You are on page 1of 9

ISSN : 1693-9883

Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. VII, No. 2, Agustus 2010, 43-51

EKSPLORASI DAN KARAKTERISASI


BERBAGAI KRISTAL IBUPROFEN
Arry Yanuar, Nursanti dan Effionora Anwar
Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia

ABSTRACT
Ibuprofen is an analgesic anti-inflammatory nonsteroidal (AINS). Generally, ibuprofen
have a bad flowability because a high cohesivity. Another problem in manufacturing
is the high tendency for sticking to the punches. Besides these disadvantageous pro-
perties, ibuprofen indicates bad dissolution behavior because of its hydrophobic struc-
ture. To improve the properties of ibuprofen can be used crystallization method with
using variation of solvents. In this experiment observed crystallization method by
cooling, evaporation, and water presence, which used methanol, ethanol, and acetone
solvents. Of all the crystallization results are produced white prism-shaped crystal-
line. The selected method is cooling method, which is characterized using Scanning
Electron Microscopy (SEM), powder X-ray diffraction, and Differential Scanning
Calorimetry (DSC). These three characterizations indicate transformation of crystal
form which compared with ibuprofens standard. The selected method also produces
non cohesive powder which have the size particle is 710-1180m, compressibility
index: IBMD 14.2%, IBED 16.6%, IBAD 17.1%; angles of repose: IBMD 28.1,
IBED 29.7, IBAD 30.1, and have higher solubility than the common crystals
solubility. The result indicates that crystallization method is able to improve flowrate,
compressibility index, and dissolution rate properties of ibuprofens standard.
Keywords : Ibuprofen, Crystal habit, Polymorphism, Crystallization techniques.

ABSTRAK
Ibuprofen merupakan analgesik anti-inflamasi non steroid (AINS). Umumnya,
ibuprofen memiliki sifat alir yang buruk karena sifat kohesifnya yang terlalu tinggi.
Masalah lainnya dalam memformulasi bahan ini adalah kecenderungan yang tinggi
untuk lengket pada cetakan. Disamping itu kekurangan sifat ibuprofen adalah memiliki
laju disolusi yang buruk karena struktur hidrophobiknya. Untuk memperbaiki sifat-
sifat tersebut dapat dilakukan metode kristalisasi dengan berbagai pelarut. Pada pene-
litian ini, dilakukan metode kristalisasi dengan cara pendinginan, penguapan dan
penambahan air menggunakan pelarut metanol, etanol dan aseton. Dari seluruh hasil
kristalisasi dihasilkan kristal berbentuk prisma yang berwarna putih. Metode kristalisasi
terpilih yaitu metode pendinginan, lalu kristal yang dihasilkan dikarakterisasi dengan

Corresponding author : E-mail : arry.yanuar@farmasi.ui.ac.id

Vol. VII, No.2, Agustus 2010 43


menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM), Difraksi sinar-X (X-ray
diffractometry) dan Differential Scanning Calorimetry (DSC). Dari karakterisasi
tersebut menunjukkan terjadinya perubahan bentuk kristal hasil kristalisasi terhadap
kristal bahan baku ibuprofen. Metode terpilih ini juga menghasilkan serbuk kristal
yang bersifat nonkohesif dengan ukuran partikel 710m, nilai indeks kompresibilitas:
IBMD 14.2%, IBED 16.6%, IBAD 17.1%; nilai sudut istirahat: IBMD 28.1, IBED
29.7, IBAD 30.1 dan mempunyai angka kelarutan yang lebih tinggi dibandingkan
bentuk kristal yang umum digunakan. Dengan dilakukannya penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa metode kristalisasi dapat memperbaiki sifat alir, indeks
kompresibilitas, dan laju disolusi dari bahan baku ibuprofen.
Kata kunci: Ibuprofen, Kristal habit, Polimorfis, Teknik kristalisasi.

PENDAHULUAN mempunyai kandungan kimia yang


sama, tetapi bentuk kristal yang
Obat analgesik antiinflamasi berbeda. Perbedaan bentuk kristal ini
telah digunakan secara luas oleh menyebabkan sifat fisika yang
masyarakat. Analgesik merupakan berbeda seperti bobot jenis, keke-
senyawa yang dalam dosis tera- rasan, kemampuan tabletasi, indeks
peutik meringankan atau menekan bias, suhu lebur, stabilitas, dan laju
rasa nyeri, tanpa menyebabkan disolusi. Perbedaan dalam sifat fisika
hilangnya kesadaran. Obat analgesik dari berbagai bentuk padat memiliki
dapat digolongkan berdasarkan efek penting dalam proses pengo-
potensi kerja, mekanisme kerja dan lahan zat aktif menjadi sediaan obat.
efek samping, yaitu obat analgesik Berbagai proses farmasi selama pe-
ringan (analgesik-antipiretik, anal- ngembangan obat seperti pengering-
gesik anti-inflamasi) dan analgesik an, penggilingan, dan penggerusan
kuat (analgesik narkotik). Ibuprofen secara signifikan mempengaruhi
merupakan obat analgesik anti- bentuk kristal zat aktif di dalam
inflamasi non steroid (AINS) derivat sediaan obat. Oleh karena itu, sejak
asam propionat. Obat ini bersifat awal disarankan untuk memilih
analgesik dengan daya anti-inflamasi bentuk polimorfik zat aktif yang
yang tidak terlalu kuat (Wilson, memiliki karakteristik dan sifat-sifat
Gisvold. 1990). yang paling stabil selama proses
Pada umumnya senyawa organik pengembangan obat (Soewandhi,
dan anorganik yang relevan bagi Sundani. 2006).
dunia kefarmasian dapat berada Umumnya, bentuk kristal dari
pada satu atau berbagai bentuk ibuprofen menunjukkan beberapa
kristal. Sifat dimana suatu senyawa kekurangan yang akan mempenga-
memiliki lebih dari satu bentuk kristal ruhi sifat-sifatnya dalam memfor-
disebut polimorfisme. Polimorf mulasi. Ibuprofen memiliki sifat alir

44 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


yang buruk karena sifat kohesif yang yaitu etanol, metanol dan aseton.
terlalu tinggi. Masalah lainnya dalam Kristal yang diperoleh kemudian
memformulasi bahan ini adalah dikarakterisasi dengan mengguna-
kecenderungan yang tinggi untuk kan mikroskop optik, Scanning Elec-
lengket pada cetakan dan mempu- tron Microscopy (SEM), Differential
nyai laju disolusi yang buruk. Karena Scanning Calorimetry (DSC) dan
kekurangan tersebut maka diperlu- Difraksi Sinar-x Serbuk, serta karak-
kan suatu cara yang dapat memper- terisasi sifat farmasetiknya yaitu laju
baiki sifat-sifatnya, salah satunya alir, indeks kompresibilias, sudut re-
dengan cara memilih bentuk kristal pose, dan disolusi (Soewandhi,
ibuprofen yang lebih baik dibanding- Sundani. 2006).
kan kristal bahan baku ibuprofen
yang umum digunakan (Resenack, METODE
Muller, 2002).
Pada tahun 2005, Nada dan Al- Bahan
Saidan melakukan penelitian untuk Ibuprofen (Reddys, India),
memodifikasi bentuk kristal ibu- etanol 97% teknis, metanol teknis,
profen menggunakan metode kris- aseton teknis , KH2PO4, NaOH.
talisasi pendinginan dan penguapan
dengan pelarut etanol. Modifikasi Alat
kristal ini juga dilakukan oleh Spektrofotometer UV-Vis (Shi-
Garekani, dimana digunakan pelarut madzu 1601, Jepang), bulk density
metanol dan etanol (Garekani, et al, tester (Pharmeg 245-2E, Indonesia),
2001). Dari penelitian-penelitian yang flow meter (Erweka GTD, Jerman),
telah dilakukan dapat disimpulkan ayakan (Retsch Technology, Jerman),
bahwa modifikasi kristal ibuprofen pH-meter (Eutech Instrument, Singa-
dengan pelarut-pelarut tertentu pura), magnetic stirrer, hot plate,
dapat memperbaiki dan mening- desikator, mikroskop optik, Scanning
katkan karakter dari zat tersebut, Electron Microscopy/SEM (Jeol 5310
seperti sifat alir serbuk, kompresi- LV), Differential Scanning Calorim-
bilitas dan kecepatan disolusi. eter/DSC (Perkin Elmer), X-ray
Berdasarkan penelitian di atas, diffractometer (Philips PW-1710),
maka dilakukan modifikasi kristal termometer, timbangan analitik, alat-
untuk menghasilkan bentuk kristal alat gelas.
ibuprofen dengan karakter yang
baik. Pada penelitian ini, digunakan Cara Kerja
metode kristalisasi dengan cara Pembuatan kristal
pendinginan, penguapan, dan pe- Kristal Ibuprofen dibuat dengan
nambahan air. Pembentukan kristal berbagai metode yaitu pendinginan
ini dilakukan terhadap larutan jenuh dengan menggunakan berbagai pela-
ibuprofen dalam beberapa pelarut rut yaitu metanol, etanol dan aseton.

Vol. VII, No.2, Agustus 2010 45


Sebanyak 30 gram serbuk ibuprofen ton) dan IB (Ibuprofen ex Reddys,
ditimbang lalu dimasukkan ke dalam India)
25 ml pelarut, panaskan sampai suhu
40C sehingga serbuk menjadi larut. Karakterisasi kristal
Kemudian larutan didinginkan secara Karakterisasi fisik kristal Ibu-
cepat pada suhu 0 5C dan diamkan profen juga dilakukan menggunakan
selama 30 menit pada suhu tersebut Scanning Electron Microscope (SEM),
sampai terbentuk kristal. Kristal yang Powder X-ray diffractometri dan
diperoleh dikeringkan di dalam Differemtial Scanning Calorimeter
desikator. (DSC). Karakaterisasi fungsional
Kristal yang diperoleh adalah dilakukan berdasarkan laju alir
IBMD (Kristalisasi Ibuprofen dengan serbuk, sudut istirahat, indeks kom-
metode pendinginan pada pelarut presibilitas.
metanol), IBED (etanol), IBAD (ase-

Gambar 1. Hasil pengamatan bentuk-bentuk kristal ibuprofen dengan


menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) pada perbesaran 200x.

46 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


HASIL DAN PEMBAHASAN terutama kristal yang berbentuk
prisma. Sedangkan pada kristal
Pada penelitian ini pengamatan IBAD bentuknya seperti bongkahan
mikroskopik dengan metode SEM atau patahan. Perbedaan tersebut
dilakukan terhadap pada kristal mungkin dipengaruhi oleh sifat
bahan baku ibuprofen dan kristal- pelarut yang digunakan dalam
kristal hasil kristalisasi metode proses kristalisasi.
pendinginan dengan tiga pelarut Dari pembahasan diatas maka
yang berbeda. dapat diambil kesimpulan bahwa
Pada Gambar 1, terlihat bahan proses kristalisasi dapat menyebab-
baku ibuprofen (IB) memiliki bentuk kan terjadi perubahan bentuk (habit)
(habit) kristal berbentuk kristal dari suatu senyawa. Perubahan ini
jarum. Hal tersebut terlihat dengan mungkin juga diikuti oleh terjadinya
adanya bentuk yang memanjang dan perubahan sistem kristal atau terjadi
meruncing menyerupai bentuk jarum polimorfisme. Untuk mengetahui
dengan permukaan kristal yang kebenaran dari keadaan ini maka
kasar. Pada kristal IBMD dan kristal dapat dilakukan pengamatan kristal
IBED mempunyai bentuk kristal yang lebih lanjut dengan menggunakan
sama, yaitu berbentuk prisma. difraksi sinar-x serbuk dan analisa
Walaupun demikian kristal IBMD termal. Perubahan yang terjadi aki-
mempunyai ukuran kristal yang lebih bat proses kristalisasi dapat mempe-
besar dibandingkan kristal IBED ngaruhi tidak hanya karakter fisik

Gambar 2. Difraktogram difraksi sinar-X sebuk kristal ibuprofen.


Tanda panah menunjukkan puncak-puncak baru.

Vol. VII, No.2, Agustus 2010 47


kristal tetapi juga karakter fungsio- (16.67, 20.31, 22.45). Dari data
nalnya (Tabel 1 dan 2). Hal tersebut tersebut dapat diketahui bahwa baik
terlihat pada adanya peningkatan kristal IB dan kristal hasil kristalisasi
sifat alir pada kristal-kristal hasil mempunyai struktur kristal yang
kristalisasi. sama. Hal ini juga ditunjukkan pada,
Difraksi sinar-x serbuk yang perbandingan nilai sin2 dan nilai s
digunakan pada penelitian ini dila- dari keempat kristal difraksi sinar-x
kukan untuk mengetahui adanya yang memperlihatkan bahwa ke-
perbedaan bentuk atau sistem kristal empat kristal mempunyai kesamaan
akibat pengaruh pelarut secara kris- struktur kristal. Berdasarkan indeks
talografi. Pada penelitian ini dila- Miller kristal dengan pola bidang
kukan pengujian pada kristal bahan tersebut merupakan kristal yang
baku ibuprofen dan kristal hasil mempunyai struktur kubik seder-
kristalisasi, yaitu IBMD, IBED dan hana/simpel kubik. Walaupun ke-
IBAD. Uji ini dilakukan sebagai uji empat kristal mempunyai struktur
lanjutan dari pengamatan mikros- kristal yang sama namun bentuk
kopis menggunakan SEM. kristalnya berbeda. Hal tersebut
Difraktogram dari keempat ditunjukkan adanya peak-peak baru
kristal (Gambar 2) mempunyai pola dari ketiga hasil kristalisasi jika
yang relatif sama. Hal ini menun- dibandingkan dengan kristal bahan
jukkan bahwa keempat kristal mem- baku.
punyai sistem kristal yang sama. Dari Metode untuk menentukan sifat
data difraktogram serbuk kristal kristal yang sangat direkomendasi-
dilakukan tabulasi data guna menge- kan adalah dengan DSC. Dengan alat
tahui bentuk dan sistem masing- ini didapat rekaman gambar peru-
masing kristal. Dari data hasil bahan entalpi dan suhu lebur dari
percobaan, difraksi sinar-x pada suatu kristal. Hasil yang diperoleh
keempat kristal memperlihatkan tiga dari pengamatan dengan alat DSC
puncak terkuat pada 2 yaitu IB adalah data termal seperti entalpi
(16.66, 20.21, 22.36), IBMD (16.69, kristalinitas dan suhu lebur.
20.29 dan 22.44), IBED (16.61, Pada Tabel 1, termogram kristal
20.20, 22.39) dan pada IBAD bahan baku ibuprofen (IB) menun-

Tabel 1. Hasil titik lebur (C) dan Entalphy (J/g) dari berbagai kristal ibuprofen

Jenis kristal Titik lebur(C) Entalphi(J/g)


IB 76,6 102
IBMD 76,5 104
IBED 76,5 102
IBAD 76,6 115

48 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


jukkan kurva transisi endoterm Umumnya, pembuatan sediaan
dengan puncak 76.6C dan panas tablet ibuprofen mengunakan me-
peleburan (Hf) 102 J/g. Termogram tode granulasi basah karena ibu-
kristal IBMD menunjukkan kurva profen memiliki banyak kekurangan
transisi endoterm dengan puncak seperti sifat alir yang buruk dan sifat
76.5C dan panas peleburan (Hf) 104 kohesifitas yang tinggi. Telah dijelas-
J/g. Termogram kristal IBED me- kan bahwa kristal hasil kristalisasi
nunjukkan kurva transisi endoterm mempunyai sifat fisik yang lebih baik
dengan puncak 76.5C dan panas dibandingkan dengan kristal bahan
peleburan (Hf) 102 J/g. Termogram baku. Oleh karena itu, maka me-
kristal IBAD menunjukkan kurva mungkinkan adanya aplikasi kristal
transisi endotermik dengan puncak yang dihasilkan ke dalam formulasi
76.6C dan panas peleburan (Hf) 115 sediaan tablet menggunakan metode
J/g. yang lebih efisien dibandingkan
Hasil analisis termal menunjuk- dengan metode granulasi basah.
kan bahwa tidak terjadi pergeseran Metode lain yang dapat digunakan
titik lebur yang signifikan antara yaitu metode cetak langsung.
kristal bahan baku dengan kristal Hasil evaluasi laju alir akan
hasil kristalisasi. Namun, energi yang sangat menentukan apakah suatu
diperlukan oleh masing-masing bahan yang dibuat dapat mengalir
kristal hasil kristalisasi untuk mele- dengan baik. Jika dapat mengalir
bur berbeda-beda. Dari data hasil dengan baik maka bahan tersebut
analisis termal ini menunjukkan dapat digunakan untuk pembuatan
bahwa kristal baik kristal bahan tablet secara cetak langsung.
baku ibuprofen dan kristal hasil Tabel 2 memperlihatkan bahwa
kristalisasi mempunyai sifat transisi serbuk bahan baku ibuprofen (IB)
yang sama. mempunyai sifat alir yang buruk.
Berdasarkan hasil karakterisasi Bentuk kristal yang panjang cen-
kristal maka dapat diketahui bahwa derung menyebabkan partikel bahan
metode pendinginan merupakan baku ibuprofen saling melekat yang
metode yang terbaik dibandingkan menyebabkan serbuk tidak mengalir.
dengan kedua metode lainnya. Hal Pada hasil kristalisasi menunjukkan
tersebut dapat terlihat dari karakter bahwa hampir semua kristal mem-
fisik dan karakter fungsionalnya. punyai laju alir yang baik
Dimana ketiga kristal mempunyai Sudut istirahat dipengaruhi oleh
bentuk kristal yang berbentuk bentuk dan ukuran partikel. Semakin
prisma, mempunyai sifat alir yang halus ukuran partikel suatu massa/
baik yang baik. Sifat-sifat tersebut bahan, maka massa tersebut akan
yang membedakan kristal hasil sulit mengalir dan membentuk sudut
kristalisasi dengan kristal bahan baku dengan kemiringan yang tinggi.
ibuprofen yang umum digunakan. Semakin besar sudut yang dihasilkan

Vol. VII, No.2, Agustus 2010 49


Tabel 2. Hasil karakteristik fungsional dari berbagai kristal ibuprofen

Indeks
Jenis Laju alir Sudut istirahat
kompresibilitas
kristal (gram/detik) (derajat)
(%)
IB tidak mengalir tidak mengalir 36
IBMD 2.48 28.1 14.2
IBED 3.15 29.7 16.6
IBAD 3.61 30.1 17.1

menandakan bahwa semakin buruk dari bentuk kristal bahan baku


sifat alir serbuk tersebut. Nilai sudut ibuprofen yang umum digunakan.
istirahat di bawah 40 menunjukkan
sifat aliran yang baik (Lachman, L.
et al. 1984). DAFTAR ACUAN
Sudut istirahat serbuk bahan
baku ibuprofen tidak dapat diketahui Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk
karena serbuk tidak dapat mengalir. Sediaan Farmasi edisi keempat. Uni-
Hal tersebut dikarenakan sifat versitas Indonesia Press. Depok.
partikel ibuprofen yang cenderung 121 123.
melekat satu sama lain dan ukuran Bernasconi G, et al. 1995. Teknologi
partikel yang kecil yang menye- Kimia edisi 5-8. PT. Pradnya
babkan serbuk tidak dapat mengalir. Paramita. Jakarta. 192 201.
Pada hasil kristalisasi yang diperoleh Cullity BD. 1956. Element of X-Ray
dari pelarut etanol (IBED), metanol Diffraction. Addison-Wesley Pub-
(IBMD) dan aseton (IBAD) dengan lishing Company, Inc. London.
metode pendinginan memiliki sifat 469 472.
alir yang baik. Hasil ini mendukung Departemen Kesehatan Republik
hasil pengujian sifat alir sebelumnya Indonesia. 1995. Farmakope Indo-
dan memperkuat kemungkinan nesia edisi IV. Departemen Kese-
bahwa bahan ini dapat digunakan hatan Republik Indonesia, Ja-
untuk metode cetak langsung. karta. 449 451.
Farmakologi Kedokteran Universitas
KESIMPULAN Indonesia. 1995. Farmakologi dan
Terapi edisi 4. Bagian Farmakologi
Hasil kristalisasi dengan pelarut Kedokteran Universitas Indone-
metanol, etanol dan aseton pada sia, Jakarta : 218.
metode pendinginan menghasilkan Gallant DJ. 1976. Electron Microscopy
sifat farmasetik yang baik seperti of Starch and Strach Product. Ap-
sifat alir. Hasil kristalisasi ini meng- plied Science Publisher Ltd. Lon-
hasilkan bentuk kristal yang berbeda don. 33-37.

50 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


Garekani HA, et al. 2001. Crystal Habit Resenack N, Muller, B. W. 2002.
Modification of Ibuprofen and Their Ibuprofen Crystal with Opti-
Physicomechanical Characteristics. mized Properties. International
Drug Development and Indus- Journal of Pharmaceutics 245.
trial Pharmacy. 803 809. Germany. 9 24.
Gordon R, et al. 1984. Crystallization Soewandhi, Sundani N. 2006. Kris-
of Ibuprofen. United States Patent. talografi Farmasi I. ITB, Bandung.
Patent Number: 4,476,248. 6 -12
Jones AG. 2002. Crystallization Process Soewandhi, Sundani N. 2006.
Systems. Butterworth Heinem- Kristalografi Farmasi II. ITB. Ban-
man. London. 1 4 dung. 5 8
Kebamoto, Sartono A. 2006. Scanning Soewandhi, Sundani N. 2006.
Electron Microscopy. FMIPA UI. Kristalografi Farmasi III. ITB. Ban-
Depok. 1 2. dung. 21-23.
Lachman L, et al. 1984. Teori dan The Pharmaceutical. 1982. Martindale
Praktek Farmasi Indonesia. Alih The Extra Farmacopoiea. 28th ed.
bahasa Siti Suyatmi. Edisi 3. Jilid The Pharmaceutical Press. Lon-
2. UI Press. Jakarta. 681 685. don. 256 257.
Lachman L, et al. 1989. Teori dan The USP Convention. 2006. The
Praktek Farmasi Indonesia. Alih United States Pharmacopeia 30th
bahasa Siti Suyatmi. Edisi 3. Jilid and The National Formulary 25th.
1. UI Press. Jakarta. 396 397. The USP Convention Inc. 643.
Laura B, Stephanie A, et al. 2002. Dif- Tjay TH, Rahardja K. 2002. Obat-
ferential Scanning Calorimetri Obat Penting Khasiat, Pengguna-
and Scanning Thermal Micro- annya dan Efek-Efek Samoing
sopy Analysis of Pharmaceutical edisi 5. PT. Elex Media Kompu-
Material. Int. J. Pharmaceutics 243, tindo. Jakarta. 312 313.
Sandwich, Kent. 71-82. William O. Prinsip-Prinsip Kimia
Lund W. 1994. The Pharmaceutical Co- Medisinal edisi 2. FMIPA ITB. Ban-
dex Twelfth edition. The Pharma- dung. 1133.
ceutical Press. London. 908 909. Wilson A, Gisvold. 1990. Kimia Far-
Nada AH, Al-Saidan. 2005. Crystal masi dan Medicinal Organic II. Edisi
Modification for Improving the VIII. Terj. Dari Text book of organic
Physical and Chemical Properties of medicinal and pharmaceutica chem-
Ibuprofen. Pharmaceutical Tech- istry, oleh Achmad Mustafa.
nology, Cleveland. 29. Semarang: IKIP Semarang Press.
Pandjaitan C. 2007. Karakterisasi Pati 625 670.
Singkong Terplegelatinasi Propionat
Sebagai eksipien Dalam Sediaan
Farmasi. Program Sarjana. Uni-
versitas Indonesia. Depok.

Vol. VII, No.2, Agustus 2010 51

You might also like