You are on page 1of 19

MAKALAH AKUNTANSI PERPAJAKAN

KAS DAN SETARA KAS

Dosen Pengampu : Ibu Aviani Widyastuti., SE., Ak., CA

Kelompok:

1. Laras Murdaningrum 201310170311264


2. Ririn Okatia 201310170311299
3. Karina Ismurossa 201310170311312

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Malang
BAB I

PENDAHULUAN

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa pengertian dari Akuntansi Perpajakan


ialah Akuntansi yang diterapkan sesuai dengan peraturan perpajakan. Dan di dalam
mata kuliah ini terdapat salah satu bab yang membahas tentang Kas dan Setara Kas.
Maka dari itu semua disini tim akan menyajikan pembahasan yang lebih mendalam
tentang Kas da Setara Kas.

Kas merupakan alat pembayaran dan bagian dari Aktiva yang liquid, yang
dapat dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan, Kas
dapat berupa uang tunai atau simpanan pada Bank yang dapat digunakan dengan
segera dan diterima sebagai alat pembayaran sebesar nilai nominalnya, seperti uang
kertas dan logam, check dan bilyet giro, simpanan di Bank dalam bentuk giro dan lain-
lain.

Kas dan bank meliputi uang tunai dan simpanan-simpanan di bank yang
langsung dapat diuangkan pada setiap saat tanpa mengurangi nilai simpanan
tersebut.Kas dapat terdiri dari kas kecil atau dana-dana kas lainnya seperti penerimaan
uang tunai dan cek-cek (yang bukan mundur) untuk disetor ke bank ke esokan harinya

Setara Kas adalah Investasi yang sifatnya sangat liquid, berjangka pendek
dan yang dengan cepat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko
perubahan nilai yang sangat signifikan.

Kas kecil disediakan untuk keperluan pembayaran yang jumlahnya kecil dan
tidak praktis bila dilakukan dengan check. Semua pengeluaran kas kecil dicatat pada
buku kas kecil dan hanya diposting kebuku besar sekali saja pada saat pengisian
kembali kas kecil. Dana yang ditentukan dalam kas kecil harus ditetapkan melalui
keputusan manajemen dan tidak boleh melebihi ketentuan tersebut. Pengeluaran-
pengeluaran kas kecil hanya dapat dilakukan setelah perintah pengeluaran kas telah
ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.

Fungsi kas dalam suatu perusahaan sangat penting, karena hamper setiap
kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan selalu berkaitan dengan kas. Maka tanpa
kas perusahaan tidak akan berjalan dengan lancar. Kas yang diperlukan perusahaan
baik digunakan untuk membiayai perusahaan sehari-hari atau pun untuk pembelian
aktiva tetap,memiliki sifat continue maupun tidak continue. Sifat Continue, Untuk
pembelian bahan baku, pembayaran gaji dan upah, membeli supplies kantor habis
pakai, dll. Sedangkan Sifat Tidak Continue, Untuk pembayaran pajak, Dividen,
Angsuran, Hutang, dll
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
karunia akal budi serta hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Kas Dan Setara Kas dengan baik dan terselesaikan tepat
pada waktunya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk pengajuan tugas mata kuliah
Akuntansi Pajak di jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak sekali
bantuan yang di terima baik berupa bimbingan, maupun dorongan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada :
1. Allah SWT
2. Ibu Aviani Widyastuti., S.E., Ak., CA., selaku dosen pembimbing mata
kuliah Akuntansi Pajak
3. Orang tua kami selaku pemberi motivasi
4. Teman-teman selaku pemberi semangat
Dalam pembuatan makalah ini kami banyak menemukan kendala. Salah
satunya saat mencari literature yang sesuai. Selain itu, mengatur waktu saat
mengerjakan makalah bersama. Kami menyadari bahwa makalah ini belum pada
tingkat kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu di benahi. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wacana baru bagi pembaca dan bermanfaat bagi tugas kami selanjutnya.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih atas dukungan dan arahan dari
semua pihak.

Malang, 29 Februari 2016

Penyusun
BAB I I

PEMBAHASAN MATERI

2.1 Definisi Kas Dan Setara Kas

Kas adalah uang tunai yang paling likuid sehingga posini biasanya ditempatkan
pada urutan teratas dari aset.Yang termasuk dalam kas adalah seluruh alat
pembayaran yang dapat digunakan dengan segera seperti uang kertas, uang logam,
dan saldo rekenin ggiro di bank. Menurut PSAK No 2, setara kas adalah investasi yang
sifatnya likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam
jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Pada
umumnya, hanya investasi dengan jatuh tempo asli tiga bulan atau kurang yang
memenuhi syarat sebagai setara kas. Deposito yang jatuh temponya kurang atau
sama dengan tiga bulan dan tidak diperpanjang terus-menerus (rollover) dapat
dikategorikan sebagai setara kas.

Bank adalah saldo rekening giro yang dapat digunakan secara bebas untuk
membiayai kegiatan usaha. Yang tidak termasuk dalam pengertian kas, baik menurut
akuntansi maupun perpajakan adalah:

1. Deposito yang jatuh temponya lebih dari tiga bulan atau rollover
Saldo rekening berupa deposito yang jatuh temponya lebih dari tiga bulan atau
rollover tidak termasuk dalam pengertian kas karena tidak dapat digunakan
sewaktu-waktu.
2. Prangko dan Materai Biasanya perusahaan mempunyai persediaan prangko dan
materai yang dapat dipakai sewaktu-waktu. Persediaan ini tidak termasuk dalam
pengertian kas, sekalipun persediaan ini sering disimpan oleh kasir perusahaan.
Apabila jumlahnya cukup besar, persediaan ini dapat digolongkan kedalam
persediaan perlengkapan alat-alat kantor (supplies).
3. Kas bon atau uang muka. Kas bon merupakan bukti penerimaan uang muka dari
pegawai tidak dapat digolongkan kedalam kas. Kertas-kertas tersebut tidak
dapat digunakan sewaktu-waktu, sehingga tidak dapat dianggap uang tunai.
4. Cek mundur dan cek kosong. Cek mundur tidak dapat diuangkan sampai jatuh
temponya sehingga tidak memenuhi syarat sebagai kas. Cek mundur yang
diterima untuk melunasi piutang belum mengurangi saldo piutang. Apabila dapat
diuangkan karena tidak cukup dananya di bank, cek tersebut disebut kosong.
Cek kosong sama sekali tidak memiliki harga, sehingga tidak dapat dianggap
sebagai asset perusahaan.

Untuk keperluan penyusunan neraca komersial dan neraca fiskal, kas dan bank
dilaporkan sebesar nilai nominal. Perlakuan terhadap kas dan bank dalam perpajakan
dan akuntansi pada umumnya tidak jauh berbeda. Ketentuan perpajakan tidak
mengatur secara rinci mengenai teknik dan metode pembukuan kas dan bank. Oleh
karena itu, praktik akuntansi komersial yang mengatur tentang teknik dan metode
pembukuan kas dan bank dapat diikuti sepenuhnya.

Untuk tujuan pengendalian kas dan bank, perusahaan pada umumnya,


melakukan pemisahan dana antar kas kecil (petty cash) dan kas besar(cash on hand).
Kas kecil umumnya dipakai untuk pengeluaran harian perusahaan yang sifatnya rutin
dan tidak besar jumlahnya. Kas besar umumnya dipakai oleh perusahaan untuk
pengeluaran tertentu dan disimpan oleh perusahaan di dalam brankas. Dalam kas kecil
dikenal dua sistem, yaitu :

1. Imprest fund system (sistem dana tetap dengan pencatatan transaksi dan
mutasi dana kas kecil dilakukan pada saat penggantian dana).
2. Fluctuating fund system (sistem dana berfluktuasi dengan pencatatan transaksi
dan mutasi dana setiap saat).

Sistem Pencatatan Kas Kecil

Transaksi Kas Kecil Metode Pencatatan Kesimpulan


Imprest Fluctuatif
Pembentukan Kas Kas Kecil Kas Kecil Tidak ada perbedaan
Kecil
Kas Besar Kas Besar
Pengeluaran Kas Tidak Mencatat Macam Barang Ada perbedaan
Kecil
Kas Kecil
Pengisian Kas Kecil Macam Barang Kas Kecil Ada perbedaan

Kas Besar Kas Besar


Tgl : 31 Macam Barang Krn semua
(Penyesuaian) transaksi di catat
Kas Kecil
Tgl : 1 (Pembalik) Kas Kecil

Macam Barang

Wajib pajak (WP) dapat memilih salah satu dari kedua sistem di atas dan semua itu
diserahkan sepenuhnya pada praktik pembukuan WP.

2.2 Peraturan Perpajakan Mengenai Bunga Bank

Berdasarkan PP Nomor 131 Tahun 2000 dan KMK Nomor 51/KMK.04/2001,


penghasilan dalam bentuk bunga yang didapat dari deposito/tabungan, diskonto
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan jasa giro (dengan pengecualian yang disebutkan
di bagian selanjutnya) dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 Undang-undang
PPh. Pengenaan pajak atas penghasilan tersebut adalah: (a) sebesar 20 persen dari
jumlah bruto dan bersifat final apabila penerima penghasilan adalah WP dalam negeri
dan Bentuk Usaha Tetap, dan (b) sebesar 20 persen dari jumlah bruto atau dengan
tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dan bersifat final
apabila penerima penghasilan adalah WP luar negeri. Penghasilan atas bunga
deposito/tabungan, diskonto SBI, dan jasa giro dipotong langsung oleh bank pembayar
pada saat pembayaran atau pembebanan biaya; pihak bank tersebut yang akan
membayar atau menyetor PPh 4 ayat 2 tersebut ke Kas Negara menggunakan Surat
Setoran Pajak dan melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak menggunakan Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa PPh 4 ayat 2. Pemotongan pajak tidak dilakukan terhadap

1. Bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto SBI sepanjang jumlah
deposito dan tabungan serta SBI tersebut tidak melebihi Rp. 7.500.000 (tujuh
juta lima ratus ribu rupiah) dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah.
2. Bunga data diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di
Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
3. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh
Dan Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 UU Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun.
4. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka pemilikan
rumah sederhana dan sangat sedehana, kaveling siap bangun untuk rumah
sederhana dan sangat sederhana, atau rumah susun sederhana sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.

Sehubungan dengan pajak final tersebut, pencatatan atas pendapatan bunga


secar fiskal disajikan pada jumlah neto pendapatan bunga yang diterima, yaitu
pendapatan bunga dikurangi PPh 4 ayat 2 atas bunga.

Contoh :Pada tanggal 1 Januari 2007 mendapatkan bunga tabungan sebesar


Rp.1.000.000.

1. Metode bruto (gross method)

Tanggal : 1 Jan 2007 Bank Rp. 800.000


PPh 4 (2) Rp. 200.000
PendapatanBungaRp. 1000.000

Ket : Bunga deposito dan jenis-jenis tabungan, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan
diskon jasa giro, tariff sebesar 20% sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 131 tahun 2000 dan turunannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 51/KMK.
04/2001.
Rp. 1000.000 x 20% = Rp. 200.000

PPh 4(2) diperlukan sebagai beban dan termasuk dalam beban operasional beban
umum dan administrasi.

2. Metode neto (nett method)

Tanggal: 1 Jan 2007 Bank Rp. 800.000


Pendapatan Bunga
Rp.800.000
Menurut transaksi tersebut pada dasarnya pelaporan atas pendapatan bunga
secara fiskal disajikan pada jumlah neto pendapatan bunga yang diterima, yaitu
pendapatan bunga dikurangi PPh 4 ayat 2 atas bunga dengan jumlah Rp. 800.000. Hal
tersebut sesuai dengan Buku Petunjuk Pengisian SPT Tahunan PPh Badan.

Untuk jasa giro dan bunga deposito, perlakuan akuntansi perpajakannya sama
seperti perlakuan akuntansi perpajakan untuk bunga tabungan. Karena penghasilan ini
terkena PPh Final, maka harus dikoreksi negatif dalam rekonsiliasi fiskal pada akhir
tahun.

2.3 Kas dan Bank

Istilah kas menunjuk kepada alat pembayaran yang siap dan bebas
dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan, sedangkan bank
menunjuk kepada sisa rekening giro perusahaan di bank yang dapat dipergunakan
secara bebas untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Dalam pengertian kas
dan bank tidak termasuk dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu, persediaan
prangko, cek mundur, cek kosong dari pihak ketiga, dan rekening giro pada bank di lar
negri yang tidak dapat segera dipakai. Dalam peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun
1994, rekening giro dimasukkan dalam kelompok tabungan. Kepada penabung,
tabungan, termasuk rekening giro, memberikan penghasilan berkala berupa bunga.
Dalam akutansi komersial, penghasilan bunga itu bukan merupakan motivasi utama
pembukaan rekening giro di bank, karena barangkali jumlahnya tidak begitu berarti.
Kalau terdapat bunga dari rekening giro, akuntansi komersial akan mencatatnya
sebagai penghasilan. Sesuai dengan ketentuan perpajakan, bunga itu dikenakan pajak
penghasilan dengan tarif final 15% dan tidak boleh digabung dengan penghasilan yang
lain(yang dikenakan tarif umum). Oleh karena itu, untuk tujuan akuntansi perpajakan
penghasilan itu tidak perlu dicantumkan dalam kelompok penghasilan(kena pajak)
pada akhir tahun.

Bagaimana teknik dan metode pembukuan kas dan bank diselenggarakan,


ketentuan perpajakan tidak mengatur secara rinci. Jadi, praktek akuntansi komersial
dapat diikuti sepenuhnya. Untuk tujuan pengendalian kas dan bank perusahaan
melakukan pemisahan dana antara kas kecil(dipakai untuk pengeluaran harian) dan
kas besar (dipakai untuk pengeluaran tertentu). Biasanya wajib pajak mengoperasikan
kas kecil(petty cash) dengan variasi antara (a) metode imprest (metode dana tetap
dengan pencatatan transaksi dan mutasi dana kas kecil dilakukan pada saat
penggantian dana) atau (b) metode dana berfluktuasi (dengan pencatatan transaksi
dan mutasi dana setiap saat). Semua itu diserahkan sepenuhnya kepada praktek
pembukuan wajib pajak. Demikian juga dengan penyelenggaraan rekonsiliasi antara
saldo kas dan saldo bank. Pada akhir tahun buku, adanya akrualisasi biaya pada
sistem kas kecil dengan metode dana tetap dan sebagai akibat penyesuaian (biaya
dan penghasilan) karena rekonsiliasi saldo kas dengan saldo bank, dalam
penyelenggaraan pembukuan untuk keperluan perpajakan adanya biaya dan
penghasilan dari akrualisasi. Penyesuaian itu harus disesuaikan dengak ketentuan
perpajakan yang berlaku.

2.4 Dana Kas Kecil

Dana Kas Kecil adalah kas yang disediakan untuk membayar pengeluaran
kecil. Terdapat dua metode pencatatan atas dana kas kecil yaitu:

1. Metode Imprest Fund (Metode Saldo Tetap).


Jika metode ini yang digunakan, maka di dalam buku besar disediakan satu
rekening untuk mempertanggungjawabkan dana kas kecil. Saldo rekening ini tetap
jumlahnya. Oleh karena itu jika ada pengeluaran kas kecil pengeluaran ini tidak
dibuat jurnal. Jurnal pengeluaran dilakukan pada saat pengisian kembali
(replenishment) yang biasanya dilakukan dengan menerbitkan cek sesuai bukti-
bukti pengeluaran dari petugas kas kecil.Jika pada akhir tahun ada pengeluaran
kas kecil yang belum diisi kembali, dengan sistem ini pengeluaran ini tentu belum
dicatat, maka pada akhir tahun dibuat jurnal penyesuaian dengan men-debet biaya
atau aset dan meng-kredit rekening Kas Kecil. Selanjutnya pada awal tahun
berikutnya jurnal penyesuaian ini dijurnal balik (direverse), agar pembukuan waktu
pengisian kembali atas pengeluaran tersebut konsisten dengan pembukuan pada
waktu yang lain.
Akuntansi untuk dana kas kecil meliputi akuntansi saat pembentukan,
pengisian kembali, dan ayat jurnal penyesuian jika pada akhir tahun ada
pengeluaran yang belum diisi kembali.

1) Misalkan perusahaan membentuk dana kas kecil dan menyerahkan sebuah cek
nominal Rp 500 kepada petugas akuntansi khusus yang menangani kas kecil.
Jurnal yang dibuat adalah:
Tanggal : 31 Januari
Kas Kecil Rp. 500.000
Kas Rp.500.000

2) Petugas kas kecil mengeluarkan kas kecil untuk membeli supplies kantor Rp 200,
membayar ongkos angkut barang yang dibeli Rp 150 serta biaya lain-lain Rp 75.
petugas akan menerima bukti-bukti pengeluaran. Transaksi ini dicatat dalam
catatan petugas tetapi tidak dalam bentuk jurnal.

3) Karena uang hampir habis maka petugas kas kecil menyerahkan bukti-bukti
pengeluaran sebesar Rp 425 ke bagian keuangan, kemudian petugas menerima
cek sebesar Rp 425. Tindakan ini disebut pengisian kembali (replenishment).
Jurnal yang dibuat:

Tanggal : 30 Desember
Supplies Kantor Rp. 200.000
Transportasion-in Rp. 150.000
Biaya Lain-lain Rp. 75.000
Kas Rp. 425.000

4) Pada akhir tahun petugas kas kecil mengeluarkan kas untuk biaya lain-lain sebesar
Rp 50, namun belum diisi kembali, maka dibuat jurnal penyesuaian oleh bagian
akuntansi sebagai berikut:

Tanggal : 31 Desember
Kas Kecil Rp. 50.000
Biaya Lain-lain Rp. 50.000
2. Metode Saldo Berfluktuasi
Jika metode ini yang digunakan, maka di dalam buku besar disediakan satu
rekening untuk mempertanggungjawabkan dana kas kecil. Petugas kas kecil
membuat catatan atas kas kecil. Untuk membuat jurnal dianalisis dengan seksama
transaksi yang berkaitan dengan kas kecil. Pada hakikatnya hanya ada dua
transaksi yaitu:
1. transaksi yang menambah Kas Kecil, dan
2. transaksi yang mengurangi Kas Kecil.Transaksi yang menambah kas kecil adalah
transaksi pengisian kas kecil atau replenishment. Transaksi yang mengurangi kas
kecil umumnya adalah untuk pembayaran biaya tertentu atau pembelian harta
tertentu.Karena metode saldo berfluktuasi tidak dipakai oleh pemerintah, maka
modul ini tidak memberikan ilustrasi rinci mengenai metode saldo berfluktuasi

2.5 Rekonsiliasi Saldo Kas

Untuk pengendalian, kas dapat disimpan di bank dalam bentuk simpanan giro.
Jika hal ini terjadi maka masing-masing fihak yaitu perusahaan (nasabah) dan bank
akan melakukan pencatatan atas saldo dan perubahan dari saldo kas tersebut.
Perusahaan melakukan pencatatan atas uang yang disimpan di bank di perkiraan
(akun) cash atau cash in bank. Selanjutnya berdasarkan catatan bank, secara berkala
bank biasanya mengirimkan laporan ke nasabah yang lazim disebut rekening koran
(bank statement). Dengan demikian dapat dilakukan perbandingan antara data
menurut perusahaan dengan informasi yang dilaporkan bank.
Rekonsiliasi adalah tindakan membandingkan dua data untuk mencari kesesuaiannya.
Jika rekening koran bank tersebut dibandingkan dengan catatan perusahaan,
kemungkinan ada perbedaan yang dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Transaksi sudah dicatat oleh perusahaan, tetapi belum dilaporkan oleh bank,
seperti:
setoran dalam perjalanan (deposit in transit), yaitu setoran yang dilakukan oleh
perusahaan (biasanya pada akhir suatu periode yang dicakup oleh rekening
koran) dan uang setoran tersebut telah diterima oleh bank tetapi belum masuk
dalam rekening koran bank karena rekening koran bank dibuat mendahului
setoran tersebut.
Cek yang masih beredar (outstanding check), yaitu cek yang sudah dibuat dan
diserahkan oleh perusahaan kepada penerima tetapi sampai akhir periode cek
tersebut belum diuangkan di bank. Akibatnya perusahaan telah mencatat
pengeluaran tetapi bank belum.

2. Transaksi sudah dilaporkan di rekening koran bank, tetapi belum dicatat oleh
perusahaan, seperti:

Biaya bank, yang dibebankan kepada nasabah dengan cara langsung


mengurangi saldo simpanan nasabah. Nasabah biasanya baru mengetahui hal
itu pada saat menerima rekening koran.
Penerimaan tagihan oleh bank, jika bank telah menerima uang dari pelanggan
perusahaan , kadangkala bank memberi tahu hal tersebut bersamaan dengan
rekening koran.

3. Kesalahan, baik yang dilakukan oleh perusahaan maupun oleh bank, misalnya cek
untuk membayar gaji sebesar Rp 192.000.000,00 oleh petugas akuntansi perusahaan
dicatat sebesar Rp 129.000.000,00.Berikut adalah ikhtisar tindakan dalam proses
rekonsiliasi:

a) Transaksi sudah dicatat oleh salah satu pihak tetapi belum dicatat oleh pihak lain.
1. Setoran dalam perjalanan
Perusahaan sudah mencatat penambahan kas tetapi bank belum melaporkan
dalam rekening koran, maka saldo bank perlu ditambah.
2. Cek yang sedang beredar.
Perusahaan telah mencatat sebagai pengeluaran kas tetapi bank belum
mencatat, sehingga saldo bank perlu dikurangi.
3. Biaya bank.
Bank telah mengurangi saldo kas perusahaan, tetapi perusahaan belum
mencatat. Perlakuannya saldo kas menurut perusahaan dikurangi
4. Bunga/jasa giro.
Bank telah menambah saldo kas perusahaan, tetapi perusahaan belum
mencatat. Saldo kas menurut perusahaan perlu ditambah
5. Debitur perusahaan menyetor ke rekening perusahaan di bank
Bank telah menambah saldo kas perusahaan, tetapi perusahaan belum
mencatat, maka saldo kas menurut perusahaan ditambah.
(b) Adanya kesalahan oleh bank atau oleh perusahaan:

1. Penerimaan kas terlalu besar dicatat oleh perusahaan. Saldo kas menurut
perusahaan terlalu besar. Perlakuannya saldo kas menurut perusahaan dapat
dikurangi
2. Penerimaan kas terlalu besar dicatat oleh bank. Saldo kas menurut bank terlalu
besar, maka saldo bank dikurangi
3. Pengeluaran kas terlalu besar dicatat oleh perusahaan. Saldo kas menurut
perusahaan terlalu kecil. Perlakuannya Saldo kas menurut perusahaan
ditambah
4. Pengeluaran kas terlalu besar dicatat oleh bank. Saldo kas menurut rekening
koran terlalu kecil, maka saldo kas menurut RK ditambah
5. Debitur perusahaan menyetor ke rekening perusahaan di bank Bank telah
menambah saldo kas perusahaan, tetapi perusahaan belum mencatat.
Perlakuannya saldo kas menurut perusahaan ditambah
BAB III

ANALISIS KASUS

3.1 Kas dan Setara Kas Laporan Keuangan PT. Gudang Garam dengan Peraturan
Akuntansi Perpajakan.

Menurut PSAK No 2, setara kas adalah investasi yang sifatnya likuid,


berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu
tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Pada umumnya, hanya
investasi dengan jatuh tempo asli tiga bulan atau kurang yang menghisyaratkan
sebagai setara kas. Deposito yang jatuh temponya kurang atau sama dengan tiga
bulan dan tidak di perpanjang terus-menerus (rollover) dapat dikategorikan sebagai
setara kas.

Berdasarkan Laporan Keuangan yang disajikan oleh PT. Gudang Garam terkait
dengan kas dan setara kas, terdapat deposito berjangka pendek dari pihak ketiga
yang disajiakan dalam nereca dengan nominal yang telah dikurangi dengan cerukan.

Analisis bunga deposito (2014)


Depsito berjangka pada bank pihak ketiga :
Rupiah
PT Bank Mega Tbk 92,871
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 63,118
PT Bank Sentral Asia Tbk 54,232
PT Bank Mayapada Internasional Tbk 50,000
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk 38,985
PT Bank Permata Tbk 24,900
PT Bank OCBC NISP Tbk 20,106
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 15,060
PT Bank Pan Indonesia Tbk 10,030
Lain-lain (masing-masing dibawah Rp 1M) 983
Total Rupiah 370,285
Valuta asing
PT Bank Permata Tbk 15,449
PT Bank Mega Tbk 1,259
Total valuta asing 16,708
Total deposito berjangka pada bank pihak ketiga 386,993

Pada akhir 2014, rata-rata tertimbang suku bunga efektif per tahun kas dan
setara kas 1,76%.

Perhitungan Pendapatan Bunga Deposito


Pendapatan bunga deposito = 386.993 x 1,76%
= 6.811,0768
Perhitungan PPh Pasal 4 ayat 2 atas bunga = 6.811,0768 x 20%
= 1.362,21536
Jadi, PPh Pasal 4 ayat 2 atas bunga yang dikenakan pada PT. Gudang Garam
adalah sebesar Rp 1.362.215.360, dimana pengenaan pajak atas bunga
tersebut berpengaruh terhadap Kas dan Setara Kas yang diterima PT. Gudang
Garam yaitu sebesar Rp 5.448.861.440.

Perlakuan deposito berjangka pendek berdasarkan peraturan mengenai PPh


pasal 4 ayat 2. Salah satu objek pajaknya adalah Bunga deposito dan jenis-jenis
tabungan, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan diskon jasa giro, tarif sebesar 20%
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 131 tahun 2000 dan
turunannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 51/KMK. 04/2001. Berdasarkan
peraturan tersebut, penghasilan atas bunga deposito/tabungan, diskonto SBI, dan jasa
giro PT. Gudang Garam dipotong langsung oleh bank pembayar pada saat
pembayaran atau pembebanan biaya; pihak bank tersebut yang akan membayar atau
menyetor PPh 4 ayat 2 tersebut ke Kas Negara menggunakan Surat Setoran Pajak
dan melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak menggunakan Surat Pemberitahuan
(SPT) Masa PPh 4 ayat 2.

Pada laporan arus kas konsolidasi PT. Gudang Garam pada kegiatan operasi
terdapat penerimaan bunga (pendapatan bunga). Sehubungan dengan pajak final
tersebut, pencatatan atas pendapatan bunga secara fiskal disajikan pada jumlah neto
pendapatan bunga yang diterima, yaitu pendapatan bunga dikurangi PPh 4 ayat 2 atas
bunga.
Teknik dan metode pembukuan kas dan bank diselenggarakan, ketentuan
perpajakan tidak mengatur secara rinci. Jadi, praktek akuntansi komersial dapat diikuti
sepenuhnya. Untuk tujuan pengendalian kas dan bank perusahaan melakukan
pemisahan dana antara kas kecil(dipakai untuk pengeluaran harian) dan kas besar
(dipakai untuk pengeluaran tertentu). Biasanya wajib pajak mengoperasikan kas
kecil(petty cash).

Untuk keperluan penyusunan neraca komersial dan neraca fiskal, kas dan bank
dilaporkan sebesar nilai nominal. Perlakuan terhadap kas dan bank dalam perpajakan
dan akuntansi pada umumnya tidak jauh berbeda. Ketentuan perpajakan tidak
mengatur secara rinci mengenai teknik dan metode pembukuan kas dan bank. Oleh
karena itu, praktik akuntansi komersial yang mengatur tentang teknik dan metode
pembukuan kas dan bank dapat diikuti sepenuhnya.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kas adalah uang tunai yang paling likuid sehingga pos ini biasanya
ditempatkan pada urutan teratas dari aset. Sedangkan setara kas adalah investasi
yang sifatnya likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas
dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.

Yang tidak termasuk dalam pengertian kas, baik menurut akuntansi maupun
perpajakan adalah:

Deposito yang jatuh temponya lebih dari tiga bulan atau rollover
Prangko dan Materai
Kas bon atau uang muka
Cek mundur dan cek kosong

Kas Kecil adalah kas yang disediakan untuk membayar pengeluaran kecil.
Terdapat dua metode pencatatan atas dana kas kecil yaitu:

Metode Imprest Fund (Metode Saldo Tetap)


Metode Saldo Berfluktuasi

Untuk keperluan penyusunan neraca komersial dan neraca fiskal, kas dan bank
dilaporkan sebesar nilai nominal. Perlakuan terhadap kas dan bank dalam perpajakan
dan akuntansi pada umumnya tidak jauh berbeda. Ketentuan perpajakan tidak
mengatur secara rinci mengenai teknik dan metode pembukuan kas dan bank. Oleh
karena itu, praktik akuntansi komersial yang mengatur tentang teknik dan metode
pembukuan kas dan bank dapat diikuti sepenuhnya.
DAFTAR PUSTAKA

http: // radenbintang. Blogspot.com/

You might also like