Professional Documents
Culture Documents
Mekanisme Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan Manajerial Dan Leverage Pada Manajemen Laba Pada Emiten Perbankan Di Bursa Efek Indonesia
Mekanisme Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Struktur Kepemilikan Manajerial Dan Leverage Pada Manajemen Laba Pada Emiten Perbankan Di Bursa Efek Indonesia
Dionysia Kowanda
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
dion@staff.gunadarma.ac.id
Muhammad Firdaus
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
ABSTRACT
This reseach amied at knowing the influence of audit quality, propotion of independent commissioner,
audit committe, firm size, managerial ownership and leverage. It used purposive sampling technique
or choosing samples based on certain criteria. The sample of this research was 25 companies of
banking industry in indonesia stock exchange period 2008-2012. Descriptive analysis, classical test,
as well as multiple linear regression by examining the hypothesis using SPSS 20.0 were used to
analyzed the data. The result shows that (1) all independent variables simultaneously hasinfluence on
earnings management; (2) however partially audit committee, audit quality, managerial ownership and
leverage do not affect significantly to earnings management; (3) only firm size and independent
commissioner that affect significantly to earning management.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji secara empiris signifikansi parsial dan
simultan dari kualitas audit, komisaris independensi audit, komite audit, ukuran perusahaan, struktur
kepemilikan, dan leverage terhadap manajemen laba pada emiten perbankan di bursa efek Indonesia
periode 2008-2012. Teknik analisis yang digunakan adalah multiregresi. Hasil studi menunjukkan
bahwa secara simultan seluruh variabel independen berpengaruh signifikan sedangkan secara parsial
hanya ukuran perusahaan dan komisi independensi audit yang berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba.
Kata Kunci: Manajemen Laba, Mekanisme Tata Kelola, Ukuran Perusahaan, Perbankan,
1
JRMB, Volume 10, No 1 Juni 2015
2
PENGARUH MAKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE..... (Pasaribu, Kowanda, Firdaus, dan Ummah)
3
JRMB, Volume 10, No 1 Juni 2015
4
PENGARUH MAKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE..... (Pasaribu, Kowanda, Firdaus, dan Ummah)
terduga untuk ekuntungan semua pihak accruals) dan distribusi laba (distribution
yang terlibat dalam kontrak. of earnings).Model berbasis akrual
Manajemen laba memiliki pola-pola agregatmerupakan model yang digunakan
tertentu dalam prakteknya. Menurut Scott untuk mendeteksi aktivitas rekayasa
(2003) manajemen laba dilakukan dengan dengan menggunakan discretionary
pola sebagai berikut: a) Taking a Bath: accruals sebagai proksi manajemen
Pola manajemen laba yang melaporkan laba.Model ini pertama kali dikembangkan
laba pada periode berjalan dengan nilai oleh Healy, DeAngelo dan Jones.
yang sangat rendah atau sangat tinggi; b) Selanjutnya Dechow, Sloan dan Sweeney
Income Minimization: Pola manajemen ini mengembangkan model Jones menjadi
seperti taking a bath tapi tidak se-ekstrim model yang dimodifikasi. Model ini
pola taking a bath. Menjadikan laba di menggunakan total akrual dan model
periode berjalan lebih rendah dari pada regresi untuk menghitung akrual yang
laba sesungguhnya; c) Income diharapkan dan akrual yang tidak
Maximization: Pola manajemen laba ini diharapkan.Model akrual khusus, yaitu
berkebalikan dengan income maximization, pendekatan yang menghitung akrual
pola ini melaporkan laba lebih tinggi sebagai proksi manajemen laba dengan
daripada laba sesungguhnya; d) Income menggunakan item atau komponen laporan
Smoothing: Pola manajemen laa yang keuangan tertentu dari industri
paling menarik yaitu dengan cara tertentu.Misalnya piutang tak tertagih dari
melaporkan tingkatan laba yang cenderung sektor industri tertentu atau cadangan
berfluktualisasi yang normal pada periode- kerugian piutang dari industri
periode tertentu. Dengan begitu akan asuransi.Model ini dikembangkan oleh
mempermudah perusahaan dalam McNichols dan Wilson, Petroni, Beaver
mendapatkan pinjaman dengan persyaratan dan Engel, Beaver dan McNichols.Model
yang menguntungkan serta menarik distribusi laba,pendekatan ini
investor. dikembangkan dengan melakukan
Manajemen laba tentunya pengujian secara statistik terhadap
dipengaruhi oleh beberapa motivasi. komponen-komponen laba untuk
Motivasi untuk manajemen laba yaitu: a) mendeteksi faktor-faktor yang
memenuhi target dalam perusahaan. mempengaruhi pergerakan laba.Model ini
Tentunya keadaan laba yang bagus akan terfokus pada pergerakan laba disekitar
mepengaruhi kualitas perusahaan; b) benchmarck yang dipakai, misalkan laba
memenuhi target luar perusahaan. Seperti kuartal sebelumnya.Untuk menguji apakah
menarik minat para investor yang telah incidence jumlah yang berada di atas
menanamkan modalnya atau yang ingin maupun di bawah bencmark telah
menanamkan modalnya ke perusahaan; c) didistribusikan secara merata atau
meratakan atau memuluskan laba; d) merefleksikan ketidak berlanjutan
mempercantik laporan keuangan agar kewajiban untuk menjalankan kebijakan
lebih mudah mendapat pinjaman dari bank yang telah dibuat.Model ini dikembangkan
atau pinjaman dari pihak lainnya. oleh Burgtahler dan Dichev, Degeorge,
Sulistyanto (2008) menyebutkan Patel dan Zeckhauser serta Myers dan
secara umum terdapat tiga kelompok Skinners.
model empiris manajemen laba yang
diklasifikasikan atas dasar basis Pengaruh Kualitas Audit Terhadap
pengukuran yang digunakan yaitu model Manajemen Laba.
yang berbasis akrual agregat (aggregate
accruals), akrual khusus (specific
5
JRMB, Volume 10, No 1 Juni 2015
Hasil audit tidak bisa diamati secara diatas maka hipotesis yang diajukan adalah
langsung sehingga pengukuran variabel sebagai berikut:
kalitas audit maupun kualitas auditor H1: Terdapat pengaruh antara kualitas
menjadi sulit untuk dioperasionalkan. audit terhadap manajemen laba pada
Untuk mengatasi permaslahan tersebut, perbankan konvesional yang
para peneliti terdahulu mencari pengganti terdaftar di BEI 2008-2012.
dari indikator kualitas audit. Proksi yang
sering dipakai untuk indikator dari kualitas Pengaruh Komisaris Independensi
audit adalah ukuran KAP (Kantor Akuntan Audit terhadap Manajemen Laba
Publik), karena diasumsikan akan
berpengaruh terhadap hasil audit yang Komisaris independen adalah
dilakukan oleh auditornya. Auditor yang anggota komisaris yang tidak terafiliasi
bekerja di KAP Big Four dianggap lebih dengan manajemen, anggota dewan
berkualitas karena mereka dibekali oleh komisaris lainnya dan pemegang saham
serangkaian pelatihan dan prosedur serta pengendali, serta bebas dari hubungan
memiliki program audit karenanya bisnis dan hubungan lainnya yang dapat
dianggap lebih akurat dan efektif mempengaruhi kemampuannya untuk
dibandingkan dengan auditor dari KAP bertindak independen atau bertindak
non-Big Four. Jika auditor ini tidak dapat semata-mata demi kepentingan perusahaan
mempertahankan reputasinya, maka (Komite Nasional Kebijakan Good
masyarakat tidak akan memberi Corporate Governance 2004). Keberadaan
kepercayaan kepada auditor Big Four komisaris independen dalam perusahaan
sehingga auditor ini akan tiada dengan berfungsi sebagai penyeimbang dalam
sendirinya. Hal ini terjadi pada KAP proses pengambilan keputusan guna
Arthur Andersen yang terlibat dalam kasus memberikan perlindungan terhadap
Enron (Sanjaya, 2008). Meutia (2004) pemegang saham minoritas dan pihak-
yang meneliti tentang hubungan anatara pihak lain yang terkait dengan perusahaan
kualitas audit dengan manajemen laba (Mayangsari 2003).
menemukan bahwa semakin tinggi kualitas Keberadaan komisaris independen diatur
auditor maka semakin rendah manajemen dalam peraturan BAPEPAM No: KEP
laba yang terjadi, hal ini senada dengan 315/BEJ/06 2000 yang disempurnakan
penelitian yang dilakukan oleh Sanjaya dengan surat keputusan No: KEP
(2008) yang menyatakan bahwa KAP Big 339/BEJ/07 2001, yang menyatakan
Four yang memiliki kualitas auditor yang bahwa setiap perusahaan publik wajib
tinggi di mata masyarakat dapat mencegah memiliki komisaris independen untuk
manajemen laba. Hasil studi ini senada menciptakan tata kelola perusahaan yang
dengan penelitian terdahulu yang baik. Komisaris independen berjumlah
dilakukan oleh Maya (2012), Purwanti, sebanding dengan jumlah saham yang
dan Rahardjo (2012), Anggraeni dan dimiliki oleh pemegang saham pengendali
Hadiprajitno (2013), dan Effendi & dengan ketentuan jumlah komisaris
Daljono (2013). Sebaliknya, Guna dan independen sekurang-kurangnya 30% dari
Herawaty (2010), Rahmadika dan seluruh anggota komisaris.Pentingnya
Dewayanto (2011), Handayani dan komisaris independen adalah untuk
Rachadi (2009), serta Pamudji dan mengurangi tindakan manajemen
Trihartati (2010) justru berpendapat bahwa melakukan manajemen laba, sesuai tugas
kualitas audit belum tentu meminimalisir umum dewan komisaris yang melakukan
earning management suatu pengawasan terhadap kualitas informasi
perusahaan.Berdasarkan uraian singkat yang terdapat pada laporan
6
PENGARUH MAKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE..... (Pasaribu, Kowanda, Firdaus, dan Ummah)
keuangan.Dewan yang terdiri dari dewan anggota dewan komisaris yang berasal dari
komisaris independen yang lebih besar luar perusahaan atau outside director dapat
memiliki kontrol yang kuat atas keputusan mempengaruhi tindakan manajemen laba.
manajemen. Hal ini karena semakin Sehingga, jika anggota dewan komisaris
banyak Komisaris Independen maka meningkatkan tindakan pengawasan, hal
pengawasan terhadap kebijakan ini juga akan berhubungan dengan makin
manajemen juga akan bertambah banyak, rendahnya penggunaan discretionary
dan manajemen akan lebih memperhatikan accrual (Corntt et al., 2006) dalam
kepentingan perusahaan daripda (Nasution dan Setiawan, 2007). Hasil studi
kepentingannya sendiri sehingga empiris lainnya juga sebagian besar
manajemen laba yang dilakukan oleh menyatakan bahwa dewan komisaris
manajemen juga akan berkurang. independen memang mengurangi peluang
Dewan komisaris independen terjadinya manajemen laba di perusahaan
antara lain bertugas dan bertanggung (Agustia, 2013; Dewandto, 2012;
jawab untuk memasti-kan bahwa Anggraeni dan Hadiprajitno, 2013;
perusahaan memiliki strategi bisnis yang Wahyuningsih, 2009; Guna dan Herawaty,
efektif (memantau jadwal, anggaran, dan 2010; Ujiyantho dan Pramuka, 2007;
efektivitas strategi), mematuhi hukum dan Susilowati et.al, 2011; Karuniasih, 2013;
perundangan yang berlaku, serta menjamin Waweru dan Riro, 2013; Roodposthi dan
bahwa prinsip-prinsip dan praktik good Chashmi, 2011; Aji dan Rahardjo, 2012;
corporate governance telah dipatuhi dan Rahmawati, 2013; Adriani dan Syafruddin,
diterapkan dengan baik (Sulistyanto, 2011; Handayani dan Rachadi, 2009;
2008). Dewan komisaris sebagai puncak Indriastuti, 2012; Kesatria, 2013; Palestin,
dari sistem pengelolaan internal 2009; Pamudji dan Trihartati, 2010;
perusahaan, memiliki peranan yang sangat Swastika, 2013). Sebaliknya, terdapat juga
penting dalam perusahaan, terutama dalam beberapa studi empiris yang justru
pelaksanaan good corporate governance. menyatakan bahwa hadirnya dewan
Menurut Egon Zehnder (2000), dewan komisaris independen tidak serta merta
komisaris merupakan inti dari corporate mengurangi, malah justru semakin
governance yang ditugaskan untuk meningkatkan jumlah manajemen laba
menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, yang dilakukan perusahaan (Jao dan
mengawasi manajemen dalam mengelola Pagalung, 2011; Prasetyo dan Rohman,
perusahaan, serta mewajibkan 2011; Farida et.al, 2010; Murhadi, 2009;
terlaksananya akuntabilitas. Vafeas (2000) Putri, 2012).
dalam Siallagan (2006) menyatakan bahwa Berdasarkan uraian tersebut, maka
peranan dewan komisaris diharapkan dapat hipotesis yang diajukan sebagai berikut:
meningkatkan kualitas laba dengan H2: Tidak terdapat pengaruh signifikan
membatasi tingkat manajemen laba antara komisaris independensi audit
melalui fungsi monitoring atas pelaporan terhadap manajemen laba pada
keuangan. Dengan banyaknya jumlah perbankan konvesional yang
dewan komisaris yang ada, maka terdaftar di BEI 2008-2012
diharapkan dapat meningkatkan corporate
governance sehingga akan menurunkan Pengaruh Komite Audit terhadap
tingkat manajemen laba. Manajemen Laba
Hasil penelitian dari Chtourou et
al. (2001), Pratana dan Masud (2003), dan Komite audit menurut Kep.
Xie, et al. (2003) memberikan simpulan 29/PM/2004 merupakan komite yang
bahwa perusahaan yang memiliki proporsi dibentuk oleh dewan komisaris untuk
7
JRMB, Volume 10, No 1 Juni 2015
8
PENGARUH MAKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE..... (Pasaribu, Kowanda, Firdaus, dan Ummah)
yang besar pun belum tentu menjamin sebagai pemegang saham dan manajer
tidak terjadi manajemen laba pada yangtidak sebagai pemegang saham. Hal
perusahaan tersebut. Bagi yang pro, hasil ini sesuai dengan sistem
empiris mereka menyatakan bahwa ukuran pengelolaanperusahaan dalam dua kriteria,
perusahaan memang berpengaruh negatif yaitu: 1) Perusahaan yang dipimpin
terhadap manajemen laba di perusahaan olehseorang manajer dan pemilik (owner
(Agustia, 2013; Wahidahwati dan manager); 2) Perusahaan yangdipimpin
Prasetiyono, 2012; Wahyuningsih, 2009; oleh manajer dan non pemilik (non owners
Guna dan Herawaty, 2010; Jao dan manager).Dua kriteria ini akan
Pagalung, 2011; Waweru dan Riro, 2013; mempengaruhi manajemen laba,
Rahmadika dan Dewayanto, 2011; sebabkepemilikan seorang manajer akan
Damayanthi, 2008; Pradhana dan ikut menentukan kebijakan dan
Rudiawarni, 2013; Kusumawardhani, pengambilan keputusan terhadap metode
2012; Palestin, 2009; Gulzar dan Wang, akuntansi yang diterapkan padaperusahaan
2011; Agusti dan Pramesti, 2009; yang mereka kelola. Secara umum dapat
Swastika, 2013). Hasil sebaliknya dikatakan bahwapersentase tertentu
menyatakan bahwa ukuran perusahaan kepemilikan saham oleh pihak manajemen
justru meningkatkan manajemen laba yang cenderungmempengaruhi tindakan
terjadi di perusahaan (Anggraeni dan manajemen laba.Beberapa penelitian
Hadiprajitno, 2013; Effendi dan Daljono, mendukungbahwa manipulasi terhadap
2013; Prasetyo dan Rohman, 2011; earning juga sering dilakukan oleh
Roodposthi dan Chashmi, 2011; Purwanti manajemen.
dan Rahardjo, 2012; Aji dan Rahardjo, Penyusunan earnings dilakukan
2012; Adriani dan Syafruddin, 2011; oleh manajemen yang lebih
Amertha et.al, 2014; Azlina, 2010; Guna mengetahuikondisi di dalam perusahaan,
dan Herawaty, 2010; Handayani dan kondisi tersebut diprediksi oleh
Rachadi, 2009; Kesatria, 2013; Murhadi, Dechow(1995) dapat menimbulkan
2009).Berdasarkan uraian tersebut, maka masalahkarena manajemen sebagai pihak
hipotesis yang diajukan sebagai berikut: yang memberikan informasi tentangkinerja
H4: Terdapat pengaruh signifikan antara perusahaan dievaluasi dan dihargai
ukuran perusahaan terhadap berdasarkan laporan yangdibuatnya
manajemen laba pada perbankan sendiri. Laba yang kurang berkualitas bisa
konvesional yang terdaftar di BEI terjadi karena dalammenjalankan bisnis
2008-2012 perusahaan, manajemen bukan merupakan
pemilikperusahaan. Pemisahan
Pengaruh Struktur Kepemilikan kepemilikan ini akan dapat menimbulkan
Manajerial terhadap Manajemen Laba konflikdalam pengendalian dan
pelaksanaan pengelolaan perusahaan
Kepemilikan manajerial merupakan yangmenyebabkan para manajer bertindak
persentase saham yang dimilikioleh pihak tidak sesuai dengan keinginan parapemilik.
manajemen.Pihak manajemen adalah Konflik yang terjadi akibat pemisahan
pengelola perusahaan,seperti direktur, kepemilikan ini disebutdengan konflik
manajer, dan karyawan (Boediono, keagenan.Beberapa mekanisme yang dapat
2005).Manajemen labasangat ditentukan digunakan untukmengatasi masalah
oleh motivasi manajer perusahaan. keagenan tersebut adalah dengan
Motivasi yang berbedaakan menghasilkan meningkatkankepemilikan manajerial
besaran manajemen laba yang berbeda, (Jensen dan Meckling, 1976). Dengan
seperti antaramanajer yang juga sekaligus meningkatkankepemilikan saham oleh
9
JRMB, Volume 10, No 1 Juni 2015
10
PENGARUH MAKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE..... (Pasaribu, Kowanda, Firdaus, dan Ummah)
Kerangka Teoritis
Kualitas Audit
Komisaris Independensi
Audit
Komite Audit
Manajemen Laba
Size
Struktur Kepemilikan
Manajerial
Leverage
11
JRMB, Volume 10, No 1 Juni 2015
Dalam kerangka pemikiran di atas Nilai total accrual (TA) yang diestimasi
digambarkan bahwa Kualitas Audit, dengan persaman regresi OLS sebagai
Komisaris Independensi Audit, Komite berikut :
Audit, Ukuran Perusahaan, Struktur
1 Revt Rect
Kepemilikan Manajerial dan Leverage = 1 ( ) + 2 ( )
berpengaruh terhadap Manajemen Laba ,1 ,1 ,1 ,1
PPEt
pada emiten perbankan di Bursa Efek + 3 ( ) + e
,1
Indonesia.
Dengan menggunakan koefisien regresi
diatas nilai non discretionary accruals
METODE PENELITIAN
(NDA) dapat dihitung dengan rumus :
Populasi dan Sampel 1 Revt Rect
Populasi yang digunakan dalam = 1 ( ) + 2 ( )
,1 ,1 ,1
penelitian ini adalah perusahaan perbankan PPEt
konvesional yang terdaftar dalam Bursa + 3 ( )
,1
Efek Indonesia dengan periode
pengamatan dari tahun 2008 sampai Selanjutnya discretionary accrual (DA)
dengan tahun 2012. Pemilihan sampel dapat dihitung sebagai berikut :
berdasarkan metode Purposive Sampling
yaitu metode pemilihan sampel dengan
=
kriteria tertentu. Adapun kriteria nya ,1
sebagai berikut: 1) Perusahaan secara Keterangan :
konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia DAit = Discretionary Accruals perusahaan i pada
dari tahun 2008-2012. 2) Perusahaan periode ke t
menerbitkan laporan tahunan dalam mata NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i
pada periode ke t
uang rupiah secara berturut-turut pada TAC = Total akrual perusahaan i pada periode ke t
tahun 2008-2012. 3) Perusahaan memiliki Nit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke-t
data lengkap mengenai komisaris CFOit =Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan
independen, komite audit, perusahaan i pada periode ke t
audit yang digunakan dan kepemilikan Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-
1
manajerial.Berdasarkan kriteria yang Revt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada
ditentukan jumlah sampel yang dapat periode ke t
digunakan dalam penelitian ini sebanyak PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t
25 (dua puluh lima) perusahaan atau 125 Rect = Perubahan piutang perusahaan i pada
(seratus dua puluh lima) data tahun periode ke t
e = error
perusahaan.
Kualitas Audit (X1).Kualitas audit
Definisi Operasional Variabel merupakan hal yang menentukan
Variabel dependen yang digunakan kehandalan dari suatu laporan keuangan
dalam penelitian ini adalah manajemen perusahaan. Semakin bagus kualitas audit,
laba. Penggunaan discretionary accruals semakin bagus pula laporan keuangan
sebagai proksi manajemen laba dihitung yang dapat disajikan. Kualitas audit disini
dengan menggunakan Modified Jones dapat diukur dengan menggunakan asumsi,
Model (Dechow et al., 1995) jika laporan keuangan perusahaan diaudit
oleh perusahaan audit big four (4 besar)
= , , maka akan diberi poin 1. Dan jika laporan
keuangan perusahaan diaudit oleh
12
PENGARUH MAKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE..... (Pasaribu, Kowanda, Firdaus, dan Ummah)
perusahaan audit non big four akan diberi Leverage (X6) atau Leverage (Debt Asset
poin 0. Cara pengukuran ini mengikuti Ratio) = Total Utang/Total Aktiva
penelitian yang dilakukan oleh Stephanus
dan Felizia (2013).Kantor Akuntan Publik Jenis data yang digunakan dalam
yang termasuk dalam kelompok big four penelitian ini adalah data sekunder.Data
adalah 1) KAP Purwantono, Sarwoko, dan sekunder adalah data yang tidak diperoleh
Sandjaja yang berafiliasi dengan Ernst and secara langsung oleh peneliti.Penelitian ini
Young (E & Y). 2) KAP Haryanto Sahari menggunakan data-data yang bersumber
& Co. yang berafiliasi dengan dari laporan keuangan tahunan perusahaan
Pricewaterhouse Cooper (PwC). 3) KAP perbankan konvesional yang
Osman Bing Satrio & Co. yang berafiliasi dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia
dengan Deloitte Touche Thomatsu (DTT). periode tahun 2008-2012.
4) KAP Siddharta, Siddharta, dan Widjaja Alat nalisis yang digunakan untuk
yang berafiliasi dengan Klynveld Peat menguji hipotesis penelitian ini adalah
Marwick Goerdeler (KPMG). analisis persamaan multi regresi dengan
model persamaan sebagai berikut :
Komisaris Independensi Audit (X2).
Variabel ini dapat diukur dengan Y = + 1X1+ 2X2+ 3X3+ 4X4+ 5X5+ 6X6+
menggunakan rasio melalui presentase
anggota dewan komisaris yang berasal dari Keterangan :
luar perusahaan dari seluruh anggota Y : Manajemen laba
X1 : Kualitas Audit
dewan perusahaan (Isnanta, 2008).
X2 : Komisaris Independensi Audit
X3 : Komite Audit
Komisaris Independensi Audit = Jumlah X4 : Ukuran Perusahaan
anggota komisaris dari luar perusahaan X5 : Struktur Kepemilikan Manajerial
dibagi seluruh anggota komisaris X6 : Leverage
perusahaan. e :Variabel Residual
: Konstanta
Komite Audit (X3). Menurut Komite 1-6 : Koefisien regresi dari masing-masing
Nasional Kebijakan Corporate Gover- variabel independen
nance, komite audit merupakan suatu
komite yang beranggotakan satu atau lebih Statistik deskriptif digunakan untuk
anggota dewan komisaris dan dapat mendeskriptifkan variabel-variabel dalam
meminta kalangan luar dengan berbagai penelitian ini. Statistik deskriptif akan
keahlian, pengalaman, dan kualitas alin memberikan gambaran umum dari setiap
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan variabel penelitian. Alat analisis yang
audit. Komite audit dapat diukur dengan digunakan adalah nilai rata-rata (mean),
jumlah anggota komite audit yang bekerja distribusi frekuensi, nilai minimum dan
di perusahaan. maksimum serta deviasi standar. Data
yang diteliti akan dikelompokkan yaitu
Ukuran Perusahaan (X4)= ln (Total manajemen laba, kualitas audit, komisaris
Asset) independensi audit, komite audit, ukuran
perusahaan, struktur kepemilikan
Struktur Kepemilikan Manajerial (X5). manajerial, dan leverage.
Pengujian asumsi klasik diperlukan
Kepemilikan Manajerial = persentase untuk mengetahui apakah hasil estimasi
saham manajer dari total saham yang regresi yang dilakukan benar-benar bebas
beredar dari adanya gejala multikolinearitas dan
13
JRMB, Volume 10, No 1 Juni 2015
tidak bias jika telah memenuhi persyaratan pula digunakan untuk menguji apakah
BLUE (best linear unbiased estimator) antar residual terdapat korelasi yang maka
yakni tidak terdapat multikolinearitas dan dikatakan bahwa residual adalah acak atau
tidak terdapat autokorelasi. Pada penelitian random. Run test digunakan untuk melihat
ini akan dilakukan pengujian asumsi klasik apakah data residual terjadi secara random
sebelum melakukan pengujian hipotesis atau tidak (sistematis). H0 : Residual
yang diajukan. (res_1) random (acak) dan HA : Residual
Multikolinearitas berarti ada (res_1) tidak random
hubungan di antara beberapa atau semua Uji Pengaruh Parsial (Sig
variabel indipenden dalam model regresi. T).Pengujian secara parsial (uji t) pada
Jika Jika dalam model terdapat dasarnya menunjukkan seberapa jauh
multikolinearitas maka model tersebut pengaruh satu variabel independen secara
memiliki kesalahan standar yang besar individual dalam menerangkan variabel
sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dependen (Ghozali, 2006) dengan kriteria
dengan ketepatan tinggi. Masalah sebagia berikut : a) bila nilai signifikansi t
multikolinearitas juga akan menyebabkan < 0.05, maka H0 ditolak atau H1 diterima,
kesulitan dalam melihat pengaruh antara artinya terdapat pengaruh yang signifikan
variabel independen dengan variabel antara satu variabel independen terhadap
dependen (Ghozali, 2006). variabel dependen. B) apabila nilai
Multikolinearitas dapat juga dilihat dari signifikansi t > 0.05, maka H0 diterima
nilai Tolerance (TOL) dan metode VIF atau H1 ditolak, artinya tidak terdapat
(Variance Inflation Factor). Nilai TOL pengaruh yang signifikan antara satu
berkebalikan dengan VIF, TOL adalah variabel independen terhadap variabel
besarnya variasi dari saru variabel dependen.
independen yang tidak dijelaskan oleh Uji Pengaruh Simultan (Sig F)
variabel independen lainnya. Sedangkan dan Interpretasi Koefisien
VIF menjelaskan derajat suatu variabel Determinasi.Uji simultan digunakan
independen yang dijelaskan oleh variabel untuk mengetahui apakah semua variabel
lainnya. Nilai TOL yang rendah adalah independen yang dimasukan dalam model
sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena regresi mempunyai pengaruh secara
VIF = 1/TOL). Nilai cut off yang umum bersama-sama (simultan) terhadap variabel
dipakai untuk menujukkan adanya dependen (Ghozali, 2006)dengan kriteria
multikolinearitas adalah nilai TOL<0,10 sebagai berikut: a) bila nilai signifikansi f
atau sama dengan nilai VIF>10 (Ghozali, < 0.05, maka H0 ditolak atau H1
2006). diterimayang berarti koefisien regresi
Uji autokorelasi bertujuan menguji signifikan, artinya terdapat pengaruh yang
apakah dalam suatu model regresi linier signifikan antara semua variabel
ada korelasi antara kesalahan pengunaan independen terhadap variabel dependen. b)
pada periode t dengan kesalahan pada apabila nilai signifikansi f > 0.05, maka
periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi H0 diterima atau H1 ditolak yang berarti
korelasi, maka dinamakan ada problem koefisien regersi tidak signifikan. Hal
autokorelasi (Ghozali, 2006). Autokorelasi iniartinya kelima variabel independen
muncul karena observasi yang berurutan tidak berpengaruh terhadap variabel
sepanjang waktu berkaitan satu sama dependen. c) koefisien determinasi
lainnya. Untuk menguji keberadaan digunakan untuk mengukur seberapa jauh
autokorelasi dalam penelitian ini kemampuan model dalam menerangkan
digunakan uji run test. Run test sebagai variasi variabel terikat (Ghozali, 2006).
bagian dari statistik non-parametrik dapat
14
PENGARUH MAKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE..... (Pasaribu, Kowanda, Firdaus, dan Ummah)
Tabel1
Uji Deskriptif Statistik
Std.
Variabel Minimum Maximum Mean
Deviation
Manajemen laba -1.656 1.882 .03861 .386768
Kualitas Audit 0.000 1.000 .77600 .418600
Komisaris Independen .250 1.000 .61114 .169541
Komite Audit 2.000 8.000 3.92800 1.151269
Ukuran Perusahaan 14.170 30.654 19.92654 3.730553
Kepemilikan Manajerial .001 .976 .36938 .392895
Leverage 0.000 1.369 .89212 .105279
Sumber : Hasil Olah Data
15
JRMB, Volume 10, No 1 Juni 2015
16
PENGARUH MAKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE..... (Pasaribu, Kowanda, Firdaus, dan Ummah)
(2010), Tala dan Pontoh (2012), Ujiyantho manajemen laba menjadi berkurang. Hasil
dan Pramuka (2007), Susilowati et.al ini didukung oleh penelitian yang
(2011), Prasetyo dan Rohman (2011), dilakukan oleh Jao dan Pagalung (2011),
Karuniasih (2013), Waweru dan Riro Prasetyo dan Rohman (2011), Farida et.al
(2013), Roodposthi and Chashmi (2011), (2010), Guna dan Herawaty (2010),
Purwanti dan Rahardjo (2012), Aji dan Murhadi (2009), Putri (2012) yang
Rahardjo (2012), Rahmawati (2013), menyatakan bahwa komisaris independen
Adriani dan Syafruddin (2011), tidak berpengaruh terhadap manajemen
Rahmadika dan Dewayanto (2011), laba yang terjadi di perusahaan perbankan
Amertha et.al (2014), Azlina (2010), Indonesia. Sebaliknya, hasil penelitian ini
Damayanthi (2008), Farida et.al (2010), menolak studi yang dilakukan oleh
Pradhana dan Rudiawarni (2013), Agustia (2013), Anggraeni dan
Handayani dan Rachadi (2009), Indriastuti Hadiprajitno (2013), Wahyuningsih
(2012), Kesatria (2013), Kusumawardhani (2009), Guna dan Herawaty (2010),
(2012), Murhadi (2009), Palestin (2009), Ujiyantho dan Pramuka (2007), Susilowati
Pamudji dan Trihartati (2010), Putri et.al (2011), Karuniasih (2013), Waweru
(2012), Gulzar dan Wang (2011), Agusti dan Riro (2013), Roodposthi dan Chashmi
dan Pramesti (2009), Swastika (2013) (2011), Aji dan Rahardjo (2012),
yang menyatakan bahwa kualitas audit Rahmawati (2013), Adriani dan
berpengaruh negatif terhadap manajemen Syafruddin (2011), Handayani dan
laba. Sebaliknya, penelitian ini menolak Rachadi (2009), Indriastuti (2012),
studi yang dilakukan oleh Guna dan Kesatria (2013), Palestin (2009), Pamudji
Herawaty (2010), Tala dan Pontoh (2012), dan Trihartati (2010), Swastika (2013)
Ujiyantho dan Pramuka (2007), Jao dan yang menyatakan bahwa komisaris
Pagalung (2011), Susilowati et.al (2011), independensi audit berpengaruh negatif
Prasetyo dan Rohman (2011), Karuniasih terhadap manajemen laba.
(2013), Waweru dan Riro (2013), Pengujian hipotesis ketiga
Roodposthi and Chashmi (2011), menunjukan komite auditmemiliki nilai
Purwanti, dan Rahardjo (2012), Aji dan negatif tetapi tidak signifikan terhadap
Rahardjo (2012), Rahmawati (2013), manajemen laba. Dengan kata lain, komite
Adriani dan Syafruddin (2011), audit memang mengurangi ruang dan
Rahmadika dan Dewayanto (2011), akses yang berpotensi terjadinya
Amertha et.al (2014), Azlina (2010), manajemen laba meski hal tersebut belum
Damayanthi (2008), Farida et.al (2010), signifikan. Hasil ini didukung oleh
Pradhana dan Rudiawarni (2013), Guna penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni
dan Herawaty (2010), Handayani dan dan Hadiprajitno (2013), Effendi dan
Rachadi (2009), Indriastuti (2012), Daljono (2013), Wahyuningsih (2009),
Kesatria (2013), Kusumawardhani (2012), Guna dan Herawaty (2010), Ujiyantho dan
Murhadi (2009), Palestin (2009), Pamudji Pramuka (2007), Jao dan Pagalung (2011),
dan Trihartati (2010) yang menyatakan Karuniasih (2013), Purwanti dan Rahardjo
bahwa audit yang berkualitas belum tentu (2012), Aji dan Rahardjo (2012), Kesatria
mengurangi manajemen laba. (2013), Palestin (2009)yang menyatakan
Pengujian hipotesis kedua bahwa komite audit tidak berpengaruh
menunjukan komisaris independensi yang signifikan terhadap manajemen laba.
auditberpengaruh positif dan signifikan Sebaliknya, penelitian ini tidak
terhadap manajemen laba,ini berarti bahwa mendukung studi yang dilakukan oleh
hadirnya komisaris independen di Agustia (2013), Susilowati et.al (2011),
perusahaan, tidak berarti bahwa Rahmawati (2013), Farida et.al (2010),
17
JRMB, Volume 10, No 1 Juni 2015
Guna dan Herawaty (2010), Pamudji dan Syafruddin (2011), Guna dan Herawaty
Trihartati (2010), Gulzar dan Wang (2010), Putri (2012), Agusti dan Pramesti
(2011), Swastika (2013) yang menyatakan (2009), Noviana dan Yuyetta (2011)yang
bahwa komite auditberpengaruh positif menyatakan bahwa memang kepemilikan
terhadap manajemen laba. manajerial berpengaruh positif terhadap
Pengujian hipotesis keempat manajemen laba. Sebaliknya, hasil
menunjukan ukuran perusahaan penelitian ini tidak mendukung studi yang
berpengaruh negatif dan signifikan dilakukan Agustia (2013), Anggraeni dan
terhadap manajemen laba. Hasil ini Hadiprajitno (2013), Wahyuningsih
didukung oleh penelitian yang dilakukan (2009), Guna dan Herawaty (2010), Tala
oleh Agustia (2013), Wahidahwati dan dan Pontoh (2012), Ujiyantho dan
Prasetiyono (2012), Wahyuningsih (2009), Pramuka (2007), Jao dan Pagalung (2011),
Guna dan Herawaty (2010), Jao dan Karuniasih (2013), Farida et.al (2010),
Pagalung (2011), Waweru dan Riro Indriastuti (2012), Kusumawardhani
(2013), Rahmadika dan Dewayanto (2012), Palestin (2009), Gulzar dan Wang
(2011), Damayanthi (2008), Pradhana dan (2011) yang menyatakan bahwa
Rudiawarni (2013), Kusumawardhani kepemilikan manajerial berpengaruh
(2012), Palestin (2009), Gulzar dan Wang negatif terhadap manajemen laba.
(2011), Agusti dan Pramesti (2009), Pengujian hipotesis keenam
Swastika (2013)yang menyatakan bahwa menunjukan leverage memiliki nilai
ukuran perusahaan memang berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap
negatifdan signifikan terhadap manajemen manajemen laba. Hal ini mengindikasikan
laba. Sebaliknya, hasil penelitian ini tidak bahwa manajemen hutang yang dilakukan
mendukung studi yang dilakukan emiten (rata-rata leverage emiten sekitar
Anggraeni dan Hadiprajitno (2013), 10,53%) ternyata berdampak positif
Effendi dan Daljono (2013), Prasetyo dan terhadap pengurangan manajemen laba
Rohman (2011), Roodposthi dan Chashmi terlepas dari apakah karena efek regulasi
(2011), Purwanti dan Rahardjo (2012), Aji atau penyebab lainnya, sebab dari
dan Rahardjo (2012), Adriani dan kalangan manajemen yang ada (selama
Syafruddin (2011), Amertha et.al (2014), periode penelitian), mereka ini justru
Azlina (2010), Guna dan Herawaty (2010), malah meningkatkan manajemen laba
Handayani dan Rachadi (2009), Kesatria perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan
(2013), Murhadi (2009) yang menyatakan dengan studi yang dilakukan oleh Agustia
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh (2013), Jao dan Pagalung (2011),
positif terhadap manajemen laba. Susilowati et.al (2011), Adriani dan
Pengujian hipotesis kelima Syafruddin (2011), Amertha et.al (2014),
menunjukan kepemilikan manajerial Pradhana dan Rudiawarni (2013), Guna
memiliki nilai positif tetapi tidak dan Herawaty (2010), Gulzar dan Wang
signifikan terhadap manajemen laba.Hal (2011) yang menyatakan bahwa leverage
ini dapat dikatakan bahwa semakin besar memang berpengaruh negatif terhadap
saham yang dimiliki manajemen, tidak manajemen laba. Sebaliknya, penelitian ini
berarti bahwa mereka tidak melakukan tidak mendukung studinya Wahidahwati
manajemen laba pada perusahaan dan Prasetiyono (2012), Tala dan Pontoh
perbankan, justru semakin meningkatkan (2012), Prasetyo dan Rohman (2011),
jumlahnya.Hasil ini didukung oleh Effendi Waweru dan Riro (2013), Roodposthi dan
dan Daljono (2013), Susilowati et.al Chashmi (2011), Purwanti dan Rahardjo
(2011), Roodposthi dan Chashmi (2011), (2012), Rahmadika dan Dewayanto
Rahmawati (2013), Adriani dan (2011), Azlina (2010), Damayanthi (2008),
18
PENGARUH MAKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE..... (Pasaribu, Kowanda, Firdaus, dan Ummah)
19
JRMB, Volume 10, No 1 Juni 2015
20
PENGARUH MAKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE..... (Pasaribu, Kowanda, Firdaus, dan Ummah)
21
JRMB, Volume 10, No 1 Juni 2015
22