Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Daftar Isi
Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN............................................................................
Latar Belakang.................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................
1. Asensi........................................................................................
a. Interpresansi Asensi............................................................
c. Fungsi Asersi......................................................................
2. Keyakinan................................................................................
a. Properitas Keyakinan.........................................................
3. Argumen..................................................................................
a. Jenis Argumen...................................................................
Kesimpulan................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PEMBAHASAN
Bentuk yang paling sederhana dari teori adalah pernyataan terhadap sesuatu
kenyakinan yang dinyatakan dalan bahasa (logosentris). Salah satu defenisi teori
yaitu sistem deduktif yang menyatakan berkurangnya unsur generalisasi. Teori
ilmiah merupakan sistem deduktif dimana konsekuensi yang diobservasi secara
logis mengikuti hubungan antar fakta yang diobservasi dengan seperangkat
hipotesis dari sistem tersebut. Oleh karena itu, studi tentang teori ilmiah
merupakan studi sistem deduktif yang digunakan dalam teori tersebut.
(Braithwaite; 1969 dalam anis dan iman 2007:29)
Struktur dan proses penalaran dibangun atas dasar tiga konsep penting
yaitu: asersi (assertion), kenyakinan (belief), dan argumen (argument). Struktur
penalaran menggambarkan ketiga konsep tersebut dalam menghasilakan daya
dukung atau bukti rasional terhadap kenyakinan tentang suatu pernyataan.
1. Asersi
a. Interpretasi Asensi
Asumsi adalah asersi yang diyakini benar meskipun orang tidak dapat
mengajukan atau menunjukkan bukti tentang kebenarannya secara metakinkan
atau asersi yang orang bersedia untuk menerima sebagai benar untuk keperluan
diskusi atau debat.
c. Fungsi Asersi
Asersi merupaka bahan olah dalam argumen, dalam argumen asensi dpat
berfungsi sebagai premis dan konklusi. Premis adalah asensi yang digunakan
untuk mendukung suatu konklusi. Konklusi adalah asersi yang diturunkan dari
serangkaian asersi. Suatu argumen paling tidak berisi satu primis atau konklusi.
Karena premis dan konklusi keduanya merupakan asersi, konkluswi (berbentuk
asersi) dalam suatu argumen dapat menjadi premis dalam argumen lain.
Ketiga jenis asensi yang telah di bahas dalam isi makalah ini (asumsi,
hipotesis, dan pernyataan fakta) dapat berfungsi sebagai premis dalam suatu
argumen. Dalam hal ini prinsip yang harus dipengang adalah bahwa kredibilitas
konklusi tidak dapat melebihi kredibilitas terendah peremis-peremis yang
digunakan untuk menurunkan konklusi. Artinya, kalau konklusi diturunkan dari
serangkaian premis yang salah satu merupakan pernyataan fakta dan yang lain
asumsi, konklusi tidak dapat dipandang sebangi pernyataan fakta. Dengan kata
lain, keyakinan terhadap konklusi dibatasi oleh kenyakinan tehadap premis.
2. Keyakinan
a. Properitas Keyakinan
Keadabenaran
Bukan pendapat
Bertingkat
Keyakinan yang didapat dari suatu asersi tidak bersifat mutlak tetapi
bergradasi mulai dari sangat maragukan sampai sangat meyakinkan
(convincing). Tingkat keyakinan ditentukan oleh kuantitas dan kualitas bukti
untuk mendukung asersi. Orang yang objektif dan berpikir logis tentunya akan
bersedia untuk mengubah tingkat keyakinannya manakala bukti baru mengenai
plausibilitas suatu asersi diperoleh.
Berbias
Bermuatan nilai
Berkekuatan
Veridikal
Berketertempaan
a. Jenis Argumen
Argumen Deduktif
Dalam silogisma, konklusi akan benar bila kedua premis benar dan premis
minor menegaskan anteseden (disebut pola modus ponens) atau premis minor
menyangkal konsekuen (disebut pola modus tollens). Jadi, konklusi mengikuti
kedua premis secara logis. Penalaran deduktif lebih dari sekadar silogisma
karena penalaran deduktif dan unsur-unsurnya (asersi-asersi) akan membentuk
argumen untuk mengubah suatu keyakinan. Misalnya, keyakinan bahwa
penilaian aset atas dasar kos sekarang lebih relevan dari pada kos historis.
Contoh lain adalah keyakinan bahwa istilah biaya lebih tepat dari pada beban
sebagai padan kata expense.
Argumen Induktif
Penalaran ini berawal dari suatu pernyataan atau keadaan yang khusus
dan berakhir dengan pernyataan umum yang merupakan generalisasi dari
keadaan khusustersebut. Berbeda dengan argumen deduktif yang merupakan
argumen logis (logicalargument), argumen induktif lebih bersifat sebagai
argumen ada benarnya (plausible argument). Dalam argumen logis, konklusi
merupakan implikasi dari premis. Dalam argumen ada benarnya (plausible),
konklusi merupakan generalisasi dari premis sehingga tujuan argumen adalah
untuk meyakinkan bahwa probabilitas atau kebolehjadian (likelihood) kebenaran
konklusi cukup tinggi atau sebaliknya, ketakbenaran konklusi cukup rendah
kebolehjadiannya (unlikely). Karena konklusi (generalisasi) didasarkan pada
pengamatan atau pengalaman yang nyatanya terjadi, penalaran induktif disebut
pula generalisasi empiris (empirical generalization). Akibat generalisasi,
hubungan antara premis dan konklusi dalam penalaran induktif tidak langsung
dan tidak sekuat hubungan dalam penalaran deduktif. Dalam penalaran deduktif,
kebenaran premis menjamin sepenuhnya kebenaran konklusi asal penalarannya
logis. Artinya, jika semua premis benar dan penalarannya logis, konklusi harus
benar (disebut necessary implication dan oleh karenanya necessarily true).
Dalam penalaran induktif, kebenaran premis tidak selalu menjamin sepenuhnya
kebenaran konklusi. Kebenaran konklusi hanya dijamin dengan tingkat keyakinan
(probabilitas) tertentu. Artinya, jika premis benar, konklusi tidak selalu benar (not
necessarily true).
PENUTUP
Kesimpulan
Praktik yang sehat harus dilandasi oleh teori yang sehat pula. Teori yang
sehat harus dilandasi oleh penalaran yang sehat karena teori akuntansi
menuntut kemampuan penalaran yang memadai. Penalaran merupakan proses
berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu
keyakinan akan asersi. Unsur-unsur penalaran adalah asersi, keyakinan, dan
argumen. Interaksi antara ketiganya merupakan bukti rasional untuk
mengevaluasi kebenaran suatu pernyataan teori. Asersi merupakan pernyataan
bahwa sesuatu adalah benar atau penegasan tentang suatu realitas. Keyakinan
merupakan kebersediaan untuk menerima kebenaran suatu pernyataan.
Argumen adalah proses penurunan simpulan atau konklusi atas dasar beberapa
asersi yang berkaitan secara logis. Asersi dapat dinyatakan secara verbal atau
struktural. Asumsi, hipotesis, dan pernyataan fakta merupakan jenis tingkatan
asersi. Jenis tingkatan konklusi tidak dapat melebihi jenis tingkatan asersi yang
terendah. Keyakinan merupakan hal yang dituju oleh penalaran. Keyakinan
mengandung beberapa sifat penting yaitu: keadabenaran, bukan pendapat,
bertingkat, mengandung bias, memuat nilai, berkekuatan, veridikal, dan
tertempa.