You are on page 1of 22

MATA KULIAH : Sistem Integumen

NAMA DOSEN : Ns. Dewi. A. Bugis,S.kep,M.Kep

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


SELULITIS

OLEH
KELOMPOK III :

AISA WALLY APRILLIA TAPILAHA


ISMIATY ESSAREY MARIATUL USEMAHU
RAUFAN SOAMOLLE ROSDIANTY LATUNUSSA
VALENCIA D PATTIPEILOHY VIKTOR PEILOUW
ZANDRA D TASANE

PROGRAM ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PASAPUA AMBON
2017

KATA PENGANTAR

1|Page
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat,serta penyertaan-Nya, sehingga tugas makalah kami yang berjudul
``ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SELULITIS`` ini dapat kami
selesaikan.

Dalam penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa
yang sederhana,singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca.

Kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari kesempurnaan serta masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan tugas makalah ini. Maka kami berharap
adanya masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.

Akhir kata, semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dipergunakan dengan sebagaimana mestinya.

Ambon, 24 Januari 2017

Kelompok III

2 | A S U H A N K E P E R A WAT A N K L I E N S E L U L I T I S
DAFTAR ISI
Halaman judul.............................................................................................................1
Kata pengantar...........................................................................................................2
Daftar isi.....................................................................................................................3
BAB I : PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang.................................................................................................4
1.2.Rumusan Masalah............................................................................................ 4
1.3.Tujuan Umum Penulisan..............................................................................................4
1.4Tujuan Khusus Penulisan............................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
2.1.Pengertian Selulitis............................................................................................ 6
2.2 Klasifikasi Selulitis............................................................... 6
2.3 Etiologi Selulitis....................................................................................7
2.4 Patofisiologi Selulitis............................................................................................8
2.5 Tanda Dana Gejala Selulitis...............................................................................8
2.6 Pemeriksaan Diagnostik Selulitis...............................................................................8
2.7 Penatalaksanaan Selulitis............................................................................................9
2.8 Komplikasi Selulitis....................................................................................10
2.9 Pathway Selulitis............................................................................................ 11
B. Konsep Medis
3.1 Pengkajian Selulitis............................................................................................ 12
3.2 Diagnosa Keperawatan Selulitis......................................................................18
3.3 Intervensi Keperawatan Selulitis........................................................................19
3.4 Implementasi Keperawatan Selulitis................................................................22
3.5 Evaluasi Keperawatan Selulitis..........................................................................23
BAB III : PENUTUP
4.1.Kesimpulan.....................................................................................................24
4.2.Saran..............................................................................................................24
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................................25

3 | A S U H A N K E P E R A WAT A N K L I E N S E L U L I T I S
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan dermis dan


subkutis. Faktor risiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan
kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan pembuluh vena maupun pembuluh
getah bening. Lebih dari 40% penderita selulitis memiliki penyakit sistemik.
Penyakit ini biasanya didahului trauma, karena itu tempat predileksinya di
tungkai bawah. Gejala prodormal selulitis adalah demam dan malaise, kemudian
diikuti tanda-tanda peradangan yaitu bengkak (tumor), nyeri (dolor), kemerahan
(rubor),dan teraba hangat (kalor) pada area tersebut (buku merah).Prevalensi
selulitis di seluruh dunia tidak diketahui secara pasti. Sebuah studi tahun 2006
melaporkan insidensi selulitis di Utah, AS, sebesar 24,6 kasus per 1000 penduduk
per tahun dengan insidensi terbesar pada pasien laki-laki dan usia 45-64 tahun.
Secara garis besar, terjadi peningkatan kunjungan ke pusat kesehatan di Amerika
Serikat akibat penyakit infeksi kulit dan jaringan lunak kulit yaitu dari 32,1
menjadi 48,1 kasus per 1000 populasi dari 1997-2005 dan pada tahun 2005
mencapai 14,2 juta kasus (5). Data rumah sakit di Inggris melaporkan kejadian
selulitis sebanyak 69.576 kasus pada tahun 2004-2005, selulitis di
tungkai menduduki peringkat pertama dengan jumlah 58.824 kasus (3). Data
rumah sakit di Australia melaporkan insidensi selulitis sebanyak 11,5 per 10.000
populasi pada tahun 2001-2002. Di Spanyol dilaporkan 8,6% (122 pasien) dalam
periode 5 tahun menderita erysepelas dan selulitis (a). Banyak penelitian yang
melaporkan kasus terbanyak terjadi pada laki-laki, usia dekade keempat hingga
dekade kelima, dan lokasi tersering di ekstremitas bawah.

1.2. Rumusan Masalah


1. Pengkajian keperawatan pada klien dengan selulitis
2. Perumusan diagnosa keperawatan pada klien dengan selulitis
3. Tindakan Perencanaan keperawatan pada klien dengan selulitis
4. mplementasi keperawatan pada klien dengan selulitis
5. Perencanaan evaluasi pada klien dengan waham selulitis

1.3. Tujuan Umum Penulisan


Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar dan asuhan keperawatan selulitis.

1.4. Tujuan Khusus Penulisan


1. Mahasiswa mengetahui definisi selulitis
2. Mahasiswa mengetahui klasifikasi selulitis
3. Mahasiswa mengetahui etiologi selulitis
4. Mahasiswa mengetahui patofisiologi selulitis
5. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostik selulitis
6. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan medis selulitis
7. Mahasiswa mengetahui komplikasi selulitis
8. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan selulitis

4 | A S U H A N K E P E R A WAT A N K L I E N S E L U L I T I S
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
2.1. Pengertian Selulitis
Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses inflamasi,
yang umumnya dianggap sebagai penyebab adalah bakteri S.aureus dan
atau Streptococcus( Arif Muttaqin, hal 68, 2011 ).
Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan
subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada
kulit, biasanya terjadi pada ekstrimitas bawah ( Tucker, 1998 : 633 ).
Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian jaringan
subkutan ( Mansjoer, 2000; 82 )

2.2. Klasifikasi Selulitis


Selulitis dapat digolongkan menjadi:
1) Selulitis Sirkumskripta Serous Akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang
tidak jelas batasnya.Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya sangat lunak
dan spongius.Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang terlibat.
2) Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkum skripta serous akut, hanya infeksi
bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen. Penamaan berdasarkan
spasia yang dikenainya. Jika terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan tubuh
bertendensi membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal tubuh
dalam mengontrol infeksi.
3) Selulitis Difus Akut
Dibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
a) Ludwigs Angina
b) Selulitis yang berasal dari inframylohyoid
c) Selulitis Senators Difus Peripharingeal
d) Selulitis Fasialis Difus
e) Fascitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya
f) Selulitis Kronis
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena terbatasnya
virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya terjadi pada pasien dengan
selulitis sirkum skripta yang tidak mendapatkan perawatan yang adekuat atau tanpa
drainase.
g) Selulitis Difus yang Sering Dijumpai
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Angina Ludwigs .
Angina Ludwigs merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia sublingual,

5 | A S U H A N K E P E R A WAT A N K L I E N S E L U L I T I S
submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang sampai mengenai spasia
pharyngeal. Selulitis dimulai dari dasar mulut.Seringkali bilateral, tetapi bila hanya
mengenai satu sisi/ unilateral disebut Pseudophlegmon.

2.3. Etiologi Selulitis


Menurut Alpers Ann, (2006), penyebab selulitis antara lain Streptococcus grup B,
Haemophylus influenza, Pneumokokus, Staphylococcus aereus dan Streptococcus
grup A.
Meskipun ada beberapa bakteri yang dapat menyebabkab selulitis, penyebab
yang paling sering dijumpai adalah Staphylococcus dan Streptococcus, (Medicastore,
2010).
Selulitis terjadi manakala bakteri tersebut masuk melalui kulit yang bercelah
terutama celah antara selaput jari kaki, pergelangan kaki, dan tumit, kulit terbuka,
bekas sayatan pembedahan (lymphadenectomy, mastectomy, postvenectomy).
Walaupun selulitis dapat terjadi di kulit bagian manapun, lokasi paling sering terjadi
adalah di kaki, khususnya di kulit daerah tulang kering dan punggung kaki. Pada
anak-anak usia di bawah 6 tahun, bakteri Hemophilus influenzae dapat menyebabkan
selulitis, khususnya di daerah wajah dan lengan.
Rosfanty, (2009) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang memperparah
resiko dari perkembangan selulitis, antara lain :
1. Usia
Semakin tua usia, kefektifan sistem sirkulasi dalam menghantarkan darah
berkurang pada bagian tubuh tertentu. Sehingga abrasi kulit potensi mengalami
infeksi seperti selulitis pada bagian yang sirkulasi darahnya memprihatinka.
2. Melemahnya sistem immun (Immunodeficiency)
Dengan sistem immune yang melemah maka semakin mempermudah terjadinya
infeksi. Contoh pada penderita leukemia lymphotik kronis dan infeksi HIV.
Penggunaan obat pelemah immun (bagi orang yang baru transplantasi organ)
juga mempermudah infeksi.
3. Diabetes mellitus
Tidak hanya gula darah meningkat dalam darah namun juga mengurangi sistem
immun tubuh dan menambah resiko terinfeksi. Diabetes mengurangi sirkulasi
darah pada ekstremitas bawah dan potensial membuat luka pada kaki dan
menjadi jalan masuk bagi bakteri penginfeksi.
4. Cacar dan ruam saraf
Karena penyakit ini menimbulkan luka terbuka yang dapat menjadi jalan masuk
bakteri penginfeksi.
5. Pembangkakan kronis pada lengan dan tungkai (lymphedema)
Pembengkakan jaringan membuat kulit terbuka dan menjadi jalan masuk bagi
bakteri penginfeksi.
6. Infeksi jamur kronis pada telapak atau jari kaki

6 | A S U H A N K E P E R A WAT A N K L I E N S E L U L I T I S
Infeksi jamur kaki juga dapat membuka celah kulit sehingga menambah resiko
bakteri penginfeksi masuk
7. Penggunaan steroid kronik
Contohnya penggunaan corticosteroid.
8. Gigitan & sengat serangga, hewan, atau gigitan manusia
9. Penyalahgunaan obat dan alkohol
Mengurangi sistem imun sehingga mempermudah bakteri penginfeksi
berkembang.
10. Malnutrisi
Sedangkan lingkungan tropis, panas, banyak debu dan kotoran, mempermudah
timbulnya penyakit ini.
2.4. Patofisiologi Selulitis
Invasi bakteri masuk melalui trauma, luka, gigitan serangga berinvasi
streptokokus dan staphylococcus aureus melalui barier epidermal yang rusak
menyerang kulit dan subkutan, masuk ke jaringan yang lebih dalam dan menyebar
secara sistemik yang menyebabkan terjadinya reaksi infeksi/inflamasi yang
merupakan respon dari tubuh sehingga muncul nyeri, pembengkakan kulit, lesi
kemerahan dan demam.
Luka/ cedera sebagai jalan masuk mikroorganisme

Streptococus pyogenes

Peradangan Hipertermi

Eksudat mengumpul dalam rongga/ jaringan

Menyebar secara difus ke jaringan

Selulitis (pembengkakan kulit, nyeri, lesi, kemerahan dan demam)


2.5. Manifestasi Klinis
1) Malaise
2) Demam
3) Menggigil
4) Eritema lokal
5) Tanda tanda radang akut pada kulit
6) Nyeri
7) Edema, vesikel dan bula
2.6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah, menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih, eosinofil
dan peningkatan laju sedimentasi eritrosit ( Tucker, 1998 : 633 ).

7 | A S U H A N K E P E R A WAT A N K L I E N S E L U L I T I S
b. Pewarnaan gram dan kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan,
menunjukkan adanya organisme campuran ( Issebacher 1999 : 634 )
c. Rontgen Sinus-sinus para nasal (selulitis perioribital).
2.7. Penatalaksanaan Medis
1) Pada pengobatan umum kasus selulitis, faktor hygiene perorangan dan lingkungan
harus diperhatikan.
2) Sistemik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan selulitis
Penisilin G prokain dan semisintetiknya
a) Penisilin G prokain
Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin
merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-
kota besr perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat
ini tidak dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis
tinggi, dan semakin sering terjadi syok anafilaktik.
b) Ampisilin
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50-
100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
c) Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan
setelah makan. Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin
sehingga konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.
d) Golongan obat penisilin resisten-penisilinase
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin,
flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis
flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 4 dosis.
Linkomisin dan Klindamisin
Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik
karena itu dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis
linkomisin untuk anak yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis,
sedangkan klindamisin 8-16 mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari
pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4 dosis. Obat ini efektif untuk pioderma
disamping golongan obat penisilin resisten-penisilinase. Efek samping
yang disebut di kepustakaan berupa colitis pseudomembranosa, belum
pernah ditemukan. Linkomisin gar tidak dipakai lagi dan diganti dengan
klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek sampingnya
lebih sedikit, pada pemberian per oral tidak terlalu dihambat oleh adanya
makanan dalam lambung.

8 | A S U H A N K E P E R A WAT A N K L I E N S E L U L I T I S
Eritromisin
Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan
dengan linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase.
Sering memberi rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak
yaitu 30-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.
Sefalosporin
Pada selulitis yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-
obatan tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang
berkhasiat untuk kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV.
Contohya sefadroksil dari generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x
500 m sehari atau 2 x 1000 mg sehari (per oral), sedangkan dosis untuk
anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
3) Topikal
Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan
selulitis. Obat topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara
sistemik agar kelak tidak terjadi resistensi dan hipersensitivitas, contohnya
ialah basitrasin, neomisin, dan mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk
kuman negatif-gram. Neomisin, yang di negeri barat dikatakan sering
menyebabkan sensitisasi, jarang ditemukan. Teramisin dan kloramfenikol
tidak begitu efektif, banyak digunakan karena harganya murah. Obat-obat
tersebut digunakan sebagai salap atau krim.
Sebagai obat topical juga kompres terbuka, contohnya: larutan permangas
kalikus 1/5000, larutan rivanol 1% dan yodium povidon 7,5 % yang
dilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih efektif, hanya pada sebagian kecil
mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai kekurangan karena
mengotori sprei dan mengiritasi kulit.
4) Pada kasus yang berat, dengan kematian jaringan 30 % (necrotizing fasciitis) serta
memiliki gangguan medis lainnya, hal yang harus dilakukan adalah operasi
pengangkatan pada jaringan yang mati ditambah terapi antibiotik secara infuse,
pengangkatan kulit, jaringan, dan otot dalam jumlah yang banyak, dan dalam
beberapa kasus, tangan atau kaki yang terkena harus diamputasi.
2.8. Komplikasi
a. Bakteremia
b. Nanah atau local Abscess
c. Superinfeksi oleh bakteri gram negative
d. Lymphangitis
e. Trombophlebitis: kelainan pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan
dimana terjadi sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan adanya
darah yang membeku.
f. Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis

9 | A S U H A N K E P E R A WAT A N K L I E N S E L U L I T I S
sebesar 8%.
g. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan dimana harus
melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga 25%.

2.9. PATHWAY

10 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S
B. KONSEP MEDIS
TINJAUAN KASUS
3.1. PENGKAJIAN
3.1.1 Biodata
Nama : Tn. S No. Reg 0608578
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Ds. Janti Kec. Papar
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Swasta
Diagnosa Medis : Celulitis Pedis (D)
Tanggal MRS : 4 November 2006
Tanggal Pengkajian : 7 November 2006

3.1.2 Keluhan Utama


Pasien mengeluh nyeri pada kaki kanan, nyeri dirasakan sampai ke paha
dengan skala nyeri 5

3.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang


2 minggu sebelum MRS lutut kanan ada luka, makin lama kaki dirasa makin
bengkak dan sakit, panas badan naik turun, perut terasa sakit, lemas. Kaki
kanan bertambah bengkak. Kemudian keluarga memutuskan pergi ke RS dan
rawat inap tanggal 4 November 2006 dan tanggal 6 November 2006 dilakukan
tindakan I & D

3.1.4 Riwayat Penyakit Masa Lalu


Pasien sudah menderita DM 2,5 tahun

3.1.5 Riwayat Kesehatan Keluarga

11 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S
Keterangan :
= laki-laki meninggal = hubungan keturunan
= pasien = tinggal 1 rumah
= hubungan pernikahan

3.1.6 Riwayat Psikososial dan Spiritual


Psikososial : Hubungan pasien dengan lingkungan sekitar baik, pasien
berkomunikasi degan bahasa Indonesia dan Jawa.
Pasien kooperatif
Spiritual : Pasien beragama Islam, selama sakit pasien tidak dapat
menjalankan sholat 5 waktu

3.1.7 Pola Kehidupan Sehari-hari


Pola Di Rumah Di RS
Nutrisi Makan : 3x/hr (nasi,sayur,lauk) Makan : lunak 1900 cal habis
Minum : 600-1000 cc/hr Minum : 600-1000 cc/hr
Eliminasi BAB : 1x/hr BAB : -
BAK : 4-5 x/hr BAK : 2 x/hr
Istirahat Tidur 7-8 jam/hr Sering bangun karena badan
panas
Personal Mandi dan gosok gigi 2x/hr Mandi dan gosok gigi 2x/hr
Hygiene dibantu perawat dan keluarga
Aktivitas Bekerja Pasien hanya berbaring di
tempat tidur

3.1.8 Keadaan/ Penampilan/ Kesan Umum Pasien


Pasien terlihat lemah, pucat, berbaring di tempat tidur, pada ekstemitas kiri
atas terpasang IV NS 250 cc

3.1.9 Tanda-tanda Vital


Suhu : 38,8 C
Denyut Nadi : 96 x/ menit
Respirasi : 20 x/ menit
TD : 120/ 60 mmHg

3.1.10 Pemeriksaan Fisik


1) Pemeriksaan Kepala dan leher
Rambut : warna hitam, tidak berketombe
Mata : simetris, reflek pupil terhadap cahaya +/+, konjungtiva pucat
Telinga : simetris, bersih
Mulut : mukosa bibir kering, gigi bersih

12 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S
Hidung : tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat sekret
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
2) Pemeriksaan Integumen/ kulit dan kuku
Kulit : turgor kulit menurun, warna sawo matang, luka di kaki kanan
berwarna kemerahan
Kuku : pendek agak kotor
3) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
Tidak ada pembesaran limfa
4) Pemeriksaan Thorak/ dada
Inspeksi : Ekspansi saat inspirasi dan ekspirasi simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, tidak terdapat suara nafas
tambahan ( whezing, ronchi, rales )

5) Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis berada di ICS II pada linea midclavicula
Palpasi : Titik impuls max di sela iga ke 5 garis midclavicula kiri
Perkusi : terdengar pekak
Auskultasi :Terdengar bunyi jantung S1 dan S2 tunggal
6) Pemeriksan Abdomen
Inspeksi : Abdomen bersih, tidak terdapat massa
Palpasi : Tidak teraba massa
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus 5x/ menit
7) Pemeriksaan Muskuloskeletal
MMT 5 5
4 5
5 = gerakan normal penuh, menentang gravitasi dengan penahan penuh
4 = bisa digerakkan tapi tidak kuat menahan tahanan
8) Pemeriksaan Neurologi
Reflek pupil terhadap cahaya +/+
GCS : Reflek mata 4 : membuka mata spontan
Reflek Bicara 5 : orientasi waktu, nama, tempat baik
Reflek Motorik 6 : dapat mengikuti perintah dengan baik
9) Pemeriksaan Status Mental
Pasien sadar penuh ( composmentis ) dan emosi stabil
10) Pemeriksaan Penunjang Medis
Darah lengkap 4-11-2006 Tanggal 6-11-2006

13 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S
WBC 31.5 Pemeriksaan laborat
RBC 3.63 Glicose puasa/ sesaat
HGB 11.1 - 2 JPP : 217
HCT 33.3
MCV 91.7
MCH 30.6
MCHC 33.3
PLT 575
11) Pelaksanaan/ Terapi
Imbost 3 x 1
Pletal 2 x 50 mg
Paracetamol prn panas
12) Harapan klien/ keluarga sehubungan dengan penyakitnya
Keluarga berharap supaya pasien cepat pulang, luka pada kaki tidak sakit
lagi

14 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S
ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. S


Umur : 46 tahun
No. Reg : 0608578
DATA OBYEKTIF MASALAH KEMUNGKINAN
DATA SUBYEKTIF PENYEBAB
DS :- Klien Nyeri Akut Diskontinuitas
mengatakan kaki jaringan
kanannya nyeri
DO :- Skala
nyeri 5
- Terdapat
luka bekas I &D pada
pedis dekstra
- Bengkak
pada kaki dekstra
- Klien
berhati-hati bergerak
DS :- Klien Hipertermia Bakteri sekunder
tampak gelisah terhadap proses
infeksi
DO : Klien mengatakan
badan terasa panas dan
tidak enak
- Suhu
38,8 C
- Hiperem
i (+) kaki kanan
- Wajah
klien tampak
kemerahan
- Klien
mendapat obat prn
panas

DATA OBYEKTIF MASALAH KEMUNGKINAN


DATA SUBYEKTIF PENYEBAB
DS : Klien mengatakan kaki Kerusakan Integritas Inflamasi antara
kanan bengkak dan Kulit dermal-epidermal

15 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S
nyeri sekunder akibat
DO :- Terdapat bakterial
luka bekas I&D pada
pedis dekstra
- Pada
kaki kanan bengkak
(+), hiperemi (+), pus
(+)

16 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S
3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S
Umur : 46 tahun
No. Reg : 0608578
NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TTD
MUNCUL TERATASI
1 7-11-2006 Nyeri akut berhubungan dengan
diskontinuitas jaringan yang ditandai
dengan klien mengatakan kaki kanannya
nyeri, skala nyeri 5, terdapat luka bekas
I&D pada pedis dekstra, bengkak pada
kaki dekstra, klien berhati-hati bergerak,
klien tampak gelisah

2 7-11-2006 Hipertermia berhubungan dengan bakteri


sekunder terhadap proses infeksi yang
ditandai dengan klien mengatakan badan
terasa panas dan tidak enak, suhu 38,8 C
hiperemi (+) kaki kanan, wajah klien
tampak kemerahan, klien mendapat obat
prn panas

3 7-11-2006 Kerusakan integritas kulit berhubungan


dengan inflamasi antara dermal-epidermal
sekunder akibat bakterial ditandai dengan
klien mengatakan kaki kanan bengkaak
dan nyeri, terdapat luka bekas I&D pada
pedis dekstra, pada kaki kanan bengkak (+)
hiperemi (+) pus (+)

3.3. INTERVENSI KEPERAWATAN


Nama Pasien : Tn. S
No. Reg : 0608578
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
1. Nyeri akut berhubungan dengan Nyeri dapat berkurang 1. Observasi tingkat nyeri 1.
diskontinuitas jaringan yang dalam waktu 2x24 jam 2. Dorong penggunaan teknik
ditandai dengan klien mengatakan dengan kriteria hasil : relaksasi nafas dalam
kaki kanannya nyeri, skala nyeri 5, - Klien 3. Beri tindakan kenyamanan,
terdapat luka bekas I&D pada mengatakan nyeri yakinkan pasien bahwa
pedis dekstra, bengkak pada kaki berkurang perubahan posisi tidaka akan 2.

17 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S
dekstra, klien berhati-hati - Klien menyebabkan cidera selama
bergerak, klien tampak gelisah tampak rileks pasien berhati-hati 3.
4. Kolaborasi dalam pemberian 4.
analgesik sesuai indikasi
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
2. Hipertermia berhubungan dengan Suhu tubuh klien dapat 1. Pantau suhu tubuh klien 1.
bakteri sekunder terhadap proses mencapai batas normal 2. Pantau suhu lingkungan
infeksi yang ditandai dengan klien dengan kriteria hasil : 3. Anjurkan klien untuk banyak
mengatakan badan terasa panas - Klien minum 2.
dan tidak enak, suhu 38,8 C mengatakan badan 4. Berikan kompres air hangat
hiperemi (+) kaki kanan, wajah terasa lebih baik 5. Kolaborasi dengan dokter
klien tampak kemerahan, klien - S: dalam pemberian antipiretik
mendapat obat prn panas 36,5C-37,5C 3.
- Tidak
terjadi peningkatan
infksi pada luka
4.

5.

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI


3. Kerusakan integritas kulit Integritas kulit dapat 1. Kaji kondisi luka 1.
berhubungan dengan inflamasi dipertahankan selama 2. Kompres daerah luka secara
antara dermal-epidermal sekunder 2x24 jam dengan perlahan dan hati-hati dengan
akibat bakterial ditandai dengan kriteria hasil : teknik aseptik 2.
klien mengatakan kaki kanan - Luka 3. Tinggikan ekstremitas dan
bengkaak dan nyeri, terdapat luka bekas infeksi tidak imobilisasi ekstremitas yang
bekas I&D pada pedis dekstra, bengkak terkena 3.
pada kaki kanan bengkak (+) - tidak ada 4. Kolaborasi dengan dokter
hiperemi (+) pus (+) peningkatan suhu dalam pemberian antibiotik 4.
tubuh
- TTV
dalam batas normal

18 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S
3.4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. S
No. Reg : 0608578
NO No.Dx TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TTD
1. 1 7-11-2006 1. Mengkaji tingkat nyeri
2. Membantu pasien merubah posisi
3. Mengajarkan teknik nafas dalam
4. Memberikan NS + morphin

1. Mengobservasi TTV
2. 2 7-11-2006 2. Memberikan klien selimut tipis
3. Menganjurkan klien banyak minum air putih
4. Memberikan paracetamol 500 mg PO

3. 3 7-11-2006 1. Mengkaji kondisi luka


2. Mengobservasi TTV

1. Mengobservasi nyeri
4. 4 8-11-2006 2. Memberikan paracetamol 500 mg PO

1. Mengobservasi TTV
5. 5 8-11-2006 2. Memberikan selimut tipis

6. 6 8-11-2006 1. Mengobservasi kondisi luka


2. Mengobservasi TTV

3.5. EVALUASI KEPERAWATAN


19 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S
Nama Pasien : Tn. S

No. Reg : 0608578

No Tgl jam Evaluasi


Dx
1 7 11 2006 S : - klien mengatakan nyeri
belum
Berkurang
- Skala nyeri 5
O : kaki tampak merah dan
bengkak
A : Tujuan Belum tercapai
2 7 11 2006 P : Intervensi dilanjutkan

S : Klien mengatakan badan


masih panas
O : S : 38,5drjtC
RR : 92x/mnt
N : 22x/mnt
3 7 11 2006 A : Tujuan Belum Tercapai
P : Intervensi ilanjutkan

S : pasien mengatakan kaki


bengkak
O : kaki klien tampak kanan
bengkak
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervensi dilanjutkan
4 8 11 2006 S : - klien mengatakan nyeri
telah
Berkurang
- Skala nyeri 3
20 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S
O : kaki tampak kurang merah
dan
bengkak
5 8 11 2006 A : Tujuan tercapai

S : Klien mengatakan tidak


merasa panas
lagi
O : S : 37drjtC
RR : 88x/mnt
6 8 11 2006 N : 20x/mnt
A : Tujuan Tercapai

S : pasien mengatakan kaki


sudah kurang
bengkak
O : kaki klien kurang tampak
kanan bengkak
A : Tujuan tercapai

21 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S
Daftar Pustaka

Adhi, Djuanda. 2001. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 3. FKUI : Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Atau Aplikasi Pada


Praktis Klinis. Universitas

Padjajaran : Bandung.

Ekstrada, Ronal. 2014.Atlas Saku Patofisiologi. Jakarta.Karisma.

Hartono, Andry. 2013. Sinopsis Organ Sistem Endrokinologi. Jakarta .


Karisma.

Marrilyn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC :


tJakarta.

Mutaqin, Arif dan Kumalasari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Integumen. Jakarta.

Salemba medika

Oswari, E. 2000. Bedah dan Perawatannya. FKUI : Jakarta.

22 | A S U H A N K E P E R A W A T A N K L I E N S E L U L I T I S

You might also like