You are on page 1of 8

Bioteknologi 10 (1): 15-22, Mei 2013, ISSN: 0216-6887, EISSN: 2301-8658, DOI: 10.

13057/biotek/c100103

Analisis keragaman genetik manggis (Garcinia


mangostana) diiradiasi dengan sinar gamma
berdasarkan penanda ISSR

ALFIN WIDIASTUTI1,, SOBIR2, MUH. R. SUHARTANTO2

Widiastuti A, Sobir, Suhartanto MR. 2013. Genetic variability analysis of


mangosteen (Garcinia mangostana) irradiated by gamma ray based on ISSR
marker. Bioteknologi 10: 15-22. The aim of the research was to know the
increasing of genetic variation within mangosteen based on banding
pattern of ISSR marker as a response to some doses of irradiation gamma
rays. Five dosages of irradiation gamma rays were 0 Gy, 20 Gy, 25 Gy, 30
Alamat korespondensi: Gy, 35 Gy and 40 Gy. The source of the seed that have been irradiated was
Besar Besar Pengembangan from Cegal, Leuwiliang, Bogor. The results showed that gamma ray
Pengujian Mutu Benih Tanaman irradiation affecting mangosteen genetic changed. Because the randomize
Pangan dan Hortikultura
of gamma irradiation, it changed was individually. Gamma irradiation
(BBPPMBTPH)
Jl. Raya Tapos, Kotak Pos 20,
successfully increase genetic variability (5%).
Cimanggis, Depok 16957,
Jawa Barat, Indonesia. Keywords: Garcinia mangostana, gamma ray, genetic variability
Tel./Fax.: +62-21-8755046/8754225.
2 Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Widiastuti A, Sobir, Suhartanto MR. 2013. Analisis keragaman genetik
Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB manggis (Garcinia mangostana) diiradiasi dengan sinar gamma berdasarkan
Darmaga, Bogor 16680, Jawa Barat, penanda ISSR. Bioteknologi 10: 15-22. Tujuan dari penelitian ini adalah
Indonesia. untuk mengetahui peningkatan variasi genetik dalam manggis
berdasarkan pola pita ISSR dari penanda sebagai respon terhadap
Manuskrip diterima: 13 Desember
2009. Revisi disetujui: 2 Maret 2010.
beberapa dosis iradiasi sinar gamma. Lima dosis iradiasi sinar gamma
adalah 0 Gy, 20 Gy, 25 Gy, 30 Gy, 35 Gy dan 40 Gy. Sumber benih yang
telah diradiasi adalah dari Cegal, Leuwiliang, Bogor. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sinar gamma iradiasi mempengaruhi manggis
genetik berubah. Karena mengacak iradiasi sinar gamma, berubah itu
secara individual. Iradiasi sinar gamma berhasil meningkatkan keragaman
genetik (5%).

Kata kunci: Garcinia mangostana, sinar gamma ray, keragaman genetik

PENDAHULUAN Pemuliaan tanaman manggis untuk


memperbaiki sifat-sifat tersebut terkendala
Manggis (Garcinia mangostana L.) adalah karena tanaman manggis memiliki variabilitas
komoditas buah asli indonesia yang mempunyai genetik yang rendah dan tidak
prospek sangat baik untuk dikembangkan. dimungkinkannya peningkatan variabilitas
Manggis merupakan salah satu buah tropis yang genetik tanaman manggis melalui persilangan
sangat terkenal, dan disebut sebagai Queen of karena bunga jantan mengalami rudimentasi
Fruit karena rasa buahnya yang lezat dan banyak (Morton 1987).
digemari (Uji 2007). Selain itu, manggis telah Tanaman manggis merupakan jenis tanaman
lama dimanfaatkan sebagai obat-obatan dengan masa juvenil yang sangat panjang,
diantaranya sebagai anti inflamasi (Chen et al. dimana lambatnya pertumbuhan diantaranya
2008), antibakteri (Chomnawang et al. 2009), disebabkan oleh buruknya sistem perakaran,
serta sebagai perlakuan terhadap infeksi dan penyerapan hara dan air lambat, rendahnya laju
luka (Obolskiv et al. 2009). Perbaikan varietas fotosintesis dan rendahnya laju pembelahan sel
manggis bertujuan untuk mendapatkan varietas pada meristem pucuk (Wible et al. 1992; Ramlan
unggul yang diarahkan untuk mempercepat et al. 1992). Biji manggis terbentuk secara
pertumbuhan manggis melalui perbaikan sistem apomiktik dan berkembang dari embrio adventif
perakaran, cepat berproduksi (genjah), secara aseksual (Sobir dan Poerwanto 2007).
produktivitas tinggi dan kualitas buahnya baik. Regenerasi tanaman manggis yang berlangsung
16 Bioteknologi 10 (1): 15-22, Mei 2013

aseksual mengakibatkan variabilitas genetik Gy, dan 40 Gy meningkatkan keragaman


tanaman ini rendah (Richard 1990) dan secara morfologi manggis sebesar 30%. Peningkatan
genetik tanaman manggis mewarisi sifat tetua keragaman tertinggi pada manggis didapat pada:
betinanya (Koltunow et al. 1995). Menurut (i) dosis iradiasi 25 Gy, (ii) pemotongan biji
Ramage et al. , (2004), berdasarkan studi menjadi dua sama besar, dan (iii) pemotongan
Randomly Amplified DNA Fingerprinting (RAF) biji yang dilakukan setelah iradiasi sinar gamma.
terhadap 37 aksesi tanaman manggis, 70% Peningkatan keragaman manggis terbesar
menunjukkan tidak adanya variasi. Hasil diperoleh dengan metode iradiasi pada biji
penelitian Mansyah et al. (1999) pada 30 tanaman dengan dosis 25 Gy kemudian biji dipotong
manggis yang berasal dari daerah-daerah di melintang menjadi dua sama besar. Kerapatan
Sumatera Barat menyimpukan bahwa variabilitas stomata memiliki korelasi positif dengan tinggi
genetik melalui uji isozim dikategorikan sempit, tanaman sebesar 90%. Kerapatan stomata dapat
walaupun beberapa karakter memperlihatkan dijadikan sebagai kriteria seleksi untuk menduga
varibiitas fenotip yang luas. pertumbuhan manggis. Untuk mendapatkan
Upaya perbaikan sifat tanaman manggis manggis dengan keragaman lebih besar,
dengan meningkatkan keragaman genetiknya disarankan untuk melakukan iradiasi pada
perlu dilakukan. Seperti telah diketahui, modal manggis dengan dosis 25 Gy dengan jumlah
dasar pemulian tanaman adalah adanya materi penelitian lebih banyak.
keragaman yang luas. Dengan adanya Radiasi adalah penyinaran dengan sinar
variabilitas yang luas, proses seleksi dapat radioaktif yang dapat menimbulkan mutasi.
dilakukan secara efektif karena akan Radiasi energi tinggi biasanya merupakan
memberikan peluang yang lebih besar untuk bentuk-bentuk yang melepaskan tenaga dalam
diperoleh karakter-karkter yang diinginkan. jumlah besar dan kadang-kadang disebut radisi
Salah satu alternatif yang dapat diaplikasikan ionisasi karena ion-ion dihasilkan dalam bahan
dalam rangka peningkatan variabilitas pada yang ditembus oleh energi tersebut (Crowder
tanaman apomiktik adalah melalui teknik mutasi 1997). Mutasi dengan radisi dapat meningkatkan
buatan (Sobir dan Poerwanto 2007). Penggunaan variasi genetik. Sel yang dapat bertahan hidup
radiasi dengan menimbulkan mutasi atau dengan baik sesudah penyinaran akan
perubahan susunan genetik telah banyak mengalami beberapa perubahan secara fisiologis
menimbulkan dampak positif terhadap atau genetik. Perubahan ini dapat menghasilkan
bertambahnya jumlah varietas tanaman baru. tanaman yang berpenampilan lebih baik
Teknik ini memberikan kontribusi dalam (tanaman unggul) dari sebelumnya (Harahap
meningkatkan keragaman genetik dan 2005). Mutasi dihasilkan dari segala macam tipe
diharapkan dari mutan-mutan yang dihasilkan perubahan materi yang diturunkan. DNA yang
ada yang memiliki karakter unggul. merupakan komponen utama dari gen sebagai
Fauza et al. (2005) menyatakan bahwa pembawa informasi genetik dari generasi ke
iradiasi sinar gamma pada biji manggis generasi, merupakan sasaran utama dari
memperlihatkan adanya peningkatan variabilitas pemberian radiasi. Perubahan DNA yang terjadi
fenotip pada beberapa karakter yang diamati akibat adanya mutasi, akan menimbulkan variasi
seperti tinggi tanaman, jumlah daun per genetik baru yang akan diturunkan pada
tanaman, diameter batang, dan lebar daun. Pada turunanya. Perubahan genetik yang terjadi
tanaman padi, radiasi dengan sinar gamma pada akibat iradiasi dapat terlihat secara fenotipik
dosis tertentu diketahui dapat menginduksi namun dapat juga tidak terekspresi.
mutasi klorofil dan meningkatkan varaisi genetik Keberhasilan mutasi dapat diamati melalui
ketahanan terhadap penyakit blas (Mugiono perubahan morfologi, anatomi, maupun pada
1996). Institute of Radiation Breeding di Jepang tingkat DNA.
telah menggunakan induksi mutasi sejak tahun Dewasa ini telah banyak dikembangkan
1969 untuk mendapatkan mutan-mutan teknik-teknik molekuler berdasarkan DNA dan
potensial. Beberapa varietas baru pada tanaman merupakan alat yang sangat baik untuk
apel, tebu, barley, dan tanaman hias telah dilepas menganalisis genom tanaman. Salah satu
sampai tahun 1998 (Institute of Radiation penanda molekuler yang dikembangkan dari
Breeding 2001). daerah mikrosatelit adalah Inter Simple Sequence
Dalam penelitian sebelumnya, Widiastuti et Repeat (ISSR). ISSR merupakan bagian
al. (2010) menyatakan bahwa iradiasi sinar mikrosatelite yang tidak mengkode protein (non
gamma dengan dosis 0, 20 Gy, 25 Gy, 30 Gy, 35 coding region) dan biasanya berupa mono, di
WIDIASTUTI et al. Keragaman genetik Garcinia mangostana hasil iradiasi berdasarkan penanda ISSR 17

atau trinukleotida (Anon 2008). Marker ISSR Analisis molekuler ISSR


memperbaiki kekurangan teknik RAPD, dimana Bahan yang digunakan untuk analisis
ISSR lebih sensitif mendeteksi diversitas genetik molekuler adalah daun manggis yang masih
pada tingkat rendah namun relatif mudah dan muda. Sebanyak 0.2 g daun digunakan untuk
sama ekonomisnya dengan teknik RAPD ekstraksi genomik DNA menggunakan metode
(Bradford 2008). Penanda ISSR telah banyak CTAB (Lian et al. 2005). Secara singkat, sampel
digunakan di antaranya pada analisis mandul dilumatkan menggunakan pestel dan mortar
jantan, jantan fertile, dan hibrid tanaman steril pada suhu rendah dan ditambahkan 300 l
pearlmillet (Pennisetum glaucum (L.) R.Br.) ( buffer ektraksi, lalu segera dimasukkan ke dalam
Kumar, et al. 2006) dan polimorfisme genetik tabung 1.5 ml. Buffer ekstrasi terdiri atas 3%
hasil persilangan pada tanaman kelapa (Cocos CTAB, 100 mM Tris HCl pH 8.0, 20 mM EDTA,
nucifera) (Manimekalai et al. 2004). Penanda ISSR 1.4 M NaCl dan 0.2% merkaptoetanol. Sampel
juga diketahui telah dapat memetakan peta kemudian disentrifus pada 15,000 rpm selama 10
keterpautan genetik pada tanaman Catharanthus menit dan supernatan dibuang. Ke dalam pelet
roseus (Gupta, et al. 2007), serta telah digunakan (pelet dari dua tabung digabungkan), kemudian
untuk mempelajari keanekaragaman DNA ditambahkan 600 l IAA (isoamilalkohol:
polimerisme tanaman jati (Narayanan, et al. kloroform 24:1) dan dikocok dengan
2007). menambahkan batu zirkonia. Sampel kemudian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diinkubasi selama 30 menit pada 65oC dan
keanekaragaman genetik pada manggis hasil disentrifuse pada 15,000 rpm pada suhu 18 oC
iradiasi dengan sinar gamma dengan penanda selama 10 menit.
ISSR. Supernatan diambil 500 l, lalu dipindahkan
ke tabung 1.5 ml baru dan ditembahkan 500 l
isopropanol dingin, kemudian dikocok perlahan
dan diinkubasi pada suhu 30 oC selama 10-15
BAHAN DAN METODE
menit, dan disentrifuse pada 15,000 rpm suhu
4oC. Supernatan dibuang dan ditambahkan
etanol 70% dingin dan disentrifus ulang pada
Waktu dan tempat penelitian
15,000 rpm selama 3-5 menit. Etanol dibuang dan
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari
pelet dikeringkan selama 20-30 menit dan
2009 sampai Agustus 2009 bertempat di rumah
ditambahkan air steril (ion free) sebanyak 50 l
kaca dan laboratorium Pusat Kajian Buah
dan simpan pada suhu 4 oC atau 30 oC untuk
Tropika (PKBT), Institut Pertanian Bogor dan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi digunakan kemudian. RNAse sebanyak 0.1 l
Isotop dan Radiasi (IP3TIR), Badan Tenaga ditambahkan ke dalam masing-masing tabung
Nuklir (Batan) Jakarta. DNA dan diikubasi pada 37oC selama 30 menit.
Kualitas DNA diamati pada agarose gel 1%
Pelaksanaan percobaan menggunakan 1x buffer TAE pada 500 mA
Biji manggis yang telah diekstraksi dan selama 30 menit. Gel kemudian warnai dengan
dibersihkan, selanjutnya dipisah-pisah untuk EtBr 0.1% selama 30 menit dan dibaca
dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok 1 menggunakan UV. Konsentrasi DNA diamati
(percobaan 1) biji dibelah setelah dilakukan menggunakan spektrofotometer pada panjang
perlakuan radiasi dan kelompok 2 (percobaan 2) gelombang 260nm dan 280nm. Pengenceran
biji dibelah sebelum dilakukan perlakuan radiasi. dilakukan sehingga diperoleh DNA dengan
Perlakuan 1 biji dibiarkan utuh, sedangkan konsetrasi 50 ng/l. PCR dilakukan dengan
perlakuan 2 dan 3 masing-masing biji dibelah komposisi reaksi: DNA sampel 5 ng (2 l), PCR
menjadi 2 dan 3 secara sama rata. Selanjutnya biji Mix (Go Taq Green Master) (6 l), Air bebas ion
dipisahkan ke dalam kantung kertas yang (4 l), Primer ISSR 5 mM (0.5 l), jumlah total
berbeda dan masing-masing dipisahkan untuk (12.5 l). Daftar primer disajikan pada Tabel 1.
perlakuan dosis radiasi sinar gamma. Satu PCR dijalankan dengan predenaturasi 94 oC,
wadah merupakan satuan percobaan. Perlakuan selama 4 menit, denaturasi 94oC, selama 4 menit,
selanjutnya adalah radiasi dengan sinar gamma anneling 37oC, selama 1 menit, amplifikasi 72oC,
sesuai dengan tarafnya. Biji yang telah diradiasi selama 1 menit, ekstensi 72oC, selama 5 menit
ditanam dalam polibag ukuran 10x15 cm sesuai dan proses PCR tersebut diulang sebanyak 35
dengan perlakuan masing-masing. siklus.
18 Bioteknologi 10 (1): 15-22, Mei 2013

Tabel 1. Daftar primer ISSR (inter simple squence HASIL DAN PEMBAHASAN
repeat) yang digunakan untuk analisis keragaman
genetik manggis. Pengamatan DNA dilakukan pada 14
tanaman manggis yang diseleksi berdasarkan
Nama primer 5 to 3 TM
pengamataan morfologi yang menunjukkan
(oC)
pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan
PKBT-1 (AC)8TG 52
PKBT-2 (AC)8TT 52 tanaman yang lain. Amplifikasi DNA dilakukan
PKBT-3 (AG)8T 52 untuk melihat polimorfisme DNA dengan
PKBT-4 (AG)8AA 52 menggunakan 12 primer acak, namun hanya 8
PKBT-5 (AG)8TA 52 primer yang dapat mengahasilkan pita optimal.
PKBT-6 (AG)8TT 52 Amplifikasi dari 8 primer yang digunakan
PKBT-7 (GA)9-A 53 terhadap 14 tanaman yang dipilih menghasilkan
PKBT-8 (GA)9-C 55 jumlah pita DNA setiap primer bervariasi 3-8
PKBT-9 (GA)9-T 53
pita dengan rata-rata 6 pita DNA per sampel.
PKBT-10 (GT)9-A 53
Primer RED 18 menghasilkan pita paling sedikit
PKBT-11 (GT)9-C 53
PKBT-12 (GT)9-T 53 (3 pita) dan seluruh pitanya monomorfik,
RED18 (TCT)5 53 sedangkan pita DNA terbanyak didapat dari
primer PKBT 7 sebanyak 8 pita (Tabel 2, Gambar
1). Satu primer yaitu PKBT 1 sama sekali tidak
menghasilkan amplifikasi.
Analisis data
Pita yang diperoleh disekor secara biner 0 Tabel 2. Jumlah pita hasil amplifikasi manggis dengan
delapan primer ISSR.
absen dan 1 ada. Data biner ISSR dianalisis
menggunakan SAHN, setelah dihitung matrik
Jumlah Profil Dna
kesamaannya menggunakan program NTSYS Ukuran Jumlah
Primer Mono- Poli-
ver. 2.01. Data selanjutnya ditampilkan dalam Pita (Bp) Pita
morfik morfik
bentuk dendogram. Pengelompokan
PKBT2 700-1500 7 0 7 (100%)
memperlihatkan hubungan kesamaan antar PKBT3 250-1000 6 0 6 (100%)
setiap individu manggis berupa dendogram PKBT4 250-1000 5 3 2 (40%)
kesamaan genetik. Jarak genetik adalah selisih PKBT5 500 1500 6 2 4 (66,7%)
nilai persentase kesamaan terhadap nilai 100%. PKBT6 250-1500 6 0 6 (100%)
Dari dendrogram dapat dilihat seberapa jauh PKBT7 600-1250 8 5 3 (60%)
perubahan tanaman hasil radiasi jika PKBT9 200-1750 7 0 7 (100%)
dibandingkan dengan tanaman kontrol. RED18 250-750 3 3 (100%) 0

A B

C D

Gambar 1. Hasil amplifikasi DNA manggis dengan primer PKBT5 (A), PKBT2 (B), PKBT 3 (C), dan PKBT6 (D).
WIDIASTUTI et al. Keragaman genetik Garcinia mangostana hasil iradiasi berdasarkan penanda ISSR 19

Ukuran pita DNA manggis yang tanaman kontrol. Koefisien kemiripan terkecil
diamplifikasi berkisar antara 250-2000 bp. didapat dari tanaman hasil iradiasi 20 Gy yaitu
Menurut Upadhyay et al. (2004), jumlah pita sebesar 77% (Gambar 3). Nilai kofenetik
DNA yang terdeteksi dalam setiap primer MXComp yang dihasilkan dari tanaman kontrol
tergantung pada urutan basa dari primer dan adalah (r = 0.79) dengan goodness fit sangat tidak
ada tidaknya variasi dalam genotip tertentu. sesuai, sementara tanaman hasil iradiasi sebesar
Pada penelitian ini digunakan jenis primer ISSR (r = 0.72).
yang termasuk primer mikrosatelit yaitu primer
yang didesain dari daerah mikrosatelit yang M0B03
merupakan sekuen berulang. Jumlah pita yang B0M04
dihasilkan oleh setiap primer tergantung pada M0B0
sebaran situs yang homolog dengan sekuen
M0B02
primer di daerah mikrosatelit. Salah satu sifat
B0M03
penting dari sekuen berulang ini adalah memiliki
B0M01
kecenderungan untuk mutasi yang lebih tinggi
dibandingkan yang lain dan biasanya B0M02

menyebabkan perubahan susunan panjangnya B1M02

(Udupa dan Baum 2001). Mikrosatelit memiliki 0.80 0.83 0.87 0.90 0.93
sifat ketidakstabilan spontan yang didasarkan koefisien keragaman

pada kerentanannya dibandingkan daerah lain


Gambar 2. Dendogram tanaman manggis tanpa
atau ketidakseimbangan proses replikasi atau
perlakuan sinar gamma berdasarkan pola pita DNA
rekombinasi yang tidak sama, dan rata-rata yang ISSR.
tinggi dari kedua proses tersebut membuat lokus
M0B03
ini menjadi rapuh terhadap induksi radiasi B0M2
(Bridges 2001). Diasumsikan juga bahwa B0M02
M2B2
beberapa radiasi menginduksi daerah bukan B1M02
target memicu sekuen berulang secara genetik B0M3
menjadi tidak stabil, namun daerah pasti dimana M2B0
B0M03
hal ini terjadi masih belum diketahui (Kovalchuk M0B02
et al. 2000; Bridges 2001; Boufflet et al. 2006). B0M01
B0M04
Tingkat polimorfisme pita DNA manggis M1B0
yang dihasilkan cukup tinggi yaitu 75.5%. Dari M0B0
M1B1
49 pita DNA yang dihasilkan terdapat 12 pita
0.77 0.82 0.86 0.91 0.95
yang monomorfik dan 37 pita polimorfik. koefisien keragaman

Polimorfisme yang dihasilkan dari teknik ISSR


berasal dari variasi sekuen DNA pada tempat Gambar 3. Dendogram tanaman manggis hasil iradisi
penempelan primer. sinar gamma berdasarkan pola pita DNA ISSR.
Hasil PCR dengan 8 primer menunjukkan
bahwa tidak ada pola pengelompokan khusus
manggis antara tanaman kontrol dengan Pembahasan
tanaman hasil iradiasi sinar gamma. Tanaman Respon setiap individu tanaman terhadap
yang tidak mendapatkan iradiasi sinar gamma induksi radiasi berbeda-beda. Mutasi hasil
terbagi menjadi dua kelompok yaitu tanaman iradiasi bersifat acak. Shikazono et al. (2005)
yang berasal dari biji utuh dan tanaman yang menyatakan dengan penambahan iradiasi yang
berasal dari biji yang dibelah menjadi dua sama digunakan sebagai mutagenesis, lokus yang
besar. Nilai kemiripan pada tanaman yang tidak berkaitan dengan lokus yang dianalisis juga
mendapat perlakuan iradiasi sinar gamma penting untuk mempelajari bermacam-macam
berkisar antara 80-93% (Gambar 2), sedangkan mutasi. Gustafson dan Ekberg (1977)
pada tanaman hasil iradiasi berkisar antara 77- menyatakan mutasi dikelompokkan menjadi tiga
95% (Gambar 3). Iradiasi sinar gamma kategori yaitu mutasi genom, mutasi kromosom
memberikan peningkatan keragaman genetik (termasuk mutasi gen) dan mutasi di luar inti.
yang tidak terlalu besar (5%). Pada penelitian ini, Mutasi genom terjadi apabila satu atau lebih
dijumpai satu tanaman hasil iradiasi sinar jumlah set kromosom mengalami penambahan.
gamma yang memiliki kemiripan 95% dengan Mutasi kromosom terbagi menjadi mutasi jumlah
kromosom dan struktur kromosom. Mutasi
20 Bioteknologi 10 (1): 15-22, Mei 2013

jumlah kromosom terjadi apabila jumlah yang lebih kecil dibandingkan radiasi dengan
kromosom bertambah atau berkurang setelah LET rendah. Hal ini terutama disebabkan
dimutasi, sedangkan mutasi struktur kromosom ketebalan dan lokasi ionisasi yang dihasilkan
terjadi apabila segmen kromosom mengalami LET tinggi pada sel yang diradiasi (Goodhead
pengurangan (delesi), translokasi, duplikasi atau 1995, Shikazono et al. 2001).
inversi. Menurut Mohr dan Schopfer (1995), Beberapa pita yang dihasilkan oleh primer-
mutasi di luar inti terjadi apabila organel-organel primer yang digunakan menghasilkan pita
di luar inti seperti DNA plastid, DNA monomorfik. Ini menunjukkan bahwa mutasi
mitokondria dan lainnya mengalami perubahan yang menghsilkan polimorfisme dapat berupa
akibat perlakuan mutagenesis. mutasi titik atau insersi/delesi kecil di sekitar
Pada pengamatan berdasarkan marka daerah binding primer. Jenis primer yang
molekuler, pengelompokan yang didapatkan digunakan dalam penelitian ini merupakan
juga tidak menunjukkan pola khusus antara primer yang didesain dari daerah mikrosatelit
tanaman hasil iradiasi dengan tanaman tanpa yang merupakan sekuen berulang. Salah satu
perlakuan iradiasi. Beberapa tanaman sifat penting dari sekuen berulang ini adalah
menunjukkan jarak kemiripan yang cukup dekat memiliki kecenderungan untuk mutasi yang
dengan tanaman tanpa perlakuan (Gambar 2). lebih tinggi dibandingkan lainnya yang biasanya
Menurut van Harten (1998), keberhasilan menyebabkan perubahan susunan panjangnya
program induksi mutasi sangat bergantung pada (Udupa dan Baum 2001). Mikrosatelit memiliki
materi tanaman yang mendapat perlakuan sifat ketidakstaapabilan spontan yang
mutagen. Qosim (2006) dalam penelitiannya didasarkan pada kerentanannya dibandingkan
terhadap kalus nodular manggis, menyebutkan daerah lain atau ketidakseimbangan proses
bahwa induksi radiasi sinar gamma replikasi atau rekombinasi yang tidak sama, dan
menghasilkan keragaman genetik dengan rata-rata yang tinggi dari kedua proses tersebut
menggunakan teknik RAPD dengan keragaman membuat lokus ini menjadi rapuh terhadap
genetik antara 60-91%. Sementara Harahap induksi radiasi (Bridges 2001). Diasumsikan juga
(2005) dalam penelitian dengan menggunakan bahwa beberapa radiasi menginduksi daerah
biji manggis hasil iradiasi sinar gamma yang bukan target memicu sekuen berulang secara
ditananam secara in vitro, didapat keragaman genetik menjadi tidak stabil, namun daerah pasti
genetik yang diperoleh sebesar 62-100%. Sobir dimana hal ini terjadi masih belum diketahui
dan Poerwanto (2007) menyatakan berdasarkan (Kovalchuk et al. 2000; Bridges 2001; Boufflet et
analisis RAPD pada bibit manggis hasil iradiasi al. 2006). Dalam penelitian ini dijumpai satu
sinar gamma menggunakan lima primer acak, primer (PKBT1) sama sekali tidak menghasilkan
terbukti keragaman genetik tanaman hasil amplifikasi. Ye et al. (2005) menyatakan pada
iradiasi lebih besar (62%) dibandingkan analisis ISSR yang berhasil, pasangan SSRs
variabilitas aksesi manggis di Jawa (27%). Dalam (inversely oriented) harus terdapat dalam suatu
penelitian ini, keragaman genetik yang diperoleh jarak yang berdekatan pada kromosom yang
dari hasil iradiasi sinar gamma sebesar 77-95%, sama, yang dapat diamplifikasi oleh reaksi PCR
meningkat sebesar 5% dibandingkan tanaman untuk menghasilkan pita yang dapat diserap
tanpa perlakuan iradiasi sinar gamma. oleh gel agarose atau polyacrylamide. Lokus SSR
Sinar gamma termasuk mutagen yang pada genom yang tidak terdeteksi dengan
menghasilkan ion dan radikal bebas dalam analisis ISSR karena jarak antara dua motif SSR
bentuk hidroksil (OH-). Jika radikal hidroksil yang orientasinya berlawanan berjauhan atau
menempel pada rantai nukleotida dalam DNA, meskipun motif mengelompok pada jarak yang
maka utas tunggal DNA akan patah dan dapat diamplifikasi oleh pendeteksian PCR,
mengalami perubahan gen (Mohr dan Schopfer namun motif SSR tidak berorientasi seperti yang
1995). Radiasi ionisasi diklasifikasikan dalam dua dibutuhkan dalam amplifikasi PCR. Bahkan
tipe berdasarkan linear energi transfer (LET) pada kasus kombinasi campuran dari dua primer
yaitu: radiasi LET rendah (seperti sinar dan ISSR yang berbeda pada reaksi PCR yang sama,
sinar X) dan LET tinggi (seperti partikel dan masih terdapat banyak lokus SSR yang tidak
partikel ion berat). Proses molekuler dari mutasi akan terdeteksi.
yang disebabkan radiasi ionisasi dapat berbeda Teknik induksi mutasi dalam bidang
tergantung pada LET. Radiasi dengan LET tinggi pemuliaan tanaman telah banyak digunakan dan
dilaporkan lebih menyebabkan penyusunan terbukti berhasil, baik untuk tujuan menambah
kembali DNA dengan ukuran delesi/insersi keragaman untuk membentuk populasi awal
WIDIASTUTI et al. Keragaman genetik Garcinia mangostana hasil iradiasi berdasarkan penanda ISSR 21

sebagai sumber seleksi, maupun untuk tujuan Staphylococcus aureus. Fitoterapia 80(2):102-4.
Cox JEK. 1988. Garcinia mangostana. Mangosteen In Gardner RJ
perbaikan sifat tertentu. Fauza et al. (2005)
And Chaudari, SA (Eds). The Propagation Of Tropical
menyatakan bahwa iradiasi sinar gamma pada Fruits Trees. Anthony Rowe Ltd. Chippenham, Wiltshire,
biji manggis memperlihatkan adanya England.
peningkatan variabilitas fenotip pada beberapa Crowder LV. 1997. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
karakter yang diamati seperti tinggi tanaman,
Fauza H, Karmana MH, Rostini N, Mariska I. 2005.
jumlah daun per tanaman, diameter batang, dan Pertumbuhn dan variabilitas fenotipik manggis hasil
lebar daun. Pada tanaman padi, radiasi dengan iradiasi sinar gamma. Zuriat 16(2):133-144.
sinar gamma pada dosis tertentu diketahui dapat Goodhead DT. 1995. Molecular and cell models of biological
effects of heavy ion radiation. Radiat Environ Biophys
menginduksi mutasi klorofil dan meningkatkan
34:67-72.
varaisi genetik ketahanan terhadap penyakit blas Gupta PK, Varshney RK, Prasad M. 2002. Molecular Markers:
(Mugiono 1996). Institute of Radiation Breeding di Principles and Methodology. In: Jain SM., Brar DS,
Jepang telah menggunakan induksi mutasi sejak Ahloowalia BS. (Eds.). Molecular Techniques in Crop
Improvement.
tahun 1969 untuk mendapatkan mutan-mutan
Harahap F . 2005. Induksi Variasi Genetik Tanaman Manggis
potensial. Beberapa varietas baru pada tanaman (Garcinia mangostana). Dengan Radiasi Sinar Gamma.
apel, tebu, barley, dan tanaman hias telah dilepas Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
sampai tahun 1998 (Institute of Radiation Hartati S. 2002. Penampilan Genotip Tanaman Tomat
(LycopersicumeEsculentum Mill.) Hasil Mutasi Buatan Pada
Breeding 2001). Hartati (2002) menyatakan
Kondisi Stress Air Dan Kondisi Optimal. Agrosains 2(2):
bahwa mutasi sinar gamma pada tanaman tomat 35-42.
berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi Institut of Radiation Breeding. 2001. National Institute of
tanaman, jumlah cabang, umur berbunga, umur Agrobiological Resurces, MAFF. PO Box 3, Ohmiya Macni,
Nacagun, Ibaraki,312-22, Japan.
berbuah, umur panen, dan persentase daun
Kang SY, Kim DS, Lee GJ. 2007. Genetic Improvement of Crop
gugur. Latado et al. (2006) dalam penelitiannya Plant by Mutation Technique in Korea. Plant Mutation
membuktikan bahwa induksi sinar gamma Reports 1(3):7-15.
berhasil mendapatkan galur mutan jeruk sweet Koltunow A M , Grossniklaus U. 2003. Apomixis: A
developmental Prespective. Ann Rev Pl Biol 54:547-574
orange yang tidak berbiji dan tahan terhadap
Kovalchuk O, Dubrova YE, Arhkipov A, Hohn B, Kovalchuk I.
kanker. Di Korea, teknik pemulian mutasi telah 2000. Wheat mutation rate after Chernobyl. Nature 407:
berhasil menghasilkan berbagai kultivar baru 583-584.
berbagai tanaman padi, barley, kedelai, wijen, Kumar A, Arya L, Kumar V, Sharma S. 2006. Inter simple
sequence repeat (ISSR) analysis of cytoplasmic male
dan Hibiscus (Kang et al. 2007).
sterile, male fertile lines and hybrids of pearlmillet
[Pennisetu glaucum (L.) R.Br.]. Indian J Crop Sci 1(1-2): 117-
119
KESIMPULAN
Latado RR, Tulmann Neto AT, Pompeu Jr J, Figueiredo JO, Pio
RM, Machado MA, Namekata T, Ceravolo L, Montes
Induksi iradiasi sinar gamma dapat SMNM, Rossi AC. 2006. Seedless and Citrus Cranker
meningkatkan keragaman genetik manggis. Tolerant Mutant Clones in Sweet Orange Induced by
Gamma Rays. Pl Mutation Rep 1(2): 21-25.
Keragaman genetik akibat iradiasi sinar gamma
Lian CL, Wadud MA, Geng QF, Shimatani K, Hogetsu T
berdasarkam marka ISSR meningkat sebesar 5% (2006) An improved technique for isolating codominant
dibandingkan tanpa iradiasi. compound microsatellite markers. J Pl Res 119, 415417
Manimekalai R, Nagarajan P, Bharathi M, Naresh kumar S..
2003. DNA polymorphism among coconut (Cocos nucifera
DAFTAR PUSTAKA L.) cultivars and reciprocal cross derivatives differing in
drought tolerance. J Pl Crops 32 : 117-122
Anon.2008.ISSRInformation.http://www.biosci.ohiostate.edu Mansyah E, Anwarudinsyah MJ, Sadwiyanti L, Susilohadi A.
/~awolfe/ISSR/ISSR.html. [16 Juni 2008]. 1999. Variabilitas genetik tanaman manggis melalui
Bradford K. 2008. Comparing the ability of two PCR based analisis isozim dan kaitannya deonngan variabilitas
techniques, RAPD and ISSR to detect low levels of genetic fenotipiknya. Zuriat 10(1):1-10.
diversity, to detect low levels of genetic diversity. Chicago Mohr H, Schopfer. 1995. Plant Physiology. Springer-Verlag.
Botanic Garden, Glencoe, IL. Berlin.
www.chicagobotanic.org/downloads/conservation/Poste Morton, J. 1987. Breadfruit. In: Fruits of warm climates. Miami,
r1.pdf [5 Sept 2008]. FL p. 50-58.
Bridges BA. 2001. radiation and Germline mutation at Repeat Mugiono. 1996. Pengaruh Irradiasi Sinar Gamma Terhadap
Sequence: are we in the middle of paradigm shift? Radiat Mutasi Klorofil dan variasi genetk Ketahanan Penyakit
Res 156: 631-641. Blas pada padi Gogo. Zuriat 7(1): 15-21.
Chen LG, Yang LL, Wang CC. 2008. Anti-Inflamantry Activity Narayanan,C, Wali SA., Shukla N, Kumar R, Mandal AK,
of mangosteen from Garcinia mangostana. Food Chem Ansar SA.. 2007. RAPD and ISSR Markes for Molecular
Toxicol 46:688-693 Characterization Of Teak (Tectona grandis) Plus Trees. J
Chomnawang MT, Surassmo S, Wongsariya K, Trop For Sci 19(4): 218225
Bunyapraphatsara N. 2009. Antibacterial activity of Thai Qosim, W A. 2006. studi Irradiasi Sinar Gamma Pada Kultur
medicinal plants against methicillin-resistant Kalus Nodular Manggis Untuk Meningkatkan Keragaman
22 Bioteknologi 10 (1): 15-22, Mei 2013

Genetik Dan Morfologi Regeneran. [Disertasi]. Sekolah Uji T. 2007. Keanekaragaman, Persebaran, dan Potensi Jenis-
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Jenis Garcinia di Indonesia. Berk Penel Hayati 12:129135.
Ramage CM, Sando L, Peace CP, Carroll BJ, Drew RA. 2004. Van Harten AM. 1998. Mutation Breeding. Theory and
Genetic diversity revealed in the apomictic fruit species Practical Aplication. Press Syndicate of the Univ. of
Garcinia mangostana L. (mangosteen). Euphytica 136: 110. Cambridge. UK.
Rismunandar. 1986. Mengenal Tanaman Buah-Buahan. Sinar Wible J, Chack EK, Downtown WJS. 1992. Mangosteen
Baru. Bandung. (Garcinia mangostana L.) A Potential Crop for Tropical
Shikazono N, Tanaka A, Watanabe H, Tano S. 2001. Northern Australia. Acta Hor 321:132-137.
Rearragement of the DNA in carbon ion induced mutants Widiastuti A, Sobir, Suhartanto MR. 2010. Diversity analysis of
of Arabidopsis thaliana. Genetics 157: 379-387. mangosteen (Garcinia mangostana) irradiated by gammaray
Sobir, Poerwanto R. 2007. Mangosteen genetic and based on morphological and anatomical characteristics.
Improvement. Intl J Pl Breed 1(2): 105-111 Nus Biosci 2: 23-33.
Udupa S, Baum M. 2001. High mutation rate and mutation Ye C, Yu Z, Kong F, Wu S, Wang B. 2005. R-ISSR as a New
bias at (TTA)n microsatellite loci in chickpea (Cicer Tool for Genomic Fingerprinting, Mapping, and Gene
arietenum L.). Mol Gen Genomics 265:1097-1103. Tagging. Pl Mol Bio Rep 23: 167-177.

You might also like