You are on page 1of 25
3ONSEP DAN PENDEKATAN GEOGRAFL Memaknai Hakekat Keilmuannya Prof. Dr. H. Hadi Sabari Yunus, M.A; DRS. Makalah dipresentasikan dalam Sarasehan Forum Pimpinan Pendidikaan Tinggi Geografi: Indonesia: Pada tanggal 18 dan 19 Januari 2008 Di Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Konsep dan Penddekatan Geografi | KONSEP DAN PENDEKATAN GEOGRAFI: Memaknai Hakekat Keilmuannya Hadi Sabari Yunus ABSTRAK Makatah ini beraajuan tuk memberikan masukan kepada para geografiwan, dalam rangka untuk memoniupkan pemahamannya mengenai konsep. dam pendekatan Geograft. Makafau ini tibuat atas dasar masukan dari para alum bahwa sejaul ini masih terdapat kegamangan penichaman dari iim Geografi. Apabita al ini berlangsume terus dibhawatirtan akan terjadi_marginalisast kelimuan baik dalam pengembangan iimusiva maupun dalam ‘hal aplikas! unt kepentingan pembaxgunan. Kecenderungan terjadinya marginalisast Geografiwan telah disinyalr dalam wakiu yung lama dan sampai saat ini hal tersebut masih saa terjadi, karena kurang mantapnsw / solidnya pemahaman konsep dan pendekattn Geograftitu sendiri Kondisi in sangat tidak menguntungkan karena mengatibaikan "adverse negative impacts” yany tidak dikchendati baik bagi perkembangan tint Geograft itu sendiri maupun peranan Geografivan dalam pembangunant Unt ‘maksud mencapai "reempowerment”, makelah ini melontarkan Id-ide praktls untuk ‘menuju pemahaman Konsep dan Pendehatan Utama Geografi yang sold, Karena sinitah letak keunggulan komparatif dan hompetiif imu Geograft dibandingkan dengan iimuciimu yang lain. Farah Geograft dengan Tiga Pendehatan Utama patel, ecological dar regional complex approach) merupakan substan! yang harus Ajai oleh setiap geografiwan sehingga "scenic aignity™ imu ini ie red fetapi menjadi bercakaya Kembali. Hel ini bukan berarti memutup dirt dart pengembangan ilu pengetshuan dan heterkaitunnya dengan iim tain, namun setiap adopsi pendekatan heilmuan dari imu lain harus selatu didasarkan pada jat dri Geograft itu sendiri sekingga marginalisasi peranan ilmu Geograft dan para geografiwan dalam pembangunan tak termarginalisasi. Konsep dan Pendekatan Geografi 2 PENDAHULUAN Geografi merupakan imu yang sangat istimewa, karena sifatnya multi-variate i mana beberapa bidang kajian yang berbeda-beda dipelajari dan membentuk. fesstuan imu yang solid. Sifet inilah yang menguntungkan mereka yang mempelaj Geografikarena bidang kajlan ini bersifat poly entry yang menguntungkan bagi mereka YANG mempelajarinya Karena memberikan feluang lebih banyak bagi mahasiswe Cecerall untuk momperoteh pekesjaan, Lain hanya dengan ilmu-ilmu Tain. yang Kebanyakan bersifat' mono entry schingga untuk memasuki bidang pekerjaan tervente hharus sejalan dan terbatas dengan bidang yang secara khusus dipelajarinya, Di samping sifat mult-variare ini merupakan kekuatan bidang kajian Geosraf fpamun sifit ini pula yang dapat menjadi ttik kelemahan utara bidang kajian Geo apabila tidak mengetahui cara-cara atau kiat-kiat mengatasinya, Pada saat ini tidak banyak lulusan Geografi yang mempunyai posisi kardinal dalam berbagai program Pembangunan dan hanya berperanan marginal saja. Penyebab utamanya adalah tidak Tremahami sepenuhnya Kajian Geografi dengan berar sehingga dalam berbagal kegiatan pembangunan tidak mampu berbi enguasaan ilmunya. Sifat multi-v wuasai semua, Kedua macam Persepsi ini sama-sama tidak menguntungkan. Sifat merasa menguasai semua imu Pongetahuan adalah sangat keliru, karena tidak ada satu orangpun di dunia yang akan ‘mampu menguasai berbagai ilmu pengetahuan. Sifat merasa tidak menguasai semua bidang kajian pendukung dalam Geografi juga tidak benar, karen akan mengakibatkan orang merasa rendah diri dan merasa tidak mampu sehingga tidak banyak yang diperbuat dalam menyumbangkan ilmunya, Dalam cerita pewayangan ada sebuah cerita yang menarik untuk dikemukakan Karena mempunyai alur cerita yang hampir mirip dengan kondisi tersebut, Ada seorang tokoh yang dikenal dengan Arya Sangtui. Dia maha patih kerajaan Astina yang sudah tua, lemah namun penuh trik-trik politik. Pada saat perang Bharatayudha hampir purna, dia maju ke medaa perang sendirian melawan tentara Pandhawa dan dia baru tahu kalau dirinya sangat sakti, tidak mempan semua senjata yang ada dan semua prajurit dapat dikalahkan. Tokoh ini sangat menyesal mengapa tidak semenjak dull dia sadar akan kesaktian dirinya, schingga tidak dapat inemanfaatkannya untuk kemajuan Kehidupannya. Suatu kesadaram yong terlanbat mengenali keinampuan citi, sehingga tidak banyak yang dipetik dari adsnya keunggulan yang dipunyai. Paper ini berujuan luntuk menyadarkan pare Geogratiwan mengenali kesakiian / keunggulan keilmuan dicinya dan membangkitkannya schingga mampu berkiprah lebih banyak dan lebih ‘mantap dalam setiap pembangunan berbasis wilayah di negeri ini DARI MARGINAL MENUJU KARDINAL Berbagai pengalaman menunjukkan bahwa ada kecenderungan marginalisasi Goografi dalam berbagai bidang, lik bidang pendidikan maupun” pembangunan berbasis wilayah. Dua penyebub marginalisasi dapat dikemukakan dalam paper int ysitu penyebab eksternal dan penyebab internal. Penyebab eksternal terkait dengan anggapan / pendapat umum (public opinion) mengenai disiplin ilmu Geograf, ‘sedangkan penyebab intemal terkait dengan perkembangan paradigma keilmuannya, Marginalisasi eksternal terkait dengan pendapa: umum yang telah berkembang dalam ‘masyarakat dan hal ini tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan sistem pendidikan, Di Konsep dan Pendekatan Geograft 3 bidang pendidikan, ditandai oleh munculnya pendapat behwa ilmu Geografi dianggap tidak penting dan kurang berperanan dalam pembangunan dun hal ini berdampak pada kurikulum pendidikan di sekotsi mula ari tingkat sekolah dasar, menengah bakkan sampai dengan perguruan tinggi. \kibat nyata yang ada adalah muneulnya pendapat lumum mengenai kurang berperanannya ilmu Geografi di dalam pembangunan dan hal i terbukti adanya kenyataan bahwa tidak banyak lembaga pemerintah maupun swasia, yang secara tits mongumumkan kebutuannya akan tenaga. yang berkompeten di bidang Geografi. Kesalahan sistem pendidikan ¢ tingkat sckolah mulai dari sekolah dasar sampai menengah yang kurang pas memberikan pengarahan pemahaman arti disipln ilmu Gcografi mengakibatkan kebanyakan orang tidak memahami secara benar akan arti Geografi sesunggchnys. Geografi dianggap sebagai ilmu yang inanya ‘menghafalkan nama-nama secara deskriptif, kualitatif, statis dan bukan ilmu yang bersifat analitis dinamis. Adalah sangat ironis banwa Indonesia yang mempunyai wilayah begitu luas, keragaman wilayah yang begitu bervariasi, sumber daya alam yang begitu kaya hanya mempunyai sedikit institusi pendidikan’Geografi yang mampu menciptakan ahli-abli pengembangan wilayah, Ahli-ahli mana diherapkan. mampu berkiprah secara nyata dalam merumuskan tata ruang dan tata wilayah yang mampu ‘mengantarkan pembangunan negara ini ke perbangunan regional yang sustainable. Secara internal, penyebab marginalisasi dipicu oleh dua penyebab yaitu yang ‘Pertama karena adanya kecenderungan spesialisasi yang makin tajam serta yang kedua adanya adopsi berbagai bidang kajian lain yang tidak berbasis wilayah ke dalam ilinu Geografi. Ke duanya mengakibatkan menjeuhnya para geografiwan dari sifat hakiki Geografi sebagai ilmu yang mempunyai ciri khusus, Akibatnya adalah menjauhnya para "geografiwan” dari sifatfitrah Geografi dan memudarnya pemahaman ilmu Geografi secara utuh sebagai satu entitas keilmuan. Makalah ini lebih ditekankan pada upaya ‘mengatasi sebab-sebab internal, karena dapat secara langsung dilaksanakan dan hal ini merupakan problematik mendesak yang perlu segera mendapat perhatian khusus. Sementara itu upaya mengatasi penyebab ekstemal lebih terkait dengan kebijakan politik dalam jangka yang lebih panjang dan untuk itu perlu pemikiran yang matang untuk bertindak dan hal ini akan menjadi bahan diskusi menarik dalam rangka ‘menyusun strategi kebijakan janzka panjang pada kesempatan lain. Adopsi pendekatan keilmuan dari disiplin di luar Geografi: ‘Adopsi pendekatan ilimu-ilmu sosial lain telah memuneulkan berbagai kajian yang melabelkan dirinya sebagai pendekatan Geografi dan tidak jarang para {eografiwan telah masuk terlalu jauh ke domain bidang kajian lain, sehingga analisis, Gcografinya menjadi kebur dan demikian pula analisis dalam bidang kajian lain juga kabur. Akibat nyata yang timbul adalah tidak mantapnya seseorang menguasai ilmu Geografi dan apalagi ilmu lain karena dasar-dasar pengetahuan yang mendasai i lain tersebut tidak pemiah diperolch dalam studi Geografi. Dari sinilah kemudian muncul marginalisasi imu Geografi itu senditi, Karena scientific dignity Geografi menjadi kabur dan mereka yang menganut atau terjebak dalam arus keilmuan ini tidak mampu berperan sentral daiam setiap kegiatan pembangunan maupun keilmuan, Untuk masuk ke domain ilmu lain jelas kalsh oleh bidang kajian lain itu sendiei karena ilmu- ima dasar pendukungnya tidak dikuasainya dan apabila masuk kembali ke bidang Geografi telah lupa akan jai dirinya, Pada pertengahan abad 20 telah terjadi revolusi kuantitatif yang sangat hebat dan pengaruhnya dalam bidang ilmu pengetahuan sunggu luar bias Geografi, berbagai teknik anclisis kuan‘itaif telah mendomina sehingga seolah-colah setiap kajian Geografi yang tidak menggunakan anal Konsep dan Pendekatan Geograft 4 kuanttatif diangeap tidak ilmiah aiaw mempunyai kualificasi keilmuan yang rendah, Kecenderungan spesialisi sangat marak terjadi, khususnya analisis keruengan dengan berbagai teknik analisis kuantiatif yang canggib, walaupun akhimya disadari bahwa teknik kuantitatif tersebut ternyata tidak memueskan dalam menjawab permasalahan Geografi yang muncul, sehingza teknik analisis kualitaif tetap dipertikan sebagai bagian yang komplementer dari ceknik analisis kuantitatf Spesialisasi yang tidak teranah dan kebablasan: Boulding (1968) dalam artikelnya yang berjudul Zhe General System Theory- The Skeleton of Science telah mengemukakan bahwa spesialisasi yang berlebihan atau Kebablasan akan mengakibatkan suliinya komunikasi ilimiah antar sub-disiplin itu sendiri, sehingga akan kehilangan kesatuan makna ilmu yang utuh. Dalam tulisannya sarjana ini mengungkapkannya dengan sangat tajam sebayai berikut ‘Specialisation has made communication among disciplines and among sub-disciptins increasingly difficult, causing isolated sub-eultures with only tenwous lines of communication between them. In the course of specialisation, not only the domain of science but the receptors of information, the sciemtsts, become specialised, The more that science breaks inio sub-grodps, amd the less the amount of erass- communication that take place, the more likely that the zrowth of knowledge is being inhibited. “Specialised deafness” isthe result. Pada akhit ungkapannya dikemukakan bahvwa hasil_ yang terjadi adalah specialised deafness atau Ketulian spesialisasi, karena masing-masing spesialisasi hanya memikirkan bidang kajiannya sendiri-sendiri dan tidak mau mendengarkan spesialisasi yang lain walaupun berada dalam hatang ilmu yang sama, Hal ini tidak hanya terjadi pada bidang Geografi saja namun juga mewamai bidarg kajian lain. Selanjutnya, sinyalemen yang menyangkut kajian Geografi juga telah diungkapkan oleh beberapa sagjana lain beberapa dekade yang lalu, di antaranya adalah Fisher (1970) dan Coffey (2981) yang, memperkuat sinyalemen yang dikemukakan oleh Boulding di atas, Fisher (1970) mengemukakan {cekhawatirannya tethadap kecenderungan spesialisasi yang makin menjauh dari fitrah Geografi schingga scientific dignity Geografi menjadi hilang, -geography ts in serious danger... of over extending its periphery at the expense of neglecting its base, Makin dalamnya spesialisasi dikhawatirkan akan makin melemahkan hubungan intelektual masing-masing spesialisasi schingga warna Geografinya sendiri semakin tidak kentara, Demikian pula Coffey (1981) mengemukakan hal senada: cunuawithin a fregmented discipline, ane lacking « distinguishable conceptual framework, there may be the danger that individual subfields will become isolated ‘from one another and will maintain lie intellectual inerenurse. Makin mendalamnya spesialisasi akan makin meajauhkan keterkaitan Keilmuan antara satu bidang spesialisasi dengan yang lain, sehingza scientific dignity Geografi juga akan terlupakan dan di sinilah awai malapetaka ity yang tidak lain adalah ‘marginalisasi Geografi. Apabila hal ini tidak segera disadari oleh geografiwan maka Jambat laun imu Geografi ckan kehilangan jaiti diri dan orientasi keilmuannya Konsep dam Pendekatan Geografi $ sehingga marginalisasi Geografi maupun geografiwan dalam pembangunan akan terus berlanjut. Permasalahan besar vang-menjadi tantangan geografiwan masa kini adalah mengubah Kecenderungan yong negatif (marginalisasi Geografi) ini menjadi Kecenderungan positif (Konsep can Pendekaan GeografiGeografi) dalam artian Kembali ke jati diri Geografi itu sendiri atau kembali ke fitrah Geograf, schingga scientific dignity Geografi menjadi jelas dan peranan geografiwan maupun ilu Geografi tidak lagi marginal namun menjadi sentral dan kardinal. Penulis sangat setuja dengan apa yang dikemukakan oleh Brian Goodall (1987) khususaya Geogralt Manusia sebagai contoh cabang Geograti yang banyak mengalami pengaruh adops! pendekatan ilmu lain dan spesialisesi internal, sehingga selentifc dignitynya menjadi memudat. Brian Goodall (1987) mengemukakan babwa apapun pengayaan Keilmuan (Scientific enriching) yang diadopsi dan apapun spesialisasi Keilmuan (scientific specialising) yang dilakukan, kajian Geografi harus selalu mengacu pada tiga tema utama studi Geografi yang dikenal, yaitu (1) penekanan pada pendekatan keruangan dengan mengangkat ruang sebagai variabel (spatial approach): (2) penekanan pada interselasi antara hubungan manusia dengan lingkungannya (ecological approach) dan (3) penekanan pada sintesis antara perdekatan spasial dan pendekstan ekologikal (regional complet approach). Secara spesific Goodall (1987) mengemukakan contohnya untuk Human Geography schagai berikut: Like Geography as a whole, human geography covers three related themes: (Y) spatial analysis ~ the recording and description of human phenomena around the erath’s surface, with special attention 1o the significance of spaceas a variable: (2) the study of the inter-relationships berween human beings and their environment, both naturaland socio-economic; (3) a regional synthesis which combines the fist two themes in specified localities. ‘Temyata pendapat Goodall (1987) tersebut merupakan Konfirmasi dari apa yang pemah dikemukakan oleh Haggett (1983) mengenai tiga pendekatan utama Geograft ‘yang disimpulkannya melalui elaborasi panjang dan mendalam, Baik Geografi Manusia maupun cabang-cabang Geografi yang lain hendaknya mengacu pada tiga pendekaten ini dalam setiap analisisnya apabila tidak maw terjebak pada perangkap marginalisasi keilmuannya. Pemantapan jati diri Geografi hanya dapat dilakukan dengan ‘memantapkan pemabaman ketiga pendekatan ini, Dari sinilah ttik tolak Konsep dan Pendekatan Geografi dapat dilakukan, Dengan mendasarkan setiap analisis fenomena geosfer pada pendekatan utama Geografi ini, peranan Geografi dalam setiap program pembangunan berbasis wilayah (regional based development) akan berperan sentral dan kardinal karena tidak ada satupun program pembangunan berbasis wilayah yang tidak berkaitan dengan wilayah, lingkungan, manusia, sumber daya dan ruang. Pendekatan lutama Geografi adalah pendekatan yang tidak muncul secara instan, namun melalt proses perkembangan paradigma keilmuan Geografi yang sangat lama sampai saat ini an hal ini akan dibahas pada paragraf selanjtnya, PERKEMBANGAN PARADIGMA KEILMUAN GEOGRAFI Paradigma keilmuan Geografi yang ada pada saat ini tidak muncul seeara instan, namun melalui proses yang lana. Dalam sub bab yang berjudul The Legacy of the Past, Waggett (1983) ‘mengemukakan 3 fragmen penting yang menandai Perkembangan pemikiran Geograli, Fragmen wakte yang pertama muncul dari Konsep can Pendekatan Geograft 6 Penclitian-penelitian mandiri yang dilakukan oleh individual scholar; fragmen ke dua ‘muncul dari penelitian-penelitian yang dilaksanakan oleh kslompok-kelompok.iImuwan dan masyarakat seria fragmen yang ke tige muncul dari peneltian-penelitian. yang dilaksanakan oleh organisasi Kemasyarakatan yang lebih luas skalanya baik di tingkat nnasional maupun intemasional Fragmen pertama Jebit menekankan pada masalah-masalah kebumian praktis seperti metoda survai permukaan bumi, navigasi, pembuatan peta dan juga pencetakan atlas. Banyak masalah yang cemula masih menjadi teka-teki manusia dapat dipecahkan dan dijelaskan dari kegiatan penelitian yang dilekukan oleh para geouraffwan pada saat itu. Keterangan yang dapat dikumpulkan kemurtian diplot pada peta yang dihasilkan sehinga informasi ketumian menjadi semal:in terang dan apresiasi tentang eksistens! {imu kebumian menjadi semakin baik. Periode in terjadi pada abad 18 sampai ermulaan abad 19, Fragmen waktu ke dua terjadi mulai abad 19. Upaya menggabungkan Peneltian-penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya oleh kelompok ilmuwan dan terlihat ada 4 kelompok ilmuwan yang terlbat. Kelompok pertama muncul di negara negara tertentu dan kegiatan ekspioresi yang dilaksanakan telah menambah informasi yang lebih komprehensif tentang bagian-bagian dunia yang lain, Kelompok ke dua adalah kelompok pencliti yang lebih professiohal dan angeautanya tidak begitu banyak namun penelitian yang dihasiikan lebih akurat dan detail. Kelompok ke tiga adalah Kelompok peneliti yang berorientasi pada bidang pendidikan semata, Kelompok ke empat adalah kelompok ter‘entu yang merupakan sub bagian dari kelompok professional yang menekankan penelitiannya lebih spesifik. Hal ini mulai muncul pada Pertengahan abad 20 sejalan dengan munculnya revolusi kuantiatif dan nampaknya ‘sampai saat ini arah penelitiannya masih terlihat dengan nyata. Fragmen waktu ke tiga diwarai oleh organisasi-organisasi nasional maupun intemasional yang mencoba mencoba memecahkan- permasalahan nasional maupun slobal. Sejalan dengan hal ini, cibentukiah organisasi geografiwan dalam tingkat nasional maupun intemasional sebagai wahana dan media para. ilmuwan untuk bberkomunikasi. Hal ini terlihat dengan munculnya {GU pada tahuin 1922 dan kemudian ‘mengadakan pertemuan rutin seiap 4 tahun sekali serta di dalamnya terdapat Komisi komisi yang menangani bidang-bidang, kajian khusus. Scmentara itu di masing-ma ‘negara: muncul berbagai organisasi yang mempunyai obyck kajian permukaan buh. Perkembangan penelitian yang kemudian memuncalkan pemikiran-pemikiran Geografi tersebut menghasilkan kategorisas! paradigma Geograli.. Secara garis besat dikenal ada 2 paradigma ulama, yaitu: paradigma tradisional dan paradigma ontemporer (Herbert dan Thomas, 1982; Johnston, et al. 2000). Paradigma tradisfonal ditengarai oleh 3 macam paradigme, yaitu:' (1) exploration paradigm: (2) environmentalism paradigm dan (3) regionalism paradigm. Sementara itu paradigma Kontemporer diwarnai oleh 2 macam paradigma, yaitu (1) quantitative paradigm dan Q) quantitative and qualitative paradigm. Paradigma-paradigma tersebut kemudian menelorkan pendekatan utama Geografi yang dikenal sat ini. Untuk jelasnya lihattabel berikut. Konsep dan Pendekatan Geograft 7 KETERKAITAN PARADIGMA KEILMUAN GEOGRAFI DENGAN PENDEKATANNYA, Paradigma Karakteristik Pendekatannya ‘Traditional Pemetaan dan penggambaran daerah baru | Belum — mempunyai_ Paradigm (1): | yang memotivasi penclitian an | ciri khusus, arena Exploration menghasilkan (ulisan-tulisan sederhana | dianggap _belum Paradigms tentang daerah baru terupa cognitive | berupa metoda ilmiah descroption semata _ ‘Traditional Analisis yang lebih sistematik tentang Paradigm (2): | peranan elenien lingkungan terhadap pola | Ecological Approach | Environmentalism | kegiatan manusia, Analisis morfometrik | Paradigm dan kausalitas—mendominasi —serta | difokuskan hanya pada wilayah tertentu Traditional Analisis lebih. mendalain dan lebih. Iuas Paradigm (3): | dengan membandingkan wilayah satu Regionalism | dengan yang lain dalam penekanan pada | Regional Complex Paradigm Keterkaitan antara elemen lingkwrgan | Approach dengan kegiatan manusianya ‘Contemporary | Analisis pada ruang yang lebih khusus di Paradigm (1 mana spoce dianggap sebagai vatiabel Spatial” Analysis | utama di samping variabel _lainnya, Paradigm Teknik-teknik —aralisis—_-Kvantitatif’| Spatial Approach (quantitative mendominasi setiap penelitian analysis) Contemporary | Analisis pada ruang dan wilayai dalam Paradigm (2): | dimensi temporal dengan menekankan | Spatial Approach / Spatio-tempora? | pada pendekatan kuelitati dan kuantitatit, | Beological Approachy Analysis arena pendckalan huartitatif semata | Regional Complex Paradigm belum mampu mengungkupkan “the reat | Approach (quantitative and world qualitative analyses ‘Sumber: Herbert & Thomas, 1982; Johnston, et al., 2000; Yunus, 2005 Perkembangan Paradigina Tradisional: Tiga macam paradigma yang muncul pada masa ini mempunyai sifat yang berbeda-beda dan produknya “merupakan pencerminan perkembangan tuntutan kkehidupan serta perkembangen teknologi penelitian serta analisis yang ada, Paradigma Eksplorasi (Exploration Paradigin) meropakan perkembangan awal dari "geographical thoteght” yang pernah dikenal arsipnya. Kekhasan paradigma in terlihat dari upaya-upaya pemetaan, penggambaran tempat-tempat baru yang belum banyak diketahui dan pengumpulan fakta-fakta dasar yang berhubungan dengan daerah- daerah yang sebelumnya belum banyak diketahui. Dari kegiatan inilah kemudian Konsep dan Pendekatan Geografi 8 muncul tulisan-tulisan, gambar-gambar, peta-peta daerah yang baru dan menarik sehingga_menumbuhkan motivast yang kuat bagi para peneliti untuk lebih ‘menyempurnakan produk yang sudah dihasilkan sebelumnya baik berupa tulisan-tulisan maupun peta-petanya. Penemuan-penemuan daerah baru yang sebelumnya belum banyak dikenal oleh masyarakat Ivas mulai bermunculan pada saat itu. Sifat dari produk yang dihasilkan berupa ceskripxi dan Kasifikas! wilayah heserta fakta-fakta Japangannya Suatu hal yang mencolok adalah sangat terbatasnys latar belakang teoritis yang ‘mendasari penelitian yang dilaksanakan. Inilah sebabnya mengapa ada beberapa pihak yang berpendapat bahwa uniwk menganggap perkembangan pemikiran Geografi (Geographical thought) pada masa itu sebagai hal yang kurang pas, Oleh Harvey (1969) hal ini disebut sebagei cognitive description yang hanya mengenukakan deskripsi_sederhana tentang apa yang diketahui dan dihasitkan dari pengaturan (ordering) dan klasifikasi (classification) data yang masih sangat sederhana. Oleh kkarena sifatnya yang sangat sedethana, belum dapai diklasifikasikan sebagai metode ilmiah sehingga pada era ini tidak muncul pendekatan yang khas. Paradigma kelinghungan (Environmentalism Paradigm) muncul sebagai perkembangan selanjutnya dari metode sebelumnya. Pentingnyé sajian lebih akurat dan detail telah menuntut penelti-pereliti untuk melakukan penelitian lebih mendalam mengenai elemen-clemen lingkungan fisik di mana kehidupan manusia berlangsung. Paradigma ini terlihat mencuat ke permukaan pada akhir abad 19, di mana pendapat mengenai peranan yang besar dari lingkungan fisik \erhadap pola-pola kegiatan manusia di permukaan bergaung sangat nyata. Hal inilah yang kemudian dikenal sebagai pola pikir geographical determinism. Bahkan sampai dengan pertengahan abad 20 saja, ide-ide ini masih terasa gemanya. Bentuk-beniuk analisa morfometrik: dan analisa kausalitas mulai banyak dilakukan Dalam beberapa hal analisa morfometrik pada taraf awal masih berakar pada deskripsi kognitif semata namun pengembangan sistem geometris permukaan bumi, koordinat dan Klasifikasi data yang dilaksanaken muai lebih lengkap dan akurat schingga telah membuahkan sistematisasi dan klasifikasi data yang lebih akurat pula dibandingkan dengan teknik-teknik yang dipakai sebelumnya. Munculnya analisis Jaringan (network analysis) untuk ‘memeplajari pola-pola dan bentuk-bentuk, kota, misalnya, merupakan salah satu contohnya din kemudian sampai_ pada batas-batas tertentu dapat dimanfaatkan untuk membuat prognostas! dan simulasi. Sebagai contoh yang menarik adalah apa yang dikemukakan oleh Walter Christalfer (1933), Upaya untuk menjelaskan terkondisinya fenomena tertentu, khususnya fuman phenomena olch elemen-elemien tingkungan fisik inulai dilaksanakan lebih baik dan lebih sistematik. Akar dari pada latar belakang analisis hubungan antara manusis dengan lingkungan alam bermula dari sini, Perkembangannya kemudian nmpak bahwa analisis hubungan antara manusi dan lingkungan alam telah memunculkan pandangan bbaru dalam menempatkan mianusia dalam ekosistemnya. Manusia tidak lagi sepenuhnya didikte atau dikontrol oleh lingkungan alam, (etapi manusialah yang mempunyai peran lebih besar dalam menentukan hentuk-bentuk kegiatannya di permukan bumi (geographical possibilisn dan probabitism). Dalam era. ini ‘memunculkan kekhasan pendckatan Keilmuan dalam Geogeali yang kemudian dikenal sebagai pendekatan ekologis (ecologica! approach). Paradigma Kewllayahon (Regionalism Paradigm): Paradigm ini adalah fase terakbir dari perkembangan paradigma tradisional. Di sini nampak unsur fact Jinding racition of exploration di sau sisi dan upaya Konsep den Pendekatan Geografi 9 memunculkan sintesis hubungan manusia dengan lingkungannya di sisi lain nampak mewamaiparadigma ini. —Konsep-konsep region bermunculan sebagai dasar engenalan ruang yang lebih detail. Wilayah ditinjau dari segi tipenya Jormal and Sunctignal regions); wilayah ditinjau dari seg hiarkinya (he first order, the 2" order, ‘the 3" order et. regions) dan wilayah ditnju dar ei kategorinya (the single opie, double topic, mutipte topic, combined topic, total regions ) adalah beberapa contoh konsep-konsep yang muncul sejaian dengan berkembangnya paradigma regionalisme ini dalam membantu analisis. “Di samping iy temporal analysis sebagai sah sat bentuk dimensi dalam causal analysis berkemibang pula pada periode ini ( Rostov, /960; Harvey, 1969). Sementara itu Ley (1977) mengatakan bahia penekanan studi wilayah ini adalah tetap pada bentuk bentuk karya manusia dan keterkaitannya dengan bentang ‘alamaya yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan manusia itu senditi regional studies may involve the identification of uniform regions, the description of segments of the earth surface and specialized! regional monographs. Its Focus was on human artefacts rather than on people, and landscape is taken as a alimpset of human activity. Paradigma keilmuan pada era ini merupakan akar munculnya pendeketan Geografi yang saat ini dikenal sebagai pendckatan kompleks wilayah (regional complex approach). Perkembangan Paradigina Kontemporer: Pada masa ini mulai terjadi petkembangan baru di bidang metoda analisis kuanttatif dan model building. Perkembangan paradigma Geografi pada masa ni juga disebut sebagai periode paradigma analisis kervangan (the spatial analysis paradigm). Coffey (1981) mengemukakan ciri-ciri paradigma Geograti Kontemprer sebagai berikut: is characterized by diversity, rather than unity; specialisation rather than generalized coherence. The discipline, as engaged to-day , is the end product of a complex series of multiple fagmeniations. Among these we may identify (1) the human- physical dichotomy, (2) the tendency’ to create special fielas as the result of the stress laced upon the non spatial properties of phenomena wider investigation and (3) the emphasis upon techniques attendant on the rise of quantitative metwatologies, (4) there is a distinction between quantitative and non quantitative methodologies and (5) there is a dichotomy structure versus process. Pendapat di atas menyiratkan bawa salah satu cii-citi Geografi komtemporer adalah adanya kecenderungan spesialisas' dan gejala ini merupakan hal yang kemudian dikhawatirkan oleh banyak pakar akan menjadi pemicu marginalisasi peranan Geografi itu sendiri karena telah menjauly dari fitrah Geografi. Ditinjau dari teknik analisisnya, periode perkembangan paradigma Kontemporer dibedakan menjadi periode perkembangan analisis kuantitatif dan perkembangan penggabungan analisis kuantitatif dan kualitatif. Paradigma keantitati? muncul sejalan dengan munculnya revolusi kuantitatif dengan ditemukennya alat hitung eleltronik dan teknik-teknik analisis baru. Pada pendekatan ini, variabel yang dianalisis iebih terbatas dan tertentu sifatnya sesuai dengan hupotesis yang dikemukakan, sehingga hasil yang diperoleh terbatas pada uji hipotesis yabg dikemukakan sebelumnya. Hal ini menjadi salah satu kelemahan paradigma ini di mana peneliti tidak mampu mengungkapkan keterkaitannya dengan variabel lain yang sebenamya ada dalam dunia nyata, Setiap fenomena yang akan Konsep dan Pendekatan Geograft 10 diteliti ditentukan batas-batasnya terlebih dahulu sehingea peneliti hanya melihat sepotong Kejadian dari the real world itu sendiri. Atas dasar inilah para pakar menyadari pentingnya analisis kualitatif sebagai sesuatu yang melengkapi analisis Kuantitatif untuk mampu memahami the real world yang merupakan fokus penelitian Geografi Paradigma kedua, menggabungkan pendekatan kuantitatif dengan kualitatif, Hal ini muncul sebagai akibat tidak iampunya pendekatan kuamtitatif untuk menjawab realita Kehidupan tentang suatu sistem yang diwarnai bentuk hubungan antar komponen wilayah dan tidak berdiri sendiri tetapi sangat kompleks sifutnya. Analisis kuantitatit ‘mengarahkan pada konsistensi penitaian dan sementara itu analisis kualitatif mengungkapkan kedalaman makna hubungan antar variabel yang sangat kompleks. Keduanya bersifat komplementer seria menutupi kelemahan masing-masing. Fragmen-fragmen perkembangan penelitian dan pemikiran tersebut kemudian memunculkan berbagai.macam definisi Geografi (Iihat lampiran). Namun demikian, dari sekian definisi Geografi dengan berbagai versi tersebut ternyata mengungkapkan Kesamaan-kesamaan mendasar dalam pandangannya. Ada 3 kesamaan.pandangan ‘mendasar yang dapat diperas dari berbagai definisi Geografi, yaitu (1) obyek studi Geografi adalah permukaan bumi sebagai sasaran studi yang nyata dan bukan sesuatu yang abstrak, Obyele ini selal dikaitkan dengan kepentingan manusia (human oriented / human centered in nature) sebagai environment of Irumanity, yaitu. an environment’ that influences how people tive and organize ‘themselves and at the same time an environment that people helped to modify and build. Q) studi Geografi’ menekankan pada. “spatial organization” dan hubungan ekologisnya dengan manusia (Abler et al. 1971). Bageimana pemanfaatan ruang dengan baik, pemanfaatan sumber deya dengan baik dan bagaimana organisasi wilayah dapat ditata untuk mencapai visi "sustainability G) studi Geografi menyadari adanya sistem yang di dalamnya terdapat Komponen yang banyak dan kompleks yang saling terksit satu dengan yang lainnya Hal ini mengisyaratkan adanya ide bahwa gangguan atau perbaikan pada salah satu Komponen wilayah dapat berimbas positi? maupun negatif terhadap Komponen yang Jain baik dalam skala wilayah loksl, nasional dan bahkan global PENDEKATAN UTAMA GEOGRAFI Dari latar belakang perkeinbangan penelitian dan pemikiran seperti dijelaskan ferdahulu, muncullah 3 pendekatan utama Geografi yang saat ini diikuti oleh geografiwan dunia, yaitu pendckatan kertangan (spat! approach); pendeketan ekologikal (ecological approact) dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach). Pada masa perkembangannya pada sbad 20 memang terdapattarik menarik antara ketiga pendekatan tersebut. Sampai dengan tahun 30an, penelitian-penelitian cenderung ke pendekatan regional dan perkembangan selanjutnya menunjukkan Pergeseran yang sigifikan, Sampai dengan pertengahan abad 20 (tahun 50an) penelitian cenderung menekankan pada pendekatan keruangan... Sampai dengan akhir abad 20 dan permulaan millenium ketiga, penelitian-penelitian bergeser ke pendekatan cekologikal. Pada perkembangan selanjutnya memang muncul pendekatan-pendekatan baru yang diadopsi dari disiplin imu lain, namun demikian pendckatan baru tersebutsifatnya komplementer terhadap pendckatan utama Geografi. Pendekatan komplementer ini muneul bukan dari regional based concept sebagei fitrah Geografi, tetapi dari topik Konsep dan Pendekatan Geografi \1 kajian. Disinilah letak krusialnya studi Gcografi apabila menjadikan pendekatan komplementer sebagai pendekatan utima dan akibatnya adalah marginalisasi peranan Geografi itu sendiri dalam analisis. Untuk pemantapan peranan geografiwan dalam berbagai bidang pembangunan. kita harus kembali ke fitrah Geografi dan memahami seeara mendalam akan pendekalan-pendekatun utama Gcografi sebagai sciomtfic dignity sebingga keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif dapat ditampilkan, ‘Atau dengan kata Iain dapat diungkapkan bahwa dengan pemahaman yang mendalam tentang pendekatan utama Geografi ini, dapat mengerahkan geografiwan dalam memposisikan dirinya dalam pembangunan secara tepat pada bidang keahliannya sendiri (the right man on the right place) dan tidak terjebak ke domain ilmu. lain sehingea tidak mampu menampitkan kinerja yang maksimal. Sescorang.harus ‘menyadari Keterbatasannya dan untuk itu perlu pengarahan minat khusus (spesialisasi) ‘agar mempunyai ketajaman analisis yang meraadai dalam kerangka keilmuan Geograf Berikut ini akar’dikenvukekan pemahaman pendekatan utama Geografi berserta contoh aplikasinya, sehinga geografiwan dapat dengan mudah memahami kehandalannya dan sckaligus keterhatasannya, Pendekatan Keruangan (Spatial Approach): Pendekatan keruangan tidak lain meripakan suatu metoda analisis yang menekankan analisisnya pada eksistensiruang (space) sebagai wadah untuk mengakomodasikan kegiatan manusia dalam menjelaskan fenomena geosfer. Oleh arena obyek studi Geografi adalah geosheric phenomena, maka segala sesuatu yang terkait dengan obyek dalam ruang dapet disoroti dari berbagai matra antara lain (1) pola (aitern); 2) struktur (structure); (3) proses (process); (4) interaksi (interaction); (5) ‘organisasi dalam sistem kervangan (orgamisauion within the spatial system); (6) asosiasi {(assoctation); (7) tendensi atau kecenvlerungan (tendency or trends), (8) pembandingan (comparation) dan (9) sinergisme kervangan (spatial synergism). Ke sembilan matra {ersebut merupakan penggalian penulis dari berbagai sumber textbooks, journals dan hasil-hasil penelitian yang diterbitkan oleh para pakar Geografi. Dengan demikian, minimal ada 9 tema analisis dalam spatial approach yang dikembangkan oleh disiplin Geografi, yaitu (Y) spatial pattern analysts @) spatial siructure emai, @) spatial process analysis, ) spatial imter-action anaisis: G) spatial association analysis (6) spatial organisation analysis; ©) spatial tendeney / trends analysis, @) spatial comparison analysis; ©) spatial synergism analysis. Dalam mengaplikasikan pendekatan keruangan, sescorang tidal: cukup hanya ‘menyebutnya saja namun harus secara eksplisit dan jelas menyebutkan tema apa yang akan dianut serta penjelasan meagenai operasionalisisi pendekatannya. —Aplikasi analisis pendekatan kervangan, minimal meliputi 9 macam dan apabila ke sembilan ‘macam tema analisis tersebut harus silaksanakan maka akan menghabiskan waktu yang lama, tenaga yang banyak, biaya yang besar, penguasaan teknik analisis yang Korsep dan Pe idekatan Geografi 12 mendalam serta kemantapan keilmuan yang memadai. Masing-masing tema analisis mempunyai spesifikasi sendiri yang terkait dengan spesifikasi obyek kajian yang. akan dilaksanakan, Salah satu atau gabungan dari beberapa di antaranya sangat ddimungkinkan untuk dilaksanakan tanpa mengurangi kadar keilmuannya, Oleh Karena alat inderawi manusia sangat terbatas kemampuannya untuk ‘mengamati kebnampakan Geografis di sesuatu wilayah atau di permukaan burni, maka tuntuk maksud analisis keruangan sescorang memerlukan alat bantu. Di sinilah peranan model visualisasi permukaan bum diperinkan kehadirannya, Ketersediaan peta, foto Uudara_maupun citra satelit sengat diperlukan dalam analisis. Namun demikian, gambaran yang ditampitkan dalam peta, foto udara ataupun citra satelit ternyata masih sangat rumit “dan kompleks sifatnya, schingga peneliti dituntut untuk -mampu ‘mengabstraksikannya ke dalam visualisasi yang managable. Simbul-simbul yang lebih sedethana sangat diperlukan dalam al ini, sehingga analisis dapat dilaksanakan dengan lebih mudah. “Simbul-simbul yang secara konvensional dan masih dipakai sampai saat berujud simbul-simbul titi, garis maupun bidang. Visualisasi dari salah satu atau sgabungan dari padanya sangat tergantung dari sifat data dan tujuan analisis. Spatial Pawern Analysis: penekanan utama dari analisis ini adalah pada "sebaran” elemer-clemen pembentuk ruzng. Taraf awal adalah identifikasi mengenai aglomerasi sebarannya dan kemudian dikaitkan dengan upaya untuk menjawab geographic questions. Seperti telah diketahui behwa geographic questions yang dimaksud adalah pertanyaan What, Where, When, Why, Who dan How atau terkenal dengan 5 W dan 1H. Sebagai contoh dapat dikemukakan adanya sebaran kenampakan tertentu (misalnya permukiman) yang mengelompok pada bagian tertentu dan menyebar pada bagian lain. Dalam hal menjawab SW dan 1H akan fimbul pertanyaan yang utama yaitu (1) fenomena apa yang akan divliti (what); dimana gejala tersebut terjadi (where); ikapan kenampekan gejala tersebut ada (when); mengapa terjadi pengelompokan seperti itu (why); siapa yang mendiami (ho): dan bagaimana proses pengelompokan tersebut dapat terjadi (iow). Di dalam penelitian uraian yang mengemukakan mengenai Jawaban SW dan 1H ini mestinya akan tercermin dalam daftar isi yang dibuat oleh Peneliti. Kemendalaman anal'sis akan terlihat dari penekanan jawaban yang sdimuneulkan. Spatial Structure Analys menekankan pada analsis susunan elemen-elemen Pembentuk ruang. Dalam tal ini perlu dipahami bahwa_struktur elemen-elemen keruangan dapat dikemukakan dari berbagai fenomena baik fenomena fisikal maupun fon fisikal. Scbagai contoh dapat dikemukskan di sini adalah struklur ruang.atas dasar Komposisi bentuk pemanfaatan laltannya (dari segi fisik) atau dari segi struktur mata Pencaharian penduduknya (dai segi non fiisik). Sebagai contoh kongkeit adalah dari ‘uang tertentu yang terdiri dati 75% pemanfaatan loan agraris dan 25% pemanfsatan Jahan non agraris dan semeriare itu di bagian lain terdapat 25% pemanfaatan lahan agraris dan 75% pemanfaatan iahan non agraris dan setcrusnya. Demikian pula hanya degan analisis struktur keruangan, tugas utama yang pertama adalah mengidentifikasi susunan keruangan yang ade baru kemudian dikaitkan dengan upaya menjawab geographic questions. Jenis pertenyaan What, When, Where metupakan pertanyaan yang bersifat deskriptif sedangkan pertanysan Why, Who dan How merupakan Pertanyaan yang bersifat analitis Spatial Process Analysis menekankan pada proses kervangan yang biasanya divisualisasikan pada perubalian ruang. Perubahan clemen-olemen pembentuk ruang dapat dikemukakan secara kvaliatif maupun kuantitatif. Setiap analisis perubahan eruangan tidak dapat dilaksanakan tanpamengemukakan dimensi_kewaktuannya, maka dimensi temporal mempunyai peranan utama dalam hal ini. Minimal diperlukan Konsep dan Pendekatan Geograft 13 dua ttik waktw untuk mengenali perupahan. Sebagai contoh adalah penelitian mengenai Perkembangan fisik kota dari tahun 1990 sampai dengan 2005. Dengan membandingkan peta, foto udara atau citra sateit yang multi temporal maka dapat diketahui mengenai proses keruangan yang terjadi. Pertanyaan analitis yang perlu dijawab adalah mengapa terjadi perubahan, bagaimana perubahan itu terjadi dan dampak apa saja yang mungkin timbul dari perabahan tersebut? Spatial Interaction Anaiysis menekankan pada interaksi antar ruang, Hubungan timbal balik antara ruang yang satu dengan yang lain mepunyai variasi ya ‘sangat besar, schingga upaya mengenali faktor faktor pengontrol interaksi menjadi sedemikian penting. Tahap selanjutnya adalah menjawab mengapa terjadi interaksi dan bagaimana interaksi terjadi? Sebagai contoh yang kongkrit adalah proses pengaruh ‘mempengarui antara desa dan kota atau antara Kabupaten X dan Kabupaten Y atau antara Keeamatan A dan Kexeamatan B, Hal ini memang tidak dapat dipisahkan dari analisis organisasi keruangan, Spatial Organisation Analysis bertujuan untuk mengetahui elemen-clemen Jingkungan mana yang berpengarubh terhadap terciptanya tatanan spesifik dari elemen- celemen pembentuk ruang. Penekanan utamanya pada keterkaitan antara kenampakan yang satu dengan yang lain secara individual. Sebagai contoh kongkrit adalah adanya setting dari Kota besar, kota menenengah dan kota kecil yang berada pada suatt wilayah, Apakah tatanan keruangannya menunjukkan edanya dominasi pengaruh dari kota tertentu terhadap kota yang lain? Bagaimana dan mengapa hal tersebut dapat ferjadi? Perbedaan utama dengan Spatial Partern Analysis. adalah pada visualisasi kenampekannya. Pada analisis pola, penekanan utamanya pada kekhasan aglomerasi sedangkan pada analisis organisasi terletak pada keterkaitan / hubungan antar elemen dan hirarki peranan elemen secara individual. Analisis ini kebanyakan diaplikasikan pada organisasi keruangan sistem kota-kota atau sistem permukiman di suatu wilayah yang luas, Spatial Association Analysis bertujuan untuk mengungkapkan terjadinya asosiasi keruangan antara berbagai kenampakan pada sesuatt ruang. Apakah ada Keterkaitan fungsional atas sebaran keruangan atau gejala tertentu dengan sebaran keruangan gejala yang lain? Apakah ada hubungan antara hilangnya lahan pertanian dengan makin banyaknya pendatang-pendatang di suatu daerah /'meningkatnya lahan Permukiman baik dalam juimlah maupun luasannya? Apakah ada asosiasi keruangan antara kepadatan penduduk dengen peningkatan tindak kriminal di beberapa tempat di kota? Untuk mengetahui ada atau tidaknya asosiasi Keruangan antara variabel sati dengan variabel lain dapat dilaksanakan dengan analisis yang mendasarkan pada visualisasi data pada peta ataupun dapat dilaksanakan dengan metode analisis statistik, Spatial Tendeney/Trend Analysis adalah suatu analisis yang menekankan pada uupaya mengetahui kecenderungan perubahan suatu gejala. Hal ini dapat dilakukan berdasarkan space based analysis, ime based analysis maupun gabungan antara space dan time based analysis. Sebagai contoh adalah uncuk mengetahui apakah tera Kecenderungan perkembangan kota ke arah tertentu? Faktor-faktor apa yang menj determinan dan bagaimana proses terjadinya serta konsekuensi keruangan apa yang bbakal terjadi baik untuk jangka pendek maupur. jangka panjang? Dengan mengeplot beberapa unsur morfologi kota baik dalam dimensi multi temporal ataupun bukan, seseorang akan mampu mentaca kecenderungan yang akan terjadi dengan asumsi semuanya berjalan seperti apa yang telah terjadi sebelumnya. Dalam peneitian untuk program doktor, hal ini memjadi tuntutan yang harus dikerjakan oleh peneliti karena menyangkut prognostasi keniangan. yang menjadi salah satu persyaratan kualifikasi ilmiahnya. Analisis ini sebenarnya merupakan Kelanjetan dari tema-tema analisis Konsep dan Pendekatan Geografi 14 sebelumnya, seperti spatial patter anlysis, spatial structure analysis, spatial process analysis dan mungkin juga spatial association analysis, Spatial Comparison Analysis _merupakan suatu analisis yang bertujuan untuk mengetahui kelemahan atau keunggulan sesuatu ruang dibandingkan dengan ruang yang lain. Hal ini sangat penting dilaksanakan dalam studi banding yang mendalam ‘mengenai sesuatu wilayah, dalam rangka mempelajari kelebihan-kelebihan wilayah lain untuk digunakan sebagai dasar penentuan kebijakan pengembangan wilayah, sehingga wilayahnya dapat mengalami kemajuan yang lebib besar. Kebanyakan studi banding yang dilakukan oleh "para pejabat” tidak dilaksanakun secara mendalam ilmiah, namun lebih banyak diwarnai oleh wisata yang tidak diikuti oleb analisis mendalam mengenai obyek kajiannya. Mestinya, suati studi banding harus melibatkan akademisi yang kompeten di bidangnya dan bertugas untuk melaksanakan comparative analysis yang mendalam ilmiah schingga pengalaman wilayah Iain baik berupa pengalaman negatif ataupun positif dapat dijadikan sebsgai pelajaran yang bermanfeat bagi daerahnya, Sebagai contoh nyata adalah studi banding mengenai upaya mengatasi degradasi Iahan di sesuatu wilayah, Hal-hal terkait dengan bentuk degradasi lahan, penyebab degradasi Jahan, dampak degradasi Iahan dan upaya mengatasi degradasi lahan dapat

You might also like