You are on page 1of 56

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menulis merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa. Menulis

mencakup kegiatan produktif dan ekspresif. Sesuai dengan penjelasan Tarigan

(1994:20-21), menulis merupakan kegiatan produktif dan ekspresif yang

memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Akhadiah, dkk (2003:2),

menguatkan bahwa menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik

serta mengungkapkannya secara tersirat. Menulis menjadi kegiatan yang sangat

kompleks dan membutuhkan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa dalam

penampilannya secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan.

Sesuai kurikulum 2004, keterampilan menulis telah diajarkan mulai

jenjang SD sampai SMA sederajat dalam berbagai bentuk, termasuk dalam bentuk

proposal. Kemampuan menulis proposal diajarkan pada kelas XI SMA sederajat.

Standar kompetensi sesuai KTSP 2004 memaparkan siswa mampu

mengungkapkan informasi dalam bentuk proposal dengan kompetensi dasar

menulis proposal untuk berbagai keperluan. SK dan KD ini mengisyaratkan

bahwa setiap siswa harus mampu membuat proposal.

Kenyataan yang ditemukan masih banyak siswa tidak mampu menulis

proposal. Pengalaman penulis saat PPL-T di SMK N 1 Sitinjo menemukan siswa

kelas XI dan XII yang tidak memahami manfaat proposal serta tidak mampu

menulis proposal. Hal yang sama ditemukan Duwi (2009, [online]) saat
2

melakukan studi pendahuluan pada siswa kelas XI IPA 4 di SMA N 1 Kepanjen.

Siswa mengalami berbagai kesulitan dalam menulis proposal, seperti aspek

kelengkapan unsur, kelayakan proposal, dan kebahasaan. Hal ini juga dialami

oleh Noordliah (2005, [online]) saat observasi di SMA N 9 Semarang.

Berdasarkan hasil tes awal dan wawancara dengan guru kelas, keterampilan

menulis proposal kegiatan siswa 1kelas XI IA 2 SMA 09 Semarang masih

rendah, hal ini terlihat pada nilai rata-rata hasil tes yang belum mencapai

target.

Rendahnya kemampuan siswa menulis proposal disebabkan oleh beberapa

faktor. Faktor internal, yaitu 1) siswa tidak tertarik mempelajari kaidah penulisan

proposal, 2) siswa tidak memahami kegunaan mempelajari kaidah penulisan

proposal, dan 3) siswa merasa bosan karena kaidah penulisan proposal yang

kompleks. Faktor eksternal, yaitu 1) strategi pembelajaran yang digunakan guru

tidak memotivasi siswa untuk berpikir aktif, 2) guru tidak memperkenalkan

manfaat kemampuan menulis proposal, dan 3) guru tidak mengaitkan materi

penulisan proposal dengan kondisi lingkungan siswa.

Faktor utama rendahnya kemampuan siswa menulis proposal kegiatan

terletak pada strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Kegiatan menulis

proposal kegiatan menuntut guru untuk menerapkan strategi pembelajaran yang

mengondisikan kelas agar mengalami proses pembelajaran yang lebih

mengutamakan kemampuan berpikir. Penyajian yang kurang menarik atau

menantang siswa berpikir akan mempengaruhi minat belajar siswa sehingga

berdampak negatif pada perkembangan kompetensinya. Oleh karena itu, perlu


3

dilakukan pembaharuan strategi pembelajaran dalam kelas. Strategi yang dapat

memotivasi siswa berpikir aktif dan inovatif. Siswa tidak hanya duduk menerima

informasi dari guru, melainkan menjadi pelaku utama menemukan sendiri ilmu

itu. Siswa memiliki otonomi dalam kelas untuk mengeksplor kemampuan

berpikirnya tanpa melupakan dirinya sebagai makhluk sosial dalam kelompok

belajar. Siswa tidak tertekan pada rasa takut berbuat salah, namun memiliki

mental yang siap memperbaiki kesalahan. Siswa tidak diperhadapkan pada

masalah yang tidak dapat mereka jangkau, tetapi masalah yang autentik.

Strategi pembelajaran berbasis proyek merupakan strategi yang

mengutamakan pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui proyek yang

dirancang untuk diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Strategi ini

menciptakan kondisi siswa yang bekerja secara kelompok untuk menyelesaikan

masalah nyata (bukan simulatif). Suasana belajar menuntut siswa untuk mampu

merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan

investigasi, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja secara

mandiri (Thomas, dkk dalam Wena 2011:144).

Penulisan proposal kegiatan membutuhkan kemampuan yang kompleks.

Penulis dituntut memahami kerangka penulisan, aturan tata bahasa, dan EYD.

Selain itu, penulis harus berpikir kreatif dan inovatif untuk menghasilkan proposal

yang orisinil dan sesuai dengan keperluan. Kompetensi yang dituntut dalam

menulis proposal kegiatan ini berkaitan erat dengan strategi pembelajaran berbasis

proyek yang menuntut siswa untuk memecahkan masalah dengan berpikir kreatif,

analitis, dan mandiri. Usaha ini merupakan proses pembelajaran yang memberi
4

penekanan kuat pada pemecahan masalah sebagai suatu usaha kolaboratif

Richmond & Striley (dalam Wena 2011:144). Oleh karena itu, penulis tertarik

meneliti bagaimana pengaruh strategi pembelajaran berbasis proyek terhadap

kemampuan menulis proposal kegiatan. Dalam hal ini, penulis menetapkan judul;

Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Kemampuan Menulis

Proposal Kegiatan Siswa Kelas XI SMA N 2 Sidikalang T.P. 2013/2014.

B. Identifikasi Masalah

Berdasakan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, ditemukan

beberapa masalah seperti berikut.

1. Kemampuan siswa menulis proposal kegiatan masih rendah.

2. Minat siswa mempelajari materi menulis proposal kegiatan masih rendah.

3. Strategi pembelajaran yang digunakan guru kurang sesuai dengan materi

penulisan proposal kegiatan.

C. Pembatasan Masalah

Masalah yang teridentifikasi dipandang terlalu luas untuk diteliti, perlu

pembatasan masalah agar dapat menghasilkan pembahasan yang lebih meruncing.

Oleh karena itu,masalah yang diteliti terbatas pada poin berikut.

1. Kemampuan siswa menulis proposal kegiatan dengan menggunakan

strategi pembelajaran berbasis proyek.

2. Kemampuan siswa menulis proposal kegiatan dengan menggunakan

strategi pembelajaran ekspositori.


5

Penelitian ini hanyadilakukan terhadap siswa kelas XI SMA Negeri 2

Sidikalang T.P. 2013/2014.

D. Rumusan Masalah

Berdasakan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah di

atas, maka yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah kemampuan menulis proposal kegiatan siswa kelas XI SMA

Negeri 2 Sidikalang T.P. 2013/2014 dengan menggunakan strategi

pembelajaran berbasis proyek?

2. Bagaimanakah kemampuan menulis proposal kegiatan siswa kelas XI SMA

Negeri 2 Sidikalang T.P. 2013/2014 dengan menggunakan strategi

pembelajaran ekspositori?

3. Apakah strategi pembelajaran berbasis proyek berpengaruh signifikan

terhadap peningkatan kemampuan menulis proposal kegiatan oleh siswa kelas

XI SMA Negeri 2 Sidikalang T.P. 2013/2014?

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas danuntuk menghindari kesulitan-

kesulitan yang mungkin terjadi dalam proses penelitian, maka dibuatlah tujuan

penelitian.

1. Menggambarkan kemampuan menulis proposal kegiatan siswa kelas XI SMA

Negeri 2 Sidikalang T.P. 2013/2014 dengan menggunakan strategi

pembelajaran berbasis proyek.


6

2. Menggambarkan kemampuan menulis proposal kegiatan siswa kelas XI SMA

Negeri 2 Sidikalang T.P. 2013/2014 dengan menggunakan strategi

pembelajaran ekspositori.

3. Menggambarkan pengaruh strategi pembelajaran berbasis proyek terhadap

kemampuan menulis proposal kegiatan siswa kelas XI SMA Negeri 2

Sidikalang T.P. 2013/2014.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak

seperti berikut.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah manfaat

yang memperkaya khazanah ilmu pengetahuan pembelajaran bahasa khususnya

aspek strategi pembelajaran alternatif dalam pembelajaran menulis proposal

kegiatan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan

pengalaman belajar menulis proposal kegiatan melalui pengerjaaan

proyek yang mereka rancang sendiri.

2) Meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis proposal kegiatan

dengan strategi pengajaran berbasis proyek.

b. Bagi guru
7

1) Mampu meningkatkan kinerja guru.

2) Mendorong guru untuk melaksanakan pembelajaran yang

inovatif.

3) Mengatasi permasalahan pembelajaran menulis proposal

kegiatan.

c. Bagi peneliti

1) Mengembangkan wawasan dan pengalaman peneliti.

2) mengaplikasikan teori yang telah diperoleh.


8

BAB II

KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL,

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Teoretis
Arikunto (2006:107) mengemukakankerangka teori merupakan wadah

untuk menerangkan variabel atau pokok masalah yang terkandung dalam

penelitian.Premis-premis mengenai variabel penelitian disusun dalam struktur

yang logis sehingga jawaban sementara (hipotesis) penelitian secara rasional dapat

ditemukan. Hal ini bertujuan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh dan

bukan sekedar coba-coba. Berikut ini akan dijelaskan premis-premis mengenai

variabel penelitian.

1. Strategi Pembelajaran

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005:1092) menjelaskan

strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran

khusus. Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or

series of activities designed to achieves a particular educational goal J. R. David

(dalam Sanjaya 2006:126). Kata pembelajaran dapat dimaknai sebagai upaya

membelajarkan atau memahamkan suatu materi pada pelajar. Jamaluddin dalam

Mursini (2011:187) mengatakan, Pembelajaran merupakan suatu upaya yang

disengaja dan direncanakan oleh guru sehingga memungkinkan terciptanya

suasana dan aktivitas belajar yang kondusif.

8
9

Setelah menjelaskan kata strategi dan pembelajaran, dapat disimpulkan

strategi pembelajaran adalah perencanaan yang harus diterapkan guru di kelas

berguna baginya dan mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya. Wijayanto

[online] menjelaskan bahwa,

Konstruktivisme adalah cara belajar dan pembelajaran yang fokus


pada upaya memaksimalkan pemahaman peserta didik. Seperti
pembelajaran discovery, pendekatan ini dikondisikan dengan
meaningful learning (pembelajaran bermakna) dari madzhab
pemikiran kognitif. Di sini konstruktivisme diartikan sebagai
pembelajaran yang menekankan pada,
a) Peran aktif pelajar dalam membangun pemahaman dan memupuk
kepekaan terhadap informasi.
b) Upaya pelajar dalam mengkonstruksi pengetahuan untuk
memupuk kepekaan terhadap lingkungan.
c) Belajar akan terjadi ketika peserta didik secara aktif-kolaboratif
merencanakan situasi yang mencakup upaya memformulasi
pertanyaan, menjelaskan fenomena, menandai isu-isu kompleks,
atau menyelesaikan masalah.

Tujuan pendekatan konstruktivime adalah memberdayakan peserta didik

untuk memperoleh informasi dengan cara membuat informasi tersebut lebih siap

dipahami.

2. Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek

a. Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek

Richmond dan Striley (dalam Wena 2011: 144) menyatakan Strategi

pembelajaran berbasis proyek merupakan bagian dari proses pembelajaran yang

memberikan penekanan kuat pada pemecahan masalah sebagai suatu usaha

kolaboratif.Thomas, dkk (dalam Wena 2011:144) menjelaskan lebih rinci

pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang memberikan

kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan

melibatkan kerja proyek.


10

Selanjutnya Syaiful dan Aswan (2006: 84) menyatakan Pembelajaran

berbasis proyek merupakan cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari suatu

masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga

pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna. Sejalan dengan itu, Jennifer

Railsback(2002:6) menjelaskan Project based instruction is an authentic

instructional model or strategy in which students plan, implement, and evaluate

projects that have real-world applications beyond the classroom.Dengan kata

lain, pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran autentik dimana

siswa dapat merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi proyek

yang dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka saat pembelajaran di kelas.

Cord(dalam Wena 2011:144) menyatakan pembelajaran berbasis proyek

adalah pembelajaran inovatif yang menekankan pembelajaran kontekstual melalui

kegiatan pembelajaran yang kompleks. Fokus pembelajaran terletak pada prinsip

dan konsep inti dari sebuah ilmu, melibatkan siswa dalam pemecahan masalah

dan kegiatan-kegaiatan bermakna yang lain, memberikan kesempatan kepada

siswa belajar secara otonom dalam mengonstruksi pengetahuan mereka sendiri.

Menurut Sudjana (2001: 37)strategi pembelajaran yang berpusat pada

peserta didik memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik terlibat

dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Gaer dalam Wena

(2011:145) menyatakan bahwa, pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi

yang besar untuk memberikan pengalaman belajar siswa yang lebih menarik dan

bermakna. Bern & Erikson dalam Komalasari (2010:70) menegaskan bahwa

pembelajaran berbasis proyek merupakan pendekatan yang memusat pada prinsip


11

dan konsep utama suatu disiplin, melibatkan siswa dalam memecahkan masalah

dan tugas penuh makna lainnya, serta mendorong siswa untuk bekerja mandiri

membangun pembelajaran.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran yang menuntut proses belajar

menyeluruh (whole learning) melalui pengerjaan proyek. Proyek bukan praktik

dari teori yang telah dikuasai, melainkan dalam pengerjaan proyeklah terjadi

konstruksi pemahaman akan teori. Oleh karena itu, proyek harus bersifat

menantang dan berguna bagi kehidupan sehari-hari siswa untuk meningkatkan

motivasi, kreativitas, dan kemandirian siswa dalam pembelajaran. Peran guru

selama penerapan strategi ini adalah sebagai fasilitator, mediator, motivator,

pemerhati, sekaligus sebagai penasihat agar pembelajaran tetap terarah pada

tujuan awal dan proyek dapat selesai tepat waktu.

b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek


Wena (2011: 145) menyatakan bahwa:
Pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah model pembelajaran
yang inovatif dan lebih menekankan pada belajar kontekstual
melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. (CORD; 2001 Thomas,
Mergendoller, & Michaelson, 1999; Moss, Van Duze, Carol, 1998).
Fokus pembelajaran terletak pada prinsip dan konsep inti dari suatu
disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan
masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi
kesempatan siswa bekerja secara otonomdalam mengonstruksi
pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya untuk
menghasilkan produk nyata (Thomas, 2000). Pembelajaran berbasis
proyek memiliki potensi yang besar untuk memberi pengalaman
belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa (Gaer, 1998).

Sedangkan menurut Buck Institute for Education dalam Wena (2011:145),

pembelajaran berbasis proyek memiliki karakteristik sebagai berikut.


12

1) Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek siswa dituntut

mengambil keputusan secara mandiri dengan mempertimbangkan materi dan

langkah-langkah pengerjaan proyek. Siswa berkelompok mendiskusikan hal-hal

yang perlu untuk pengerjaan proyek. Guru hanya bertugas memotivasi dan

menjadi pemerhati.

2) Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya

Terdapat masalah dalam materi yang dipelajari agar melatih kemampuan berpikir

siswa, menuntut siswa memikirkan solusi terbaik yang dapat dikerjakan bersama,

dan memancing siswa mampu menyampaikan hasil pemikirannya.

3) Siswa merancang proses untuk mencapai hasil

Siswa menyusun langkah-langkah yang harus dikerjakan untuk dapat

menyelesaikan proyek tepat waktu.

4) Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi

yang dikumpulkan

Siswa secara mandiri mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan

mengolahnya bersama di dalam kelompok.

5) Siswa melakukan evaluasi secara kontinu

Siswa memeriksa dan mengevaluasi hasil kerja dari setiap langkah pengerjaan

proyek sehingga proyek yang dikerjakan dapat terkontrol.

6) Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan

Setiap pertemuan, siswa melihat kembali langkah-langkah yang sudah dikerjakan

agar siswa dapat melihat perubahan dari hasil kerja setiap langkah.
13

7) Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya

Hasil dari pengerjaan proyek adalah sebuah produk yang dapat dievaluasi dan

memiliki indikator penilaian.

8) Kelas memiliki atmosfir yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan

Dalam pengerjaan proyek, siswa tetap dituntun oleh guru. Guru memberi motivasi

agar siswa tidak takut atau ragu untuk mencoba sesuatu. Kesalahan yang mungkin

terjadi tidak perlu mendapat hukuman yang menekang kreativitas siswa,

melainkan tetap diarahkan untuk memperbaiki kesalahan itu.

c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek

Tidak semua kegiatan belajar aktif dan melibatkan proyek dapat disebut

pembelajaran berbasis proyek. Oleh karena itu, Thomas dalam Wena (2011:145)

menetapkan lima prinsip pembelajaran berbasis proyek, kelima prinsip itu antara

lain;

1) Prinsip Sentralistis (Centrality)

Dalam pembelajaran berbasis proyek, proyekmerupakan strategi pembelajaran.

Proyek yang dikerjakan bukan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep

yang sedang dipelajari. Proyek yang dikerjakan merupakan esensi dari kurikulum

yang dikerjakan di dalam kelas. Materi atau konsep dari disiplin ilmu dipelajari

siswa dalam proses pengerjaan proyek.

2) Prinsip Pertanyaan Pendorong/Penuntun (Driving Question)

Kaitan antara pengetahuan konseptual dengan aktivitas nyata dapat ditemui

melalui pengajuan pertanyaan (Blumenfeld, dkk dalam Wena 2011:146) atau

dengan cara memberikan masalah dalam bentuk defenisi yang lemah (Stepien &
14

Gallegher, 1993 dalam Wena 2011:146). Dalam hal ini, guru berperan sebagai

external motivation yang mampu menggugah siswa untuk berjuang memperoleh

konsep atau prinsip utama suatu materi tertentu.

3) Prinsip Investigasi Konstruktif (Constructive Investigation)

Guru harus mampu merancang proyek yang dapat menumbuhkan rasa ingin

meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang

tinggi. Dengan demikian, dalam pengerjaan proyek siswa akan mengalami

transformasi dan konstruksi pengetahuan (Bereiter& Scardamalia dalam Wena

2011:146). Maka, investigasi harus memuat proses perancangan, pembuatan

keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, discovery, dan pembentukan

model. Proses investigasi tersebut mengarahkan siswa pada pencapaian tujuan,

yang mengandung kegiatan inkuiri, pengembangan konsep, dan resolusi.

4) Prinsip otonomi (autonomy)

Wena (2011:146) mengartikan prinsip otonomi sebagai kemandirian siswa dalam

melaksanakan proses pembelajaran. Guru tidak memberikan instruksi atau

petunjuk teknis seperti lembar kerja siswa, petunjuk kerja praktikum, dan

sejenisnya untuk diikuti siswa. Siswa dalam kelompok memiliki kebebasan

menemukan dan memecahkan sendiri masalah yang ada, bekerja dengan

pendampingan yang minimal, dan bertanggung jawab. Prinsip ini menempatkan

guru sebagai fasilitator dan motivator yang mendorong tumbuhnya kemandirian

siswa.

5) Prinsip Realistis (realism)


15

Gordon membedakan antara tantangan akademis, tantangan yang dibuat-buat, dan

tantangan nyata (dalam Wena 2011:147). Pembelajaran berbasis proyek harus

memiliki tantangan nyata yang berfokus pada masalah yang autentik (bukan

simulatif). Oleh karena itu proyek yang dikerjakan harus dapat memberikan

perasaan realistis kepada siswa, termasuk dalam memilih topik, tugas, dan peran

konteks kerja, kolaborasi kerja, produk, pelanggan, maupun standar produknya

(Wena 2011:147). Jadi, dunia nyata adalah pilihan paling tepat sebagai sumber

belajar siswa. Mereka akan merasakan sedang belajar di dunia kerja. Kegiatan

seperti ini akan meningkatkan motivasi, kreativitas, sekaligus kemandirian siswa

dalam pembelajaran.

d. Prosedur/Desain Pembelajaran Berbasis Proyek

Wena (2011:154) merumuskan desain pembelajaran berbasis proyek dalam table

seperti berikut;

TABEL I
DESAIN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

Prinsip Pengertian Aplikasi


Keautentikan Proyek yang dikerjakan siswa Proyek yang dikerjakan
harus mengacu pada harus berguna baik
permasalahan yang bermakna secara praktis maupun
bagi siswa teoritis bagi siswa
Proyek/ masalah tersebut harus Proyek tersebut harus
secara nyata dapat dikerjakan dapat dikerjakan oleh
oleh siswa. siswa dalam rentang
Dari kegiatan proyek tersebut waktu yang ditentukan
siswa harus dapat menciptakan (1 semester)
atau menghasilkan sesuatu, Proyek harus
baik sebagai pribadi maupun menghasilkan produk
kelompok di luar lingkungan (pengetahuan/
sekolah. keterampilan baru)
Ketaatan Kegiatan proyek harus dapat Dalam kegiatan proyek
terhadap membantu atau mengarahkan siswa dapat
16

nilai-nilai siswa untuk memperoleh dan mengaplikasikan


akademis menerapkan pokok pengetahuan bidang
pengetahuan dalam satu atau studi pokok yang
lebih disiplin ilmu. dipelajari.
Proyek tersebut harus Kegiatan proyek
dapat/mampu memberi tersebut harus dapat
tantangan pada siswa untuk merangsang siswa
menggunakan metode-metode menggunakan metode-
penemuan (ilmiah) dalam satu metode penemuan
atau lebih disiplin ilmu (contoh: (ilmiah) dalam satu atau
berpikir dan bekerja seperti lebih disiplin ilmu yang
ilmuwan). dipelajari.
Proyek harus mampu Kegiatan proyek
mendorong siswa tersebut harus dapat
mengembangkan keterampilan merangsang siswa
dan kebiasaan berpikirtingkat menggunakan
tinggi (contoh: pencarian fakta; keterampilan dan
memandang sesuatu masalah kebiasaan berpikir
dari berbagai sudut). tingkat tinggi.
Belajar pada Apakah kegiatan belajar yang Proyek harus mengacu
dunia nyata dilakukan siswa berada dalam pada kehidupan nyata/
konteks permasalahan semi permasalahan yang ada
terstruktur,mengacu pada di masyarakat.
kehidupan nyata, dan bekerja/ Proyek harus
berada pada dunia lingkungan merangsang siswa
luar sekolah? untuk bekerja secara
Apakah proyek dapat tim, menggunakan
mengarahkan untuk menguasai teknologi yang tepat.
dan menggunakan unjuk kerja Proyek tersebut mampu
yang dipersyaratkan dalam merangsang siswa
organisasi kerja yang menuntut untuk melakukan
persyaratan tinggi? (contoh: pengembangan
kerja tim; menggunakan organisasi dan
teknologi yang tepat; mengelola keterampilan
pemecahan masalah dan pribadi.
komunikasi).
Apakah pekerjaan tersebut
mempersyaratkan siswa mampu
untuk melakukan
pengembangan organisasi dan
mengelola keterampilan
pribadi?
Aktif Apakah siswa menggunakan Proyek harus
meneliti sejumlah waktu secara diselesaikan tepat waktu
signifikan untuk mengerjakan Proyek harus
17

bidang utama pekerjaannya? merangsang siswa


Apakah proyek tersebut untuk mampu
mempersyaratkan siswa untuk melakukan penelitian
mampu melakukan penelitian nyata, dan
nyata, dan menggunakan menggunakan berbagai
berbagai macam metode, media macam metode, media,
dan berbagai sumber lainnya? dan berbagai sumber
Apakah siswa diharapkan lainnya.
mampu berkomunikasi tentang Siswa harus mampu
apa yang dipelajari, baik untuk berkomunikasi
melalui presentasi maupun tentang apa yang
unjuk kerja? dipelajari baik melalui
presentasi maupun
unjuk kerja.
Hubungan Apakah siswa menemui dan Siswa harus mampu
dengan ahli mengamati (belajar dari) teman/ belajar dari teman/orang
orang sebaya (dewasa) yang sebaya (dewasa) yang
memiliki pengalaman dan memiliki pengalaman
kecakapan yang relevan? dan kecakapan yang
Apakah siswa dapat relevan
kesempatan untuk bekerja/ Siswa harus dapat
berdiskusi secara teliti dengan bekerja/ berdiskusi
paling tidak seorang teman? secara teliti dengan
Apakah orang dewasa (di luar paling tidak seorang
siswa) dapat bekerja sama teman.
dalam merancang dan menilai Siswa harus dapat
hasil kerja siswa? bekerja sama dalam
merancang dan menilai
hasil kerja siswa.
Penilaian Apakah siswa dapat merefleksi Siswa harus mampu
sacara berkala proses belajar menilai unjuk kerjanya
yang dilakukannya dengan Siswa harus mampu
menggunakan kriteria proyek bekerja sama dengan
yang jelas, yang kiranya dapat orang lain (ahli/ praktisi
membantu dalam menentukan yang sebidang dengan
kinerjanya. kegiatan proyek)
Apakah orang luar dapat Ada sistem penilaian
membantu siswa regular untuk menilai
mengembangkan pengertian kerja siswa, terkait
tentang standar kerja dunia dengan metode yang
nyata dalam suatu jenis digunakan, termasuk
pekerjaan? melalui pameran dan
Apakah ada kesempatan secara portofolio.
regular untuk menilai kerja
siswa, terkait dengan metode
18

yang digunakan, termasuk


melalui pameran dan portofolio

e. Pedoman Pembimbingan Pembelajaran Berbasis Proyek

Strategi pembelajaran berbasis proyek menempat guru sebagai supervisor

pengerjaan proyek siswa. Dalam hal ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan

seorang guru agar peran guru dan siswa berjalan sesuai dengan rencana. Wena

(2011:157) memaparkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses

pembimbingan sebagai berikut;

1) Keautentikan

Hal ini dapatdilakukan dengan beberapa strategi berikut.

Mendorong dan membimbing siswa untuk memahami kebermaknaan dari

tugas yang dikerjakan.

Merancang tugas siswa sesuai dengan kemampuannya sehingga ia mampu

menyelesaikannya tepat waktu.

Mendorong dan membimbing siswaagar mampu menghasilkan sesuatu

dari tugas yang dikerjakannya.

2) Ketaatan terhadap nilai-nilai akademik

Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi.

Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu menerapkan berbagai

pengetahuan/ disiplin ilmu dalam menyelesaikan tugas yang dikerjakan.

Merancang dan mengembangkan tugas-tugas yang dapat memberi

tantangan pada siswa untuk menggunakan berbagai metode dalam

pemecahan masalah.
19

Mendorong dan membimbing siswa untuk mampu berpikir tingkat tinggi

dalam memecahkan masalah.

3) Belajar pada dunia nyata

Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut.

Mendorong dan membimbing siswa untuk mampu bekerja pada konteks

permasalahan yang nyata yang ada di masyarakat.

Mendorong dan mengarahkan agar siswa mampu bekerja dalam situasi

organisasi yang menggunakan teknologi tinggi.

Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu mengelola kemampuan

keterampilan pribadinya.

4) Aktif Meneliti

Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut.

Mendorong dan mengarahkan siswa agar dapat menyelesaikan tugasnya

sesuai dengan jadwal yang telah dibuatnya.

Mendorong dan mengarahkan siswa untuk melakukan penelitian dengan

berbagai macam metode, media, dan berbagai sumber.

Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu berkomunikasi dengan

orang lain, baik melalui presentasi ataupun media lainnya.

5) Hubungan dengan ahli

Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut.

Mendorong dan mengarahkan siswa untuk mampu belajar dari orang lain

yang memiliki pengetahuan yang relevan.


20

Mendorong dan mengarahkan siswa bekerja/ berdiskusi dengan orang lain/

temannya dalam memecahkan masalahnya.

Mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajak/ minta pihak luar

untuk terlibat dalam menilai unjuk kerjanya.

6) Penilaian

Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut.

Mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu melakukan evaluasi diri

terhadap kinerjanya dalam mengerjakan tugasnya.

Mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajak pihak luar untuk

terlibat mengembangkan standar kerja yang terkait dengan tugasnya.

Mendorong dan mengarahkan siswa untuk menilai unjuk kerjanya.

f. Kelebihan Pembelajaran Berbasis Proyek


Menurut Moursund (dalam Wena 2011:147) beberapa kelebihan dari

pembelajaran berbasis proyek antara lain sebagai berikut.

Increased motivation. Pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa terbukti dari beberapa laporan penelitian tentang

pembelajaran berbasis proyek yang menyatakan bahwa siswa sangat tekun,

berusaha keras dalam belajar, siswa lebih bergairah dalam pembelajaran,

Increased problem-solving ability. Lingkungan belajar pembelajaran

berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah,

membuat siswa lebih aktif dan berhasil memecahkan masalah-masalah

yang kompleks.
21

Inproved library research skills. Karena pembelajaran berbasis proyek

memperyaratkan siswa harus mampu secara cepat memperoleh informasi

melalui sumber-sumber informasi, maka keterampilan siswa untuk

mencari dan menemukan informasi akan meningkat.

Invreased collaboration. Kerja kelompok dalam pembelajaran berbasis

proyek membuat siswa mengembangkan dan mempraktikan keterampilan

komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, dan pertukaran

informasi dalam kelompok adalah aspek-aspek kolaboratif dalam

pembelajaran.

Increased resource-management skills. Pembelajaran berbasis proyek

yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa

pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasikan proyek, dan membuat

alokasi waktu dalam sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk

menyelesaikan tugas.

g. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek


Syaiful & Aswan (2006:84) menjelaskan kekurangan pembelajaran
berbasis proyek seperti berikut.
a) Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini, baik secara
vertikal maupun horizontal belum menunjang pelaksanaan
metode ini.
b) Pemilihan topik unit yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa,
cukup fasilitas dan sumber-sumber belajar yang diperlukan,
bukanlah pekerjaan yang mudah.
c) Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat
mengaburkan pokok unit yang dibahas.

Pembelajaran berbasis proyek yang mengutamakan keatentikan dan

masalah yang nyata menuntut kemampuan guru untuk lebih teliti dalam
22

merancang suatu proyek. Selain itu, strategi ini tidak efektif dikerjakan dalam satu

atau dua pertemuan di kelas dengan siswa, artinya membutuhkan waktu yang

lebih lama. Guru juga harus bijaksana dalam memerankan tugasnya, baik sebagai

motivator, penasihat, penengah, atau bahkan fasilitator. Dalam hal penilaian,

strategi ini tidak sekedar melihat hasil akhir tapi lebih mengutamakan proses yang

terjadi.

3. Strategi Pembelajaran Ekspositori

a. Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori

Menurut Sanjaya (2006:179),

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran


yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal
dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar
siswa dapat menguasai materi pembelajaran secara optimal.

Roy Killen (dalam Sanjaya 2006:179) strategi pembelajaran ekspositori

dengan istilah strategi pembelajaran langsung (direct instruction). Dalam strategi

ini, materi pelajaran disampaikan secara langsung oleh guru. Strategi

pembelajaran ekspositori menekankan proses bertutur. Materi pelajaran sengaja

diberikan secara langsung. Peranan siswa dalam strategi ini adalah menyimak

untuk menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Jadi dapat disimpulkan

bahwa strategi pembelajaran ekspositori merupakan pembelajaran yang

berorientasi kepada guru.

b. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Ekspositori


23

Sanjaya (2006: 181-182) mengemukakan penggunaan strategi

pembelajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh

setiap guru. Prinsip tersebut dijelaskan di bawah ini.

1) Berorientasi pada tujuan

Penentujuan tujuan pembelajaran adalah hal utama. Penyampaian materi

pelajaran merupakan ciri yang utama dalam strategi pembelajaran ekspositori,

namun tidak berarti penyampaian materi tanpa ada tujuan pembelajaran. Guru

menyampaikan materi dengan tujuan pembelajaran sebagai dasar atau

pedomannya.

2) Prinsip komunikasi

Sistem komunikasi dikatakan efektif apabila pesan itu mudah ditangkap

oleh penerima pesan dan diperoleh secara utuh. Strategi pembelajaran ekspositori

mengutamakan penyampaian materi oleh guru. Oleh karena itu, prinsip

komunikasi harus dipenuhi dengan tepat agar materi dapat diterima siswa dengan

baik.

3) Prinsip kesiapan

Kesiapan merupakan hukum dalam belajar. Artinya setiap individu akan

merespon dengan cepat dari stimulus, jika dalam dirinya sudah memiliki kesiapan.

Sebaliknya tidak mungkin individu akan merespon stimulus jika dalam dirinya

belum memiliki kesiapan. Jadi, kesimpulan yang dapat diambil agar siswa dapat

menerima informasi sebagai stimulus yang kita berikan,terlebih dahulu kita

memosisikan mereka dalam keadaan siap, baik secara fisik maupun psikis untuk

menerima pelajaran.
24

4) Prinsip berkelanjutan

Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa mau

mempelajari materi pelajaran lebih lanjut. Pembelajran bukan hanya berlangsung

pada saai itu, akan tetapi juga untuk waktu selanjutnya. Ekspositori yang berhasil

manakala melalui proses penyampaian dapat membawa siswa pada situasi

ketidakseimbangan, sehingga mendorong mereka untuk mencari dan menemukan

atau menambah wawasan melalui proses belajar.

c. Prosedur Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Dalam pelaksanaan strategi pembelajaran ekspositori ada beberapa prosedur

yang harus dipahami oleh pendidik menurut Sanjaya (2006:183-184).

1) Rumuskan tujuan yang ingin dicapai

Merumuskan tujuan merupkan langkah pertama yang harus harus

dipersiapakan guru. Tujuan yang ingin dicapai sebaiknya dirumuskan dalam

bentuk perubahan tingkah laku yang spesifik yang berorientasi pada hasil belajar.

Hal ini bertujuan agar arah pembelajaran yang ingin dicapai terarah. Dengan

demikian, melalui tujuan yang jelas selain dapat membimbing siswa dalam

menyimak materi pelajaran juga akan diketahui efektivitas dan efesiensi

penggunaan strategi ini.

2) Kuasai materi pelajaran dengan baik

Penguasaan materi yang baik merupakan syarat mutlak penggunaan

strategi ekspositori. Penggunaan materi yang sempurna, akan membuat


25

kepercayaan guru meningkat, sehingga guru akan mudah mengelolah kelas; guru

akan bebas bergerak; berani menatap siswa; tidak takut terhadap perilaku-perilaku

siswa yang dapat mengganggu jalannya proses pembelajaran.

Agar guru dapat menguasai materi pelajaran ada beberapa hal yang dapat

dilakukan. Pertama, pelajari sumber-sumber belajar yang mutakhir. Kedua,

persiapkan masalah-masalah yang mungkin muncul dengan cara menganalisis

materi pelajaran sampai mendetail. Ketiga, buat garis besar materi pelajaran yang

akan disampaikan untuk memandu dalam penyajian agar tidak melebar topik

pembelajaran.

3) Kenali medan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses

penyampain

Mengenali lapangan atau mendan merupakan hal yang penting dalam

langkah persiapan. Pengenalan medan yang baik memungkinkan guru dapat

berpartisipasi berbagai kemungkinan yang dapat mengganggu proses peyajian

materi. Beberapa medan yang harus dikenali di antaranya, pertama, latar belakang

audiens atau siswa yang akan menerima, misalnya kemampuan dasar atau

pengalaman belajar siswa sesuai dengan materi yang ingin disampaikan, minat

dan gaya belajar siswa. Kedua, kondisi ruangan, baik menyangkut luas dan

besarnya ruangan, pencahayaan, posisi tempat duduk, maupun kelengkapan

ruangan itu sendiri.

d. Kelebihan Strategi Pembelajaran Ekspositori

Menurut Sanjaya (2006:190-191), kelebihan pembelajaran ekspositori

sebagai berikut.
26

1) Dengan pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan


dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat
mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan
pelajaran yang disampaikan.
2) Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif
apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas.
3) Melalui pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar
melalui penuturan tentang materi pelajaran, juga sekaligus
siswa bisa melihat melalui pelaksanaan demonstrasi
4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ekspositori bisa
digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.

e. KelemahanStrategi Pembelajaran Ekspositori

Di samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran ekspositori juga

memiliki kelemahan, seperti yang diungkapkan Sanjaya (2006:191)

1) Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dilakukan terhadap


siswa yang memiliki kemampuan mendegar dan menyimak
dengan baik. Untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan
seperti itu perlu dilakukan strategi yang lain.
2) Strategi ini tidak munkin dapat melayani perbedaan setiap
individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan,
minat, bakat, serta perbedaan gaya belajar.
3) Karena pembelajaran lebih banyak disampaikan melalui
ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa
dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal,
serta kemmampuan berpikir kritis.
4) Oleh karena gaya komunikasi dalam dalam strategi
pembelajran ekspositori lebih banyak satu arah, maka
kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi
pembelajaran akan sangat terbatas pula. Selain itu pembelajaran
yang satu arah akan mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki
siswa terbatas pada apa yang diberikan guru.

Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa


yang dimiliki oleh guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri,
semangat, antusias, motivasi, dan kemampuan mengelola kelas.

4. Kemampuan Menulis Proposal Kegiatan

a. Kemampuan Menulis
27

Semi (1995:16) menyebutkan menulis merupakan suatu proses

kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Lebih

rinci dijelaskan bahwa menulis memiliki tiga aspek utama, yaitu tujuan yang

ingin dicapai, gagasan yang ingin dikomunikasikan, dan sistem pemindahan

gagasan itu. Sejalan dengan penjelasan tersebut, Akhdiah, dkk (2003:2)

berpendapat kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks,

yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan.

Tulisan terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna. Dalam

komunikasi tertulis paling tidak terdapat tiga unsur yang terlibat, yaitu

penulis sebagai penyampai pesan atau isi tulisan, saluran atau medium

tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.

Rahayu (2007:135) menjelaskan lebih spesifik, penulisan ilmiah

menyangkut segi bahasa. Penuturan bahasa harus utuh dan tuntas, lengkap,

padu, jelas, ringkas, dan kuat/mengesankan. Maka, tulisan mempunyai teknis

pengungkapan yang komunikatif dan menunjukkan kerangka berpikir

rasional. Kegiatan menulis sangat mementingkan unsur pikiran, penalaran,

dan data faktual karena itu wujud yang dihasilkan dari kegiatan menulis

berupa tulisan ilmiah atau nonfiksi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

menulis merupakan bentuk komunikasi tidak langsung dengan

memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosa kata sehingga

menghasilkan tulisan yang runtut, ekspresif dan mudah dipahami untuk

mengungkapkan ide, pikiran, atau gagasan kepada orang lain. Keterampilan


28

menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, dan latihan. Melalui

latihan dan praktik secara terus menerus serta teratur akan meningkatkan

keterampilan menulis.

b. Menulis Proposal Kegiatan

1) Pengertian Menulis Proposal Kegiatan

Proposal merupakan rencana yang disusun untuk kegiatan tertentu

atau bisa juga dikatakan rencana yang dituangkan dalam bentuk rancangan

kerja (Hasnun 2004:84). Proposal bersifat memberitahukan yang disertai

harapan dan permohonan. Oleh karena itu, dalam sebuah proposal diuraikan

dengan jelas tentang apa yang direncanakan dan dibutuhkan. Untuk lebih

meyakinkan pembaca kadang sebuah proposal dilengkapi dengan gambar,

foto, jadwal kegiatan, peta, grafik atau hal-hal lain yang dibutuhkan agar

pembaca tahu dan paham kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan.

Proposal yang dimaksud di sini adalah proposal proyek. Menyusun

sebuah proposal harus jelas, transparan dan membutuhkan ketelitian serta

kecermatan. Seorang penulis proposal harus teliti dan cermat dalam

merumuskan masalah serta cermat mendesain kegiatan yang disesuaikan

dengan dana dan waktu pelaksanaan kegiatan tersebut (Hasnun 2004: 84).

Proposal yang menarik akan memancing minat orang untuk

membacanya. Jika orang yang berminat itu benar-benar tertarik, maka inilah

keberhasilan penulisan proposal (Hamilton 2002: 215). Tujuan penulisan

proposal bisa bermacam-macam. Di antaranya adalah untuk mendapatkan


29

persetujuan dan mendapatkan bantuan dana maupun sarana (Hasnun 2004:

84).

Proposal ditulis dan diajukan misalnya saat siswa akan mengadakan

pameran atau studi banding, karang taruna akan menyelenggarakan pelatihan

komputer dan lain sebagainya. Tujuan yang berbeda tersebut mempengaruhi

bentuk proposal. Antara proposal kegiatan studi banding tentu berbeda

dengan proposal penelitian, meskipun dibuat oleh orang atau kelompok yang

sama dan ditujukan kepada pihak yang sama pula (Hasnun 2004:85).

Perbedaan-perbedan tersebut meliputi (1) perbedaan unsur proposal, (2)

sasaran dan tujuan, (3) perbedaan bahasa yang digunakan.

2) Jenis-jenis Proposal

Secara umum, berikut ini merupakan proposal yang biasa diajukan

orang (Susanto 2010:3-4)

Proposal bisnis (Proposal pendirian usaha)

Proposal proyek (proposal pengajuan dana kepada lembaga donor)

Proposal penelitian (proposal skripsi, tesis, dan disertasi)

Proposal kegiatan (proposal kegiatan seminar, pelatihan, dan lomba)

3) Unsur-unsur Proposal Kegiatan

Menurut Hasnun (2004:86) unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah

proposal adalah pendahuluan, dasar, maksud dan tujuan, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian, faktor penghambat, faktor pendorong,

kegiatan dan tema kegiatan, masalah, visi dan misi, manfaat, populasi dan
30

sampel, sasaran dan target kegiatan, waktu dan tempat kegiatan, jadwal

pelaksanaan, peserta, teknik pelaksanaan, biaya yang diperlukan (anggaran),

kesimpulan dan saran, lampiran.

Tidak semua unsur dicantumkan dalam proposal, tergantung jenis dan

tujuan penulisan proposal. Untuk proposal kegiatan unsur-unsur yang harus

dicantumkan adalah (1) latar belakang, (2) dasar kegiatan (3) tujuan, (4)

kegiatan dan tema, (5) manfaat, (6) sasaran, (7) waktu dan tempat

pelaksanaan, (8) anggaran dana, dan (9) penutup.

a) Latar Belakang

Pada bagian latar belakang perlu dijelaskan alasan-alasan pengadaan

kegiatan atau kondisi yang menyebabkan permasalahan sehingga kegiatan

tersebut perlu diadakan. Contoh; Resepsi perpisahan kelas XII, di latar

belakang harus dijelaskan mengapa resepsi tersebut perlu diselenggarakan.

b) Dasar Pemikiran

Dasar pemikiran menguraikan kerangka logis yang memperkuat pengadaan

kegiatan tersebut. Bedanya dengan latar belakang, bagian ini dituntut mampu

menjelaskan kerangka pemikiran yang logis dan sistematis, yang berkenaan

dengan tema kegiatan.

c) Tujuan

Unsur tujuan menjelaskan hal-hal yang akan dicapai setelah

menyelenggarakan kegiatan. Tujuan menggambarkan visi dan misi suatu

kegiatan sehingga terarah dan dapat diukur tingkat kesuksesannya.

d) Nama dan Tema Kegiatan


31

Pada Unsur ini menjelaskan nama dan tema kegiatan yang akan

dilaksanakan. Misalnya, nama kegiatannya adalah Semarak Budaya Bahasa

Tingkat Daerah dengan tema Bahasa mencerminkan Budaya.

e) Landasan Kegiatan

Landasan kegiatan berisi pedoman atau aturan yang menjadi dasar

pengadaan kegiatan. Landasan ini biasa didasarkan pada garis-garis besar

program kerja dan hasil keputusan rapat.

f) Rencana Pelaksanaan

Proposal yang baik dan dapat dipercaya harus menjelaskan rencana

pelaksanaan dengan rinci dan akurat. Setiap kegiatan sejak awal hingga

akhir disusun menjadi suatu jadwal yang nantinya akan direalisasikan.

g) Bentuk Kegiatan

Bagian ini menjelaskan bentuk kegiatan seperti apa yang akan

diselenggarakkan, seperti seminar, diskusi, out bond, lomba, dan lain-lain.

h) Sasaran

Bagian ini menjelaskan pihak-pihak yang menjadi target peserta dan

pengunjung. Penentuan sasaran kegiatan biasanya berdasarkan tema dan

tujuan kegiatan. Contoh; Seminar pendidikan sex sejak dini yang bertujuan

agar siswa mengetahui bahaya praktik sex bebas dan mengerti cara

menjauhkan diri dari praktik sex bebas. Peserta yang menjadi target adalah

siswa SMA atau mungkin siswa SMP.

i) Target
32

Unsur target menjelaskan jumlah minimal peserta dan pengunjung yang

mengikuti kegiatan serta kualitas yang harus dicapai setelah kegiatan.

j) Pelaksana

Bagian ini menjelaskan nama organisasi atau lembaga yang melaksanakan

kegiatan tersebut. Contoh; OSIS, Dinas Pendidikan Daerah, dan lain-lain.

k) Susunan Panitia

Panitia merupakan pihak yang bertanggung jawab atas persiapan dan

pelaksanaan kegiatan. Susunan panitia biasanya diawali dari penasehat,

penanggung jawab, ketua panitia, sekretaris, bendahara, coordinator setiap

bidang, serta anggotanya. Susunan panitia ditaruh pada bagian lampiran.

l) Rencana Anggaran

Bagian ini menjelaskan secara rinci anggaran dana yang diperlukan untuk

melaksanakan kegiatan. Dalam penyusunan rencana anggaran sangat

diperlukan ketelitian, baik dalam perhitungan dan kesesuaian besar dana

dengan harga pasaran.

m) Penutup

Penutup berisi kesimpulan dan harapan pengaju proposal kepada penerima

proposal.

4) Ejaan dan Tanda Baca

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia, Nomor 0543a/U/1987mengatur 5 hal berkenaan dengan ejaan dan

tanda baca, yaitu pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf
33

miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, serta pemakaian tanda baca.

Penulisan proposal kegiatan tidak dapat mengabaikan peraturan ejaan dan

tanda baca karena akan mempengaruhi nilai formalitas, keindahan, bahkan

makna yang ingin disampaikan. Namun, ejaan dan tanda baca yang akan

diuraikan merupakan ejaan dan tanda baca yang dibutuhkan pada penulisan

proposal kegiatan.

a) Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

menjelaskan 15 penggunaan huruf kapital.

(1) Huruf pertama kata pada awal kalimat.

(2) Huruf pertama petikan langsung.

(3) Huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama

Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

(4) Huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, dan

keagamaan yang diikuti nama orang.

(5) Huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama

orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,

nama instansi, atau nama tempat.

(6) Huruf pertama unsur-unsur nama orang.

(7) Huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

(8) Huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa

sejarah.

(9) Huruf pertama nama geografi.


34

(10) Huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah

dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata

seperti dan

(11) Huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang

terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan

ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

(12) Huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat

kabar, dan judul karangan kecuali kata sandang yang tidak terletak

pada posisi awal.

(13) Sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat,

dan sapaan.

(14) Huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang

dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.

(15) Huruf pertama kata ganti Anda.

Penulisan huruf miring dijelaskan seperti berikut.

(1) Untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang

dikutip dalam tulisan.

(2) Untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata,

tau kelompok kata.

(3) Untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali

yang telah disesuaikan dengan ejaannya.

b) Penulisan Kata
35

(1) Jika salah satu gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,

gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh: antarkota, dwiwarna.,

ultramodern, dan lain-lain.

(2) Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah.

(3) Partikel lah, -kah, -tah ditulis serangkai dengan kata yang

mendahuluinya.

(4) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

c) Pemakaian Tanda Baca

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan menguraikan

15 tanda baca serta penggunaannya. Tanda titik, koma, titik koma, titik dua,

tanda hubung, tanda pisah, elipsis, tanda Tanya, tanda seru, kurung, kurung

siku, petik, petik tunggal, garis miring, penyingkat atau apostrof.

5) Pilihan Kata

Kata merupakan unsur dasar yang membangun kalimat atau satuan

bahasa lain. Jika pilihan kata penulis menimbulkan penafsiran yang tidak

sesuai dengan pembaca, yang terjadi adalah kesalahpahaman. Penulisan

proposal kegiatan harus memperhatikan pilihan kata agar tidak terjadi

kesalahpahaman yang dimaksud. Menurut Akhdiah, dkk (2003:82-94) ada

dua persyaratan pokok yang harus diperhatikan, yaitu ketepatan dan

kesesuaian. Ketepatan mencakup makna, kata-kata yang dipilih harus secara

tepat mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan. Kesesuaian menyangkut

kecocokan antara kata-kata yang dipilih dengan kondisi pembaca.

6) Penyusunan Kalimat
36

Akhdiah, dkk (2003:116-135) menjelaskan 5 ciri kalimat efektif seperti

berikut.

(1) Kesepadanan dan kesatuan

Unsur-unsur dalam kalimat melahirkan keterpaduan serta memenuhi syarat

kalimat, yaitu adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun dan naik.

(2) Kesejajaran (Paralelisme)

Akhdiah, dkk (2003:122) menjelaskan kesejajaran (paralelisme) dalam

kalimat ialah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau konstruksi

bahasa yang sama yang dipakai dalam susunan serial.

(3) Pengulangan Kata

Pengulangan kata tidak selamanya dibutuhkan dalam kalimat. Pengulangan

kata perlu jika berfungsi untuk memperjelas atau menegaskan maksud yang

ingin disampaikan. Oleh karena itu, harus diperhatikan agar pengulangan

kata tidak menimbulkan ketidakefektifan.

(4) Kehematan

Akhdiah, dkk (2003:125) menyebutkan kehematan menyangkut soal

gramatikal dan makna kata. Penggunaan gramatikal seperti, kata, frasa,

tanda baca, atau bentuk lainnya harus sesuai dengan porsi makna yang ingin

disampaikan.

(5) Kevariasian

Kevariasian bertujuan untuk menghindarkan suasana monoton dan rasa

bosan. Selain itu, kevariasian akan menimbulkan keindahan tulisan yang

menarik pembaca untuk melanjutkan pembacaannya. Kevariasian dapat


37

dilakukan dengan berbagai cara, seperti yang dijelaskan Akhdiah (2003:

128-135); cara memulai kalimat, panjang-pendek kalimat, jenis kalimat,

penggunaan kalimat aktif dan pasif, serta penggunaan kalimat langsung dan

tidak langsung.

7) Kesesuaian Tiap Bahan

Penulisan proposal kegiatan membutuhkan bahan atau data. Data

tersebut harus sesuai dengan kebutuhan penulisan proposal atau mendukung

isi proposal. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai media cetak yang

relevan, internet, wawancara, dan angket.

8) Sistematika Penulisan

Proposal kegiatan mengandung 13 unsur. Penulisan proposal kegiatan

harus menguraikan unsur-unsur tersebut dengan runtut sesuai sistematika

berpikir.

9) Kerapian Tulisan

Kerapian dalam penulisan proposal kegiatan mempengaruhi penilaian

pembaca terhadap proposal tersebut. Proposal kegiatan yang ditulis dan

dikemas dengan rapi tentu menimbulkan nilai kepercayaan dari pembaca.

Dalam hal ini, kerapian dilihat dari ketaatan penulis pada aturan penulisan

yang ditetapkan. Aturan penulisan ditetapkan berdasarkan aturan yang sudah

umum digunakan dalam penulisan karya ilmiah. Kertas yang digunakan A4,

margin kiri 3, kanan 3, atas 3, bawah 3, spasi 1.5, jenis huruf times new

roman, ukuran huruf 12 serta penulisan bab dan subbab harus konsisten.
38

B. Kerangka Konseptual

Pada kerangka teoretis telah dijabarkan dan dijelaskan hal-hal yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini. Pada kerangka konseptual ini disajikan

konsep-konsep dasar yang sesuai dengan permasalahan penelitian yang akan

dilaksanakan.

Strategi pembelajaran berbasis proyek adalah pembelajaran melalui kerja

proyek yang menekankan kemandirian siswa belajar dalam kelompok serta

mengalami konstruktifisme pemahaman selama mengerjakan proyek. Strategi ini

memiliki 5 prinsip, yaitu; sentralistis (centrality), pertanyaan pendorong (driving

question), investigasi konstruktif (constructive investigation), otonomi

(autonomi), realistis (realism). Kelima prinsip ini mengarahkan pengerjaan proyek

pada pemecahan masalah secara menyeluruh dengan hasil pemahaman siswa

secara sistematis pula.

Strateti pembelajaran berbasis proyek dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut; keautentikan, ketaatan terhadap nilai akademik, belajar pada

dunia nyata, aktif meneliti, hubungan dengan ahli, dan penilaian. Berdasarkan

langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek, guru harus mampu merancang

proyek yang mengacu pada permasalahan bermakna bagi siswa. Proyek yang

dikerjakan berlandaskan pada kurikulum, jadi proyek bukan penerapan dari teori

yang sudah dipahami melainkan pada proses pengerjaan proyeklah siswa belajar

konsep suatu teori.

Kemampuan menulis proposal kegiatan adalah kemampuan siswa

menuangkan rencana kegiatan dalam tulisan secara sistematis dengan


39

memperhatikan unsur-unsur yang harus dilengkapi, bahasa penulisan, serta

kesesuaian dengan target penulisan proposal. Kemampuan menulis proposal

bermanfaat bagi siswa untuk merencanakan kegiatan yang akan dilaksanakan

dalam sekolah ataupun diluar sekolah. Selain itu, kemampuan ini sangat

dibutuhkan dalam dunia kerja, seperti kontraktor, aktivis organisasi, bahkan

pagawai di suatu instansi pemerintah.

Aspek yang dinilai dalam penulisan proposal kegiatan adalah kelengkapan

unsur-unsur proposal, yaitu; latar belakang, dasar pemikiran, tujuan, nama dan

tema kegiatan, landasan kegiatan, rencana pelaksanaan, bentuk kegiatan, sasaran,

target, pelaksana, susunan panitia, rencana anggaran, serta penutup. Aspek kedua

adalah penggunaan ejaan dan tanda baca harus sesuai dengan ejaan yang

disempurnakan. Penyusunan kalimat harus efektif, tidak bertele-tele, serta sopan.

Keseuaian tiap unsur juga diperhatikan. Unsur-unsur yang ditulis sesuai dengan

penjabaran yang seharusnya dijelankan dalam setiap unsur tersebut. Penulisan

proposal harus teratur sesuai sistematika proposal. Proposal yang bertujuan

menarik perhatian pembaca harus memperhatikan kerapian tulisan.Tujuh aspek

penilaian ini menjadi indikator peneliti melihat kemampuan siswa menulis

proposal kegiatan.

C. Hipotesis Penelitian

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
40

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 2 Sidikalang. Peneliti menetapkan

sekolah tersebut sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan-pertimbangan

sebagai berikut:

a. SMA N 2 Sidikalangbelum pernah dijadikan objek penelitian mengenai

menulis proposal kegiatan dengan menggunakan strategi pembelajaran

berbasis proyek.

b. Jumlah siswa di sekolah ini cukup memadai untuk dijadikan sampel penelitian

sehingga data yang diperoleh lebih sahih.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada semester ganjil tahun pembelajaran

2013/2014.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Arikunto (2006:130) mengatakan bahwa, Populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian. Menurut Sudjana (2005:6) menyatakan populasi adalah


41

semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif

maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan

yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-saifatnya.Berdasarkan

pendapat tersebut, populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas

XISMA N 2 Sidikalang sebanyak 297 siswa. Untuk lebih jelas gambaran data
4
populasi dapat dilihat pada tabel II di 1bawah ini.

TABEL II
DISTRIBUSI JUMLAH POPULASI SISWA KELAS XI SMA N 2
SIDIKALANG TAHUN 2013

NO KELAS JUMLAH SISWA


1. XI-IPA1 40 orang
2. XI-IPA2 40orang
3. XI-IPA3 40 orang
4. XI-IPA4 36 orang
5. XI-IPS1 35 orang
6. XI-IPS2 36 orang
7. XI-IPS3 35 orang
8. XI-IPS4 35 orang

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan sampel random atau sampel acak dengan memilih dua kelas dari delapan

kelas yang ada dengan syarat bahwa peneliti memberi hak yang sama kepada

setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel (Arikunto,

2010:177). Populasi pada penelitian ini adalah 8 kelas yang homogen.

Pendistribusian siswa berdasarkan pada prestasi baik, sedang, dan cukup. Selain

itu popoulasi mendapat perlakuan yang sama, kurikulum serta fasilitas sama. Oleh
42

karena itu, peneliti memilih random kelas. Adapun langkah-langkah dalam

pengambilan sampel ini sebagai berikut.

1. Menyiapkan potongan-potongan kertas sebanyak enam sesuai dengan

jumlah populasi kelas.

2. Menuliskan nama kelas pada setiap potongan kertas, potongan pertama XI

IPA1, potongan kedua XI IPA2, potongan ketiga XI IPA3, potongan

keempat XI IPA4, potongan kelima XI IPS1, potongan keenam XI IPS2,

potongan ketujuh XI IPS3, dan potongan kedelapan XI IPS4.

3. Menggulung kertas satu per satu dan dimasukkan ke dalam kotak.

4. Selanjutnya, kotak yang berisi gulungan kertas tersebut dikocok dan

diambil dua buah gulungan kertas yang dijadikan sampel dalam penelitian

ini.

Berdasarkan tahap-tahap pengambilan sampel di atas diperoleh kelas XI IPA1 dan

XI IPA2sebagai sampel penelitian.

C. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode penelitian

Moh Nazir (2011:44) menjelaskan cakupan metode penelitian yaitu teknik

dan prosedur yang digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, penentuan

metode penelitian berkaitan erat dengan alat dan langkah kerja penelitian.

Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh strategi pembelajaran berbasis proyek

terhadap kemampuan menulis proposal kegiatan siswa. Metode penelitian yang

sesuai dengan tujuan tersebut adalah metode eksperimen. Metode ini efektif

digunakan untuk menyelidiki berapa besar pengaruh atau hubungan sebab akibat
43

dari variable-variabel yang diteliti. Peneliti akan mengadakan manipulasi terhadap

objek penelitian serta melakukan pengontrolan.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah eksperimen posttest-only control group

design. Punaji (2010:159) menjelaskan desain ini menggunakan dua kelompok

subjek, kelompok pertama dikenai perlakuan dan kelompok lain sebagai

pengendali atau kontrol. Kelompok eksperimen pada penelitian ini diberi strategi

pengajaran berbasis proyek sedangkan kelompok kontrol menggunakan strategi

pembelajaran ekspositori. Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil

posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

TABEL III
DESAIN EKSPERIMEN POSTTEST-ONLY CONTROL GROUP
DESIGN
No Kelas Perlakuan Post test
1 Eksperimen X1 T
2 Kontrol X2 T

Keterangan:

X1 : Pembelajaran dengan strategi pembelajaran berbasis proyek

X2 : Pembelajaran dengan strategi pemebelajaran ekspositori

T : Pemberian posttest.

D. Definisi Operasional variabel penelitian

Arikunto (2010:161) berpendapat bahwa Variabel adalah objek

penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Untuk

memperjelas permasalahan yang dibahas, maka perlu dirumuskan definisi


44

operasional variabel penelitian. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu

variabel bebas (X1) dan variabel terikat (X2). Variabel bebas (X1) dalam

penelitian ini adalah strategi pembelajaran berbasis proyek. Stretegi pembelajaran

berbasis proyek merupakan pembelajaran yang mengutamakan proses belajar

yang holistik dengan mengerjakan suatu proyek. Strategi mengutamakan

keaktifan siswa dalam kelompok serta proses belajar yang menuntut kemandirian,

kerja keras, ketekunan, serta rasa ingin tahu yang tinggi dari siswa. Variabel

terikat (X2) dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis proposal kegiatan.

Kemampuan menulis proposal kegiatan ini didefenisikan sebagai hasil skor tes

yang diperoleh siswa berdasarkan 7 aspek penilaian menulis proposal kegiatan,

yaitu kelengkapan unsur, ejaan dan tanda baca, pilihan kata, penyusunan kalimat,

kesesuaian tiap bahan, sistematika penulisan, serta kerapian tulisan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan untuk

menjaring data penelitian. Manurung (2012:62) menjelaskan instrumen adalah

alat untuk mengumpulkan data variabel-variabel penelitian untuk kebutuhan

penelitian. Pada dasarnya ada dua jenis instrumen, yaitu tes dan nontes. Tes

merupakan latihan atau pertanyaan yang digunakan untuk mengukur prestasi

belajar, intelegensi, bakat atau kemampuan individu maupun kelompok.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Penilaian ini

akan memperhatikan aspek-aspek berikut; 1) langkah-langkah kerja yang

diharapkan dapat dilakukan siswa. 2) kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan
45

dinilai. 3) kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk melakukan

tugas. 4) kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak. 5) kemampuan yang

akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati.

Rubrik penilaian akan disesuaikan dengan aspek penilaian kemampuan

menulis proposal seperti pada tabel III (Nugiyantoro, 2010: 425 [online])

TABEL IV
ASPEK-ASPEK PENILAIAN

Aspek Penilaian Kategori Rentang Deskriptor


Skor
1. Kelengkapan Sangat baik 16-20 Semua unsur proposal kegiatan tercantum dan
unsur benar
Baik 11-15 1-2 unsur tidak tercantum
Cukup 6-10 3-4 unsur tidak tercantum
Kurang 0-5 lebih dari lima unsur proposal tidak tercantum
2. Ejaan dan Sangat baik 9-10 jumlah kesalahan 1-10
Baik 6-8 jumlah kesalahan 11-30
tanda baca
Cukup 3-5 jumlah kesalahan 31-50
Kurang 0-2 jumlah kesalahan lebih dari 50
6. Pilihan kata Sangat baik 16-20 pilihan kata yang tidak sesuai dengan maksud 0-5
Baik 11-15 pilihan kata yang tidak sesuai dengan maksud 6-10
Cukup 6-10 pilihan kata yang tidak sesuai dengan maksud 11-
15
Kurang 0-5 pilihan kata yang tidak sesuai dengan maksud
lebih dari15
10. Penyusunan Sangat baik 9-10 semua kalimat urut dan efektif
Baik 6-8 kalimat tidak efektif 1-3
kalimat
Cukup 3-5 kalimat tidak efektif 4-6
Kurang 0-2 kalimat tidak efektif lebih dari enam
14. Kesesuaian Sangat baik 16-20 tiap unsur diungkap dengan tepat
Baik 11-15 tiap bagian cukup tepat pengungkapannya
tiap bahan
Cukup 6-10 ada penulisan yang tidak sesuai dengan
sistematika
Kurang 0-5 penulisan kurang sesuai sistematika

18. Sistematika Sangat baik 9-10 sistematika penulisan benar


46

penulisan Baik 6-8 sistematika penulisan sesuai, tetapi ada yang


kurang tepat
Cukup 3-5 ada penulisan yang tidak sesuai dengan
sistematika
Kurang 0-2 penulisan kurang sesuai sistematika
22. Kerapian Sangat baik 9-10 jenis tulisan Times New Roman, font 12, spasi 1.5,
tulisan jenis kertas A4, margin kiri, margin kanan, atas,
dan bawah 3 cm. Penulisan judul bab dan subbab
rapi
Baik 6-8 1-2 aturan penulisan tidak ditepati
Cukup 3-5 3-4 aturan penulisan tidak ditepati
Kurang 0-2 lebih dari 4 aturan penulisan tidak ditepati

Berdasarkan kriteria penilaian di atas, maka jika dikategorikan dalam peringkat

adalah sebagai berikut:

TABEL V

KATEGORI NILAI

No Kategori Rentang

.
1. Sangat Baik 85-100

2. Baik 70-84

3. Cukup 55-69

4. Kurang 0-54

F. Jalannya Eksperimen

TABEL VI

JALANNYA PEMBELAJARAN MENULIS PROPOSAL KEGIATAN

DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

Pertemuan Kegiatan Alokasi Waktu


47

I Guru memberi salam dan mengabsen siswa 45 menit

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

sesuai kompetensi dasar

Guru memperkenalkan pengertian, jenis-

jenis, dan unsur-unsur proposal

Guru menjelaskan rencana pengerjaan

proyek menulis proposal

Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok.

Setiap kelompok memilih ketua dan notulen

Guru memberi tugas membawa 2 proposal

kegiatan untuk setiap kelompok

Guru mengarahkan siswa duduk berdasarkan

kelompok untuk pertemuan berikutnya


II Guru menginstruksikan setiap kelompok 90 menit

menganalisis unsur-unsur yang terdapat

dalam setiap proposal

Guru mengarahkan agar setiap kelompok

dapat menyimpulkan pengertian proposal,

unsur-unsur proposal, serta kesalahan

penggunaan EYD yang sering terjadi

Guru memberi kesempatan kepada setiap

kelompok menyampaikan hasil diskusi

Guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi


48

Guru membagi topik untuk dikembangkan

menjadi proposal kegiatan kepada setiap

kelompok

Guru mengarahkan siswa untuk menyepakati

pembagian tugas dalam setiap kelompok


III Guru mengevaluasi tugas pertemuan 90 menit

sebelumnya

Guru mengarahkan siswa duduk berdasarkan

kelompok

Guru menginstruksikan setiap kelompok

mengumpulkan informasi yang dicari setiap

anggota agar disusun menjadi proposal yang

baik
IV Guru menjelaskan beberapa kesalahan yang 90 menit

sering terjadi dalam sistematika penulisan

proposal kegiatan, kesalahan dalam EYD dan

pilihan kata

Guru mengarahkan siswa duduk berdasarkan

kelompok

Guru menginstruksikan siswa memeriksa

proposal milik kelompok lain dan

menuliskan saran serta kritikan

Guru menginstruksikan setiap kelompok

memperbaiki proposal masing-masing


49

TABEL VI

JALANNYA PEMBELAJARAN MENULIS PROPOSAL KEGIATAN

DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI

Pertemuan Kegiatan Alokasi Waktu


I Guru memberi salam dan mengabsen siswa 45 menit

Guru mengecek persiapan siswa, baik fisik

dan psikis sebelum memulai materi

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

sesuai kompetensi dasar

Guru menyampaikan pengertian, jenis-jenis,

dan unsur-unsur proposal

Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok

Guru mengarahkan siswa agar duduk

berdasarkan kelompok untuk pertemuan-

pertemuan selanjutnya
II Guru memberi salam dan mengabsen siswa 90 menit

Guru mengecek persiapan siswa, baik fisik

dan psikis sebelum memulai materi

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

sesuai kompetensi dasar

Guru menyampaikan materi unsur-unsur

proposal kegiatan dan teknik penulisannya


50

Guru membagi topik untuk dikembangkan

menjadi proposal kegiatan kepada setiap

kelompok

Guru menugasi siswa membawa informasi

yang dibutuhkan untuk menulis proposal

kegiatan
III Guru memberi salam dan mengabsen siswa 90 menit

Guru mengecek persiapan siswa, baik fisik

dan psikis sebelum memulai materi

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

sesuai kompetensi dasar

Guru mengarahkan siswa bekerja sama

menulis proposal di kelompok masing-

masing
IV Guru memberi salam dan mengabsen siswa 90 menit

Guru mengecek persiapan siswa, baik fisik

dan psikis sebelum memulai materi

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

sesuai kompetensi dasar

Guru mengarahkan siswa melanjutkan

kegiatan menulis proposal kegiatan dalam


51

kelompok masing-masing

G. Organisasi Pengolahan Data

Untuk mengolah data ada beberapa langkah yang dilakukan peneliti,

seperti berikut.

1. Mentabulasi skor kelas eksperimen (X1)

2. Mentabulasi skor kelas kontrol (X2)

3. Menentukan mean kelas eksperimen (X1) dengan rumus sebagai berikut :

Mx =

4. Mencari standar deviasi kelas eksperimen (X1) dengan rumus :

SDx =

5. Mencari standar error mean kelas eksperimen (X1) dengan rumus :

SEMX =

6. Mencari mean kelas kontrol (X2)

M =

7. Mencari standar deviasi kelas kontrol (X2)

SDx2 =

8. Mencari standar error means kelas kontrol (X2)


52

SEMX =

9. Mencari standar error perbedaan means kelas eksperimen dan kelas

kontrol ( X1 dan X2)

SEmx1 mx2 =

10. Pengujian persyaratan analisis data, yaitu uji normalitas dan uji

homogenitas

11. Pengujian hipotesis uji t dengan rumus

H. Teknik Analisis Data

a. Uji normalitas variabel penelitian

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Lilifors.

(Sudjana, 2002:446) dengan langkah-langkah sebagai berikut ini:

1) data x1, x2,xn dijadikan bilangan baku z1,z2,..zn dengan menggunakan

x1 x
rumus z1 S ( dan s masing-masing merupakan rata-rata dan

simpangan baku sampel)

2) untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku

kemudian dihitung peluang dengan rumus F(Zi) = P (z zi)

3) selanjutnya dihitung proporsi z1, z2,zn yang lebih kecil atau sama

dengan zi jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka


53

banyaknya z1, z 2,.... z n


S (zi) = n

4) dihitung selisih F(zi) S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya, dan

5) ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut

(Lo).

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data mempunyai

variens yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji

Bartlet.

X2 = In 10{B-(ni 1) Log Si2}

Kriteria pengujian adalah X2hitung < X2tabel, maka variansipopulasi adalah

homogen pada taraf signifikansi 95%

c. Uji hipotesis

Uji hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan uji t (Sudijono,

2007:284) dengan rumus sebagai berikut:

M1 M 2
to = SE m1 m 2

Keterangan:

to = t observasi

M1 = Mean hasil post-test kelas eksperimen

M2 = Mean hasil post-test kelas kontrol

SEm1 m2 : Standart eror perbedaan kedua kelompok

Dimana : SEM =
54

2
SE m1 SE m 2
SEM1-M2 =

Dengan demikian jika t0< ttabel maka Ho ditolak yang berarti Ha diterima

jika to> ttabel pada taraf nyata = 0,05.

Daftar Pustaka
55

Akhdiah, Sabarti, Maidar, & Sakura. 2003. Pembinaan Kemampuan Menulis


Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa: Struktur Internal, Pemakaian dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka
Fajri, Zul dan Apriliana. 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Difa
Publisher
Foss, dkk. 2004. Project-Based Learning Activities for Short-Term Intensive
English Program. Japan: Asian EFL Journal
Hasnun, Anwar. 2004. Pedoman dan Petunjuk Praktis Karya Tulis, Puisi, Artikel,
Makalah, Laporan, Surat Dinas. Yogyakarta: Absolut
. 2006. Pedoman Menulis untuk Siswa SMP dan SMA.
Yogyakarta: Andi
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi.
Bandung: Refika Aditama
Manurung, P. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta: Halaman Moeka
Mursini. 2010. Bimbingan Apresiasi Sastra Anak-Anak. Medan: Usu Press
Muslich, Masnur. 2012. KTSP: Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta:
Bumi Aksara
Najir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.
Jakarta: Kencana
Rahayu, Minto. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo
Railsback, Jennifer. 2002. Project-Based Instruction: Creating Excitement for
Learning. Northwest Regional Educational Laboratory
Sanjaya Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Semi, Atar. 1995. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Mugantara
56

Sudaryanto. 2011. Cerdas Menulis Karya Ilmiah. Yogyakarta: Sekar


Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Sudjana.2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Syaiful & Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Tarigan, Henry Guntur. 1994. Menulis: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu
Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta : Bumi Aksara
httprepository.upi.eduoperatoruploadt_pk_0908355_chapter2.pdf
(httprepository.upi.eduoperatoruploadt)
httprepository.upi.eduoperatoruploadt_bind_039582_chapter2.pdf
Duwi. 2009. httpsastra.um.ac.idwp-contentuploads200910
http://suchideppya nita.blogspot.com/2011/10/pengertian-pengaruh.html
Noorodliah, Asri. 2005. Peningkatan Keterampilan Menulis Proposal
Kegiatan dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Inkuiri dan
Pemodelan pada Siswa Kelas XI IA 2 SMA Negeri 09 Semarang
Tahun Pelajaran 2004/2005.
http://www.scribd.com/doc/37577154/162. Diakses tanggal 5 Maret
2013, 18.43

You might also like