Professional Documents
Culture Documents
OLEH
KELOMPOK III :
KATA PENGANTAR
1|Page
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat,serta penyertaan-Nya, sehingga tugas makalah kami yang berjudul
``ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SELULITIS`` ini dapat kami
selesaikan.
Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa
yang sederhana,singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca.
Kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari kesempurnaan serta masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan tugas makalah ini. Maka kami berharap
adanya masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.
Akhir kata, semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dipergunakan dengan sebagaimana mestinya.
Kelompok III
2 | A S U H A N K E P E R A WAT A N K L I E N S E L U L I T I S
DAFTAR ISI
Halaman judul.............................................................................................................1
Kata pengantar...........................................................................................................2
Daftar isi.....................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang.................................................................................................4
1.2.Rumusan Masalah............................................................................................ 4
1.3.Tujuan Umum Penulisan..............................................................................................4
1.4Tujuan Khusus Penulisan............................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
2.1.Pengertian Selulitis............................................................................................ 6
2.2 Klasifikasi Selulitis............................................................... 6
2.3 Etiologi Selulitis....................................................................................7
2.4 Patofisiologi Selulitis............................................................................................8
2.5 Tanda Dana Gejala Selulitis...............................................................................8
2.6 Pemeriksaan Diagnostik Selulitis...............................................................................8
2.7 Penatalaksanaan Selulitis............................................................................................9
2.8 Komplikasi Selulitis....................................................................................10
2.9 Pathway Selulitis............................................................................................ 11
B. Konsep Medis
3.1 Pengkajian Selulitis............................................................................................ 12
3.2 Diagnosa Keperawatan Selulitis......................................................................18
3.3 Intervensi Keperawatan Selulitis........................................................................19
3.4 Implementasi Keperawatan Selulitis................................................................22
3.5 Evaluasi Keperawatan Selulitis..........................................................................23
BAB III : PENUTUP
4.1.Kesimpulan.....................................................................................................24
4.2.Saran..............................................................................................................24
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................................25
3 | A S U H A N K E P E R A WAT A N K L I E N S E L U L I T I S
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
4 | A S U H A N K E P E R A WAT A N K L I E N S E L U L I T I S
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
2.1. Pengertian Selulitis
Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses inflamasi,
yang umumnya dianggap sebagai penyebab adalah bakteri S.aureus dan
atau Streptococcus( Arif Muttaqin, hal 68, 2011 ).
Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan
subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada
kulit, biasanya terjadi pada ekstrimitas bawah ( Tucker, 1998 : 633 ).
Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian jaringan
subkutan ( Mansjoer, 2000; 82 )
5 | A S U H A N K E P E R A WAT A N K L I E N S E L U L I T I S
submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang sampai mengenai spasia
pharyngeal. Selulitis dimulai dari dasar mulut.Seringkali bilateral, tetapi bila hanya
mengenai satu sisi/ unilateral disebut Pseudophlegmon.
6 | A S U H A N K E P E R A WAT A N K L I E N S E L U L I T I S
Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehingga menambah resiko
bakteri penginfeksi masuk
7. Penggunaan steroid kronik
Contohnya penggunaan corticosteroid.
8. Gigitan & sengat serangga, hewan, atau gigitan manusia
9. Penyalahgunaan obat dan alkohol
Mengurangi sistem imun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi
berkembang.
10. Malnutrisi
Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran, mempermudah
timbulnya penyakit ini.
2.4. Patofisiologi Selulitis
Invasi bakteri masuk melalui trauma, luka, gigitan serangga berinvasi
streptokokus dan staphylococcus aureus melalui barier epidermal yang rusak
menyerang kulit dan subkutan, masuk ke jaringan yang lebih dalam dan menyebar
secara sistemik yang menyebabkan terjadinya reaksi infeksi/inflamasi yang
merupakan respon dari tubuh sehingga muncul nyeri, pembengkakan kulit, lesi
kemerahan dan demam.
Luka/ cedera sebagai jalan masuk mikroorganisme
Streptococus pyogenes
Peradangan Hipertermi
7 | A S U H A N K E P E R A WAT A N K L I E N S E L U L I T I S
b. Pewarnaan gram dan kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan,
menunjukkan adanya organisme campuran ( Issebacher 1999 : 634 )
c. Rontgen Sinus-sinus para nasal (selulitis perioribital).
2.7. Penatalaksanaan Medis
1) Pada pengobatan umum kasus selulitis, faktor hygiene perorangan dan lingkungan
harus diperhatikan.
2) Sistemik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan selulitis
Penisilin G prokain dan semisintetiknya
a) Penisilin G prokain
Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin
merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-
kota besr perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat
ini tidak dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis
tinggi, dan semakin sering terjadi syok anafilaktik.
b) Ampisilin
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50-
100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
c) Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan
setelah makan. Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin
sehingga konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.
d) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin,
flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis
flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 4 dosis.
Linkomisin dan Klindamisin
Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik
karena itu dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis
linkomisin untuk anak yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis,
sedangkan klindamisin 8-16 mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari
pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4 dosis. Obat ini efektif untuk pioderma
disamping golongan obat penisilin resisten-penisilinase. Efek samping
yang disebut di kepustakaan berupa colitis pseudomembranosa, belum
pernah ditemukan. Linkomisin gar tidak dipakai lagi dan diganti dengan
klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek sampingnya
lebih sedikit, pada pemberian per oral tidak terlalu dihambat oleh adanya
makanan dalam lambung.
8 | A S U H A N K E P E R A WAT A N K L I E N S E L U L I T I S
Eritromisin
Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan
dengan linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase.
Sering memberi rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak
yaitu 30-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.
Sefalosporin
Pada selulitis yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-
obatan tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang
berkhasiat untuk kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV.
Contohya sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x
500 m sehari atau 2 x 1000 mg sehari (per oral), sedangkan dosis untuk
anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
3) Topikal
Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan
selulitis. Obat topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara
sistemik agar kelak tidak terjadi resistensi dan hipersensitivitas, contohnya
ialah basitrasin, neomisin, dan mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk
kuman negatif-gram. Neomisin, yang di negeri barat dikatakan sering
menyebabkan sensitisasi, jarang ditemukan. Teramisin dan kloramfenikol
tidak begitu efektif, banyak digunakan karena harganya murah. Obat-obat
tersebut digunakan sebagai salap atau krim.
Sebagai obat topical juga kompres terbuka, contohnya: larutan permangas
kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium povidon 7,5 % yang
dilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih efektif, hanya pada sebagian kecil
mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai kekurangan karena
mengotori sprei dan mengiritasi kulit.
4) Pada kasus yang berat, dengan kematian jaringan 30 % (necrotizing fasciitis) serta
memiliki gangguan medis lainnya, hal yang harus dilakukan adalah operasi
pengangkatan pada jaringan yang mati ditambah terapi antibiotik secara infuse,
pengangkatan kulit, jaringan, dan otot dalam jumlah yang banyak, dan dalam
beberapa kasus, tangan atau kaki yang terkena harus diamputasi.
2.8. Komplikasi
a. Bakteremia
b. Nanah atau local Abscess
c. Superinfeksi oleh bakteri gram negative
d. Lymphangitis
e. Trombophlebitis: kelainan pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan
dimana terjadi sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan adanya
darah yang membeku.
f. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis
9 | A S U H A N K E P E R A WAT A N K L I E N S E L U L I T I S
sebesar 8%.
g. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus
melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.
2.9. PATHWAY
10 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S
B. KONSEP MEDIS
TINJAUAN KASUS
3.1. PENGKAJIAN
3.1.1 Biodata
Nama : Tn. S No. Reg 0608578
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Ds. Janti Kec. Papar
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Swasta
Diagnosa Medis : Celulitis Pedis (D)
Tanggal MRS : 4 November 2006
Tanggal Pengkajian : 7 November 2006
11 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S
Keterangan :
= laki-laki meninggal = hubungan keturunan
= pasien = tinggal 1 rumah
= hubungan pernikahan
12 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S
Hidung : tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat sekret
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
2) Pemeriksaan Integumen/ kulit dan kuku
Kulit : turgor kulit menurun, warna sawo matang, luka di kaki kanan
berwarna kemerahan
Kuku : pendek agak kotor
3) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
Tidak ada pembesaran limfa
4) Pemeriksaan Thorak/ dada
Inspeksi : Ekspansi saat inspirasi dan ekspirasi simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, tidak terdapat suara nafas
tambahan ( whezing, ronchi, rales )
5) Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis berada di ICS II pada linea midclavicula
Palpasi : Titik impuls max di sela iga ke 5 garis midclavicula kiri
Perkusi : terdengar pekak
Auskultasi :Terdengar bunyi jantung S1 dan S2 tunggal
6) Pemeriksan Abdomen
Inspeksi : Abdomen bersih, tidak terdapat massa
Palpasi : Tidak teraba massa
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus 5x/ menit
7) Pemeriksaan Muskuloskeletal
MMT 5 5
4 5
5 = gerakan normal penuh, menentang gravitasi dengan penahan penuh
4 = bisa digerakkan tapi tidak kuat menahan tahanan
8) Pemeriksaan Neurologi
Reflek pupil terhadap cahaya +/+
GCS : Reflek mata 4 : membuka mata spontan
Reflek Bicara 5 : orientasi waktu, nama, tempat baik
Reflek Motorik 6 : dapat mengikuti perintah dengan baik
9) Pemeriksaan Status Mental
Pasien sadar penuh ( composmentis ) dan emosi stabil
10) Pemeriksaan Penunjang Medis
Darah lengkap 4-11-2006 Tanggal 6-11-2006
13 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S
WBC 31.5 Pemeriksaan laborat
RBC 3.63 Glicose puasa/ sesaat
HGB 11.1 - 2 JPP : 217
HCT 33.3
MCV 91.7
MCH 30.6
MCHC 33.3
PLT 575
11) Pelaksanaan/ Terapi
Imbost 3 x 1
Pletal 2 x 50 mg
Paracetamol prn panas
12) Harapan klien/ keluarga sehubungan dengan penyakitnya
Keluarga berharap supaya pasien cepat pulang, luka pada kaki tidak sakit
lagi
14 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S
ANALISA DATA
15 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S
nyeri sekunder akibat
DO :- Terdapat bakterial
luka bekas I&D pada
pedis dekstra
- Pada
kaki kanan bengkak
(+), hiperemi (+), pus
(+)
16 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S
3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S
Umur : 46 tahun
No. Reg : 0608578
NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TTD
MUNCUL TERATASI
1 7-11-2006 Nyeri akut berhubungan dengan
diskontinuitas jaringan yang ditandai
dengan klien mengatakan kaki kanannya
nyeri, skala nyeri 5, terdapat luka bekas
I&D pada pedis dekstra, bengkak pada
kaki dekstra, klien berhati-hati bergerak,
klien tampak gelisah
17 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S
dekstra, klien berhati-hati - Klien menyebabkan cidera selama
bergerak, klien tampak gelisah tampak rileks pasien berhati-hati 3.
4. Kolaborasi dalam pemberian 4.
analgesik sesuai indikasi
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
2. Hipertermia berhubungan dengan Suhu tubuh klien dapat 1. Pantau suhu tubuh klien 1.
bakteri sekunder terhadap proses mencapai batas normal 2. Pantau suhu lingkungan
infeksi yang ditandai dengan klien dengan kriteria hasil : 3. Anjurkan klien untuk banyak
mengatakan badan terasa panas - Klien minum 2.
dan tidak enak, suhu 38,8 C mengatakan badan 4. Berikan kompres air hangat
hiperemi (+) kaki kanan, wajah terasa lebih baik 5. Kolaborasi dengan dokter
klien tampak kemerahan, klien - S: dalam pemberian antipiretik
mendapat obat prn panas 36,5C-37,5C 3.
- Tidak
terjadi peningkatan
infksi pada luka
4.
5.
18 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S
3.4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S
No. Reg : 0608578
NO No.Dx TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TTD
1. 1 7-11-2006 1. Mengkaji tingkat nyeri
2. Membantu pasien merubah posisi
3. Mengajarkan teknik nafas dalam
4. Memberikan NS + morphin
1. Mengobservasi TTV
2. 2 7-11-2006 2. Memberikan klien selimut tipis
3. Menganjurkan klien banyak minum air putih
4. Memberikan paracetamol 500 mg PO
1. Mengobservasi nyeri
4. 4 8-11-2006 2. Memberikan paracetamol 500 mg PO
1. Mengobservasi TTV
5. 5 8-11-2006 2. Memberikan selimut tipis
21 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S
Daftar Pustaka
Adhi, Djuanda. 2001. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 3. FKUI : Jakarta.
Padjajaran : Bandung.
Salemba medika
22 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S