You are on page 1of 4

PENDAHULUAN

Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk


mengumpulkan data, sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti akan lebih
banyak menjadi instrumen. Karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan
key instrumen.
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti.
Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk penelitian akan
tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Bila variabel penelitiannya lima,
maka jumlah instrumen yang digunakan untuk penelitian juga lima. Karena
instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan
menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus
mempunya skala. Untuk itu makalah ini akan menyajikan tentang skala
pengukuran dalam penelitian.

II. RUMUSAN MASALAH


A. Apa Pengertian Skala Pengukuran?
B. Apa Saja Jenis-jenis Skala Pengukuran?

III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Skala Pengukuran
Skala merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat
mengukur, karena diperoleh hasil ukur yang berbentuk angka-
angka.1[1] Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai
acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,
sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan
data kuantitatif. Sebagai contoh, misalnya timbangan emas sebagai instrumen
untuk mengukur berat emas, dibuat dengan skala mg dan akan menghasilkan data
kuantitatif berat emas dalam satuan mg. Meteran sebagai instrumen untuk
mengukur panjang dibuat dengan skala mm, dan akan menghasilkan data
kuantutatif panjang dengan satuan mm.
Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan
instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih
akurat, efisien dan komunikatif. Misalnya berat emas 19 gram, berat besi 100 kg,
IQ seseorang 150. Selanjutnya dalam pengukuran sikap, sikap sekelompok orang
akan diketahui termasuk gradasi mana dari suatu skala sikap.2[2]

B. Jenis-jenis Skala Pengukuran


1. Skala nominal
Skala nominal merupakan skala paling sederhana dari empat skala yang ada.
Skala nominal memberikan suatu sistem kualitatif untuk mengkategorikan orang
atau objek ke dalam kategori, kelas, atau klasifikasi. Skala nominal ini hanya
mempunyai fungsi yang terbatas, yaitu mengidentifikasi dan membedakan.

2
Sebagai contoh, jenis kelamin merupakan contoh skala nominal yang menandai
seseorang, yakni laki-laki atau perempuan.
2. Skala ordinal
Skala ordinal memungkinkan untuk mengurutkan seseorang atau objek
sesuai dengan banyak atau kuantitas dari karakteristik yang dimilikinya. Pada
skala ordinal, dimungkinkan untuk melakukan penghitungan (kuantifikasi)
variabel-variabel yang diuji sehingga dapat memberikan informasi yang lebih
substansial dibandingkan dengan skala nominal. Contoh dalam kelas kepelatihan
yang terdiri dari beberapa trainee Adi, Budi, Santi, Eka, Fitri, dan Gina. Eka
adalah siswa yang paling tinggi, diikuti kemudian oleh Adi dan Santi, sedangkan
Gina adalah siswa yang paling pendek, yang agak tinggi Budi, dan diikuti
kemudian oleh Fitri. Dalam analisis data, ada kemungkinan seorang pengembang
ingin mengurutkannya dari variabel paling tinggi ke yang paling rendah, atau
sebaliknya dari yang paling rendah sampai ke yang paling tinggi. Untuk tujuan
itu, mereka dapat melakukan analisis pada para trainee, kemudian diurutkan
sesuai dengan keperluannya. Hasil yang dicapai di antaranya menjadi seperti
berikut: Eka, Adi, Santi, Fitri, Budi, dan Gina.3[3]
3. Skala interval
Skala interval dapat memberikan informasi yang lebih
dibandingkan dengan skala nominal atau ordinal. Skala interval juga
memungkinkan untuk mengurutkan seseorang atau objek seperti
halnya skala ordinal, namun dengan unit yang sama. Melalui unit
yang sama maka perbedaan antara unit-unit yang berdekatan
pada skala itu ekuivalen. Misalnya, selisih skor antara 70 dan 71
adalah sama dengan selisih skor 50 dan 51 (92 dan 93, 37 dan
38, dan seterusnya).
Kebanyakan tes di bidang pendidikkan didesain untuk
menghasilkan skor-skor interval. Perhatikan contoh skor untuk
ketiga orang pada tes sikap berikut. Misalkan siswa A mendapat
skor 100, siswa B mendapat skor 110, dan siswa C mendapat
skor 120. Berdasarkan skor ketiga siswa tersebut, dapat dibuat
beberapa kesimpulan. Pertama, skor siswa C merupakan skor
tertinggi kemudian diikuti oleh siswa B dan A. Kedua, selisih skor
siswa A dan siswa B (yakni 10 poin) ekuivalen dengan selisih skor
siswa B dan siswa C (juga10 poin). Ketiga, selisih antara siswa A
dan siswa C (yakni 20 poin) adalah dua kali lebih besar selisih
antara siswa A dan siswa B (yakni 10 poin).4[4]
4. Skala rasio
Ukuran rasio adalah ukuran yang mencakup semua ukuran di atas, ditambah
dengan satu sifat lain, yaitu ukuran ini memberikan keterangan tentang nilai
absolut dari objek yang diukur. Ukuran rasio mempunyai titik nol, karena itu
maka ukuran rasio dapat dibuat perkalian ataupun pembagian. Angka pada skala
3

4
rasio menunjukkan nilai sebenarnya dari objek yang diukur. Jika ada 4 bayi, A, B,
C, dan D mempunyai berat badan 1 kg, 3 kg, 4 kg, dan 5 kg, maka ukuran rasio
dapat di gambarkan sebagai berik

You might also like