You are on page 1of 75

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA USIA, PARITAS DAN ANEMIA TRIMESTER 3 PADA


IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI
RUMKITAL DR RAMELAN SURABAYA PADA TAHUN 2015
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran
Universitas Hang Tuah

PENELITIAN ANALITIK OBSERVASIONAL

INDRA PRAMANASARI
NIM. 2012.04.0.0121

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2015

1
PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, bebas plagiat, semua sumber baik yang
dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi saya, maka
saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan

Surabaya, 20 Januari 2016


Tanda Tangan

Indra Pramanasari
2012.04.0.0121

2
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA USIA, PARITAS DAN ANEMIA TRIMESTER 3 PADA
IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI
RUMKITAL DR RAMELAN SURABAYA PADA TAHUN 2015

Penelitian Analitik Observasional

Oleh

INDRA PRAMANASARI
NIM. 2012.04.0.0121

Menyetujui :
Dosen Pembimbing,

dr. I.L. Fadjar Aribowo, Sp.A


NIP. 19580126.198403.1.001

UJIAN SKRIPSI

3
03 Februari 2016

HUBUNGAN ANTARA USIA, PARITAS DAN ANEMIA TRIMESTER 3 PADA


IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI
RUMKITAL DR RAMELAN SURABAYA PADA TAHUN 2015

Penelitian Analitik Oservasional

Oleh:

INDRA PRAMANASARI
NIM. 2012.04.0.0121

Mensahkan :

Ketua Sidang

dr. H. Bing Rudyanto, Sp.A., SH


NIK/NIP.01002

Penguji I Penguji II

dr. Budi Muliantoro, Sp.A. dr. I. L. Fadjar Aribowo, Sp.A


NIK/NIP. 02365 NIP. 19580126.198403.1.001
UCAPAN TERIMA KASIH

4
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
hanya dengan rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul: HUBUNGAN ANTARA USIA, PARITAS DAN ANEMIA
TRIMESTER 3 PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN
LAHIR RENDAH DI RUMKITAL DR RAMELAN SURABAYA PADA TAHUN
2015.
Dalam penyusunan penelitian skripsi ini, saya telah mendapatkan
banyak bantuan, bimbingan, dukungan, dan kerja sama yang positif dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan yang baik ini dengan hati yang
tulus saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang tidak
terhingga kepada yang terhormat:
1. Ir. Sudirman, S.IP., S.E., M.AP., selaku Rektor Universitas Hang Tuah
Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan untuk
mengikuti pendidikan di Universitas Hang Tuah Surabaya

2. Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya


Sakti Hoetama, dr., Sp.U beserta staf yang telah memberikan bantuan
dan memperlancar segala kebutuhan dalam skripsi ini .
3. Ibu Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah
Surabaya Sri Rukmini, dr., Sp.THT-KL beserta staf yang telah
membantu dan berkonstribusi selama penulis mengikuti proses
pendidikan dan dalam segala persiapan dan penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Wakil Dekan II Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah
Surabaya Budiarto, dr., Sp.PK beserta staf yang telah membantu dan
berkonstribusi selama penulis mengikuti proses pendidikan dan dalam
segala persiapan dan penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah
Surabaya Prajogo Wibowo, dr., M.Kes beserta staf yang telah
memberikan fasilitas dan kesempatan untuk menyelesaikan penelitian
skirpsi ini dengan waktu yang telah di tentukan

5
6. dr. I. L. Fadjar Aribowo, Sp. A, selaku dosen pembimbing penulis yang
selalu bersedia meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan
pemikiran dengan penuh kesabaran di tengah-tengah kesibukannya,
serta dukungannya yang selalu diberikan kepada penulis
7. dr. Wienta Diarsvitri, MSc, PhD, selaku ketua komisi etik penelitian
LPPM Universitas Hang Tuah yang telah mengkaji etik penelitian ini.
Terima kasih sebesar-besarnya atas saran serta bantuannya yang
diberikan selama penelitian ini.
8. dr.Tuti Herwini, M.Kes, selaku dosen wali. Terima kasih telah
menyetujui tema karya tulis ini.

9. Orang tua saya tercinta Alm. Sugiharto dan EIndrawati yang telah
membesarkan saya, atas doa dan dukungan dan cintanya yang tanpa
batas bagi penulis.
10. Saudara saya tercinta Liendra Pattria Sari, Sugih Pramono Sari, Tan A
Sukrisno Permana Sari yang telah memberikan dukungan doa,
arahan, support moral dan semangat bagi penulis.
11. Velda Sulianto selaku rekan penelitian saya. Terima kasih atas segala
bantuan, kerjasama, kekompakan dan dukungan yang luar biasa
dalam pengerjaan skripsi ini.
12. Teman-teman saya David Chandra Wijaya, Devi Nathania S, Jessica
Lini S, Kevin Rianto, Natalia Fajar I, Ridge Handojo P, Rico Pratama
W, Yohanes Adiputra, Budiono Gunawan S, Indra Pramanasari, Karina
Anggoro, Ervina Agatha W, Selvi Hokman dan semua rekan-rekan
satu angkatan 2012 Fakultas Kedokteran Hang Tuah atas semangat,
kekompakan, dukungan, dan motivasi yang mereka berikan kepada
penulis baik dalam proses pembelajaran hingga penyusunan skripsi
ini.
13. Saudara-saudari UK3 terutama Arief Susanto, Adhiwidnya Ananta,
Christianto Tangkau, Danny Kristanto, Felicia Liemanjutak, Henry
Suryadi, Julius Tanoto, Karina M S, Meilinda Laurensia F, Ria Apriani

6
S., Reski Chandra, Stefanus B S, Yesaya Triyulianto, Ricky Nahak,
Wisnu D P, Rio Wawo, Rut S, Yashinta E H, Cosmas, Febby, Ficillia M,
Anny L, Gian Samudra, Harum S, Ivone L, Jessica V, Mary, Mekar M,
Micqi, Olivia H, Silvia, Tiffany W, Yohanes A S, Rio Daniel, Agatha
Efrad S, Arie Gradiyanto Nugroho, Debrina Setjoadi, Felly Wijaya,
Immanuel Michael Hadinata, Jesselyn Kristanti, Kristianto Cahyadi
yang telah mendukung saya dalam doa dan memberi semangat pada
saya.
14. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu demi tersusunnya skripsi ini.

Demikian skripsi ini dibuat dengan harapan mudah-mudahan


bermanfaat untuk mengembangkan ilmu kedokteran di masa
mendatang.Penulis hanya manusia biasa dan skripsi ini mungkin masih bisa
dikatakan belum sempurna sehingga saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan.

Surabaya, 20 Januari 2016


Penulis

Indra Pramanasari

DAFTAR ISI

7
Pernyataan Orisinalitas ..................................................................... ii
Halaman Persetujuan..........................................................................iii
Ucapan Terima kasih ......................................................................... v
Daftar Isi..............................................................................................viii
Daftar Grafik .......................................................................................xii
Daftar Tabel ........................................................................................xiii
Daftar Lampiran .................................................................................xiv
Abstrak ...............................................................................................xv
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................1
1.2. Identifikasi Masalah..................................................................3
1.3. Rumusan Masalah...................................................................3
1.4. Tujuan.......................................................................................3
1.4.1. Tujuan Umum................................................................3
1.5. Manfaat Penelitian....................................................................3
1.5.1. Manfaat Klinis................................................................3
1.5.2. Manfaat untuk Ilmu Pengetahuan.................................4
1.5.3. Bagi Peneiti ..................................................................4
1.5.4. Bagi Masyarakat............................................................4
1.5.5. Bagi Petugas Kesehatan...............................................4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................5
2.1. Definisi BBLR...........................................................................5
2.2. Klasifikasi Kejang Demam.......................................................5
2.2.1 Masa Gestasi................................................................ 5
2.2.2 Harapan Hidupnya........................................................ 5
2.3. Etiologi......................................................................................6
2.3.1 Komplikasi Obstetrik..................................................... 6
2.3.2 Komplikasi Medis.......................................................... 6
2.3.3 Faktor Ibu...................................................................... 6
2.3.4 Faktor Janin.................................................................. 13
2.3.5 Faktor Plasenta............................................................. 14
2.3.6 Faktor Lingkungan........................................................ 15
2.4. Manifestasi Klinis......................................................................17
2.4.1 Tanda Bayi Kurang Bulan..............................................17
2.4.2 Karakteristik BBLR........................................................ 17
2.5. Permasalahan BBLR................................................................19
2.5.1. Imaturitas Imunologis....................................................19
2.5.2. Imaturitas Hati...............................................................19
2.5.3. Ketidakstabilan Suhu.....................................................20

8
2.5.4. Gangguan Pernafasan..................................................20
2.5.5. Hipoglikemi....................................................................20
2.5.6. Masalah Gastrointestinal dan Nutrisi............................21
2.5.7. Msalah Pemberian ASI..................................................21
2.5.8. Masalah Perdarahan.....................................................21
2.5.9. Masalah Jangka Panjang............................................. 22
2.6. Faktor Resiko...........................................................................22
2.6.1. Kelahiran Premature.....................................................22
2.6.2. Jenis Kelamin Janin......................................................23
2.6.3. Postur Tubuh Pendek....................................................23
2.6.4. Penggunaan Tembakau................................................23
2.6.5. Sosial Ekonomi............................................................. 24
2.6.6. Angka Morbiditas Umum.............................................. 24
2.7. Penyakit pada BBLR................................................................24
2.8. Komplikasi................................................................................25
2.8.1. Gangguan Pernafasan..................................................25
2.8.2. Gangguan Metabolik.....................................................27
2.8.3. Gangguan Imunitas.......................................................28
2.8.4. Gangguan Sistem Peredaran Darah.............................29
2.8.5. Gangguan Cairan Elektrolit...........................................30
2.9. Diagnosis..................................................................................32
2.9.1. Anamnesis.................................................................... 32
2.9.2. Pemeriksaan Fisik.........................................................32
2.10. Cara Perawatan BBLR............................................................ 33
2.11. Pencegahan BBLR.................................................................. 35
2.12. Prognosis BBLR...................................................................... 37
2.13. Penatalaksanaan BBLR.......................................................... 38
2.14. Epidemiologi............................................................................ 41
2.15. Faktor Predisposisi.................................................................. 42
BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS......................44
3.1. Kerangka Konseptual...............................................................44
3.2. Hipotesis...................................................................................44
BAB 4. METODE PENELITIAN...........................................................45
4.1. Rancangan Penelitian..............................................................45
4.1.1. Desain Penelitian.....................................................................45
4.1.2. Metode Penelitian.....................................................................45
4.2. Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan
Sampel.....................................................................................45
4.2.1. Populasi....................................................................................45
4.2.2. Sampel.....................................................................................45
4.2.2.1. Kriteria Inklusi................................................................45
4.2.2.2. Kriteria Eksklusi.............................................................45
4.2.3. Besar Sampel...........................................................................46

9
4.2.4. Teknik Pengambilan Sampel....................................................46
4.3. Variabel Penelitian....................................................................46
4.3.1. Variabel Bebas.........................................................................47
4.3.2. Variabel Terikat.........................................................................47
4.3.3. Definisi Operasional.................................................................47
4.4. Alat dan Bahan Penelitian........................................................47
4.5. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................47
4.6. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data.....................48
4.7. Manajemen Data......................................................................48
4.8. Cara Analisis Data....................................................................48
4.9. Alur Penelitian..........................................................................48
BAB 5 Hasil.........................................................................................49
5.1 Hasil Penelitian.............................................................................49
5.1.1 Umur Ibu Hamil...............................................................49
5.1.2 Paritas Ibu Hamil.............................................................50
5.1.3 Anemia Trimester 3 Ibu Hamil.........................................51
5.1.4 Bayi BBLR.......................................................................52
5.1.5 Distribusi Hubungan Usia Ibu Hamil dengan BBLR...... .52
5.1.6 Distribusi Hubungan Paritas Ibu Hamil dengan BBLR. . .53
5.1.7 Distribusi Hubungan Anemia Trimester 3 Ibu Hamil.......54
BAB 6 Pembahasan............................................................................55
6.1 Pembahasan.................................................................................56
BAB 7 Kesimpulan Dan Saran............................................................60
7.1 Kesimpulan....................................................................................60
7.2 Saran.............................................................................................60
Daftar Pustaka.....................................................................................61

10
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1. Frekuensi Umur Ibu..................................................................49


Diagram 5.2. Frekuensi Paritas Ibu................................................................50
Diagram 5.3. Frekuensi Anemia Trimester 3 Ibu............................................51
Diagram 5.4. Frekuensi Bayi BBLR...............................................................52

11
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Frekuensi Umur Ibu.......................................................................49


Tabel 5.2. Frekuensi Paritas Ibu.....................................................................50
Tabel 5.3. Frekuensi Anemia Trimester 3 Ibu.................................................51
Tabel 5.4. Frekuensi Bayi BBLR....................................................................52
Tabel 5.5. Hubungan antara Usia Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR...........53
Tabel 5.6. Hubungan antara Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR.......53
Tabel 5.7. Hubungan antara Usia Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR......... 54
Tabel 5.8. Uji korelasi Spearman antara Umur Ibu Hamil, Paritas Ibu Hamil
dan Anemia trimester 3 pada Ibu Hamil terhadap Kejadian Bayi
BBLR.............................................................................................55

12
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Nota Dinas......................................................................64


Lampiran 2: Keterangan Kelaikan Etik................................................65
Lampiran 3: Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian..................66

13
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA USIA, PARITAS DAN ANEMIA TRIMESTER 3 PADA
IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI
RUMKITAL DR RAMELAN SURABAYA PADA TAHUN 2015
Indra Pramanasari

Latar belakang. Berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan masalah yang
sering dialami pada sebagian masyarakat yang ditadai dengan berat lahir
bayi kurang daru 2500 gram. Kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) pada
dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa
gestasi atau kehamilan dan pada dasarnya berhubungan masalah
perekonomian keluarga sehingga pemenuhan konsumsi nutrisi pun tidak bisa
diberikan dengan maksimal. Namun kejadian Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) dalam penelitian ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
anemia trimester 3, paritas dan usia ibu hamil.
Tujuan. Untuk mengetahui hubungan antara anemia trimester 3, paritas dan
usia pada ibu hamil terhadap kejadian bayi berat badan lahir rendah (BBLR).
Metode. Rancangan penelitian analitik observasional dengan desain cross
sectional, menggunakan data sekunder yang tercatat di rekam medis di poli
anak dan poli ibu bersalin Rumkital Dr. Ramelan Surabaya pada tahun 2015.
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode
consecutive=purposive sampling. Digunakan 39 sampel yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi.
Hasil. Diperoleh bahwa ibu yang melahirkan bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) sebesar 21 (53,84%) dari keseluruhan sampel. Berdasarkan anemia
trimester 3 pada ibu hamil yang beresiko tinggi sebesar 71,45. Berdasarkan
paritas ibu yang berisiko tinggi sebesar 81,0%. Berdasarkan usia ibu yang
beresiko tinggi sebesar 14,3%.
Kesimpulan. Anemia Trimester 3, paritas dan usia ibu hamil memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kejadian BBLR.

Kata kunci: Anemia trimester 3, paritas, usia, ibu hamil, berat badan lahir
rendah, bayi

14
ABSTRACT
RELATIONS BETWEEN AGE, PARITY AND ANEMIA TRIMESTER 3 ON
PREGNANT WOMEN WITH BABY EVENT LOW BIRTH WEIGHT IN
RUMKITAL DR RAMELAN SURABAYA IN 2015
Indra Pramanasari

Background. Low birth weight (LBW) is a problem that is often experienced


in some communities and characterized with birth weight less than 2500
grams emergency. The incidence of low birth weight (LBW) in associated with
lack of nutrition during gestation or pregnancy and basically relate to the
fulfillment of family economic problems consumption of nutrients can not be
supplied to the maximum. However, the incidence of low birth weight (LBW)
in this study was also influenced by several factors: anemia trimester 3, parity
and maternal age..
Purpose. To determine the relations between anemia trimester 3, parity and
maternal age on the incidence of babies with low birth weight (LBW).
Method. The study design was observational analytic with cross sectional
design, using secondary data recorded in the medical record in poly child and
maternal in Rumkital Dr. Ramelan Surabaya in 2015. Teknik sampling using
consecutive = purposive sampling method. Used 39 samples that meet the
criteria for inclusion and exclusion.
Result. Found that mothers who gave birth to low birth weight (LBW) by 21
(53.84%) of the total sample. Based on 3 trimester anemia in pregnant
women who are at high risk for 71.45. Based on maternal parity at high risk of
81.0%. Based on the age of the mother at high risk of 14.3%
Conclusion. Anemia Trimester 3, parity and maternal age have a significant
effect on the incidence of low birth weight.

Keywords: Anemia trimester 3, parity, age, pregnant women, low birth weight,
infant

15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu indikator yang memberikan gambaran pada keadaan


kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB) dan juga angka
kematian menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan
anak, karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini. Di
Indonesia morbiditas dan mortalitas bayi masih tinggi, dan Angka kematian
bayi di Indonesia tahun 2012 yaitu 32 per 1.000 kelahiran bayi (BKKBN,
2013).
Dari seluruh kematian bayi sekitar 2 27% disebabkan karena
kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR). BBLR adalah neonatus dengan
berat badan lahir rendah pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram
(Jumiarni dkk. 1994).
Kematian perinatal yang disebabkan oleh bayi BBLR 8 kali lebih besar
dari bayi normal. Angka kematian sering disebabkan komplikasineonatal
seperti, asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intracranial,hipoglikemia,
infeksi dan ikterus. BBLR dibagi menjadi 2 yaitu BBLR kurang bulan dan
BBLR cukup bulan. BBLR kurang bulan atau prematur lebih mudah terkena
komplikasi karena alat tubuh bayi prematur belumberfungsi seperti bayi
matur. Oleh sebab itu, bayi prematur mengalamilebih banyak kesulitan untuk
hidup diluar uterus. Makin pendek masa kehamilannya makin kurang
sempurna pertumbuhan alat-alat dalamtubuhnya, dengan akibat makin
mudahnya komplikasi dan makintingginya angka kematiannya. Sedangkan
BBLR cukup bulan memilikikemampuan untuk bertahan hidup lebih baik dari
pada bayi prematurkarena alat tubuh sudah terbentuk sempurna. Sehingga
ada penurunanpada kematian bayi yang lahir setelah usia 36 minggu tanpa
memandangberat badan lahir bayi. Prognosis BBLR dengan berat lebih dari
1800gram (4 pon) lebih baik dari pada bayi dengan berat antara 1500

1
sampai1800 gram (3-4 pon). Mortalitas BBLR kurang dari 5% jika
kehamilanberlangsung sampai usia 35 minggu dan berat janin lebih dari 2000
gram (Fraser, 2011).
Bayi BBLR akan mengalami resiko tinggi terjadi permasalahan pada
sistem tubuh, gangguan pernafasan, gangguan nutrisi dan juga mudah
terkena infeksi karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan
leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh
karena hal-hal diatas tersebut bayi BBLR memiliki resiko meninggal yang
lebih tinggi dibandingan bayi dengan berat badan lahir normal. Profil
Kesehatan Indonesia 2006 (2008, dalam Depkes RI), angka kematian bayi
(AKB) di Indonesia sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab
kematian bayi yaitu BBLR sebesar 38,94% (Subhan, 2012). Dan keadaan
tersebut akan berdampak kurang baik bagi generasi penerus bangsa
kedepannya.
Wanita yang hamil pada usia di bawah 20 tahun mempunyai
kecenderungan melahirkan bayi BBLR. Wanita dalam golongan umur ini
masih dalam pertumbuhan, demikian pula alat-alat reproduksinya belum
mencapai ukuran normal, sehingga bayi yang dilahirkan mempunyai berat
badan lahir rendah. Masalah kehamilan yang sering muncul pada masa
kehamilan adalah kurang energi kronis dan anemia. Salah satu masalah
tersebut muncul akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh dan
asupan makanan. Anemia pada kehamilan dapat mengganggu pembentukan
plasenta sehingga berpengaruh pula terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janin serta memperbesar risiko bayi lahir dengan
BBLR.Joeharno (2008), menambahkan, bahwa BBLR juga dapat terjadi pada
ibu dengan paritas tinggi. Ibu dengan paritas tinggi berisiko (50%) melahirkan
bayi dengan berat lahir yang rendah.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti
tentang hubungan keadaan ibu bersalin khususnya anemia, paritas dan usia
dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR).

2
1.2 IdentifikasiMasalah

1 Untuk mencapai Millenium Development Goals (MDGs), khususnya


menurunkan angka kematian anak.
2 Tingkat kejadian BBLR yang masih tinggi.
3 Anemia Trimester 3, Paritas dan Usia sangat mempengaruhi
perkembangan janin pada ibu hamil.

Oleh karena itu di dalam penelitian ini kami akan mencoba untuk
mencari dan mengupas lebih dalam tentang faktor yang mempengaruhi
tingkat kejadian BBLR.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan


penelitian sebagai berikut:

Adakah Anemia Trimester 3, Paritas dan Usia pada Ibu Hamil dengan
angka kejadian bayi BBLR?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah menjelaskan hubungan Anemia


Trimester 3, Paritas dan Usia pada Ibu Hamil dengan angka kejadian bayi
BBLR.

5 Manfaat Penelitian
1 Manfaat klinis
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan mengenai
pengaruh asap rokok terhadap lahirnya bayi BBLR.

2 Manfaat untuk ilmu pengetahuan

3
Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan atau
informasi bagi peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian
lebih lanjut.

1.5.3 Bagi peneliti

a. Belajar untuk melakukan penelitian dengan baik dan benar.

b. Meningkatkan pengetahuan tentang BBLR

c. Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti khususnya


di bidang ilmu kesehatan anak.

1.5.4 Bagi masyarakat

Meningkatkan tingkat kesadaran masyarakat terhadap


pentingnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan janin.

1.5.4 Bagi petugas kesehatan

Meningkatkan derajat kesehatan bayi dan anak.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

4
1 Definisi Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Bayi Berat Badan Lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat
badan lahir kurang dari 2500 gram (Pantiawati, 2010).
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat
badan lahir kurang dari atau sama dengan 2500 gram disebut bayi prematur.
Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat kurang
2500 gram disebut Low Birth Weight Infants (Proverawati, 2010).
Sementara yang disebut bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir
dari kehamilan yang aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-
4000 gram (Saifuddin, 2002). Dikatakan berat lahir ketika berat bayi baru lahir
tersebut diukur dalam satu jam pertama kehidupan (Unicef, 2004).

2 Klasifikasi Kejang Demam


Bayi berat badan lahir kurang dari 2500 gram diklasifikasikan menjadi :
1 Menurut masa gestasinya
1. Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu
dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk
masa kehamilan (NKB-SMK).
2. Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami
retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk
masa kehamilannya (KMK) (Ismawati, 2010).
2.2.2 Menurut harapan hidupnya :
1. BBLR yaitu, berat lebih dari 1500 gram sampai dengan kurang
dari 2500 gram.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight
(VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang
dari 1500 gram.

5
3. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau extremely
low birth weight (ELBW) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan lahir kurang dari 1000 gram (Proverawati, 2010).

3 Etiologi
Menurut Mitayani (2011) etiologi atau penyebab dari BBLR maupun
usia bayi belum selesai dengan masa gestasinya sebagai berikut :
2.3.1 Komplikasi obstetric
a Multiple gestation
b Incompetence
c Pro (premature rupture of membrane)
d Pregnancy induce hypertention (PIH)
e. Plasenta previa
f. Ada riwayat kelahiran premature
2 Komplikasi Medis
a Diabetes Maternal
b Hipertensi Kronis
c Infeksi traktus urinarius
3 Faktor ibu
a Penyakit
hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti
toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik,
infeksi akut, kelainan kardiovaskuler, pre eklampsia, eklampsia,
hipoksia ibu, trauma fisis dan psikologis. Penyakit lain yang
dapat mempengaruhi adalah seperti nefritis akut, gagal ginjal
kronik, diabetes mellitus, hemoglobinopati, penyakit paru
kronik,infeksi akut atau tindakan operatif (Suwoyo et al., 2011).
b. Gizi ibu hamil
Keadaan gizi ibu sebelum dan saat hamil, sangat besar
pengaruhnya pada berat badan bayi yang akan dilahirkan.
Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan saat
kehamilan sangat dipengaruhi oleh asupan gizi yang masuk ke
dalma tubuh ibunya. Agar dapat melahirkan bayi normal, ibu

6
perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup. Kekurangan gizi
pada ibu sebelum dan saat hamil dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus,
bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada
bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir
dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Lubis, 2003).
c. Kebiasaan ibu
Kebiasaan ibu yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR
diantaranya perokok, peminum alkohol, pekerja berat, dan
pengguna obat terlarang.(Depkes RI, 2009). Rokok merupakan
bentuk penyalahgunaan yang sering dilakukan. Insidensi
perempuan hamil yang merokok sekitar 16,3 52%, tergantung
populasi yang diteliti (Sarwono, 2006).
Asap rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia
berbeda yang dilepaskan ke dalam udara sebagai partikel dan
gas. Fase partikulat asap rokok termasuk nikotin, "tar" (itu
sendiri terdiri dari banyak bahan kimia), benzena dan benzo.
Fase gas termasuk karbon monoksida, amonia,
dimethylnitrosamine, formaldehida, hidrogen sianida dan
akrolein. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh
National Cancer Institute pada bulan November 2001
dilaporkan ada 69 karsinogen diketahui atau lebih dalam asap
rokok (Barry, 2004).
Merokok selama hamil berkaitan dengan keguguran,
perdarahan vagina, kelahiran prematur, dan bayi dengan berat
lahir rendah (BBLR). Kejadian BBLR pada ibu perokok adalah
dua kali lipat dibanding yang bukan perokok dan perokok ringan
(<5 rokok sehari) dikaitkan dengan peningkatan kejadian BBLR.
Secara keseluruhan tingkat kejadian BBLR adalah 8,8% untuk
kelahiran perokok dan 4,5% untuk kelahiran bukan perokok. Di

7
antara perokok, tingkat BBLR terus meningkat dengan
meningkatnya konsumsi rokok (Ventura, et al., 2003).
d Paritas ibu
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia <20 dan >35 tahun, selain
itu jarak kehamilan yang terlalu pendek (kurang dari 1 tahun)
juga mempengaruhi terjadinya BBLR. (Depkes RI, 2009).
Paritas ibu juga berperan penting terhadap penyebab
terjadinya BBLR,menurut istilah kebidanan paritas dibagi dalam
3 kategori, yaitu :
1. Primigravida yaitu ibu yang memiliki satu anak
2. Multigravida yaitu ibu yang memiliki 2-4 anak
3. Grandemulti yaitu ibu yang memiliki lebih dari 4anak
e Anemia
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar hemoglobin
(Hb)dalam darah kurang dari 12 gram %. Sedangkananemia
dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb dibawah
11 gram % pada trimester I dan III atau kadar Hb kurang 10,5
gram % pada trimester II (Latief et al., 2007).
Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu
diwaspadaimengingat anemia dapat meningkatkan resiko
kematian ibu,BBLR dan angka kematian bayi. Anemia dalam
kehamilandisebabkan kekurangan zat besi yang dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan
janin baik sel tubuh maupun sel otak. Hal ini dapat
meningkatkan resiko morbiditas dan mortilitas ibu dan bayi.
Kemungkinan melahirkan BBLR juga lebih besar (Arista, 2012).
f Usia ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu
dibawah 20 tahun dan multi gravid yang jarak kelahirannya
terlalu dekat.
g Pekerjaan

8
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang
dilakukan oleh semua umur. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan
digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan
uang bagi seseorang. Pekerjaan adalah sesuatu yang
dikerjakan untuk mendapatkan nafkah atau pencaharian
masyarakat yang sibuk dengan kegiatan atau pekerjaan sehari
hari yang akan memiliki waktu yang lebih untuk memperoleh
informasi (Depkes RI, 2001). Sujoso (2011) mengemukakan
bahwa wanita bekerja yang sedang hamil membutuhkan
perlindungan khusus. Perlindungan khusus ini diperlukan
karena beberapa alasan.
Pertama, pada fase perkembangan embrio lebih rentan
terhadap agen toksik dibandingkan dengan ibu yang terpapar.
Kedua, pada beberapa jenis pekerjaan dirasa kurang
sesuai dikerjakan oleh seorang wanita.
Ketiga, kehamilan mungkin menurunkan kapasitas
kemampuan menangani permasalahan kerja. Keempat, wanita
cenderung kurang memperhatikan dirinya dibandingkan dengan
pria.
Substansi bahaya di tempat kerja dapat masuk pada
pekerja melalui tiga cara yaitu pernafasan, kontak melalui kulit
dan melalui pencernaan. Wanita pekerja yang sedang hamil
harus lebih berhati-hati mengenai bahaya pada kesehatan
reproduksi. Beberapa bahan kimia dapat beredar di dalam
darah ibu, melalui plasenta dan menjangkau perkembangan
janin. Agen berbahaya lainya yaitu agen biologi seperti bakteri,
virus, cacing yang dapat mempengaruhi secarakeseluruhan
pada kesehatan wanita dan mengurangi transport makanan ke
janin sehingga menyebabkan bayi dengan berat lahir rendah
(Sujoso, 2011).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartikainen dalam
Sujoso (2011) terhadap kelompok wanita pekerja yang hamil,

9
terpapar dan tidak terpapar kebisingan.Batas paparan yang
diterima 78db. Tidak ada perbedaan dalam kelompok. Namun
hasil penelitian menyimpulkan bahwa bila wanita yang sedang
hamil menerima paparan kebisisngan 90db atau lebih, akan
mengakibatkan bayi yang dilahirkan mempunyai berat badan
lahir rendah.
Selain itu, paparan radiasi bagi ibu hamil di tempat kerja
dapat mengakibatkan mutasi genetik dan kelainan kongenital
serta radiasi ionisasi, misalnya sinar x dan sinar gamma dapat
menyebabkan gangguan kesuburan, kelahiran cacat, bayi berat
badan lahir rendah dan gangguan perkembangan mental.
Beban fisiologis pada pekerja juga dapat mengakibatkan
gangguan kehamilan. Menurut Sujoso (2011) pekerjaan yang
paling berisiko terpajan faktor fisiologis untuk wanita hamil
adalah industri tekstil.
Sumber bahaya fisiologis yang sering ditemukan adalah
jam kerja panjang, shift kerja yang pengaturanya tidak
ergonomis, jam kerja seminggu yang melebihi 35 jam, waktu
memutuskan cuti kerja sampai dengan menjelang minggu ke
32, posisi kerja berdiri terlalu lama, membawa beban yang
berat. Sedangkan yang berkaitan dengan sumber masalah
psikis yang dialami pekerja wanita dalam kondisi hamil adalah
tuntutan pekerjaan, pengawasan pekerjaan, pengerahan tenaga
fisik. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yuliva, dkk (2009)
menunjukan bahwa rata-rata berat lahir bayi berdasarkan jenis
pekerjaan dengan aktivitas fisik berat pada kelompok ibu
bekerja lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata berat lahir
bayi ibu tidak bekerja dengan aktivitas berat.
Seorang wanita yang bekerja apabila mengalami stres
terutama pada saat hamil secara tidak langsung akan
mempengaruhi perilaku wanita tersebut terhadap

10
kehamilannya, misalnya dalam melakukan perawatan
kehamilannya.Wanita hamil yang berada dalam keadaan stres
akan mempengaruhi perilakunya dalam hal pemenuhan intake
nutrisi untuk diri dan janin yang dikandungnya.
Nafsu makan yang kurang menyebabkan intake nutrisi
juga berkurang, sehingga terjadi gangguan pada sirkulasi darah
dari ibu ke janin melalui plasenta. Hal ini akan dapat
mempengaruhi berat lahir bayi yang akan dilahirkan.Pekerjaan
terkait pada status sosial ekonomi dan aktifitas fisik ibu hamil.
Dengan keterbatasan status sosial ekonomi akan berpengaruh
terhadapketerbatasan dalam mendapatkan pelayanan antenatal
yang adekuat, pemenuhan gizi, sementara itu ibu hamil yang
bekerja cenderung cepat lelah sebab aktifitas fisiknya
meningkat karena memiliki pekerjaan/kegiatan diluar rumah
(Depkes RI, 2003).Menurut penelitian Alisyahbana (1990)
dalam Surtiati (2003), menyatakan bahwa ibu yang bekerja
memiliki risiko melahirkan BBLR sebesar 1,58 kali bila
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Hal ini disebabkan
karena pekerjaan fisik ibu juga berhubungan dengan keadaan
sosial ekonomi.
Pada ibu yang berasal dari strata sosial ekonomi rendah
banyak terlibat dengan pekerjaan fisik yang lebih
berat.Penelitian yang dilakukan oleh Trihardiani (2011)
menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil ibu (11,2%) yang
bekerja. Masyarakat cenderung memiliki persepsi bahwa suami
merupakan tulang punggung keluarga yang berkewajiban
mencari nafkah dengan bekerja diluar rumah.Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa status pekerjaan tidak memiliki hubungan
terhadap berat badan lahir. Hal ini dapat terjadi karena
sebagian besar (88,8%) subyek tidak bekerja, dan juga ada
kemungkinan dikarenakan sebagian besar ibu yang bekerja

11
memiliki pekerjaan yang tidak membahayakan kesehatan janin,
selain itu ibu yang bekerja mempunyai pendidikan tinggi
sehingga mereka dapat mengurangi faktor risiko dari pekerjaan
mereka dengan melakukan pencegahan secara dini.
h Keadaan sosial-ekonomi
Keadaan sosial-ekonomi keluarga bayi ini sangat
berperan terhadap timbulnya prematuritas dan lahirnya bayi
berat badan lahir rendah. Kejadian tertinggi terdapat pada
golongan sosial-ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh
karena keadaan gizi ibu hamil yang kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang (Proverawati, 2010).

i Kondisi ibu saat hamil


Peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat dan ibu
yang sebagai perokok aktif ataupun perokok pasif.

4 Faktor Janin
a Premature
Bayi prematur adalah suatu proses kelahiran bayi
sebelum usia kehamilan 37 minggu atau sebelum 3 minggu dari
waktu perkiraan persalinan.
(bejocommunity.blogspot.com/2010/05/bayi-prematur.html)
Berdasarkan atas timbulnya bermacam-macam problematik
pada derajat prematuritas maka usher (1975) menggolongkan
bayi tersebut dalam tiga kelompok. Yaitu :
1 Bayi yang sangat premature (extremely premature) : 24
30 minggu.
Bayi dengan masa gestasi 24 27 minggu masih
sangat sukar hidup terutama di Negara yang belum atau
sedang berkembang. Bayi dengan masa gestasi 28 30
minggu masih mungkin dapat hidup dengan perawatan
yang sangat intensif (perawat yang sangat terlatih dan

12
menggunakan alat-alat yang canggih) agar dicapai hasil
yang optimum.
2. Bayi pada derajat premature yang sedang (moderately
premature) : 31-36 minggu.
Pada golongan ini kesanggupan untuk hidup jauh
lebih baik dari golongan pertama dan gejala sisa yang
dihadapinya di kemudian hari juga lebih ringan, asal saja
pengelolaan terhadap bayi ini betul-betul intensif.
3. Borderline premature : masa gestasi 37-38 minggu.
Bayi ini mempunyai sifat-sifat premature dan
matur. Biasanya beratnya seperti bayi matur dan dikelola
seperti bayi matur, akan tetapi sering timbul problematic
seperti yang dialami bayi premature, misalnya sindroma
gangguan pernapasan, hiperbilirubinemia, daya isap yang
lemah dan sebagainya, sehingga bayi ini harus diawasi
dengan seksama.
(prawirohardjo, sarwono, 2005).
b. Hidroamnion
Hidroamnion adalah cairan amnion yang lebih dari 2000 ml.
Pada sebagian besar kasus, yang terjadi adalah hidroamnion
kronik yaitu peningkatan cairan berlebihan secara bertahap. Pada
hidroamnion akut, uterus mengalami peregangan yang jelas
dalam beberapa hari. Hidroamnion dapat menimbulkan
persalinan sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat
menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan
kejadian BBLR (Chandra, 2011).
c. Kehamilan ganda/kembar
Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu
kehamilan dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin
sekaligus. Kehamilan ganda dibagi menjadi dua yaitu, kehamilan
dizigotik dan monozigotik. Kehamilan ganda terjadi apabila dua

13
atau lebih ovum dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum
yang dibuahi membelah secara dini hingga membentuk dua
embrio yang sama. Kehamilan ganda dapat memberikan resiko
yang tinggi terhadap ibu dan janin. Oleh karena itu, harus
dilakukan perawatan antenatal yang intensif untuk menghadapi
kehamilan ganda (Mandriwati, 2008).
d. Infeksi dalam kandungan
(toksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus, herpes, sifillis,
TORCH ) (Suwoyo et al., 2011).

2.3.5 Faktor Plasenta


Berat plasenta berkurang, luas permukaan berkurang, infark,
tumor, plasenta yang lepas, sindrom plasenta yang lepas
merupakan faktor yang dapat menyababkan keterlambatan
pertumbuhan dalam kandungan.

2..3.6 Faktor lingkungan


Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di
dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

a Merokok
Perilaku merokok berhubungan dengan berkurangnya
berat badan bayi yang dilahirkan dan dengan insiden
perasalinan preterm. (Ladewig, et all, 2005). Selain berisiko
mengalami penyakit kardiovaskuler, penyakit paru obstruktif dan
kanker paru, wanita yang merokok selama kehamilan juga
merisikokan janinnya mengalami penurunan perfusi
uteroplasenta dan penurunan oksigenasi. Bayi yang lahir dari
wanita yang merokok lebih dari pak perhari cenderung lebih
kurus dari pada bayi yang lahir dari wanita bukan perokok.
Pada beberapa kasus efek merokok pada bayi secara signifikan

14
mempengaruhi berat lahir dan mengancam kesehatan janin
(Wheeler. 2004). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Rasyid, dkk, (2012) menunjukkan bahwa keterpaparan
asap rokok selama hamil memberi pengaruh terhadap kejadian
BBLR dengan besar risiko 4,2 kali lebih besar dibandingkan
dengan ibuyang tidak terpapar. Nikotin pada rokok
menimbulkan kontriksi pembuluh darah, akibatnya aliran darah
ke janin melalui tali pusat janin akan berkurang sehingga
mengurangi kemampuan distribusi zat makanan yang
diperlukan oleh janin.
Sedangkan karbon monooksida akan mengikat
hemoglobin dalam darah, akibatnya akan mengurangi kerja
hemoglobin yang mestinya mengikat oksigen untuk disalurkan
ke seluruh tubuh sehingga akan mengganggu distribusi zat
makanan serta oksigen ke janin.

b. Konsumsi Alkohol
Konsumsi alkohol telah dihubungkan dengan deficit
neurologist pada bayi baru lahir dan dengan berat bayi lahir
rendah. Peminum berat bisa mengakibatkan terjadinya sindrom
janin alkohol. (Ladewig, et all, 2005). Sindrom alkohol janin
(Fetal Alcoholic Syndrome[FAS]) merupakan suatu sindrom
mengenai gambaran wajah yang abnormal, pertumbuhan kerdil,
masalah perilaku dan kecacatan intelektual dengan berbagai
tingkat keparahan merupakan akibat dari konsumsi alkohol
berlebihan selama masa hamil dan merupakan penyebab
retardasi mental kongenital. Ketika anak FAS beranjak dewasa
biasanya mereka memiliki masalah dengan daya ingat,
pemikiran dan penilaian yang abstrak, serta kontrol impuls.

15
Jumlah minuman yang dikonsumsi selama periode
organogenesis dan sensitivitas genetik juga dapat berperan.
Wanita hamil yang mengkonsumsi alkohol satu gelas atau lebih
perhari berisiko mengalami aborsi spontan sampai dua kali lipat
dan setiap dua gelas alkohol yang dikonsumsi di kehamilan
tahap lanjut akan membuat berat lahir berkurang sebesar
160gr(Wheeler, 2004).

c. Konsumsi Obat-obatan Terlarang


Ibu hamil dianjurkan untuk tidak menggunakan obat-
obatan yang tidak diresepkan oleh dokter selama hamil
(Maryunani, 2013).
Penggunaan obat-obat sebelum hamil atau selama hamil
terutama golongan obat teratogenik merupakan risiko untuk
terjadi gangguan pertumbuhan janin ataupun kelainan
kongenital, dengan demikian kejadian BBLR lebih besar dari
pada ibu hamil yang tidak mempergunakan obat-obatan
(Trihardiani, 2011). Ibu sebaiknya menghindari penggunaan
obat-obatan baik yang diresepkan dan yang dijula bebas ketika
hamil. Jika suatu saat timbul kebutuhan untuk pengobatan, ibu
seharusnya memastikan pemberi asuhan mengetahui bahwa
dirinya sedang hamil. Ibu harus juga menghindari konsumsi
heroin, crack, mariyuana dan obat yang dijual bebas serta obat
jalanan selama kehamilan (Ladewig et all, 2005).

4 Manifestasi Klinis
Bayi lahir dengan berat lahir rendah mempunyai lemak dibawah
kulit yang sangat sedikit, karena beratnya kurang dari 2500 gram.

2.4.1 Tanda-tanda bayi kurang bulan (KB)


Kulit tipis mengkilap

16
Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk
dengan sempurna
Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan
terutama pada punggung
Jaringan payudara belum terlihat, putting masih berupa titik
Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia
minora
Pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis kadang
belum turun
Rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk
Kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur
Aktifitas dan tangisnya lemah
Reflex menghisap dan menelan tidak efektif/lemah.

2.4.2 Karakteristik Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

2.4.2.1 Prematuritas murni

Berat badan kurang dari 2500 gram, PB 45 cm, lingkar


kepala dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm.
Masa gestasi kurang dari 37 minggu
Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin.
Kepala lebih besar dari badan
Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan
lengan
Lemak subkutan kurang
Ubun-ubun dan sutura lebar
Rambut tipis, halus
Tulang rawat dan daun telinga immature
Putting susu belum terbentuk dengan baik
Pembuluh darah kulit banyak terlihat peristaltic usus dapat
terlihat
Genetalia belum sempurna, labia, minora belum tertutup
oleh labia mayora (pada laki-laki)
Bayi masih posisi fetal
Pergerakan kurang dan lemah
Otot masih hipotonik

17
Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan
sering mengalami serangan apnoe.
Refleks tonic neck lemah
Refleks menghisap dan menelan belum sempurna.

2.4.2.2 Dismature

Pre term : sama dengan bayi premature murni


Post term:
o Kulit pucat/ bernod, mekonium kering keriput, tipis
o Vernix caseosa tipis/ tak ada
o Jaringan lemak dibawah kulit tipis
o Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
o Tali pusat berwarna kuning kehijauan
o (Pantiawati, Ika 2010)

5 Permasalahan pada BBLR


Pada Kasus BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai
permasalahan yang banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi
tubuh yang belum stabil (Surasmi, dkk., 2002).
1 Imaturitas imunologis-Infeksi
Pada bayi yang mengalami kurang bulan kelahirannya
tidak mendapat transfer IgG maternal melalui plasenta selama
trimester ketiga kehamilan, hal tersebut dikarenakan
pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin baru akan
terjadi pada minggu terakhir di masa kehamilan bayi tersebut.
Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi menjadi
terganggu. Selain hal tersebut kulit dan selaput lendir membran
pada bayi yang tidak cukup bulan kelahirannya tidak memiliki
perlindungan seperti bayi yang cukup bulan kelahirannya
sehingga bayi tersebut akan mudah menderita infeksi.
2.5.2 Imaturitas hati

18
Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin
menyebabkan timbulnya hiperbilirubin, defisiensi vitamin K
sehingga mudah terjadi perdarahan. Kurangnya enzim glukoronil
transferase sehingga konjugasi bilirubin direk belum sempurna
dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi
bilirubin dari jaringan ke hepar berkurang.
2.5.3 Ketidakstabilan suhu tubuh
Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan
36C- 37C dan segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu
lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini
memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Salah
satu penyebab terjadinyaHipotermia adalah karena kemampuan
untuk mempertahankan panas dan kesanggupan menambah
produksi panas pada bayi yang sangat terbatas, dikarenakan
pertumbuhan otot- otot pada bayi tersebut yang belum cukup
memadai, ketidakmampuan pada bayi untuk menggigil,
sedikitnya lemak subkutan, produksi panas berkurang akibat
lemak coklat yang tidak memadai, belum matangnya sistem
saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh relatif
lebih besar dibanding berat badan sehingga mudah kehilangan
panas.

2.5.4 Gangguan pernafasan pada bayi berat lahir rendah


Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan
otot respirasi yang lemah sehingga menjadi sangat mudah
terjadi periodik apneu. Disamping itu lemahnya reflek bayi
tersebut terhadap batuk, hisap, dan menelan dapat
mengakibatkan resiko terjadinya aspirasi.
2.5.5 Hipoglikemi

19
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari
kadar gula darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta
dan janin menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi
berat lahir rendah dapat mempertahankan kadar gula darah
selama 72 jam pertama dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini
disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi.
Keadaan hipotermi juga dapat menyebabkan hipoglikemi karena
stress dingin akan direspon bayi dengan melepaskan
noreepinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi paru.
Efektifitas ventilasi paru menurun sehingga kadar oksigen darah
berkurang. Hal yang terjadi pada bayi berat lahir rendah ini
menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis
anaerob yang berakibat pada penghilangan glikogen lebih
banyak sehingga terjadi hipoglikemi. Nutrisi yang tak adekuat
dapat menyebabkan pemasukan kalori yang rendah dan juga
dapat memicu timbulnya hipoglikemi.
2.5.6 Masalah gastrointestinal dan nutrisi
Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas usus
yang menurun, lambatnya pengosongan lambung, absorbsi
vitamin yang larut dalam lemak berkurang, defisiensi enzim
laktase pada jonjot usus, menurunnya cadangan kalsium, fosfor,
protein, dan zat besi dalam tubuh, meningkatnya resiko NEC
(Necrotizing Enterocolitis). Hal ini menyebabkan nutrisi yang
tidak adekuat dan penurunan berat badan bayi.
2.5.7 Masalah pemberian ASI
Karene ukuran tubuh BBLR sangat kecil, kurang energi,
lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat mengisap.
BBLR sering mendapatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan
pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tapi sering.
BBLR dengan kehamilan > 35 minggu dan berat lahir > 2000
gram umumnya bisa langsung menetek.

20
2.5.8 Masalah perdarahan
Berhubungan dengan belum matangnya system
pembekuan darah saat lahir. Pemberian injeksi vitamin K 1
dengan dosis 1 mg intramuskuler segera sesudah lahir (dalam 6
jam pertama) untuk semua bayi baru lahir dapat mencegah
kejadian perdarahan ini. Injeksi ini dilakukan dipaha kiri.

9 Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi


dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain (3,8):
Gangguan perkembangan
Gangguan pertumbuhan
Gangguan penglihatan (Retinopati)
Gangguan pendengaran
Penyakit paru kronis
Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

6 Faktor Resiko BBLR


2.6.1 Kelahiran Prematur
Kelahiran preterm adalah penyebab utama dari kematian,
kesakitan dan kecacatan pada bayi berat lahir rendah. Masa
kehamilan yang lebih pendek dari yang seharusnya akan
menyebabkan bayi tersebut berukuran lebih kecil dibandingkan
dengan bayi yang lahir sesuai dengan masa kehamilan yang normal
dan juga akan lebih beresiko terjadi kematian, sakit dan cacat.
Keadaan ini menunjukan bahwa kematian pada bayi dapat bervariasi
diantara spektrum berat lahir bayi dan meningkat terus menerus
dengan semakin menurunnya berat badan. Berat badan lahir rendah
akan membatasi pertumbuhan bayi dan akan mempengaruhi bayi
tersebut selama kehidupanya. Bila kasus kehamilan yang lebih pendek
dan berat badan lahir rendah dihubungkan dengan pertumbuhan yang
tidak maksimal pada masa anak-anak, maka resiko mendapatkan
penyakit pada masa dewasa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

21
bayi normal seperti DM tipe-2, hipertensi, kardiovasuler. Resiko
tambahan pada perempuan adalah akan melahirkan bayi yang lebih
kecil disaat mereka dewasa nantinya (Unicef, 2004).
Berdasarkan data yang didapat oleh World Health Organisation
(WHO) pada tahun 2011 Kelahiran prematur yang disebabkan oleh
masa kehamilan pendek merupakan faktor terbesar penyebab BBLR
dan juga terdapat 60% kemungkinan bayi yang premature akan
mengalami BBLR.
2.6.2 Jenis Kelamin Janin
Untuk masa kehamilan yang sama, berat badan bayi berjenis
kelamin perempuan lebih kecil dibandingkan dengan berat badan bayi
yang berjenis kelamin laki-laki. Dan juga didapati bahwa Bayi yang
pertama kali lahir akan didapati memiliki berat badan lebih ringan
daripada bayi berikutnya, dan bayi yang lahir kembar akan memiliki
berat badan yang lebih ringan dibandingkan dengan bayi tunggal.
Berat badan lahir dipengaruhi oleh sejumlah besar pertumbuhan janin
dan diet selama hamil, juga komposisi berat badan ibu sejak mulai
terjadinya konsepsi.
2.6.3 Postur Tubuh Pendek
Wanita yang memiliki tinggi badan lebih pendek dari rata-rata
akan sangat mempengaruhi berat badan bayi yang dilahirkan. Berat
badan bayi yang rendah pada wanita pendek sangat dipengaruhi oleh
faktor anatomi tubuh ibu.
4 Penggunaan Tembakau (merokok, konsumsi tembaku kunyah,
dan kegunaan terapi)
Semua orang pasti sudah tahu bahwa merokok dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit. Kebanyakan penyakit yang ditimbulkan
oleh rokok diakibatkan oleh zat-zat racun yang terkandung dalam
rokok seperti nikotin, tar, CO, dan jenis alkaloida lain. Konsumsi
tembakau kunyah dan penggunaan tembakau untuk terapi akan

22
meningkatkan kadar nikotin dalam darah dan cairan amniotik. Nikotin
di sinyalir berpengaruh besar dalam menyebabkan kejadian berat
badan lahir rendah pada bayi.
2.6.5 Sosial Ekonomi
Ibu dengan sosial ekonomi rendah biasanya pada masa
kehamilan kekurangan nutris-nutrisi penting yang sangat dibutuhkan
oleh bayi yang dikandungnya, oleh karena itu didapati melahirkan bayi
dengan berat badan rendah.
Angka kejadian yang tinggi terhadap penyakit infeksi atau
komplikasi kehamilan yang didukung oleh kemiskinan. Pekerjaan berat
selama masa kehamilan pada ibu hamil juga berkontribusi pada
pertumbuhan janin yang kurang.
2.6.6 Angka Mordibitas Umum
Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas, berat badan lahir
rendah yang dialami pada bayi juga dipengaruhi oleh nutrisi dan diet
ibu, gaya hidup (konsumsi alkohol, dan penggunaan obat-obatan),
pengaruh berbagai macam penyakit infeksi (malaria, HIV, syphilis,
tuberculosis), dan komplikasi hipertensi dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin.
Berat badan bayi lahir rendah juga disebabkan oleh berat
badan ibu yang rendah sebelum hamil, primipara, dan riwayat BBLR
sebelumnya. Beberapa bayi dilahirkan prematur, sebagian lagi
dilahirkan dengan pertumbuhan yang terbatas, dan yang lain dilahirkan
dengan kombinasi prematur dan pertumbuhan yang terbatas. Keadaan
ini dikenal dengan bayi berat badan lahir rendah (UNCF, WHO, Unicef,
2004).

7 Penyakit Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah


Beberapa Penyakit yang didapati sering menyertai bayi dengan berat
badan lahir rendah adalah sebagai berikut:

23
1. Fibroplasia retinolental. Sering Dijumpai pada bayi dengan kelahiran
yang premature disebabkan oleh oksigen yang berlebihan.
2. Pneumonia aspirasi, sering ditemukan pada premature karena
refleks menelan dan batuk yang belum terbentuk sempurna. Penyakit seperti
ini dapat dicegah dengan perawatan yang baik.
3. Hiperbilirubenemia Disebabkan karena kematangan hepar.
Sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk yang belum
sempurna.
4. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik, Sering juga disebut
penyakit membran hyalin yang melapisi alveolus paru.
5. Perdarahan intreventikular. Perdarahan spontan pada ventrikel otak
lateral biasanya disebabkan oleh anoksia otak, biasanya kasus seperti ini
sering terjadi bersamaan dengan pembentukan membrane hialin pada paru.

2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi berat badan lahir rendah
adalah sebagai berikut:
1 Ganguan Pernafasan
a Sindroma Gangguan Pernafasan
Sindroma gangguan pernafasan pada bayi BBLR adalah
perkembangan imatur system pernafasan atau tidak
adekuatnyasurfaktan pada paru-paru. Surfaktan adalah zat
endogen yang terdiri dari fosfolipid, neutral lipid dan protein yang
membentuk lapisan diantara permukaan alveolar dan mengurangi
kolaps alveolar dengan cara menurunkantegangan permukaan di
dalam alveoli(Usman, 2008). Secara garis besar sesak nafas pada
neonates dapat dibagi menjadi dua, yaitukelainan medic seperti
hialin membrane disease, aspirasi mekonium, pneumonia dan
kelainan bedah seperti choana atresia , fistula trachea,
oesephagus, empisema lobaris congenital. Gejala gangguan pada

24
sistem pernafasan dapat dikenali sebagai berikut (Kliegman et al.,
2007 ; Proverawati, 2010):
Frekuensi nafas takipneu (> 60 kali per menit)
Retraksi Suprasternal dan Substernal
Gerakan cuping hidung
Sianosis sekitar mulut dan ujung jari
Pucat dan kelelahan
Apneu dan pernafasan tidak teratur
Mendengkur
Pernafasan dangkal
Penurunan suhu tubuh
b Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas
spontandan teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen dan
meningkatkan karbon dioksida yang dapat menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan yang lebih lanjut. Semua tipe BBLR bisa
kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya berdampak pada
proses adaptasi pernafasan waktu lahir sehingga mengalami
afsiksia lahir. Bayi BBLR membutuhkan kecepatan dan
ketrampilan resusitasi (Manuaba, 2010).
c Aspirasi Mekonium
Ini adalah penyakit paru yang berat yang ditandai dengan
pneumonitiskimiawi dan obstruksi mekanis jalan nafas. Penyakit ini
terjadi akibat inhalasi cairan amnion yang tercemar mekonium
peripartum sehingga terjadi peradangan jaringtan paru dan
hipoksia. Pada keadaan yang lebih berat, proses patologis
berkembang menjadi hipertensi pulmonal persisten, morbiditas lain
dan kematian. Bahkan dengan terapi yang segera dan tepat, bayi
yang parah seringkali meninggal atau menderita kerusakan
neurologis jangka panjang (Cunningham et al., 2005).
d Retrolental Fibroplasia
Penyakit ini ditemukan pada bayi premature dimana
disebabkan oleh gangguan oksigen dengan konsentrasi tinggi
(PaO2 lebih dari 115mmHg) maka akan terjadi vasokonstriksi

25
pembuluh darah retina. Kemudian setelah bernafas dengn udara
biasa lagi, pembuluh darah akan mengalami vasodilatasi yang
selanjutnya akan diikuti dengan proliferasi kapiler secara tidak
teratur. Stadium akut dapat terlihat pada umur 3-6 minggu dalam
bentuk dilatasi arteri dan vena retina, kemudian diikuti
pertumbuhan kapiler secara teratur pada ujung vena yang terlihat
seperti pendarahan dan kapiler baru ini tumbuh keatas korpus
vitreus dan lensa sehingga menyebabkan edema retina dan retina
dapat terlepas dari dasarnya. Keadaan ini dapat terjadi bilateral
dengan tanda COA mengecil, pupil mengecil dan tidak teratur dan
visus menghilang. Pengobatan dengan diberikan ACTH atau
kortikosteroid. Tindakan pencegahan yang dilakukan untuk
mencegah penyakit ini adalah sebagai berikut (Cunningham et al.,
2005 ; Proverawati, 2010):
Oksigen yang diberikan tidak boleh lebih dari 40%
Tidak menggunakan oksigen untuk pencegahan apnea dan
sianosis
Pemberian oksigen pada bayi kurang dari 2.000 gram harus
hati-hati dan dimonitor selalu.

2 Gangguan Metabolik
a Hipotermia
Bayi premature dan BBLR akan dengan cepat kehilangan
panas tubuh dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan
panas belum berfungsi dengan baik, metabolism yang rendah dan
luas permukaan tubuh yang relative luas dan lemak yang masih
sedikit (Depkes, 2008 ; Manuaba, 2010).
b Hipoglikemia
Glukosa berfungsi sebagai makanan otak pada tahun pertama
kelahiran pertumbuhan otak sangat cepat sehingga sebagian
besar glukosa dalam darah digunakan untuk metabolisme di otak.
Jika asupan glukosa di otak ini kurang, akibatnya sel-sel saraf di
otak mati dan mempengaruhi kecerdasan di masa depan. Pada

26
BBLR hipoglikemia terjadi karena cadangan glukosa yang rendah
dan aktifitas hormonal untuk glukoneogenesis yang belum
sempurna (Kliegman et al., 2007).
c Masalah Pemberian ASI
Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran
tubuh bayi yang kecil, kurang energy, lemah dan lambungnya kecil
dan tidak dapat menghisap. Bayi dengan BBLR sering
mendapatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian ASI
dengan jumlah yang lebih sedikit tapi sering, bayi BBLR dengan
kehamilan 35 minggu dan berat lahir 2.000 gram umumnya
bias langsung menyusui (Depkes RI, 2008).

3 Gangguan Imunitas
a Gangguan Imunoligik
Daya tahan tubuh berkurang karena rendahnya kadar I
munoglobulin G (IgG) maupun gamma globulin. IgG pada saat
awal kelahiran sebagian besar didapat dari ibu dimulai sekitar
minggu ke-16 dan yang paling tinggi empat minggu sebelum
kelahiran. Denga demikian, bayi BBLR relative kurang
mendapat antibody ibu belum sanggup membentuk antibody
dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi belum baik,
karena system kekebalan tubuh bayi juga belum matang. Bayi
juga dapat terkena infeksi saat lahir. Keluarga dan tenaga
kesehatan yang merawat bayi harus melakukan tindakan
pencegahan infeksi degan menjaga kebersihan dan cuci
tangan dengan baik (Cunningham et al., 2005 ; Proverawati,
2010).
b Ikterus
Ikterus adalah menjadi kuningnya warna kulit, selaput
lendir dan berbagai jaringan karena tingginya zat warna
empedu. Ikterus neonatal adalah suatu gejala yang sering
ditemukan pada bayi yang baru lahir. Biasanya bersifat
fisiologis, dapat juga patologis, dikarenakan fungsi hati yang

27
belum matang (imatur) menyebabkan gangguan pemecahan
bilirubin dan menyebabkan hiperbilirubinemia. Bayi yang
mengalami ikterus patologis memerlukan tindakan dan
penanganan lebih lanjut. Ikterus yang patalogis ditandai
sebagai berikut (Manuaba, 2010):
Kuningnya timbul 24 jam pertam setelah lahir
Jika dalam sehari kadar bilurubin meningkat pesat dan
progresif
Jika bayi tampak tidak aktif, tidak mau menyusu
Cenderung banyak tidur disertai suhu tubuh yang
mungkin meningkat atau malah turun
Air kencing gelap seperti teh

4 Gangguan Sistem Peredaran Darah


a Masalah Pendarahan
Pendarahan pada neonates mungkin dapat disebabkan
karena kekurangan factor pembekuan darah dan factor fungsi
pembekuan darah yang abnormal karena imaturitas sel.
Sebagai tindakan pencegahan terhadap pendarahan otak dan
saluran cerna pada bayi BBLR diberikan injeksi vitamin K, yang
sangat penting dalam mekanisme pembekuan darah normal.
Pemberian biasanya secara parenteral, 0,5-1 mg IM dengan
dosis satu kali segera setelah lahir dilakukan pada paha kiri
(Depkes RI, 2008).
b Anemia
Anemia fisioligik pada bayi BBLR disebabkan oleh
supresi eritropoeisis pasca lahir, persediaan besi janin yang
sedikit, serta bertambah besarnya volume darah akibat
pertumbuhan yang lebig cepat. Oleh karena itu anemia pada
bayi BBLR terjadi lebih dini dan kehilangan darah pada janin
atau neonates akan memperberat anemianya (Cunningham et
al., 2005).
c Gangguan Jantung

28
Patent Ductus Arteriosus (PDA) sejenis masalah jantung,
biasanya dicatat dalam beberapa minggu pertama atau bulan
kelahiran. PDA yang menetap sampai bayi berumur 3 hari
sering ditemui pada bayi BBLR, terutama pada bayi dengan
penyakit membrane hialin. Defek septum ventrikel, frekuensi
kejadiannya paling tinggi pada bayi dengan berat kurang dari
2500 gram dan masa gestasinya kurang dari 34 minggu
dibandingkan dengan bayi yang lebih besar dengan masa
gestasi yang cukup (Usman, 2008 ; Proverawati, 2010).
d Gangguan pada Otak
Intraventrikular hemorrhage, pendarahan intracranial
(otak) pada neonates. Bayi mengalami masalah neurologis,
seperti gangguan mengendalikan otot (cerebral palsy),
keterlambatan perkembangan dan kejang (Cunningham et al.,
2005).
5 Gangguan Cairan Elektrolit
a Gangguan Eliminasi
Kerja ginjal yang masih belum matang, kemampuan
mengatur pembuangan sisa metabolism dan air masih belum
sempurna, ginjal imatur baik secara anatomis maupun
fungsinya. Produksi urine yang sedikit, urea clearance yang
rendah, tidak mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit dari
badan dengan akibat mudah terjadi edema dan asidosis
metabolic (Kliegman et al., 2007).
b Distensi Abdomen
Yaitu kelainan yang berhubungan dengan usus bayi.
Distensi abdomen akibat motilitas usus berkurang, volume
lambung kecil sehingga waktu pengosongan lambung
bertambah, daya untuk mencernakan dan mengabsorbsi lemak
berkurang. Kerja dari sfingter gastroesofagus yang belum
sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke
esophagus dan mudah terjadi aspirasi (Proverawati, 2010).
c Gangguan Pencernaan

29
Saluran pencernaan yang belum berfungsi sempurna
membuat penyerapan makan lemah atau kurang baik. Aktifitas
otot pencernaan masih belum sempurna, mengakibatkan
pengosongan lambung lambat. Bayi BBLR mudah kembung,
hal ini karena stenosis anorektal, atresia ileum, peritonitis
meconium (Kliegman et al., 2007).
d Gangguan Elektrolit
Cairan yang diperlukan tergantung dari masa gestasi,
keadaan lingkungan dan penyakit bayi. Diduga kehilangan
cairan melalui tinja dar janin yang tidak mendapat makanan
melalui mulut sangat sedikit. Kebutuhan akan cairan sesuai
dengan kehilangan cairan insensible, cairan yang dikeluarkan
ginjal dan pengeluaran cairan oleh sebab lainnya, kehilangan
cairan insensible meningkat di tempat udara panas, selama
terapi sinar dan pada kenaikan suhu tubuh (Proverawati, 2010).
e Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada BBLR
antara lain:
Gangguan perkembangan
Gangguan pertumbuhan
Gangguan penglihatan
Gangguan pendengaran
Penyakit paru kronis
Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

2.9 Diagnosis
Menegakan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi
dapat diketahui dengan dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.

2.9.1 Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis
untuk menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya BBLR

30
o Umur ibu
o Riwayat hari pertama haid
o Riwayat persalinan sebelumnya
o Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
o Aktivitas
o Kenaikan berat badan selama hamil
o Penyakit yang diderita selama hamil
o Obat-obatan yang diminum selama hamil

2 Pemeriksaan Fisik
Yang dapat dijumpai pada pemeriksaan fisik antara lain
(Usman, 2008 ; Depkes RI 2008).
o Berat badan kurang dari 2.500 gram, panjang badan kurang
dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala
kurang dari 33 cm.
o Kulit tipis dan keriput, mengkilap dan lemak dibawah tubuh
sedikit
o Tulang rawan telinga masih lunak, karena belum terbentuk
sempurna (gambar 5a)
o Jaringan payudara belum terlihat, biasanya hanya titik (gambar
6a)
o Genitalia laki-laki : skrotum belum banyak lipatan dan biasanya
testis belum turun (gambar 7a)
o Genitalia perempuan: labia mayora belum menutupi labia
minora (gambar 8a)
o Rajah pada 1/3 anterior telapak kaki (gambar 9a)
o Pemeriksaan maturitas pada bayi baru lahir dengan
menggunakan Ballard score (Gambar 10 dan 11), biasanya
ditemukan tanda imaturitas pada bayi

Setelah didapatkan jumlah skor dari pemeriksaan


neuromuskuler dan maturitas fisik, maka kedua skor tersebut
dijumlahkan. Hasil penjumlahan tersebut dicocokan dengan
table kematangan, sehingga didapatkan usia kehamilan dalam
minggu.

31
2.10 Cara Perawatan BBLR

Menurut Safrudin dan Hamidah (2011) cara perawatan adalah sebagai


berikut:

o Bayi yang baru lahir jangan dimandikan


o Membersihkan dan mengeringkan bayi dengan kain lunak yang bersih,
kering dan hangat.
o Menjaga agar tubuh bayi tetap hangat dengan cara:
Oleskan tubuh bayi setiap hari dengan minyak kelapa yang
telah dihangatkan
membungkus kain yang bersih, kering dan cukup tebal serta
kepala bayi
ditutup dengan topi atau kepala yang bersih
Bayi tidak boleh di letakkan di tempat yang banyak angin
seperti didepan pintu/jendela yang terbuka
Pakaian dan kain pembungkus diganti bila basah
Menempatkan bayi secara langsung di atas dada ibu (metode
kanguru)
Menjaga kehangatan ruangan misalnya memasang lampu
untuk mengatasi masuknya udara dingin
Memberi minum ASI sedini dan seiring mungkin dengan
memperhatikan :
- Tangan cuci bersih sebelum menyusui
- Putting susu dibersihkan dengan kapas/kain bersih
lembab
- Bayi dipangku pada posisi tegak
- Bila bayi tidak dapat mengisap dengan kuat ibu dapat
membantu
- memegangi/menyangga dagu bayi atau dipompa dan di
berikan dengan sendok.
- Bila bayi tertidur pada waktu menyusu, bayi dibangunkan
dengan cara menepuk nepuk pipinya.
- Sisa sisa ASI dimulut dibersihkan dengan kapas atau
kain bersih yang dibasahi dengan air hangat

32
- bayi diawasi sampai kira kira 15 30 menit sesudah
disusukan.
- Menjaga / memelihara kebersihan bayi
- Penimbangan berat badan secara teratur 1 kali/1 bulan,
bila berat badan
- tidak naik dalam sebulan, segera dirujuk ke dokter
puskesmas
- Menjaga dan memelihara lingkungan bayi agar tetap
bersih dan hangat
- Memberikan perhatian dan kasih sayang yang cukup

2.11 Pencegahan BBLR

Upaya-upaya pencegahan merupakan hal yang sangat penting dalam


menurunkan insiden atau kejadian berat badan lahir rendah di masyarakat.
Upaya-upaya ini dapat dilakukan dengan (Sunaryanto, 2010).

o Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal empat


kali selama periode kehamilan yakni 1 kali pada trimester I, 1 kali pada
trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ke II.
o Pada ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi diet seimbang serat dan
rendah lemak, kalori cukup, vitamin dan mineral termasuk 400
mikrogram vitamin B asam folat setiap hari. Pengontrolan berat badan
selama kehamilan dari
o pertambahan berat bada awal dikisaran 12,5-15 kg .
o Hindari rokok atau asap rokok dan jenis polusi lain, minuman
berlkohol, aktivitas fisik yang berlebihan.
o Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim, faktor resiko tinggi dalam kehamilan, dan perawatan diri
selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatanya dan janin
yang dikandung dengan baik.

33
o Pengontrolon oleh bidan secara berkesinambungan sehingga ibu
dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi
sehat.

2.12 Prognosis BBLR


Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya
masalah perinatal, misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/ makin
rendah berat bayi makin tinggi angka kematian), asfiksia / iskemia otak,
sindroma gangguan pernafasan, perdarahan intraventrikuler, dysplasia
bronkopulmonal, retrolental fibroplasias, infeksi, gangguan metabolic
(asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia ). Prognosis ini juga tergantung
dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat
kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi,
makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia,
hiperbillirubinemia, hipoglikemia, dan lain-lain.(Prawihardjo, Suwarna, 2005)

2.13 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan BBLR Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang
belum matang menyebabkan bayi BBLR cenderung mengalami masalah
yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal.
Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik
maupun psikologis. Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008;
Pillitteri, 2003) :
o Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai
dan mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen
suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan
suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada
BBLR beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu.

34
Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas,
merangsang pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah aspirasi,
posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan
oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan
kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat
memberikan efek edema paru dan retinopathy of prematurity.
o Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya
respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan
kehilangan panas pada bayi distress sangat dibutuhkan karena
produksi panas merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem
kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat dalam
suhu lingkungan yang netral yaitu suhu yang diperlukan untuk
konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal. Menurut Thomas
(1994) suhu aksilar optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5C 37,5C,
sedangkan menurut Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi
adalah 36,7C 37,3C. Menghangatkan dan mempertahankan
suhu tubuh bayi dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu (Kosim
Sholeh, 2005) :
Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara
bayi dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh
orang lain sebagai penggantinya.
Pemancar pemanas
Ruangan yang hangat
Inkubator Tabel :
Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut umur dan berat
Berat Bayi Suhu inkubator (C) menurut umur
35C 34C 33C 32C
< 1500 gr 1-10 11 hari 3-5 >5
hari 3minggu minggu minggu
1500-2000 1-10 hari 11 hari-4 >4

35
gr minggu minggu
2100-2500 1-2 hari 3 hari- 3 >3minggu
gr minggu
>2500 gr 1-2 hari >2hari

Bila jenis inkubatornya berdinding tanggal,naikkan suhu inkoubator 1C


setiap perbedaan suhu 7C antara suhu ruang dan inkubator
o Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan
semua bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi
BBLR imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan
denan penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah
infeksi antara lain :
Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi
harus melakukan cuci tangan terlebih dahulu.
Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus
dibersihkan secara teratur. Ruang perawatan bayi juga harus
dijaga kebersihannya.
Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh
memasuki ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan
sembuh atau disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti
masker ataupun sarung tangan untuk mencegah penularan.

o Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk
asupan tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat
sangat penting pada bayi preterm karena kandungan air
ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan sampai
90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya
lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada ginjal bayi

36
preterm yang belum berkembang sempurna sehingga bayi tersebut
sangat peka terhadap kehilangan cairan.
o Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR
tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka
karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum
sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian
nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan
melalui parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.
Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam
pemberian makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-
faring dapat terganggu oleh usaha memberi makan yang terlalu cepat.
Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas
mereka dalam menerima makanan. Toleransi yang berhubungan
dengan kemampuan bayi menyusu harus didasarkan pada evaluasi
status respirasi, denyut jantung, saturasi oksigen, dan variasi dari
kondisi normal dapat menunjukkan stress dan keletihan. Bayi akan
mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap, menelan, dan
bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan penurunan
saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek menghisap dan menelan
yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke lambung.
Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah
mengalami distensi abdomen yang dapat mempengaruhi pernafasan.
Kapasitas lambung berdasarkan umur dapat diukur sebagai berikut
(Jones, dkk., 2005). Kapasitas lambung berdasarkan umur Bayi baru
lahir 10-20, 1 minggu 30-90, 2-3 mingu 75-100, 1 bulan 90-150, 3
bulan 150-200,dan 1 tahun 210-360.
o Penghematan energi
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah
menghemat energi, Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal
mungkin. Bayi yang dirawat di dalam inkubator tidak membutuhkan

37
pakaian , tetapi hanya membutuhkan popok atau alas. Dengan
demikian kegiatan melepas dan memakaikan pakaian tidak perlu
dilakukan. Selain itu, observasi dapat dilakukan tanpa harus membuka
pakaian. Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk
aktivitas bernafas, minum, dan pengaturan suhu tubuh, energi tersebut
dapat digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Mengurangi
tingkat kebisingan lingkungan dan cahaya yang tidak terlalu terang
meningkatkan kenyamanan dan ketenangan sehingga bayi dapat
beristirahat lebih banyak. Posisi telungkup merupakan posisi terbaik
bagi bayi preterm dan menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih
menoleransi makanan, pola tidur-istirahatnya lebih teratur. Bayi
memperlihatkan aktivitas fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila
diposisikan telungkup. PMK akan memberikan rasa nyaman pada bayi
sehingga waktu tidur bayi akan lebih lama dan mengurangi stress
pada bayi sehingga mengurangi penggunaan energi oleh bayi.
Stimulasi Sensori Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi
sensori yang khusus. Mainan gantung yang dapat bergerak dan
mainan- mainan yang diletakkan dalam unit perawatan dapat
memberikan stimulasi visual. Suara radio dengan volume rendah,
suara kaset, atau mainan yang bersuara dapat memberikan stimulasi
pendengaran. Rangsangan suara yang paling baik adalah suara dari
orang tua atau keluarga, suara dokter, perawat yang berbicara atau
bernyanyi. Memandikan, menggendong, atau membelai memberikan
rangsang sentuhan. Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat
diberikan selama PMK karena selama pelaksanaan PMK ibu
dianjurkan untuk mengusap dengan lembut punggung bayi dan
mengajak bayi berbicara atau dengan memperdengarkan suara musik
untuk memberikan stimulasi sensori motorik, pendengaran, dan
mencegah periodik apneah. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga
Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan dan

38
membuat stress bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang tua
biasanya memiliki kecemasan terhadap kondisi bayinya, apalagi
perawatan bayi di unit perawatan khusus mengharuskan bayi dirawat
terpisah dari ibunya. Selain cemas, orang tua mungkin juga merasa
bersalah terhadap kondisi bayinya, takut, depresi, dan bahkan marah.
Perasaan tersebut wajar, tetapi memerlukan dukungan dari perawat.
Perawat dapat membantu keluarga dengan bayi BBLR dalam
menghadapi krisis emosional, antara lain dengan memberi
kesempatan pada orang tua untuk melihat, menyentuh, dan terlibat
dalam perawatan bayi. Hal ini dapat dilakukan melalui metode kanguru
karena melalui kontak kulit antara bayi dengan ibu akan membuat ibu
merasa lebih nyaman dan percaya diri dalam merawat bayinya.
Dukungan lain yang dapat diberikan perawat adalah dengan
menginformasikan kepada orang tua mengenai kondisi bayi secara
rutin untuk meyakinkan orang tua bahwa bayinya memperoleh
perawatan yang terbaik dan orang tua selalu mendapat informasi yang
tepat mengenai kondisi bayinya.

2.14 Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari


seluruh kelahiran didunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi
di Negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistic
menunjukan 90% kejadian BBLR didapatkan di Negara berkembang dan
angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat
lahir lebih dari 2.500 gram. BBLR termasuk factor utama dalam peningkatan
mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta
memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupan dimasa depan.
Angka kejadian di Indonesia bervariasi antara satu daerah dengan daerah
lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter

39
diperoleh angka BBLR dengan rentang 2,1%-17,2%. Secara nasional
berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5%. Angka ini lebih
besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi
menuju Indonesia sehat 2010 yakni maksimal 7%.

2.15 Faktor Predisposisi


Menurut manuaba, faktor predisposisi bayi lahir preterm, antara lain :
o Kebiasaan (merokok) dan pekerjaan yang melelahkan
o Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah
(Proverawati dan Ismawati, 2010).
Faktor ibu
- Penyakit
Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,
perdarahan antepartum, preekelamsi berat,
eklamsia, infeksi kandung kemih.
Menderita penyakit seperti malaria, infeksi
menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH,
penyakit jantung.
Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi
alkohol.
- Ibu
Angka kejadian prematitas tertinggi adalah
kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35
tahun.
Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek
(kurang dari 1 tahun).
Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
- Keadaan sosial ekonomi
Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi
rendah. Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan
pengawasan antenatal yang kurang.
Aktivitas fisik yang berlebihan
Perkawinan yang tidak sah

40
- Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom,
infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan),
gawat janin, dan kehamilan kembar.
- Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh :
hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta, sindrom
tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah
dini.
- Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara
lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi,
serta terpapar zat beracun.

BAB III
KERANGKA PENELITIAN DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Penelitian
Komplikasi Obstetric

Komplikasi Medis

Faktor Ibu
Penyakit
Gizi Ibu
Kebiasaan
Paritas
Anemia
Usia
Pekerjaan
Sosial-Ekonomi Asupan Nutrisi Bayi Berat Lahir
Kondisi saat Hamil Terganggu Rendah
Faktor Janin
Prematuritas 41
Hidroamnion
Kehamilan Ganda
Infeksi
Faktor Plasenta

Faktor Lingkungan
Perokok
Alkohol
Narkotika

Keterangan : Diteliti
Tidak Diteliti
3.2 Hipotesis Penelitian
H0 : Tidak ada hubungan anemia, paritas dan usia pada ibu hamil
dengan kejadian bayi BBLRdi Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
H1 : Ada hubungan anemia, paritas dan usia pada ibu hamil dengan
kejadian bayi BBLR di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
BAB IV
1 Rancangan Penelitian
1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
desain cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara usia, paritas dan anemia pada ibu hamil terhadap kejadian bayi
berat badan lahir rendah (BBLR).

2 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan melakukan
penelusuran di buku register dan rekam medis.

2 Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan


Sampel
1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

42
kesimpulannya. (Sugiyono, 2009:61). Populasi penelitian ini adalah ibu
yang melahirkan di Kamar Bersalin Rumkital dr.Ramelan Surabaya pada
tahun 2015.

2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi dengan karakteristik
tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang melahirkan anak di
Kamar Bersalin Rumkital dr.Ramelan Surabaya pada tahun 2015.

1 Kriteria Inklusi
Ibu yang melahirkan anak di Kamar Bersalin Rumkital
dr.Ramelan Surabaya pada tahun 2015bayi

2 Kriteria Eksklusi
1 Bayi berat lahir lebih dari 2500 gram
2 Bayi mengalami kematian
3 Ibu hamil gmelli
4 Polihidramnion dan oligohidramnion
5 Bayi lahir prematur
6 PIH (pregnancy induced hypertension)

3 Besar Sampel
Besarnya jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian ini
dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

n = Z21- / 2 p (1 p )

d2

= 1,962 x 0,13 ( 0,87)


0,12
= 3,8416 x 0,1131
0,12
= 39,3769
= ~ 39

n = besar sampel yang diperlukan


Z21- / 2 = harga di kurva normal = 1,96
p = proporsi kejadian di populasi = 0,078
d2 = tingkat kesalahan = 0,01

4 Teknik Pengambilan Sampel

43
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari
populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling adalah suatu
cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar
memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan
objek penelitian. Teknik pengambilan sample menggunakan teknik
consecutive = purposive samplingdari populasi data rekam medik yang
tersedia di Rumkital dr. Ramelan Surabaya.

3 Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang dimiliki atau dipdapatkan oleh suatu penelitian tentang
konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2002, p.103).Pada
penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat.
1 Variabel Bebas
Variabel bebas yaitu variabel yang menjadi sebab atau
berubahnya dependent variabel. Variabel bebas dalam penelitian ini
yaitu anemia, paritas dan usia pada ibu hamil.

2 Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas, dan variabel ini sering
disebut variabel respon. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah
jumlah kejadian bayi berat lahir rendah di Rumkital dr.Ramelan
Surabaya pada tahun 2015.

3 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel
yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang
bersangkutan (Notoatmodjo,2010). Definisi operasional dalam
penelitian ini adalah :
1 Ibu Hamil adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio
atau fetus di dalam tubuhnya.
2 Anemia adalah berkurangnya jumlah sel darah merah atau kandungan
hemoglobin didalam darah.
3 Usia adalah jumlah tahun sejak responden dilahirkan sampai kejadian
kasus terjadi.
4 Paritas adalah frekuensi kehamilan dan persalinan yang pernah di
alami oleh ibu.
5 Balita adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang berusia
di bawah 60 bulan.

44
6 Bayi Berat Badan Lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat
badan lahir kurang dari 2500 gram

4 Alat dan Bahan Penelitian


Data register dan rekam medis pada tahun 2015.

5 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan pada tahun 2015 di Rumkital Dr
Ramelan Surabaya .

6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data


Data diperoleh dari data register dan rekam medis.

7 Manajemen Data
1 Pengumpulan data
2 Editing dan dilanjutkan dengan pengkodean, kemudian entry data

8 Cara Analisis Data


Analisis bivariat yang digunakan adalah uji korelasi spearman yang
digunakan untuk menganalisis pengaruh variable anemia, paritas dan usiaibu
hamil terhadap kejadian BBLR.
Nilai p dianggap bermakna apabila p<0.05. Nilai RR dianggap sebagai
faktor risiko apabila RR > 1.0. Analisis data menggunakan program Statistical
Package for Social Science (SPSS) for Windows versi 21.0 (SPSS Inc. USA).

9 Alur Penelitian

Ibu yang melahirkan di Kamar


BersalinRumkital dr.Ramelan Surabaya pada

consecutive = purposive sampling

Analisa Data

Pembahasan

45
Kesimpulan
BAB V

HASIL

Pada bab ini akan dipaparkan deskripsi mengenai hasil penelitian dan
pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian. Penyajian data terdiri dari data
umum dan data khusus dengan jumlah responden sebanyak 39 responden.
Data di bawah ini akan menggambarkan umur, paritas dan anemia trimester
3 pada ibu hamil serta jumlah bblr.

1 Hasil Penelitian
1 Umur Ibu Hamil
Tabel 5.1 Tabel Frekuensi Umur Ibu Hamil
Umur Ibu Frekuensi
<20, >35 11
20-35 28
.

Umur Ibu

<20, >35
20-35

Gambar 5.1 Diagram pie karakteristik responden berdasarkan usia di


Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Tahun 2015.

46
Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui 11 responden berusia antara <20
tahun atau >35 tahun dan 28 responden berusia anatara 20-35 tahun.
Dengan prosentase 28,2% untuk ibu berumur <20 tahun atau >35 tahun dan
71,8% untuk umur ibu antara 20-35 tahun

2 Paritas Ibu Hamil

Tabel 5.2 Tabel Frekuensi Paritas Ibu Hamil


Paritas Ibu Frekuensi
1/4x 13
2-3x 26

Paritas Ibu

1/4x
2-3x

Gambar 5.2 Diagram pie karakteristik responden berdasarkan paritas di


Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Tahun 2015.

Berdasarkan tabel 5.2, dapat diketahui bahwa 13 responden


paritasnya 1/4x dan 26 reponden paritasnya 2-3x. Dengan prosentase
33,3% untuk ibu yang paritasnya 1/4x dan 66,7% untuk ibu yang paritasnya
2-3x.

47
3 Anemia Trimester 3 pada Ibu Hamil

Tabel 5.3 Tabel Frekuensi Anemia Trimester 3 pada Ibu Hamil


Anemia Trimester 3 Frekuensi
>11 20
<11 19

Anemia Trimester 3 Ibu

>11
<11

Gambar 5.3 Diagram pie karakteristik responden berdasarkan anemia


trimester 3 di Rumkital Dr. Ramelan Surabaya Tahun 2015.

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui bahwa 20 responden


tidakmengalami anemia sedangkan 19 mengalami anemia. Dengan
prosentase 51,3% untuk responden tidak anemia dan 48,7 untuk responden
anemia.

4 Bayi BBLR

48
Tabel 5.4 Tabel Frekuensi Bayi BBLR
Bayi BBLR Frekuensi
Ya 21
Tidak 18

Bayi BBLR

Ya
Tidak

Gambar 5.4 Diagram pie karakteristik bayi BBLR di Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya Tahun 2015.

Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa ada 21 bayi BBLR dan
18 bayi non BBLR. Dengan prosentase 53,8% untuk bayi BBLR dan 46,2%
untuk bayi tidak BBLR.

5 Distribusi Hubungan antara Usia Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR

Tabel 5.5 Distribusi Hubungan antara Usia Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR

49
Usia BBLR Total Tingkat signifikan
Ya Tidak
3 8 11 0,038
<20, >35
14,3% 44,4% 28,2%
18 10 28
20-35
85,7% 55,6% 71,8%
21 18 39
Jumlah
100% 100% 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 21 kejadian BBLR terdapat 3
(14,3%) responden dengan usia <20 tahun atau >35 tahun, sedangkan dari
18 kejadian tidak BBLR terdapat 8 (44,4%) responden dengan usia <20 tahun
atau >35 tahun. Dimana dari hasil uji korelasi Spearman didapatkan hasil
analisis statistik p= 0,038. Jika digunakan = 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak dan H1diterima, yang artinya ada hubungan antara usia ibu
hamil dengan kejadian BBLR.

6 Distribusi Hubungan antara Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian


BBLR

Tabel 5.6 Distribusi Hubungan antara Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian
BBLR

Paritas BBLR Total Tingkat signifikan


Ya Tidak
17 9 26 0,042
1/4x
81,0% 50,0% 66,7%
4 9 26
2-3x
19,0% 50,0% 33,3%
21 18 39
Jumlah
100% 100% 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 21 kejadian BBLR terdapat 4
(19,0%) responden dengan paritas 1/4x, sedangkan dari 18 kejadian tidak
BBLR terdapat 9 (50,0%) responden dengan paritas 1/4x. Dimana dari hasil
uji korelasi Spearman didapatkan hasil analisis statistik p= 0,042. Jika

50
digunakan = 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan H1diterima,
yang artinya ada hubungan antara paritas ibu hamil dengan kejadian BBLR.

7 Distribusi Hubungan antara Anemia Trimester 3 pada Ibu Hamil


dengan Kejadian BBLR

Tabel 5.7 Distribusi Hubungan antara Anemia Trimester 3 pada Ibu Hamil
dengan Kejadian BBLR

Anemia BBLR Total Tingkat signifikan


Ya Tidak
6 14 20 0,002
>11
28,6% 77,8% 51,3%
15 4 26
<11
71,4% 22,2% 48,7%
21 18 39
Jumlah
100% 100% 100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 21 kejadian BBLR terdapat
15 (71,4%) responden dengan anemia, sedangkan dari 18 kejadian tidak
BBLR terdapat 4 (22,2%) responden dengan anemia. Dimana dari hasil uji
korelasi Spearman didapatkan hasil analisis statistik p= 0,002. Jika
digunakan =0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak dan H1diterima,
yang artinya ada hubungan antara anemia trimester 3 pada ibu hamil dengan
kejadian BBLR.

Tabel 5.8 Hasil uji korelasi Spearman antara Umur Ibu Hamil, Paritas Ibu
Hamil dan Anemia trimester 3 pada Ibu Hamil terhadap Kejadian Bayi BBLR.

51
Correlations

Umur Ibu Paritas Ibu Anemia T3 Bayi BBLR

Spearman's Umur Ibu Correlation


1,000 -,081 -,073 -,334*
rho Coefficient

Sig. (2-tailed) . ,626 ,658 ,038

N 39 39 39 39

Paritas Ibu Correlation


-,081 1,000 ,036 -,327*
Coefficient

Sig. (2-tailed) ,626 . ,826 ,042

N 39 39 39 39

Anemia T3 Correlation
-,073 ,036 1,000 -,491**
Coefficient

Sig. (2-tailed) ,658 ,826 . ,002

N 39 39 39 39

Bayi BBLR Correlation


-,334* -,327* -,491** 1,000
Coefficient

Sig. (2-tailed) ,038 ,042 ,002 .

N 39 39 39 39

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel uji korelasi Spearman diatas, tampak bahwa P-


value < (0,038, 0,042, 0,002 < ), sehingga dapat dinyatakan bahwa ada
hubungan antara usia, paritas dan anemia terhadap kejadiaan bayi BBLR
atau H0 ditolak dan H1diterima.
Tabel uji korelasi Spearman diatas juga menunjukkan bahwa
hubungan yang ada antara variabel bebas dan variabel terikat yang diteliti
merupakan hubungan berlawanan arah dengan kekuatan sedang.

BAB VI

PEMBAHASAN

1 Pembahasan

52
1 Hubungan Usia Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR
Dari tabel 5.5 terlihat bahwa usia ibu hamil berisiko tinggi melahirkan
bayi BBLR sebanyak 3 (14,3%) responden yang melahirkan bayi BBLR
sedangkan usia ibu tidak beresiko tinggi sebanyak 8 (44,4%) responden
yang melahirkan bayi BBLR.

Correlations

Umur Ibu Bayi BBLR

Spearman's rho Umur Ibu Correlation Coefficient 1,000 -,334*

Sig. (2-tailed) . ,038

N 39 39
*
Bayi BBLR Correlation Coefficient -,334 1,000

Sig. (2-tailed) ,038 .

N 39 39

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Dari tabel diatas menunjukkan hasil bivariat terdapat hubungan umur


ibu dengan berat bayi lahir. Besarnya nilai hubungan tersebut sebesar negatif
0,334. Sifat korelasi negatif menunjukkan semakin muda faktor resiko umur
ibu maka semakin bertambah berat bayi yang dilahirkan, sebaliknya semakin
tua faktor resiko umur ibu maka semakin rendah berat bayi yang dilahirkan.
Dengan melihat nilai p value atau nilai signifikansi r-hitung sebesar p = 0,005
pada hubungan umur ibu dengan berat bayi lahir sehingga p < 0,05 berarti
Ho ditolak maka ada hubungan signifikan umur ibu dengan berat bayi lahir.
Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian yang menuliskan
bahwa kehamilan diatas umur 35 tahun sangat berbahaya. Mengingat mulai
usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan,
atau penyakit degenerative pada persendian tulang belakang dan panggul.
Kesulitan lain kehamilan diatas umur 35 tahun ini yaitu bila ibu ternyata
mengidap penyakit seperti diatas yang ditakutkan bayi lahirdengan membawa
kelainan (Sitorus, 1999, p.15 dalam Setyaningrum, 2005).

53
2 Hubungan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian BBLR
Dari tabel 5.6 terlihat bahwa ibu hamil dengan paritas beresiko tinggi
melahirkan bayi BBLR terdapat sebanyak 17 (81,0%) responden, sedangkan
ibu hamil dengan paritas beresiko rendah melahirkan bayi BBLR terdapat
sebanyak 4 (19%) responden.

Correlations

Paritas Ibu Bayi BBLR

Spearman's rho Paritas Ibu Correlation Coefficient 1,000 -,327*

Sig. (2-tailed) . ,042

N 39 39
*
Bayi BBLR Correlation Coefficient -,327 1,000

Sig. (2-tailed) ,042 .

N 39 39

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel diatas dari hasil analisis bivariat menunjukkan


hubungan paritas ibu dengan berat bayi lahir. Besarnya nilai hubungan
tersebut sebesar negatif 0,327. Sifat korelasi negatif menunjukkan semakin
tinggi faktor resiko paritas ibu maka semakin berkurang berat bayi yang
dilahirkan, sebaliknya semakin rendah faktor resiko paritas ibu maka semakin
tinggi berat bayi yang dilahirkan. Dengan melihat nilai p value atau nilai
signifikansi r-hitung sebesar p = 0,042 pada hubungan paritas ibu dengan
berat bayi lahir sehingga p < 0,05 berarti Ho ditolak maka ada hubungan
signifikan paritas ibu dengan berat bayi lahir.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Manuaba (2007) dari sudut
paritas terbagi atas: paritas satu tidak aman, paritas 2-3 aman untuk hamil
dan bersalin dan paritas lebih dari 3 tidak aman. Karena bayi dengan berat
lahir rendah sering terjadi pada paritas diatas lima disebabkan pada saat ini
sudah terjadikemunduran fungsi pada alat-alat reproduksi. Paritas yang tinggi
akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesehatan baik bagi ibu

54
maupun bayi yang dilahirkan. Salah satu dampak kesehatan yang mungkin
timbul dari paritas yang tinggi adalah perdarahan dan infeksi serta gangguan
pembuluh darah yang berhubungan dengan kejadian BBLR.

3 Hubungan Anemia Trimester 3 pada Ibu Hamil dengan kejadian BBLR


Dari tabel 5.7 terlihat bahwa ibu hamil dengan anemia terdapat
sebanyak 15 (71,4%) responden, sedangkan ibu hamil tidak dengan anemia
terdapat sebanyak 6 (28,6%) responden.

Correlations

Anemia T3 Bayi BBLR

Spearman's rho Anemia T3 Correlation Coefficient 1,000 -,491**

Sig. (2-tailed) . ,002

N 39 39

Bayi BBLR Correlation Coefficient -,491** 1,000

Sig. (2-tailed) ,002 .

N 39 39

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel diatas dari hasil analisis bivariat menunjukkan


hubungan anemia ibu hamil dengan berat bayi lahir. Besarnya nilai hubungan
tersebut sebesar negatif 0,491. Sifat korelasi negatif menunjukkan semakin
tinggi faktor resiko anemia (kadar Hb) ibu maka semakin berkurang berat
bayi yang dilahirkan, sebaliknya semakin rendah faktor resiko anemia (kadar
Hb) ibu maka semakin tinggi berat bayi yang dilahirkan. Dengan melihat nilai
p value atau nilai signifikansi r-hitung sebesar p = 0,002 pada hubungan
paritas ibu dengan berat bayi lahir sehingga p < 0,05 berarti Ho ditolak maka
ada hubungan signifikan anemia ibu hamil dengan berat bayi lahir.
Dimana kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai
mengingat anemia dapat meningkatkan resiko kematian ibu, BBLR dan
angka kematian bayi. Anemia dalam kehamilan disebabkan kekurangan zat
besi yang dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan

55
janin baik sel tubuh maupun sel otak. Hal ini dapat meningkatkan resiko
morbiditas dan mortilitas ibu dan bayi. Kemungkinan melahirkan BBLR juga
lebih besar (Arista, 2012).

BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

1 Kesimpulan
1 Usia ibu hamil berpengaruh signifikan terhadap kejadian BBLR.
2 Paritas ibu hamil berpengaruh signifikan terhdap kejadian BBLR.
3 Anemia trimester 3 pada ibu hamil berpengaruh signifikan terhadap
kejadian BBLR.

56
2 Saran
1 Berdasarkan penelitian ini usia, paritas dan kejadian anemia
trimester 3 pada ibu hamil memiliki nilai yang signifikan terhadap
kejadian BBLR, oleh karena itu edukasi dan penyuluhan berkaitan
dengan usia, paritas dan anemia perlu lebih ditingkatkan lagi agar
angka kejadian BBLR bisa lebih ditekan lagi.
2 Perlu dilakukan penelitian selanjutnya yang meneliti faktor-faktor lain
yang dapat meningkatkan kejadian BBLR.

DAFTAR PUSTAKA
Arista,E. 2012 Kesehatan Ibu Dan Anak. Nuha Medika. Yogyakarta.
Barry, T., 2005. Evaluation of the economic, social, and biological feasibility of
bioconverting food wastes with the black soldier fly (Hermetia illucens). PhD
Dissertation, University of Texas, August 2004.

BKKBN, 2013. Profil Kependudukan dan Pembangunan di Indonesia tahun


2013. Jakarta

Cunningham C, Wilcockson DC, Campion S, Lunnon K, Perry VH. Central


and systemic endotoxin challenges exacerbate the local inflammatory

57
response and increase neuronal death during chronic neurodegeneration. J
Neurosci 2005;25:9275-9284. 2005

Fraser, Diane M, dkk. 2011. Buku Ajar Bidan Mayles Edisi 14. EGC. Jakarta.

Henny Indriani Lubis, 2006. Mukositis Sebagai Salah Satu Efek Samping
Terapi Radiasi. USU e-Repository

Ismawati, C. S., Proverawati, A., dan Pebriyanti, S. 2010. Posyandu dan


Desa Siaga.Yogyakarta: Nuha Medika.

Jonathan, Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan


Kualitatif.Yogyakarta:Graha Ilmu

Joeharno. 2008. Beberapa Faktor Risiko Kejadian BBLR di Rumah Sakit Al


Fatah Ambon Perode Januari - Desember Tahun 2006. KTI. Jakarta

Jones, 2005. Setiap Wanita. Della Pratasa Publishing, Jakarta

Jumiarni, dkk., 1994. Asuhan Keperawatan Perinatal. Penerbit buku


Kedokteran EGC. Jakarta

Kliegman, Robert M. et al. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics 18th Edition.


Saunders Elsevier, Philadelphia: 1828 1928.

Kosim Soleh, dkk. 2005. Buku Panduan Manajemen Bayi Baru Lahir Untuk
Dokter, Perawat, Bidan di Rumah Sakit Rujukan Dasar. Departemen
Kesehatan RI : Jakarta.

Manuaba,IBG.,2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk


Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta:EGC

Maryunani Anik.2013. Buku Saku Asuhan Bayi Dengan Berat Badan Lahir
Rendah. ISBN / ISSN. 978-602-202-077-6.

Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Moh. Uzer Usman, 2008,Strategi Pembelajaran, Jakarta : Erlangga

Notoatmodjo S., 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta:


Nuha Medika

58
Pillitteri A.,2003.Maternal and Child Health Nursing: Care of The Childbearing
Family. (4thed). Philadelpia: Lippincott

Prawirohardjo, Sarwono. 2005.Ilmu kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina


Pustaka.

Proverawati, Atikah dan Cahyo Ismawati Salistyorini. Tahun 2010 . Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR) Edisi 1. Penerbit. Jakarta.

Rasyid.2013.http://literaturkti.blogspot.com/2012/09/pengertian-hasil-
belajar.html?m=1(diaksestanggal1maret2013)

Saifuddin.,2002. Ilmu Kebidanan Perkata Edisi Ke-3 .EGC.Jakarta.

Sitorus, Ronald H. Dkk 1999. Pedoman Perawatan Kesehatan Ibu dan Janin
Selama Kehamilan. Bandung: CV. Pionir Jaya Bandung

Sujoso, Anisa D. P. 2011. Tempat Kerja dan Bahaya Reproduksi (Workplace


And Reproductive Hazard). Seminar Nasional JAMPERSAL. Universitas
Jember. Jember.

Sunaryanto R, Marwoto B, 2010. Marine Actinomycetes screening of Banten


West Coast and their antibiotics purification. Biodiversitas 11: 176-181.

Surasmi, dkk. 2002. Perawatan Bayi Risiko Tinggi. Jakarta:EGC

Suririnah. (2009). Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT.


Gramedia Pustaka Utama

Surtiati E., 2003. Analisis Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian
Bayi Berat Badan Lahir Rendah dalam konteks Keperawatan Maternitas di
Rumah Sakit Umum Palang Merah Indonesia Bogor. Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia

Suwoyo, et.al. 2011. Hubungan Preeklampsia pada Kehamilan dengan


kejadian BBLR di RSUD dr Hardjono Ponorogo. Volume II Nomor Khusus
Hari Kesehatan Indonesia April 2011

Setianingrum, S.I.W. 2005. Hubungan Antara Kenaikan Berat Badan, Lingkar


Lengan Atas dan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Berat
Bayi Lahir di Puskesmas Ampel I Boyolali tahun 2005. Semarang, Universitas
Negeri Semarang. Jurnal

Syafrudin & Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

59
United Nations Childrens Fund/World Health Organization, 2004. Low
Birthweight. UNICEF: New York, diakses tanggal 11 agustus 2015 dari
http://www.childinfo.org/areas/birthweight.htm.

Wong, D. L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P.
2009. Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC

Yuliva dkk, 2009. Hubungan Status Pekerjaan Ibu Dengan Berat Lahir Bayi Di
RSUP DR.M. Djamil Padang, Berita Kedokteran Masyarakat Volume 25
Nomor 2: 96-108

60

You might also like