You are on page 1of 28

JURNAL AWAL PRAKTIKUM KOSMETIKA

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN BODY SCRUB


CHOCO BODY SCRUBS

OLEH :
KELOMPOK I
I NYOMAN ARYA PURNATA MEGANTARA (1208505017)
KADEK MEGAYANTI (1408505009)
RAHAYU WIRAYANTI (1408505047)
IDA BAGUS DHARMA ESA (1408505055)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
I. TUJUAN
1.1 Mengetahui dan merancang formulasi sediaan Body scrub.
1.2 Mengetahui pengaruh penambahan bahan atau konsentrasi bahan dalam
sediaan Body scrub terhadap sifat fisika dan kimia Body scrub
1.3 Mengetahui evaluasi sediaan Body scrub

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Latar Belakang
Kulit merupakan bagian tubuh manusia paling luar yang berperan penting,
baik ditinjau dari segi kesehatan maupun dari segi keindahan/kecantikan. Peran
kulit bagi kecantikan adalah sebagai daya tarik dan penampilan. Tampil cantik
segar dengan kulit mulus berseri merupakan dambaan setiap orang terutama kaum
wanita, oleh karena itu berbagai upaya dilakukan untuk dapat tampil cantik
dengan kulit yang mulus.
Pemeliharaan kulit memerlukan perhatian yang khusus karena kulit
merupakan organ yang sensitif terhadap perlakukan dan rangsangan. Perawatan
kulit & tubuh sangat beragam, mulai dari perawatan modern yang menggunakan
mesin laser, sampai perawatan tradisional contoh mandi lulur. Perawatan lulur
yang konon sudah dikenal sejak jaman nenek moyang kita, atau lebih dikenal juga
dengan istilah body scrub merupakan perawatan yang cukup populer dikalangan
wanita.

2.2 Body scrub


Body scrub adalah perawatan tubuh dengan menggunakan lulur. Produk
lulur berupa krem yang mengandung butiran-butiran kasar di dalamnya. Bahan
alami yang dapat digunakan sebagai bahan lulur antara lain bengkoang, beras
giling kasar, belimbing, jeruk nipis, pepaya, bunga-bungaan, daun-daunan, biji
coklat,kopi, dan kedelai.
Scrub berfungsi mengangkat sel kulit mati di permukaan kulit tubuh yang
kasar dan kusam, selain itu juga berfungsi membantu mempercepat pergantian sel-
sel kulit tubuh yang baru, bersih dan sehat. Scrub/peeling atau lulur adalah
perawatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara menggerakan telapak tangan
memutar sambil mengusap permukaan kulit yang sudah diberi produk lulur.
Perawatan ini dapat dilanjutkan dengan perawatan body masker. Perawatan ini
diakhiri dengan bath terapy dan pengolesan lotion, body cream atau body butter
untuk memaksimalkan hasil perawatan.

III. MONOGRAFI BAHAN


3.1 Lemak coklat
a. Definisi : Coklat padat yang diperoleh dengan pemerasan panas biji
Theo Broma Cacao L. yang telah dikupas/ dipanggang
(Depkes RI, 1979).
b. Pemerian : Lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatic, rasa khas
lemak agak rapuh (Depkes RI, 1979).
c. Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95 %)P, mudah larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P
(Depkes RI, 1979).
d. Suhu lebur : 310C 340C (Depkes RI, 1979)
e. Stabilitas : Memanaskan oleum cacao diatas 36selama preparasi akan
mengakibatkan titik memadat menjadi bentuk meta stabil
(Depkes RI, 1979)
e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1979)

3.2 VCO
a. Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, kuning pucat, bau khas, tidak
tengik (Depkes RI, 1979)
b. Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol (95%) pada suhu 60 oC,
sangat mudah larut dalam kloroform p dan dalam eter p
(Depkes RI, 1979)
c. Penggunaan : Sebagai emolien dan basis salep (Rowe et al., 2009).
d. Stabilitas : Apabila minyak kelapa terkena paparan udara, minyak akan
mudah teroksidasi dan akan mengakibatkan bau tengik.
Minyak kelapa mungkin terbakar pada suhu tinggi (Rowe et
al., 2009)
e. Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup baik, terlindungi cahaya, sejuk
(Depkes RI, 1979)
f. Inkompatibilitas : Minyak kelapa bereaksi dengan oksidator, asam dan basa
(Rowe et al., 2009).

3.3 Setil Alkohol


a. Bobot molekul : 242,44 g/mol (Rowe et al., 2009).
b. Pemerian : Berupa lilin, berwarna putih, berbentuk serpihan, granul,
kubus, bau dan rasa lemah (Rowe et al., 2009).
c. Penggunaan : Propilenglikol pada konsentrasi 2-5% digunakan sebagai
emolien; 2-5% digunakan sebagai agen pengemulsi;
digunakan sebagai agen pengeras (Stiffening agent) pada
konsentrasi 2-10%; dan sebagai pengabsorpsi air pada
konsentrasi 5% (Rowe et al., 2009).
d. Kelarutan : Larut dalam etanol 95% dan eter, kelarutan meningkat
dengan peningkatan temperatur, praktis tidak larut dalam air.
Ketika dilelehkan dapat bercampur dengan lemak, parafin
padat atau cair, dan isopropil miristat (Rowe et al., 2009).
e. Suhu lebur : 49C (Rowe et al., 2003).
f. Stabilitas : Setil alkohol stabil dengan asam, alkali, cahaya, serta udara,
dan tidak menjadi tengik (Rowe et al., 2009).
g. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, di tempat sejuk dan kering
(Rowe et al., 2009).
h. Inkompatibilitas : Propilenglikol tidak tercampurkan dengan agen
pengoksidasi kuat (Rowe et al., 2009).

3.4 Asam Stearat


Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak,
sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat, C18H36O2 dan asam
heksadekanoat C16H32O2 (Depkes RI, 1979).
a. Organoleptis : Zat padat keras mengkilat menunjukan susunan `hablur,
putih atau kuning pucat mirip lemak lilin (Depkes RI, 1979).
b. Berat Molekul : 284,47 gram/mol
c. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95
%) P, dalam 2 bagian klorofom P dan dalam 3 bagian eter P
(Depkes RI, 1979).
d. Stabilitas : Asam stearat merupakan material yang stabil, tetapi sering
juga ditambahkan antioksidant (Rowe et al., 2009)..
e. Inkompatibilitas : Asam stearat tidak tercampurkan dengan kebanyakan
logam hidroksida dan basa, agen pereduksi, dan agen
pengoksidasi. Basis ointment yang dibuat dari asam stearat
dapat menunjukkan pengeringan atau penggumpalan
berkaitan dengan reaksi ketika dicampurkan dengan garam
zink atau garam kalsium. Asam stearat tidak tercampurkan
dengan obat naproxen (Rowe et al., 2009).
f. Penggunaan : Emulsifying agent; solubilizing agent; lubrikan dalam tablet
dan kapsul (Rowe et al., 2009).
g. Titik lebur : 69-70oC (Rowe et al., 2009).
h. Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat dan kering (Rowe et
al., 2009).

3.5 Metil paraben


a. Bobot molekul : 152,15 g/mol (Rowe et al., 2009).
b. Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak
berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa
terbakar (Rowe et al., 2009).
c. Penggunaan : Metilparaben dengan persentase 0,02 0,3% digunakan
sebagai bahan pengawet pada sediaan topikal. Metilparaben
bersama dengan metil paraben digunakan pada berbagai
formulasi sediaan farmasetika (Rowe et al., 2009).
d. Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon
tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter
terbakar (Depkes RI, 1995).
e. Suhu lebur : 125 - 128 C (Rowe et al., 2009).
f. Stabilitas : Larutan cair metal paraben pada pH 36 dapat disterilkan
dengan autoklaf pada suhu 120C selama 20 menit, tanpa
terdekomposisi. Larutan pH 36 stabil (kurang dari 10%
terdekomposisi) sekitar 4 tahun pada temperature ruangan.
Sementara larutan pH 8 atau lebih terhidrolisis dengan cepat
(10% atau lebih sekitar 60 hari pada temperatur ruangan)
(Rowe et al., 2009).
g. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1995).
h. Inkompatibilitas : Aktivitas anti bakteri metal paraben dan paraben lainnya
akan menurun jika terdapat surfaktan ninionik, seperti
polisorbat 80, yang dapat menghasilkan misel. Walaupun
propilenglikol (10%) menunjukkan potensi pada aktivitas
antibakteri paraben dalam keberadaan surfaktan nonionik
dan mencegah interaksi antara metal paraben dan polisorbat
80. Inkompatibilitas dilaporkan terjadi dengan substansi lain
seperti bentonit, magnesium trisilikat, talk, tragakan, sodium
alginat, minyak essensial, sorbitol, dan atropin. Metil
paraben juga bereaksi dengan beberapa gula dan gula
alkohol. Absorpsi metal paraben oleh plastik. Polietilen
dengan berat jenis rendah dan tinggi tidak menyerap metal
paraben. Metil paraben kehilangan warnanya dengan
keberadaan tembaga dan terhidrolisis dengan basa lemah
dan asam kuat (Rowe et al., 2009).

3.6 Propil paraben


a. Bobot molekul : 180,20 g/mol (Rowe et al., 2009).
b. Pemerian : Serbuk berwarna putih, tidak berbau, dan tidak berasa (Rowe
et al., 2009).
c. Penggunaan : Propilparaben dengan persentase 0,01 0,6% digunakan
sebagai bahan pengawet pada sediaan topikal. Propil
paraben bersama dengan metil paraben digunakan pada
berbagai formulasi sediaan farmasetika (Rowe et al., 2009).
d. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan
dalam eter, sukar larut dalam air mendidih (Depkes RI,
1995).
e. Suhu lebur : 95 - 98 C (Depkes RI, 1979).
f. Stabilitas : Larutan propilparaben berair pada pH 3-6 dapat disterilisasi
dengan autoklaf tanpa terjadi dekomposisi. Pada pH 3-6,
larutan berair stabil (terdekomposisi kurang dari 10%) untuk
penyimpanan pada suhu kamar selama 4 tahun, sementara
pada pH di atas 8 dapat cepat terhidrolisis (10% atau lebih
setelah penyimpanan selama 60 hari pada suhu kamar)
(Rowe et al., 2009).
g. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1995).
h. Inkompatibilitas : Aktivitas antibakteri propil paraben akan menurun jika
terdapat surfaktan ninionik yang dapat menghasilkan misel.
Walaupun propilenglikol (10%) menunjukkan potensi pada
aktivitas antibakteri paraben dalam keberadaan surfaktan
nonionik dan mencegah interaksi antara metal paraben dan
polisorbat 80. Inkompatibilitas dilaporkan terjadi dengan
substansi lain seperti magnesium aluminium silikat,
magnesium trisilikat, tembaga oksida, tragakan, dan
ultramarin biru hingga mampu mengurangi daya pengawet
propilparaben. Absorpsi propilparaben oleh plastik.
Propilparaben kehilangan warnanya dengan keberadaan
tembaga dan terhidrolisis dengan basa lemah dan asam kuat
(Rowe et al., 2009).
3.7 Propilen Glikol
a. Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak
berbau, menyerap air pada udara lembab. (Depkes RI,
1995)
b. Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan
kloroform, larut dalam eter, dan dalam beberapa minyak
esensial; tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
(Depkes RI, 1995)
c. Penggunaan : humektan. (Depkes RI, 1995)
d. Inkompartibilitas : Inkompatibel dengan pengoksidasi seperti potassium
permanganat. (Depkes RI, 1995)
e. Stabilitas : Dalam suhu yang sejuk, propilen glikol stabil dalam wadah
tertutup Propilen glikol stabil secara kimia ketika
dicampur dengan etanol, gliserin, atau air. (Depkes RI,
1995)
f. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. (Depkes RI, 1995)

3.8 Aqua Destillata


a. Bobot molekul : 18,02 g/mol (Depkes RI, 1995).
b. Definisi : Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan
destilasi, perlakuan menggunakan penukar ion, osmosis
balik, atau proses lain yang sesuai. Dibuat dari air yang
memenuhi persyaratan air minum. Tidak mengandung zat
tambahan lain (catatan: Air murni digunakan untuk
pembuatan sediaan-sediaan). Bila digunakan untuk sediaan
steril, selain untuk sediaan parenteral, air harus memenuhi
persyaratan uji sterilitas atau gunakan air murni steril yang
dilindungi terhadap kontaminasi mikroba. Tidak boleh
menggunakan air murni untuk sediaan parenteral. Untuk
keperluan ini digunakan air untuk injeksi, air untuk injeksi
bakteriostatik atau air steril untuk injeksi (Depkes RI, 1995).
c. Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau (Depkes RI,
1995).
d. pH : Antara 5,0 dan 7,0; lakukan penetapan secara potensiometrik
pada larutan yang ditambahkan 0,30 mL larutan kalium
klorida P jenuh pada 100 mL zatuji (Depkes RI, 1995).
e. Kemurnian bakteriologi : Memenuhi syarat air minum (Depkes RI, 1995).
f. Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1995).

3.9 Coklat bubuk (Cocoa powder)


Bubuk coklat diperoleh dari biji coklat yang telah dikupas dan dipanggang, yang
digiling dan di-press cake, kemudian ditumbuk hingga menjadi bubuk coklat.
a. Pemerian : Bubuk halus, berbau khas coklat, warna coklat sampai
kemerahan. (Widayat, 2013)
b. pH : 7-8,5 (Widayat, 2013)
c. Kandungan lemak: <8% (Widayat, 2013)
d. Kandungan air : <5%)(Widayat, 2013)
e. Kelarutan : Mudah larut dalam air (Widayat, 2013)
f. Suhu Penyimpanan : suhu 15o-20oC (Widayat, 2013)
g. Penyimpanan : Dalam silo tertutup, kering, jauh dari cahaya dan bau asing
yang kuat (Widayat, 2013)

IV. FORMULA
4.1 Formulasi Standar
Anionic surfactants 30
Oils, waxes and fats 30
Humectants 30
Abrasives 20
Non-ionic / amphoteric surfactants 20
Foam boosting agents 10
Emulsifying agents 10
Parfum 6
Additional ingredients 6
Cationic polymers 3
Colorants 1
Preservatives, antimicrobials 1
Aqua to 100
(Anonim, 2013)

4.2 Formulasi 1
A-C 617 2.0
Stearic Acid 0.5
Lanolin Oil 6.0
Isopropyl Palmitate 12.5
Sorbitan Monostearate 1.3
Polyoxyethylene 20 Sorbitan Monostearate 1.8
Sorbitol (70%) 5.0
Carbomer 940 0.3
Diazolidinyl Urea 0.8
Water 69.6
Triethanolamine (TEA) 0.2
Perfume Q-S
ACUSCRUB 50 or 51 10 Parts
(Flick, 1992)

4.3 Formulasi 2
Lemak kakao 1,4%
Minyak zaitun 10%
Cetyl alkohol 1%
Asam stearat 3%
Propil paraben 0,1%
Propilen glikol 10%
Metil paraben 0,1%
Akuades hingga 100%
Novemmer 1.9%
Tepung 4%
Susu Bubuk 1%
Madu 2.5%
Bubuk kakao 3,5%
(Yumas, 2015)

4.4 Formulasi yang dianjurkan


Lemak kakao 1,4%
VCO 10%
Cetyl alkohol 1%
Asam stearat 3%
Metil paraben 0,1%
Propil paraben 0,1%
Propilen glikol 10%
Akuades ad 100%
Coklat bubuk 3,5%

V. ALAT DAN BAHAN


5.1 Alat
- Timbangan Analitik
- Penangas air
- Toples kaca
- Termometer
- Beaker Glass
- Batang Pengaduk
- Gelas Ukur
- Wadah Body scrub
- Senduk Tanduk
- Kertas Perkamen
5.2 Bahan
- Lemak kakao
- VCO
- Cetyl alkohol
- Asam stearat
- Metil paraben
- Propil paraben
- Propilen glikol
- Akuades
- Coklat bubuk

5.3 PENIMBANGAN BAHAN


Konsetrasi Bobot Bobot Total
Nama
No Kegunaan Maksimal Sediaan (Sediaan +
Bahan
(%) (gr) 60%) (gr)
1 Lemak kakao Basis lemak 1,4 7 11,2
2 VCO Basis lemak 10 50 80
3 Cetyl alkohol Foam boosting
1 5 8
agen
4 Asam stearat Emulgator 3 15 24
5 Metil Pengawet
0,1 0,5 0,8
paraben
6 Propil Pengawet
0,1 0,5 0,8
paraben
7 Propilen Humektan
10 50 80
glikol
8 Akuades Basis air
Ad 100 354,5 576,2
9 Coklat bubuk Zat Aktif
3,5 17,5 28

VI. CARA KERJA


6.1 Pembuatan Body scrub
7.1
Semua bahan-bahan yang diperlukan ditimbang sesuai dengan formula yang
7.2
digunakan
7.3
Pisahkan bahan antara fase minyak (lemak kakao, VCO, cetyl alkohol, asam
stearat, propil paraben) dan fase air (propilen glikol, metil paraben, akuades)

lemak kakao, VCO, cetyl alkohol, dan asam stearat dipanaskan diatas penangas
pada suhu 70C kemudian ditambahkan propil paraben sebagai fase minyak
aquadest dipanaskan diatas penangas pada suhu 70C kemudian ditambahkan
propilen glikol dan metil paraben sebagai fase air

Campurkan fase air ke dalam fase minyak lalu digerus hingga dingin dan
terbentuk massa basis scrub yang homogen

Tambahkan coklat bubuk kedalam basis scrub lalu gerus hingga homogen

Sediaan dikemas kedalam kemasan

Dilakukan uji evaluasi terhadap sediaan Body Scrub

(Yumas, 2015)

VII. UJI EVALUASI


7.1 Organoleptis

Body Scrub dianalisis melalui pengamatan visual meliputi warna, bau, dan
bentuk
(Hendradi dkk., 2013).

7.2 Uji Daya Sebar

0,5 gram Body Scrub diletakkan di tengah-tengah antara 2 lempeng gelas,


dimana lempeng sebelah atas ditimbang terlebih dahulu.

Kemudian diletakkan diatas Body Scrub dan biarkan selama 1 menit.

Di atasnya diberi beban 150 gram, dibiarkan 1 menit dan diukur diameter
sebarnya. Swastika dkk., 2013).

7.3 Uji Waktu Lekat


Gelas objek ditandai 4 x 2,5 cm kemudian sebanyak 0,25 g scrub diletakkan di
titik tengah luasan tersebut dan ditutup dengan gelas objek lain.

Diberi beban 1 kg selama 5 menit

Kedua gelas objek yang telah saling melekat 1 sama lain dipasang pada alat
uji yang diberi beban 80 gram

Setelah itu dicatat waktu yang diperlukan hingga terpisahnya 2 gelas objek
tersebut.
(Swastika dkk., 2013).

7.4 Uji pH

Dilakukan kalibrasi pH terlebih dahulu dengan menggunakan larutan buffer


pH 7 dan larutan buffer pH 4.

(Hendradi
Setelah kalibrasi, dimasukan elektroda pada sediaan, ditekandkk.,
read 2013).
dan

ditunggu hingga terdapat tanda , setelah terdapat tanda dicatat

pH yang diperoleh.
(Hendradi dkk., 2013).

7.5 Uji Viskositas dan Sifat Alir

Viskositas dan sifat alir sediaan ditentukan dengan viskosimeter Brookfield,


digunakan spindle no 6 (setelah dilakukan percobaan)

Pengukuran viskositas sediaan diamati pada rate of share 10, 20, 30, 50, 60
dan 100 rpm.

Sifat alir sediaan didapat dengan memeplot kurva data viskositas dan rate of
shear (rpm) yang dimulai dari rpm terendah.
(Swastika dkk., 2013).
VIII. KEMASAN
IX. HASIL
9.1 Uji Organoleptis
Bau : bau aromatic khas
Warna : Coklat gelap
Bentuk : Kental
9.2 Uji Daya Sebar
Beban (gram) Daya Sebar (cm)
0 3
150 3,9

9.3 Uji Waktu Lekat


Percobaan Waktu (detik)
I 1,30
II 1,35
III 1,30

9.4 Uji pH
Dari hasil uji pH yang dilakukan dengan pH meter, diperoleh pH sediaan
Body scrub adalah sebesar 7.93
9.5 Data Uji Viskositas
v (rpm) % (Persentase) cP v (rpm) % (Persentase) cP
10 38.7 7740 100 64.4 1308
20 43.7 4370 60 57.6 1920
30 48.2 3213 50 55.0 2200
50 55.0 2200 30 48.2 3213
60 57.6 1920 20 43.7 4370
100 64.4 1308 10 38.7 7740

Perhitungan tekanan geser


Rotasi 10 rpm
Diketahui : = 7740 cP
dv
dx
= 10 rpm
F
A
Ditanyakan : = .?

F A
dv dx
Jawab :
F dv

A dx

F
7740 10
A

cm
cm
det ik
= 77400
Rotasi 20 rpm
Diketahui : = 4370 cP
dv
dx
= 20 rpm
F
A
Ditanyakan : = .?


F
A


dv
dx

Jawab :
F dv

A dx

F
4370 20
A

cm
cm
det ik
= 87400
Rotasi 30 rpm
Diketahui : = 3213 cP
dv
dx
= 30 rpm
F
A
Ditanyakan : = .?

F A
dv dx
Jawab :
F dv

A dx

F
3213 30
A

cm
cm
det ik
= 96390
Rotasi 50 rpm
Diketahui : = 2200 cP
dv
dx
= 50 rpm
F
A
Ditanyakan : = .?


F
A


dv
dx

Jawab :
F dv

A dx

F
2200 50
A

cm
cm
det ik
= 110000

Rotasi 60 rpm
Diketahui : = 1920 cP
dv
dx
= 60 rpm
F
A
Ditanyakan : = .?


F
A

dvdx

Jawab :
F
1920 60
A

cm
cm
det ik
= 115200
Rotasi 100 rpm
Diketahui : = 1308 cP
dv
dx
= 100 rpm
F
A
Ditanyakan : = .?


F
A


dv
dx

Jawab :
F
1308 100
A
V(rpm) VS F/A
150

100
v (rpm) V(rpm) VS F/A
50

0
60000 80000 100000 120000 140000
F/A

Viskositas ( ) VS v (rpm)
10000
8000
6000
Viskositas ( ) V(rpm) VS F/A
4000
2000
0
0 20 40 60 80 100 120
v (rpm)

cm
cm
det ik
= 130800
X. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, sediaan kosmetik yang dibuat adalah body scrub
coklat. Pembuatan kosmetik body scrub coklat karena coklat mengandung
flavonoid yang meningkatkan elastisitas kulit dan mencegah penuaan. Selain itu
coklat juga mengandung antioksidan yang tinggi, antioksidan yang tinggi ini
mampu menjaga kulit anda dari serangan radikal bebas dan sinar ultraviolet
(Sudibyo, 2012).
Formula yang digunakan pada pembuatan scrub coklat dalam praktikum
kali ini adalah sebagai berikut: Lemak kakao1,4%, VCO 10%, Cetyl alkohol 1%,
Asam stearat 3%, Metil paraben 0,1%, Propil paraben 0,1%, Propilen glikol, 10%,
Akuades ad 100%, serta Coklat bubuk 3,5%. Coklat bubuk pada formula ini
berperan sebagai zat aktif. Formula scrub yang telah dibuat ini adalah scrub
dengan sistem emulsi air dalam minyak atau O/W. Sistem emulsi ini dipilih
karena lebih disukai konsumen karena tidak terlalu berminyak, mudah untuk
dibersihkan, dan mudah menyebar di kulit.
Cara pembuatan scrub ini yaitu pertama-tama dilakukan pembuatan basis
dilakukan dengan cara melebur fase minyak (lemak kakao, VCO, cetyl alkohol,
asam stearat, propil paraben) dipanaskan diatas waterbath pada suhu 70C sampai
lebur. Penggunaan suhu 70 diharapkan mampu melebur seluruh bahan, selain itu
suhu ini juga diharapkan mampu membuat lemak coklat menjadi bentuk meta
stabil sehingga tidak mengeras setelah suhu diturunkan. Selain fase minyak, fase
air (propilen glikol, metil paraben, akuades) juga dipanaskan pada suhu 70C.
Tujuan pemanasan ini adalah untuk meningkatkan kelarutan fase minyak ke dalam
fase air pada saat pembentukan emulsi.
Pada sediaan ini yang berperan sebagai basis adalah lemak coklat dan VCO
sebagai basis lemak dan aquadest sebagai basis air. Bahan yang berfungsi sebagai
emulgator adalah asam stearat. Bahan lain yang ditambahkan adalah cetyl alkohol
yang berfungsi sebagai Foam boosting agen. Foam boosting agen merupakan
bahan yang penting dalam pembuatan lulur pembersih karena bahan jenis ini
dapat mengikat kotoran. selain sebagai Foam boosting agen, cetyl alkohol juga
berperan pengental dan penstabil viskositas sediaan scrub (Yumas, 2015). Fungsi
penambahan propilen glikol pada pembuatan scrub berfungsi sebagai humektan
dalam formulasi dimana humektan dalam sediaan scrub berfungsi menjaga
kelembaban kulit. Sediaan scrub yang dibuat merupakan emulsi minyak dalam air,
sehingga diperlukan pengawet karena air dalam jumlah yang cukup banyak yang
dapat menjadi media pertumbuhan yang baik bagi bakteri. Maka dari itu
ditambahkan metil paraben serta propil paraben sebagai bahan pengawet.
Kombinasi bahan pengawet ini akan semakin meningkatkan efeknya sebagai
bahan pengawet, hal tersebut dikarenakan semakin panjang rantai alkil yang
terbentuk maka efek antibakterinya semakin meningkat sedangkan kelarutannya
di dalam air semakin rendah (Rowe et al, 2009). Berdasarkan literatur, jumlah
metil paraben yang dapat digunakan adalah 0,02- 0,3% sedangkan jumlah propil
paraben 0,01% hingga 0,6% (Rowe et al, 2009). Pada praktikum ini konsentrasi
metil paraben yang digunakan adalah 0,1% dan propil paraben sebanyak 0,1%.
Setelah fase lemak melebur sempurna, fase air ditambahkan ke dalam fase
minyak sambil diaduk hingga terbentuk basis scrub yang homogen. Basis yang
terbentuk berwarna kekuningan dikarenakan warna dari lemak coklat. Kemudian
timasukkan zat aktif yakni coklat bubuk kedalam basis sambil terus diaduk hingga
homogen. Setelah penambahan coklat, warna sediaan scrub berubah menjadi
coklat gelap. Scrub yang telah siap, kemudian dimasukkan ke dalam wadah dan
diberi etiket serta dimasukkan ke dalam kemasan.
Dihasilkan body scrub coklat yang berwarna coklat gelap, berbau khas
coklat, dengan tingkat kekentalan yang sedikit cair, sehingga kurang sempurna.
Tektur dari scrub yang dihasilkan terlalu cair karena dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti basis yang digunakan lebih banyak fase air pada
pembuatan emulsi. Sehingga dihasilkan scrub yang memiliki konsistensi yang
sedikit cair. Dapat pula disebabkan oleh penggantian beberapa dari formula jurnal
acuan yang digunakan berbeda dari bahan yang digunakan dalam metode
dikarenakan penggantian bahan-bahan mempertimbangkan ketersediaan bahan
yang ada. Karena kekentalan yang sedikit cair sehingga ditambahkan beberapa
tetes TEA untuk meningkatkat kekentalan.
Selanjutnya dilakukan uji terhadap scrub yang dibuat yang meliputi uji
organoleptis, uji daya sebar dan waktu lekat, uji pH dan uji viskositas. Pada uji
organoleptis didapat sediaan scrub memiliki warna coklat gelap, berbau khas
coklat, bentuk kental, dan tekstur kasar. Selanjutnya dilakukan uji daya sebar dan
waktu lekat. Uji daya sebar dilakukan dengan cara meletakkan 0,5 gram Body
scrub di tengah-tengah antara 2 lempeng gelas, dimana lempeng sebelah atas
ditimbang terlebih dahulu. Setelah itu di atasnya diberi beban 150 gram, dibiarkan
1 menit dan diukur diameter sebarnya. Untuk uji waktu lekat dilakukan dengan
cara gelas objek ditandai 4 x 2,5 cm kemudian sebanyak 0,25 g scrub diletakkan
di titik tengah luasan tersebut dan ditutup dengan gelas objek lain, kemudian
diberi bebean 1 kg selama 5 menit lalu kedua gelas objek yang telah saling
melekat 1 sama lain dipasang pada alat uji yang diberi beban 80 gram, setelah itu
dicatat waktu yang dibutuhkan hingga kedua gelas objek itu terpisah. hasil uji
Selanjutnya dilakukan pengujian pH. Uji pH dilakukan dengan
menggunakan alat pH meter. Pertama-tama dilakukan pengenceran emulsi dengan
penambahan aquades, kemudian diaduk hingga homogeny. Dari hasil pengukuran
dengan pH meter diperoleh pH 7,93. Nilai pH ini dikatakan normal dan aman
untuk kulit, namun pH sediaan ini tidak sesuai dengan persyaratan pH sediaan
emulsi untuk topikal (kulit) yaitu 4,5-6, yang dapat disebabkan karena
penggunaan bahan aktif berupa bubuk coklat. Menurut pustaka pH bubuk coklat
berkisar antara 7 - 8,5 sehingga harga pH dari coklat ini mempengaruhi pH
sediaan.
Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Semakin besar
resistensi suatu zat cair maka semakin besar pula viskositasnya (Ansel, 2005). Uji
viskositas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekentalan sediaan scrub
wajah yang dibuat. Alat yang digunakan adalah viskometer brookfield tipe DV-E
yang dilengkapi dengan spindle yang akan berputar sesuai dengan kecepatan rpm
yang telah diatur. Spindel sebagai pengukur kekentalan larutan yang berbeda-beda
untuk tiap jenis larutan. Pemilihan spindel dilakukan dengan dua cara, yaitu
menyesuaikan dengan petunjuk literatur yang tersedia dan apabila tidak diperoleh
literatur yang dapat digunakan sebagai acuan maka digunakan cara coba-coba atau
eksperimental. Nomor spindel yang digunakan berbanding lurus dengan viskositas
dari sampel yang digunakan. Sampel dengan viskositas yang tinggi diukur dengan
spindel dengan nomor besar dan ukuran spindel yang kecil, begitu juga
sebaliknya. Pada praktikum ini spindel yang digunakan yaitu spindel nomor 04
karena sample yang dipakai sedikit kental sehingga dengan ukuran spindel yang
kecil dapat memberikan perhitungan yang valid. Selain itu, spindel yang tepat
ditunjukkan dengan % efisiensi yang berada dalam rentang 10-90%. Pengukuran
cairan sampel digunakan variasi kecepatan pengukuran yaitu 10 rpm, 20 rpm, 30

V(rpm) VS F/A
120
100
80

v (rpm) 60 V(rpm) VS F/A


40
20
0
60000 80000 100000 120000 140000
F/A
Viskositas ( ) VS v (rpm)
10000
8000
6000
Viskositas ( ) V(rpm) VS F/A
4000
2000
0
0 20 40 60 80 100 120
v (rpm)

rpm, 50 rpm,
60 rpm, 100 rpm.

Berdasarkan pengujian yang dilakukan, sediaan scrub ini memiliki tipe


aliran pseudoplastik. Hubungan kecepatan geser dan tekanan geser pada aliran ini
adalah berbanding lurus, dimana naiknya nilai kecepatan geser akan
meningkatkan nilai tekanan geser pada kecepatan geser berikutnya (Martin et al.,
1993). Viskositas cairan pseudoplastik akan menurun dengan meningkatnya
kecepatan geser. Berbeda dengan aliran plastik, yield value tidak dijumpai. Oleh
karena kurva tidak menunjukkan bagian yang linier, maka cairan pseudoplastik
tidak mempunyai harga viskositas absolut. Sifat pseudoplastik dapat berubah pada
suhu yang lebih tinggi atau pada penempatan konsentrasi bahan lainnya menjadi
kekentalan ideal (Martin dkk., 2006). Visikositas sediaan ini berkaitan dengan
kemudahanya untuk dituang dari kemasan ketika hendak digunakan. Body scrub
ini memiliki viskositas yang tinggi, sehingga tidak mudah untuk tumpah dari
wadahnya. Selanjutnya dilakukan uji daya sebar terhadap sediaan body scrub
dimana daya sebar yang dihasilkan adalah 3 cm tanpa ditambahkanya beban dan
sedangkan dengan beban seberat 150 gram dihasilkan nilai 3,9 cm uji daya sebar
bertujuan untuk melihat apakah produk yang digunakan dapat menyebar pada
kulit dengan baik. Uji yang dilakukan juga adalah uji daya lekat dilakukan uji
daya lekat agar diketahui sediaan yang dibuat apakah dapat melekat dengan baik
pada kulit, dari hasil uji daya lekat diperoleh nilai pada pengujian I adalah 1,30
detik, ke II adalah 1,35 detik, ke III adalah 1,30 detik. Uji tipe emulsi
menghasilkan tipe emulsi oil in water.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. ANNEXII: Frame Formulation.
https://webgate.ec.europa.eu/cpnp/resources/ff/FF-2013-EN-TRA
00.pdf. Diakses: 1 April 2017
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Flick, E. W. 1992. Cosmetic And Toiletry Formulations Second Edition Volume 2.
New Jersey: Noyes Publication
Hendradi, E., U. Chasanah, T. Indriani, dan F. Fionnayuristy. 2013. Pengaruh
Gliserin dan Propilenglikol terhadap Karakteristik Fisik, Kimia dan SPF
Sediaan Krim Tipe O/W Ekstrak Biji Kakao (Theobroma Cacao L.)
(Kadar Ekstrak Kakao 10%, 15% Dan 20%). Pharma Scientia. Vol.2(1):
31-42.
Rowe, R. C., P. J. Sheskey, and M. E. Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients. Sixth Edition. USA: Pharmaceutical Press.
Sudibyo, S., 2012. Peran cokelat sebagai produk pangan derivat kakao yang
menyehatkan (The role of chocolate as healthy cocoaderived foods
products).JurnalRisetIndustriVI(1):2340
Swastika, A., Mufrod dan Purwanto. 2013. Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak
Sari Tomat (Solanum lycopersicum L.). Trad. Med. J. Vol. 18(3): 132-
140.
Widayat, H. P. 2013. Perbaikan Mutu Bubuk Kakao Melalui Proses Ekstraksi
Lemak dan Alkalisasi. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian
Indonesia. Vol. (5) No.2. p.12-6
Yumas, M, Sitti R, dan Mamang. 2015. Formulasi Lulur Krim dari Bubuk Kakao
Non Fermentasi dan Efek Terhadap Kulit. Biopropal Industri Vol. 6
No.2. p. 63-72

You might also like