Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
1. Obesitas
Obesitas didefinisikan sebagai kondisi ketidaknormalan akibat akumulasi
lemak yang berlebih didalam jaringan adiposa yang dapat memengaruhi kesehatan.
Obesitas tidak hanya berkaitan dengan akumulasi lemak namun juga distribusi lemak
yang sangat berpengaruh pada kesehatan. Obesitas dapat meningkatkan risiko
Noncommunicable Diseases (NCDs) diantaranya penyakit kardiovaskuler, diabetes,
kanker, dan penyakit pernafasan kronis. 1,2 Obesitas dapat meningkatkan risiko
penyakit kanker pada wanita, utamanya kanker payudara, kanker serviks, kanker
ovarium, dan kanker endometrial. Pada wanita yang obesitas akan lebih berisiko
mengalami low back pain dan osteoarthritis lutut, sedangkan pada wanita hamil yang
mengalami obesitas akan lebih berisiko mengalami hipertensi, gestational diabetes
dan kematian pada janin.10,24
2. Pengukuran obesitas
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah alat sederhana untuk mengklasifikasikan
status gizi pada orang dewasa diatas umur 17 tahun. IMT tidak dapat digunakan untuk
mengetahui status gizi bayi, anak-anak, remaja, ibu hamil dan atlet.
Nilai IMT dapat dihitung menggunakan rumus :
Berat Badan ( kg )
IMT =
Tinggi Badan ( m2 )
WHO telah mendefinisikan sejumlah klasifikasi IMT untuk dewasa asia yang
mencerinkan risiko penyakit tertentu.24
Tabel 1. Klasifikasi IMT menurut WHO untuk dewasa asia
b) Asupan Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama yang menyediakan 50%-
70% dari total kalori yang dibutuhkan. Satu gram karbohidrat dapat menghasilkan
energi sebesar 4 kkal. Menurut rekomendasi WHO bahwa asupan karbohidrat
yang dianjurkan adalah 55%-75% dari total energi. 34 Seseorang yang
mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah berlebihan dapat meningkatkan berat
badan.
(Mekanismee)
Sebuah penelitian di Kanada pada orang dewasa sehat menyebutkan orang
yang mengkonsumsi 290-310 g/hari dapat mengurangi risiko kejadian overweight
dan obesitas. (Carbohydrate Intake and Overweight and
Obesity among Healthy Adults)
Tabel . Angka Kecukupan Gizi (AKG) kebutuhan karbohidrat pada
wanita dewasa
Berat Badan Tinggi Badan Karbohidrat
Golongan Umur (g)
(kg) (cm)
Wanita:
19-29 tahun 54 159 309
30-49 tahun 55 159 323
c) Asupan Lemak
Lemak adalah penyumbang energi terbesar dibanding zat gizi makro lain,
tiap gram lemak mengandung 9 kkal dibandingkan dengan karbohidrat dan
protein yang hanya menghasilkan 4 kkal per gram. Anjuran konsumsi lemak tidak
boleh lebih dari 25% dari kebutuhan energi sehari-hari.37 Proporsi asupan lemak
yang berlebihan bias menjadi faktor risiko bagi perkembangan obesitas.
Penelitian pada wanita Amerika menunjukkan bahwa seseorang yang
menderita obesitas disebabkan karena mengkonsumsi makanan tinggi lemak
secara berlebihan dibandingkan dengan individu lain yang memiliki berat badan
normal. Konsumsi tinggi lemak dapat meningkatkan persen lemak tubuh, apabila
berlangsung lama menyebabkan kegemukan. Kelebihan lemak tubuh dapat
menimbulkan gaya hidup sedentari yaitu dengan makin berkurangnya aktivitas
fisik sehingga memperburuk status gizi. 38 Lemak akan dihidrolisis oleh enzim
lipase menjadi gliserol dan asam lemak kemudian dilepas ke pembuluh darah
untuk dibakar sehingga dapat menghasilkan energi. Asupan lemak yang
berlebihan bersamaan dengan rendahnya aktivitas fisik menyebabkan proses
pembentukan energi jarang terjadi sehingga lemak hanya tertimbun di dalam sel
lemak di jaringan adiposa, bila hal ini berlangsung lama dapat memicu terjadinya
obesitas.36
Berat Badan Tinggi Badan Lemak
Golongan Umur (g)
(kg) (cm)
Wanita:
19-29 tahun 54 159 75
30-49 tahun 55 159 60
d) Asupan Protein
Angka kecukupan protein bagi pria diatas umur 18 tahun menurut Depkes
tahun 2005 adalah 60 gram/hari dan 50 gram/hari untuk wanita. Protein akan
dicerna menjadi asam amino, selebihnya menjadi tripeptida dan dipeptida.
Konsumsi protein yang berlebihan tidak menguntungkan bagi tubuh karena
makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan
obesitas. Sumber protein hewani seperti daging merah, susu full cream dan keju
mengandung lemak dalam jumlah besar sehingga dapat menimbulkan peningkatan
kadar lemak dan kolesterol yang apabila dikonsumsi dalam jangka panjang
menyebabkan kegemukan. Sebuah studi pada orang dewasa di Queen Elizabeth
College University of London mengemukakan bahwa kelompok yang mengkonsumsi
rendah protein mengalami peningkatan berat badan 1,1 kg, sedangkan kelompok
yang mengkonsumsi tinggi protein berat badannya meningkat sebesar 3,7 kg. 39
Berat Badan Tinggi Badan Protein
Golongan Umur (g)
(kg) (cm)
Wanita:
19-29 tahun 54 159 56
30-49 tahun 55 159 57
d. Jenis Kelamin
Data NHANES 1999-2000 menunjukkan bahwa tingkat obesitaslebih
tinggi pada wanita Afrika-Amerika (49,7%) dibanding pria Afrika-Amerika
(28,1%).40 Hal ini dikarenakan wanita lebih banyak memilikilemak dibanding
pria, karena termasuk lemak pada payudara, daerahpelviks, dan paha. Pada wanita
lemak tubuh mewakili 9% berat badan danpria hanya 3%.41
e. Status Ekonomi
Pendapatan memiliki peranan penting dalam memenuhi kebutuhan makanan
yang diperlukan oleh tubuh.Pendapatan yang tinggi biasanya mendukung seseorang
untuk membeli bahan makanan dalam jumlah yang lebih dari cukup serta cenderung
memilih makan siap saji yang tinggi kalori. Pendapatan yang tinggi dan pola makan
yang berlebihan dapat menimbulkan penimbunan lemak tubuh, dimana lemak tubuh
merupakan cerminan terjadinya overweight dan obesitas.42 Selain itu, pendapatan juga
dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang. Masyarakat dengan tingkat ekonomi
tinggi lebih memilih menggunakan kendaraan bermotor untuk keluar rumah
meskipun jaraknya dekat daripada berjalan kaki, sehingga energi sedikit terbuang.
Hal terebut lambat laun dapat menyebabkan kejadian obesitas. Kejadian tersebut
dapat terjadi di kota maupun desa sehingga perubahan pola hidup memegang peranan
penting dalam penanganan obesitas.43
Penelitian yang dilakukan oleh Shayo dan Mugusi pada tahun 2011
menunjukan adanya hubungan antara tingkat pendidikan, dan pendapatan rumah
tangga dengan kejadian obesitas pada dewasa laki-laki maupun perempuan.22
Status ekonomi keluarga ditentukan dari besar pendapatan yang diperoleh
keluarga dalam satu bulan terakhir dengan menggunakan kuesioner pendapatan
keluarga, kemudian data dikategorikan menurut batas garis kemiskinan dari BPS
KotaSemarang. Pendapatan keluarga digolongkan rendah apabila pendapatan
perkapita perbulan Rp 246.195 dan pendapatan keluarga digolongkan tinggi
apabila pendapatan perkapita perbulan > Rp 246.195.44
f. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang eksponensial dengan tingkat
kesehatan, karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah menerima
konsep hidup sehat. Tingkat pendidikan turut menentukan seseorang menyerap dan
memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh, sehingga seseorang lebih tanggap
terhadap adanya masalah gizi seperti overweight dan obesitas serta dapat mengambil
tindakan dalam menangani masalah tersebut. 42 Tingkatan pendidikan pun
mempengaruhi konsumsi pangan melaluicara penyusunan makanan yang memenuhi
persyaratan gizi, cara pengolahan makanan, serta pemilihan bahan makanan. Mereka
yang berpendidikan tinggi cenderung memilih bahan makanan yang lebih baik dalam
kualitas dan kuantitas dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah.
Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menyebutkan bahwa prevalensi
penduduk yang mengalami obesitas lebih tinggi pada tingkatpendidikan sama dengan
atau di bawah SMA (25,3%) dibandingkan dengan pendidikan di atas SMA atau
universitas (14,3%).40 Tingkat pendidikan subjek didapatkan dengan mewawancarai
subjek berdasarkan jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh atau ditamatkan
subjek berdasarkan kepemilikan ijazah. Tingkat pendidikan kemudian akan dibagai
menjadi tingkat pendidikan subjek. Tingkat pendidikan rendah apabila subjek maksimal
tamat SMP/sederajat dan tingkat pendidikan dikatakan tinggi apabila subjek minimal
tamat SMA.
g. Status pekerjaan
Ibu rumah tangga lebih besar berisiko obesitas dibandingkan dengan ibu
yang bekerja. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat aktivitas fisik yang rendah, tingkat
pendidikan rendah, dan tingkat pendapatan rumah tangga yang lebih rendah
dibandingkan dengan wanita yang bekerja. Sebuah penelitian di Iran menyatakan
bahwa ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga lebih beresiko obesitas
dibandingkan dengan ibu yang bekerja.45
D. Hipotesis
1. Tingkat aktivitas fisik merupakan faktor risiko obesitas pada ibu rumah tangga di
Kelurahan Bendungan Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang
2. Asupan energi merupakan faktor risiko obesitas pada ibu rumah tangga di Kelurahan
Bendungan Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang
3. Asupan karbohidrat merupakan faktor risiko obesitas pada ibu rumah tangga di
Kelurahan Bendungan Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang
4. Asupan lemak merupakan faktor risiko obesitas pada ibu rumah tangga di Kelurahan
Bendungan Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang
5. Asupan protein merupakan faktor risiko obesitas pada ibu rumah tangga di Kelurahan
Bendungan Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang
6. Status ekonomi keluarga merupakan faktor risiko obesitas pada ibu rumah tangga di
Kelurahan Bendungan Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang
7. Status pekerjaan merupakan factor risiko obesitas pada ibu rumah tangga di
Kelurahan Bendungan Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang
8. Tingkat pendidikan merupakan faktor risiko obesitas pada ibu rumah tangga di
Kelurahan Bendungan Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang
9. Riwayat obesitas responden saat remaja merupakan faktor risiko obesitas pada ibu
rumah tangga di Kelurahan Bendungan Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang