You are on page 1of 29

LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT

F. Perbaikan Gizi Masyarakat


GIZI BURUK DENGAN BATUK LAMA SUSPEK BRONHKITIS

Disusun oleh :
dr. Maula Nurfahdi

DOKTER INTERNSHIP ANGKATAN II


PERIODE 02 JUNI 2016 02 OKTOBER 2016
PUSKESMAS DHARMA RINI KABUPATEN TEMANGGUNGBAB I

LATAR BELAKANG

Gizi buruk (malnutrisi) merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan,


khususnya di berbagai Negara berkembang(WHO, 2004).The United Nations
Childrens Fund (UNICEF)pada tanggal 12 September 2008,menyatakan malnutrisi
sebagai penyebab lebih dari 1/3 dari 9,2 juta kematian pada anak-anak dibawah usia 5
tahun di dunia. UNICEF juga memberitakan tentang terdapatnya kemunduran
signifikan dalam kematian anak secara global di tahun 2007,tetapi tetap terdapat
rentang yang sangat jauh antara negara-negara kaya dan miskin, khususnya di Afrika
dan Asia Tenggara(CWS, 2008)
Malnutrisi dalam bentuk apapun meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit dan
kematian. Malnutrisi energi-protein, misalnya, merupakan sebuah peran utama dari
semua kematian anak dibawah usia 5 tahun setiap tahunnya di negara-negara
berkembang (WHO2001). Bentuk bahaya dari malnutrisi termasuk marasmus,
kretinisme,kerusakan otak yang irreversible akibat defisiensi iodin, kebutaan,
peningkatan faktor risiko terhadap penyakit infeksi,dan kematian akibat defisiensi
vitamin A(WHO, 2004)
World Food Programme(WFP) memperkirakan 13 juta anak di Indonesia menderita
malnutrisi. Ada beberapa wilayah di Indonesia, yang sekitar 50% bayi dan anak-anak
mempunyai berat badan rendah. Survei yang dipublikasi oleh Church World Service
(CWS)
pada suatu studi kasus di 4 daerah wilayah Timor Barat (Kupang, Timur Tengah
Selatan (TTS), Timur Tengah Utara (TTU), dan Belu) menunjukkan sekitar 50% dari
bayi dan anak-anak adalah underweight sedang dan/atau underweight berat. Bersama
dengan Helen Keller International dan UNICEF, CWS West Timor survei
menyimpulkan 13,1% dari seluruh anak dibawah usia 5 tahun menderita malnutrisi
akut, sedangkan 61,1% dari bayi baru lahir sampai umur 59 bulan menderita
malnutrisi kronik (Church World Service(CWS), 2008)
Dalam Jakarta Pos edisi Juni 2008, 21 anak dibawah usia 5 tahun meninggal akibat
malnutrisi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 6 bulan awal tahun 2008
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) 2007, tentang Prevalensi Status Gizi
Balita Menurut Provinsi yang diukur berdasarkan berat badan/umur,menyatakan NTT
menempati peringkat ke-3 tertinggi untuk status gizi buruk, setelah Nanggroe Aceh
Darussalam dan Sulawesi Barat, dan peringkat pertama tertinggi untuk status gizi
kurang, dari ke- 33 provinsi yang dicatat (Riskesdas, 2007)
Selain itu, WFP mendapatkan hasil terlihat kenaikan yang sangat tajam dari grafik
kematian anak dibawah 5 tahun akibat gizi buruk di kota Kupang pada bulan Januari
hingga Juni 2008(CWS, 2008)
Dinas Kesehatan (Dinkes) mempunyai peranan penting dalam masalah gizi,seperti
pengaturan dan monitoring gizi masyarakat. Selain itu Dinkes juga mempunyai peran
penting dalam pengumpulan bahan dan penyebar luasan informasi mengenai
penyelenggaraan usaha pelaksanaan dan pembinaan kesehatan anak melalui Rumah
Sakit, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Puskemas pembantu, dan Poliklinik
Desa (Polindes)(Dinkes, 2009).
Perawatan pada fase tindak lanjut sangatlah penting, karena balita gizi buruk tidak
lagi mendapat pengawasan yang ketat dari petugas kesehatan, melainkan oleh ibu dan
anggota keluarga lainnya. Setelah pasien gizi buruk pulang ke rumah, perlu dilakukan
perawatan fase tindak lanjut di Posyandu atau Pos Pemulihan Gizi (PPG) dengan
suatu program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) (DepKes, 2007).
Keadaan gizi balita dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lainkeadaan
ekonomi, ketidaktahuan menyiapkan makanan tambahan dari bahanbahan yang
bergizi serta kurangnya pengetahuan mengenai kebutuhan bayi dan makanan
tambahan yang bergizi (Soetjiningsih, 2008). Dari beberapa faktor yang ada diatas,
faktor ekonomi merupakan salah satu faktor penyebab sering terjadinya masalah gizi.
Akibat dari masalah gizi tersebut dapat menyebabkan beberapa efek serius pada balita
seperti kegagalan pertumbuhan fisik serta tidak optimalnya perkembangan dan
kecerdasan, bahkan dapat menimbulkan kematian pada balita. Namun, kejadian
masalah gizi pada balita ini dapat dihindari apabila orang tua memiliki pengetahuan
yang cukup tentang cara pemberian makanan dan mengatur makanan balita dengan
baik. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang gizi dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan gizi pada balita. Sehingga pengetahuan orang tua tentang gizi merupakan
kunci keberhasilan baik atau buruknya status pada balita (Notoadmodjo, 2007).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian

Bronkhitis berasal dari bronchus (saluran napas) dan itis artinya menunjukkan adanya

suatu peradangan. Bisa disimpulkan bronkitis merupakan suatu gejala penyakit

pernapasan. Sebetulnya ada dua pengertian bronkitis. Pertama, berdasarkan

radiologi/ahli rontgen, bronkhitis merupakan gambaran foto paru-paru dengan

kelainan pada saluran napas. Pada gambaran tersebut cirinya akan tampak sangat

ramai dan jelas. Berbeda bila dalam keadaan normal, gambaran saluran napas tak

begitu jelas terlihat karena berisi udara. Tapi pada kasus bronkhitis akan muncul

gambaran sebagian saluran napasnya tersumbat lendir atau ada peradangan.

Kedua, menurut medis/dokter, bronkhitis merupakan kelainan pada saluran napas

yang ditandai dengan adanya bunyi napas penuh lendir, seperti bunyi grok-grok,

bisa terdengar di bagian dada maupun punggung.

Bronkhitis pada anak berbeda dengan bronchitis yang terdapat pada orang dewasa.

Pada anak, bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas lain,

namun ia dapat juga merupakan penyakit tersendiri.

Secara harfiah bronkhitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh adanya inflamasi

bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau

gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini
berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari

penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran.(Ngastiyah, 2006)

Bronkhitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri,

tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau

bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis,

Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 2004)

Sebagai penyakit tersendiri, bronkhitis merupakan topik yang masih diliputi

kontroversi dan ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan

diagnosa yang sering ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri,

walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak selalu sama.(Taussig, 2002; Rahayu,

2004)

Bronkhitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri,

tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau

bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis,

Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya.

Sebagai penyakit tersendiri, bronkhitis merupakan topik yang masih diliputi

kontroversi dan ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan

diagnosa yang sering ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri,

walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak selalu sama.

Kesimpangsiuran definisi bronkitis pada anak bertambah karena kurangnya konsesus

mengenai hal ini. Tetapi keadaan ini sukar dielakkan karena data hasil penyelidikan

tentang hal ini masih sangat kurang


2. Klasifikasi

Bronkhitis dapat diklasifikasikan sebagai :

a. Bronkhitis Akut

Bronkhitis akut pada bayi dan anak biasanya bersama juga dengan trakheitis,

merupakan penyakit infeksi saluran nafas akut (ISNA) bawah yang sering dijumpai.

Penyebab utama penyakit ini adalah virus. Batuk merupakan gejala yang menonjol

dank arena batuk berhubungan dengan ISNA atas. Berarti bahwa peradangan tersebut

meliputi laring, trachea dan bronkus. Gangguan ini sering juga disebut

laringotrakeobronkhitis akut atau croup dan sering mengenai anak sampai umur 3

tahun dengan gejala suara serak, stridor, dan nafas berbunyi.

b. Bronkhitis Kronis atau Batuk Berulang

Belum ada persesuaian pendapat mengenai bronchitis kronik, yang ada ialah

mengenai batuk kronik dan atau berulang yang di singkat (BKB). BKB ialah keadaan

klinis yang disebabkan oleh berbagai penyebab dengan gejala batuk yang

berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling

sedikit 3 kali dalam 3 bulan, dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non

respiratorik lainnya. Dengan memakai batasan ini secara klinis jelas bahwa bronchitis

kronik pada anak adalah batuk kronik dan atau berulang (BKB) yang telah

disingkirkan penyebab-penyebab BKB itu misalnya asma atau infeksi kronik saluran

napas dan sebagainya.

Walaupun belum ada keseragaman mengenai patologi dan patofisiologi bronchitis

kronik, tetapi kesimpulan akibat jangka panjang umumnya sama. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa bayi sampai anak umur 5 tahun yang menderita bronchitis

kronik akan mempunyai resiko lebih besar untuk menderita gangguan pada saluran

napas kronik setelah umur 20 tahun, terutama jika pasien tersebut merokok akan

mempercepat menurunnya fungsi paru.

3. Etiologi

Penyebab bronchitis sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas. Pada

kenyataannya kasus-kasus bronchitis dapat timbul secara congenital maupun didapat.

a. Kelainan kongenital

Dalam hal ini bronchitis terjadi sejak dalam kandungan. Factor genetic atau factor

pertumbuhan dan factor perkembangan fetus memegang peran penting. Bronchitis

yang timbul congenital ini mempunyai ciri sebagai berikut :

1) Bronchitis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua paru.
2) Bronchitis konginetal sering menyertai penyakit-penyakit konginetal lainya,

misalnya : mucoviscidosis (cystic pulmonary fibrosis), sindrom kartagener

(bronkiektasis konginetal, sinusitis paranasal dan situs inversus), hipo atau

agamaglobalinemia, bronkiektasis pada anak kembar satu telur (anak yg satu

dengan bronkiektasis, ternyata saudara kembarnya juga menderita

bronkiektasis), bronkiektasis sering bersamaan dengan kelainan congenital

berikut : tidak adanya tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan,

kifoskoliasis konginetal.
b. Kelainan didapat
Kelaianan didapat merupakan akibat proses berikut :
1) Infeksi
Bronchitis sering terjadi sesudah seseorang menderita pneumonia yang sering

kambuh dan berlangsung lama, pneumonia ini merupakan komplikasi pertusis

maupun influenza yang diderita semasa anak, tuberculosis paru dan sebagainya.
2) Obstruksi bronkus
Obstruksi bronkus yang dimaksud disini dapat disebabkan oleh berbagai macam

sebab : korpus alineum, karsinoma bronkus atau tekanan dari luar terhadap bronkus

Penyebab utama penyakit Bronkhitis Akut adalah adalah virus. Sebagai contoh

Rhinovirus, Respiratory Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus,

Adenovirus dan Coxsakie Virus. Bronkitis Akut sering terjadi pada anak yang

menderita Morbilli, Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti

yang meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan penyebab primer Bronkitis Akut

pada anak. Infeksi sekunder oleh bakteri dapat terjadi, namun ini jarang di lingkungan

sosio-ekonomi yang baik.

Faktor predisposisi terjadinya bronchitis akut adalah alergi, perubahan cuaca, polusi

udara, dan infeksi saluran napas atas kronik, memudahkan terjadinya bronchitis.

Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah sebagai berikut :

a. Spesifik
1) Asma
2) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).
3) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma,

hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.


4) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
5) Sindrom aspirasi.
6) Penekanan pada saluran napas
7) Benda asing
8) Kelainan jantung bawaan
9) Kelainan sillia primer
10) Defisiensi imunologis
11) Kekurangan anfa-1-antitripsin
12) Fibrosis kistik
13) Psikis
b. Non-spesifik
1) Asap rokok
2) Polusi udara
4. Patofisiologi

Virus (penyebab tersering infeksi) - Masuk saluran pernapasan - Sel mukosa dan sel

silia - Berlanjut - Masuk saluran pernapasan(lanjutan) - Menginfeksi saluran

pernapasan - Bronkitis - Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir - Pilek 3 4

hari - Batuk (mula-mula kering kemudian berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer -

Hilang - Batuk - Keluar - Suara ronchi basah atau suara napas kasar - Nyeri subsernal

- Sesak napas - Jika tidak hilang setelah tiga minggu - Kolaps paru segmental atau

infeksi paru sekunder (pertahanan utama) (Sumber : dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah

3 Ilmu Kesehatan Anak, 2003).

Apabila bronchitis kongenital patogenesisnya tidak diketahui diduga erat

hubungannya dengan genetic serta factor pertumbuhan dan perkembangan fetus

dalam kandungan. Pada bronchitis yang didapat patogenesisnya diduga melelui

beberapa mekanisme : factor obstruksi bronkus, factor infeksi pada bronkus atau

paru-paru, fibrosis paru, dan factor intrinsik dalam bronkus atau paru.

Patogenesis pada kebanyakan bronchitis yang didapat melalui dua mekanisme dasar:

a. Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul bronchitis. Infeksi pada

bronkus atau paru akan diikuti proses destruksi dinding bronkus daerah infeksi dan

kemudian timbul bronchitis.


b. Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronchitis, pada bagian distal obstruksi

dan terjadi infeksi juga destruksi bronkus.

Bronchitis merupakan penyakit paru yang mengenai paru dan sifatnya kronik.

Keluhan-keluhan yang timbul juga berlangsung kronik dan menetap . keluhan-

keluhan yang timbul erat dengan : luas atau banyaknya bronkus yang terkena,

tingkatan beratnya penyakit, lokasi bronkus yang terkena, ada atau tidaknya

komplikasi lanjut.. keluhan-keluhan yang timbul umumnya sebagai akibat adanya

beberapa hal : adanya kerusakan dinding bronkus, akibat komplikasi, adanya

kerusakan fungsi bronkus.

Mengenai infeksi dan hubungannya dengan patogenesis bronchitis, data dijelaskan

sebagai berikut ;

a. Infeksi pertama (primer)

Kecuali pada bentuk bronchitis kongenital. Masih menjadi pertanyaan apakah infeksi

yang mendahului terjadinya bronchitis tersebut disebabkan oleh bakteri atau virus.

Infeksi yang mendahului bronchitis adalah infeksi bacterial yaitu mikroorgansme

penyebab pneumonia. Dikatakan bahwa hanya infeksi bakteri saja yang dapat

menyebabkan kerusakan pada dinding bronkus sehingga terjadi bronchitis, sedangkan

infeksi virus tidak dapat (misalnya adenovirus tipe 21, virus influenza, campak, dan

sebagainnya).
b. Infeksi sekunder

Tiap pasien bronchitis tidak selalu disertai infeksi sekunder pada lesi, apabila sputum

pasien yang semula berwarna putih jernih kemudian berubah warnanya menjadi

kuning atau kehijauan atau berbau busuk berarti telah terjadi infeksi sekunder oleh

kuman anaerob misalnya : fusifomis fusiformis, treponema vincenti, anaerobic

streptococci. Kuman yang erring ditemukan dan menginfeksi bronkus misalnya :

streptococcus pneumonie, haemophilus influenza, klebsiella ozaena.

5. Tanda dan Gejala

Biasanya penyakit dimulai dengan tanda-tanda infeksi saluran napas akut (ISNA) atas

yang disebabkan oleh virus. Batuk mula-mula kering, setelah 2 atau 3 hari batuk

mulai berdahak dan menimbulkan suara lender. Pada anak dahak yang mukoid

(kental) susah ditemukan karena sering ditelan. Mungkin dahak berwarna kuning dan

kental tetapi tidak selalu berarti telah terjadi infeksi bakteri sekunder. Anak besar

sering mengeluh rasa sakit retrosternal dan pada anak kecil dapat terjadi sesak napas.

Pada beberapa hari pertama tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan dada tetapi

kemudian dapat timbul ronchi basah kasar dan suara napas kasar. Batuk biasanya

akan menghilang setelah 2-3 minggu. Bila setelah 2 minggu batuk masih tetap ada,

mungkin telah terjadi kolaps paru segmental atau terjadi infeksi paru sekunder.

Mengi (wheezing) mungkin saja terdapat pada pasien bronchitis. Mengi dapat murni

merupakan tanda bronchitis akut, tetapi juga kemungkinan merupakan manifestasi

asma pada anak tersebut, lebih-lebih bila keadaan ini sudah terjadi berulang kali.

Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (2001), tanda dan gejala yang ada yaitu:
a. Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
b. Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
c. Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
d. Pada paru didapatkan suara napas yang kasar

Menurut Ngastiyah (2006), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama,

yaitu:

a. Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan klien

kurang istirahat
b. Daya tahan tubuh klien yang menurun
c. Anoreksia sehingga berat badan klien sukar naik
d. Kesenangan anak untuk bermain terganggu
e. Konsentrasi belajar anak menurun

Gejala awal Bronkhitis, antara lain :

a. Batuk membandel
Batuk kambuhan, berdahak-tidak, berat-tidak. Kendati ringan harus tetap

diwaspadai karena bila keadaan batuk terus menerus bisa menghebat dan

berlendir sampai sesak napas.


b. Sulit disembuhkan

Bisa sering atau tidak tapi sulit disembuhkan. Dalam sebulan batuk pileknya

lebih dari seminggu dan baru sembuh dua minggu, lalu berulang lagi.

c. Terjadi kapan saja

Batuknya bisa muncul malam hari, baru tidur sebentar batuknya grok-grok

bahkan sampai muntah. Bisa juga batuk baru timbul menjelang pagi. Atau

habis lari-lari, ia kemudian batuk-batuk sampai muntah.

Tanda dan gejala secara umum dapat disimpulkan:

a. Sering bersin dan banyak sekret atau lendir


b. Demam ringan
c. Tidak dapat makan dan gangguan tidur
d. Retraksi atau tarikan pada dinding-dinding dada, suprasternal, interkostal

dan subkostal pada inspirasi


e. Cuping hidung
f. Nafas cepat
g. Dapat juga cyanosis
h. Batuk-batuk
i. Wheezing
j. Iritabel
k. Cemas
6. Komplikasi
a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi

kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia


c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis
e. Gagal jantung kongestif
f. Pneumonia
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia
b. Laboratorium : Leukosit > 17.500.
8. Penatalaksanaan
a. Tindakan Perawatan
1) Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan

lender/secret.
2) Sering mengubah posisi.
3) Banyak minum.
4) Inhalasi.
5) Nebulizer
6) Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu

diberikan minum susu atau makanan lain.

Pasien dengan bronchitis tidak dirawat di Rumahsakit kecuali ada komplikasi yang

menurut dokter perlu perawatan di Rumahsakit, oleh karenanya perawatan lebih

ditujukan sebagai petunjuk kepada orang tua. Masalah yang perlu diperhatikan adalah

akibat batuk yang lama dan resiko terjadi komplikasi.


1) Akibat batuk yang lama

Pada bronchitis gejala batuk sangat menonjol, dan sering terjadi siang dan

malam terutama pagi-pagi sekali yang menyebabkan pasien kurang istirahat atau

tidur; pasien akan terganggu rasa aman dan nyamannya. Akibat lain adalah terjadinya

daya tahan tubuh pasien yang menurun, anoreksia, sehingga berat badannya sukar

naik. Pada anak yang lebih besar batuk-batuk yang terus menerus akan mengganggu

kesenangannya bermain, dan bagi anak yang sudah sekolah batuk mengganggu

konsentrasi belajar bagi dirinya sendiri, saudara, maupun teman-temannya.

Untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak

bertambah banyak dengan memberikan obat secara benar dan membatasi aktivitas

anak untuk mencegah keluar banyak keringat, karena jika baju basah akan

menyebabkan batuk-batuk (karena dingin). Untuk mengurangi batuk pada malam hari

berikan obat batuk yang terakhir sebelum tidur. Anak yang batuk apalagi bronchitis

lebih baik tidak tidur di kamar yang ber AC atau memakai kipas angin. Jika suhu

udara dingin pakaikan baju yang hangat, bila ada yang tertutup leherya. Obat gosok

membuat anak merasa hangat dan dapat tidur tenang.Bila batuk tidak segera berhenti

berikan minum hangat tidak manis.

Pada anak yang sudh agak besar jika ada dahak di dalm tenggorokannya

beritahu supaya dibuang karena adanya dahak tersebut juga merangsang

batuk.Usahakan mengurangi batuk dengan menghindari makanan yang merangsang

seperti gorng-gorengan,permen,atau minum es.Jangan memandikan anak terlalu pagi

atau sore,dan memandikan dengan air hangat.


2) Terjadi komplikasi

Bronkhitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung menjadi bronchitis kronik,

sedangkan bronchitis kronik memungkinkan anak mudah mendapat infeksi.

Gangguan pernafasan secara langsung sebagai akibat bronchitis kronik ialah bila

lendir tetap tinggal di dalam paru akan menyebabkan terjadinya atelektasis atau

bronkiektasis, kelainan ini akan menambah penderitaan pasien lebih lama.

Untuk menghindarkan terjadinya komplikasi ini pasien bronchitis harus mendapatkan

pengobatan dan perawatan yang benar sehingga lender tidak selalu tertinggal dalam

paru. Berikan banyak minum untuk membantu mengencerkan lendir; berikan buah

dan makanan bergizi untuk mempertinggi daya tahan tubuh

Pada anak yang sudah mengerti beritahukan bagaimana sikapnya jika ia sedang batuk

dan apa yang perlu dilakukan. Pada bayi batuk-batuk yang keras sering diakhiri

dengan muntah; biasanya bercampur lendir. Setelah muntah bayi menjadi agak

tenang. Tetapi bila muntah berkelanjutan, maka dengan keluarnya makanan dapat

menyebabkan bayi menjadi kurus serta menurunkan daya tahan tubuh. Untuk

mengurangi kemungkinan tersebut setelah bayi muntah dan tenang perlu diberikan

minum susu atau makanan lain.

b. Tindakan Medis
1) Jangan beri obat antihistamin berlebih
2) Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial
3) Dapat diberi efedrin 0,5 1 mg/KgBB tiga kali sehari
4) Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedative

Karena penyebab bronchitis pada umumnya virus maka belum ada obat kausal.

Antibiotik tidak berguna. Obat yang diberikan biasanya untuk penurun demam,
banyak minum terutama sari buah-buahan. Obat penekan batuk tidak diberikan pada

batuk yang banyak lendir, lebih baik diberi banyak minum. Bila batuk tetap ada dan

tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka perlu dicurigai adanya infeksi bakteri

sekunder dan antibiotic boleh diberikan, asal sudah disingkirkan adanya asma atau

pertusis. Pemberian antibiotic yang serasi untuk M. Pneumoniae dan H. Influenzae

sebagai bakteri penyerang sekunder misalnya amoksisilin, kotrimoksazol dan

golongan makrolid. Antibiotik diberikan 7-10 hari dan jika tidak berhasil maka perlu

dilakukan foto thorak untuk menyingkirkan kemungkinan kolaps paru segmental dan

lobaris, benda sing dalam saluran napas, dan tuberkolusis.

BAB III
PERMASALAHAN

Permasalahan yang penulis jumpai adalah seorang anak laki laki berusia 2
tahun dengan gizi buruk disertai dengan batuk lama di Puskesmas Dharmarini tanggal
15 Agustus 2016
Data Pribadi
Nama : An. H
Tanggal lahir : 5 Juni 2014
Usia : 2 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : belum sekolah
Suku / warganegara : Jawa / Indonesia
Alamat : Ds karang kidul RT 4 RW 1, Lungge

Nama ibu : Ny N
Usia ibu : 24 tahun
Pendidikan ibu : SMA
Pekerjaan ibu : ibu rumah tangga
Nama ayah : Tn J
Usia ayah : 29 tahun
Pendidikan ayah : SMA
Pekerjaan ayah : security

Anamnesis
Aloanamnesis dengan ibu pasien saat berkunjung di poliklinik kesehatan desa , lunge
tanggal 16 Agustus 2016 pukul 09.30 WIB
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : Berat badan tidak naik-naik, Batuk lama
Lokasi : seluruh tubuh
Onset dan kronologis: sudah 3 bulan ini (berbulan-bulan) pasien berat
badannya tidak pernah naik dari kms garis merah, dan pasien selalu
mengalami batuk, grok-grok, sulit untuk mengeluarkan dahak, setiap batuk
ngikil mebuat susah tidur dan tidak mau makan,
Kualitas : batuk ngikil, suara grok-grok
Kuantitas : batuk dirasakan setiap hari
Faktor yang memperberat : bila batuk ngikil tidak mau makan
Faktor yang memperingan : diberikan obat batuk yang ada di warung-
warung
Gejala penyerta : kadang sesak nafas, sebah, rewel, Anak tampak kurus,
lemas, susah makan sejak beberapa bulan belakangan ini.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat batuk lama (+)
- Riwayat penyakit seperti ini (+)
- Riwayat pengobatan yang membuat kencing warna merah (-)
- Riwayat bengkak kaki (-)
- Riwayat alergi (-)
- Riwayat sakit asma (-), jantung (-), ginjal (-)
- Riwayat minum jamu-jamuan (-), obat (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat sakit jantung (-)
- Riwayat alergi (-)

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal bersama ibu dan bapak. Ibu tidak bekerja, sedangkan bapak
bekerja sebagai security. Penghasilan rata-rata 1 bulan Rp 1.300.000,00. Kesan
sosial ekonomi kurang

Riwayat pemeliharaan prenatal


Riwayat ANC (+) di bidan, imunisasi TT (+) 1 kali, tablet Fe (+), vitamin (+),
ANB (-), riwayat sakit/ demam saat hamil (-), riwayat tekanan darah tinggi saat hamil
(-), penyakit kencing manis (-), penyakit jantung (-), riwayat minum obat-obatan (-),
riwayat minum jamu (-), minum alkohol (-), riwayat trauma saat hamil (-),
penggunaan obat nyamuk bakar (-), paparan pestisida (-).
Riwayat kelahiran

No Kehamilan dan Persalinan


1. Laki-laki, aterm, spontan, langsung menangis, ditolong bidan

Riwayat Pemeliharaan Postnatal


Anak rutin ditimbang di posyandu dan dicatat di KMS. Namun 3 bulan
terakhir berat badan anak tidk naik dari garis merah di posyandu. Sakit berat setelah
dilahirkan (-).

Riwayat kontrasepsi
Ibu penderita menggunakan KB suntik 3 bulan. Sikap terhadap KB yang
dipilih yakin dan percaya.

Riwayat Imunisasi
BCG : scar (+)
Difteri, Pertusis, Tetanus : hanya diberikan imunisasi DPT 3x
Polio : hanya diberikan imunisasi Polio 2x
Hepatitis : hanya diberikan imunisasi Hepatitis B 3x
Campak :-
Booster :-
Kesan : kelengkapan imunisasi dasar lengkap. Booster (+)
Riwayat Makan dan Minum anak
ASI diberikan sejak lahir sampai usia 2 tahun. Sejak usia 6 bulan, selain
mendapatkan ASI, pasien juga mendapatkan susu formula. Usia 6 bulan diberi biskuit
milna, nasi tim saring dengan lauk tahu tempe, sayur wortel dan bayam 1 mangkok
kecil, 3 kali sehari, kadang tersisa sedikit. Usia 12 bulan sampai sekarang diberi nasi,
sayur, lauk, piring, 3 kali sehari, tidak habis.
Kesan : ASI eksklusif, kuantitas dan kualitas makan dan minum kurang.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan anak
Pertumbuhan :
BBL = 2600 gram, PBL = 46 cm, BB bulan lalu = tidak diketahui, BB saat ini = 8,4
kg, PB sekarang = 82 cm.
TB : 82 cm; BB : 8,4 kg, usia 2,5 tahun
WAZ = - 3,80 SD
HAZ = - 3,06 SD
WHZ = - 3,20 SD
Perkembangan :
Anak bisa tersenyum pada usia 2 bulan, tengkurap 4 bulan, duduk 6 bulan,
merangkak 9 bulan, berdiri 11 bulan, berjalan 12 bulan, berbicara sepatah dua patah
kata 15 bulan.
Kesan : perkembangan anak sesuai dengan umur

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : tampak lemah, kurus, dyspnea (-), ortopnea (-)
kesadaran : E4M6V5=15 Composmentis
Tanda vital :
TD : tidak dilakukan
Nadi : 100 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 24 x/menit
Suhu : 37,5 C (axiler)
TB : 82 cm; BB : 8,4 kg, usia 2,5 tahun
WAZ = - 3,80 SD
HAZ = - 3,06 SD
WHZ = - 3,20 SD
Kesan ; gizi buruk perawakan normal
Kulit : turgor kulit cukup
Mata : konjungtiva palpebra pucat -/-, sklera ikterik -/-
kelopak mata cekung -/-
Telinga : sekret (-), nyeri tekan tragus -/-
Hidung : sekret (+), bening; nafas cuping hidung (-); epistaksis (-)
Mulut : mukosa bibir kering (-), sianosis (-), pursed lips breathing (-)
Tenggorokan : T1-1, faring hiperemis (-)
Leher : pembesaran nnll -/- ; trakea di tengah
Dada : bentuk normal, simetris, emfisematous (-); retraksi supraklavikula (-),
retraksi suprasternal (-), retraksi interkostal (-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V
Perkusi : konfigurasi jantung normal
Auskultasi : HR: 100 x/menit, reguler, bising (-), gallop (-)

Paru Depan :
Inspeksi : Simetri statis dinamis
Palpasi : Stem Fremitus kanan = kiri menurun
Perkusi : Redup pada paru kanan
Auskultasi : SD vesikuler, ronkhi (+/+), wheezing (-)
Paru belakang :
Inspeksi : Simetri statis dinamis
Palpasi : Stem Fremitus kanan = kiri menurun
Perkusi : Redup pada paru kanan
Auskultasi : SD vesikuler, wheezing (-)
Abdomen :
Inspeksi : cembung, mengkilat
Auskultasi : BU (+) normal
Perkusi : timpani, PS (+) N, PA (-)
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan (-)

Extremitas : Superior Inferior


Pucat (-/-) (-/-)
Sianosis (-/-) (-/-)
Edema (-/-) (-/-)
Akral dingin (-/-) (-/-)
Capillary refill <2 < 2
Crazy Pavement Dermatosis (-/-) (-/-)
Muscle wasting (+/+) (+/+)
Baggy pant (-)
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Setelah mendapat permasalahan, maka yang dilakukan selanjutnya adalah


intervensi. Status gizi erat kaitannya dengan masalah sosial, ekonomi, dan tingkat
pendidikan keluarga, sehingga pemilihan intervensi harus tepat. Intervensi yang akan
dilakukan adalah dengan memberikan terapi baik terapi nonmedikamentosa dan terapi
medikamentosa. Terapi nonmedikamentosa adalah dengan melakukan edukasi
langsung kepada keluarga pasien , sedangkan terapi medikamentosa adalah dengan
pemberian obat dan screening lebih lanjut dengan Sp A penyebab dari penyakit
penyerta apakah juga memberikan kontribusi terjadinya gizi buruk pada pasien ini.
Pada kasus gizi buruk ini rencana yang akan dipilih adalah dengan melakukan
penilaian tumbuh kembang anak serta mengobati penyakit penyerta,. Dicari faktor-
faktor yang mempengaruhi gizi buruk. Berdasarkan anamnesis ditemukan batuk lama
yang terjadi berbulan-bulan, bisa jadi terjadi karena adanya infeksi pada paru paru si
anak yang dicurigi yaitu bronchitis akut dan tidak seimbangnya gizi yang ada pada
makanan utama sehari-hari. Sehingga diusulkan menu, jadwal pemberian, serta
latihan makan bagi anak dan juga pemeriksaan lebi lanjut di RS dengan Dokter
Spesialis anak. Selain itu dilakukan edukasi pada ibu untuk mendukung program
rehabilitasi gizi anak. Bagi aspek perkembangan yang belum tercapai, anak diberi
latihan agar semua aspek tercapai. Setelah 4 minggu dilakukan evaluasi berupa
pengukuran ulang tinggi badan dan berat badan anak.
BAB IV
PELAKSANAAN

Terapi non medikamentosa dan terapi medikamentosa diberikan pada hari Selasa
16 Agustus 2016. Terapi non medikamentosa berupa edukasi kepada ibu pasien meliputi
penyampaian informasi mengenai
Penyakit yang diderita pasien saat ini yaitu kemungkinan Brokhitis akut dengan gizi
buruk
Edukasi brokhitis :
penyebab penyakit ini adalah Infeksi pada bronkus atau paru akan diikuti proses

destruksi dinding bronkus daerah infeksi dan kemudian timbul bronchitis.sehingga

menimbulkan masalah lain yaitu berat badan anak yang tidak naik-naik, sehingga

untuk tindakan lebih lanjut perlu dilakukan pemeriksaan menyeluruh dilakukan

dengan konsultasi dengan dokter spesialis anak, untuk itu pasien ini dirujuk ke RSU.

Edukasi Gizi buruk :


Menjelaskan pada orang tua bahwa anak mengalami kurang energi protein yang
harus segera diatasi karena kondisi tersebut membuat tubuh rentan terhadap
infeksi dan memperburuk tumbuh kembang anak, seperti halnya pada kasus ini
anak terinfeksi saluran nafasnya.
Memberikan diet yang sesuai dengan anjuran ; memberikan tambahan sedikit
minyak goreng atau margarin pada makanan dan pada waktu minum susu, untuk
meningkatkan kecukupan kalorinya.
Mengingatkan orang tua untuk terus memantau pertumbuhan anak dengan
kontrol secara rutin. Ibu dapat memeriksakan berat badan anak dengan rutin
datang ke posyandu dan membawa KMS anak.

lain-lain :
o personal hygiene ; cuci tangan, mandi, sikat gigi
o pemeliharaan kebersihan dan kesehatan tempat tinggal lingkungan sekitar;
rumah berventilasi cukup, sinar matahari dapat masuk ke kamar, udara tidak
sering tercemar asap, lantai bersih (minimal disapu sehari sekali)
o apabila selama perawatan anak memburuk, segera dibawa ke dokter
o apabila mendapat antibiotik, usahakan agar diminum sesuai petunjuk dokter dan
dihabiskan selama minimal 5 hari sesuai petunjuk dokter, walaupun sudah ada
perbaikan kondisi
o menggunakan masker wajah bila diperlukan
Terapi medikamentosa yang diberikan:
R/
paracetamol syrup 125 mg fl No 1
dan surat rujukan pemeriksaan radiologi di RSU hari senin berikutnya
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI

Setelah dilakukan pemeriksaan awal untuk mendapatkan data yang lengkap, selanjutnya
ibu menjalankan strategi yang disarankan seperti variasi menu, jadwal makan, cara
penyajian, dan mengurangi pola makan jajan di luar. Hasil akan dimonitor pada posyandu
bulan berikutnya, apabila ibu dan anak tidak datang, maka akan dilakukan kunjungan
rumah. Untuk penyakit bronkhitis diharapkan keluarga membawa pasien ke RSU untuk
mengetahui penyebab pasti apakah benar terdapat bronchitis sehingga bisa mengambil
langkah selanjutnya untuk menyingkirkan kemungkinan bronkhitis ini menyebabkan gizi
anak menjadi buruk karena infeksi pernafasan

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E, 2003, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made
Kariasa; editor, Monica Ester, Edisi 3, Jakarta : EGC
Dona L. Wong, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, Jakrta : Buku
Kedokteran EGC
Keliat, Budi Anna, Proses Keperawatan
Ngastiyah, 2006. Perawatan Anak Sakit, Jakarta : Buku Kedokteran EGC
dr.Rusepno Hasan. 2003. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak
Gunadi Santoso dan Makmuri. 2004. Keperawatan
Taussig, 2002. Perawatan Anak

KOMENTAR / FEED BACK


Temanggung, 13 September 2016

Mengetahui,
Pendamping Dokter Internship Peserta

dr. Novelia Dian T. dr Maula Nurfahdi


NIP. 19621104 199010 2001

You might also like