang :
Universitas Diponegoro Mapfumo, A., A. Mushunje dan C. Chidoko
(2012). The Impact Of Government
Jogiyanto (2005). Metodologi Penelitian Agricultural Expenditure On Poverty
Bisnis Salah Kaprah dan Pengalaman In Zimbabwe. Russian Journal of
Pengalaman. Yogyakarta: BPFE Agricultural and Socio-Economic
Sciences, No. 7 Vol 7. pp 105-127
Komite Nasional Kebijakan Governance
(2010). Pedoman Umum Good Mirza, D. S. (2012). Pengaruh Kemiskinan,
Public Governance, Jakarta Pertumbuhan Ekonomi, Dan Belanja
Modal Terhadap Indeks
Kusharjantoa, H. dan D. Kimb (2011). Pembangunan Manusia Di Jawa
Infrastructure and human Tengah Tahun 2006-2009.
development: the case of Java, Economics Development Analysis
Indonesia. Journal of the Asia Pacic Journal Vol. 1 No.1. pp 183-194
Economy Vol. 16, No. 1, pp.113-
124 Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 58
Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Kate, S. dan M. K Guegerty (2011). Keuangan Daerah.
Agricultural Productivity and
Poverty Reduction : linkages and Pattinasarany D. dan C. Kusuma (2008).
pathways. The Evans School Review Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan
Vol 1. No. 1. pp. 153-167 di Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT) Temuan GDS Tahun 2006.
Joseph Riwu Kaho (1997). Prospek Otonomi Decentralization Support Facility
Daerah di Negara Kesatuan Republik (DSF) Working Paper, Jakarta.
Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo
Persada. Pedoman Standar Akuntansi Pemerintah
(PASP). Standar Akuntansi
Lincoln Arsyad. (1999). Jurnal Ekonomi Pemerintah (KSAP). PSAP dalam PP
Pembangunan. Yogyakarta : STIE Nomor 71 Tahun 2010.
YKPN. Vol 2. No 2. Pp 132-145
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Lena Dina Pertiwi (2007) Jurnal Ekonomi Tahun 2011 Tentang Perubahan
Pembangunan, Vol. 12 No. 2. pp. Kedua Atas Peraturan Menteri
123-139 Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan
Laporan Analisis Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan Daerah.
Publik/ Public Expediture and
Revenue Analysis ( PERA) Nusa Role of Private Incomes and Publik Services
Tenggara Timur (2013). (1993). The Journal of Economic
Perspectives. Vol. 7. No.1. pp 162-
Mamesah (1997). Sistem Administrasi 172
Keuangan Daerah. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama. Siagian dan Sondang (1984). Filsafat
Adminitrasi. Jakarta: Gunung Agung
Mardiasmo (2002). Otonomi dan Manajemen
Keuangan Daerah. Yogyakarta : Sukirno dan Sadono (1985). Ekonomi
Andi Offset Mardiasmo (2004). Pembangunan masalah dan kebijakan

173
WAHANA Volume 18, No. 2, Agustus 2015

Pers. Jakarta: Bima Grafika. Todaro, Michael. P dan Stephen C. Smith


(2006) Pembangunan Ekonomi Di
Syamsi dan Ibnu (1992). Dasar-dasar Dunia Ketiga, Edisi Kedelapan.
Kebijakan Keuangan Negara. Jakarta Erlangga, Jakarta.
: PT Bina Aksara.
UNDP (1990). Human Development Report,
Sunaryo (2001) Ekonomi Manajerial Aplikasi (1997) Human Development Report
Teori Ekonomi Mikro. Jakarta : Human Development Indicator.
Erlangga.
UNESCO (2007). Human Development Report
Sugiyono (2008). Metode Penelitian and Human Development Indicator.
Pendidikan. Bandung : CV. Alfabeta.
Vegirawati, T. (2012). Pengaruh Alokasi
Schneider, K. and M. K. Gugerty (2011). Belanja Langsung Terhadap Kualitas
Agricultural Productivity and Pembangunan. Jurnal Dinamika
Poverty Reduction: Linkages and Ekonomi Pembangunan.Vol 2 No 2.
Pathways. Journal The Evans School pp 101- 107
Review Vol. 1.No. 1. pp 189-196
Warsito, Abdul, dan Handayani (2007).
Sasana, H. (2012). Pengaruh Belanja Akuntansi Sektor Publik,
Pemerintah Daerah Dan Pendapatan Pendekatan Penganggaran Daerah
Perkapita Terhadap Indeks dan Akuntansi Keuangan Daerah.
Pembangunan Manusia (Studi Kasus Semarang : Universitas Diponegoro.
Di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa
Tengah). Media Ekonomi Dan Warsito, Abdul, dan Handayani (2008).
Manajemen Vol 25. No 1. pp 113- Akuntansi Sektor Publik,
124 Pendekatan Penganggaran Daerah
dan Akuntansi Keunangan Daerah.
Setiawan, H. dan S. A. Damayanty (2013). Semarang : Universitas Diponegoro
Causality Analysis Between Semarang.
Financial Performance and Human
Development Index: Case Study on Widodo, Waridin dan Maria (2011).
Province in Eastern Indonesia. Analisis Pengaruh Pengeluaran
Paper The 23rd Pasific Conference of Pemerintah Di Sektor Pendidikan
the Regional Science Association Dan Kesehatan Terhadap
International (RSAI) & The 4th Pengentasan Kemiskinan Melalui
Indonesia Regional Science Peningkatan Pembangunan Manusia
Association (IRSA) Institute Di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal
Bandung, Indonesia. Dinamika Ekonomi Pembangunan
Vol 1, No. 1. pp 107-115

174
WAHANA Volume 18, No. 2 Agustus 2015

PEDOMAN PENULISAN JURNAL WAHANA


AKADEMI AKUNTANSI YAYASAN KELUARGA PAHLAWAN NEGARA

Ketentuan Umum
1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang
ditentukan.
2. Penulis mengirim tiga eksemplar naskah dan satu compact disk (CD) yang berisikan naskah
tersebut kepada redaksi. Satu eksemplar dilengkapi dengan nama dan alamat sedang dua lainnya
tanpa nama dan alamat yang akan dikirim kepada mitra bestari. Naskah dapat dikirim juga
melalui email.
3. Naskah yang dikirim belum pernah diterbitkan di media lain yang dibuktikan dengan
pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh semua penulis bahwa naskah tersebut belum
pernah dipublikasikan. Pernyataan tersebut dilampirkan pada naskah.
4. Naskah dan CD dikirim kepada Editorial Secretary
Jurnal Wahana
Jl. Gagak Rimang 2-4, Balapan Yogyakarta
Telpon (0274) 513413, 563516, 560159, 562317, 552532 ext. 252/253.
Fax. (0274) 561591
Email: p3m@aaykpn.ac.id.

Standar Penulisan
1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word pada ukuran kertas A4 berat 70 gram,
jarak 2 spasi, jenis huruf Times New Roman berukuran 12 point, margin kiri 4 cm, serta margin
atas, kanan, dan bawah masing-masing 3 cm.
2. Setiap halaman diberi nomor secara berurutan. Gambar dan tabel dikelompokkan bersama pada
lembar terpisah di bagian akhir naskah.
3. Angka dan huruf pada gambar, tabel, atau histogram menggunakan jenis huruf Times New
Roman berukuran 10 point.
4. Naskah ditulis maksimum sebanyak 15 halaman termasuk gambar dan tabel.

Urutan Penulisan Naskah


1. Naskah hasil penelitian terdiri atas Judul, Nama Penulis, Alamat Penulis, Abstrak, Pendahuluan,
Materi dan Metode, Hasil, Pembahasan, Ucapan Terima Kasih, dan Daftar Pustaka.
2. Naskah kajian pustaka terdiri atas Judul, Nama Penulis, Alamat Penulis, Abstrak, Pendahuluan,
Masalah dan Pembahasan, Ucapan Terima Kasih, dan Daftar Pustaka.
3. Judul ditulis singkat, spesifik, dan informatif yang menggambarkan isi naskah maksimal 15
kata. Untuk kajian pustaka, di belakang judul harap ditulis Suatu Kajian Pustaka. Judul ditulis
dengan huruf kapital dengan jenis huruf Times New Roman berukuran 14 point, jarak satu
spasi, dan terletak di tengahtengah tanpa titik.
4. Nama Penulis ditulis lengkap tanpa gelar akademis disertai alamat institusi penulis yang
dilengkapi dengan nomor kode pos, nomor telepon, fax, dan email.
5. Abstrak ditulis dalam satu paragraf tidak lebih dari 200 kata menggunakan bahasa Inggris.
Abstrak mengandung uraian secara singkat tentang tujuan, materi, metode, hasil utama, dan
simpulan yang ditulis dalam satu spasi.
6. Kata Kunci (Keywords) ditulis miring, maksimal 5 (lima) kata, satu spasi setelah abstrak.
7. Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan, dan pustaka yang mendukung. Dalam mengutip
pendapat orang lain dipakai sistem nama penulis dan tahun. Contoh: Krismiaji (2014); Supardi
dkk. (2013).
8. Materi dan Metode ditulis lengkap.
WAHANA Volume 18, No. 2 Agustus 2015

9. Hasil menyajikan uraian hasil penelitian sendiri. Deskripsi hasil penelitian disajikan secara
jelas.
10. Pembahasan memuat diskusi hasil penelitian sendiri yang dikaitkan dengan tujuan penelitian
(pengujian hipotesis). Diskusi diakhiri dengan simpulan dan pemberian saran jika dipandang
perlu.
11. Pembahasan (review/kajian pustaka) memuat bahasan ringkas mencakup masalah yang dikaji.
12. Ucapan Terima Kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu sehingga penelitian
dapat dilangsungkan, misalnya pemberi gagasan dan penyandang dana.
13. Ilustrasi:
a. Judul tabel, grafik, histogram, sketsa, dan gambar (foto) diberi nomor urut. Judul singkat
tetapi jelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ilustrasi ditulis dengan jenis huruf
Times New Roman berukuran 10 point, masuk satu tab (5 ketukan) dari pinggir kiri, awal
kata menggunakan huruf kapital, dengan jarak 1 spasi.
b. Keterangan tabel ditulis di sebelah kiri bawah menggunakan huruf Times New Roman
berukuran 10 point jarak satu spasi.
c. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan koma (,)
dan untuk bahasa Inggris digunakan titik (.).
d. Gambar/Grafik dibuat dalam program Excel.
e. Nama Latin, Yunani, atau Daerah dicetak miring sedang istilah asing diberi tanda petik.
f. Satuan pengukuran menggunakan Sistem Internasional (SI).
g. Daftar Pustaka
h. Hanya memuat referensi yang diacu dalam naskah dan ditulis secara alfabetik
berdasarkan huruf awal dari nama penulis pertama. Jika dalam bentuk buku, dicantumkan
nama semua penulis, tahun, judul buku, edisi, penerbit, dan tempat. Jika dalam bentuk
jurnal, dicantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor
publikasi, dan halaman. Jika mengambil artikel dalam buku, cantumkan nama penulis,
tahun, judul tulisan, editor, judul buku, penerbit, dan tempat.
i. Diharapkan dirujuk referensi 10 tahun terakhir dengan proporsi pustaka primer (jurnal)
minimal 80%.
j. Hendaknya diacu cara penulisan kepustakaan seperti yang dipakai pada Jurnal WAHANA
berikut ini:

Jurnal
Yetton, Philip W., Kim D. Johnston, and Jane F. Craig. Summer 1994. "ComputerAided Architects: A
Case Study of IT and Strategic Change."Sloan Management Review: 5767.

Buku
Paliwoda, Stan. 2004. The Essence of International Marketing. UK: PrenticeHall, Ince.

Prosiding
Pujaningsih, R.I., Sutrisno, C.L., dan Sumarsih, S. 2006. Kajian kualitas produk kakao yang
diamoniasi dengan aras urea yang berbeda. Di dalam: Pengembangan Teknologi Inovatif untuk
Mendukung Pembangunan Peternakan Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka
HUT ke40 (Lustrum VIII) Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman; Purwokerto, 11
Pebruari 2006. Fakutas Peternakan UNSOED, Purwokerto. Halaman 5460.

Artikel dalam Buku


Leitzmann, C., Ploeger, A.M., and Huth, K. 1979. The Influence of Lignin on Lipid Metabolism of
The Rat. In: G.E. Inglett & S.I.Falkehag. Eds. Dietary Fibers Chemistry and Nutrition. Academic
Press. INC., New York.
WAHANA Volume 18, No. 2 Agustus 2015

Skripsi/Tesis/Disertasi
Assih, P. 2004. Pengaruh Kesempatan Investasi terhadap Hubungan antara Faktor Faktor
Motivasional dan Tingkat Manajemen Laba. Disertasi. Sekolah Pascasarjana S3 UGM. Yogyakarta.

Internet
Hargreaves, J. 2005. Manure Gases Can Be Dangerous. Department of Primary Industries and
Fisheries, Queensland Govermment. http://www.dpi.gld.gov.au/pigs/ 9760.html. Diakses 15
September 2005.

Dokumen
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2006. Sleman Dalam Angka Tahun 2005.

Mekanisme Seleksi Naskah


1. Naskah harus mengikuti format/gaya penulisan yang telah ditetapkan.
2. Naskah yang tidak sesuai dengan format akan dikembalikan ke penulis untuk diperbaiki.
3. Naskah yang sesuai dengan format diteruskan ke Editorial Board Members untuk ditelaah
diterima atau ditolak.
4. Naskah yang diterima atau naskah yang formatnya sudah diperbaiki selanjutnya dicarikan
penelaah (MITRA BESTARI) tentang kelayakan terbit.
5. Naskah yang sudah diperiksa (ditelaah oleh MITRA BESTARI) dikembalikan ke Editorial
Board Members dengan empat kemungkinan (dapat diterima tanpa revisi, dapat diterima
dengan revisi kecil (minor revision), dapat diterima dengan revisi mayor (perlu direview lagi
setelah revisi), dan tidak diterima/ditolak).
6. Apabila ditolak, Editorial Board Members membuat keputusan diterima atau tidak seandainya
terjadi ketidaksesuaian di antara MITRA BESTARI.
7. Keputusan penolakan Editorial Board Members dikirimkan kepada penulis.
8. Naskah yang mengalami perbaikan dikirim kembali ke penulis untuk perbaikan.
9. Naskah yang sudah diperbaiki oleh penulis diserahkan oleh Editorial Board Members ke
Managing Editors.
10. Contoh cetak naskah sebelum terbit dikirimkan ke penulis untuk mendapatkan persetujuan.
11. Naskah siap dicetak dan cetak lepas (off print) dikirim ke penulis.

View publication stats

You might also like