You are on page 1of 68

PENGANTAR

Decentralized Basic Education 3 (DBE3), program yang didukung dana dari USAID, sejak tahun 2005 telah
bekerjasama untuk meningkatkan mutu pembelajaran di SMP dan MTs dengan Dinas Pendidikan dan
Departemen Agama, di 44 kabupaten/ kota di enam provinsi, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

DBE3 membantu 330 sekolah mitra (SMP dan MTs) untuk mengembangkan pembelajaran yang lebih
bervariasi, interaktif, dan praktis sehingga pendidikan menjadi lebih menarik dan relevan bagi siswa.
Sekolah mitra, terdiri dari sekolah negeri dan swasta yang diseleksi bersama antara DBE3 dan dinas
setempat. Tim fasilitator yang dibentuk dari guru, kepala sekolah, dan pengawas mempunyai tugas untuk
melatih pengawas sekolah, serta guru mata pelajaran pokok dan kepala sekolah di sekolah mitra. Pelatihan
tersebut sangat praktis dan terfokus pada perubahan yang berkaitan dengan lingkungan kelas, peran guru,
dan kegiatan belajar siswa.

Dampak positif telah tampak di banyak sekolah mitra DBE3.Akibatnya, banyak sekolah lain di daerah mitra
maupun non-mitra meminta pelatihan yang sama. DBE3, dengan dukungan dari fasilitator daerah, telah
banyak memberikan pelatihan untuk memenuhi permintaan tersebut. Untuk menunjang pelatihan
tersebut, DBE3 telah mengembangkan paket pelatihan dengan nama 'Pengajaran Profesional dan
Pembelajaran Bermakna 1, 2, 3, dan 4', serta paket pelatihan untuk Kepala Sekolah dan Pengawas. Paket
tersebut dapat dibaca dan diunduh di website DBE3: www.inovasipendidikan.net, dan dapat digunakan
secara bebas, tanpa hak cipta.

Di banyak sekolah telah tampak praktik-praktik pembelajaran yang baik. Praktik-praktik tersebut
dihimpun dalam buku ini yang terdiri dari 6 jilid sebagai berikut:

Mendorong Perubahan di Kelas - Manajemen untuk Keberhasilan Pembelajaran yang berisi


pengalaman dan gagasan tentang tindakan yang dilakukan kepala sekolah, guru, pengawas, serta pejabat di
dinas pendidikan dan kementerian agama dalam mengembangkan sekolah;

Lima buku tentang Praktik yang Baik dalam pembelajaran, yang berisi pengalaman dan gagasan
pembelajaran yang menantang dan mengaktifkan siswa;

1. Pembelajaran Bermakna - Matematika


2. Pembelajaran Bermakna - IPA
3. Pembelajaran Bermakna - IPS
4. Pembelajaran Bermakna - Bahasa Indonesia
5. Pembelajaran Bermakna - Bahasa Inggris

Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya dinas pendidikan, kementerian agama,
pengawas sekolah, para guru dan kepala sekolah mitra DBE3, yang telah memberikan konstribusi tulisan
pengalamannya sehingga buku ini tersusun.

Selamat membaca buku-buku tersebut, mencoba mempraktikan isinya, dan mengembangkan gagasannya.
Semoga sekolah Saudara menjadi sekolah yang menyenangkan bagi siswa untuk belajar, menantang bagi
mereka untuk mengembangkan pikiran dan keterampilannya, serta menjadi lingkungan yang 'hangat' bagi
mereka dalam mengembangkan sikapnya.

Program DBE3, September 2011


Website: www.inovasipendidikan.net

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika ii


BERANDA

P rogram Desentralized Basic Education 3


(DBE-3) yang bertujuan untuk
meningkatkan mutu dan relevansi
pendidikan di SMP dan MTs telah berlangsung
sejak tahun 2005. Para guru telah ditatar antara
ini berisi gagasan dan pengalaman guru berkaitan
dengan penerapan pemecahan masalah,
pemanfaatan alat bantu belajar berbiaya murah,
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar,
dan penggunaan pertanyaan tingkat tinggi dalam
lain tentang telaah kurikulum, pemecahan Matematika.
masalah, pertanyaan tingkat tinggi dan lembar
kerja yang menantang, penilaian dengan rubrik, Penyebaran gagasan dan pengalaman melalui
dan jurnal reflektif, kemudian mencoba buku ini diharapkan dapat memicu guru di
menerapkannya pada kegiatan pembelajaran sekolah lain untuk mencoba bahkan mungkin
sehari-hari. menimbulkan gagasan yang lain yang lebih baik
dalam membelajarkan serta mengembangkan
Buku ini berisi kumpulan pengalaman guru di 6 potensi siswa.
provinsi mitra DBE3 (Sumatera Utara, Banten,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Bagi para pembaca guru, selamat membaca dan
Selatan) dari penerapan gagasan-gagasan menyimak gagasan dalam buku ini kemudian
tersebut di atas. Di samping itu, ada pula yang mencobakannya di kelas Saudara, sehingga siswa
baru berupa gagasan yang timbul setelah Saudara menjadi lebih asyik dalam belajarnya dan
menerapkan gagasan lainnya. Secara khusus, buku berkembang kemampuan serta sikapnya.

iii Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


ISI BUKU
PENGANTAR ii 4. Menghitung Tinggi Kayu Menggunakan
BERANDA iii Perbandingan Senilai
DAFTAR ISI iv Heny Kurnia, S.Pd, Guru Matematika
SMPN 4 Tanjungbalai, Sumatera Utara 42
5. Memanfaatkan Permainan Sudoku untuk Belajar
BAGIAN A Bilangan Bulat: Sebuah Ide Pembelajaran
CERITA PENGALAMAN Dikembangkan dari Praktik yang dilakukan oleh
PROSES PEMBELAJARAN Nur Khamimah, S.Pd, Distrik Fasilitator DBE3
Mojokerto, Jawa Timur 43
1. Kolaborasi Modeling dan Lembar Kerja untuk 6. Teorema Pythagoras untuk Pemecahan Masalah
Memahamkan Materi Himpunan Didin Mahpudin, Guru SMPN 4 Pagaden, Subang
Eneng Erliani, S.Pd, Guru SMPN 4 Tarogong Kidul, dan Ence Tajudin Guru SMPN 2 Panggarangan,
Jawa Barat 2 Lebak, Banten 44
2. Menghitung Luas Permukaan Bola dengan 7. Luas Muka dan Volume Kubus, Balok, Prisma,
Buah Jeruk 5 dan Limas
3. Menemukan Rumus Volum Bola 6 Sopiandi Resmana, Guru MTs At-Taawun,
4. Lemah matematika? Obati saja di Klinik Garut, Jawa Barat 46
MTsN Lubuk Pakam, Deli Serdang, Sumatera Utara 8
5. Statistika Jadi Praktis
Mara Sutan H, M.Pd, SMPN 1 Angkola Barat, BAGIAN C
Tapanuli Selatan, Sumatera Utara 10 SERBA- SERBI
6. Menemukan Rumus Segitiga Phytagoras
di Ujung Lidi 12 1. Meningkatkan Kepercayaan Diri Anggota
7. Momok yang Berubah menjadi Mainan Kelompok 50
Menyenangkan 18 2. Lembar Kerja yang Membuat Siswa Berpikir
8. Asyiik... Menjumlah Sudut Dalam Segitiga dengan Tingkat Tinggi 51
Drawing Tools Power Point 3. Lebih Mudah Mengerjakan Soal Matematika 52
Ulin Nama, S.Pd. Si, Guru SMPN 2 Undaan, 4. Pembelajaran Penyajian Data Statistika dengan
Jawa Tengah 19 Model Proyek 53
9. Pembelajaran Obibul Mabuba Membantu 5. BTL 2 dan 3 Menjawab Peran Guru dalam
Meningkatkan Aspek Kognitif dan Kinestetik Siswa Mengembangkan Potensi Siswa
Budi Sutrisno, S.Pd, Guru Matematika, Yadi Suyanto, Distrik Fasilitator Grobogan,
Distrik Fasilitator Karawang, Jawa Barat. 22 Jawa Tengah 54
10. Merancang Taman untuk Belajar Menghitung 6. Domino Pecahan
Keliling Luas Segi Empat 24 Alat Peraga Ibu Arfiyani, Guru Matematika Ku 56
11. Aplikasi Koin Positif dan Koin Negatif Untuk 7. Buat Meja Yuk! 58
Pembelajaran Operasi Bilangan Bulat 8. Melalui DBE 3, Matematika Menemukan
Rosyid Eko Priyono, S.Pd. M.Pd, Guru MTsN Boyolali, Rumahnya Kembali
Jawa Tengah 26 Nunung Komariah, S.Pd, Guru Matematika
12. Asyiknya Belajar Koordinat di Luar Kelas MTs Al-Rohmah Karangpawitan, Garut, Jawa Barat 59
Sebuah Pengalaman di SMPN 8 Purworejo Sekolah
Replikasi Mandiri DBE 3
Ahmad Supeno S.Pd, Guru Matematika SMPN 8
Purworejo, Jawa Tengah 28
13. Temuan Tak Terduga dalam Proses Pembelajaran
Matematika di SMPN 19 Purworejo
Juli Eko Sarwono, Guru Matematika
SMPN 19 Purworejo, Jawa Tengah 30
14. Aku Bisa Menemukan Rumus Lingkaran Sendiri! 32

BAGIAN B
GAGASAN
PEMBELAJARAN

1. Matematika Bersahabat dengan Sampah


Juli Eko Sarwono Si Guru Gila 36
2. Mendekatkan Matematika dengan Kehidupan
Nyata 38
3. Membelajarkan Persen dengan Tema
BELANJA Di TOKO" 40

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika iv


CERITA
CERITA
A PENGALAMAN
PENGALAMAN
PROSES
PROSES
PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN
P embelajaran aktif yang dikemas dengan cara
kreatif dan menyenangkan, tentu menyisakan
cerita-cerita berkesan. Kesan itu tidak hanya
tertangkap dari ekpresi siswa tetapi juga dari hasil
karya siswa dan proses pembelajaran itu sendiri.
Pada bagian ini disajikan sejumlah cerita yang lahir
dari praktik pembelajaran aktif.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 1


Kolaborasi Modeling dan
Lembar Kerja untuk
Memahamkan Materi
Himpunan
Eneng Erliani, S.Pd, Guru SMPN 4 Tarogong Kidul, Jawa Barat

I ni adalah pengalaman pribadi pada waktu


menyampaikan pembelajaran penggunaan konsep
irisan dalam kehidupan sehari hari. Sebelum
dilatih oleh DBE3, ketika mengajarkan konsep,
Kemudian saya intruksikan agar siswa yang
memegang pulpen mengancungkannya sedangkan
siswa lain yang tidak menjadi model menuliskan
nama-nama siswa yang memegang pulpen di LK
metode yang saya gunakan masih konvensional yakni
mereka sebagai anggota himpunan P. Demikian
dengan metode ceramah. Dengan metode ini siswa
halnya dengan siswa yang memegang buku untuk
mengalami kesulitan memahami materi dengan cepat
mengacungkannya dan siswa menuliskan nama-
sehingga penjelasan harus saya ulang berkali-kali. Ini
namanya sebagai anggota himpunan Q demikian
membuat saya lelah dan siswa yang tergolong pandai
selanjutnya sehingga siswa memperoleh nama-
menjadi bosan.
nama siswa yang memegang pulpen dan buku
sebagai anggota himpunan H. Setelah pemodelan,
Setelah memperoleh pelatihan, pikiran saya semakin
siswa kembali ke kelompok dan menyelesaikan LK
terbuka untuk mengubah dan menemukan metode
bersama teman kelompoknya.
pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif.
Berangkat dari salah satu permasalahan dalam
Selama siswa bekerja dalam kelompok saya hanya
mengajarkan konsep irisan dan terinspirasi dari salah
berkeliling dan memberikan bantuan kepada
satu materi dari BTL 3 yakni Lembar Kerja (LK) saya
kelompok yang memerlukan. Kalau kelompok
berpikir mungkin sangat tepat jika pembelajaran saya
belum paham pada pemodelan secara umum maka
padukan LK dan pemodelan. Saya menerapkan ide
pemodelannya dilakukan dalam kelompoknya misal
tersebut dalam pembelajaran dan hasilnya ternyata
dari 3 orang , 2 orang diberi pulpen dan 2 orang
siswa bisa langsung memahaminya.
diberi buku sehingga terdapat siswa yang
memegang pulpen saja, buku saja, dan yang
Bagaimana saya melaksanakannya, apakah sulit?
memegang keduanya.
Ternyata tidak. Dalam proses pembelajaran, siswa
sudah terbiasa bekerja dalam kelompok yang
beranggotakan 4 orang tiap kelompok (Total dalam
kelas ada 10 - 11 kelompok). Saya meminta satu
orang perwakilan dari masing masing kelompok
maju untuk memodelkan instruksi/soal di LK
sedangkan anggota kelompok yang lain bekerja
berpandu pada LK setelah memperhatikan dan
mengamati modeling yang diperagakan teman
temannya. Dari 10 perwakilan kelompok, 8 orang
disuruh memegang pulpen dan 6 orang disuruh
memegang buku. Ini berarti terdapat beberapa siswa
yang memegang pulpen, beberapa siswa yang
memegang buku dan ada beberapa siswa yang
memegang keduanya.

2 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


(KiriKanan): Siswa mengerjakan lembaran kerja (LK) bersama-sama dalam kelompok, proses ini
membantu siswa memecahkan masalah bersama-sama; siswa melakukan belanja gagasan dengan melihat
hasil kerja kelompok lain.

Setelah selesai mengerjakan LK siswa


disuruh memajangkan hasil karyanya
kemudian dilakukan kunjung karya ke
kelompok lain, satu orang anggota
menjaga hasil karya kelompoknya
sekaligus menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh kelompok yang berkunjung.
Hasil dari kegiatan pembelajaran adalah
saya ketahui bahwa tanpa penjelasan
detail dari saya, siswa mampu dengan
sendirinya menemukan hasil dari soal
yang berbentuk n(P) + n(H) serta mampu
memodelkan soal-soal tersebut.

Saya sangat senang melihat hasil


pembelajaran yang saya kelola. Semua itu
tak lepas dari hasil pelatihan DBE3 di BTL
2 dan BTL 3 tentang bagaimana membuat
pertanyaan agar siswa bisa berpikir
tingkat tinggi sehingga terbangun
kreatifitas berpikirnya, model model
pembelajaran agar siswa belajar aktif, dan
bagaimana membuat LK yang tepat
dengan media sederhana dan tepat guna.
Keberhasilan ini membuat saya semakin
termotivasi untuk memfasilitasi siswa
belajar optimal.

Ternyata pembelajaran yang mengaktifkan


siswa terbukti lebih cepat dan lebih lama
menempel di benak siswa. Terimakasih
DBE3 yang telah memberi saya pelatihan
dan inspirasi.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 3


Kiri-Kanan) salah satu siswa
mempresentasikan hasil kerja kelompok;
kelompok saling mengunjungi hasil kerja
masing-masing.

4 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Menghitung Luas
Permukaan Bola
dengan Buah Jeruk
B uah jeruk tak hanya kaya akan vitamin C, namun
juga bermanfaat sebagai sumber pembelajaran.
Begitu yang terlihat di kelas Dra. Ika Kus
Utaminingtyas, guru Matematika SMPN 1 Rejoso
Kabupaten Pasuruan. Dalam pembelajaran di kelasnya saat
itu, yang membahas tentang menghitung luas permukaan
bola, ia menggunakanlah buah jeruk sebagai sumber
pembelajaran.

Pada awal pembelajaran, siswa diajak untuk menemukan


rumus dari luas permukaan bola. Setelah mereka berhasil
menemukan rumus dari luas permukaan bola, kemudian
siswa diajak untuk menentukan luas dari bola tersebut.

Lalu kelas dibagi dalam 10 kelompok yang masing-masing


beranggotakan 4 orang. Tiap kelompok diberi alat bantu
pembelajaran, yaitu buah jeruk, benang, kertas, dan pisau.
Setelah itu para siswa melakukan tugasnya. Pertama buah
jeruk dibelah menjadi dua bagian, untuk dicari Matematika itu tidak susah, asal kita
diameternya. Kemudian di atas kertas, siswa menggambar mau mencoba, pasti bisa. Dengan
lingkaran sebanyak (minimal) empat buah dengan pembelajaran seperti ini, belajar
diameter yang sama dengan buah jeruk. Setelah itu jeruk Matematika terasa lebih mudah.
dikupas dan kulitnya ditempelkan pada lingkaran tersebut
hingga penuh. Jumlah lingkaran yang tertutupi kulit jeruk Latifah
secara penuh sama dengan luas permukaan jeruk tersebut
alias luas permukan bola. Menarik bukan?

(Kanan - Kiri): Hasil karya siswa yang ditempel


di papan tulis, setelah mereka menghitung luas
permukaan bola dengan menggunakan buah
jeruk. Siswa kelas 8 SMPN 1 Rejoso tampak
sibuk bekerja secara berkelompok dalam
pembelajaran Matematika dengan menggunakan
buah jeruk sebagai sumber pembelajaran.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 5


Menemukan
Rumus Volum Bola
(KD: Menghitung luas selimut dan volum tabung, kerucut, dan bola)

Belakangan ini saya semakin enjoy dan santai dalam menerapkan


pembelajaran aktif di Sekolah

S ebelum pelatihan DBE-3, saya mengajarkan


rumus luas permukaan dan volum bola dengan
cara menuliskan rumus tersebut di papan tulis
kemudian memberikan contoh soal penerapan
rumus itu secara berulang-ulang agar anak lebih
1. Apersepsi dan Motivasi (5 menit)
Pada tahap ini saya mengingatkan anak tentang
rumus volume kerucut yang di pelajari
sebelumnya.

paham. Setelah itu, saya memberikan soal sebagai 2. Penjelasan LK dan Penentuan Tempat Kegiatan
latihan. Kenyataannya anak kurang bergairah (5 menit)
mengikuti pelajaran bahkan ada yang mengantuk Pada tahap ini saya menjelaskan tugas yang
sewaktu saya mengajar dan soal yang saya berikan tertulis pada lembar kerja (LK) dan menentukan
sering kurang dipahami. Hal ini membuat saya lokasi di luar kelas yang akan ditempati tiap
sering marah bahkan menghukum siswa.Tetapi kelompok siswa untuk bekerja.
setelah pelatihan DBE-3, proses pembelajaran di Penjelasan LK seperti yang tertulis pada LK (Pada
kelas mulai berubah. Pada hari kamis 13 Agustus halaman berikutnya).
2009 saya menyajikan materi volum Bola. Saya
memilih bola plastik dan pasir sebagai sumber dan
alat bantu belajar siswa. Bola plastik harganya
murah dan mudah diperoleh di Tanjunga Balai.
Demikian juga pasir terdapat banyak di lingkungan
sekolah.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) termasuk


lembar kerja dan rubrik penilaian untuk
pembelajaran di atas saya siapkan dengan teman-
teman di pertemuan MGMP (Musyawah Guru Mata
Pelajaran), yang diadakan 2 kali dalam seminggu.
Langkah langkah pembelajaran (2 x 40 menit) yang
saya tempuh adalah sebagai berikut:

6 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


3. Praktik (30 menit) Setelah proses pembelajaran selesai, saya
Pada Tahap ini saya membimbing kelompok yang melakukan refleksi terhadap mengajar saya dan
kurang menguasai LK. berkesimpulan bahwa 1) siswa menyukai proses
4. Presentasi dan diskusi (25 menit) pembelajaran yang dialaminya karena selain
Pada tahap ini kelima kelompok mempersentasikan belajar di dalam kelas mereka juga dapat belajar di
hasil kerjanya dan kelompok yang lain menanggapi. luar kelas dan 2) mereka semakin berani
5. Penguatan (10 menit) mengemukakan pendapat.
Pada tahap ini saya memberikan penghargaan
kepada siswa yang aktif bekerja dan kelompok
yang dapat mencapai hasil yang benar.
6. Kesimpulan dan Refleksi (5 menit)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk
menuliskan kesimpulan dan refleksi.

LEMBAR KERJA
1. Bola dibelah menjadi 2 bagian sama besar
2. Buatlah kerucut yang alasnya sama dengan lingkaran belahan bola dan tingginya sama
dengan jari-jari bola.
3. Isilah kerucut dengan pasir hingga penuh kemudian tuangkan dalam belahan bola.
4. Berapa kali baru terisi hingga penuh?
5. Rumuskan volume bola dari percobaan tersebut.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 7


Lemah Matematika?
Obati saja di Klinik
(KD: Menghitung luas selimut dan volum tabung, kerucut, dan bola)

MTsN Lubuk Pakam, Deli Serdang, Sumatera Utara

S uryani Rosa, siswi kelas VIII-2 mengeluh


kurang mampu menghitung panjang garis
singgung lingkaran. Ia diminta datang ke
klinik dan mendapat dua terapi khusus dari Arfi
Wahyuni, guru matematika. Ibu Arfi memberikan
penjelasan mendalam soal teori garis singgung
lingkaran. Setelah itu Ibu Arfi memberikan soal-
soal untuk dijawab. Hasilnya, kemampuan Suryani
meningkat 40 persen. Tapi Ibu Arfi belum
puas.Besok terapi kembali, tulis Ibu Arfi dalam
Buku Terapi Matematika Siswa MTs N L.ubuk
Pakam.

Suryani adalah salah satu pasien klinik Matematika


MTs Negeri LB. Klinik itu Cuma berupa ruangan
berukuran 12 meter persegi. Di dalam ruangan
tersebut terpajang berbagai rumus, alat peraga,
dan media pembelajaran matematika. Sebuah meja
kayu bersama dua kursi plastik menjadi tempat
guru dan siswa melakukan terapi matematika. Ibu Arfi di ruang klinik Matematikanya.
Klinik ini resmi beroperasi dua tahun lalu. Gagasan
awalnya diajukan guru-guru matematika. Mereka
ingin membantu siswa yang lemah matematika agar
mampu menjawab soal-soal. Ini mirip proses
remedial, tapi dimodifikasi tutur Ibu Arfi.
Menurut Ibu Arfi proses konsultasi di klinik tidak
beda dengan konsultasi kesehatan dengan dokter.
Langkah awal dari proses terapi dimulai dengan
mengindentifikasi siswa yang lemah matematika.
Biasanya guru menemukan siswa tersebut dalam
Proses Belajar Mengajar (PBM). Siswa yang
terindentifikasi diminta untuk datang ke klinik di
luar jam pelajaran.

8 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Menurut Ibu Arfi lebih lanjut, siswa sengaja tidak bisa jadi mudah, terang Ibu Arfi.
mendapat bimbingan khusus di kelas dalam waktu
PBM. Mereka pernah mencoba melakukan di kelas Dalam mengukur hasil terapi, guru-guru matematika
sewaktu PBM, tapi hasilnya tidak maksimal. Siswa membuat standar. Jumlah dan jenis soal yang
merasa malu dan rendah diri karena menjadi pusat diberikan kepada siswa beragam. Keberhasilan anak
perhatian siswa yang lain. Setelah itu, proses terapi menjawab soal menjadi ukuran kemajuan terapi. Jika
diubah.Kami berusaha menjaga privasi anak, ujar Ibu tidak memuaskan, maka proses terapi diperpanjang
Arfi. pada hari berikutnya.

Proses terapi dimulai dengan mendiagnosa kelemahan Misalnya Suryani. Setelah diterapi dua hari berturut-
si anak. Demi mempermudah proses diagnosa, Guru turut, kemampuan Suryani menyelesaikan soal
membuat alat bantu berupa buku catatan. Dalam meningkat drastis. Alhamdullilah, sudah 70 persen
buku itu tercatat tanggal, nama siswa, dan kelasnya, paham, simpul Ibu Arfi dalam hasil terapi tanggal 5
Guru yang memberikan terapi, keluhan, jenis terapi Pebruari 2010.
dan hasilnya.

Proses terapi membuat guru dan siswa lebih dekat.


Siswa merasa nyaman untuk menyerap materi yang
diajarkan guru. Guru juga lebih fokus dalam
membantu si anak. Selain itu dalam proses pengerjaan
soal, siswa lebih leluasa dan terbuka untuk bertanya.
Matematika itu sulit jika anak tidak menyukainya. Jadi
tantangannya adalah bagaimana membuat anak
menyukai matematika. Jika sudah suka, maka semua

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 9


Statistika Jadi Praktis
Mara Sutan Harahap, M.Pd, SMPN 1 Angkola Barat,Tapanuli Selatan, Sumatera Utara

Mengapa belajar statisika terasa sulit? Karena statistika dianggap tidak ada
hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Pak Mara Sutan Harahap, M.Pd melawan
mitos itu. Ia membuktikan kalau statistika adalah bagian kehidupan manusia. Hari-hari
kita tidak lepas dari rimbunan hitungan matematis itu.

R intik air hujan tak membuat kelas Pak Harahap


membeku. Tidak pula membuat kelopak mata
terkatup menahan kantuk yang sangat. Kelas
IX itu tetap hangat dan bersemangat sekalipun harus
belajar matematika dengan KD membosankan:
Instruksi LK dibuat menarik dan tegas. Setiap
kelompok diminta untuk mendata anggota kelompok
masing-masing. Kelompok I misalnya, diminta
mendata siswa berdasarkan tinggi badan. Kelompok
harus menyajikan data tentang siapa siswa yang paling
menentukan rata-rata, median dan modus data tinggi dan yang terpendek. Demi mendapatkan data
tunggal serta penafsirannya. ini, setiap anggota kelompok harus diukur dengan
menggunakan pengaris.
Pak Harahap mengenalkan kepada siswa data dan
cara penyajiannya. Pak Harahap tidak memulai Jika kelompok I didata berdasarkan tinggi badan,
perkenalan dengan berceramah. Ia memberikan siswa maka kelompok II diteliti berdasarkan merk sepatu
contoh data dalam tabel. Tapi pembelajaran tidak yang mereka pakai. Kelompok III berdasarkan umur,
selesai sampai disitu. Pak Harahap sadar kalau contoh kelompok IV berdasarkan merk seragam sekolah,
ia berikan masih jauh dari kehidupan sehari-hari kelompok V berdasarkan warna pulpen yang ia miliki,
siswa. kelompok VI berdasarkan warna tas, kelompok VII
berdasarkan mata pelajaran yang disukai dan
Pak Harahap mulai mendekatkan kehidupan siswa kelompok VIII berdasarkan berat badan.
dengan statistika. Ia memulainya dengan membagi
siswa menjadi delapan kelompok. Setelah siswa
duduk berkelompok, Pak Harahap meminta siswa
mengerjakan lembar kerja.

10 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Proses pencarian data ini membuat ruang keras
bergemuruh. Siswa asyik mencari data kawan-
kawannya. Ada siswa yang merasa lebih tinggi
dari kawannya, setelah diukur ternyata masih
kalah tinggi. Atau ada siswa yang merasa lebih
kurus tetapi setelah ditimbang berat badannya
ternyata lebih berat.

Setelah data didapatkan, setiap kelompok


diminta untuk mengirim utusan ke kelompok
yang lain. Kelompok I bertandang ke kelompok
II, begitu seterusnya sampai kelompok VIII
berkunjung ke kelompok I. Di kelompok yang
dikunjungi, utusan meminta data, kemudian
membawanya kembali ke kelompok untuk
diurutkan dalam bentuk tabel. Setelah itu siswa
membuat turus dan menghitung frekuensi.

Setelah berhasil membuat turus dan frekuensi,


setiap kelompok diminta untuk menyajikan
hasilnya (Presentasi). Nurida Harahap dari
kelompok II misalnya, melaporkan dari 13
siswa yang diperiksa merk sepatunya, merk
New Era punya turus dan frekuensi sebanyak 9
dan merk Dallas mempunyai turus dan
frekuensi sebanyak 5. Artinya merk sepatu yang
paling banyak digunakan kelompok II di kelas IX
SMPN 1 Angkola Barat adalah New Era.

Pak Harahap berhasil menujukkan kepada siswa,


bahwa statistika adalah bagian dari kehidupan
sehari-hari.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 11


Menemukan Rumus
Segitiga Phytagoras
di Ujung Lidi
Media
l Lidi atau potongan bambu (tusuk bakso)
l Kertas berpetak
l Spidol warna

Pembuatan Media
Potongan
l lidi yang diciptakan sedemikian rupa sehingga mendapatkan jenis
panjang tertentu dan dalam kelompok tertentu. Dalam kelompok tertentu
tersebut masing-masing panjang potongan berbeda, tetapi panjang potongan
kelompok satu dengan yang lainnya bisa saja sama, karena panjang potongan lidi
tersebut diciptakan agar didalam menggunakannya bisa menghasilkan lebih dari
dua jenis yaitu: (1) segitiga siku-siku, (2) segitiga lancip, (3) segitiga tumpul dan,
(4) tiga sisi yang tidak bisa membentuk segitiga.

l Lidi dipotong-potong dan diruncingi masing-masing ujungnya sesuai dengan


ukuran yang telah ditentukan yaitu:
a. 3,4,5, dan 6
b. 4, 6 dan 8
c. 4, 5, 10, 12, dan 13

l Jumlah potongan dalam satu kelompok disesuaikan dan dikondisikan dan


masing-masing kelompok diberi warna berbeda agar tidak saling tertukar dalam
pemakaian.

Deskripsi Pembelajarannya

Proses pembelajaran dengan menggunakan media yang sangat sedehana ini


akan menciptakan pembelajaran yang tak seorangpun siswa yang menganggur
dan diharapkan lebih dari 80% siswa mampu memahami teorema Pythagoras
dan menggunakannya dalam memecahkan masalah. Siswa dapat secara nyata
melihat dan membuktikan sendiri bahwa tidak semua tiga ukuran panjang sisi
bisa membentuk segitiga. Kalau pemahaman segitiga selama ini adalah bangun
datar yang dibentuk atau disusun oleh tiga sisi, hal ini benar tapi masih kurang
lengkap. Oleh karena itu, pembelajaran dengan menggunakan potongan lidi ini
diharapkan dapat memantapkan pemahaman tentang segitiga menjadi
sempurna, yaitu: Segitiga adalah bangun datar yang dibentuk oleh tiga ukuran
panjang sisi tertentu yaitu panjang sisi terpanjangnya lebih kecil dari jumlah
panjang kedua sisi yang lainnya.

Matematika adalah pelajaran yang membutuhkan ketelitian dan konsentrasi


yang sangat tinggi, maka dengan pembelajaran yang menggunakan media lidi ini
diharapkan bisa mengembangkan ketelitian, konsentrasi, dan kerjasama siswa.
Hal ini dapat dilihat ketika mereka menghubungkan ujung-ujung tiap lidi,
mengukur sudut, membentuk model dan lainnya sesuai dengan apa yang ingin
dicapai dalam pembelajaran itu.

12 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Matematika dianggap pelajaran yang susah, membosankan, dan lambat dipahami
oleh kebanyakan siswa. Dengan menggunakan media sederhana ini ternyata bisa
mengatasi masalah tersebut,terbukti ketika hal ini dilaksanakan di MTs.N
takalala kabupaten Soppeng, Prov.Sul-sel. Siswa menganggap pembelajaran
menyenangkan walau menegangkan. Menyenangkan karena semua bisa berbuat
dan mereka merasa bermain. Menegangkan karena mereka terkadang sulit
mempertemukan dengan tepat ujung-ujung tiap potongan lidi. Hasil
pembelajaran dengan media lidi ini sangat menggembirakan. Target diatas 80%
tuntas bisa tercapai.

Sebelum saya menggunakan media lidi ini, materi Teorema Pythagoras saya
ajarkan minimal 7 kali pertemuan dan hasilnya kurang memuaskan. Hal
tersebut mungkin karena selama ini saya hanya menjelaskan dengan
menggunakan ilustrasi di papan tulis sementara siswa tidak memegang media
apa pun. Setelah menggunakan media lidi, materi ini saya ajarkan hanya 4 kali
pertemuan masing-masing 2 x 40 menit dengan hasil belajar dapat dicapai
secara tuntas.

Deskripsi Penggunaan Media


Pertemuan Pertama

Potongan lidi tersebut dibungkus per anggota kelompok sisi. Kelompok sisi
yang dimaksud adalah beberapa potongan lidi dengan panjang tertentu yang
berfungsi sebagai posisi panjang sisi tertentu misalnya sisi a.,kelompok lain sisi
b, dan klompok lainnya lagi sisi c.

Cara menggunakannya dalam pembelajaran


Kerja Perseorangan
Setiap siswa dalam kelompok membuat segitiga sebanyak mungkin dengan cara
menghubungkan setiap ujung lidi yang diambil dari masing-masing kelompok
panjag sisi(Setiap melakukan diambil masing-masing satu potongan tiap
kelompok). Ulangi terus hingga memperoleh sebanyak mungkin segitiga dari
berbagai jenis dan menemukan sisi-sisi yang tidak bisa membentuk segitiga.

Kerja kelompok
Hasil kerja masing masing anggota kelompok disatukan. Mereka mengamati
hasil tersebut kemudian memilih dan menandai dengan tanda berbeda, misalnya,
kode A untuk segitiga siku-siku, kode B untuk segitiga lancip, kode C untuk
segitiga tumpul, dan D untuk sisi-sisi yang tak bisa membentuk segitiga. Segitiga
yang ditandai lengkap ditulisi berapa derajat besar masing-masing sudutnya
dengan terlebih dahulu mengukurnya dengan busur derajat.

Anggota kelompok menyepakati ukuran segitiga mana yang terbaik dari masing-
masing jenis termasuk yang tidak bisa membentuk segitiga. Mereka memilih
minimal dua untuk tiap jenis segitiga, termasuk dua untuk yang tidak berbentuk
segitiga.

Segitiga terpilih kemudian ditempelkan pada kolom seperti dibawah ini dan
dilengkapi dengan ukuran segitiga masing-masing pada kolom yang tersedia,
yaitu kolom C, D, dan E.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 13


Kolom F diisi pada pertemuan kedua

Tabel lembar Kerja pertemuan pertama

14 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Pertanyaan yang dapat diajukan kepada siswa antara lain:
lApa syarat ukuran potongan lidi agar dapat membentuk segitiga?
(Kemungkinan jawaban siswa: Tiga ukuran panjang sisi bisa membentuk
segitiga tumpul apabila dua sisi mengapit sudut yang besarnya lebih dari 90
derajat dan sisi yang menghubungkan kedua ujung sisi tersebut berada di
depan sudut tersebut dan merupakan sisi terpanjang)

PERTEMUAN KEDUA
1. Siswa diminta melengkapi tabel yang diisi pada pertemuan sebelumnya, yaitu
mengisi kolom F, dengan terlebih dahulu mengamati luas masing-masing
persegi yang dapat dibentuk pada tiap sisi segitiga tersebut. Kemudian siswa
diminta mengamati hubungan ketiga luas persegi tersebut.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 15


2. Dengan rumus Pythagoras di atas, siswa diminta untuk menentukan rumus untuk
jenis segitiga yang lain
4. Siswa diminta pendapatnya tentang tiga sisi yang tidak bisa membentuk segitiga.

Contoh lidi yang digunakan dalam pembelajaran

Siswa membuat sendiri


media yang dibutuhkan

Semua siswa aktif menggunakan


media

16 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Semua siswa aktif bekerja

Siswa bekerjasama membuat persegi pada sisisisi segitiga

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 17


Momok yang Berubah
menjadi Mainan Menyenangkan

Berkenalan dengan pembelajaran kontekstual


(BTL2 DBE3) memberikan makna yang sangat
berarti bagi saya dan siswa saya. Sebagai guru yang
juga berperan sebagai fasilitator, saya menjadi teman
mereka dalam berkreasi dan bereksperimen, urai
besar dan memberi tugas kepada masing-masing
kelompok tersebut.

Kelompok I diberi tugas untuk mengukur panjang sisi


lapangan di halaman sekolah. Anggota kelompok ini
Mustafa, guru Matematika di MTsN Takalala, Soppeng, menggunakan jangka yang terbuat dari bambu, yang
di sela-sela riuh rendah dan kegembiraan siswanya dibuat sendiri oleh siswa. Kelompok 2 mendapat tugas
belajar Matematika dengan materi Mengembangkan untuk mengukur tinggi pohon mangga di halaman
Konsep Segitiga Sebangun. Pada suatu kesempatan, sekolah.Tugas yang diberikan ini terkait dengan materi
pak Mustafa membagi siswanya dalam dua kelompok segitiga sebangun.

Capaian Belajar Siswa

Kelompok 1 dan 2 mampu mengukur panjang lapangan Setelah melakukan penghitungan, siswa dan guru
dan tinggi pohon mangga dengan menggunakan konsep melakukan refleksi bersama terhadap proses dan hasil
segitiga sebangun. Melalui konsep ini mereka bisa yang dicapai. Melalui kegiatan belajar seperti ini,
mengukur panjang lapangan dan tinggi pohon tanpa Matematika tidak lagi menjadi pelajaran yang ditakuti
harus mengukur langsung pada bendanya. Dengan kata siswa. Sebaliknya, pelajaran ini menjadi sangat
lain, mereka melakukan perhitungan di dalam kelas. menyenangkan. Di bawah ini adalah gambar yang
menceritakan proses kegiatan yang dilakukan.

18 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Asyiik...
Menjumlah B agi kebanyakan guru, teknik menjelaskan
pemahaman tentang Sudut Dalam Segitiga
menggunakan penggaris secara manual sudah
hal biasa. Berbeda bila kita sampaikan secara animatif
Sudut Dalam menggunakan teknologi Power Point yaitu dengan
teknik Drawing Tool dan Picture Tool. Dibantu oleh

Segitiga dengan rekan guru TIK, saya mencobanya saat pendampingan


BTL4 dengan mengangkat topik cooperative learning
dalam pembelajaran Sudut Dalam Segitiga.
Drawing Tools Setelah slide power point siap ditampilkan, saya

Power Point merasa sangat percaya diri bahwa materi ini


memudahan pemahaman anak dalam menyerap
materi. Usai mereka mendapatkan paparan melalui
Ulin Nama, S.Pd. Si, slide mereka tinggal membuktikannya dengan tugas
Guru SMPN 2 Undaan, Jawa Tengah individu dan kelompok.

Dengan media power point ini, saya mengangkat


topic meningkatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran kooperatif dengan problem yang
kerap muncul yaitu, beberapa siswa masih
bergantung terhadap siswa lain dan beberapa
siswa kurang memahami tugas di Lembar
Kerja. Saya kemudian menetapkan solusinya dengan
tugas dikerjakan secara individu kemudian di
share ke kelompok, dan lembar kerja
diperbaiki dengan memberikan informasi
yang cukup.

Berikut cuplikannya:

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 19


Tugas tersebut ditampilkan menggunakan slide power
point dan mengilustrasikan gambar-gambar segitiga
dengan atraktif, seperti potongan-potongan slide berikut:

20 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 21
Pembelajaran Obibul Mabuba
Membantu Meningkatkan Aspek
Kognitif dan Kinestetik Siswa
Budi Sutrisno, S.Pd, Guru Matematika, Distrik Fasilitator Karawang, Jawa Barat

B elajar adalah suatu usaha yang dilakukan


seseorang secara sadar untuk memperoleh
perubahan yang baru sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya. Perubahan tersebut bisa
berupa pola fikir dan pola tingkah laku. Berubah dari
diperoleh mengingat bahwa dalam pelajaran
matematika, seorang siswa akan diarahkan untuk
mampu menguasai kompetensi dalam hal
pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, serta
pemecahan masalah.
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak menguasai menjadi
menguasai, dan sebagainya. Untuk mencapai tujuan Pembelajaran Obibul Mamuba (operasi bilangan bulat
perubahan di atas, maka seorang siswa harus maju, mundur, balik) adalah salah satu contoh
mempelajari bahan pelajaran secara keseluruhan dan pembelajaran yang dapat meningkatkan aspek
berulang sampai benar-benar menguasainya. kognitif dan kinestesik siswa. Pembelajaran ini sangat
tepat diterapkan di kelas VII semester I pada
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang Kompetensi Dasar: "Melakukan operasi hitung
diharapkan dapat menjadi bekal siswa untuk berfikir bilangan bulat dan pecahan".
logis, kritis, dan praktis. Keterampilan tersebut dapat

22 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Materi yang sesuai adalah: Operasi Penjumlahan dan memeriksa hasil pajangan tersebut. Manfaat apa yang
Pengurangan Bilangan Bulat. Sesuai dengan bisa diambil dari pembelajaran di atas?
p e n gal am an m e m p r ak t i k k an ny a di ke l as, 1. Siswa terbiasa menggambar bangun 2 dimensi.
pembelajaran ini telah mampu memberikan 2. Siswa mampu berkomunikasi dengan temannya.
pemahaman yang lebih mudah kepada siswa. 3. Siswa belajar membuat soal.
4. Materi pelajaran penjumlahan dan pengurangan
Adapun proses pembelajarannya adalah sebagai sangat mudah dipahami.
berikut: 5. Belajar sambil berolah raga.
1. Siswa bekerja secara berpasangan (2 orang).
2. Semua siswa diajak pergi ke lapangan basket, Dari kelima manfaat di atas, tentunya aspek kognitif
lapangan voli, lapangan upacara, atau tempat lain di dan kinestesik siswa termasuk didalamnya. Setiap
luar kelas yang dianggap refresentatif. guru harus menerapkan cooperative learning, sehingga
3. Setiap pasangan menggambar 11 persegi dengan siswa merasa senang untuk belajar Matematika, dan
panjang sisi 30 cm secara sejajar, kemudian di mudah untuk memahaminya.
dalam persegi tersebut di tulis angka -5, -4, -3, -2, -1,
0, 1, 2, 3, 4, 5.
4.Secara bergantian siswa mempraktikkan
penjumlahan dan pengurangan dengan
memanfaatkan persegi-persegi di atas. Contoh:
l 1+3, siswa berdiri di persegi ber-angka 1
kemudian maju 3 langkah (hasilnya 4)
l 5-2, siswa berdiri di persegi ber-angka 5
kemudian mundur 2 langkah (hasilnya 3)
l -2+4, siswa berdiri di persegi ber-angka -2
kemudian maju 4 langkah (hasilnya 2)
l -1-3, siswa berdiri di persegi ber-angka -1
kemudian mundur 3 langkah (hasilnya -4)
l 2-(-3), siswa berdiri di persegi ber-angka 2
kemudian balik kanan dan mundur 3 langkah
(hasilnya 5).
l -1-(-4), siswa berdiri di persegi ber-angka -1
kemudian balik kanan dan mundur 4 langkah
(hasilnya 3).

Setiap siswa bisa membuat persegi lebih banyak lagi,


artinya angkanyapun bisa semakin banyak, tidak
terbatas 11 angka. Soal-soalnyapun siswa sendiri yang
menentukan secara bergantian. Hasil pertanyaan dan
jawaban siswa ditulis di kertas kemudian hasilnya
dipajangkan di kelas. Secara bergantian semua siswa

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 23


Ibu Hurriah
mendampingi siswanya
saat merancang taman
bermain untuk
menghitung luas
keliling segi empat.

Merancang Taman
untuk Belajar Menghitung
Keliling Luas Segi Empat

K ompetensi dasar yang diharapkan adalah


siswa mampu menghitung keliling dan luas
bangun segi empat serta menggunakannya
dalam pemecahan masalah. Hasil yang diharapkan
adalah siswa mampu menyelesaikan masalah yang
beberapa fasilitas dan di luar semua fasilitas akan
ditanami rumput. Disinilah konsep menghitung keliling
dan luas bangun segiempat itu digunakan.

berhubungan dengan keliling dan luas persegi,


persegipanjang, jajargenjang, belah ketupat, layang-
layang dan trapesium.

Untuk mencapai kompetensi ini, pertama siswa secara


berkelompok diberi tugas untuk merancang sebuah
taman bermain dengan beberapa fasilitas yang
bentuknya merupakan bangun bangun segiempat yang
telah ditentukan ukurannya. Siswa bebas menuangkan
gagasan-gagasan mereka untuk menata bangun-bangun
tersebut menjadi sebuah taman bermain yang
menyenangkan.

Setelah itu siswa diminta untuk membuat rencana biaya


yang dibutuhkan untuk membuat taman tersebut
menjadi lebih sejuk dengan menghitung banyak pohon,
tanaman bunga dan rumput yang diperlukan untuk
taman tersebut. Pada lembar kerja digambarkan bahwa
taman yang dirancang tersebut akan ditanami pohon
pada sekeliling taman, tanaman bunga pada sekeliling

24 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibuat untuk merangsang siswa berfikir tingkat
tinggi menjadi kekuatan pembelajaran ini. Siswa mampu menyelesaikan masalah-
masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas segiempat.

Pembelajaran ini diharapkan dapat membuat siswa berpikir bahwa apa yang
mereka pelajari bukan sekedar menghapal rumus dan hanya menghitung keliling
dan luas bangun persegi, persegipanjang, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang
dan trapesium, tapi mereka dapat menerapkan dalam kehidupan nyata.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 25


Aplikasi Koin Positif dan Koin
Negatif untuk Pembelajaran
Operasi Bilangan Bulat
Rosyid Eko Priyono, S.Pd. M.Pd, Guru MTsN Boyolali, Jawa Tengah

K onsep bilangan merupakan konsep dasar


matematika yang harus dikuasai siswa sejak
kelas 1 SD/MI, dari pengalaman mengajar di
kelas 7 pada MTs Negeri Boyolali selama tujuh tahun
hampir setiap kelas ada beberapa anak yang belum
Berbekal dari hasil pelatihan BTL2 dan BTL 3
beberapa bulan yang lalu, saya memulai menggunakan
media pembelajaran yang sederhana salah satunya
memanfaatkan uang recehan hasil tabungan saya
untuk digunakan sebagai media pembelajaran di kelas.
bisa mengoperasikan bilangan bulat pada operasi Materi awal kelas 7 MTs adalah bilangan bulat.
penjumlahan, pengurangan, perkalian maupun Berkenaan dengan materi operasi penjumlahan dan
pembagian pada awal-awal tahun pelajaran dimana pengurangan bilangan bulat, saya menggunakan uang
materi ini seharusnya sudah dikuasai siswa pada recehan sebagai koin positif dan koin negatif sebagai
tingkat dasar kelas 4 dan 5 SD/MI. media pembelajaran untuk siswa.

Permasalahan klasik seorang guru adalah bagaimana Uang recehan itu saya kelompokkan menjadi 2
guru bisa menyampaikan meteri yang bisa dipahami kelompok. Kelompok pertama berwarna kuning
dan dipraktikkan langsung oleh siswa melalui latihan- keemasan sebagai koin positif dan kelompok ke dua
latihan soal yang diberikan maupun pemecahan berwarna putih sebagai koin negatif. Aturan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dari penggunaan koin sebagai berikut:
pengamatan di beberapa sekolah tingkat dasar dan l Operasi + atau tambah artinya diberi lagi atau
menengah kebanyakan guru masih menggunakan ditambahkan
pembelajaran konvensional dan tidak menggunakan l Operasi atau kurang artinya diambil
media pembelajaran untuk menyampaikan materi l Koin positif dan koin negatif yang berpasangan
pelajaran kepada siswa sehingga pembelajaran di kelas nilainya nol
kurang bermakna, membosankan dan siswa lemah l Hasil operasi penjumlahan atau pengurangan sama
dalam konsep-konsep dasar matematika dan akibatnya dengan sisa koin yang tidak berpasangan.
prestasi belajar matematika rendah.

26 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Contoh aplikasi koin positif dan koin negatif pada
pengoperasian penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat:
-2 + 4 = ...
Langkah-langkah:
1. Sediakan 2 koin negatif.
2. Tambahkan 4 koin positif kemudian
pasangkan dengan koin negatif.
3. Hitung koin yang tak punya pasangan.

Karena yang tak berpasangan adalah 2 koin positif,


maka : -2 + 4 = 2
-3 - 2 = ...
Langkah-langkah:
1. Sediakan 3 koin negatif.
2. Ambil 2 koin positif.
(Ternyata tak bisa diambil sebab tidak ada
koin positif)
3. Bantu dengan cara menambahkan 2 pasang
koin positif dan koin negatif dan letakkan di
sampingnya.
4. Ambil 2 koin positif.
5. Hitung koin yang tak punya pasangan
Karena yang tak berpasangan adalah 5 koin
negatif, maka hasilnya adalah -5 (negatif lima).

Dalam pembelajaran di kelas saya menggunakan


model pembelajaran kooperatif dengan membagi
siswa kedalam kelompok-kelompok heterogen sekitar
4-6 siswa dan setiap kelompok mengaplikasikan koin
positif dan koin negatif untuk mempelajari operasi
penjumlahan dan pengurangan bilanga bulat. Semula
siswa masih kebingungan terutama operasi
pengurangan bilangan bulat. Namun, setelah proses
pembelajaran siswa menjadi paham dan bisa
menjawab soal-soal penjumlahan dan pengurangan
yang saya berikan dengan benar. Suatu kegembiraan
bagi setiap guru ketika mengajarkan sesuatu kepada
siswa, siswa merespon dengan aktif dan memperoleh
hasil belajar yang baik.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 27


Asyiknya Belajar Koordinat
di Luar Kelas
Sebuah Pengalaman di SMPN 8 Purworejo Sekolah
Replikasi Mandiri DBE 3
Ahmad Supeno S.Pd, Guru Matematika SMPN 8 Purworejo, Jawa Tengah

T idak bisa dipungkiri bahwa pelajaran


Matematika adalah pelajaran yang menjadi
Momok bagi siswa di SMP tak terkecuali hal
tersebut juga terjadi di SMP Negeri 8 Purworejo.
Menurut masukan dari siswa tentang kesan pelajaran
Prifesional seri 2 dan 3) yang diselenggarakan oleh
DBE 3 USAID. Karena SMP Negeri 8 Purworejo adalah
sekolah replikasi mandiri maka segala sesuatu yang
saya butuhkan dalam pelatihan saya cukupi sendiri dan
saya juga tidak mau kalah dengan guru guru
Matematika sangat membosankan, katanya; hanya Matematika dari sekolah binaan yang lain yang telah
berkutat pada angka angka, ada lagi yang mengatakan lebih dahulu mendapatkan pelatihan. Saya harus
pelajaran yang sulit dipahami karena sangat abstrak mampu menunjukan bahwa dari sekolah mitra

kurang wujud atau realistis. Sulitnya memahami mandiripun mampu memunculkan ide-ide
pertanyaan dalam angka angka menyebabkan pembelajaran yang baik. Bagi saya setelah
pelajaran Matematika tidak menarik lagi, mendapatkan pelatihan BTL 2 dan 3 tidak ada waktu
membosankan, sukar dipahami, jenuh, dan segudang lagi untuk tidak segera mengamalkan hasil pelatihan
keluhan yang muncul tentang pelajaran Matematika. kedalam pembelajaran. Begitu pula saya berusaha
Itu Dulu sebelum saya mengikuti pelatihan BTL 2 memunculkan ide-ide pembelajaran baru.
dan 3 (Pembelajaran bermakna dan pengajaran

28 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Kegiatan yang segera saya lakukan adalah mengubah
gambaran selama ini bahwa pembelajaran
Matematika membosankan menjadi pelajaran yang
mengasyikan. Caranya yaitu mengubah kebiasaan
selama ini belajar Matematika di dalam kelas menjadi
belajar di luar kelas dengan menggunakan lapangan
hijau. Selanjutnya suatu hal baru lagi bagi siswa adalah
jika biasanya pertanyaan berupa soal dalam bentuk
angka-angka, kali ini saya ubah pertanyaan berupa
narasi cerita pendek yang menarik. Tidak hanya
materi soal dan lokasi pembelajaran saja yang
berubah namun juga media pembelajaran
Matematika juga mengalamai perubahan.

Biasanya Matematika itu berupa kegiatan hitung


menghitung berkutat tentang angka-angka dan
berada di atas kertas. Setelah saya mengikuti Penilaian
l

pelatihan BTL 2 dan 3 maka media koordinat Karya Siswa


l

diperbesar dengan menggunakan tanah lapang hijau


dengan dilengkapi garis-garis kordinat yang terbuat Kegiatan awal yang saya lakukan adalah berusaha
dari tali rafia. Harapan saya dengan garis kordinat mendekatkan kompetensi dasar tentang koordinat
yang terbentang di lapangan hijau, pembelajaran dengan beberapa kompetensi dasar yang lain
Matematika akan mengasyikan karena kegiatan kemudian selanjutnya disepakati dengan merumuskan
pembelajaran akan mengaktifkan tidak saja mental topik untuk beberapa kompetensi dasar, sehingga
namun juga fisik berupa gerakan-gerakan yang harus diharapkan ke depan pelaksanaan pembelajaran akan
dilakukan siswa untuk mampu menjawab pertanyaan. lebih efektif. Artinya, penyajian salah satu topik sudah
Pertanyan yang pada mulanya membosankan, setelah akan mampu menaungi berapa kompetensi dasar yang
dengan pola baru ternyata memberikan dampak yang relevan. Mengemas ranah pertanyaan tingkat tinggi
luar biasa. untuk Matematika pada awalnya agak sukar namun
dengan format baru bahwa mencari kordinat yang
Soal-soal pada lembar kerja siswa tidak lagi berupa biasanya hanya di atas kertas namun kali ini menuntut
angka namun berbentuk narasi yang dikaitkan dengan aktif secara fisik.
isu yang sedang berkembang saat itu . Misalnya, kalau
saat ini sedang hangat tentang bola, maka redaksi Merupakan hal baru juga bagi siswa bahwa 'menilai'
narasi soal matematika pun berkaitan dengan bola. pada umumnya merupakan bentuk aktifitas guru.
Misal, rumah pesepakbola nasional Irvan Backdim Namun, pembelajaran aktif tentang mencari koordinat
terletak pada kordinat (-3, 7) selanjutnya pada setiap di lapangan hijau, siswa dapat mengamati gerak-gerik
hari Sabtu dan Minggu mengikuti pelatnas di Senayan temannya untuk menilai apakah titik kordinat yang
dengan kordinat (6, -9) dan seterusnya. ditunjukkan temannya benar atau tidak.

Selanjutnya perlu saya sampaikan bahwa yang saya Penampang koordinat yang terbuat dari tali rafia di
kerjakan mengikuti pola yang pernah saya dapatkan lapangan hijau dianggap sebagai hasil karya siswa
pada pelatihan BTL 2 dan BTL 3 adalah sebagai sekaligus media yang dibuat dan digunakan siswa
berikut: secara berkelompok.
l Telaah Kurikulum
l Pertanyaan Tingkat Tinggi Demikianlah sebuah praktik pembelajaran
l Lembar Kerja mengembangkan kompetensi dasar
l Pemecahan Masalah 'mencari/menentukan kordinat' dengan menggunakan
l Kerja Kooperatif tanah lapang sebagai media pembelajaran.
l Media Pembelajaran

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 29


Temuan Tak
Terduga dalam
Proses
Pembelajaran
Matematika di
SMPN 19
Purworejo
Juli Eko Sarwono,
Guru Matematika SMPN 19 Purworejo,
Jawa Tengah

1.Temuan pada Kompentensi Bangun Ruang Sisi berjalan dan menghasilkan hasil yang lebih baik, alat
Lengkung peraga yang dibutuhkan di arsip dan dikemas jadi satu
dengan RPP. Catatan yang terjadi atau temuan- temuan
A.Kerucut (alas kerucut) pada saat pelaksanaan proses pembelajaran dicatat dan
Pada saat saya melakukan pembelajaran matematika di ditulis tindak lanjutnya. Untuk melengkapi data
SMP 19 Purworejo banyak sekali peristiwa saya kemampuan siswa tidak ada jeleknya menulis siswa yang
temukan yang tidak diduga sebelumnya. Misalnya, pada perlu mendapat pendampingan.
pembelajaran materi bangun sisi lengkung kerucut. Pada
saat siswa membuat atau menggunting kertas bagian B. Bangun ruang sisi lengkung (tinggi dan sisi
alas sebuah kerucut, banyak siswa yang salah kerucut)
mengguntingnya. Akibatnya, kerucut yang terjadi tidak Pada pelaksanaan proses pembelajaran matematika
bisa berdiri tegak. Langkah yang saya ambil adalah saya untuk mengembangkan kompentensi berkaitan dengan
memberi waktu kepada siswa untuk mendiskusikannya bangun ruang sisi lengkung, saya menemukan hal yang
secara berkelompok. Di samping itu saya menawarkan tidak diduga sebelumnya, yaitu siswa kebingungan
kepada siswa yang bisa untuk tampil di depan menentukan tinggi bangun kerucut. Mungkin hal ini
memberikan pemecahannya. Jika di kelas itu tidak disebabkan pada saat mengajar guru jarang menyiapkan
seorang siswa pun ada yang bisa, saya memberikan alat peraga bangun kerucut secara kontekstual. Siswa
gambaran sederhana sebanyak 30 persen. hanya melihat gambar bangun kerucut di papan tulis.
Untuk mengatasi kebingunan tersebut saya membawa
Selanjutya siswa diminta mendiskusikannya. Bila sampai kerucut utuh sebagai gambaran pada siswa dan kerucut
waktu yang disepakati selesai, maka pembelajaran kita belah, yaitu kerucut yang dibagi menjadi dua bagian
tarik kesimpulan bersama dan bila ternyata siswa ada sehingga akan kelihatan ruang dalam kerucut tersebut.
juga yang belum bisa ,maka siswa tersebut diberi Dengan bangun kerucut yang terbelah tadi siswa
kesempatan bergabung dengan teman yang dianggap diminta untuk mengidentifikasi tinggi kerucut dan
bisa memberikan penjelasan guru pun memantau bila panjang sisi kerucut. Selanjutnya siswa diminta untuk
perlu membimbing dengan lemah lembut dan menghubungkan tinggi kerucut, sisi kerucut, dan jari-jari
mendorong siswa untuk terus mencoba sampai lingkaran alas kerucut. Siswa secara berkelompok
menemukan tujuan akhir dari materi yang akan menggambar segitiga siku-siku dari gabungan tinggi
dicapai.Sekali lagi gurupun memberikan penekanan lagi kerucut, sisi kerucut, dan jari-jari alas kerucut. Temuan
tentang tujuan akhir pembelajaran yang akan dicapai tadi membuat saya belajar dan harus memperbaiki
saat itu skenario pembelajaran pada RPP. Jika temuan tadi
dibiarkan, tidak dimanfaatkan untuk perbaikan, maka
Selanjutnya saya segera merevisi RPP ,dan memperbaiki malapetaka berupa siswa tidak paham secara baik
sekenario RPP bangun ruang sisi lengkung.Agar RPP tentang kerucut merupakan hal yang mesti terjadi.

30 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


C.Bangun Sisi Lengkung (Menentukan luas banyak pengalaman. Pengaitan soal-soal dengan
permukaan kerucut) peragaan yang sesuai telah membuat siswa menjadi
Pada pembelajaran bangun ruang sisi lengkung: mudah dalam menyelesaikan soal-soal tersebut. Misal,
menentukan dan menghitung luas permukaan kerucut, menghitung perbadingan volum kerucut dan volum
siswa sering mengalami kesulitan menghitung tabung dikaitkan dengan alat peraga kerucut yang
permukaan kerucut. Hal ini mungkin disebabkan berada tepat di dalam tabung, menjadi mudah bagi
pemahaman tentang luas kerucut disampaikan guru siswa untuk mengerjakannya. Demikian juga
secara tidak kontektual yaitu masih sebatas gambar menghitung perbandingan volum tabung dan volum
kerucut. Suatu ketika saya menyampaikannya dengan bola menjadi mudah ketika ada peragaan bola yang
menggunakan alat peraga dengan cara membuat dua berada tepat di dalam tabung. Singkat kata, setiap
bangun kerucut ditempel jadi satu dengan dua alas memberian soal latihan pada siswa kita siapkan peraga
kerucut. Bagian sisi kerucut yang kedua digunting yang berkaitan dengan soal tersebut. Namun, secara
vertikal, dan alas kerucut bagian bawah dilepas. bertahap, peragaan dari soal tersebut harus dibuat
sendiri oleh siswa sehingga tidak selalu tergantung
Dari contoh kerucut tadi akan kelihatan kerucut utuh pada guru, karena peragaan tersebut merupakan
dibungkus kerucut yang ke dua, tapi akan terlihat wujud pemahaman siswa terhadap soal tersebut.
bungkus kerucut ke dua mengelupas. Dengan cara ini
ternyata bisa mejawab persoalan tadi sehingga siswa 2.Temuan Pada Kompetensi Balok dan Kubus
mampu menyelesaikan soal yang berkaitan dengan (Menentukan panjang diagonal sisi dan
menentukan luas kerucut. Dari pengalaman tadi, diagonal ruang)
dalam satu pertemuan mengubah dan memperbaiki Siswa mengalami kesulitan dalam membedakan kubus
RPP lebih dari dua kali agar RPP bisa tepat sasaran dan balok dan banyak yang tidak dapat menghitung
yaitu RPP dapat menghantarkan siswa mampu soal berkaitan dengan balok dan kubus. Mengapa
menentukan luas permukaan kerucut. demikian? Usut punya usut ternyata urutan kegiatan
pada RPP yang saya susun tidak mengajak siswa untuk
D.Tabung (menghitung luas permukaan bisa melihat bagian dalam dari kubus dan balok.
tabung) Setelah saya lengkapi kegiatan belajar siswa dengan
Pada pembelajaran menghitung luas permukaan kegiatan melihat bagian dalam kubus dan balok, siswa
tabung, penyajian gambar tabung , tidak cukup tampak lancar menyelesaikan soal-soal yang berkaitan
membuat siswa mampu mengidentifikasikan dengan kubus dan balok, khususnya menentukan
permukaan tabung. Untuk mengatasi hal ini saya panjang diagonal sisi dan diagonal ruang.
membut alat peraga tabung ganda berupa kaleng roti
yang dibungkus kertas dengan ukuran sesuai kaleng
tersebut, baik tutup maupun
alas tabung. Ada bagian
bungkus kaleng yang di lem
dan ada pula yang digunting.
Alat peraga seperti ini telah
mempermudah siswa untuk
menghitung luas permukaan
tabung. Tapi untuk
memperoleh hasil yang
optimal siswa harus banyak
mengerjakan soal latihan
baik secara berkelompok
maupun individu dan
sesekali mengakses soal
soal dari internet.

Berlatih mengerjakan soal


yang banyak dan dari
berbagai sumber termasuk
internet telah berdampak
sangat baik bagi siswa
karena mereka memperoleh

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 31


Aku Bisa Menemukan
Rumus Lingkaran Sendiri!

A nak-anak menurut kalian apakah bisa mencari luas lingkaran dengan menggunakan pendekatan
luas segitiga? Tidak bu! Serempak seluruh siswa kelas 8 B menjawab pertanyaan Ibu rochimah-
guru matematika SMP 1 Gebog. Mari kita buktikan bersama-sama! Bu rochimah meminta siswa
untuk memperhatikan tayangan pada layar. Beliau mencontohkan sebuah lingkaran dengan jari-jari 10
cm, dibagi menjadi 2 bagian yang sama kemudian diberilah warna yang berlainan. Kemudian lingkaran
dibagi menjadi juring-juring bersudut 22,5 , dan juring ditata seperti tampak pada gambar:

1. Dengan menggunakan curah pendapat siswa


dapat menemukan rumus luas lingkaran dengan
pendekatan luas segitiga. Dengan tersenyum
mereka berseru,wow ! Ternyata bisa ya, nggak
nyangka, tambah Desi Setyowati. Hasil curah
pendapat terdapat pada gambar

2. Berikutnya secara berkelompok


dibagikan lembar kerja untuk mencari
rumus lingkaran dengan pendekatan
rumus luas trapezium, belah ketupat,
luas persegi panjang, laying-layang. Bu
Rochimah tampak selalu berkeliling ke
kelompok, terutama untuk memotivasi
siswa yang kurang aktif berdiskusi
dalam kelompok.

Ketika masing-masing kelompok


mempresentasikan hasil diskusinya,
banyak pertanyaan yang muncul dari
kelompok lain, seperti bagaimana kalau
dibuat formasi yang berbeda apakah
ada perbedaan hasil?

32 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Diakhir pelajaran Bu Rochimah bersama siswa
membuat kesimpulan dan memberikan penguatan.
Muhammad Iqbal dalam refeleksinya menulis,
ternyata matematika asyik, lain kali daripada
menghapal rumus ternyata lebih nyanthel kalo kita
menemukannya sendiri.

Luas Lingkaran dengan pendekatan luas trapesium

Luas lingkaran dengan pendekatan luas


persegipanjang

Luas lingkaran dengan pendekatan luas belah


ketupat

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 33


B GAGASAN
PEMBELAJARAN

34 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


P embelajaran matematika dianggap sulit karena
diajarkan dengan cara konvensional dan siswa
sering harus membayangkan sesuatu, tanpa
melihat peragaan. Hal ini menuntut gagasan-gagasan
invovatif untuk membuat matematika menjadi menarik,
kontekstual, dan bermanfaat. Pada bagian ini, kami
menyajikan sejumlah gagasan yang diusung guru untuk
membuat pembelajaran matematika menjadi mudah dan
menyenangkan. Gagasan-gagasan itu dipraktikan dengan
menggunakan media yang berbiaya rendah.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 35


Matematika Bersahabat
dengan Sampah
Juli Eko Sarwono Si Guru Gila

Kelas Matematika yang


difasilitasi pak Eko
dipenuhi Media yang
terbuat dari barang bekas.
Hasilnya sangat efektif
untuk membuat siswa
belajar aktif.

P embelajaran matematika di SMPN 19


Purworejo bersahabat dengan barang bekas
dan sampah. Berawal dari bergabung dengan
DBE3, model pembelajaran diberi kebebasan untuk
berkreasi. Alhasil pembelajaran matematika
positif dan yang kosong mewakili bilangan negatif.

Sampah lain yang mudah diperoleh adalah kalender


tahun sebelumnya yang digunakan sebagai tempat
menuliskan rangkuman materi dan atau kumpulan
menggunakan alat dan bahan dari sampah yang mudah soal. Kalender bekas cocok sekali digunakan sebagai
ditemukan di lingkungan sekitar. tempat menempelkan hasil diskusi siswa kemudian
digunakan untuk presentasi siswa dan pemecahan
Untuk mengukur luas dan keliling lingkaran, kami masalah dalam dan antar kelompok. Terlihat siswa
menggunakan Compact Disc, tutup kaleng, dan roda berani sekali ketika menyampaikan pendapatnya.
sepeda motor sebagai sumber belajar. Masih dengan
menggunakan kaleng: kaleng susu dan kaleng biskuit Bola ping pong bekas juga kami gunakan untuk
yang memiliki ukuran berbeda, saya bersama siswa membuktikan luas permukaan bola. Bola dibelah
menghitung luas permukaan tabung. Pembelajaran menjadi dua, belahan bola dipaku di papan ukuran
menghitung luas tabung menjadi mudah karena folio, kemudian dililiti tali sehingga permukaannya
keliling lingkaran menjelma menjadi panjang dan tinggi tertutup. Lilitan tali kemudian dipindahkan ke
tabung menjadi lebar persegi panjang. sampingnya. Siswa mencermati, ternyata lilitan
setengah bola membentuk lingkaran.
Tempat rokok, kardus mie instant, kotak pasta gigi,
dan kardus susu digunakan siswa untuk pembelajaran
matematika dengan kompetensi menghitung volum
dan luas kubus serta balok.

Melakukan pengurangan dan penjumlahan, siswa


menggunakan gelas bekas air mineral yang kosong
dan yang berisi. Gelas yang berisi mewakili bilangan

36 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Koran bekas digunakan untuk mempelajari statistik
dan gambar-gambar iklan dimanfaatkan untuk
membandingkan bangun yang sebangun. Pentul korek
api dan kerikil bisa digunakan untuk belajar barisan
bilangan.

Ranting dahan pohon sangat tepat untuk


pembelajaran mengukur sudut. Hasil pengukuranya
ditempelkan di kertas. Penggunaan ini sekaligus
sebagai upaya mendekatkan siswa dengan alam;
bahwa alam merupakan sumber belajar yang tidak Untuk menghitung luas selimut dan luas permukaan
pernah habis untuk dieksplorasi. kerucut dapat memanfaatkan kertas stofmap bekas.
Mula-mula stofmap dibentuk kerucut lalu membuat
Mobil mainan yang bentuk dan ukuranya berbeda kerucut lagi dengan ukuran yang sama dengan warna
dapat digunakan untuk pembelajaran tentang foto berbeda. Dua kerucut dirapatkan dan dilem perekat
dan skala. Mempelajari materi foto dan skala dengan sebagian sisa ukuran kerucut dipotong, langkah
menggunakan mobil mainan akan cocok bila selanjutnya siswa mengukur panjang sisi dan jari-jari
dilakukan di luar kelas. Dengan situasi yang berbeda kemudian menghitung luas selimut kerucut tersebut,
pembelajaran berlangsung sangat menyenangkan. metode ini sangat mengasyikan bagi siswa.

Pembelajaran penjumlahan suku-suku sejenis Sisa kertas yang tidak dipakai bisa digunakan untuk
dilakukan di luar kelas. Sampah dipisahkan dan menulis soal dan akan menarik bila memakai tehnik
dikelompokan menurut jenisnya, kemudian siswa saling lempar. Setiap siswa menulis soal di kertas
menghitung dan menyederhanakan, mengelompokan bekas kemudian kertas diremas-remas dijadikan
dengan menjumlahkan atau mengurangi. seperti bom tangan. Setelah itu dalam hitungan yang
sama siswa saling melempar bom tangan ke depan
kelas. Pada saat yang sama mereka secara acak harus
mengambilnya kembali dan soal yang ada di dalamnya
dikerjakan. Setelah itu mereka saling mengoreksi
jawaban didampingi oleh guru. Meskipun sederhana,
siswa tampak begitu antusias melakukan permainan
ini.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 37


Mendekatkan Matematika
dengan Kehidupan Nyata
1 2

(1) Para siswa di dalam kelompok aktif bekerjasama membuat benda bangun ruang yang sering dijumpai
di rumah, (2) Hasil karya siswa dalam pembelajaran, (3) Siswa belajar di pabrik pembuatan peralatan
masak yang sesuai dengan benda ruang yang dibuatnya.

P embelajaran matematika seringkali menjemukan dan dianggap jauh dari


realita kehidupan. Ini terjadi karena pembelajaran matematika sering
terfokus pada menghafalkan fakta, mengolah rumus, dan kegiatan hitung-
hitungan. Belajar matematika lebih banyak bersifat prosedural (menjalankan
prosedur).

Pembelajaran matematika seharusnya lebih bermakna. Mengingat sifat


matematika yang universal dan sangat dekat dengan kebutuhan hidup sehari-
hari, bahkan tidak ada satu pun dalam kehidupan ini yang lepas dari matematika,
penulis tertarik untuk mengemukakan gagasan pembelajaran matematika yang
mampu menjadikan matematika terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari.

38 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Dalam rangka menjadikan matematika lebih bermakna, dan menjadikan
matematika lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari, DBE3 sebenarnya telah
mengenalkan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning).
Inti dari pembelajaran kontekstual ini adalah menjadikan konteks sebagai alat
pemicu belajar anak. Dengan mengkaji konteks, secara tidak langsung anak-
anak dibelajarkan matematika. Karenanya, kesan yang mengemuka adalah
belajar konteksnya, bukan belajar matematika.

Materi bangun ruang sebenarnya merupakan materi matematika yang sangat


potensial untuk menunjukkan kedekatan matematika dengan kehidupan nyata.
Di dalam kehidupan sehari-hari, sangat banyak benda yang cocok untuk
digunakan dalam belajar matematika. Beberapa di antaranya adalah dandang
atau periuk (tempat nasi), peralatan musik drum band, topi pak tani, dan kotak
beras.

Ajak anak-anak untuk membuat dandang (tempat nasi), drum band, topi pak
tani, kotak beras dari bahan bekas. Untuk memudahkan pembuatannya (karena
dalam kesempatan ini pelajarannya bukan tentang pelajaran keterampilan), kita
bisa membantu mereka dengan membuatkan contoh jaring-jaringnya. Akan
tetapi, kalau kita menginginkan agar mereka memiliki pemahaman yang cukup
baik tentang luas, berikan kepada mereka satu bahan dengan luas tertentu, dan
minta mereka membuat dandang, drum band, topi pak tani, kotak beras, dll
dengan syarat luas permukaannya paling besar. Dengan cara demikian, di dalam
membuat alat-alat tersebut, mereka akan mempertimbangkan dimensi ukuran
dari masing-masing bangun ruang yang dibuatnya. Mereka tidak akan membuat
seenaknya saja.

Tentu akan lebih menarik lagi jika setelah selesai mengerjakan tugasnya, kepada
mereka diberikan tugas untuk membandingkan luas permukaan masing-masing
bangun ruang. Agar kemampuan berpikirnya berkembang, mungkin akan lebih
baik jika sebelumnya mereka mendiskusikan terlebih dahulu aturan main
menentukan luas dari bangun-bangun ruang tersebut. Semoga bermanfaat

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 39


Membelajarkan Persen
dengan Tema
BELANJA DI TOKO

B elanja di Toko seringkali memberikan


inspirasi yang mengasyikkan untuk
pembelajaran persen (atau materi aritmatika
sosial lainnya). Diskon pembelian di toko, baik yang
dilakukan secara tunai atau cicilan, bisa menjadi
suatu toko, berikut dengan diskon yang berlaku
untuk barang itu. Untuk menentukan harga
sesudah diskon, guru bisa meminta siswa terlebih
dahulu menentukannya secara individual,
berpasangan, kelompok kecil, hingga secara klasikal.
inspirasi pembelajaran matematika yang Cara lainnya adalah guru langsung memodelkan
kontekstual. Karena itu, kita bisa menggunakan (secara klasikal) cara menghitung harganya. Untuk
tema BELANJA di TOKO untuk membelajarkan kegiatan awal pembelajaran, cara langsung pun
aritmatika sosial. Berikut ide yang penulis boleh saja dilakukan.
bayangkan.
Setelah siswa cukup mengerti cara menghitung
Pembelajaran bisa dimulai dengan memberikan harga pembelian sesudah diskon, guru kemudian
apersepsi dan membangkitkan motivasi siswa, meminta siswa untuk duduk berkelompok.
terutama dengan melihat manfaat pelajaran ini Sebagian ditetapkan sebagai kelompok pembeli dan
dalam kehidupan sehari-hari. Guru mengadakan sebagian lainnya sebagai kelompok penjual. Mereka
tanya jawab tentang hal-hal penting yang menarik diminta untuk bermain peran pelaksanaan jual beli
perhatian kalau seseorang sedang belanja di toko suatu barang. Barang yang dijual hanya ada satu,
atau supermarket. Setelah siswa menyebutkan tetapi diberi alternatif pembeliannya bermacam-
tentang diskon, yang biasanya dinyatakan dalam macam.
persen, guru memberikan contoh harga barang di

40 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Kalau dibayar tunai, diberi harga A dengan diskon x
%. Kalau dicicil selama 3 kali diberi harga B dengan
diskon y %. Kalau dicicil 6 kali, diberi harga C dengan
diskon z %.

Pembeli dan Penjual kemudian diberikan sejumlah


uang mainan tertentu. Tugas pembeli adalah menawar
dan membeli barang itu dengan salah satu cara dari 3
cara yang disediakan dan harganya harus yang paling
murah. Tugas penjual adalah merayu pembeli sehingga
mampu menjual barang itu dengan harga yang
setinggi-tingginya. Dalam waktu 15 menit, jual beli
harus dihentikan, dan ditetapkan siapa pembeli yang
paling hemat, dan siapa penjual yang paling lihai.
Pembeli yang paling hemat diberi hadiah. Demikian
pula dengan penjual yang paling lihai.

Setelah kelompok menjalankan peran jual beli itu


secara bergantian, para siswa bisa diberikan LKS
untuk lebih memantapkan keterampilan mereka
menghitung diskon, dan meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah yang terkait dengan diskon.
Karena itu, di dalam LKS ini diberikan soal-soal yang
menuntut siswa untuk berlatih dan melakukan
refleksi. Di dalamnya, disediakan pula soal pemecahan
masalah yang menuntut siswa
menggunakan pemikiran tingkat
tinggi.

Selama siswa mengerjakan LKS ini,


guru berkeliling melihat proses kerja
siswa, dan mengadakan tanya jawab
untuk memantau pemahaman
mereka. Satu catatan penting, pada
saat monitoring, menurut hemat
penulis, fokus monitoring hendaknya
diarahkan kepada mereka yang
ditengarai kurang baik
pemahamannya. Kalau dari hasil
monitoring ini ternyata mereka ini
memperlihatkan pemahaman yang
baik, maka siswa yang lain bisa
diharapkan memiliki pemahaman
yang lebih baik lagi.

Terimakasih. Selamat mencoba.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 41


Ibu Nia membantu siswa
melakukan proses
percobaan di halaman
sekolah.

Menghitung Tinggi Kayu


Menggunakan Perbandingan Senilai
Heny Kurnia, S.Pd, Guru Matematika SMPN 4 Tanjungbalai, Sumatera Utara

K ayu bisa membantu dalam mempelajari


matematika. Itu yang saya lakukan dalam
Standar Kompetensi Menggunakan bentuk
aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu
variabel dan perbandingan dalam pemecahan masalah.
mengukur secara langsung.

Setelah itu, saya mengajak siswa bermain di lapangan.


Alat dan bahan yang telah mereka sediakan dari rumah
dibawa serta. Selama empat puluh menit, siswa diminta
Dengan menggunakan kayu saya lebih mudah untuk melakukan langkah-langkah yang ada pada lembar kerja
memenuhi target Kompetensi Dasar: Menggunakan (LK). Setelah itu, selama 20 menit siswa
perbandingan untuk menyelesaikan masalah. mempresentasikan hasil kerja kelompok. Mereka
mendemonstrasikan cara menghitung tinggi tiang
Kayu yang saya gunakan sangat sederhana dan bisa dengan perbandingan senilai.
diperoleh dengan mudah. Saya hanya
meminta siswa mebawa pegangan Setelah presentasi kelompok
(gagang) sapu yang sudah tidak selesai, saya memberikan
terpakai lagi. Jika tidak ada, maka penguatan kepada siswa
ranting kayu yang lurus bisa sebagai selama lima menit. Saya
gantinya. Panjang kayu tidak boleh kembali memper tegas
lebih dari 200 cm, agar siswa tidak metode penghitungan tinggi.
kerepotan membawanya. Sedangkan Selanjutnya siswa diminta
media pendukung seperti alat ukur untuk membuat kesimpulan
dan alat penggali tanah tersedia di sendiri dan menuliskan jurnal
sekolah. Siswa menuliskan hasil percobaan refleksi. Proses pembelajaran
secara berkelompok. berjalan lancar dan efektif.
Saya memulai pembelajaran dengan
memberikan apersepsi selama lima menit. Di sini saya Untuk pengembangan, pembelajaran ini bisa digunakan
menyampakan bahwa pelajaran kali ini berhubungan untuk melatih siswa dalam menghitung tinggi benda
dengan perbandingan senilai. Saya memberikan yang sering ditemui di lingkungan sekitarnya. Misalnya
motivasi agar siswa dapat memahami materi ini dengan menghitung tinggi rumah, tinggi gedung bangunan
baik. Saya yakinkan bahwa siswa mampu mengetahui bertingkat, tinggi tiang listrik, tinggi tower
tinggi sebuah bangunan atau tiang yang tinggi tanpa telekomunikasi, dan lain sebagainya. Selamat Mencoba.

42 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Memanfaatkan Permainan
Sudoku untuk Belajar
Bilangan Bulat
Dikembangkan dari Praktik yang dilakukan oleh Nur Khamimah, S.Pd,
Fasilitator Daerah DBE3 Mojokerto, Jawa Timur

B u Nur Khamimah S.Pd menceritakan bahwa


beliau memanfaatkan permainan Sudoku
untuk membelajarkan Bilangan Bulat di MTs
Brawijaya. Beliau mengatakan bahwa dengan cara
terdiri dari dua angka, tiga angka atau yang lain.

Kedua, setelah siswa berhasil mengisi semua kotak


sesuai dengan aturan main Sudoku, para siswa
tersebut siswanya menjadi sangat termotivasi. diminta untuk melakukan eksplorasi. Kepada
Mereka asyik bermain-main dengan bilangan bulat. mereka diberikan LKS, yang didalamnya mereka
diminta untuk:
Sayangnya, bilangan yang digunakan adalah bilangan 1. menghitung jumlah mendatar di setiap baris,
asli saja, dan itupun dari 1 hingga 9, persis seperti menghitung jumlah vertikal di setiap kolom, dan
permainan sudoku aslinya. Akibatnya, mereka tidak menghitung jumlah diagonal;
berkesempatan belajar bilangan bulat. Mereka pun 2. memilih salah satu dari 9 kelompok 3 x 3
hanya mengurutkan bilangan saja sesuai aturan yang bilangan, dan menghitung sekali lagi jumlah
berlaku. Karena itu, penulis mencoba mendatar, vertikal, dan diagonalnya;
mengembangkan suatu gagasan pembelajaran yang 3. menemukan salah satu sifat menarik untuk
memanfaatkan permainan Sudoku ini agar mereka disampaikan kepada kelas (open ended)
belajar bilangan bulat.
Pembelajaran bisa diteruskan dengan meminta anak
Pertama-tama, bilangan yang digunakan adalah untuk menyajikan temuannya, atau dengan teknik
bilangan campuran antara bilangan bulat positif, nol, sharing lainnya (kunjung karya, karya kunjung, dll).
dan negatif. Dalam hal ini, penulis menyarankan
penggunaan bilangan -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4. Dengan cara ini, para siswa diharapkan belajar
tentang bilangan bulat sambil bermain. Nuansa
Kalau sudah mahir dengan bilangan-bilangan ini, kita bermain ini diharapkan membuat mereka merasa
bisa menggunakan bilangan-bilangan bulat yang asyik dalam belajar matematika.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 43


Teorema Pythagoras
untuk Pemecahan Masalah
Didin Mahpudin, Guru SMPN 4 Pagaden, Subang
dan Ence Tajudin Guru SMPN 2 Panggarangan, Lebak, Banten

SK nomor 3:
Menggunakan Teorema Pythagoras dalam pemecahan
masalah.

KD nomor 3.1:
Menggunakan Teorema Pythagoras untuk menentukan
panjang sisi-sisi segitiga siku-siku.

Langkah-langkah pembelajaran yang bisa kita lakukan


adalah sebagai berikut,

Sebagai pengantar (10 menit), guru memberitahukan


bahwa dalam kegiatan selama 80 menit peserta akan
menemukan: (a) panjang sisi segitiga siku-siku dengan
berbagai ukuran dan (b) hubungan panjang sisi segitiga
siku-siku.

Pada kegiatan inti (60 menit), siswa mengerjakan LK


yang telah disediakaan secara berkelompok dan
mereka kemudian memajang hasil karyanya (20
menit). Siswa menyajikan hasil karya kelompok untuk
disajikan dan mendapat tanggapan dari kelompok lain
(40 menit).

Pada bagian akhir, siswa dengan bimbingan guru


membuat kesimpulan mengenai cara penggunaan
teorema Pythagoras dalam pemecahan masalah. Guru
juga bersama para siswa melakukan refleksi
pembelajaran guna mengukur tingkat keefektifan
pembelajaran. Sebelum pulang, siswa juga didorong
untuk menerapkan hukum Pythagoras dalam
kehidupan.

44 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 45
Luas Muka dan Volume
Kubus, Balok, Prisma, dan Limas
Sopiandi Resmana, Guru MTs At-Taawun, Garut, Jawa Barat

SK nomor 5: Memahami sifat-sifat kubus, balok, cara dan rumus penghitungan volum kubus dan
prisma, limas dan bagian-bagiannya serta menentukan balok;
ukurannya Siswa bekerja dalam kelompok untuk
l
mengidentifikasi wadah mana yang tercepat untuk
KD nomor 5.3: Menghitung luas permukaan dan mengisi bak air;
volum kubus, balok, prisma dan limas Siswa dalam kelompok menghitung perbedaan
l
volum wadah berbentuk kubus dengan wadah
Proses Belajar berbentuk balok;
Membahas
l tujuan pembelajaran; Siswa melakukan refleksi mengenai materi yang
l
lMembahas manfaat mempelajari materi ini dalam telah dipelajari;
kehidupan sehari-hari; Pembahasan tugas pengembangan untuk kegiatan di
l
lGuru dan siswa bertanya jawab untuk mengingat rumah.

46 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


?

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 47


C SERBA SERBI

48 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


L embar kerja (LK) merupakan salah satu alat bantu yang
dapat digunakan guru sewaktu mengajar. LK yang baik
mendorong siswa untuk antara lain melakukan penemuan,
penyelidikan, pemecahan masalah, berimajinasi, dan mengkreasi;
daripada hanya sekedar melakukan apa yang diperintahkan di LK.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 49


Meningkatkan Kepercayaan
Diri Anggota Kelompok
P Q

S uatu saat aku memberikan soal pemecahan


masalah tentang segitiga kepada siswa-siswaku.
Aku minta mereka mengerjakan dalam kelompok,
dan soalnya adalah sebagai berikut:
9 T
a
Pada persegipanjang berikut ini. Jika angka-angka a, b, b
dan c pada gambar tersebut menyatakan panjang sisi- 16
sisi yang bersesuaian (dalam cm), berapakan jumlah
jarak dari T ke PS dan T ke SR (dalam dm).
S c R
Ternyata, di setiap kelompok, selalu saja ada siswa yang
pasif, dan tidak berpartisipasi. Mereka hanya menonton
teman-temannya bekerja dan tidak berkontribusi sama sekali.
Kudekati mereka yang pasif, dan kutanya dengan sabar dari hati ke hati. Mengapa
tidak berpartisipasi? Mengapa diam saja?. Ternyata jawaban mereka hampir sama.
Tidak bisa pak. Akupun bertanya lebih lanjut Kalau kalian bisa apakah ada
jaminan bahwa kalian akan aktif berpartisipasi dalam diskusi kelompok? Mereka
pun menjawab Pasti, pak. Kalau kami bisa, maka kami akan bangga sekali. Apalagi
kalau kami kelihatan hebat di mata teman-teman yang biasanya lebih pandai.

Maka akupun berinisiatif. Kupanggil masing-masing satu orang dari setiap


kelompok, terutama mereka yang biasanya agak kurang pandai, untuk ke luar dari
kelas. Kukumpulkan mereka, dan kuadakan tanya jawab yang dengan itu akhirnya
mereka bisa menjawab soal itu. Mereka mengangguk-angguk melihat bahwa
ternyata penyelesaiannya sederhana.

Ketika mereka kutanya Apakah kalian sudah mengerti?, secara serempak


mereka mengatakan Sudah, pak.. Ketika kutanyakan lebih lanjut, apakah kalian
mampu menerangkan kepada teman-teman kalian?, sebagian dari mereka ragu,
tetapi sebagian dari mereka mengatakan mampu. Setelah kuulangi lagi
penjelasannya dan mereka kemudian memperoleh keyakinan tinggi untuk
menjelaskannya kepada temannya, akupun meminta mereka untuk kembali ke
kelompok dan berpartisipasi dengan memeriksa jawaban temannya serta
memberikan penjelasan tentang cara yang sudah diperolehnya dariku.
Ketika mereka kembali ke kelompok, ternyata hampir semua mampu
menjelaskan kepada teman-teman di kelompoknya. Teman-temannya pun terlihat
sepenuh hati mendengarkan penjelasan dan bertanya kalau dipandang perlu.
Diskusi kelompok terlihat berjalan dengan baik. Anak yang semula pasif, menjadi
aktif.

Hebatnya lagi, sejak saat itu, mereka menjadi lebih percaya diri, dan tidak segan-
segan bertanya kepada temannya kalau memang tidak mengerti. Mereka juga
berani bertanya kepada guru soal-soal lain yang mereka cari dari tempat lain.
Sungguh, semangat belajar yang berkembang.

50 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Lembar Kerja yang Membuat
Siswa Berpikir Tingkat Tinggi

L embar kerja (LK) di atas adalah buatan


Bapak Ngatman, guru MTsN Cepogo,
Boyolali, Jawa Tengah. Untuk
menyelesaikan persoalan yang dikemukakan
dalam lembar kerja tersebut siswa dituntut
untuk menerapkan pemahaman tentang
lingkaran. Pemahaman tentang apa sajakah itu?
Selain pemahaman tersebut, yang lebih penting
adalah logika berpikir tentang apa saja yang
harus dicari sehingga panjang kawat
keseluruhan dapat dihitung.

Di samping kanan adalah hasil pengembangan


lembar kerja tersebut. Coba bandingkan
dengan LK asal, apa sajakah yang dituntut dari
siswa oleh LK hasil pengembangan ini?

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 51


Lebih Mudah Mengerjakan
Soal Matematika
Liana Zahara (13) itu nama saya. Sekarang saya belajar di SMP
Negeri 2 Binjai-Sumatera Utara. Saat menulis cerita ini, saya
tengah menyiapkan diri menghadapi final kompetisi matematika
PASIAD se-Indonesia.

M engikuti kompetisi bukan perkara


gampang bagi saya. Selain banyak pesaing,
soal-soal yang disajikan juga beragam.
Tidak mudah untuk mengerjakannya. Ini benar-
benar kompetisi yang ketat.
lebih mengerti maka saya akan membantunya.
Cara belajar di sekolah kami memang berbeda.
Hubungan kami dengan guru terasa lebih dekat.
Kami diijinkan untuk mengemukakan pendapat.
Ruang kelas kami juga tampak berbeda. Banyak
karya kami ditempel di seluruh permukaan
Saya cukup tertolong dalam persiapan. Metode dinding kelas. Ruang kelas kami seperti itu
pembelajaran yang dijalankan di sekolah banyak membuat saya lebih nyaman mempersiapkan
membantu saya. Di sekolah kami belajar secara diri. Saya pun lebih percaya diri untuk
berkelompok. Dalam kelompok kami dibiasakan menghadapai kompetisi. Semoga saya berhasil!
untuk bertukar pendapat. Perbedaan pendapat
adalah hal yang biasa. Kami bisa menerima itu
dengan baik.

Hal yang menyenangkan dalam belajar


berkelompok adalah kami bisa berbagi
pengetahuan. Soal-soal matematika yang rumit,
misalnya, bisa kami selesaikan bersama-sama. Jika
saya kurang mengerti cara menyelesaikan salah
satu soal, saya bisa bertanya kepada kawan saya
yang lebih paham. Dia akan membantu saya
bagaimana mengerjakannya. Cara dia menjelaskan
juga lebih sederhana sehingga saya lebih cepat
mengerti. Begitu pula sebaliknya, jika saya yang

52 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Replikasi BTL 2 di MTs N Karangtengah, Demak, Jawa Tengah
Pembelajaran Penyajian Data Statistika
dengan Model Proyek

mata pelajaran

P embelajaran matematika dengan tujuan


pembelajaran menyajikan data dengan tabel,
diagram batang dan diagram garis dirancang
untuk melatih siswa mampu mengkomunikasikan
hasil pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif
matematika dengan mengadakan replikasi madiri.
Siswa didorong

bertujuan agar siswa dapat bekerja sama antar


anggota kelompok yang pada gilirannya siswa menggunakan tempat parkir dan plat nomor sepeda
mampu mencapai kecakapan sosial. motor sumber belajar.

Orientasi pembelajarannya adalah kerja proyek, yaitu Guru memulai pelajaran dengan melakukan tanya
menugaskan siswa untuk melakukan investigasi, jawab tentang manfaat belajar statistika dan penyajian
perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, data. Sebagai connection, guru memperlihatkan
pengelolaan, dan penyajian data yang harus contoh diagram garis dan diagram batang pada koran
diselesaikan dalam waktu tertentu. Sebagai madrasah, atau surat kabar. Dari hasil pengamatan contoh
MTs Negeri Karangtengah juga berkeinginan untuk diagram tersebut siswa secara berkelompok keluar
meningkatkan kompetensi guru-guru khususnya kelas menuju tempat parkir untuk mencatat angka
satuan atau ribuan plat nomor sepeda motor. Data
hasil pengamatan dicatat di lembar kerja dan
didiskusikan di dalam kelompok, untuk membuat
tabel, diagram garis, dan diagram batang. Tidak lupa
setiap kelompok membuat karya siswa dalam bentuk
diagram batang dan garis nomor satuan atau nomor
ribuan plat nomor bapak/ibu guru dan karyawan MTs
Negeri Karang Tengah Demak.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 53


BTL 2 dan 3 Menjawab Peran Guru
dalam Mengembangkan Potensi Siswa
Yadi Suyanto, Distrik Fasilitator Grobogan, Jawa Tengah

D alam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003


Tentang sistem pendidikan Nasional, Pasal 39,
ayat 2, Pendidik merupakan tenaga profesional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
jawaban tunggal yang paling tepat).

Hal ini ketika kami melakukan pendampingan ke


berbagai sekolah Mitra dan non Mitra (sekolah
replikasi) ternyata para Guru mencoba untuk
pembimbingan dan pelatihan serta pengabdian kepada merumuskan pertanyaan tingkat tinggi yang dijabarkan
masyarakat . Sedangkan dalam pasal 32 ayat 1 pada lembar kerja dan mempraktikan dalam proses
disebutkan bahwa pendidikan khusus merupakan pembelajaran hasilnya mampu memicu siswa untuk
pendidikan bagi siswa yang memiliki tingkat kesulitan menyelidiki, menemukan, memecahkan masalah dan
dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan mengkreasi.
fisik, emosional, mental dan/atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat yang istimewa. Dalam pelatihan BTL 2 Unit 3 dan BTL 3 Unit 2b yang
mengupas tentang bagaimana Guru menggunakan
Berdasarkan ketentuan tersebut dan pengalaman kami lingkungan dan media yang merupakan potensi sumber
setelah mengikuti pelatihan dan pendampingan, BTL 2 belajar yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran,
dan 3 mampu menjawab dan memberikan pelatihan
Guru berperan yang sangat besar dalam
megembangkan potensi belajar siswa, seperti yang ada
dalam BTL 2 Unit 2A dan BTL 3 Unit 2A tentang
bagaimana seorang Guru dapat merumuskan
pertanyaan tingkat tinggi yang dikemas pada Lembar
Kerja sehingga siswa diarahkan pada proses belajar
kreatif dengan menggunakan proses berpikir divergen
(proses berpikir ke macam-macam arah dan
menghasilkan banyak alternatif penyelesaian) maupun
proses berpikir konvergen (proses berfikir mencari

54 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


dalam kontek ini pengalaman di lapangan menunjukkan
bahwa Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator
dari pada sebagai pengarah yang menentukan segala
galanya bagi siswa. Sebagai fasilitator guru lebih banyak
mendorong siswa (motivator) untuk mengembangkan
inisiatif dalam menjajagi tugas-tugas baru. Guru harus
bersifat lebih terbuka menerima gagasan-gagasan siswa
dan lebih berusaha menghilangkan ketakutan dan
kecemasan siswa yang menghambat pemikiran dan
pemecahan masalah secara kreatif.

Suasana belajar yang kooperatif dan berlatih untuk


memecahkan masalah seperti yang dilatihkan dalam
BTL 2 unit 2A dan 2C dari hasil pengamatan kami di
lapangan ternyata sangat digemari para siswa dan
Guru dan ini sepertinya sudah menjadi suatu secara runtut dan logis, aspek sosial menuntut siswa
kebiasaan pada sekolah-sekolah mitra dan replikasi untuk bekerja kooperatif sehingga membuahkan hasil
DBE3 karena menurut beberapa guru yang kami karya yang optimal.
dampingi, hal ini sangat memungkinkan siswa
mengembangkan seluruh potensi kecerdasannya Hal seperti ini tampak sekali nuansanya pada sekolah
secara optimal. Suasana kegiatan belajar yang menarik, mitra dan replikasi yang pernah kami kunjungi di
interaktif, merangsang kedua belahan otak siswa Kabupaten Grobogan tampak hasil karya dipajang
secara simbang, memperhatikan keunikan setiap siswa, baik itu di dalam maupun di luar kelas, dan hasil karya
melibatkan partisipasi aktif siswa, dan membuat siswa yang dipajang sebenarnya dapat dijadikan
seluruh potensi siswa berkembang secara optimal. sebagai sumber belajar bersama semua warga sekolah
bahkan ada sekolah yang memiliki tempat tersendiri
Pemajangan hasil karya siswa dalam BTL 2 merupakan untuk mengkoleksi hasil karya tersebut dan sebagai
pelatihan yang sangat tepat untuk mengapresiasi bukti bahwa guru memiliki peran yang sangat besar
kompetensi siswa dan pembelajaran kecakapan hidup untuk mengembangkan kemampuan potensi siswa
antara lain mencakup aspek personal dimana seorang adalah ketika ada showcase di tingkat kabupaten
siswa dituntut untuk mampu mempresentasikan hasil maupun provinsi. Bagaimana hasil karya siswa?....???...
pemikiran baik itu individu maupun mewakili luaar.ar biasa, dan jangan lupa selanjutnya tugas
kelompoknya di hadapan teman-temannya. Aspek guru adalah mengembangkan potensi siswa menjadi
akademik yang menuntut peran siswa untuk berpikir kemampuan yang maksimal.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 55


Domino Pecahan
Alat Peraga Ibu Arfi Wahyuni, Guru Matematika Ku
Fatur Rizky Pulungan, Siswa Kelas VIII-4
MTsN Lubuk Pakam, Sumatera Utara

K ami bermain kartu domino di kelas. Tapi kami


tidak sedang bermain judi. Kartu yang kami
mainkan berhubungan dengan pembelajaran. Ibu
Arfi membuat kartu ini untuk memudahkan kami
memahami pecahan senilai.

Kartu yang kami pakai tidak berbeda dengan kartu


domino biasa yang berumlah 28 kartu. Tapi tanda-tanda
dalam kartu itu yang berbeda. Nilai pada kartu domino
biasa ditentukan oleh banyak lingkaran. Maka pada kartu
Ibu Arfi, lingkaran diganti dengan lambang bilangan
pecahan.

56 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Cara bermain domino matematika juga tidak beda. Pada kartu
domino, urutan kartu ditentukan dari jumlah nilai yang sama.
Demikian juga pada kartu ibu Arfi. Perbedaannya sangat sederhana.
Misal, jika kartu yang diletakkan bernilai 1/2 , maka saya harus
mencari kartu dengan nilai yang sama. Saya bisa menggunakan 2/4
atau 3/6.

Permainan ini semakin menarik karena ada kompetisi. Kami harus


berlomba menghabiskan kartu secepat mungkin. Siapa yang lebih dulu
menghabiskan kartu maka ia yang menang. Agar menang kami harus
berpikir cepat dan tepat.

Ini sungguh mengasikkan. Tawa kami sering meledak, karena kami


silap menghitung nilai pecahan. Begitu pula ketika menang, kami
gembira tidak ketulung. Asyik. Kini kami sering memainkan domino
matematika. Semakin sering kami bermain, semakin cepat kami dapat
menghitung pecahan senilai.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 57


Buat Meja Yuk!

Perhatikan tampak atas sebuah meja seperti terlihat


pada gambar.

Bagian meja yang berbentuk lingkaran dan berwarna


coklat/hitam terbuat dari kayu jati, sedangkan bagian
meja yang berbentuk persegi terbuat dari kaca.
Jika diameter meja tersebut 98 cm, tentukanlah luas
dari:
l Kaca yang dibutuhkan?
l Kayu jati yang diperlukan?

Buatlah desain benda yang memadukan dua bangun


datar dari bangun datar berikut: lingkaran, persegi,
atau bidang datar lainnya. Tentukan pula ukuran dan
kebutuhan bahannya.

58 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Melalui DBE 3,
Matematika Menemukan
Rumahnya Kembali
Nunung Komariah, S.Pd, Guru Matematika MTs Al-Rohmah Karangpawitan, Garut, Jawa Barat

S aya sebagai guru matematika


telah lama merasakan
ketidakpuasan menyaksikan hasil
proses pembelajaran matematika yang
saya lakukan. Hasil belajar siswa
rendah dan motivasi mereka untuk
mengikuti pelajaran matematika
rendah. Pada saat pembelajaran
berlangsung, yang aktif dalam diskusi
maupun menyelesaikan soal-soal
hanya siswa yang tergolong cerdas
itupun satu hingga dua orang saja
dalam setiap kelas. Kondisi ini kadang
membuat saya frustasi.

Berdasarkan pengamatan dan hasil


bincang-bincang dengan siswa, saya
mengetahui bahwa ternyata
matematika di mata mereka adalah Siswa mempersentasikan hasil kerja kelompok.
mata pelajaran yang kurang perlahan saya menemukan pencerahan dan saya
menyenangkan untuk dipelajari dan bahkan menemukan jawaban atas pertanyaan yang selama
cenderung ditakuti dan dihindari siswa. ini mengganggu saya. Di samping itu muncul
semangat baru dalam diri saya sebagai seorang guru
Berdasarkan fakta tersebut bergelayut pertanyaan dan memperoleh banyak keterampilan baru yang
yang selalu mengganggu pikiran saya: Mengapa siswa sebelumnya tidak saya miliki.
berpendapat demikian? dan bagaimana agar
pelajaran matematika menjadi lebih menyenangkan Melalui kegiatan-kegiatan dalam pelatihan DBE, kami
untuk dipelajari? diajari banyak hal diantaranya adalah tentang
perubahan sikap dan pola pikir dalam mengajar.
Dalam rangka menemukan jawaban atas pertanyaan Dulu, kami mengajar semata-mata adalah bagaimana
tersebut, saya sering bertanya pada rekan-rekan agar siswa mampu memahami dan mampu
guru yang saya anggap mampu menjawabnya, sedikit menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Istilah karya
membaca buku, atau mempraktikkan dalam siswa tidak kami kenal dalam pelajaran matematika.
pembelajaran ide-ide yang saya peroleh dari rekan- Karya siswa kami anggap hanya sesuai untuk mata
rekan guru atau ide saya sendiri. Dari kegiatan- pelajaran keterampilan. Namun kini, kami sadar
kegiatan yang saya lakukan itu sebagian saya bahwa karya siswa merupakan salah satu bukti hasil
menemukan jawaban dan sebagian lagi tidak. belajar siswa yang sama pentingnya dengan
kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal yang
Sementara masih dalam proses pencarian, bergema kami berikan.
sebuah istilah yang baru saya dengar Decentralized
Based Education (DBE) 3. Melalui serangkaian Karya siswa yang dihasilkan tidak berhenti sampai
pelatihan yang dilaksanakan, mulai dari Better di situ saja namun kami pilih yang terbaik dan
Teaching and Learning 2 (BTL 2) hingga BTL 3 yang dipajangkan di dinding kelas pada tempat yang telah
saya ikut di dalamnya sebagai peserta, secara disiapkan sebelumnya. Tujuan pemajangan

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 59


Siswa bekerja bersama-sama dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Proses
kerja kelompok ini melatih siswa memecahkan masalah bersama-sama. Siswa bisa berbagi
pengatahuan dan pengalamannya.

tersebut adalah di samping sebagai sumber belajar membuat sendiri LK yang akan kami gunakan karena
juga sebagai bentuk penghargaan kepada siswa atas hampir tidak ada LK yang ada di pasaran yang sesuai
karyanya. Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan dengan harapan kami.
ternyata sikap siswa lebih antusias dalam belajar. Melalui latihan dan diskusi dengan teman-teman
Mereka termotivasi untuk menghasilkan karya yang alumni pelatihan BTL 2 dan BTL 3, akhirnya kami
terbaik, untuk menyampaikan pendapatnya dalam dapat merumuskan berbagai LK matematika yang
diskusi, dan banyak lagi hal positif lain ditunjukkan telah kami cobakan di kelas. LK yang kami buat
siswa yang sebelumnya jarang terjadi di kelas kami. tersebut jauh berbeda dengan LK yang ada di
Bentuk lain dari perubahan pola pikir yang kami alami pasaran. Di samping LK yang kami buat kami
adalah pada Lembar Kerja (LK). Dulu, kami sesuaikan dengan standar isi juga kami arahkan agar
menganggap LK kurang bermanfaat bagi LK tersebut dapat menghasilkan karya siswa.
pembelajaran. LK yang kami gunakan pada umumnya Sebagai contoh, saya buat sebuah LK untuk materi
diperoleh di pasaran dan tidak pernah ada upaya mencari Luas Lingkaran. Di dalam LK terdapat
untuk menganalisis apakah LK tersebut sesuai dengan beberapa perintah seperti dibawah ini:
Standar Isi matematika atau tidak, apakah sesuai l Buatlah sebuah lingkaran dan bagi kedalam 16 juring
dengan konteks lingkungan siswa di sekolah kami yang sama bentuk dan ukuran, kemudian potong.
atau tidak. Ringkasnya kami hanya menggunakan LK l Bagilah setiap juring menjadi 2 potongan yang sama
yang kami peroleh di pasaran tanpa keinginan besar.
mengetahui lebih lanjut apa dan bagaimana isi dari LK l Susun kembali potongan-potongan tersebut
itu. sehingga membentuk sebuah persegi panjang.
l Selidiki luas persegi panjang tersebut dengan
Kini, kami menganggap bahwa LK adalah bagian memperhatikan unsur-unsur lingkaran (jari-jari dan
penting dari proses pembelajaran di kelas. LK sangat dan keliling lingkaran).
membantu dalam pencapaian kompetensi yang akan
kami belajarkan. Dengan demikian LK harus sesuai Semua siswa mengerjakan perintah-perintah tersebut,
dengan konten dan konteks keseharian siswa. dengan mudah saya membantu dan mengarahkan
Konsekwensinya adalah kami harus menganalisis LK siswa untuk menemukan hasil yang akan dicari.
yang sudah ada dan ujung-ujungnya kami harus

60 Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika


Pada saat itu terlihat sekali kebanggaan di raut Suasana pembelajaran di kelas terasa
muka mereka ketika menyelesaikan pekerjaannya menyenangkan. Saya sebagai guru bersemangat
yaitu menemukan rumus luas lingkaran. membelajarkan siswa, mereka sebagai siswa
Mereka dengan penuh semangat segera bersemangat mengikuti proses pembelajaran.
mengacungkan tangan seraya berkata lantang Bu, Hubungan kami dengan siswa terasa sangat dekat.
saya sudah selesai!! atau secara tidak sengaja saya Kami ibarat sebuah keluarga. Saya ibunya, mereka
mendengar kata a ha! dan hal-hal lain yang anak-anak saya. Kelas adalah rumah kami. Kami
sebelumnya jarang dirasakan. sadar bahwa rumah harus menjadi surga bagi kami.
Oleh sebab itu kami harus meningkatkan eksistensi
Berdasarkan pengamatan tersebut dapat saya kami sebagai tuan rumah Di rumah kami, kami
disimpulkan bahwa LK yang kami buat tersebut dapat meningkatkan rasa bangga. Kami nyaman
dapat merangsang dan menggiring mereka untuk melakukan aktivitas kami sehari-hari. Maka dengan
berfikir dan berbuat (learning by doing) sehingga bangga kami mengatakan, Inilah rumah kami.
pembelajaran terpusat pada siswa. Saya merasa
bahwa saat pembelajaran berlangsung, saya tidak lagi
banyak memberikan informasi dalam bentuk
ceramah seperti sebelumnya namun saya lebih
banyak berperan sebagai fasilitator.

Siswa maju ke
depan kelas untuk
mempresentasikan
hasil kerja
kelompok.

Praktik yang Baik: Pembelajaran Bermakna Matematika 61

You might also like