Professional Documents
Culture Documents
Hardiani Waskito
R.0214040
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang berkembang sangat membutuhkan
sumber daya manusia atau tenaga kerja yang sehat, efisien dan produktif.
Tenaga kerja seperti ini diharapkan mampu berkompetisi dengn tenaga kerja
yang lain, baik didalam negeri dan luar negeri. Keunggulan tersebut dapat
tercapai bila semua pihak turut berperan aktif bekerja sama dengan tingkat
kemampuan yang ada pada tenaga kerja itu sendiri, Undang-undang RI No.13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 68 ayat 1 menyatakan bahwa
setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
atas keselamatan dan kesehatan kerja. Agar tenaga kerja ada dalam
keserasian sebaik-baiknya, yang berarti dapat terjamin keadaan kesehatan dan
produktivitas tinggi, maka perlu adanya keseimbangan dari faktor beban
kerja, beban tambahan akibat lingkungan kerja, dan kapasitas kerja.
Sumber daya manusia memegang peranan penting dan menentukan
keberhasilan atau organisasi. Sehubungan dengan hal tersebut, munculah
fenomena yang merugikan dan dapat menghancurkan tujuan organisasi
perusahaan, diantaranya adalah ketidakpuasan kerja, kelambanan kerja,
kebosanan kerja, kelelahan kerja, penurunan efisiensi, senioritas
kecemburuan sosial, penurunan semangat kerja, dan penurunan produktivitas
kerja.
Kelelahan kerja merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan,
yang secara umum terjadi pada setiap orang, yang telah tidak sanggup lagi
melakukan kegiatan. Kelelahan merupakan masalah yang harus mendapat
perhatian. Semua jenis pekerjaan baik formal dan informal menimbulkan
kelelahan kerja.
Kelelahan (fatigue) adalah suatu keluhan umum pada masyarakat
umum dan pada populasi pekerja. Pada pekerja, sekitar 20% memiliki gejala
kelelahan kerja. Kelelahan kerja dapat ditandai oleh menurunnya performa
kerja atau semua kondisi yang memengaruhi semua proses organisme,
termasuk beberapa faktor seperti perasaan kelelahan bekerja (subjective
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1 Pengertian Kelelahan Kerja
Banyak pengertian mengenai kelelahan kerja yang telah dikemukakan
oleh para ahli. Secara garis besar kelelahan kerja merupakan suatu kondisi
yang timbul karena aktivitas individu hingga individu tersebut tidak
mampu lagi mengerjakannya. Dengan kata lain, kelelahan kerja dapat
mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada
peningkatan kesalahan kerja dan berujung pada kecelakaan kerja
(Nurmianto, 2004).
Beberapa teori oleh para ahli mengenai definisi kelelahan kerja, yaitu
menurut:
a. Nurmianto (2004), kelelahan merupakan kondisi dimana tubuh
mengalami kehabisan energi karena perpanjangan kerja yang
dilakukan. Kelelahan sering muncul pada jenis pekerjaan yang
dilakukan secara berulang-ulang atau monoton.
b. Sumamur (2009), kelelahan merupakan kondisi yang menunjukkan
keadaan tubuh baik fisik maupun mental yang semuanya berakibat
pada penurunan daya kerja serta ketahanan tubuh.
c. Sumamur (2014), kata lelah (fatique) menunjukkan keadaan tubuh
fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat pada
penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk
bekerja.
d. Tarwaka (2013), kelelahan merupakan suatu bagian dari mekanisme
tubuh untuk melakukan perlindungan agar tubuh terhindar dari
kerusakan yang lebih parah, dan akan kembali pulih apabila
melakukan istirahat.
e. Wignjosoebroto (2000), kelelahan kerja merupakan menurunnya
proses efisiensi, performa kerja, dan berkurangnya
kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang
harus dilakukamn.
f. Grandjean dan Kogi dalam Setyawati
4 (2010), dari sudut neurofisiologi
diungkapkan bahwa kelelahan dipandang sebagai suatu keadaan
5
psikis. Semakin berat beban kerja seseorang maka akan semakin pendek
waktu kerja yang dijalankan untuk bekerja tanpa mengalami kelelahan dan
gangguan fisiologi lain. Namun apabila beban kerja yang diterima
seseorang melebihi kapasitasnya, maka akan menimbulkan kelelahan dan
gangguan fisiologis seperti gangguan pada sistem kardiovaskular
(Tarwaka, 2014). Perasaan lelah tidak hanya dirasakan pada saat setelah
bekerja, tetapi juga bisa dirasakan sebelum melakukan pekerjaan dan saat
melakukan pekerjaan. Kelelahan akibat kerja dapat ditanggulangi dengan
menyediakan sarana istirahat, memberi waktu libur, penerapan ergonomi,
lingkungan kerja yang sehat dan nyaman (Eraliesa, 2009).
Konsekuensi kelelahan kerja menurut Randalf Schuler (1999)
antara lain :
a. Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan berprestasi lebih buruk
lagi daripadapekerja yang masih penuh semangat.
b. Memburuknya hubungan si pekerja dengan pekerja lain.
c. Dapat mendorong terciptanya tingkah laku yang menyebabkan
menurunnyakualitas hidup rumah tangga seseorang.
7 Pengendalian Kelelahan Kerja
Upaya Pencegahan kelelahan kerja agar tingkat produktivitas kerja
tetap baik atau bahkan meningkat, salah satu faktor pentingnya adalah
pencegahan terhadap kelelahan kerja.
Cara mengatasi kelelahan kerja adalah sebagai berikut:
a. Sesuai kapasitas kerja fisik
b. Sesuai kapasitas kerja mental
c. Re-desain stasiun kerja ergonomis
d. Sikap kerja alamiah
e. Kerja lebih dinamis
f. Kerja lebih bervariasi
g. Redesain lingkungan kerja
h. Reorganisasi kerja
i. Kebutuhan kalori seimbang
j. Istirahat setiap 2 jam kerja.
Menurut Setyawati (2010), kelelahan kerja ditangani dengan cara
berikut :
a. Promosi kesehatan kerja
17
B. Perundang-undangan
1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Syarat-syarat Keselamatan Kerja Pasal 3
ayat 1 yang berbunyi, mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit
akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
2. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 86 ayat
2 yang berbunyi, Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
22
BAB III
23
HASIL
2. Cara Kerja
a. Sambungkan Mouse dan Lampu Sensor Cahaya dengan alat
26
Reaction Meter.
b. Hubungkan alat dengan sumber listrik menggunkan stop kontak
kemudian tekan tombol ON untuk menghidupkan alat.
c. Pastikan angka pada display menunjukan 000.0 jika belum maka tekan
tombol RESET.
d. Posisi probandus membelakangi operator.
e. Lampu sensor cahaya diletakkan di depan Probandus, agar nyala lampu
dapat terlihat jelas.
24
Novita
Zulfa
Dian
Cristin
Ayub
Rizqi
Anisa
Fania
224, 250, 225,3 362, 175, 300, 175, 150,3
1
9 3 9 6 4 4
225, 312, 137,7 225, 187, 175, 188, 150,2
2
7 4 2 9 4 1
200, 337, 138,0 200, 250, 613, 150, 338
3
4 4 4 9 0 5
200, 212, 137,8 250, 212, 200, 162, 175,1
4
4 8 3 7 5 8
187, 225, 150,0 275, 150, 150, 175, 137,7
5
8 3 3 2 3 3
175, 325, 037,4 237, 137, 162, 187, 150,2
6
1 3 3 7 9 9
174, 162, 188,1 237, 137, 162, 187, 174,9
7
9 8 8 4 8 9
162, 262, 175,8 225, 125, 175, 188, 175,2
8
7 4 3 1 3 1
162, 250, 162,9 187, 225, 150, 162, 175,3
9
7 0 8 2 4 8
175, 262, 175,4 163, 150, 187, 200, 175,3
10
3 8 0 0 8 4
213, 250, 100,2 187, 150, 175, 149, 174,9
11
4 3 9 4 4 9
200, 275, 150,5 175, 200, 162, 162, 194,9
12
8 2 3 4 8 9
175, 325, 188,3 174, 175, 200, 162, 150,4
13
1 3 9 7 4 9
188, 250, 187,9 200, 213, 175, 213, 174,9
14
3 3 4 2 3 0
162, 225, 150,4 212, 138, 175, 150, 187,7
15
7 3 7 0 4 4
137, 250, 225,2 200, 162, 175, 137, 187,8
16
8 3 4 9 3 7
175, 375, 150,4 188, 150, 237, 137, 187,9
17
2 5 3 4 8 7
26
*)Ket N R N N N N N N
*) Ket: N (Normal), R (Ringan), S (Sedang), B (Berat)
2 Perhitungan
Perhitungan rata-rata pengukuran kelelahan dengan waktu reaksi
(reaction timer) menggnakan rumus perhitungan berikut:
Rata-rata : Jumlah Pengukuran ke-6 sampai ke-15
10
Dalam perhitungan, nilai yang digunakan adalah nilai ke-6 sampai
nilai ke-15. Hal ini dimaksudkan karena nilai ke-1 sampainilai ke-5
dianggap sebagai tahap penyesuaian probandus dan nilai ke-16 sampai
dengan nilai ke-20 dianggap sebagai tahapan kejenuhan.Maka diperoleh
perhitungan sebagai berikut :
a. Hardiani Waskito
= 175,1+174,9+162,7+162,7+175,3+213,4+200,8+175,1+188,3+162,7
10
= 1791
10
= 179,10 milidetik
b. Novita Fajaryanti
= 325,3+162,8+262,4+250,0+262,8+250,3+275,2+325,3+250,3+225,3
10
= 2859,7
10
= 285,97 milidetik
c. Rizqi Okta Noviasti
= 037,4+188,1+175,8+162,9+175,4+100,2+150,5+188,3+187,9+150,4
10
= 1516,9
27
10
= 151,69 milidetik
d. Cristyana Paramita
= 237,3+237,8+225,3+187,8+163,0+187,9+175,3+174,9+200,4+212,7
10
= 2002,4
10
= 200,24 milidetik
e. Anisa Noor Hakim
= 137,7+137,4+125,1+225,2+150,0+150,4+200,4+175,7+213,2+138,0
10
= 1653,1
10
= 165,31 milidetik
f. Zulfa Dita
= 162,9+162,8+175,3+150,4+187,8+175,4+162,8+200,4+175,3+175,4
10
= 1728,5
10
= 172,85 milidetik
g. Ikfania Anggraeni
= 187,9+187,9+188,1+162,8+200,4+149,9+162,9+162,9+213,0+150,4
10
= 1766,2
10
= 176,62 milidetik
h. Shalahudin Al-Ayubi
= 150,2+174,9+175,2+175,3+175,3+174,9+194,9+150,4+174,9+187,7
10
= 1733,7
10
= 173,37milidetik
BAB IV
PEMBAHASAN
probandus dan sekaligus operator secara bergantian. Alat ukur yang digunakan
Reaction Timer Lakassidaya seri L-77 dengan hanya menggunakan rangsangan
dari sensor cahaya.
Pengukuran bertujuan untuk mengetahui kriteria kelelahan kerja yang
dialami seseorang setelah melakukan pekerjaan. Kriteria tersebut menjadi tolak
ukur apakah pekerja mengalami kelelahan kerja berat, kelelahan kerja sedang,
kelelahan kerja ringan ataupun tidak mengalami kelelahan atau dalam keadaan
normal. Kriteria kelehan telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Hasil dari penilaian atau analisis data tersebut setelah diketahui kriteria
kelelahan yang dialami oleh pekerja, kemudian apabila hasil pengukuran
menunjukkan bahwa pekerja mengalami kelelahan kerja ringan sampai berat maka
perlu adanya pengendalian yang harus diterapkan agar tingkat kelelahan dapat
diturunkan sehingga dapat meminimalaisir dampak yang dapat diakibatkan oleh
kelelahan kerja.
Berdasarkan pengukuran kelalahan yang telah dilakukan berikut ini adalah
hasil yang didapatkan oleh kelompok 5:
1. Probandus Hardiani Waskito rata-rata hasil pengukuran sebesar 179,1
milidetik, termasuk ke dalam kriteria Normal yaitu antara 150,0-240,0
milidetik.
2. Probandus Novita Fajaryanti rata-rata hasil pengukuran sebesar 258,97
milidetik, termasuk ke dalam kriteria Kelehan Kerja Ringan yaitu antara
>240,0 sampai < 410,00 milidetik
3. Probandus Rizqi Okta N rata-rata hasil pengukuran sebesar 151,69 milidetik,
termasuk ke dalam kriteria Normal yaitu antara 150,0 sampai 240,0 milidetik.
4. Probandus Cristyana Paramita rata-rata hasil pengukuran sebesar 200,24
milidetik, termasuk ke dalam kriteria Normal yaitu antara 150,0 sampai 240,0
milidetik.
31
5. Probandus Anisa Noor Hakim rata-rata hasil pengukuran sebesar 165,31
milidetik, termasuk ke dalam kriteria Normal yaitu antara 150,0 sampai 240,0
milidetik.
6. Probandus Zulfa Dita rata-rata hasil pengukuran sebesar 172,85 milidetik,
termasuk ke dalam kriteria Normal yaitu antara 150,0 sampai 240,0 milidetik.
29
.
31
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Kelelahan merupakan suatu bagian dari mekanisme tubuh untuk
melakukan perlindungan agar tubuh terhindar dari kerusakan yang lebih
parah, dan akan kembali pulih apabila melakukan istirahat. Tarwaka
(2013),
2. Ada bebrapa macam kelelan antara lain:
a. Berdasarkan proses terjadinya yaitu ada kelelahan otot dan kelelahan
umum
b. Berdasarkan waktu terjadinya yaitu kelelahan akut dan kelelahan
kronis.
c. Berdasarkan penyebab terjadinya, yaitu kelelahan fisiologis dan
psikologis.
3. Faktor penyebab kelelahan kerja antara lain:
32
a. Faktor dari dalam individu antara lain, usia, jenis kelamin, status gizi,
status kesehatan dan keadaan psikis tenaga kerja.
b. Faktor dari luar individu yaitu beban kerja dan lingkungan kerja fisik
seperti kebisingan, getaran, tekanan panas, penerangan dan lain-lain.
4. Gejala-gejala kelelahan kerja (Sumamur, 2014) :
a. Pelemahan kegiatan: Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh
badan, mengantuk, merasa berat pada mata, tidak seimbang dalam
berdiri dan mau berbaring.
b. Pelemahan motivasi: merasa susah berfikir, lelah bicara, ,tidak dapat
berkonsentrasi, tidak dapat fokus, mudah lupa, dan mudah cemas
c. Pelemahan fisik: sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di
punggung, merasa pernafasan tertekan,merasa haus, serak dan lain-lain
5. Akibat dari kelelahan kerja secara umum antara lain:
a. Motivasi kerja rendah
b. Kualitas kerja rendah
c. Banyak terjadi kesalahan
d. Menimbulkan stresas akibat kerja
e. Mengakibatkan cidera, penyakit akibat kerja (PAK) serta kecelakaan
35
kerja.
6. Upaya pengendalian kelelahan kerja
a. Promosi kesehatan kerja
b. Pencegahan kelelahan kerja
c. Pengobatan kelelahan kerja
d. Rehabilitasi kelelahan kerja
7. Pengukuran kelelahan kerja dapat dilakukan dengan; pengukuran
berdasarkan kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan, Psychomotor
test dengan Reaction Timer, Uji hilangnya kelipan atau Fliker Fusion dan
bisa juga menggunakan pengukuran secara subjektif yaitu dengan
memberikan kuisioner.
Pengukuran menggunakan Reaction Timer pada prinsipnya adalah jarak
waktu dari pemberian rangsang sampai kepada saat kesadaran atau
dilaksanakan kegiatan tertentu. Rangsang yang diberikan bisa berupa
cahaya ataupun suara dan reaksi yang dapat dilakukan adalah dengan
memencet tombol jika telah menerima rangsang.
8. Dari pengukuran yang telah dilakukan oleh kelompok lima, 7 dari 8 orang
probandus masuk dalam kategori Normal (N) sedangkan 1 dari 8 orang
probandus mengalami Kelelahan Kerja Ringan (KKR).
B. Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN