You are on page 1of 36

0

LAPORAN PRAKTIKUM ERGONOMI II

ANALISIS PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN


KELELAHAN KERJA

Hardiani Waskito
R.0214040

PROGRAM DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2015
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang berkembang sangat membutuhkan
sumber daya manusia atau tenaga kerja yang sehat, efisien dan produktif.
Tenaga kerja seperti ini diharapkan mampu berkompetisi dengn tenaga kerja
yang lain, baik didalam negeri dan luar negeri. Keunggulan tersebut dapat
tercapai bila semua pihak turut berperan aktif bekerja sama dengan tingkat
kemampuan yang ada pada tenaga kerja itu sendiri, Undang-undang RI No.13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 68 ayat 1 menyatakan bahwa
setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
atas keselamatan dan kesehatan kerja. Agar tenaga kerja ada dalam
keserasian sebaik-baiknya, yang berarti dapat terjamin keadaan kesehatan dan
produktivitas tinggi, maka perlu adanya keseimbangan dari faktor beban
kerja, beban tambahan akibat lingkungan kerja, dan kapasitas kerja.
Sumber daya manusia memegang peranan penting dan menentukan
keberhasilan atau organisasi. Sehubungan dengan hal tersebut, munculah
fenomena yang merugikan dan dapat menghancurkan tujuan organisasi
perusahaan, diantaranya adalah ketidakpuasan kerja, kelambanan kerja,
kebosanan kerja, kelelahan kerja, penurunan efisiensi, senioritas
kecemburuan sosial, penurunan semangat kerja, dan penurunan produktivitas
kerja.
Kelelahan kerja merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan,
yang secara umum terjadi pada setiap orang, yang telah tidak sanggup lagi
melakukan kegiatan. Kelelahan merupakan masalah yang harus mendapat
perhatian. Semua jenis pekerjaan baik formal dan informal menimbulkan
kelelahan kerja.
Kelelahan (fatigue) adalah suatu keluhan umum pada masyarakat
umum dan pada populasi pekerja. Pada pekerja, sekitar 20% memiliki gejala
kelelahan kerja. Kelelahan kerja dapat ditandai oleh menurunnya performa
kerja atau semua kondisi yang memengaruhi semua proses organisme,
termasuk beberapa faktor seperti perasaan kelelahan bekerja (subjective
2

feeling of fatigue), motivasi menurun, dan penurunan aktivitas mental dan


fisik. Sumber kelelahan kerja dapat berasal dari pekerjaan yang monoton,
faktor fisik lingkungan kerja (pene-rangan, iklim kerja dan kebisingan),
intensitas kerja mental dan fisik, faktor psikologi berupa tanggung jawab,
konflik, kecemasan, kebiasan makan, penyakit, dan status kesehatan. Selain
1 oleh kapasitas kerja, durasi kerja,
itu, kelelahan kerja dapat disebabkan
circadian rhythm, serta faktor psikologi pekerja. Faktor psikologi
menyebabkan kelelahan kerja sebesar 64%, lebih dari 50% karena depresi dan
sisanya karena panik, distimia, dan gangguan somatisasi. Stres kerja, depresi
atau kecemasan juga dapat menyebabkan kehilangan hari kerja yaitu 28,5 hari
per kasus, lebih tinggi dibandingkan dengan penyakit hubungan kerja dan
gangguan muskuloskeletal (19,4 hari)
Kelelahan kerja yang tidak diatasi dapat menimbulkan berbagai
permasalahan kerja yang fatal dan mengakibatkan kecelakaan dalam bekerja.
Sehingga dapat dipastikan suatu perusahaan wajib mengetahui tingkat kinerja
dan hal yang dapat menimbulkan permasalahan dalam bekerja yaitu antara
lain kelelahan kerja yang dialami secara umum pada pekerjanya. Tujuan dari
kesehatan kerja adalah untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan
produktif. Tujuan ini dapat tercapai apabila didukung oleh lingkungan kerja
yang memenuhi syarat kesehatan. Salah satu tujuan dari pelaksanaan
kesehatan kerja dalam bentuk operasional adalah pencegahan kelelahan dan
meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kelelahan kerja.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis kelelahan kerja.
3. Untuk mengetahui faktor penyebab kelelahan kerja.
4. Untuk mengetahui gejala kelelahan kerja
5. Untuk mengetahui dampak dari kelelahan kerja.
6. Untuk mengetahui pengendalian terhadap kelelahan kerja.
7. Untuk mengetahui pengukuran terhadap kelelahan kerja.
8. Untuk mengetahui standar kriteria hasil pengukuran kelelahan kerja.
C. Manfaat
1 Bagi Praktikan
a Dapat mengetahui pengertian kelelahan kerja.
b Dapat mengetahui jenis-jenis dari kelelahan kerja.
3

c Dapat mengetahui faktor penyebab kelelahan kerja.


d Dapat mengetahui damapak dari kelelahan kerja.
e Dapat mengetaui pengendalian terhadap kelelahan kerja.
f Dapat mengetahui pengukuran terhadap kelelahan akibat kerja.
g Dapat mengetahui standar kriteria hasil pengukuran kelelahan kerja.
2 Bagi D.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a Dapat menambah pengetahuan bagi seluruh mahasiswa D.4 Keselamatan
dan Kesehatan Kerja tentang kelelahan kerja.
b Dapat mendidik mahasiswanya menjadi mahasiswa yang bermutu,
berdaya saing, dan mempunyai etos kerja yang tinggi.
c Mendapatkan status atau akreditasi yang baik karena meluluskan
mahasiswa-mahasiswanya yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.
d Dapat memberikan gambaran mengenai kelelahan kerja dan cara
mengatasinya di lingkungan kerja.
e Dapat meningkatkan mutu dan kualitas tenaga kerja dari lulusan Diploma
4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
f Dapat memberikan kemampuan hard skill, soft skill dalam bidang K3
untuk menunjang dalam dunia kerja.
4

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1 Pengertian Kelelahan Kerja
Banyak pengertian mengenai kelelahan kerja yang telah dikemukakan
oleh para ahli. Secara garis besar kelelahan kerja merupakan suatu kondisi
yang timbul karena aktivitas individu hingga individu tersebut tidak
mampu lagi mengerjakannya. Dengan kata lain, kelelahan kerja dapat
mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja yang berakibat pada
peningkatan kesalahan kerja dan berujung pada kecelakaan kerja
(Nurmianto, 2004).
Beberapa teori oleh para ahli mengenai definisi kelelahan kerja, yaitu
menurut:
a. Nurmianto (2004), kelelahan merupakan kondisi dimana tubuh
mengalami kehabisan energi karena perpanjangan kerja yang
dilakukan. Kelelahan sering muncul pada jenis pekerjaan yang
dilakukan secara berulang-ulang atau monoton.
b. Sumamur (2009), kelelahan merupakan kondisi yang menunjukkan
keadaan tubuh baik fisik maupun mental yang semuanya berakibat
pada penurunan daya kerja serta ketahanan tubuh.
c. Sumamur (2014), kata lelah (fatique) menunjukkan keadaan tubuh
fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat pada
penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk
bekerja.
d. Tarwaka (2013), kelelahan merupakan suatu bagian dari mekanisme
tubuh untuk melakukan perlindungan agar tubuh terhindar dari
kerusakan yang lebih parah, dan akan kembali pulih apabila
melakukan istirahat.
e. Wignjosoebroto (2000), kelelahan kerja merupakan menurunnya
proses efisiensi, performa kerja, dan berkurangnya
kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang
harus dilakukamn.
f. Grandjean dan Kogi dalam Setyawati
4 (2010), dari sudut neurofisiologi
diungkapkan bahwa kelelahan dipandang sebagai suatu keadaan
5

sistemik saraf sentral, akibat yang berkepanjangan dan secara


fundamental dikontrol oleh aktivitas berlawanan antara sistem
aktivitas dan sisitem inhibisi batang otak
2 Jenis-jenis Kelelahan Kerja
Kelelahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu berdasarkan
proses, waktu, dan penyebab terjadinya kelelahan.
a. Berdasarkan proses,meliputi :
1) Kelelahan otot (muscular fatigue)
Kelelahan otot di tunjukkan melalui gejala sakit nyeri yang
luar biasa seperti ketegangan otot dan daerah sekitar sendi. Gejala
kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar
(external signs). Pada percobaan dengan menggunakan seekor katak,
apabila sebagian otot katak tersebut dialiri listrik, ternyata terjadi
kontraksi dan berkurangnya kemampuan kerja otot dalam hal
melakukan aktivitas pembebanan.Dalam beberapa detik kemudian
akan terlihat beberapa hal sebagai berikut :
a) Menurunnya ketinggian beban yang mampu di angkat
b) Merendahnya kontraksi dan relaksasi
c) Interval antara stimuli dan awal kontraksi menjadi lebih lama
2) Kelelahan Umum
Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya
kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena motoni;
intensitas dan lamanya kerja fisik; keadaan lingkungan; sebab-sebab
mental; status kesehatan dan keadaan gizi (Grandjean 1993). Secara
umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai
perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya
terjadi pada akhir jam kerja, apabila beban kerja melebihi 30-40%
dari tenaga aerobik. Gejala umum kelelahan adalah suatu perasaan
letih yang luar biasa dan terasa aneh. Semua aktivitas menjadi
terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan terebut.
Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis,
segalanya terasa berat dan merasa mengantuk.
b. Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan, meliputi :
1) Kelelahan akut, yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh
organ tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba.
6

2) Kelelahan kronis merupakan kumulatif respon non spesifik terhadap


perpanjangan stress. Keadaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu
sebab tunggal seperti terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh
tekanan-tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa
yang panjang. Pada keadaan seperti ini, gejalanya tidak hanya stres
atau sesaat setelah masa stress, tetapi cepat atau lambat akan sangat
mengancam setiap saat.
c. Berdasarkan penyebab terjadinya kelelahan, meliputi :
Berdasarkan penyebab kelelahan terbagi dua yaitu kelelahan
fisiologis dan kelelahan psikologis.
1) Kelelahan fisiologis disebabkan oleh faktor fisik atau kimia yaitu
suhu, penerangan, mikroorganisme, zat kimia, kebisingan,
circadian rhythms, dll, sedangkan kelelahan psikologis disebabkan
oleh faktor psikososial baik di tempat kerja maupun di rumah atau
masyarakat sekeliling.Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang
timbul karena adanya perubahan-perubahan fisiologis dalam tubuh.
2) Kelelahan psikologis dapat bersifat objektif dan subjektif, yang
timbul karena perasaan orang yang bersangkutan dan terlihat dalam
tingkah lakunya, dapat diakibatkan oleh beberapa hal diantaranya:
kurang minat dalam pekerjaan, monotoni kerja, tanggung jawab,
kekhawatiran, konflik-konflik, yang terkumpul dalam tubuh
(benak) dan menimbulkan rasa lelah.
Beberapa jenis kelelahan umum lainya menurut Grandjean (1988)
adalah:
1. Kelelahan penglihatan, muncul dari terlalu letihnya mata.
2. Kelelahan seluruh tubuh, sebagai akibat terlampau besarnya beban fisik
bagi seluruh organ tubuh.
3. Kelelahan mental, penyebabnya dipicu oleh pekerjaan yang bersifat
mentaldan intelektual.
4. Kelelahan syaraf, disebabkan oleh terlalu tertekannya salah satu bagian
darisistem psikomotorik.
5. Kelelahan kronis, sebagai akibat terjadinya akumulasi efek kelelahan
padajangka waktu yang panjang.
6. Kelelahan Siklus hidup sebagai bagian dari irama hidup siang dan
malam sertapetukaran periode tidur.
7

3 Faktor Penyebab Kelelahan Kerja


Terjadinya kelelahan tidak begitu saja, tetapi ada faktor yang
menyebabkannya. Faktor yang menyebabkan kelelahan tersebut antara lain
(Summur, 1996):
a. Faktor dari dalam individu
1) Usia
Kebutuhan zat tenaga terus meningkat sampai akhirnya menurun
pada usia 40 tahun. Berkurangn ya kebutuhan zat tenaga tersebut
dikarenakan telah menurunnya kekuatan fisik sehingga kegiatan
yang bisa dilakukan biasanya juga berkurang dan lebih lamban.Usia
atau umur merupakan waktu atau masa hidup seseorang selama
masih hidup didunia yang dihitung mu lai dari manusia dilahirkan.
Para ahli psikologi membagi umur menjadi beberapa kelompok-
kelompok yang didasarkan pada pertumbuhan fisik dan pertumbuhan
mental antara lain:
a) Masa dewasa dini : 18 tahun 40 tahun
b) Masa dewasa madya : 41 tahun 60 tahun
Usia berkaitan dengan kinerja karena pada usia yang meningkat
akan diikuti dengan proses degenerasi dari organ sehingga dalam hal
ini kemampuan organ akan menurun. Dengan adanya penurunan
kemampuan organ, maka hal ini akan menyebabkan tenaga kerja
akan semakin mudah mengalami kelelahan.
2) Jenis Kelamin
Pada tenaga kerja wanita akan terjadi siklus biologis setiap
bulan didalam mekanisme tubuhnya sehingga akan mempengaruhi
kondisi fisik maupun psikisnya dan hal ini akan menyebabkan
tingkat kelelahan wanita akan lebih besar dari pada tingkat kelelahan
pria.
3) StatusGizi
Status gizi adalah salah satu faktor dari faktor kapasitas kerja,
dimana keadaan gizi buruk dengan beban kerja yang beratakan
menganggu kerja dan menurunkan efisiensi serta mengakibatkan
kelelahan.
Dalam laporan FAO/WHO/UNU (1985) dinyatakan bahwa
Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan indicator status gizi orang
8

dewasa. Nilai IMT dihitung menurut ilmu berat badan (dalam


kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan(dalammeter). Status gizi
umum spesifik zat gizi,melainkan lebih erat kaitannya dengan energy
dan protein dapat diukur dengan antropometri.
Dengan kata lain antropometri atau ukuran tubuh dapat memberi
gambaran status energy dan protein seseorang ,karenanya
antropometri sering digunakan sebagai indicator status gizi yang
berkaitan dengan masalah kurang energy protein.
Standart IMT untuk orang Indonesia batas ambangnya telah
dimodifikasi berdasarkan pengalamanklinis sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kategori Indeks Massa Tubuh


Kategori IMT (Kg/m2) Keterangan
Kurus <17.0 Kekurangan BB tingkat berat
17,0-18,5 Kekurangan BB tingkat ringan
Normal >18,5-25,0 Normal
Gemuk >25,0-27,0 Kelebihan BB tingkat ringan
>27,0 Kelebihan BB tingkat berat
4) Status Kesehatan
Adanya beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi kelelahan,
penyakit tersebut antara lain :
a) Penyakit Jantung
Seseorang yang mengalami nyeri jantung jika kekurangan
darah, kebanyakan menyerang bilik kiri jantung sehingga paru-
paru akan mengalami bendungan dan penderita akan mengalami
sesak napas sehingga akan mengalami kelelahan.
b) Penyakit gangguan ginjal
Pada penderita gangguan ginjal, system pengeluaran sisa
metabolism akan terganggu sehingga tertimbun dalam darah
(uremi). Penimbunan sisa metabolis memenyebabkan kelelahan.
c) Penyakit asma
Pada penderita penyakit asma terjadi gangguan saluran udara
bronkus kecil bronkiolus. Proses transportasi oksigen dan
karbondioksida terganggu sehingga terjadi akumulasi
karbondioksida dalam tubuh yang menyebabkan
9

kelelahan.Terganggunya proses tersebut karena jaringan otot


paru-paru terkena radang.
d) Tekanan darah rendah
Pada penderita tekanan darah rendah kerja jantung untuk
memompa darah kebagian tubuh yang membutuhkan kurang
maksimal dan lambat sehingga kebutuhan oksigennya tidak
terpenuhi, akibatnya proses kerja yang membutuhkan oksigen
terhambat. Pada penderita penyakit paru-paru pertukaran O2 dan
CO2 terganggu sehingga banyak tertimbun sisa metabolism yang
menjadi penyebab kelelahan.
e) Tekanan darah tinggi.
Pada tenaga kerja yang mengalami tekanan darah tinggi akan
menyebabkan kerja jantung menjadi lebih kuat sehingga jantung
membesar.Pada saat jantung tidak mampu mendorong darah
beredar keseluruh tubuh dan sebagian akan menumpuk pada
jaringan seperti tungkai dan paru. Selanjutnya terjadi sesak napas
bila ada pergerakan sedikit karena tidak tercukupi kebutuhan
oksigennyaa kibatnya pertukaran darah terhambat. Pada tungkai
terjadi penumpukan sisa metabolisme yang menyebabkan
kelelahan.
5) Keadaan Psikis Tenaga Kerja
Keadaan psikis tenaga kerja yaitu suatu respon yang ditafsirkan
bagian yang salah, sehingga merupakan suatu aktivitas secara primer
suatu organ, akibatnya timbul ketegangan-ketegangan yang dapat
meningkatkan tingkat kelelahan seseorang.
b. Faktor dari Luar
1) BebanKerja danMasa Kerja
Beban kerja adalah volume pekerjaan yang dibebankan kepada
tenaga kerja baik berupa fisik maupun mental dan menjadi
tanggung jawabnya.
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya dan
masing-masing tenaga kerja mempunyai kemampuan sendiri untuk
menangani beban kerjanya sebagai tambahan dari beban kerja
langsung ini.
10

Pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan atau


situasi yang akan menjadi beban tambahan pada jasmani dan rohani
tenaga kerja tersebut. Seperti factor lingkungan fisik, kimia,
biologi, ergonomic dan psikologi.
Beban kerja nmenentukan berapa lama seseorang dapat bekerja
tanpa mengakibatkan kelelahan atau gangguan. Pada pekerjaan
yang terlalu berat dan berlebihan akan mempercepat pula kelelahan
kerja seseorang. Nadi kerja merupakan petunjuk besar kecilnya
beban kerja.
Masa kerja merupakan lama waktu seseorang bekerja pada
suatu instansi atau tempat kerja. Pada masa kerja ini dapat
berpengaruh pada kelelahan kerja khususnya kelelahan kronis,
semakin lama seorang tenaga kerja bekerja pada lingkungan kerja
yang kurang nyaman dan menyenangkan maka kelelahan pada
orang tersebut akan menumpuk terus dari waktu ke waktu.
2) Lingkungan kerja fisik
Lingkungan kerja fisik yang mempengaruhi kelelahan antara
lain penerangan, kebisingan dan iklim kerja:
a) Penerangan atau pencahayaan
Penerangan yang kurang baik dilingkungan kerja bukan saja
akan menambah beban kerja, karena menganggu pelaksanaan
pekerjaan,tetapi menimbulkan kesan yang kotor.
Untuk mengurangi kelelahan fisik akibat dari penerangan
yang tidak cukup dikaitkan dengan factor obyek dan umur
pekerja dapat dilakukan antara lain perbaikan kontras,
meningkatkan penerangan dan pengaturan jam kerja yang sesuai
dengan umur tenaga kerja.
b) Iklim Kerja / Tekanan
Panas Iklim kerja merupakan interaksi berbagai variable
seperti temperatur, kelembaban udara, kecepatan gerak angin
dan suhu radiasi,i klim kerja adalah keadaan udara di tempat
kerja.Pengukuran tekanan panas pada suatu tempat salah
satunya adalah dengan mengukur ISBB atau indeks suhu basah
dan bola, anatara lain:
11

(1) Untuk pekerja diluar gedungISBB =


0,7 x suhu basah+0,2 x suhu radiasi+0,1 suhu kering.
(2) Untuk pekerja didalamgedungISBB =
0,7 x suhu basah+0,3 x suhu radiasi.
c) Kebisingan
Suara yang terlalu bising dan berlangsung lama dapat
menibulkan stimulasi daerah didekat area penerimaan
pendengaran berdenging. Keadaan ini akan menimbulkan
kelelahan adalah reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu
cortex celebri yang dipengaruhi oleh system yang antagonistik,
yaitu system penghambat(inhibisio)dan system (aktivasi).
d) FaktorErgonomi
Ergonomi dapat mengurangi beban kerja dan kelelahan
kerja. Ergonomi juga berperan dalam memaksimalkan
kenyamanan, keamanan dan efisiensi pekerja
Faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan
untuk memelihara atau mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses
penyegaran harus dilakukan diluar tekanan (cancel out stress). Penyegaran
terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan
waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran
(Grandjean, 1993 dalam Tarwaka, 2013).
Faktor-faktor penyebab kelelahan adalah :
a. Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental
b. Lingkungan kerja
ikim kerja, penerangan, kebisingan, getarandan lain-lain.
c. Problem fisik : tanggung jawab, kekawatiran, konflik.
d. Kenyerian dan kondisi kesehatan.
e. Circadian rhythm.
f. Nutrisi
Faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan hal-hal berikut
(Siswanto, 2001):
a. Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi,
variasikerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan
pekerjaan.
b. Faktor Psikologis, misalnya rasatanggungjawab dan khawatir
yangberlebihan, serta konflik yang kronis/ menahun.
c. Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta
tidakmenimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja.
12

d. Status kesehatan (penyakit) dan status gizi.


e. Monoton(pekerjaan/ lingkungan kerja yang membosankan)
4 Gejala Kelelahan Kerja
Suatu daftar gejala atau perasaan atau tanda yang berhubungan dengan
kelelahan adalah (Sumamur, 2014) :
a. Pelemahan kegiatan ditandai dengan gejala: Perasaan berat dikepala,
menjadi lelah seluruh badan, kaki mearasa berat menguap, merasa
kacau pikiran, mengantuk, merasa berat pada mata, kaku dan canggung
pada gerakan, tidak seimbang dalam berdiri dan mau berbaring.
b. Pelemahan motivasi ditandai dengan gejala : merasa susah berfikir,
lelah bicara, gugup,tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat
memfokuskan perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa,
kurang percaya diri, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol
sikap dan tidak dapat tekun melakukan pekerjaan.
c. Pelemahan fisik ditandai dengan gejala: sakit kepala, kekakuan di bahu,
merasa nyeri di punggung, merasa pernafasan tertekan,merasa haus,
suara serak, merasa pening, spasme kelopak mata, tremor pada anggota
badan dan merasa kurang sehat.
Gambaran mengenai gejala kelelahan secara subjektif dan objektif
antara lain (Sugeng Budiono, 2003):
a. Perasaan lesu, ngantuk dan pusing.
b. Tidak atau kurang mampu berkonsentrasi.
c. Berkurangnya tingkat kewaspadaan.
d. Persepsi yang buruk dan lambat.
e. Tidak ada atau berkurangnya gairah untuk bekerja.
f. Menurunnya kinerja jasmani dan rohani.
Gejala-gejala kelelahan hanya terdiri atas empat gejala, yaitu
(Nurmianto,2004):
a. Rasa letih, lelah, lesu, dan lemah (4L)
b. Mengantuk
c. Motivasi kerja menurun
d. Rasa pesimis
5 Mekanisme Kelelahan
Keadaan dan perasaan kelelahan adalah reaksi fungsionaldari pusat
kesadaran yaitu korteks serebri, yang dipengaruhi oleh dua sistem
antagonistik yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak
13

(aktivasi). Sistem penghambat terdapat dalam thalamus yang mampu


menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan menyebabkan
kecenderungan untuk tidur. Sistem penggerak terdapat dalam formasio
retikularis yang dapat merangsang peralatan dalam tubuh kearah bekerja,
berkelahi, melarikan diri dan sebagainya.
Maka keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung kepada
hasil kerja diantara dua sistem antagonis dimaksud. Apabila sistem
penghambat lebih kuat seseorang dalam keadaan lelah. Sebaliknya
manakala sistem aktivitas lebih kuat seseorang dalam keadaaan segar
untuk bekerja. Konsep ini dapat dipakai menjelaskan peristiwa-peristiwa
sebelumnya yang tidak jelas. Misalnya peristiwa seseorang dalam keadaan
lelah, tiba-tiba kelelahan hilang oleh karena terjadi peristiwa yang tidak
diduga sebelumnya atau terjadi tegangan emosi. Dalam keadaan ini, sistem
penggerak tiba-tiba terangsang dan dapat mengatasi system penghambat.
Demikian pula peristiwa dalam monotoni, kelelahan terjadi oleh karena
hambatan dari sistem penghambat, walaupun beban kerja tidak begitu
berat.
Kelelahan yang terus menerus terjadi setiap hari akan berakibat
terjadinya kelelahan yang kronis. Perasaan lelah tidak saja terjadi sesudah
bekerja pada sore hari, tetapi juga selama bekerja, bahkan kadang-kadang
sebelumnya. Perasaan lesu tampak sebagai suatu gejala. Gejala-gejala
psikis ditandai dengan perbuatanperbuatan anti sosial dan perasaan tidak
cocok dengan sekitarnya, sering depresi, kurangnya tenaga serta
kehilangan inisiatif. Tanda-tanda psikis ini sering disertai kelainan-
kelainan psikolatis seperti sakit kepala, vertigo, gangguan pencernaan,
tidak dapat tidur dan lain-lain.
Kelelahan kronis demikian disebut kelelahan klinis. Hal ini
menyebabkan tingkat absentisme akan meningkat terutama mangkir kerja
pada waktu jangka pendek disebabkan kebutuhan istirahat lebih banyak
atau meningkatnya angka sakit. Kelelahan klinis terutama terjadi pada
mereka yang mengalami konflik mental atau kesulitan-kesulitan
psikologis. Sikap negatif terhadap kerja, perasaan terhadap atasan atau
14

lingkungan kerja memungkinkan faktor penting dalam sebab ataupun


akibat (Sumamur, 1996).
Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf pusat,
terdapat sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi
tetapi kadang-kadang salah satu dari padanya lebih dominan sesuai dengan
keperluan. Sistem aktivasi bersifat simpatis, sedangkan inhibisi adalah
parasimpatis. Agar tenaga kerja berada dalam keserasian dan
keseimbangan, kedua sistem tersebut harus berada pada kondisi yang
memberikan stabilitasi kepada tubuh (Sumamur, 1989).
Menurut Kassoris & Kohler (Nurmianto, 1996) efisiensi maksimal
dicapai dengan hari kerja delapan jam. Dimulai dari pukul 07.00 sampai
dengan pukul 16.00. Namun antara pukul 12.00 sampai dengan pukul
13.00 digunakan untuk istirahat untuk menghindari kelelahan.
Nurmianto (1996) berpendapat bahwa terjadinya kelelahan karena
adanya pembebanan otot secara statis sehingga aliran darah ke otot
berkurang yang mengakibatkan asam laktat terakumulasi. Di samping itu
juga dikarenakan pembebanan otot yang tidak merata pada sejumlah
jaringan tertentu. Pendapat Nurmianto ini didukung oleh Carnegie (1993)
yang mengatakan bahwa kelelahan terjadi dikarenakan tekanan darah pada
tubuh dan konsumsi oksigen menurun.
Menurut Ahmadi (Kartono, 1994) kelelahan terjadi apabila seseorang
melakukan pekerjaan dalam waktu yang lama. hal ini juga dikemukakan
oleh Anoraga (1992), jika dalam jangka waktu yang panjang seseorang
terus menerus harus melakukan gerak yang sama maka sirkulasi darah
menjadi terganggu, dan orang tersebut menjadi cepat lelah.
Menurut Sedarmayanti (2009) kelelahan kerja merupakan suatu pola
yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap
orang, yang telah tidak sanggup lagi melakukan kegiatan. Pada dasarnya
timbulnya kelelahan disebabkan oleh dua hal, yaitu :
a. Kelelahan Akibat Faktor Fisiologis (Fisik atau Kimia)
Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena
adanya perubahan fisiologis dalam tubuh.Dari segi fisiologis, tubuh
manusia dapat dianggap sebagai mesin yang dapat membuat bahan
15

bakar, dan memberikan keluaran berupa tenaga yang berguna untuk


melakukan kegiatan.
Pada prinsipnya, ada 5 macam mekanisme yang dilakukan
tubuh, yaitu :
1) Sistem peredaran darah
2) Sistem pencernaan
3) Sistem otot
4) Sistem syaraf
5) Sistem pernafasan
Kerja fisik yang kontinyu, berpengaruh terhadap mekanisme
tersebut, baik secara sendiri-sendiri maupun secara sekaligus.Kelelahan
terjadi karena terkumpulnya produk sisa dalam otot dan peredaran
darah, dimana produk sisa ini bersifat mambatasi kelangsungan
kegiatan otot.Produk sisa ini mempengaruhi seratserat syaraf dan
system syaraf pusat sehingga menyebabkan pegawai menjadi lambat
bekerja jika sudah lelah.
b. Kelelahan Akibat Faktor Psikologis
Kelelahan ini dapat dikatakan kelelahan palsu, yang timbul
dalam perasaan orang yang bersangkutan dan terlihat dalam tingkah
lakunya atau pendapatpendapatnya yang tidak konsekuen lagi, serta
jiwanya yang labil dengan adanya perubahan walaupun dalam kondisi
lingkungan atau kondisi tubuhnya sendiri. Jadi hal ini menyangkut
perubahan yang bersangkutan dengan moril seseorang., Sebab
kelelahan ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu kurang minat
dalambekerja, berbagai penyakit, keadaan lingkungan, adanya hukum
moral yang mengikatdan merasa tidak sesuai, sebab-sebab mental
seperti : tanggung jawab, kekhawatirandan konflik. Pengaruh tersebut
seakan-akan terkumpul dalam tubuh danmenimbulkan rasa lelah.
6 Akibat Kelelahan Kerja
Kelelahan merupakan komponen fisik dan psikis seseorang.
Kelelahan yang terjadi secara terus-menerus akan berakibat kepada
kelelahan kronis (Sumamur, 2009). Menurut Tarwaka (2014) kerja fisik
yang memerlukan konsentrasi yang terus-menerus dapat menyebabkan
kelelahan fisiologis hingga terjadi perubahan faal dan penurunan keinginan
untuk melakukan suatu aktivitas kerja yang dikarenakan oleh kelelahan
16

psikis. Semakin berat beban kerja seseorang maka akan semakin pendek
waktu kerja yang dijalankan untuk bekerja tanpa mengalami kelelahan dan
gangguan fisiologi lain. Namun apabila beban kerja yang diterima
seseorang melebihi kapasitasnya, maka akan menimbulkan kelelahan dan
gangguan fisiologis seperti gangguan pada sistem kardiovaskular
(Tarwaka, 2014). Perasaan lelah tidak hanya dirasakan pada saat setelah
bekerja, tetapi juga bisa dirasakan sebelum melakukan pekerjaan dan saat
melakukan pekerjaan. Kelelahan akibat kerja dapat ditanggulangi dengan
menyediakan sarana istirahat, memberi waktu libur, penerapan ergonomi,
lingkungan kerja yang sehat dan nyaman (Eraliesa, 2009).
Konsekuensi kelelahan kerja menurut Randalf Schuler (1999)
antara lain :
a. Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan berprestasi lebih buruk
lagi daripadapekerja yang masih penuh semangat.
b. Memburuknya hubungan si pekerja dengan pekerja lain.
c. Dapat mendorong terciptanya tingkah laku yang menyebabkan
menurunnyakualitas hidup rumah tangga seseorang.
7 Pengendalian Kelelahan Kerja
Upaya Pencegahan kelelahan kerja agar tingkat produktivitas kerja
tetap baik atau bahkan meningkat, salah satu faktor pentingnya adalah
pencegahan terhadap kelelahan kerja.
Cara mengatasi kelelahan kerja adalah sebagai berikut:
a. Sesuai kapasitas kerja fisik
b. Sesuai kapasitas kerja mental
c. Re-desain stasiun kerja ergonomis
d. Sikap kerja alamiah
e. Kerja lebih dinamis
f. Kerja lebih bervariasi
g. Redesain lingkungan kerja
h. Reorganisasi kerja
i. Kebutuhan kalori seimbang
j. Istirahat setiap 2 jam kerja.
Menurut Setyawati (2010), kelelahan kerja ditangani dengan cara
berikut :
a. Promosi kesehatan kerja
17

b. Pencegahan kelelahan kerja terutama ditujukan kepada upaya menekan


faktor-faktor yang berpengaruh secara negatif pada kelelahan kerja dan
meningkatkan faktor-faktor yang berpengaruh secara positif.
c. Pengobatan kelelahan kerja dengan terapi kognitif dan perilaku pekerja
bersangkutan, penyuluhan mental dan bimbingan mental, perbaikan
lingkungan kerja, sikap kerja dan alat kerja diupayakan berciri
ergonomis, pemberian gizi kerja yang memadai.
d. Rehabilitasi kelelahan kerja, maksudnya melanjutkan tindakan dan
program pengobatan kelelahan kerja serta mempersiapkan pekerja
tersebut bekerja secara lebih baik dan bersemangat.
Mengelola kelelahan kerja bisa dilakukan oleh setiap individu atau
secara terorganisasi. Tujuannya adalah meningkatkan kinerja individu
melalui pemulihan kondisi fisik dan mental. Secara individu bisa
dilakukan dengan prakarsa karyawan bersangkutan. Merekalah yang
sangat mengetahui jenis dan bobot kelelahan yang dihadapinya; mulai
dari yang ringan sampai yang berat. Sementara organisasi atau
perusahaan dapat melaksanakan program peningkatan kinerja karyawan
secara terencana dan reguler dimana di dalamnya ada subprogram
mengurangi kelelahan kerja karyawan. Pedekatannya cenderung beragam
yang sangat bergantung pada jenis kelelahan dan penyebabnya. Untuk itu
diperlukan langkah-langkah sistematis.
Untuk melakukan pemulihan kelelahan kerja secara spesifik maka
harus berdasarkan pertimbangan lingkup, frekuensi dan bobot kelelahan
kerja. Namun secara umum langkah-langkah yang perlu dilakukan
individu karyawan adalah sebagai berikut:
a. Menelaah penyebab mengapa terjadi kelelahan kerja, kapan saja,
dimana, dan ketika mengerjakan apa.
b. Kalau dirasa terlalu berat perlu melakukan konsultasi dengan orang
yang ahli dan berpengalaman.
c. Melakukan pemulihan kelelahan dengan cara berolahraga secara
teratur, tidur yang cukup, bersosialisasi, relaksasi, dan kalau
dianggap perlu berobat ke dokter.
d. Meminta cuti kerja.
18

Sementara itu mengatasi kelelahan kerja oleh perusahaan dapat


dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
a. Melakukan analisis kinerja karyawan dan organisasi.
b. Menelaah hubungan kinerja dengan kelelahan kerja karyawan.
c. Menganalisis jenis uraian kerja dan beban kerja hubungannya
dengan kinerja.
d. menyusun program peningkatan kinerja khususnya subprogram
mengurangi kelelahan kerja termasuk menentukan beban kerja
optimum dan membangun lingkungan kerja yang nyaman.
e. Melaksanakan program peningkatan kinerja secara teratur.
f. Mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan program dan kinerja
karyawan/organisasi.
8 Metode Pengukuran Kelelahan Kerja
Sampai saat ini belum ada metode pengukuran kelelahan yang baku
karena kelelahan merupakan suatu perasaan subyektif yang sulit diukur
dan diperlukan pendekatan secara multidisiplin (Tarwaka, 2004)
Banyak parameter yang digunakan untuk mengukur kelelahan kerja
antara lain : Waktu Reaksi Seluruh Tubuh atau Whole Body Reaction Test
(WBRT), Uji ketuk jari (Finger Taping Test), Uji Flicker Fusion, Uji
Critical Fusion, Uji Bourdon Wiersma, Skala kelelahan IFFRC (Industrial
Fatique Rating Comite), Skala Fatique Rating (FR Skala), Ekresi
Katikolamin, Stroop Test.(Sumamur, 1995) Menurut Tarwaka,dkk (2004),
pengukuran kelelahan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a. Kualitas dan kuantitas hasil kerja
Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah
proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi
yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor yang
harus dipertimbangkan seperti; target produksi; faktor sosial; dan
perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output (kerusakan
produk, penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat
menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut bukanlah
merupakan causal factor (Tarwaka, 2004)
Kuantitas kerja dapat dilihat pada prestasi kerja yang dinyatakan
dalam banyaknya produksi persatuan waktu.Sedangkan kualitas kerja
19

didapat dengan menilai kualitas pekerjaan seperti jumlah yang ditolak,


kesalahan, kerusakan material, dan lain-lain.
b. Pencatatan perasaan subyektif kelelahan kerja.
Yaitu dengan cara Kuesioner. Subjective Self Rating Test dari
Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang, merupakan
salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan
subjektif.
Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari
beberapa hal berikut:
1) Pertanyaan tentang pelemahan kegiatan:
a) Perasaan berat di kepala.
b) Lelah di seluruh badan.
c) Berat di kaki.
d) Menguap.
e) Pikiran kacau.
f) Mengantuk.
g) Ada beban pada mata.
h) Gerakan canggung dan kaku.
i) Berdiritidak stabil.
j) Ingin berbaring
2) Pertanyaan tentang pelemahan motivasi:
a) Susah berfikir.
b) Lelah untukbicara.
c) Gugup.
d) Tidak berkonsentrasi.
e) Sulit untuk memusatkan perhatian.
f) Mudah lupa.
g) Kepercayaan diri berkurang.
h) Merasa cemas.
i) Sulit mengontrol sikap.
j) Tidak tekun dalam pekerjaan.
3) Pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik :
a) Sakit dikepala.
b) Kakudi bahu.
c) Nyeri di punggung.
d) Sesak nafas.
e) Haus.
f) Suara serak.
g) Merasa pening.
h) Spasme di kelopak mata.
i) Tremor pada anggota badan.
j) Merasakurang sehat.
20

Pengukuran Kelelahan, Sampai saat ini belum ada cara untuk


mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran pengukuran
yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang
menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Grandjean (1993) dalam
Tarwaka (2004) mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam
beberapa kelompok, yaitu:
a. Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan
b. Uji psikomotor
c. Uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test)
d. Perasaan kelelahan secara subjektif
e. Uji mental
Menurut Sumamur PK Untuk mengetahui kelelahan dapat diukur
dengan:
a. Waktu reaksi (Reaksi sederhana atas rangsang tuggal atau reaksi-
reaksi yang memerlukan koordinasi).
b. Konsentrasi (Pemeriksaan Bourdon Wiersma, UJi KLT).
c. Uji Flicker fision.
d. EEG.
Beberapa metode pengukuran kelelahan kerja yang dapat dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar tingkat kelelahan yang dialami pekerja,
antara lain sebagai berikut:
a. Alat Ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPKK).
Menurut Setyawati KAUPK2 (Kuesioner Alat Ukur Perasaan
Kelelahan Kerja) merupakan parameter untuk mengukur perasaan
kelelahankerja sebagai gejala subjektif yang dialami pekerja dengan
perasaan yangtidak menyenangkan.Keluhan-keluhan yang dialami
pekerja sehari-harimembuat mereka mengalami kelelahan kronis.
(Hotmatua, 2009).
b. Pengukuran gelombang listrik pada otak dengan Electro enchepalo
graphy (EEG).
c. Uji psiko-motor (psychomotor test), dapat dilakukan dengan
caramelibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor
denganmenggunakan alat digital reaction timer untuk mengukur waktu
reaksi. Waktureaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang
sampai kepada suatusaat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan.Dalam
uji waktu reaksi dapatdigunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan
21

kulit atau goyangan badan.Terjadinya pemanjangan waktu reaksi


merupakan petunjuk adanya perlambatanpada proses faal syaraf dan
otot.
d. Uji mental, pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu
pendekatanyang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan
kecepatan dalammenyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersman test
merupakan salah satualat yang dapat digunakan untuk menguji
kecepatan, ketelitian dankonsentrasi.
Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa
kelelahanbiasanya terjadi pada akhir jam kerja yang disebabkan oleh
karena beberapa faktor,seperti monotoni, kerja otot statis, alat dan sarana
kerja yang tidak sesuai denganantropometri pemakainya, stasiun kerja
yang tidak ergonomik, sikap paksa danpengaturan waktu kerja-istirahat
yang tidak tepat. Sumber kelelahan dapatdisimpulkan dari hasil pengujian
tersebut.
9 Kriteria Hasil Pengukuran Kelelahan
Tigkat kelelahan kerja dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu
reaksi yang diukur dengan reactiontimer yaitu:
Tabel 2.2 Klasifikasi Kelelahan Kerja
Waktu reaksi
Kategori
(mili detik)
Normal (N) 150,0 - 240,0
Kelelahan Kerja Ringan (KKR) 240,0 < X < 410,0
Kelelahan Kerja Sedang (KKS) 410,0 X < 580.0

Kelelahan Kerja Berat (KKB) 580.0

B. Perundang-undangan
1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Syarat-syarat Keselamatan Kerja Pasal 3
ayat 1 yang berbunyi, mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit
akibat kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
2. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 86 ayat
2 yang berbunyi, Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna
22

mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya


keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 02/MEN/1980
tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja.
4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-333/MEN/1989 tentang
Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.
5. Permenaker No : PER 05/MEN/1996 tentang SMK3.Pasal 4 ayat 1 d yang
berbunyi Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan
dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
6. Permenakertrans Nomor PER. 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor
Penyakit Akibat Kerja.Pasal 5 ayat 4 yang berbunyi Tenaga kerja berhak
meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat
pencegahan penyakit akibat kerja.

BAB III
23

HASIL

A. Gambar Alat, Cara Kerja dan Prosedure Pengukuran


1. Gambar Alat
Lakassidaya Reaction Timer
Keterangan:
a. Kabel Power
b. Kabel Penghubung Mouse
c. Tombol on/off
d. Tomol reset
e. Display
f. Tombol sensor cahaya
g. Tombol sensor suara
h. Tombol mulai atau start
i. Sensor cahaya
j. Mouse
Fungsi:
a. Kabel power berfungsi
menghubungkan alat dengan sumber listrik.
b. Kabel penghubung mous berfungsi menghubungkan alat dengan mouse.
c. Tombolon/off berfungsi untuk menghidupkan alat.
d. Tombol reset berfungsi mengubahangkadisplaymenjadi nol.
e. Display berfungsi untuk menampilkan perolehan hasil waktu reaksi.
f. Tombol sensor cahaya untuk memilih sensor cahaya.
g. Tombol sensor suara untuk memilih sensor suara.
h. Tombol mulai atau start untuk memulai operasi.
i. Sensor cahaya berfungsi untuk menampilkan sumber rangsang berupa
cahaya.
j. Mouse untuk menghentikan waktu reaksi setelah probandus mendapatkan
rangsangan.

2. Cara Kerja
a. Sambungkan Mouse dan Lampu Sensor Cahaya dengan alat
26
Reaction Meter.
b. Hubungkan alat dengan sumber listrik menggunkan stop kontak
kemudian tekan tombol ON untuk menghidupkan alat.
c. Pastikan angka pada display menunjukan 000.0 jika belum maka tekan
tombol RESET.
d. Posisi probandus membelakangi operator.
e. Lampu sensor cahaya diletakkan di depan Probandus, agar nyala lampu
dapat terlihat jelas.
24

f. Untuk mengukur dengan sensor cahaya, maka tekan tombol untuk


sensor cahaya.
g. Operator siap untuk menekan saklar rangsang cahaya demikian juga
probandus siap melihat lampu pada alat.
h. Operator menekan saklar sensor cahaya, probandus secepatnya
menekan Mouse.
i. Untuk mengukur dengan sensor suara maka tekan tombol sensor suara.
j. Cara pemerikasaan untuk sensor suara adalah sama dengan cara
menggunakan sensor cahaya hanya saja probandus siap mendengarkan
suara dari alat.
k. Pemerikasaan dilakukan sebanyak 20 kali, dengan catatan pemeriksaan
nomor 1-5 dan nomor 16-20 dihilangkan karena 1-5 adalah dalam taraf
penyesuian alat dan nomor 16-20 dianggap tingkat kejenuhan mulai
muncul.
l. Catat hasil pengukuran, cari rata-rata dari pemeriksaan 1-15 kemudian
bandingkan dengan standar yang ada.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran agar hasil lebih
akurat:
a. Pemberian rangsang tidak kontinyu
b. Jarak maksimal sumber rangsang dengan probandus maksimum 0,5
meter.
c. Konsentrasi probandus hanya pada sumber rangsang (tidak melihat
maupun pemeriksa)
d. Waktu reaksi yang digunakan dapat dignakan keduanya atau salah satu
(suara atau cahaya saja)
B. Hasil Pengukuran dan Perhitungan
1 Hasil Pengukuran
Praktikum pengukuran kelelahan kerja oleh Kelompok 5, Mahasiswa
Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Universitas
Sebelas Maret dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Senin , 30 November 2015
Waktu : 13.30 14.30 WIB
Tempat : Ruang Kuliah 4, Prodi D4 K3
Kelompok : 5 (Lima)
Alat Ukur : Reaction Timer, Lakassidaya seri L-77
Tabel 3.1 Tabel Hasil Pengukuran Kelelahan dengan Raction Timer

No Hasil Pengukuran (mili detik)


25

Novita

Zulfa
Dian

Cristin

Ayub
Rizqi

Anisa

Fania
224, 250, 225,3 362, 175, 300, 175, 150,3
1
9 3 9 6 4 4
225, 312, 137,7 225, 187, 175, 188, 150,2
2
7 4 2 9 4 1
200, 337, 138,0 200, 250, 613, 150, 338
3
4 4 4 9 0 5
200, 212, 137,8 250, 212, 200, 162, 175,1
4
4 8 3 7 5 8
187, 225, 150,0 275, 150, 150, 175, 137,7
5
8 3 3 2 3 3
175, 325, 037,4 237, 137, 162, 187, 150,2
6
1 3 3 7 9 9
174, 162, 188,1 237, 137, 162, 187, 174,9
7
9 8 8 4 8 9
162, 262, 175,8 225, 125, 175, 188, 175,2
8
7 4 3 1 3 1
162, 250, 162,9 187, 225, 150, 162, 175,3
9
7 0 8 2 4 8
175, 262, 175,4 163, 150, 187, 200, 175,3
10
3 8 0 0 8 4
213, 250, 100,2 187, 150, 175, 149, 174,9
11
4 3 9 4 4 9
200, 275, 150,5 175, 200, 162, 162, 194,9
12
8 2 3 4 8 9
175, 325, 188,3 174, 175, 200, 162, 150,4
13
1 3 9 7 4 9
188, 250, 187,9 200, 213, 175, 213, 174,9
14
3 3 4 2 3 0
162, 225, 150,4 212, 138, 175, 150, 187,7
15
7 3 7 0 4 4
137, 250, 225,2 200, 162, 175, 137, 187,8
16
8 3 4 9 3 7
175, 375, 150,4 188, 150, 237, 137, 187,9
17
2 5 3 4 8 7
26

187, 300, 150,2 213, 188, 137, 225, 175


18
7 5 2 1 7 2
212, 237, 125,3 175, 175, 175, 312, 287,4
19
7 7 3 3 3 8
187, 312, 150,5 175, 162, 137, 200, 187,9
20
4 8 3 9 7 4
Rata- 179, 258, 200, 165, 172, 176,
151,6 173,3
rata 1 9 2 3 8 6

*)Ket N R N N N N N N
*) Ket: N (Normal), R (Ringan), S (Sedang), B (Berat)
2 Perhitungan
Perhitungan rata-rata pengukuran kelelahan dengan waktu reaksi
(reaction timer) menggnakan rumus perhitungan berikut:
Rata-rata : Jumlah Pengukuran ke-6 sampai ke-15
10
Dalam perhitungan, nilai yang digunakan adalah nilai ke-6 sampai
nilai ke-15. Hal ini dimaksudkan karena nilai ke-1 sampainilai ke-5
dianggap sebagai tahap penyesuaian probandus dan nilai ke-16 sampai
dengan nilai ke-20 dianggap sebagai tahapan kejenuhan.Maka diperoleh
perhitungan sebagai berikut :
a. Hardiani Waskito
= 175,1+174,9+162,7+162,7+175,3+213,4+200,8+175,1+188,3+162,7
10
= 1791
10
= 179,10 milidetik
b. Novita Fajaryanti
= 325,3+162,8+262,4+250,0+262,8+250,3+275,2+325,3+250,3+225,3
10
= 2859,7
10
= 285,97 milidetik
c. Rizqi Okta Noviasti
= 037,4+188,1+175,8+162,9+175,4+100,2+150,5+188,3+187,9+150,4
10
= 1516,9
27

10
= 151,69 milidetik
d. Cristyana Paramita
= 237,3+237,8+225,3+187,8+163,0+187,9+175,3+174,9+200,4+212,7
10
= 2002,4
10
= 200,24 milidetik
e. Anisa Noor Hakim
= 137,7+137,4+125,1+225,2+150,0+150,4+200,4+175,7+213,2+138,0
10
= 1653,1
10
= 165,31 milidetik
f. Zulfa Dita
= 162,9+162,8+175,3+150,4+187,8+175,4+162,8+200,4+175,3+175,4
10
= 1728,5
10
= 172,85 milidetik
g. Ikfania Anggraeni
= 187,9+187,9+188,1+162,8+200,4+149,9+162,9+162,9+213,0+150,4
10
= 1766,2
10
= 176,62 milidetik
h. Shalahudin Al-Ayubi
= 150,2+174,9+175,2+175,3+175,3+174,9+194,9+150,4+174,9+187,7
10
= 1733,7
10
= 173,37milidetik
BAB IV
PEMBAHASAN

Pelaksanaan pengukuran dilakukan di ruangan tertutup untuk menghindari


gangguan seperti suara bising, ruangan yang digunakan yaitu Ruang Kuliah 4.
Pengukuran dilakukan oleh Kelompok 5 dengan semua anggota kelompok sebagai
28

probandus dan sekaligus operator secara bergantian. Alat ukur yang digunakan
Reaction Timer Lakassidaya seri L-77 dengan hanya menggunakan rangsangan
dari sensor cahaya.
Pengukuran bertujuan untuk mengetahui kriteria kelelahan kerja yang
dialami seseorang setelah melakukan pekerjaan. Kriteria tersebut menjadi tolak
ukur apakah pekerja mengalami kelelahan kerja berat, kelelahan kerja sedang,
kelelahan kerja ringan ataupun tidak mengalami kelelahan atau dalam keadaan
normal. Kriteria kelehan telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Hasil dari penilaian atau analisis data tersebut setelah diketahui kriteria
kelelahan yang dialami oleh pekerja, kemudian apabila hasil pengukuran
menunjukkan bahwa pekerja mengalami kelelahan kerja ringan sampai berat maka
perlu adanya pengendalian yang harus diterapkan agar tingkat kelelahan dapat
diturunkan sehingga dapat meminimalaisir dampak yang dapat diakibatkan oleh
kelelahan kerja.
Berdasarkan pengukuran kelalahan yang telah dilakukan berikut ini adalah
hasil yang didapatkan oleh kelompok 5:
1. Probandus Hardiani Waskito rata-rata hasil pengukuran sebesar 179,1
milidetik, termasuk ke dalam kriteria Normal yaitu antara 150,0-240,0
milidetik.
2. Probandus Novita Fajaryanti rata-rata hasil pengukuran sebesar 258,97
milidetik, termasuk ke dalam kriteria Kelehan Kerja Ringan yaitu antara
>240,0 sampai < 410,00 milidetik
3. Probandus Rizqi Okta N rata-rata hasil pengukuran sebesar 151,69 milidetik,
termasuk ke dalam kriteria Normal yaitu antara 150,0 sampai 240,0 milidetik.
4. Probandus Cristyana Paramita rata-rata hasil pengukuran sebesar 200,24
milidetik, termasuk ke dalam kriteria Normal yaitu antara 150,0 sampai 240,0
milidetik.
31
5. Probandus Anisa Noor Hakim rata-rata hasil pengukuran sebesar 165,31
milidetik, termasuk ke dalam kriteria Normal yaitu antara 150,0 sampai 240,0
milidetik.
6. Probandus Zulfa Dita rata-rata hasil pengukuran sebesar 172,85 milidetik,
termasuk ke dalam kriteria Normal yaitu antara 150,0 sampai 240,0 milidetik.
29

7. Probandus Ikfania Anggraeni rata-rata hasil pengukuran sebesar 151,69


milidetik, termasuk ke dalam kriteria Normal yaitu antara 150,0 sampai 240,0
milidetik.
8. Probandus Salahudin Al-Ayubi rata-rata hasil pengukuran sebesar 173,37
milidetik, termasuk ke dalam kriteria Normal yaitu antara 150,0 sampai 240,0
milidetik.
Dari hasil data pengukuran tersebut dapat kita ketaui bahwa 7 dari 8 orang
probandus tidak mengalami kelelahan kerja atau dalam keadaan Normal (N),
sedangkan 1 dari 8 probandus mengalami kelelahan Kelelahan Kerja Ringan
(KKR).
7-8 orang probandus dengan kriteria Normal (N) sebelum dilakukan
pengukuran tidak melakukan aktivas yang berat serta dalam keadaan sehat baik
fisik maupun psikologis. Sedangkan 1 orang probandus yang mengalami
Kelelahan Kerja Ringan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran antara lain
adalah sebagai berikut.
1. Fator Usia, dalam pengikuran probandus merupakan mahasiswa yang berumur
18-21 tahun merupakan usia produktif sehingga kelelahan kerja yang dapat
terjadi relatif lebih rendah.
2. Beban kerja, mungkin saat sebelum pengukuran melakukan suatu aktivtitas
berat sehingga mempengarui hasil pengaruhi hasil pengukuran
3. Kesehatan,baik buruknya kesehatan probandus sangat berpengruh seperti saat
dalam keadaan kurang sehat baik fisik maupun psikis maka tingkat kelelahan
cenderung meningkat.
4. Status gizi, pada saat sebelum pengukuran beberapa probandus belum
mendapatkan makan siang dan istirahat yang cukup sehingga tingkat kelelahan
mudah meningkat.
5. Jenis kelamin, 7-9 orang probandus dari kelompok 5 adalah perempuan.
Kondisi mekanisme fisiologis antara laki-laki dengan perembuan berbeda
dalam beberapa hal sehingga secara tidak langsung dapat mempengarui tingkat
kelelahan.
6. Faktor Psikologis, keadaan psikologis setiap probandus tentu berbeda satu
sama lain. Probandus yang sedang menglami masalah baik itu dalam masalah
30

kuliah, organisasi mahasiwa atau pun masalah pribadi juga turut


mempengaruhi tingkat kelelahan.
7. Faktor lingkungan yaitu suhu udara turut berperan mengakibatkan kelelahan
kerja. Saat sebelum pengukuran probandus berada diluar ruangan sehingga
terpapar panas diluar ruangan yang suhunya dapat mencapai 34-38 oC pada
siang hari.
8. Kebisingan, di ruangan yang digunakan untuk kegiatan praktikum terlalu
banyak orang yang ada di dalam ruangan hal tersebut dapat mempengaruhi
konsentrasi probandus yang tidak sepenuhnya fokus terhadap sensor/rangsang
yang diberikan operator.
Setelah mengetahui hasil penilaian dari pengukuran dan dalam penilaian
tersebut terdapat hasil yang tidak diinginkan maka perlu adanya upaya
pengendalian yang harus dilakukan pada pekerja, upaya pengendalian terhadapa
pekerja tersebut antara lain sebagai berikut:
1 Lingkungan kerja bebas dari zat berbahaya, penerangan memadai, sesuai
dengan jenis pekerjaan yang dihadapi, maupun pengaturan udara yang
adekuat, bebas dari kebisingan, getaran, serta ketidaknyamanan.
2 Waktu kerja diselingi istirahat pendek dan istirahat untuk makan.
3 Kesehatan umum dijaga dan dimonitor.
4 Pemberian gizi kerja yang memadai sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban
kerja.
5 Beban kerja berat tidak berlangsung terlalu lama.
6 Pembinaan mental secara teratur dan berkala dalam rangka stabilitas kerja
dan kehidupannya.
7 Disediakaan fasilitas rekreasi, waktu rekreasi dan istirahat di laksankan secara
baik.
8 Cuti dan liburan diselenggarakan sebaik-baiknya.

.
31

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Kelelahan merupakan suatu bagian dari mekanisme tubuh untuk
melakukan perlindungan agar tubuh terhindar dari kerusakan yang lebih
parah, dan akan kembali pulih apabila melakukan istirahat. Tarwaka
(2013),
2. Ada bebrapa macam kelelan antara lain:
a. Berdasarkan proses terjadinya yaitu ada kelelahan otot dan kelelahan
umum
b. Berdasarkan waktu terjadinya yaitu kelelahan akut dan kelelahan
kronis.
c. Berdasarkan penyebab terjadinya, yaitu kelelahan fisiologis dan
psikologis.
3. Faktor penyebab kelelahan kerja antara lain:
32

a. Faktor dari dalam individu antara lain, usia, jenis kelamin, status gizi,
status kesehatan dan keadaan psikis tenaga kerja.
b. Faktor dari luar individu yaitu beban kerja dan lingkungan kerja fisik
seperti kebisingan, getaran, tekanan panas, penerangan dan lain-lain.
4. Gejala-gejala kelelahan kerja (Sumamur, 2014) :
a. Pelemahan kegiatan: Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh
badan, mengantuk, merasa berat pada mata, tidak seimbang dalam
berdiri dan mau berbaring.
b. Pelemahan motivasi: merasa susah berfikir, lelah bicara, ,tidak dapat
berkonsentrasi, tidak dapat fokus, mudah lupa, dan mudah cemas
c. Pelemahan fisik: sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di
punggung, merasa pernafasan tertekan,merasa haus, serak dan lain-lain
5. Akibat dari kelelahan kerja secara umum antara lain:
a. Motivasi kerja rendah
b. Kualitas kerja rendah
c. Banyak terjadi kesalahan
d. Menimbulkan stresas akibat kerja
e. Mengakibatkan cidera, penyakit akibat kerja (PAK) serta kecelakaan
35
kerja.
6. Upaya pengendalian kelelahan kerja
a. Promosi kesehatan kerja
b. Pencegahan kelelahan kerja
c. Pengobatan kelelahan kerja
d. Rehabilitasi kelelahan kerja
7. Pengukuran kelelahan kerja dapat dilakukan dengan; pengukuran
berdasarkan kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan, Psychomotor
test dengan Reaction Timer, Uji hilangnya kelipan atau Fliker Fusion dan
bisa juga menggunakan pengukuran secara subjektif yaitu dengan
memberikan kuisioner.
Pengukuran menggunakan Reaction Timer pada prinsipnya adalah jarak
waktu dari pemberian rangsang sampai kepada saat kesadaran atau
dilaksanakan kegiatan tertentu. Rangsang yang diberikan bisa berupa
cahaya ataupun suara dan reaksi yang dapat dilakukan adalah dengan
memencet tombol jika telah menerima rangsang.
8. Dari pengukuran yang telah dilakukan oleh kelompok lima, 7 dari 8 orang
probandus masuk dalam kategori Normal (N) sedangkan 1 dari 8 orang
probandus mengalami Kelelahan Kerja Ringan (KKR).
B. Saran
33

1. Sebaiknya sebelum melakasanakan kegiatan pengukuran semua


mahasiswa harus sudah paham betul materi tentang kelelahan kerja
sehingga mengetahui apa tujuan dan manfaat dari kegiatan praktikum
tersebut.
2. Sebainya sebelum dilakukan pengukuran mahasiswa sudah paham dan
mengerti prosedur praktikum, prinsip kerja alat dan cara kerja yang ada.
3. Sebaiknya pengukuran dilakukan oleh ditempat yang nyaman terhindar
dari kebisingan, pencahayaan berlebihan dan gangguan lain, dalam
kegiatan pengukuran tersebut kondisi tempat atau ruangan terlalu banyak
orang sehingga konsentrasi probandus tidak dapat sepenuhnya fokus pada
alat sensor/rangsang cahaya ataupun suara yang diberikan.
4. Sebaiknya dalam kegiatan praktikum semua mahasiswa dapat berperan
menjadi probandus, operator dan pencatat hasil secara bergantian sehingga
mahasiswa mengerti semua kegiatan praktikum.
5. Alat Reaction Timer sebaiknya perlu ditambah lagi agar seluruh kelompok
dapat melaksanakan praktikum secara lebih efektif dan efisien. Sehingga
tidak membuang-buang waktu hanya karena keterbatasan alat.
34

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga,P. 2009. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta.


Eraliesa, F.2009. Hubungan Foktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada
Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan
Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan, Skripsi, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan
Grandjean, Etienne. 1998. Fitting the Task to the Man 4th Edition. London:
Taylor&Francis Publisher.
Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi: Konsep dasar dan Aplikasinya, , Surabaya:
Guna Widya.
Randall Shculer dkk. 1999 Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi
Abad 21 Jakarta: Erlangga.
Sedermayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas, Bandung: CV
Mandar Maju
Setyawati L. 2011. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Amara
Books.
Sumamur PK. 1989. Higiene Perusahaan danKesehatanKerja, , Jakarta; CV.
Haji Massagung.
Sumamur PK. 1996. Higiene Perusahaan dan KesehatanKerja, , Jakarta:
Gunung Agung.
Sumamur PK. 2014. Higiene Perusahaan dan KesehatanKerja (Hiperkes), ,
Jakarta: CV. Sagung Seto
Tim Penyusun. 2012. Buku Pedoman Praktikum Ergonomi II, Semester III.
Program D IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja FK. UNS.
Surakarta
Tim Pengusun. 2015. Buku Pedoman Praktikum Ergonomi II, Semester III.
Program D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja FK. UNS.
Surakarta.
Tarwaka, 2004 .Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerjadan
Produktivitas. Surakarta: Unba Press.
35

Tarawaka, 2013. Eronomi Industri, Dasar- Dasar Pengetahuan Ergonomi dan


Aplikasi di Tempat Kerja, Sukarta: Harapan Press Solo.
Sritomo Wignjosoebroto, 2000. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Surabaya:
Guna Wijaya.
Sugeng Budiono A.M, dkk, 2003, Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan
Kerja, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

LAMPIRAN

You might also like