Professional Documents
Culture Documents
(VISUAL PATHWAY)
PENDAHULUAN
1
ANATOMI LINTAS PENGLIHATAN
Struktur-struktur pendukung dalam lintasan penglihatan, yaitu :
RETINA
Lapisan Retina
2
Gambaran Fovea
Pada bagian sentral retina yang disebut fovea, berisi sel kerucut yang sangat
banyak tetapi berada pada tempat yang sangat kecil, sekitar 160.000 sel kerucut
untuk setiap milimeter perseginya. Tingginya densitas dari cone ini yang membuat
kita dapat melihat lebih banyak detail secara jelas saat kita melihat lurus kedepan.
Fovea berada sekitar 4 mm atau 2,5 diameter diskus dari dan 0,8 mm lebih rendah
dari diskus optik, dengan ukuran diameter 1,5 mm atau 1 diameter diskus.(4)
Diluar fovea, sel batang dan sel kerucut bergabung dan ketajaman
penglihatan menjadi terbatas tetapi sensitif terhadap cahaya rendah karena adanya sel
rod.(4)
3
manjadi bagian dari kumpulan serabut-serabut nervus arkuata superior dan inferior.
(5)
4
dalam.Selanjutnya dari sel ganglion sinyal-sinyal di teruskan ke nervus optik. (4)
Vaskularisasi
DISKUS OPTIK
Diskus optik berlokasi di nasal retina 3-4 mm dari fovea. Diameter vertikal
kira-kira 1,8 mm dan diameter horisontal kira-kira 1,76 mm. Diskus optik
merupakan bagian dari nervus optik intra okuler. Terdiri dari serabut-serabut sel
ganglion.
5
Diskus optik tidak mengandung sel fotoreseptor sehingga menyebabkan
skotoma absolut pada lapangan pandang yang disebut blind spot. Blind spot
berada 15 dari titik fiksasi atau sekitar 4-5 mm dari fovea dan sedikit dibawah
meridian horisontal pada lapangan pandang temporal. Kita tidak perlu merasa
khawatir rugi tidak dapat melihat daerah pada bintik buta tersebut karena mata kita
adalah binocular vision yang artinya tiap mata akan melihat gambaran yang sama
dari titik tempat yang berbeda sehingga jika satu tdk melihat maka mata yang lain
akan melihatnya, dan selanjutnya otak kita yang akan memproses/mengisi bagian
yang kosong tersebut.(9)
Koroid dan seluruh lapisan retina kecuali lapisan serabut saraf, berakhir pada
tepi diskus optik. Nervus optik intraokular keluar dari mata lalu berhubungan
dengan lamina kribrosa yang dibentuk oleh jaringan ikat sklera, jaringan ikat koroid
dan membrana Bruch, serta astroglia yang berasal dari sistem septal saraf tersebut.
Di posterior diskus tersebut, serabut saraf mengalami mielinisasi, sedangkan bagian
anterior tidak bermielin. ( 5,6)
NERVUS OPTIK
6
Nervus optik berisi lebih dari 1 juta axon yang berasal dari sel ganglion di
retina dan berlanjut sampai korteks serebri di lobus oksipital. Nervus optik terbagi
secara topografi yaitu:
- Area intraocular dari nervus optik yang disebut diskus optik yang terbagi
atas prelaminar dan laminar ( 1 mm )
- Area intraorbital yang berlokasi di muscle cone ( 25 mm )
- Area intra canalicular yang berlokasi di kanalis optikus ( 29 mm )
- Area intracranial yang berakhir di kiasma optikus ( 16 mm )
Jadi panjang nervus optik kira-kira 40 mm. ( 5, 6)
Bagian orbital nervus optik berjalan dari bola mata ke kanal optik,
berdiameter kira-kira 3-4 mm, nervus optik orbital berjalan secara sinusoidal dalam
kanal optik. Ukurannya yang lebih panjang memudahkan pergerakan bola mata
tanpa mengganggu saraf tersebut. Bila terjadi proptosis lebih dari 10 mm saraf
tersebut menjadi tegang dan pergerakan bola mata jadi terhambat.( 5)
Secara histologis, nervus optik intraorbital terdiri dari kumpulan serabut-
serabut bermielin dipisahkan oleh septum jaringan ikat yang mengandung pembuluh
darah. Jumlahnya sekitar 1 juta serabut saraf. Serabut-serabut saraf tersebut berperan
dalam penglihatan dan refleks pupil. Nervus intraorbital dibungkus oleh 3 lapisan
menings yaitu : duramater merupakan lapisan terluar yang berbatasan dengan sklera,
arakhnoid di bagian tengah dan piamater merupakan lapisan terdalam yang bersatu
dengan permukaan luar saraf tersebut. (3,5,6,7 )
Dekat apeks orbita, nervus optik berjalan melewati cincin jaringan ikat,
annulus Zinnii yang mana tersusun dari tendon yang berasal dari m.rektus. Pada
apeks orbita, nervus optik melewati kanal optik. Ukurannya sekitar 5-10 mm dan
lebarnya 5-7 mm. Dinding tulangnya lebih tipis dibagian medial dimana
memisahkan nervus optik dari sinus sphenoid dan sinus ethmoid. Bersama nervus
optik, dalam kanal tersebut terdapat arteri oftalmikus, sebagian filamen plexus
karotis simpatis dan perluasan menings intrakranial yang membentuk pembungkus
nervus optik. (2,5,6,7)
Di dalam kanalis optik, duramater dari nervus optik dan periostium bersatu.
Didalam orbita, nervus optik relatif bebas bergerak namun dalam kanalis lebih
terfiksasi. Sebagai akibatnya , suatu lesi kecil dalam kanalis dapat menyebabkan
neuropati kompressi.
Ketika nervus optik keluar dari lubang posterior kanal optik, nervus optik
melewati lipatan duramater, kemudian berlanjut ke posterior dan medial naik 45
derajat ke kiasma optik. Panjang bagian intrakranial setiap nervus optik antara 12-18
7
mm. Diatas nervus optik terdapat permukaan inferior lobus frontalis, traktus
olfaktorius , a.cerebralis anterior dan a.komunikans anterior. Dilateral , biasanya
langsung berbatasan dengan arteri karotis interna yang keluar dari sinus kavernosus.
Di inferior dan medial berbatasan dengan sinus sphenoid dan sinus ethmoid
posterior.(5,6,7)
Vaskularisasi
Disuplai oleh beberapa sumber yaitu : a. Retina sentralis , circle of Zinn-
Haller (pembuluh darah sklera), plexus koroid dan plexus pial ( cabang dari a.karotis
interna).(7)
KIASMA OPTIK
Kiasma optik mempunyai ukuran lebar kira-kira 13mm, ukuran
anteroposterior 8 mm, dan 4 mm vertikal dan merupakan penyatuan dari 2 nervus
optik . Serabut-serabut dari kedua nervus optik bersatu membentuk kiasma optik. .
Bidang dorsal atau posterior kiasma optik membentuk dasar ventrikel III,
berhubungan dengan tuber cinereum pada permukaan posteriornya, yang meluas ke
infundibulum atau tangkai dari hipofise. Kiasma optik dillekatkan ke permukaan
dorsal diencephalon oleh piamater dan arakhnoid.
Serabut-serabut nasal dari masing-masing retina menyilang di kiasma optik,
sementara serabut dari temporal tidak menyilang. Karena persilangan tersebut maka
tiap traktus optik terdiri dari serabut-serabut nasal kontralateral dan serabut temporal
ipsilateral, bersama-sama mewakili separuh lapangan pandang kontralaeral. Lebih
dari setengah ( 55%) serabut-serabut nervus optik yang menyilang, karena nasal
retina mengandung sel-sel ganglion lebih banyak dibanding temporal retina. (5,6,7,8)
Serabut saraf yang menyilang, dari nasal retina bagian inferior mengadakan
putaran ke anterior sampai ke bagian ujung dari nervus optik sebelahnya
( Wilbrand`s knee ) sebelum menuju posterior dan berlanjut ke traktus optikus. Jika
ada lesi di bagian ini akan menyebabkan defek lapangan pandang pada daerah
superotemporal. (9)
8
diantara kiasma dan hipofise seringkali memungkinkan ekstensi supraselular dari
suatu tumor kecil hipofise tanpa adanya defek lapangan pandang.(4,7,9)
Berasal dari anastomose pembuluh darah dari Circle of Willis. Bagian dorsal
berasal dari segmen posterior a.serebralis anterior dan sisanya bersal dari a.karotis
interna dan a.komunikans anterior. Terdapat kemungkinan juga a.komunikans
posterior, a.serebralis posterior dan a.basilaris mensuplai daerah kiasma.(7)
TRAKTUS OPTIKUS
Serabut saraf retina setelah melewati kiasma, berjalan menuju ke KGL
melalui traktus optikus. Traktus optik berawal dari bagian posterior chiasma
optik, berjalan agak ke lateral dan berlanjut ke posterior melingkari pedunkulus
cerebri ( daerah ventral dari midbrain ) dan hipotalamus posterior, serta berakhir di
KGL. Terdiri dari serabut-serabut sel ganglion nasal retina pada sisi yang
berlawanan dan temporal retina pada sisi yang sama.
Setelah melewati kiasma, serabut saraf nasal inferior retina bertemu dengan
serabut saraf temporal inferior retina dan serabut saraf yang bersilangan bagian
superior akan bertemu dengan serabut saraf superior yang tdk bersilangan. Serabut
9
dari makula berada di superolateral, sedangkan bagian superior berada di
superomedial dan bagian inferior berada di bagian inferolateral.(7)
Distribusi serabut saraf traktus optik menuju pada beberapa tempat berbeda
Ada 5 tempat untuk distribusi dari serabut saraf di traktus optik yaitu KGL
(sebagian besar) , nukleus pretectal yang mengatur refleks pupil, colliculus superior
yang mengatur saccadic eye movement, pulvinar yang merupakan ekstragenikulate
visual pathway , dan ke suprachiasmatic nucleus yang mengatur circadian rhytms.(8)
Sebagian besar serabut saraf menuju ke KGL dan berperan dalam sensasi
visual; serabut ini membentuk akar lateral dari traktus optik. Sesaat sebelum saraf ini
memasuki KGL, yaitu sekitar 10 % serabut ini melanjutkan diri ke dalam brachium
quadrigeminal superior menuju ke colliculus superior dan berakhir di lapisan abu-
abu superfisial colliculus superior, serabut-serabut lainnya mencapai midbrain dan
berakhir di kompleks nukleus pretektal yang mengontrol refleks pupil dan
akomodasi. ( 2,5,7,9)
Vaskularisasi
Berasal dari plexus pial dan juga oleh cabang dari a.cerebralis middle.
Seperti kita ketahui bahwa sel ganglion retina terdiri atas 2 macam yaitu sel
Magnoselular dan Parvoselular. Neuron Magnoselular (lebih besar dan lebih
uniform) akan memasuki lapisan 1 dan 2, sedangkan neuron Parvoselular ( lebih
kecil ) akan memasuki lapisan 3,4,5 dan 6. Neuron Magno ( sel-sel M) berperan
dalam mendeteksi gerakan, stereopsis dan sensitivitas kontras frekuensi rendah,
karena juga merupakan proyeksi dari sel-sel batang. Sel-sel ini akan bersinaps
dengan serabut saraf dari korteks visual primer di lapisan 4Ca. Neuron Parvo (sel-
sel P) berperan dalam penglihatan warna yang merupakan proyeksi sel-sel kerucut,
kemudian bersinaps dengan serabut saraf dari korteks visual primer di lapisan 4Cb.
(2,7,9)
10
Sedangkan proyeksi sel-sel ganglion dari retina ipsilateral berakhir pada
lapisan 2,3 dan 5 dari KGL, dan sel-sel retina kontralateral bersinapsis pada lapisan
1,4 dan 6. Proyeksi sel-sel tersebut berputar putaran sehingga serabut-serabut dari
retina superior berada di medial KGL dan retina inferior berada i lateral KGL. Axon
foveal berlokasi di posterior KGL. Rotasi terjadi lagi setelah serabut tersebut
meninggalkan KGL sehingga serabut retina superior dan inferior kembali menempati
masing-masing bagian superior dan inferior radiasio optik .(2,7,9)
Gambar 7. Proyeksi serabut saraf dari korpus genikulatum lateral ke korteks visual.
Dikutip dari 10
Vaskularisasi
Merupakan dual vaskularisasi yaitu dari a.koroidal anterior ( cabang dari
a.karotis interna) dan a. Koroidal lateral ( cabang a.cerebralis posterior). (7)
11
RADIASIO OPTIK
Meyer`s Loop
\
\
korteks serebral. Dikutip dari 10
12
Vaskularisasi
KORTEKS VISUAL
Korteks visual terbagi atas area visual primer atau V1 atau korteks striata
( Broadman`s area 17) dan area visual sekunder atau extra striata yang dikenal dgn
V2, V3,V4 dan V5(Broadman `s area 18 dan 19).(2,7,8.9)
Area visual primer menempati dinding dari sulkus kalkarina yang berada pada
permukaan medial dari hemisfere dan meluas ke korteks di atas dan dibawah sulkus.
Area 17 ini meluas ke bagian posterior sejauh daerah oksipital, dan sebagian kecil
dari daerah ini meluas ke bagian posterolateral. Bagian anterior, area 17 ini meluas
ke depan atas sulkus kalkarina sejauh sulkus parieto-oksipital; dibawah sulkus
kalkarina area ini meluas sedikit. (7,9)
Korteks visual primer dapat dikenal karena area ini sangat tipis dan
mempunyai karakteristik berupa adanya garis putih atau stria yang bernama Line of
Gennari di dalam daerah abu-abu . Garis putih dibentuk pada lapisan keempat dari
korteks oleh adanya serabut-serabut bermielin yang berasal dari radiasio optik dan
serabut di sekitarnya.(11)
13
cenderung tidak memiliki neuron, lapisan 2 dan 3 (lapisan supragranular) akan
mengirimkan axon ke ekstrastriata (V2,V3,V4, V5). Lapisan 4 ( granular ), yang
terbagi atas sublapisan 4A,4B,4Ca dan 4Cb, dimana lapisan 4Ca dan 4Cb adalah
tempat menerima serabut saraf dari KGL terbanyak. (11)
Gambar 11. Proyeksi serabut saraf dari korpus genikulatum lateral ke korteks
primer
14
Vaskularisasi
Korteks visual disuplai oleh arteri serebralis posterior. Pada bagian akhir dari
anterior sulkus kalkarina terdapat arteri serebralis middle yang ikut mensuplai.
Anastomose lanjut antara arteri serebralis middle dan posterior terdapat pada
permukaan lateral dekat daerah posterior yang mensuplai daerah fovea. Hal inilah
yang mempengaruhi terjadinya fenomena Macular Sparing pada kelainan lapangan
pandang.(7,9)
LINTASAN PENGLIHATAN
Sensasi visual yang berasal dari end organ yaitu sel batang dan kerucut
dihantarkan ke otak melalui 4 unit neuron. Neuron pertama adalah sel-sel
fotoreseptor, yang melalui proses fototransduksi akan mengubah sel cahaya (foton)
menjadi impuls saraf, selanjutnya impuls dibawa ke neuron kedua yaitu sel-sel
bipolar pada lapisan nuklear dalam dengan axonnya yang berada pada lapisan
plexiform dalam. Impuls tersebut kemudian ditransfer ke neuron ketiga yaitu sel-sel
ganglion retina. Axon-axon sel ganglion tersebut membentuk lapisan serabut saraf
retina dan kemudian berjalan sepanjang nervus optik, kiasma dan traktus optik untuk
mencapai korpus genikulatum lateral dan berakhir disitu. Dari sini bermula neuron
keempat yang membawa impuls visual sepanjang radiasio optik menuju ke korteks
visual yang terletak di bagian medial lobus occipital.(9)
15
Gambar 12.Skematik lintas penglihatan. Dikutip dari 9
Dalam hal distribusi impuls visual pada lintas penglihatan , retina dibagi
menjadi bagian sentral ( daerah makula ) dan perifer ( daerah di sekitar papil nervus
optik. Daerah perifer dibagi menjadi 4 kuadran oleh garis horisontal dan vertikal
yang menyilang di fovea sentralis, yaitu kuadran superior, inferior, temporal dan
nasal.(7)
16
Proyeksi serabut saraf retina ke nervus optik
Serabut saraf dari sel ganglion dari seluruh bagian retina berkumpul menjadi
diskus optik, sekitar 3 mm nasal dari bagian posterior mata dan 1 mm dibawah garis
horisontal. Serabut saraf yang memasuki diskus optik sesuai dengan lokasi sel-sel
ganglion dalam retian. Sel-sel ganglion di bagian superior memiliki serabut saraf di
sebagian superior dari nervus optik, dan serabut saraf dibagian inferior nervus
berasal dari sel-sel ganglion di bagian inferior retina. Sserabut saraf di bagian nasal
retina berada di bagian medial (nasal) dari nervus optik, sementara serabut saraf
yang berasal dari temporal retina berada pada bagian lateral (temporal ) dari nervus
optik (7,9,11).
17
Serabut-serabut makula berjalan lurus di medial mencapai bagian lateral
papil nervus optik dimana menempati suatu area berbentuk triangular yang apeksnya
terletak di sentral nervus optik. Papillomakular bundle ini berjalan ke posterior
sepanjang nervus optik menempati bagian sentral dari nervus optik. Kumparan axon
yang keluar dari mata berupa nervus optik, berjalan dibagian nasal dan posterior
orbita menuju ke foramen optikum, melanjutkan diri melalui kanalis optikus di
dalam tulang sphenoid, setelah itu nervus optik dari tiap mata bergabung pada
kiasma.(3,8)
Secara umum tidak ada pola dari defek lapangan pandang pada penyakit retina.
Biasanya berupa skotoma yang terlokalisasi atau generalisata.(7)
`Kiasma`= Persilangan
18
Defek Lapangan Pandang pada kiasma
Kompressi pada kiasma dapat simetris atau asimetris tergantung dari besar
lesi yang akan merefleksikan jenis defek lapangan pandangnya yang dapat bilateral
atau unilateral. Monocular temporal hemifield melibatkan serabut saraf yang berjalan
ipsilateral, sedangkan bitemporal hemianopsia jika lesi berada di bagian sagital dari
kiasma. Kelainan defek lapangan pandang biasanya berhubungan dengan proses
inflamasi, kelainan vaskuler dan tumor. Biasanya tumor hipofise.(7)
Gambar 15. Skematik perjalanan serabut saraf di sekitar kiasma dan hubungannya
dengan defek lapangan pandang. Dikutip dari 9
19
Proyeksi Serabut saraf di traktus optik
Setiap traktus optik terdiri dari separuh serabut-serabut retina temporal dari
sisi yang sama dan separuh serabut-serabut dari sisi yang berlawanan. Traktus optik
berlanjut ke posterior dimana mengalami perputaran 90 derajat ke dalam, sehingga
serabut dari kuadran retina superior melalui sisi medial traktus optik dan serabut
serabut yang berasal dari retina bagian inferior melalui sisi lateral traktus optikus.
Axon-axon tersebut dengan cepat diredistribusi sehingga axon-axon dari bagian yang
bersesuaian dari tiap retina dapat berhubungan.Serabut saraf dari superior nasal
retina pada satu sisi bergabung dengan bagian temporal yang tidak menyilang dari
sisi lain, dan serabut inferior nasal retina bergabung dengan serabut inferior temporal
yang tidak menyilang.
Pada korpus genikulatum lateral, axon retina yang tidak menyilang yaitu
bagian temporal bersinaps pada lapisan 2,3 dan 5, sedangkan axon retina yang
menyilang yaitu bagian nasal bersinaps pada lapisan 1,4 dan 6. Selanjutnya dapat
20
dilihat bahwa serabut retina baik yang menyilang maupun tidak menyilang tidak
bersinaps pada neuron dari lamina yang sama. Sel Parvo sendiri mengirimkan
axonnya ke lapisan 3-6 sedangkan sel Magno mengirimkan axonnya ke lapisan 1 dan
2. Serabut bagian medial KGL mewakili bagian kuadran superior kedua retina,
sedangkan serabut bagian lateral KGL mewakili kuadran bawah kedua retina.
(2,7,9,10)
Lesi pada KGL menyebabkan defek lapangan pandang yang sama pada tiap
mata ( defek homonim kongruen ). Lesi pada axon yang membawa stimulus dari
inferior retina yang melewati KGL menyebabkan defek lapang pandang homonim
kuadrantanopsia superior (sering merupakan tanda lesi vaskuler ). Lesi-lesi pada
axon superior yang langsung melewati nasal KGL akan menyebabkan homonim
kuadrantanopsia inferior. Jika terjadi kelainan vaskularisasi pada arteri koroidal
anterior akan menyebabkan wedge-shaped visual defect (pie in the sky).(2,7,9).
21
Proyeksi serabut saraf di radiasio optik
Axon-axon yang berasal dari bagian medial KGL membentuk bagian dorsal
atau superior radiasio optik dan berakhir pada bibir atas fissura kalkarina. Demikian
juga axon-axon yang berasal dari lateral KGL akan membentuk bagian ventral atau
inferior radiasio optik dan berakhir di bibir bawah fissura kalkarina. Bagian tengah
radiasio optik ditempati oleh serabut-serabut makula.(7,9,11)
22
Defek Lapangan Pandang pada Korteks Visual
Lesi pada korteks visual pada satu sisi menyebabkan defek lapangan pandang
hemianopsia homonim dengan macular sparing atau macular splitting. Lesi pada
ujung polus oksipital menyebabkan defek lapangan pandang hemianopsia homonim
kongruen. Lesi pada akhir bagian anterior fissura kalkarina menyebabkan hilangnya
lapangan pandang pada temporal crescent dari mata yang kontralateral. Dapat juga
berupa altitudinal yang mengenai bagian superior atau inferior lobus
oksipital(2,7,9,11)
Oklusi dari arteri cerebralis posterior dapat membuat defek lapangan pandang
homonimous hemianopia dengan macular sparing ( makular tidak terlibat),. Hal ini
dikarenakan adanya dual blood suplai ke daerah ujung lobus oksippital yang
merefleksikan daerah fovea, yaitu arteri cerebralis posterior dan a.serebralis middle
dan juga tingginya kerapatan serabut saraf di sekitar fovea yang membuat fovea
relatif tidak terlalu terganggu .Tetapi jika keduanya terjadi oklusi maka akan terjadi
macular splitting (makula ikut terlibat). Hal ini menjadi penting karena sangat
berhubungan dengan reading ability seseorang. Macular splitting akan mengganggu
kemampuan membaca seseorang sedangkan macular sparing relatif tidak akan
mengganggu. Mengapa?
23
adalah 2 derajat horisontal dan 1 derajat vertikal dari titik fiksasi keatas dan
kebawah. Tetapi total jarak yang dapat dijangkau sekitar 5 derajat horisontal.(9)
Gambar 20. Perjalanan lengkap serabut saraf pada lintas penglihatan. Dikutip dr 7
24
Gambar 21. Defek Lapangan Pandang dikutip dari 9 :
25
AREA VISUAL SEKUNDER/ AREA VISUAL EKSTRA STRIATA
Diperkirakan ada sekitar 30 area diluar area striata/ area V1. Setiap area akan
memproses informasi visual yang berbeda-beda. Semua informasi visual akan
berawal dari area V1 yang selanjutnya akan diteruskan dan diterjemahkan ke area-
area sesuai dengan fungsinya masing-masing. Jadi jika ada kelainan pada daerah ini
maka bukan kelainan defek lapangan pandang yang terjadi tapi fungsi yang lebih
spesifik.(13)
26
Gambar 22. Jalur Area Visual Sekunder /Area Visual Ekstrastriata
ANATOMI PUPIL
Pupil merupakan pintu masuk bagian sentral yang dikelilingi oleh iris. Pupil
mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan kontriksi (miosis) pada cahaya
yang terang dan dilatasi (midriasis) pada cahaya yang gelap. Ukuran pupil dikontrol
oleh aksi yang berlawanan dari dua otot yaitu otot spinkter pupil yang diinervasi oleh
sisitem parasimpatis nervus okulomotoris dan otot dilatator pupil yang diinervasi
oleh serabut-serabut simpatis ganglion servikal. Otot spinkter adalah otot yang
terletak dekat tepi pupil di dalam stroma iris. Diinervasi oleh serabut viseral efferen
yang berasal dari nukleus Edinger- Westphal nervus okulomotorius. Serabut
preganglionik memasuki bola mata dengan cabang inferior nervus okulomotor.
Suatu cabang motorik pendek yang dipercabangkan ke ganglion siliaris dimana
bersinapsis membentuk serabut-serabut postganglionik. Saraf postganglionik dibagi
dalam 6-20 nervus siliaris brevis yang memasuki sklera disekitar nervus optik. (2,6)
27
Otot dilatator tersusun secara radier di dalam stroma iris. Diinervasi oleh
serabut saraf simpatis dari hipotalamus. Dari sini serabut tersebut turun ke cervikal
kord lateral dan muncul bersama cervikal delapan. Saraf tersebut lalu menuju ke
rantai simpatis ganglion servikal superior dimana mereka bersinaps. Serabut
postganglionik berjalan ke kranial sepanjang arteri karotis interna dan mencapai otot
dilatator pupil. (2,6,12)
ciliary ciliary
ganglion ganglion
RETINA
CN 3 CN 2
CHIASM
PRETECTAL PRETECTAL
NUCLEUS NUCLEUS
EDINGER EDINGER
WESTPHAL WESTPHAL
NUCLEUS NUCLEUS
28
ciliary ciliary
ganglion ganglion
RETINA
CN 3 CN 2
CHIASM
PRETECTAL PRETECTAL
NUCLEUS NUCLEUS
EDINGER EDINGER
WESTPHAL WESTPHAL
NUCLEUS NUCLEUS
29
kemudian bersatu lagi di medula oblongata dan berakhir di kolom sel
intermediolateral spinal cord setinggi cervikal 8 sampai thorakal 2. Serabut
pupilomotor keluar dari spinal cord setinggi thorakal 1 dan memasuki rantai simpatis
servikal setinggi ganglion servikal superior. Serabut postganglionik selanjutnya
berjalan bersama a.karotis interna untk memasuki sinus kavernosus. Serabut tersebut
meninggalkan pleksus karotis berjalan bersama n. Abdusens dan memasuki orbita
melalui fissura orbitalis superior bersama N.III cabang oftalmikus. Kemudian
menuju ke ganglion siliar tapi tidak bersinaps dan berakhir pada otot dilatator pupil
mengakibatkan midriasis pada pupil. (14)
30
Gambar 26. Perjalanan serabut saraf yang melayani terjadinya refleks
pupil.
Dikutip dari 12.
Keterangan gambar :1= serabut N.II, 2= nukleus pretektal, 3=nukleus Edinger-
Westphal, 4= serabut preganglionik siliar , 5= ganglion siliar, 6= serabut
postganglion siliar, 7=otot spinkter iris, 8=serabut saraf kommisura
epitalamic,9=ciliospinal centre, 10=serabut simpatis, 11= otot dilatator iris,
18=korteks striata, 19= nukleus nervus V ,
31
striata.Setelah diproses di korteks akan menuju ke nukleus pretektal dan berakhir di
nukleus Edinger Westphal.
Jalur afferen akomodasi adalah mulai dari nervus optik menuju kiasma
selanjutnya melalui traktus optik menuju ke korteks striata melalui viasual pathway
lalu ke area parastriata kemudian menuju ke nukles di colliculus superior lalu ke
nukleus pretektal dan berakhir di nukleus Edinger-Westphal.
Akhirnya jalur efferen refleks dekat yaitu dari nukleus Edinger-Westphal,
serabut efferen berjalan sepanjang N. III selanjutnya ke ganglion siliar dan berakhir
pada muskulus siliaris dan otot iris.(2,8)
Pupil efektif diperiksa dalam ruangan gelap, jika kedua pupil bereaksi positif
terhadap cahaya dengan miosis , lanjutkan ke langkah kedua. Tapi jika hasilnya
negatif lanjutkan ke langkah keempat.
Pemeriksaan ini untuk mengetahui fungsi dari jalur efferen, jika terdapat
anisokoria, ulangi dengan iluminasi yang lebih kuat.
Langkah ini untuk membandingkan respon afferen dari kedua pupil. Jika
pupil tidak bereaksi baik terhadap cahaya maka tes ini tidak dapat dilakukan.
Langkah-langkahnya sbb :
- Pasien disuruh melihat objek yang jauh di dalam ruangan yang gelap(mata
dalam keadaan tidak beraskomodasi).
- Mula-mula iluminasi mata pada dua jarak yang berbeda yang gunanya untuk
menentukan ukuran pupil yang bereaksi dengan intensitas cahaya.
- Dengan menggunakan cahaya yang cukup, iluminasi mata selama 2-3 detik,
setelah itu secepatnya memindahkan cahaya pada mata sebelahnya. Selama
2-3 detik juga, secepatnya cahaya dipindahkan kembali ke mata yang
pertama. Lakukan berulang 4-5 kali..
32
Step keempat : Memeriksa adanya kelainan
33
Keterangan gambar :
34
KONDISI DENGAN PENURUNAN ADA TIDAKNYA RAPD.....:
PENGLIHATAN
Neuritis optik Walau keadaan neuritis optik yang
sedang dan kehilangan penglihatan yang
ringan, memperlihatkan RAPD yang
berat.
Ischemic Optic Neuropathies Ada
Glaucoma Akan muncul jika salah satu mata lebih
berat dari yang lain
Traumatic optic neuropathy Ada
Optic Nerve Tumor Ada
Optic Nerve Inflamation (sarcoidosis) Ada
Ischemic Retinal Disease Ada
(CRVO,CRAO, etc)
Ischemic Ocular Disease Ada
Chiasmal Disease Jarang
Optic Tractus Disease Ada dan biasanya kontralateral dengan
tempat lesi krn jumlah serabut yang
bersilangan lebih banyak.
PENUTUP
Lintasan penglihatan dimulai dari sel photoreseptor di retina yang mengubah
cahaya menjadi informasi visual lalu menuju ke nervus optik. Sebagian serabut saraf
mengadakan persilangan di kiasma dan berlanjut ke traktus optikus. Dari traktus
optik berlanjut ke korpus genikulatum lateral dimana seluruh serabut saraf bersinaps,
dan melalui radiasio optik berakhir di korteks serebri pada lobus oksipital.
Jika terdapat lesi pada lintasan penglihatan maka akan terjadi defek lapangan
pandang sesuai dengan tempat dimana terjadinya lesi.
35
Sesaat sebelum tiba di korpus genikulatum lateral, sekitar 10 % serabut saraf
menuju ke nukleus pretektal yang akan mengatur terjadinya refleks pupil.
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN 1
II. ANATOMI LINTAS PENGLIHATAN 2
RETINA 2
DISKUS OPTIK 5
NERVUS OPTIK 6
KIASMA OPTIK 8
TRAKTUS OPTIK 9
KORPUS GENIKULATUM LATERAL 10
RADIASIO OPTIK 12
KORTEKS VISUAL 13
III. LINTAS PENGLIHATAN 15
IV. AREA VISUAL SEKUNDER 26
V. ANATOMI PUPIL 27
VI. JALUR REFLEKS PUPIL 28
VII. PEMERIKSAAN PUPIL 32
RELATIVE AFFEREN PUPILLARY DEFFECT 33
VIII. PENUTUP 36
DAFTAR PUSTAKA
36
1. Wikipedia: Visual Perception.Available from :
http://en.wikipedia.org/wiki/visual perception.Acessed : 7/03/2009.
2. Snell RS, Lemp MA. Clinical Anatomy of The Eye : the visual pathway. 2nd
ed. Malden, USA: Blackwell Science, 1998;379-408.
3. Vaughan D, Asbury T. Neuro-opthalmology. In : General Opthalmology, 7th
ed. California. Lange Medical Publication, 1980 : 140-52.
4. Ayyub G. Visual Transduction and Non-Visual Light Perception .In : Optical
Path, 1st ed. Totowa, USA. Springer, 2008 ; 3-13.
5. Newman SA, Arnold AC, Friedman DI, Kline LB, Rizzo III JF. BCSC : Neuro-
opthalmology. Section 5. San Francisco, USA : AAO, 2008-2009; 23-28.\
6. Cibis GW, Abdel Latief AA, Bron AJ, Chalam KV, Tripathy BJ et al. BCSC :
Fundamental and principles of opthalmology. Section 2. San Francisco, USA :
AAO, 2008-2009 ; 77-86.
7. Rowe F. Visual Field via visual pathway.1 st ed.Oxford, USA. Blackwell
Science, 2006 ; 83-237.
8. Pearlman AL, The central visual pathways. In : Adler`s Physiology of the eye.
Clinical application, 8 th ed. St Louis, Washington DC, Toronto. The CV
Mosby Company, 1987 ; 311-321,583-589.
9. Schiefer.U, Hart.W, Clinical Neuro Opthalmology : Functional Anatomy of
The Human Visual Pathway. St.Louis.USA:Springer,2007;19-28.
10. Neurowiki: Pupillary light refleks and visual pathways.Available from :
http://wiki.cns.org/wiki/index.php/Pupillary_light_reflex_and_visual_pathway.
Acessed : 07/03/2009.
11. Neurology: Basic Visual Pathways. Available from :
www.neurology.org/crg/Bsic visual pathway. Acessed : 12/03/2009.
12. Kahle, W. Color Atlas of Human Anatomy. In : Ocular pathway and visual
reflexes.5th ed. Stutgart, Newyork.Thieme,2001; 345-356.
13. Neuroscience:What and Where Pathway. Available from :
www.neuroscience.org/crg/what and where pathway. Acessed: 23 /04/2009.
37