You are on page 1of 14
FORUM TEKNIK JILID 27, NO. 1, MARET 2003 1 ANALISIS COST-EFFECTIVENESS SISTEM PEMBANGKIT UAP PADA PABRIK GULA MENGGUNAKAN METODE EXERGI (Studi Kasus Pada Pabrik Gula Madukismo) Alexander Agung ”, Waris Santosa ” ABSTRACT An investigation to the steam generating plant in Madukismo sugar cane factory has been performed to determine the cost of product. This activity was carried out by collecting field data of sugar cane factory and the data was used as operation parameter data of initial configuration. Further investigation was performed for several proposed configuration, in which case changes of operation parameter such as steam pressure and structural interconnection mass balance, energy balance, exergy balance, and cost balance were taken into account. The calculation of several different cofiguration resulted that an improvement was found in the average unit exergoeconomic cost or the average production cost, from 6,97 USD/MWh in configuration number 1 (Kx) to 6.40 USD/MWh in configuration number 2 (K2y3). The production cost obtained from this calculation was a result of roughly varied parameters. Hence, it is posible to make further investigation by performing parameter fine-tuning to understand the effect of the units to the flows and vice versa. Keywords: Exergy, Steam Generating Plant, Cost-Effectiveness Analysis PENDAHULUAN Pabrik Gula Madukismo merupakan salah satu pabrik gula yang sudah lama dibangun. Oleh karena itu menarik untuk diteliti apakah pemakaian uap di pabrik tersebut sudah dilakukan secara efisien. Apabila tidak, apakah ada langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi maupun performansi pabrik tersebut. Dalam perhitungan balance of pfant, biasanya dilakukan dengan menggunakan neraca massa dan nteraca energi Saja, atau dengan kata lain hanya menggunakan analisi hukum pertama termodinamika. Dalam penelitian ini, ditambahkan neraca yang lain yaitu neraca exergi yang merupakan pemanfaatan dari analisis hukum kedua termodinamika. Selanjutnya analisis ini akan dikombinasikan dengan faktor ekonomi untuk menentukan biaya produksi yang rasional dari sudut pandang hukum kedua termodinamika. © Dosen Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik. Universitas Gadjah Mada 2 FORUM TEKNIK JILAD 27, NO. l, MARET 2003 Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa metode exergi merupakan alat yang sangat berguna untuk menentukan sumber ketidakefisienan pembangkit uap serta menyarankan perbaikan atau peningkatan yang masuk akal dan dapat dikerjakan baik dari sudut pandang termodinamika maupun ekonomi. Selanjutnya biaya produksi dapat dihitung dari perhitungan berbasis exergi sebagai dasar untuk menentukan harga produk, LANDASAN TEORI Metode exergi merupakan teknik yang relatif baru yang memiliki tujuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber ketidakefisienan termodinamika dan memfasilitasi perubahan desain untuk menaikkan efisiensi total sistem (Tsatsaronis dan Pisa, 1994]. Ketidakefisienan termodinamika dapat diukur secara kuantitatif sebagai hilangnya exergi atau ireversibilitas. Analisis terhadap pembangkit atau pabrik dengan multikom- ponen akan mengindikasikan distribusi ireversibilitas total pada komponen-komponen plant dan menunjukkan (pinpoint) komponen yang memberikan sumbangan terbesar terhadap efisiensi total [Kotas, 1995]. Exergi total suatu sistem dapat dianggap sebagai jumlahan dari empat penyusunnya (dengan mengabaikan pengaruh nuklir, magnet dan listrik), yaitu exergi fisik, exergi kimia, exergi potensial dan exergi kinetik, atau dapat diformulasikan sebagai berikut: ene Ua Ta gtN i dengan exergi potensial dinyatakan sebagai e”” = gz dan exergi kinetik dinyatakan sebagai e*” = 4 V?, Exergi fisik untuk sistem terbuka dapat dinyatakan sebagai: eP! ~(h-hy)-Tols~so) @) Exergi kimia untuk campuran berbagai bahan dapat dinyatakan sebagai berikut: BH eS xem + RI yx; nx, @) Sementara exergi kimia untuk bahan bakar dapat diperoleh dengan mempertim- bangkan reaksi antara bahan bakar dengan bahan standar yang lain yang exergi kimianya sudah diketahui. Dengan demikian exergi kimia untuk bahan bakar dapat dinyatakan sebagai: a4 =-aG+ {pao “rah (4) P R Untuk beberapa jenis bahan bakar, nilai exergi kimia dapat ditentukan berdasarkan korelasi Szargut dan Styrylska dalam [Szargut et al., 1988]. Nilai yang digunakan dalam variabel-variabel pada persamaan tersebut diperolch dari sifat-sifat ampas tebu [Gomez et al, 1999; Jenkins, 1989]. FORUM TEKNIK JILID 27, NO. 1, MARET 2003 3 Bentuk umum perubahan exergi dalam suatu elemen volume terhadap waktu, dan memasukkan kemungkinan perpindahan panas melalui beberapa bagian elemen kontrol adalah dihitung dengan persamaan pada [Moran, 1989]. dE, 7, , “| Ae — 1-2 y.da-| WH, - RH -é, 5 a f 7, fe ey tme,—L£,, (3) Cost-effectiveness ditentukan dengan terlebih dahulu menyusun neraca biaya, yang, memperhitungkan transfer exergi masuk dan keluar sistem serta destruksi exergi yang diakibatkan oleh ireversibilitas di dalam sistem. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti metode yang dikemukakan oleh Tsatsaronis (1993) dan kemudian dikembangkan oleh Lozano dan Valero (1993). Dengan metode ini terdapat empat hal utama dalam menganalisis sistem energi yaitu penentuan struktur fisik, penentuan struktur produktif, penentuan biaya exergy (exergetic cost) dan penentuan biaya exergockonomi (exergoeconomic cost). Di sini ‘akan diperoleh sejumlah matriks (Lozano dan Valero, 1993) yang akan mencirikan Suatu sistem yaitu matriks insidensi A, matriks biaya A, vektor destruksi exergi D, vektor biaya exergi B*, vektor kajian eksternal Y* dan vektor biaya exergoekonomi I1. Di samping itu dapat pula ditentukan rasio destruksi exergi y,,, [Bejan et al, 1996]. PELAKSANAAN PENELITIAN Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : Pengambilan data parameter operasi lapangan Pengambilan data ekonomi komponen Membuat konfigurasi plant (existing dan modifikasi) Perhitungan balance of plant. Penentuan cost efectiveness Simulasi dengan variasi parameter Ani Penentuan nilai biaya produksi terendah Dalam penelitian ini dilakukan investigasi terhadap empat konfigurasi plant, yaitu konfigurasi 1, Il, II dan IV, yang ditunjukkan pada gambar 1 sampai gambar 4 (terlampir). Konfigurasi I merupakan konfigurasi dasar yang sesuai dengan keadaan plant sebenarnya. Konfigurasi II sampai dengan IV merupakan konfigurasi modifikasi terhadap konfigurasi | yang berdasarkan kepada ketersediaan komponen. is sensitivitas parameter SI Avene Pada konfigurasi I — IV di atas dilakukan variasi terhadap beberapa variabel yaitu variasi pada: a. Laju aliran uap proses (konfigurasi I - IV) b. Daya turbogenerator (konfigurasi I] dan 111) 4 FORUM TEKNIK JILID 27, NO. 1, MARET 2003 Tabel 1. Variasi Variabel pada Berbagai Konfigurasi Konfigurasi | Konfigurasi | Konfigurasi | Konfigurasi I ty TL Iv Ps 15 bar 15 bar 62 bar 62 bar Pos - 62 bar 7 - Lajualiran uap | Divariasikan | Divariasikan | Divariasikan | Divariasikan proses Daya turbin Tidak Divariasikan | - - tekanan rendah | divariasikan Daya turbin - Divariasikan tekanan tinggi 1 Daya turbin - - Divariasikan | Tidak tekanan tinggi 2 divariasikan Untuk keperluan simulasi digunakan kode generik Kxyz, dengan x bemilai | sampai dengan 4 untuk menyatakan jenis konfigurasi, y bernilai A sampai dengan D untuk menyatakan variasi laju aliran uap proses (A = 16,15 kg/s, B = 17,94 kg/s, C = 19,73 kg/s, D = 21,53 kg/s) dan z bernilai 1 sampai dengan 4 untuk menyatakan variasi daya turbin. Daya turbin maksimum adalah 4040 kW. Untuk konfigurasi 2, variasi daya turbin tekanan rendah adalah 2693 kW, 1347 kW dan 0 kW masing-masing untuk Z bernilai 1, 2 dan 3. Untuk konfigurasi 3, variasi daya turbin tekanan tinggi | adalah 4040 kW, 2693 kW, 1347 kW dan 0 kW masing-masing untuk Z bernilai 1, 2, 3 dan 4 Perhitungan balance of plant dilakukan dengan bantuan program CyclePad serta spreadsheet program Microsoft Excel untuk perhitungan neraca exergi. Selanjutnya hasil pethitungan diintegrasikan dengan bantuan program MATLAB untuk menentukan matriks-matriks (yaitu matriks A, A, B*, D, Y* dan TI) yang akan digunakan dalam penentuan cost-effectiveness. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Efisiensi Pembangkit Terdapat dua jenis efisiensi pembangkit yang ditinjau dalam penelitian ini yaitu: a. Efisiensi hukum pertama, yang merupakan implementasi dari hukum pertama termodinamika We +Wm + Op 1 Tay LHV © b. Efisiensi hukum kedua, yang merupakan implementasi dari hukum kedua termodinamika FORUM TEKNIK JILID 27, NO. 1, MARET 2003 5 W,+Wy + Ep my Ey nu = M Kedua jenis efisiensi ini tampak pada gambar di bawah ini. Efisiensi vs Laju aliran massa uap proses @etatkt eta ke Asta Ne ota Ka xxEuK Efisionsii dan it Laju allran massa uap (kg/detik) Gambar 5. Efisiensi Pembangkit sebagai Fungsi Laju Aliran Massa Uap Tampak bahwa efisiensi hukum pertama sangat dipengaruhi oleh besamya laju aliran massa uap, yaitu antara 63% - 72% untuk laju aliran massa sebesar 16,15 kg/s dan 82% - 93% untuk laju aliran messa sebesar 21,53 kg/s. Sebaliknya untuk efisiensi hukum kedua, variasi laju aliran massa uap tidak terlalu berpengaruh. Ini dapat dilihat dari trend yang relatif datar yaitu 9,86% - 19,37% untuk laju aliran massa uap sebesar 16,15 kg/s dan 12,68% - 19,65% untuk laju aliran massa uap sebesar 21,53 ke/s. Nilai tertinggi yang dicapai adalah 19,65% pada konfigurasi K1D. Destruksi Exergi Destruksi exergi atau ireversibilitas merupakan ukuran seberapa jauh suatu sistem mampa mengkonversi energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Semakin besar destruksi exergi berarti semakin kecil kemampuannya mengkonversi energi dan lebih banyak bagian dari energi tersebut yang tidak termanfaatkan. Gambar 6 menunjukkan nilai rata-rata destruksi exergi pada ketel dan throttling valve yang merupakan dua komponen penyumbang destruksi exergi terbesar pada sistem yang diamati. 6 FORUM TEKNIK JILID 27, NO. 1, MARET 2003 60.00 ay 3 40.00 BET ake OKs oKe 30.09 + 20.00 Destruksi Exergi 10.00 ¢ 0.00 KETEL THROTTLE Gambar 6. Rasio Destraksi Exergi pada Ketel dan Throttling Valve Pada konfigurasi |, uap dibangkitkan pada tekanan 15 bar dan proses throttling dari tekanan 15 bar menjadi 1,5 bar memberikan nilai destruksi exergi yang relatif tidak besar. Pada konfigurasi II dan IMJ, proses throttling berlangsung secara bertahap dari tekanan 62 bar ke tekanan 15 bar dan kemudian hasil pencampurannya dengan uap bekas turbin di-throttle ke tekanan 1,5 bar. Sehingga destruksi exergi pada kedua konfigurasi ini menjadi lebih besar daripada konfigurasi |. Pada konfigurasi IV, proses throttling terjadi langsung dari tekanan 62 bar menuju 1,5 bar dan memberikan destruksi exergi yang paling besar di antara konfigurasi yang lain. Biaya Destruksi Exergi Biaya destruksi exergi merupakan aliran moneter akibat adanya destruksi exergi pada suatu sistem. Sesuai dengan pembahasan di atas, biaya destruksi exergi terbesar juga dijumpai pada ketel dan throttling valve seperti tampak pada Gambar 7. Pada gambar tersebut tampak bahwa biaya destruksi exergi pada throttling valve yang semakin besar akan mempengaruhi biaya produksi uap proses. Semakin besar biaya destruksi exergi yang terjadi, proses produksi uap menjadi lebih terbebani sehingga nilainya akan semakin besar pula. Biaya Exergoekonomi Satuan Uap Biaya exergoekonomi satuan merupakan biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu satuan exergi suatu produk. Dalam penentuan biaya ini, pengaruh biaya amortisasi tidak dimasukkan. Jadi yang diperhitungkan adalah biaya termoekonomi masukan saja. Dengan kata lain, biaya exergoekonomi satuan yang didapatkan hanya dipengaruhi oleh banyaknya bahan bakar yang digunakan. Biaya exergoekonomi satuan uap untuk berbagai konfigurasi dan berbagai laju aliran massa uap dapat dilihat pada Gambar 8. FORUM TEKNIK JILID 27, NO. 1, MARET 2003 7 gg 8 ee $ woe E 80.00 =a i a g Liss } g KeTEL ‘THROTTLE Gambar 7 Biaya Destruksi Exergi pada Ketel dan Throttling Valve 00 Bays Exegoetener tata Uo (USDNANN) PS KP EEE SF PK FSH S Gambar 8. Biaya Exergoekonomi Satuan Uap Tampak bahwa variasi laju aliran massa uap tidak terlalu mempengaruhi biaya exergockonomi satuan untuk konfigurasi yang sama. Akan tetap biaya ini dipengaruhi variasi konfigurasi, Biaya terendah pada konfigurasi | dan tertinggi pada konfigurasi IV dapat dijustifikasi seperti pada penjelasan di bagian biaya destruksi exergi. Biaya exergoekonomi satuan uap terendah yang dicapai sebesar 6,91 USD/MWh pada konfigurasi KIA dan serta biaya tertinggi yang dicapai sebesar 7,85 USD/MWh pada konfigurasi K4D. Biaya Exergoekonomi Satuan Turbogenerator Turbogenerator pada keempat konfigurasi ini terdiri dari turbogenerator tekanan rendah dan turbogenerator tekanan menengah. Nilai biaya exergoekonomi satuan kedua turbogenerator tersebut tampak pada Gambar 9 dan 10. 8 FORUM TEKNIK JILID 27, NO. 1, MARET 2003 Blaya Exergoekonoml Turbogenerator Tekana Rendah (USD/ANW) a SEES FI PKEFPEEEESESGSE Gambar 9 Biaya Exergoekonomi Satuan pada Turbogenerator Tekanan Rendah Baya Exergoekonomi Turmogenerstor Tekanan Menangah (sown) & Keo wen a8: rac2! vant Ka0a1 roar aaa Kose rect vaca x02) K 28S 88 3 Gambar 10 Biaya Exergockonomi Satuan pada Turbogenerator Tekanan Menengah Berbeda dengan biaya exergoekonomi satuan uap, pada turbogenerator tampak bahwa konfigurasi I memberikan nilai yang terbesar di antara konfigurasi yang ada. Hal ini disebabkan uap panas lanjut (superheated steam) yang menjadi fuel terhadap turbin tekanan rendah mempunyai exergi yang paling rendah, Sebaliknya uap panas lanjut pada turbin tekanan menengah mempunyai kandungan exergi yang lebih besar. Dengan demikian biaya produksi kerja mekanik menjadi lebih kecil. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa biaya exergockonomi satuan yang terendah diperoleh pada konfigurasi K2B3 sebesar 5,56 USD/MWh. Di samping itu biaya exergoekonomi satuan tertinggi yang dicapai sebesar 7,02 USD/MWh pada konfigurasi KID FORUM TEKNIK JILID 27, NO. 1, MARET 2003 9 Biaya Exergockonomi Biaya exergoekonomi menyatakan besarnya aliran moneter per satuan waktu pada suatu produk. Dalam hal ini biaya exergockonomi merupakan jumlahan dari atiran moneter uap proses, kerja turbogenerator dan kerja mekanik. Nilai biaya exergockonomi untuk berbagai konfigurasi dapat dilihat pada Gambar 11. Biaya terendah tercapai pada konfigurasi K4A sebesar 92,69 USDijam. Nilai terendah yang dicapai pada konfigurasi IV ini dapat dipahami mengingat bahwa kerja mekanik pada turbin gilingan tidak diikutsertakan di dalam konfigurasi karena diasumsikan turbin gilingan digerakkan menggunakan listrik. Oleh karena itu apabila turbin gilingan digerakkan menggunakan uap panas lanjut, maka konfigurasi yang memberikan biaya terendah dijumpai pada konfigurasi K3A2 sebesar 105,61 USD/jam. ‘lays Exergoekonomi (UsD\fim) Gambar 11 Biaya Exergockonomi pada Berbagai Korifigurasi Evaluasi Keseluruhan Terdapat dua faktor utama yang berpengaruh dalam penentuan biaya exergi/ exergoekonomi [Lozano and Valero, 1993] yaitu struktur dari sistem itu sendiri, yaitu relasi fungsional antara unit/komponen dengan aliran, serta kinerja dari unit/komponen, yaitu efisiensi exergi masing-masing unit. Oleh karena itu analisis terhadap masing- masing unit/komponen sangat diperlukan, antara tain dengan mengkaji beberapa variabel seperti cp, , cz, dan 1 serta mencari sensitivitas kinerja unit terhadap aliran untuk setiap konfigurasi yang ada. Dengan cara ini maka dapat dilakukan fine-tuning terhadap masing-masing unit dalam sistem yang diamati. Dalam penelitian ini hanya dilakukan sensitivitas yang bersifat kasar, yaitu dengan melakukan perubahan konfigurasi dan variasi laju aliran massa uap. Sementara fine- tuning yang, dilakukan pada konfigurasi dan laju aliran massa uap yang sama tidak dilakukan. Oleh karena itu biaya produksi yang diperoleh juga masih bersifat kasar. Terdapat dua produk yang dievaluasi yaitu uap proses dan listrik yang dihasilkan dari turbogenerator. Uap proses digunakan untuk proses pembuatan gula di unit produksi dan listrik digunakan untuk menggerakkan peralatan pada unit produksi. Oleh 10 FORUM TEKNIK JILID 27, NO. 1, MARET 2003 karena itu besarnya biaya produksi wap dan listrik akan mempengaruhi besarnya biaya produksi produk akhir. Mengacu kepada hasil biaya oe satuan, terlihat bahwa terdapat perbedaan trend antara biaya produksi uap dan biaya produksi listrik. Biaya produksi uap cenderung semakin tinggi seiring perubahan konfigurasi dan sebaliknya biaya produksi cenderung membentuk nilai minimum pada konfigurasi tertentu. Dari Tabel 2 tampak bahwa secara keseluruhan terdapat perbaikan produksi dari konfigurasi K1 (kondisi saat ini) menjadi K2x3 (x = A, B, C, D). Pada konfigurasi ini, turbin tekanan rendah tidak menerima uap lewat lanjut dan uap langsung dilewatkan ke turbin gilingan. Sebagai akibatnya biaya produksi Jistrik menjadi lebih rendah karena listrik dibangkitkan hanya dari vap dengan exergi tinggi. Akan tetapi meskipun secara keseluruhan biaya produksi lebih rendah akan tetapi biaya produksi uap lebih tinggi daripada konfigurasi K1. Untuk itu, fine-tuning parameter pada konfigurasi K2x3 perlu dilakukan terutama untuk mengetahui sejauh mana sensitivitas throttling valve baik tekanan menengah maupun tekanan rendah terhadap produksi uap. Tabel 2 Nilai Minimum Biaya Produksi Uap dan Listrik Biaya Produksi (USD/MWh) Uap Listrik Rata-Rata KONFIGURASI__| KI 6,91 7,01 6.97 K2x3 7,24 5,56 6.40 Selain itu dari Gambar 6 tampak pula bahwa konfigurasi II memiliki nilai rata-rata destruksi exergi pada ketel sebesar 55% terhadap nilai exergi total (terbesar di antara konfigurasi yang lain). Oleh karena fine-tuning parameter juga perlu ditakukan terhadap ketel untuk mengetahui pengaruhnya terhadap produksi uap. KESIMPULAN Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa kondisi operasi sistem pembangkit wap yang saat ini ada dapat ditingkatkan keefektifannya dengan jalan mengubah relasi fungsional antar komponen serta parameter operasinya. Dalam penelitian ini, nilai biaya produksi yang rendah {sebagai penentu cost-effectiveness suatu sistem) dapat diperoleh dengan jalan mengubah tekanan operasi sebagian uap dari 15 bar menjadi 62 bar, mengubah tekanan operasi beberapa ketel uap menjadi 62 bar dan menghubungkan seluruh turbogenerator dengan steam-line tekanan 62 bar. UCAPAN TERIMAKASIR- Terimakasih diucapkan kepada Pimpinan Pabrik Gula Madukismo beserta semua staff yang telah memberikan fasilitas penelitian, juga kepada Ketua Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada beserta seluruh staf yang telah memberikan biaya penelitian melalui proyek M.A.K. 5250, sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan FORUM TEKNIK JILID 27, NO. 1, MARET 2003 u DAFTAR SIMBOL P) = tekanan referensi (1 atm) iT; suku mutlak keadaan referensi (T = 298,15 K) T dalah temperatur pada lokasi permukaan kontrol 5,8) = entropi spesifik pada keadaan yang diamati dan keadaan referensi h,ho = entalpi spesifik pada keadaan yang diamati dan keadaan referensi xi = fraksi mol spesies bahan ke-i R = konstanta gas umum AG = perubahan fungsi Gibbs untuk reaksi n = banyaknya mol bahan Ep = adalah laju destruksi exergi Ep = \aju destruksi exergi pada komponen ke-k Epyo, = laju exergi fuel untuk keseluruhan sistem e, = adalah aliran exergi crx = biaya per satuan exergi fuel Cp, = biaya per satuan exergi produk W, — = kerja pada turbogenerator W, = kerja pada turbin gilingan i s 4 kalor pada uap proses = adalah flux panas ty = laju konsumsi bahan bakar LHV = nilai kalor rendah (lower heating value) Ep = exergi pada uap proses Ep — = exergi pada bahan bakar REFERENSI Bejan, A., Tsatsaronis, G., Moran, M., 1996, Thermal Design and Optimization, John Wiley and Son, New York. Gomez, E.O, Cortez, L.A.B., Lora, E.S., Sanchez, G.C., Bauen, A., 1999, "Preliminary Tests With a Sugarcane Bagasse Fueled Fluidized-Bed Air Gasifier", Energy Conversion and Management, Vol. 40, pp. 205 — 214. Jenkins, B.M., 1989, “Physical Properties of Biomass”, Biomass Handbook, pp. 860 ~ 891, O. Kitani and C.W. Hall, eds., Gordon and Breach Science Publishers, New York. Kotas, T. J., 1995, The Exergy Method of Thermal Plant Analysis, Krieger Publishing Company, Florida. Lozano, M. A., Valero, A., 1993, "Theory of Exergetic Cost", Energy ~ the International Journal, Vol. 18 (9), pp. 939 — 960 12 FORUM TEKNIK JILID 27, NO. 1, MARET 2003 Moran, M.J., 1989, Availability Analysis: A Guide to Efficient Energy Use, Prentice Hall, New Jersey. Szargut, J., Morris, D. R., Steward, F. R., 1988, Exergy Analysis of Thermal, Chemical ‘and Metallurgical Processes, Hemisphere Publishing Corp., New York. Tsatsaronis, G., 1993, "Thermoeconomic Analysis and Optimization of Energy Systems", Prog. Energy Combust. Sci., Vol. 19, pp. 227 ~ 257. Tsatsaronis, G., Pisa, J, 1994, “Exergoeconomic Evaluation and Optimization of Energy Systems — Application to the CGAM Problem”, Energy - the International Journal, Vol. 19 (3), pp. 287 — 321. 2B FORUM TEKNIK JILID 27, NO. 1, MARET 2003 Gambar 1. Konfigurasi 1 Gambar 2. Konfigurasi II FORUM TEKNIK JILID 27, NO. 1, MARET 2003 14 oo - oe +e tye Gambar 3 Konfigurasi [1] Gambar 4 Konfigurasi IV

You might also like