Professional Documents
Culture Documents
08 Mumun Syaban PDF
08 Mumun Syaban PDF
ABSTRACT
This paper presents the findings from a posttest experimental control group design by using
group and individual investigation approaches conducted to investigate students mathematical
power and dispositions. The study involved 330 tenth grade students from three senior high
schools of high, medium, and low cluster. The instruments of the study were a Cognitive Field
Test adopted from Witkin, Moore, Goodenough and Cox, a mathematical power test, and a
mathematical disposition scale. The data were analyzed by using one path and two paths
ANOVA and Steefy test. The study found students mathematical power and disposition of
group investigation approach were better than that of individual investigation appeoach. Both
of them were classified as fairly good and better than that of conventional class. Moreover,
on mathematical power and dispositon, field dependent students was better than that of
field dependent students. Besides those findings, study found interaction between teaching
approach and school cluster on mathematical power and disposition, and between teaching
approach and cognitive field on mathematical power, but no interaction between teaching
approach and cognitive field on mathematical disposition.
Keywords: mathematical power, mathematical disposition, cognitive field, group and individual
investigation
dan rasa ingin tahu, sifat ingin memonitor dan menarik dan mengusik rasa keingintahuan mereka.
merefleksikan cara mereka berfikir; berusaha Siswa dihadapkan pada situasi yang penuh
mengaplikasikan matematika ke dalam situasi pertanyaan yang dapat menimbulkan konfrontasi
lain, menghargai peran matematika dalam kultur intelektual dan mendorong terciptanya investigasi.
dan nilai, matematika sebagai alat dan bahasa. Beberapa aktivitas dalam pendekatan investigasi
Penulis lainnya, Kilpatrick, Swafford, dan Findell adalah: 1) eksposisi guru dalam bentuk menyajikan
(2001).menamakan disposisi matematis sebagai serangkaian pertanyaan yang menimbulkan
productive disposition (disposisi produktif), konfrontasi intelektual, membangkitkan rasa
yakni pandangan terhadap matematika sebagai ingin tahu, mendorong siswa untuk berfikir,
sesuatu yang logis, dan mengahasilkan sesuatu mengembangkan, dan menyelidiki sesuatu, 2)
yang berguna. Serupa dengan pendapat Polking, diskusi di antara siswa, atau antara siswa dan guru;
mereka merinci indikator disposisi matematis 3) melaksanakan kerja praktik; 4) pemantapan
sebagai berikut: menunjukkan gairah dalam dan tugas latihan; 5) pemecahan masalah; dan
belajar matematika, menunjukkan perhatian yang 6) kegiatan investigasi (investigational work).
serius dalam belajar, menunjukkan kegigihan Langkah-langkah pendekatan investigasi yang
dalam menghadapi permasalahan, menunjukkan hampir serupa dikemukakan Flenor (Iryanti, 2004)
rasa percaya diri dalam belajar dan menyelesaikan yaitu: apersepsi, investigasi, diskusi, penerapan,
masalah, menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi, dan pengayaan. Dalam fase investigasi, guru
serta kemampuan untuk berbagi dengan orang berperan selain sebagai fasilitator dan motivator
lain. juga sebagai pengarah untuk membantu siswa
Pada saat ini, daya dan disposisi matematis mengembangkan pertanyaan yang lebih terarah,
siswa belum tercapai sepenuhnya. Hal tersebut menggali pengetahuan siswa, dan mendorong
antara lain karena pembelajaran cenderung siswa untuk memperbaiki hasil yang dicapai.
berpusat pada guru yang menekankan pada Demikian pula Height, Talmagae dan Hart
proses prosedural, tugas latihan yang mekanistik, (Iryanti, 2004) mengemukakan langkah-langkah
dan kurang memberi peluang kepada siswa pendekatan investigasi, yang meliputi: pemberian
untuk mengembangkan kemampuan berfikir soal dan masalah terbuka atau tidak terstruktur
matematis (Djohar, 2003, IMSTEP-JICA , 1999, secara ketat, kemudian siswa diberi kesempatan
dan Marpaung, 2003). Padahal, pentingnya memilih jalan yang sesuai dengan pendapatnya.
mengembangkan kemampuan berfikir dan peran Peran guru seperti di atas juga dikemukakan
guru sudah sejak lama dikemukakan oleh Polya Glasersfeld (Suparno, 1997), dan Nickson
(1973) bahwa untuk mengajarkan cara berpikir, (Hudojo, 1998) Menurut Glasersfeld (Suparno,
guru tidak hanya memberikan informasi tapi 1997), mengajar adalah membantu siswa berpikir
juga menempatkan diri sesuai kondisi siswa, secara benar dengan cara memberi kesempatan
dan memahami apa yang terjadi dalam benak berpikir sendiri. Guru berperan sebagai mediator
siswa. Pendekatan pembelajaran matematika dan fasilitator yang membantu agar proses belajar
yang mengakomodasi pendapat Polya di atas siswa berjalan dengan baik sehingga siswa mampu
terdapat dalam pembelajaran yang berpandangan mengkontruksi pengetahuannya. Pendapat serupa
konstruktivisme.yaitu pembelajaran yang didisain dikemukakan Nickson (Hudojo, 1998), bahwa
untuk membangun konsep/prinsip matematika dalam pembelajaran matematika tugas guru adalah
melalui proses asimilasi dan akomodasi. Menurut membantu siswa untuk membangun konsep-konsep
Bruner (dalam Resnick dan Ford, 1981) salah satu matematika dengan kemampuannya sendiri melalui
cara belajar memahami konsep, dalil, atau prinsip proses internalisasi sehingga konsep itu terbangun
matematika yang baik adalah dengan melakukan kembali melalui transformasi informasi dengan
sendiri penyusunan representasi dari konsep, pengetahuan sebelumnya sehingga membentuk
prinsip, atau dalil tersebut. Proses membangun konsep baru.
pemahaman sendiri seperti di atas antara lain Dari pendapat Glaserfeld dan Nickson di
berlangsung dalam pembelajaran investigasi. atas, dapat dirangkumkan bahwa pembelajaran
Evans (1987), mengemukakan bahwa matematika yang berpandangan konstrukvisme
pembelajaran investigasi adalah pembelajaran mempunyai ciri-ciri antara lain: (1) siswa terlibat
yang memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam belajar, (2) informasi dikaitkan
memikirkan, mengembangkan, menyelidiki hal-hal dengan pengetahuan yang telah dimiliki sehingga
130 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009
Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah
Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi
membentuk skemata baru, sehingga pemahaman dengan menerima (expository). Selain itu, siswa
terhadap informasi baru menjadi lebih kompleks; bergaya kognitif FI, cenderung bekerja secara
(3) orientasi pembelajaran adalah investigasi independent dan kurang menyukai cara belajar
dan penemuan (Hudojo, 1998). Selanjutnya, berkelompok. Sedangkan siswa-siswa FD lebih
untuk berlangsungnya pembelajaran matematika menyukai belajar melalui diskusi kelompok.
yang berpandangan konstruktivisme, Hudoyo Pendekatan Investigasi Kelompok (Group
mengajukan saran sebagai berikut: (1) sediakan Investigation) yang dipelopori oleh Thelen (Joyce,
pengalaman belajar dengan cara mengaitkan Wei dan Calhoun, 2000), selanjutnya diperluas dan
pengetahuan yang sudah dimiliki siswa, (2) diperbaiki oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv
integrasikan pembelajaran dengan situasi realistik (Nurhadi & Senduk, 2003). Thelen mengemukakan,
dan relevan dengan melibatkan pengalaman keunggulan pendekatan investigasi kelompok
konkret; (3) integrasikan pembelajaran yang di antaranya adalah: mampu menciptakan cara
memungkinkan terjadinya interaksi dan kerjasama belajar siswa yang lebih aktif, menumbuhkan
siswa dengan siswa lain dan atau lingkungannya; motivasi belajar mandiri dalam diri siswa, dapat
(4) manfaatkan berbagai media termasuk menumbuhkan minat dan kreativitas siswa,
komunikasi lisan dan tertulis; dan (5) libatkan siswa memupuk cara berpikir analitis dan divergen, dan
secara emosional dan sosial sehingga matematika dapat meningkatkan kepedulian antar anggota
menjadi menarik. kelompok dalam belajar.
Salah satu variabel internal siswa yang perlu Berdasarkan telaahan terhadap pentingnya
dipertimbangan dalam pendekatan pembelajaran pemilikan daya dan disposisi matematis,
manapun adalah gaya kognitif siswa yaitu kesenjangan antara harapan dan kenyataan
gaya belajar yang dipengaruhi oleh pandangan tentang keduanya serta beberapa hasil studi di atas,
perseptual dan intelektual siswa yang bersangkutan mendorong peneliti melakukan suatu eksperimen
(Slameto,1987). Witkin, Moore, Goodenough tentang pengaruh pembelajaran investigasi dan
dan Cox (1977) menggolongkan dua jenis gaya gaya kognitif terhadap pengembangan daya dan
kognitif yaitu yang bersifat global yang disebut disposisi matematis siswa SMA.
gaya kognitif Field Dependent (FD) dan yang
bersifat analitik yang disebut gaya kognitif Field
Independent (FI). Individu yang bergaya kognitif Metode
FD cenderung terikat oleh keadaan sekitarnya Penelitian ini bertujuan menganalisa secara
atau lingkungannya, sedang individu yang bergaya mendalam peranan pendekatan investigasi
kognitif FI mampu membedakan obyek-obyek dari kelompok, investigasi individual, kluster sekolah,
konteks sekitarnya Sesungguhnya, setiap orang dan kemampuan awal matematika siswa terhadap
memiliki kedua macam gaya kognitif yaitu FD dan pengembangan daya dan disposisi matematis
FI, namun, salah satunya selalu lebih dominan. siswa. Selain itu, penelitian ini juga bermaksud
Selain itu, gaya kognitif tersebut bersifat konsisten memeriksa eksistensi interaksi antara pembelajaran
dan dapat mempengaruhi hampir keseluruhan dan kluster sekolah dan pembelajaran terhadap
aktivitas siswa yang berkaitan dengan aspek kogntif daya dan disposisi matematis dan interaksi antara
maupun afektif. Dengan demikian, gaya kognitif pembelajaran dan gaya kognitif siswa terhadap
diduga akan mempengaruhi startegi siswa dalam daya dan disposisi matematis siswa.
memahami pelajaran atau dalam cara belajarnya Sesuai dengan tujuan di atas maka
Namun, tidak berarti bahwa gaya kognitif yang lebih penelitian ini dirancang dalam bentuk eksperimen
unggul dari gaya kognitif lainnya. Pengetahuan dengan disain kelompok kontrol dan postes saja.
terhadap kecendrungan gaya kognitif seseorang Eksperimen dilakukan pada tiga kelas sepuluh (X)
dimaksudkan untuk membantu siswa dalam dari tiga SMA, masing-masing kelas menerapkan
keberhasilan belajarnya. pendekatan investigasi kelompok, investigasi
Hasil studi Grieve dan Davis (Slameto, individual, dan konventional.
1991) menunjukkan bahwa, seorang siswa yang Dengan demikian disain penelitian ini adalah:
lebih dominan memiliki gaya kognitif FD ternyata X1 O
lebih menyukai belajar dengan cara penemuan
X2 O
(discovery). Sedangkan siswa yang dominan
memiliki gaya kognitif FI lebih menyukai belajar O
Pemilihan sampel dilakukan sebagai berikut. b. Berapa selisih valume bola putih dan
Mula-mula dipilih masing-masing satu SMA dari bola hitam pada pola ke -10? Bagaimana cara
peringkat tinggi, satu dari peringkat sedang dan menghitungnya?
satu dari peringkat kurang. Pada tiap sekolah c. Berapa volume semua bola pada ke-n?
terpilih dipilih masing-masing tiga kelas sepuluh (X) Bagaimana cara menghitungnya?
masing-masing satu kelas dengan pembelajaran
investigasi kelompok (X1), satu kelas dengan
investigasi individual (X2) dan satu kelas dengan Butir 2 (mengukur komunikasi matematis)
konventional Semua siswa pada kesembian kelas Perhatikan gambar di bawah ini
tersebut menjadi subyek sampel penelitian ini.
Pada akhir pembelajaran, setiap kelas diberi diberi
Tes daya matematis dan skala disposisi matematis
(O) .
Sebelum pembelajaran dimulai, seluruh
subyek diberi Embeded Group Figures Test a. Lengkapi gambar dengan unsur-unsur
yang diadopsi dari Oltman, Raskin dan Witkin yang relevan:
yang diterjemahkan oleh Lusiana, Joni, Ardhana, b. Kemudian susun suatu soal ceritera yang
dan Degeng, (1995). Tes tersebut untuk sesuai dengan gambar.
mengelompokkan siswa ke dalam kelompok gaya
kognitif field dependent (FD), dan gaya kognitif
Butir 3. (mengukur penalaran generalisasi)
field independent (FI). Selain tes tersebut, juga
diberikan tes awal matematika (PAM) berbentuk Perhatikan gambar di bawah ini
pilihan ganda beralasan dengan lima pilihan. Tes ini B1
Tes DAMAT disusun dalam bentuk uraian terdiri Dari gambar di atas diketahui panjang A1 B1
dari 15 butir tes yang meliputi pemecahan masalah, = 10 cm. Tentukan jumlah panjang garis A1B1 +
koneksi, komunikasi, dan penalaran matematis. A2B2 + A3B3 + A4B4 + A5B5 + . Sifat apa
Berikut ini disajikan tiga butir tes dari 15 butir tes yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan
Daya Matematis (DAMAT) dalam penelitian ini. tersebut? Berikan penjelasan.
Butir 1 (mengukur pemecahan masalah Skala disposisi matematis terdiri dari 44
matematis) pernyataan yang disusun dalam bentuk skala
Seorang anak menyusun bola berwarna putih Likert dalam lima pilihan. Butir-butir pernyataan
dan hitam dengan pola seperti pada gambar di meliputi aspek-aspek: semangat belajar, perhatian,
bawah ini. Tiap bola mempunyai diameter yang kegigihan, percaya diri, rasa ingin tahu, dan berbagi
sama yaitu sebesar dua satuan panjang. dengan orang lain. Selanjutnya data dianalisis
menggunakan program Microsoft Excel XP (2000)
dan SPSS versi 12.0 for Windows (2002), . ANOVA
satu jalur dan ANOVA dua jalur, dan uji Scheffe
(Ruseffendi, H.E.T. (2001).
Pembelajaran pada kelas investigasi
kelompok dan individual diawali dengan pemberian
Pola: 1 2 3 4 dan masalah yang menarik minat siswa untuk
seterusnya. menyelesaikannya. Kemudian guru mengajukan
Pertanyaan: pertanyaan yang mendorong siswa mengajukan
a. Berapa volume semua bola pada pola ke- pertanyaan lain yang investigatif, mencari alternatif
10? Bagaimana cara menghitungnya?
132 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009
Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah
Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi
Tabel 1: Rerata dan Simpangan Baku Tes PAM, DAMAT dan DISMAT
Berdasarkan Peringkat Sekolah dan Jenis Pembelajaran
mengembangkan daya matematis untuk siswa kan daya matematis siswa melalui pembelajaran
sekolah peringkat tinggi dan sedang. investigasi dari pada pembelajaran konvensional
Analisis terhadap DAMAT berdasarkan (Gambar 1).
pembelajaran dan gaya kognitif siswa tercantum
pada Tabel 2. dan Diagram 1 Estimated Marginal Means of Damat
Kelompok
FD 41 20.00 3.63 19.00
20.00
daripada siswa yang mempunyai gaya kognitif FI Eks(1) Eks(2) Kelas Kontrol
kel.3) Temuan ini menunjukkan gaya kognitif FI Gambar 3: Interaksi pendekatan pembelajaran, dan
gaya kognitif terhadap daya matematik
berhasil lebih baik dalam menumbuhkembang-
134 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009
Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah
Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi
Level_Sekolah
Gambar 5: Diagram Interaksi antara pembelajaran
dan gaya kodnitif sekolah terhadap disposisi
160.00
Sekolah Tinggi
matematis
Sekolah
Sedang
150.00 Sekolah
Rendah
Estimated Marginal Means
140.00
180
160
130.00 140
120
100 FI
120.00
80 FD
60
110.00 40
20
0
100.00
1 2 3 4
siswa FD sedikit lebih baik dari siswa FI. Temuan Daftar Pustaka
tersebut menunjukkan bahwa peringkat sekolah,
gaya kognitif FI, dan pembelajaran investigasi Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar
sebagai prediktor yang baik untuk pencapaian Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat
daya matematik siswa. Selanjutnya di antara SMA, MA, SMALB, SMK dan MAK. Jakarta:
ketiga prediktor di atas, pembelajaran investigasi Sekretariat Jenderal Departemen Pendidikan
memberikan peranan terbesar, kemudian diikuti Nasional Republik Indonesia.
berturut-turut oleh peringkat sekolah dan gaya Djohar, M.S. 2003. Pendidikan Strategis, Alternatif
untuk Pendidikan Masa Depan menuji
kognitif FI siswa.
Masyarakat Madani. Bandung: Tarsito.
Seperti pada daya matematis, makin tinggi Evans, J. R. 1987. Investigations. The State of The
peringkat sekolah maka makin tinggi pula disposisi Art of Mathematics in School. January, pp 27
matematis siswa. Secara keseluruhan dan pada 30.
tiap peringkat sekolah, disposisi matematis siswa IMSTEP-JICA 1999. Monitoring Report on Current
yang mendapat investigasi kelompok dan individual Practice on Mathematics and Science
lebih baik dari siswa yang mendapat pembelajaran Teaching and Learning. Bandung: IMSTEP-
JICA
konvensional. Namun tidak terdapat perbedaan
disposisi matematis antara siswa dengan FI Iryanti, P. 2004. Strategi Pembelajaran Matematika
SMA Sesuai Kurikulum 2004. Yogyakarta:
dan siswa dengan FD. Hal ini menyimpulkan Pusat Pengembangan Penataran Guru
pembelajaran investigasi merupakan prediktor yang Matematika.
lebih baik dari peringkat sekolah untuk pencapaian Joyce, B., Weil M., dan Calhoun E. 2000. Model of
disposisi matematis siswa. Teaching. Sydney: Allyn & Bacon.
Kesimpulan lain dari penelitian ini adalah Kilpatrick, J.,Swafford, J.,& Findell, B. 2001. Adding
terdapat interaksi antara peringkat sekolah dan It Up: Helping Children Learn Mathematics.
pembelajaran investigasi terhadap pencapaian Washington, DC: National Academy Press.
daya matematis siswa, dan disposisi matematis. Marpaung, Y. 2003. Perubahan Paradigma
Pembelajaran Matematika di Sekolah.
Makalah disajikan pada Seminar Nasional
Implikasi dan Saran Pendidikan Matematika di Universitas Sanata
Dharma, tanggal 2728 Maret 2003.
Penerapan pendekatan investigasi dapat
NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standards
diimplementasikan di Sekolah Menengah Atas for School Mathematics. Reston, VA: Authur.
(SMA) sebagai suatu alternatif proses pembelajaran
NCTM. 2000. Principles and Standards for School
matematika untuk meningkatkan daya dan Mathematics. Reston, VA: NCTM.
disposisi matematis siswa. khususnya sekolah Polking J. 1998. Response To NCTMs Round 4
peringkat tinggi dan sedang. Untuk itu disarankan Questions [Online] Tersedia: pada http://www.
guru mengubah paradigma pembelajaran ke ams.org/government/argrpt4.html.
arah pandangan kontruktivisma yang mendorong Ruseffendi, H.E.T. 2001. Dasar-Dasar Penelitian
siswa lebih aktif menginvestigasi konsep dan Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya.
menyelesaikan masalah matematis. Semarang: IKIP Semarang Press.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Jenis gaya kognitif siswa mempengaruhi
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
pencapaian daya dan disposisi matematis siswa.
Sumarmo, U. 2002. Daya dan Disposisi Matematik:
Oleh karena itu disarankan guru memahami Apa, Mengapa dan Bagaimana Dikembangkan
jenis gaya kognitif siswanya, sehingga dapat pada Siswa Sekolah Dasar dan Menengah.
merancang pembelajaran yang lebih efektif Makalah disajikan pada Seminar Sehari di
sesuai kecenderungan gaya koginitf siswanya. Jurusan Matematika ITB, Oktober 2002.
Penerapan modifikasi pembelajaran investigasi Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam
dan pembelajaran inovatif lainnya dapat Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
meningkatkan kreativitas guru dalam menyiapkan Vui, T. 2001. Mathematical Investigation. Makalah
bahan ajar. Dengan demikian diharapkan dapat disajikan pada Seameo Recsam, Penang,
Malaysia, 26 February 7 April 2001.
mengembangkan kemampuan profesional guru
dalam mengembangkan pikiran kreatif dan inovatif Witkin, H.A, Moore, C.A, Goodenough, D.R., dan
Cox. P.W. 1977. Field Dependent and Field
dalam mengelola pembelajaran matematika. Independent Cognitive Styles and Their
Educational Implication. Review of Educational
Research. 1(47): 1--64.
136 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009