You are on page 1of 5

EKUILIBRIU M ISSN : 1412-9124

Vol. 10. No. 2. Halaman : 49 53 Juli 2011

ABSORBSI H2S MENGGUNAKAN LARUTAN Fe-EDTA


DALAM PACKED COLUMN

Endang Kwartiningsih*, Arif Jumari, Anisya D., Sugihartati, Eka P.W., Sumarni
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami No. 36 A, Surakarta 57126 Telp/fax: 0271-632112

*Email: end_kwart@yahoo.com

Abstract: Gas purification from the content of H2S using Fe-EDTA (Iron Chelated Solution)
gave several advantages. The advantages were the absorbent solution can be regenerated
that means a cheap operation cost, the separated sulfur was a solid that is easy to handle and
is save to be disposal to environment. This research was done by simulation and experimental.
The simulation step was done by mathematical model arrangement representing the absorption
process in packed column through mass transfer arrangement such as mass transfer equations
and chemical reaction. The experimental step was done with the making of Fe-EDTA solution
from FeCl2 and EDTA. Then Fe-EDTA solution was flown in counter current packed column that
was contacted with H2S in the methane gas. By comparing gas composition result of experiment
and simulation, the value of mass transfer coefficient in gas phase ( kAga), mass transfer
coefficient in liquid phase (kAla) and the reaction rate constant ( k) were found. The values of
mass transfer coefficient in liquid phase (kAla) were lower than values of mass transfer
coefficient in gas phase (kAga) and the reaction rate constant (k). It meant that H2S absorption
process using Fe-EDTA absorbent solution was determined by mass transfer process in liquid
phase. The higher flow rate of absorbent, the higher value of mass transfer coefficient in liquid
phase. The smaller packing diameter, the higher value of mass transfer coefficient in liquid
phase.From analysis of dimension, the relation of dimensionless number between Sherwood
number and flow rate of absorbent, packing diameter was
0 .0744 1.71
k Al a.D p 2 .v.D p Dp
15.78



D AB
Dk

Keywords: chemical reaction, Fe-EDTA, H2S absorption, mass transfer

PENDAHUILUAN udara. Asam sulfat inilah yang menimbulkan


Gas alam maupun biogas sangat korosi pada cerobongdan menimbulkan hujan
potensial sebagai sumber energi / bahan bakar. asam (Chiang, 1987).
Komponen utama gas alam dan biogas adalah Pemurnian gas dari kandungan H2S
metana(CH4), sedangkan kandungan yang lain menggunakan Iron Chelated Solution
diantaranya CO2dan H2S. Kandungan metana memberikan banyak kelebihan. Kelebihan
yang tinggi menjadikan gas alam dan biogas tersebut diantaranya adalah efektifitas
sangat potensial sebagai bahan bakar, penyerapan H2S tinggi, larutan absorben bisa
sedangkan kandungan H2S dalam biogas diregenerasi sehingga biaya operasi murah.
berpotensi sebagai polutan baik saat dibakar Kelebihan lain yang tidak ada pada proses lain
atau saat terbuang ke udara (Jensen, 2000). adalah sulfur yang terpisahkan dari gas berupa
Masalah dalam penggunaan gas alam sulfur padat (komoditas bernilai ekonomi) atau
ataupun biogas adalah kandungan H2S yang paling tidak berupa residu yang mudah dan
masih tinggi yang berdampak pada pencemaran, aman dalam pembuangannya sehingga tidak
sehingga sebelum digunakan perlu dimurnikan mencemari lingkungan. Istilah chelated pada
terlebih dahulu. Kandungan H2S dalam biogas absorben ini adalah senyawa kimia dalam
sekitar 1-3 % bahkan kandungan H2S dalam gas bentuk cincin heterosiklis yang mengandung ion
alam bisa mencapai 5 %. Hal itu mengakibatkan logam yang terikat secara koordinatif oleh
hasil pembakaran gas alam maupun biogas minimal dua ion non metal. Chelated agent yang
banyak mengandung SO2 dan SO3 yang korosif biasa digunakan adalah EDTA (Ethylene
yang bereaksi membentuk asam sulfat saat Diamine Tetra Acetate). Iron Chelated
bertemu air hasil pembakaran atau air dari Solutiondibuat dengan melarutkan senyara

49
2-
garam besi ke dalam larutan EDTA (Horikawa, (interface) ke badan cair. Ion S yang telah
2004). berada dalam badan cair selanjutnya bereaksi
3+
Penelitian ini bertujuan untuk menyusun dengan larutan absorben Fe-EDTA (ion Fe )
2+
model matematis pada absorbsi H2S membentuk sulfur (S) dan ion ferri (Fe ).
menggunakan larutan Fe-EDTA sehingga Kecepatan perpindahan massa komponen
2-
diperoleh data data koefisien transfer massa A (ion S ) dari badan gas ke interface mengikuti
dan konstanta kecepatan reaksi pada absorbsi persamaan 8 dan 9. Sedangkan kecepatan
H2S menggunakan larutan absorben Fe-EDTA. perpindahan massa komponen A (ion S2-) dari
Data-data kinetika tersebut nantinya merupakan interface ke badan cair mengikuti persamaan 10
data yang bersifat fundamental yang sangat dan 11. Persamaan kesetimbangan di interfase
diperlukan pada perancangan alat absorbsi H2S mengikuti persamaan 12 (Levenspiel, O., 1999).
menggunakan larutan absorben Fe-EDTA dalam NA = kAg (PA- PAi) (8)

skala pilot plant maupun dalam skala yang lebih NA = kAga (PA PAi) (9)
besar di industri. NA = kAl (CAi - CA) (10)
Pada penyerapan H2S dalam gas NA = kAla (CAi CA) (11)
menggunakan larutan absorben Iron Chelated PAi = H. CAi (12)
Solution, proses diawali dengan absorbsi H2S
oleh air dan reaksi dissosiasi dalam air. Proses Persamaan 11 dapat ditulis menjadi persamaan
tersebut dapat dituliskan sebagai berikut berikut :
(OBrien, 1991)
CAi = CA + NA/kAla (13)
H 2 S ( g ) H 2 O(l )
H 2 S (l ) (1)
Dengan susbstitusi persamaan 11 dan 12 ke
HS H
H 2 S (l ) (2) persamaan 9 diperoleh :

HS
S 2 H (3) NA = kAga (PA H.CA H.NA/kAla) (14)
2-
Selanjutnya ion sulfur (S ) bereaksi dengan ion Akhirnya persamaan 14 menjadi persamaan 15.
3+
feri (Fe ) yang ada di dalam larutan
S 2 2 Fe 3
S ( s) 2Fe 2 ( PA H .C A )
(4) N A' (15)
Sulfur hasil reaksi (4) adalah sulfur padat yang
1 H

berada didalam sistem larutan absorben. k Ag a k Al a
Selanjutnya sulfur padat tersebut dipisahkan
secara filtrasi. Filtrat dari dari hasil filtrasi 2-
Ion S yang telah berada dalam badan cair
digenerasi menggunakan udara. Pada saat selanjutnya bereaksi dengan larutan absorben
regenerasi terjadi reaksi-reaksi sebagai berikut : 3+
Fe-EDTA (ion Fe ) membentuk sulfur (S) dan
2+
1
12 O2 (l )
O 2 ( g ) H 2 O (l ) ion ferro (Fe ) dengan asumsi reaksi adalah
2 (5) reaksi elementer maka kecepaan reaksi
2 3
1
2 O2 (l ) 2 Fe H 2O
2 Fe 2OH mengikuti persamaan 16.
(6)
S 2 2 Fe 3
S 2 Fe 2
Larutan yang telah diregenerasi kembali - rA = k. CA. CB
2
(16)
mengandung ion ferri selanjutnya digunakan dengan
kembali untuk menyerap H2S. Secara 2-
A = ion sulfide (S )
keseluruhan proses absorbsi dan regenerasi 3+
B = ion ferri (Fe )
dapat dituliskan sebagai berikut C = sulfur (S)
D = ion ferro (Fe2+)
H 2 S ( g ) 12 O2 ( g )
H 2 O(l ) S ( s ) (7) Dengan asumsi proses absorbsi adalah
adiabatik dan isotermal (suhu operasi tetap),
Ditinjau dari aspek kinetika reaksi, reaksi panas pelarutan kecil sehingga diabaikan,
penyerapan H2S oleh larutan absorben dapat proses berlangsung dalam keadaan steady state
dikategorikan sebagai reaksi heteregen yaitu dan reaksi antara ion sulfide,S2- dan ion ion
gas dan cair. Mula-mula H2S (ion S2-) mendifusi ferro (Fe2+) terjadi di fase cair, maka model
dari badan gas ke lapisan film gas (interface), matematis proses absorbsi disusun dalam
selanjutnya mendifusi lagi dari lapisan film cair elemen volum setebal z sebagai berikut :

50 E K U I L I B R I U M Vol. 10. No. 2. Juli2011 : 4953


2+
Neraca massa komponen D (ion ferro (Fe )
dalam fase cair dalam elemen volum setebal
Gz Lz z:
2
z L.CD z - L.CD z+z + 2.k. CA. CB .A.z. = 0 (25)

2
dC D 2.k .C A .C B . A.
Gz+z Lz+z (26)
dz L
Gambar 1. Elemen volum setebal z Persamaan (18), (20), (22), (24) dan (26)
merupakan persamaan diferensial ordiner yang
2-
Neraca massa komponen A (ion sulfide,S ) dapat diselesaikan secara simultan dengan
dalam fase gas dalam elemen volum setebal z minimasi SSE menggunakan program Matlab
: sehingga diperoleh nilai kAga, kAla dan k.
(G.P/R.T). yAz+z (G.P/R.T) yAz - Keadaan batas yang digunakan:
(Y A .P H .C A )
A.z - 0 = 0 (17) z=0; yA=yA; CA=0; CB=CB0; CC=0; CD= 0
1 H

k Ag a k Al a z=z; yA=yA0; CA=CA ; CB=CB; CC=CC; CD=CD

dy A (Y A .P H .C A ) A.R.T (18) Variabel variabel yang mempengaruhi


koefisien perpindahan massa dalam kolom
dz 1 H G.P
bahan isian adalah difusivitas (DAB), viscositas
k Ag a k Al a
(), laju alir fluida (v), densitas fluida (),
Neraca massa komponen A (ion sulfide,S )
2- diameter kolom (Dk), diameter packing (Dp) dan
dalam fase cair dalam elemen volum setebal z tinggi packing (H). Jika variabel yang
: divariasikan adalah laju alir fluida dan diameter
packing maka setelah dilakukan analisis
(Y A .P H .C A ) dimensi, hubungan antara koefisien perpindahan
L.CA z + A.z - L.CA z+z - massa dan laju alir serta diameter packing
1 H adalah sebagai berikut:

k Ag a k Al a
2 a b
k. CA. CB . A. z. = 0 (19) k A .Dp 2 .v.Dp Dp (27)
c
D AB Dk
dC A (Y A .P H .C A ) A 2 A. (20)
k .C A .C B .
dz 1 H L L
METODE PENELITIAN
k Ag a k Al a
Penelitian dilakukan secara simulasi dan
3+ eksperimental. Penelitian secara eksperimental
Neraca massa komponen B (ion ferri, Fe ) dilakukan untuk validasi hasil simulasi. Tahap
dalam fase cair dalam elemen volum setebal z eksperimental dilakukan dengan pembuatan
: larutan Fe-EDTA dari FeCl 2 dan larutan EDTA.
L.CB z - L.CB z+z - 2. k. CA. CB2. A. z. = 0 (21) Limbah besi dari industri mesin bubut yang telah
2 berukuran kecil dilarutkan dalam larutan HCl
dC B 2.k .C A .C B . A. dengan persamaan reaksi sbb :
(22)
dz L Fe + 2 HCl FeCl2 + 2 H2
Dalam pembuatan garam FeCl 2 ini larutan
Neraca massa komponen C (sulfur, S) dalam HCl yang digunakan dibuat berlebihan
fase cair dalam elemen volum setebal z : (perbandingan mol Fe dan HCl = 1 : 3), karena
setelah dicoba pada perbandingan Fe dan HCl
2
L.CC z - L.CC z+z + k. CA. CB . A. z. = 0 (23) secara stoikiometri ternyata Fe masih banyak
yang belum larut. Selanjutnya Fe yang telah
2 larut dalam HCl itu sebagai FeCl 2, didiamkan
dC C k .C A .C B . A.
(24) sampai terjadi kristalisasi dan terbentuk endapan
dz L garam FeCl2. Endapan tersebut kemudian
disaring dan dimasukkan dalam oven untuk
menguapkan kandungan air, sehingga terbentuk

Absorbsi H2SMenggunakan Larutan Fe-EDTA dalam Packed Column 51


(Endang Kwartiningsih, Arif Jumari, Anisya D., Sugihartati, Eka P.W., Sumarni)
garam FeCl2. Pembuatan larutan Iron Chelated (kAla) dan konstanta kecepatan reaksi (k). Dari
Solution (Fe-EDTA) dilakukan dengan cara penelitian sebelumnya (Kwartiningsih, E, dkk,
melarutkan garam FeCl 2 dengan larutan EDTA 2010) diperoleh nilai-nilai koefisisen transfer
dengan perbandingan 1:1. Dalam penelitian ini massa di fase cair (kAla) jauh lebih rendah dari
dibuat konsentrasi EDTA sebesar 0,2 M. pada nilai-nilai koefisien transfer massa di fase
Selanjutnya larutan Fe-EDTA dilewatkan dalam gas (kAga) dan konstanta kecepatan reaksi (k).
kolom berpacking yang dikontakkan dengan gas Hal ini berarti bahwa pada proses absorbsi H2S
metana dengan kandungan H2S di dalamnya menggunakan larutan absorben Fe-EDTA
secara counter current seperti pada gambar 2. ditentukan oleh proses transfer massa di fase
Gas metana yang kaya H2S digelembungkan cair.
dari bagian bawah kolom absorber dan
absorben Iron Chelated Solution (Fe-EDTA) Gas metana hasil treatment Fe3+/EDTA
dipompa ke bagian atas kolom absorber. Di
dalam absorber absorben bereaksi dengan H2S
dari gas metana sehingga kandungan H2S

REGENERATOR
ABSORBER
dalam gas berkurang. Gas metana miskin H2S
keluar dari puncak kolom dan larutan yang
Gas metana Pemisahan
mengandung padatan sulfur dipompa ke kolom + H2S partikel udara

filtrasi (particle separation). Sulfur padat


dipisahkan pada particle separation (kolom sulfur

filtrasi) dan larutan bebas partikel dialirkan ke 2+


Fe /EDTA
kolom regenerator untuk diregenerasi dengan
udara. Larutan absorben yang sudah
diregenerasi dipompa kembali ke kolom Gambar 2. Diagram skematik peralatan penelitian
absorber. Sulfur padat dipisahkan pada particle
separation (kolom filtrasi) dan larutan bebas Transfer massa di fase cair jauh lebih
partikel dialirkan ke kolom regenerator untuk lambat dibandingkan transfer massa di fase gas
diregenerasi dengan udara. Larutan absorben maupun reaksi kimia di fase cair. Dari analisis
yang sudah diregenerasi dipompa kembali ke dimensi dan pengolahan data maka diperoleh
kolom absorber. Sulfur padat yang terbentuk hubungan antara bilangan-bilangan tak
selama waktu tertentu selanjutnya dikeringkan berdimensi yaitu bilangan Sherwood dan
dalam oven dan ditimbang beratnya. bilangan Reynolds sebagai berikut:
0, 0744
Tahap simulasi dilakukan dengan k Al a.D p 2 .v.D p
1,2342
mengembangkan model matematis pada proses DAB

absorbsi dalam packed column, dengan
menyusun neraca massa yang meliputi Semakin besar laju alir absorben maka
persamaan-persamaan transfer massa disertai nilai koefisisen transfer massa di fase cair (kAla)
reaksi kimia dengan asumsi proses berlangsung semakin besar pula. Hal ini terjadi karena
secara isothermal sehingga diperoleh semakin besar laju alir absorben maka semakin
persamaan (18), (20), (22), (24) dan (26). besar bilangan Reynolds yang menyebabkan
Dengan optimasi harga klAa, kgAa dan k, peningkatan turbulensi sehingga transfer massa
penyelesaian model dilakukan secara numerik di fase cair juga semakin cepat.
dengan program Matlab, akhirnya diperoleh Pada penelitian ini diamati variabel
komposisi H2S dalam gas pada berbagai tinggi diameter packing. Nilai koefisien perpindahan
kolom. Selanjutnya dengan metode Sum of massa di fase cair pada berbagai diameter
Square of Error dan dengan membandingkan packing dapat dilihat pada tabel 1. Semakin kecil
kandungan H2S dalam gas keluar kolom diameter packing, nilai koefisien perpindahan
absorber dari hasil percobaan dan hasil simulasi massa semakin besar karena semakin kecil
diperoleh nilai koefisien transfer massa (klAa dan diameter packing maka semakin besar juga luas
kgAa) dan konstanta kecepatan reaksi (k). permukaan kontak antara gas dan absorben.
Variabel yang diamati adalah laju alir dan Dari analisis dimensi dan pengolahan data maka
diameter packing. diperoleh hubungan antara nilai koefisien
perpindahan massa di fase cair dan diameter
HASIL DAN PEMBAHASAN packing dalam kelompok tak berdimensi adalah
Dengan membandingkan komposisi gas sebagai berikut:
1, 785
hasil percobaan dan hasil simulasi maka k Al a.Dp 2 Dp
26,17
diperoleh nilai koefisien transfer massa di fase D AB Dk
gas (kAga), koefisisen transfer massa di fase cair

52 E K U I L I B R I U M Vol. 10. No. 2. Juli2011 : 4953


Tabel 1. Nilai kAla pada laju alir absorben 5,6 L/menit Horikawa, M.S. et. Al., 2004, Chemical
dan laju alir gas 5 L/menit pada variasi Absorption of H2S for Biogas Purification,
diameter packing
Brazilian Journal of Chemical Engineering,
Diameter k Ala Dp/Dk Sh = Vol. 21 No. 03 pp 415-422.
Packing (1/menit)
2
k ALa.Dp /DAB Jensen, J. K. and A. B. Jensen, 2000, Biogas
in = and Natural Gas Fuel Mixture for the
0,635 cm 0,0015903 0,0635 0,18773 Future, written for the 1st World
in = Conference and Exlbition on Biomass For
1,27 cm 0,0014578 0,1270 0,68836 Energy and Industry, Sevilla: 8 p.
in = http://uk.dgc.dk/pdf/Sevilla2000.pdf.
1,905 cm 0,0012409 0,1905 1,31836 Kwartiningsih, E., dkk, 2010, Transfer Massa
Diserta Reaksi Kimia pada Absorbsi H2S
Jika hubungan antara nilai koefisien dalam Pemurnian Gas Alam Maupun
perpindahan massa di fase cair pada variasi laju Biogas Menggunakan Larutan Absorben
alir dan variasi diameter packing digabung maka Fe-EDTA dalam Packed Column, Laporan
hubungan antara kelompok bilangan tak Penelitian Fundamental, DIKTI.
berdimensi menjadi : Kwartiningsih, E., dkk, 2007, Pemurnian Biogas
0 , 0744 1, 71
k Al a.D p 2 .v.D p Dp dari Kandungan H2S Menggunakan
15,78
D AB D Larutan Absorben dari Besi Bekas,
k Laporan Penelitian Hibah Bersaing, DIKTI.
Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh diameter Levenspiel, O., 1999, Chemical Reaction
th
packing lebih dominan dari pada pengaruh laju Engineering, 3 ed., John Wiley & Sons,
alir absorben. Singapore.
OBrien, M., 1991, Catalytic Oxidation of Sulfides
KESIMPULAN in Biogas, Ventilation Air and Wastewater
Nilai-nilai koefisisen transfer massa di Streams from Anaerobic Digesters,
fase cair (kAla) jauh lebih rendah dari pada nilai- Proceedings 1991 Food Industry
nilai nilai koefisien transfer massa di fase gas Environmental Conference, USA.
(kAga) dan konstanta kecepatan reaksi (k). Hal Perry, R. H., 1997, Perry's Chemical Engineers
ini berarti bahwa pada proses absorbsi H2S Handbook, McGraw Hill, New York.
menggunakan larutan absorben Fe-EDTA Treybal, R.E., 1980, Mass Transfer Operation,
ditentukan oleh proses transfer massa di fase 3rd ed., Mc Graw Hill Book Co., Canada.
cair. Transfer massa di fase cair jauh lebih Welty, J.R., Wicks, C.E. and Wilson, R.E., 1984,
lambat dibandingkan transfer massa di fase gas Fundamental of Momentum, Heat and
rd
maupun reaksi kimia di fase cair. Semakin besar Mass Transfer, 3 ed., John Wiley &
laju alir absorben maka nilai koefisisen transfer Son.Inc.,Can.
massa di fase cair (kAla) semakin besar pula.
Semakin kecil diameter packing maka nilai
koefisisen transfer massa di fase cair (kAla)
semakin besar. Dari analisis dimensi diperoleh
hubungan antara koefisen perpindahan massa
dan variabel laju alir absorben serta diameter
packing dalam kelompok bilangan tak
berdimensi adalah sebagai berikut:
0 , 0744 1, 71
k Al a.D p 2 .v.D p Dp
15,78
D AB D
k

DAFTAR PUSTAKA
Chiang, A. S. T. and Y.-W. Chen, 1987,
Selective Removal of Hydrogen Sulfide
Pollutant with Zinc oxide, Proc. of 4th Air
Pollution Control Technical Conference,
National Taiwan University, Taipei: 199-
206.
Geankoplis, 1993, Transport Processes and Unit
Operation, 3rd ed., Prentice Hall, New
Jersey.

Absorbsi H2SMenggunakan Larutan Fe-EDTA dalam Packed Column 53


(Endang Kwartiningsih, Arif Jumari, Anisya D., Sugihartati, Eka P.W., Sumarni)

You might also like