You are on page 1of 8

Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah

Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi

Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi


Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui
Pembelajaran Investigasi
Mumun Syaban
Universitas Langlangbuana, Bandung - Indonesia

ABSTRACT
This paper presents the findings from a posttest experimental control group design by using
group and individual investigation approaches conducted to investigate students mathematical
power and dispositions. The study involved 330 tenth grade students from three senior high
schools of high, medium, and low cluster. The instruments of the study were a Cognitive Field
Test adopted from Witkin, Moore, Goodenough and Cox, a mathematical power test, and a
mathematical disposition scale. The data were analyzed by using one path and two paths
ANOVA and Steefy test. The study found students mathematical power and disposition of
group investigation approach were better than that of individual investigation appeoach. Both
of them were classified as fairly good and better than that of conventional class. Moreover,
on mathematical power and dispositon, field dependent students was better than that of
field dependent students. Besides those findings, study found interaction between teaching
approach and school cluster on mathematical power and disposition, and between teaching
approach and cognitive field on mathematical power, but no interaction between teaching
approach and cognitive field on mathematical disposition.

Keywords: mathematical power, mathematical disposition, cognitive field, group and individual
investigation

N CTM (1999) menyatakan, tujuan pembelajaran


matematika
kemampuan
adalah
mengeksplorasi,
mengembangkan:
menyusun
dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat genaralisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika,
konjektur; dan menyusun alasan secara logis, (c) memecahkan masalah; (d) mengomunikasikan
kemampuan menyelesaikan masalah non rutin; gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau
kemampuan berkomunikasi secara matematis media lain untuk memperjelas keadaan atau
dan menggunakan matematika sebagai alat masalah, dan (e) memiliki sikap menghargai
komunikasi, kemampuan menghubungkan kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa
antar ide matematika dan antar matematika dan ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
aktivitas intelektual lainnya. Selanjutnya NCTM matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
(2003) menamakan kemampuan di atas dengan pemecahan masalah. NCTM (2003) menamakan
mathematical power process atau daya matematis. tujuan kelima di atas dengan istilah mathematical
Kurikulum Matematika (2006) tidak mencantumkan disposition atau disposisi matematis.
istilah daya matematis secara eksplisit. Namun, Polking (1998), mengemukakan beberapa
secara implisit istilah daya matematis tercermin indikator disposisi matematis di antaranya
dalam empat tujuan pertama pembelajaran adalah: sifat rasa percaya diri dan tekun dalam
matematika yaitu: a) memahami konsep mengerjakan tugas matematik, memecahkan
matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep masalah, berkomunikasi matematis, dan dalam
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara memberi alasan matematis; sifat fleksibel dalam
luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan menyelidiki, dan berusaha mencari alternatif dalam
masalah, (b) menggunakan penalaran pada pola memecahkan masalah; menunjukkan minat,

ISSN : 1907 - 8838 129


EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009
Mumun Syaban

dan rasa ingin tahu, sifat ingin memonitor dan menarik dan mengusik rasa keingintahuan mereka.
merefleksikan cara mereka berfikir; berusaha Siswa dihadapkan pada situasi yang penuh
mengaplikasikan matematika ke dalam situasi pertanyaan yang dapat menimbulkan konfrontasi
lain, menghargai peran matematika dalam kultur intelektual dan mendorong terciptanya investigasi.
dan nilai, matematika sebagai alat dan bahasa. Beberapa aktivitas dalam pendekatan investigasi
Penulis lainnya, Kilpatrick, Swafford, dan Findell adalah: 1) eksposisi guru dalam bentuk menyajikan
(2001).menamakan disposisi matematis sebagai serangkaian pertanyaan yang menimbulkan
productive disposition (disposisi produktif), konfrontasi intelektual, membangkitkan rasa
yakni pandangan terhadap matematika sebagai ingin tahu, mendorong siswa untuk berfikir,
sesuatu yang logis, dan mengahasilkan sesuatu mengembangkan, dan menyelidiki sesuatu, 2)
yang berguna. Serupa dengan pendapat Polking, diskusi di antara siswa, atau antara siswa dan guru;
mereka merinci indikator disposisi matematis 3) melaksanakan kerja praktik; 4) pemantapan
sebagai berikut: menunjukkan gairah dalam dan tugas latihan; 5) pemecahan masalah; dan
belajar matematika, menunjukkan perhatian yang 6) kegiatan investigasi (investigational work).
serius dalam belajar, menunjukkan kegigihan Langkah-langkah pendekatan investigasi yang
dalam menghadapi permasalahan, menunjukkan hampir serupa dikemukakan Flenor (Iryanti, 2004)
rasa percaya diri dalam belajar dan menyelesaikan yaitu: apersepsi, investigasi, diskusi, penerapan,
masalah, menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi, dan pengayaan. Dalam fase investigasi, guru
serta kemampuan untuk berbagi dengan orang berperan selain sebagai fasilitator dan motivator
lain. juga sebagai pengarah untuk membantu siswa
Pada saat ini, daya dan disposisi matematis mengembangkan pertanyaan yang lebih terarah,
siswa belum tercapai sepenuhnya. Hal tersebut menggali pengetahuan siswa, dan mendorong
antara lain karena pembelajaran cenderung siswa untuk memperbaiki hasil yang dicapai.
berpusat pada guru yang menekankan pada Demikian pula Height, Talmagae dan Hart
proses prosedural, tugas latihan yang mekanistik, (Iryanti, 2004) mengemukakan langkah-langkah
dan kurang memberi peluang kepada siswa pendekatan investigasi, yang meliputi: pemberian
untuk mengembangkan kemampuan berfikir soal dan masalah terbuka atau tidak terstruktur
matematis (Djohar, 2003, IMSTEP-JICA , 1999, secara ketat, kemudian siswa diberi kesempatan
dan Marpaung, 2003). Padahal, pentingnya memilih jalan yang sesuai dengan pendapatnya.
mengembangkan kemampuan berfikir dan peran Peran guru seperti di atas juga dikemukakan
guru sudah sejak lama dikemukakan oleh Polya Glasersfeld (Suparno, 1997), dan Nickson
(1973) bahwa untuk mengajarkan cara berpikir, (Hudojo, 1998) Menurut Glasersfeld (Suparno,
guru tidak hanya memberikan informasi tapi 1997), mengajar adalah membantu siswa berpikir
juga menempatkan diri sesuai kondisi siswa, secara benar dengan cara memberi kesempatan
dan memahami apa yang terjadi dalam benak berpikir sendiri. Guru berperan sebagai mediator
siswa. Pendekatan pembelajaran matematika dan fasilitator yang membantu agar proses belajar
yang mengakomodasi pendapat Polya di atas siswa berjalan dengan baik sehingga siswa mampu
terdapat dalam pembelajaran yang berpandangan mengkontruksi pengetahuannya. Pendapat serupa
konstruktivisme.yaitu pembelajaran yang didisain dikemukakan Nickson (Hudojo, 1998), bahwa
untuk membangun konsep/prinsip matematika dalam pembelajaran matematika tugas guru adalah
melalui proses asimilasi dan akomodasi. Menurut membantu siswa untuk membangun konsep-konsep
Bruner (dalam Resnick dan Ford, 1981) salah satu matematika dengan kemampuannya sendiri melalui
cara belajar memahami konsep, dalil, atau prinsip proses internalisasi sehingga konsep itu terbangun
matematika yang baik adalah dengan melakukan kembali melalui transformasi informasi dengan
sendiri penyusunan representasi dari konsep, pengetahuan sebelumnya sehingga membentuk
prinsip, atau dalil tersebut. Proses membangun konsep baru.
pemahaman sendiri seperti di atas antara lain Dari pendapat Glaserfeld dan Nickson di
berlangsung dalam pembelajaran investigasi. atas, dapat dirangkumkan bahwa pembelajaran
Evans (1987), mengemukakan bahwa matematika yang berpandangan konstrukvisme
pembelajaran investigasi adalah pembelajaran mempunyai ciri-ciri antara lain: (1) siswa terlibat
yang memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam belajar, (2) informasi dikaitkan
memikirkan, mengembangkan, menyelidiki hal-hal dengan pengetahuan yang telah dimiliki sehingga

130 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009
Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah
Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi

membentuk skemata baru, sehingga pemahaman dengan menerima (expository). Selain itu, siswa
terhadap informasi baru menjadi lebih kompleks; bergaya kognitif FI, cenderung bekerja secara
(3) orientasi pembelajaran adalah investigasi independent dan kurang menyukai cara belajar
dan penemuan (Hudojo, 1998). Selanjutnya, berkelompok. Sedangkan siswa-siswa FD lebih
untuk berlangsungnya pembelajaran matematika menyukai belajar melalui diskusi kelompok.
yang berpandangan konstruktivisme, Hudoyo Pendekatan Investigasi Kelompok (Group
mengajukan saran sebagai berikut: (1) sediakan Investigation) yang dipelopori oleh Thelen (Joyce,
pengalaman belajar dengan cara mengaitkan Wei dan Calhoun, 2000), selanjutnya diperluas dan
pengetahuan yang sudah dimiliki siswa, (2) diperbaiki oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv
integrasikan pembelajaran dengan situasi realistik (Nurhadi & Senduk, 2003). Thelen mengemukakan,
dan relevan dengan melibatkan pengalaman keunggulan pendekatan investigasi kelompok
konkret; (3) integrasikan pembelajaran yang di antaranya adalah: mampu menciptakan cara
memungkinkan terjadinya interaksi dan kerjasama belajar siswa yang lebih aktif, menumbuhkan
siswa dengan siswa lain dan atau lingkungannya; motivasi belajar mandiri dalam diri siswa, dapat
(4) manfaatkan berbagai media termasuk menumbuhkan minat dan kreativitas siswa,
komunikasi lisan dan tertulis; dan (5) libatkan siswa memupuk cara berpikir analitis dan divergen, dan
secara emosional dan sosial sehingga matematika dapat meningkatkan kepedulian antar anggota
menjadi menarik. kelompok dalam belajar.
Salah satu variabel internal siswa yang perlu Berdasarkan telaahan terhadap pentingnya
dipertimbangan dalam pendekatan pembelajaran pemilikan daya dan disposisi matematis,
manapun adalah gaya kognitif siswa yaitu kesenjangan antara harapan dan kenyataan
gaya belajar yang dipengaruhi oleh pandangan tentang keduanya serta beberapa hasil studi di atas,
perseptual dan intelektual siswa yang bersangkutan mendorong peneliti melakukan suatu eksperimen
(Slameto,1987). Witkin, Moore, Goodenough tentang pengaruh pembelajaran investigasi dan
dan Cox (1977) menggolongkan dua jenis gaya gaya kognitif terhadap pengembangan daya dan
kognitif yaitu yang bersifat global yang disebut disposisi matematis siswa SMA.
gaya kognitif Field Dependent (FD) dan yang
bersifat analitik yang disebut gaya kognitif Field
Independent (FI). Individu yang bergaya kognitif Metode
FD cenderung terikat oleh keadaan sekitarnya Penelitian ini bertujuan menganalisa secara
atau lingkungannya, sedang individu yang bergaya mendalam peranan pendekatan investigasi
kognitif FI mampu membedakan obyek-obyek dari kelompok, investigasi individual, kluster sekolah,
konteks sekitarnya Sesungguhnya, setiap orang dan kemampuan awal matematika siswa terhadap
memiliki kedua macam gaya kognitif yaitu FD dan pengembangan daya dan disposisi matematis
FI, namun, salah satunya selalu lebih dominan. siswa. Selain itu, penelitian ini juga bermaksud
Selain itu, gaya kognitif tersebut bersifat konsisten memeriksa eksistensi interaksi antara pembelajaran
dan dapat mempengaruhi hampir keseluruhan dan kluster sekolah dan pembelajaran terhadap
aktivitas siswa yang berkaitan dengan aspek kogntif daya dan disposisi matematis dan interaksi antara
maupun afektif. Dengan demikian, gaya kognitif pembelajaran dan gaya kognitif siswa terhadap
diduga akan mempengaruhi startegi siswa dalam daya dan disposisi matematis siswa.
memahami pelajaran atau dalam cara belajarnya Sesuai dengan tujuan di atas maka
Namun, tidak berarti bahwa gaya kognitif yang lebih penelitian ini dirancang dalam bentuk eksperimen
unggul dari gaya kognitif lainnya. Pengetahuan dengan disain kelompok kontrol dan postes saja.
terhadap kecendrungan gaya kognitif seseorang Eksperimen dilakukan pada tiga kelas sepuluh (X)
dimaksudkan untuk membantu siswa dalam dari tiga SMA, masing-masing kelas menerapkan
keberhasilan belajarnya. pendekatan investigasi kelompok, investigasi
Hasil studi Grieve dan Davis (Slameto, individual, dan konventional.
1991) menunjukkan bahwa, seorang siswa yang Dengan demikian disain penelitian ini adalah:
lebih dominan memiliki gaya kognitif FD ternyata X1 O
lebih menyukai belajar dengan cara penemuan
X2 O
(discovery). Sedangkan siswa yang dominan
memiliki gaya kognitif FI lebih menyukai belajar O

ISSN : 1907 - 8838 131


EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009
Mumun Syaban

Pemilihan sampel dilakukan sebagai berikut. b. Berapa selisih valume bola putih dan
Mula-mula dipilih masing-masing satu SMA dari bola hitam pada pola ke -10? Bagaimana cara
peringkat tinggi, satu dari peringkat sedang dan menghitungnya?
satu dari peringkat kurang. Pada tiap sekolah c. Berapa volume semua bola pada ke-n?
terpilih dipilih masing-masing tiga kelas sepuluh (X) Bagaimana cara menghitungnya?
masing-masing satu kelas dengan pembelajaran
investigasi kelompok (X1), satu kelas dengan
investigasi individual (X2) dan satu kelas dengan Butir 2 (mengukur komunikasi matematis)
konventional Semua siswa pada kesembian kelas Perhatikan gambar di bawah ini
tersebut menjadi subyek sampel penelitian ini.
Pada akhir pembelajaran, setiap kelas diberi diberi
Tes daya matematis dan skala disposisi matematis
(O) .
Sebelum pembelajaran dimulai, seluruh
subyek diberi Embeded Group Figures Test a. Lengkapi gambar dengan unsur-unsur
yang diadopsi dari Oltman, Raskin dan Witkin yang relevan:
yang diterjemahkan oleh Lusiana, Joni, Ardhana, b. Kemudian susun suatu soal ceritera yang
dan Degeng, (1995). Tes tersebut untuk sesuai dengan gambar.
mengelompokkan siswa ke dalam kelompok gaya
kognitif field dependent (FD), dan gaya kognitif
Butir 3. (mengukur penalaran generalisasi)
field independent (FI). Selain tes tersebut, juga
diberikan tes awal matematika (PAM) berbentuk Perhatikan gambar di bawah ini
pilihan ganda beralasan dengan lima pilihan. Tes ini B1

memuat materi prasyarat dari pembelajaran yang


B2
akan dilaksanakan. Tujuan tes ini adalah untuk
menetapkan dapatkah eksperimen dilaksanakan B3
B4
segera atau haruskah memberikan pembelajaran B5
remedial lebih dulu. Pada akhir pembelajaran,
kepada seluruh siswa diberikan tes daya matematik 30 0
C1
(DAMAT), dan skala diaposisi matematik (DISMAT). A1 A2 A3 A4 A5

Tes DAMAT disusun dalam bentuk uraian terdiri Dari gambar di atas diketahui panjang A1 B1
dari 15 butir tes yang meliputi pemecahan masalah, = 10 cm. Tentukan jumlah panjang garis A1B1 +
koneksi, komunikasi, dan penalaran matematis. A2B2 + A3B3 + A4B4 + A5B5 + . Sifat apa
Berikut ini disajikan tiga butir tes dari 15 butir tes yang digunakan untuk menyelesaikan persoalan
Daya Matematis (DAMAT) dalam penelitian ini. tersebut? Berikan penjelasan.
Butir 1 (mengukur pemecahan masalah Skala disposisi matematis terdiri dari 44
matematis) pernyataan yang disusun dalam bentuk skala
Seorang anak menyusun bola berwarna putih Likert dalam lima pilihan. Butir-butir pernyataan
dan hitam dengan pola seperti pada gambar di meliputi aspek-aspek: semangat belajar, perhatian,
bawah ini. Tiap bola mempunyai diameter yang kegigihan, percaya diri, rasa ingin tahu, dan berbagi
sama yaitu sebesar dua satuan panjang. dengan orang lain. Selanjutnya data dianalisis
menggunakan program Microsoft Excel XP (2000)
dan SPSS versi 12.0 for Windows (2002), . ANOVA
satu jalur dan ANOVA dua jalur, dan uji Scheffe
(Ruseffendi, H.E.T. (2001).
Pembelajaran pada kelas investigasi
kelompok dan individual diawali dengan pemberian
Pola: 1 2 3 4 dan masalah yang menarik minat siswa untuk
seterusnya. menyelesaikannya. Kemudian guru mengajukan
Pertanyaan: pertanyaan yang mendorong siswa mengajukan
a. Berapa volume semua bola pada pola ke- pertanyaan lain yang investigatif, mencari alternatif
10? Bagaimana cara menghitungnya?

132 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009
Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah
Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi

pemecahan masalah tepat, melaksanakan Selain itu, studi menemukan secara


investigasi, membuat dan menguji hipotesis, dan keseluruhan daya matematis siswa yang mendapat
mendiskusikannya.. Pada kegiatan akhir siswa pembelajaran investigasi kelompok (20.54 dari
merangkum, mepresentasikan temuan mereka, 28) lebih baik dari yang mendapat pembelajaran
dan memberikan penjelasan konsep-konsep yang investigas individu (19.17 dari 28) yang keduanya
ditemukan. Pada investigasi kelompok semua tergolong cukup dan lebih baik dari daya matematis
kegiatan di atas dilaksanakan dalam kelompok siswa yang dengan pembelajaran konvensional
kecil siswa, sedang pada investigasi individual (17.78 dari 28) yang tergolong sedang. Temuan
kegiatan dilaksanakan secara individu. serupa terjadi pada sekolah peringkat tinggi
dan peringkat sedang siswa yang mendapat
pembelajaran investigasi kelompok (23.92 dan
Hasil dan Pembahasan
20.89 dari 28) dan lebih baik dari yang dengan
Hasil tes Pengetahuan Awal Matematika pembelajaran investigasi individual (22.12 dan 19.47
(PAM), Daya Matematis (DAMAT) dan Disposisi dari 28) yang tergolong cukup, dan keduanya lebih
Matematis (DISMAT) berdasarkan kluster sekolah baik dari yang dengan pembelajaran konvensional
dan pembelajaran disajikan pada Tabel 1. (17.85 dan 18.02 dari 28) yang tergolong sedang.
Berdasarkan data pada Tabel 1, ditinjau Namun pada peringkat sekolah rendah daya
secara keseluruhan dan berdasarkan peringkat matematis siswa dengan pembelajaran investigasi
sekolah, pada ketiga jenis pembelajaran tidak kelompok,dan individual dan konvensional tidak
terdapat perbedaan PAM siswa, dan kualitas berbeda dan tergolong sedang (berturut-turut
kemampuan tersebut tergolong sedang. Dengan 17.05, 17.00, dan 17.43 dari 28). Temuan tersebut
demikian eksperimen dapat dilaksanakan tanpa melukiskan bahwa pembelajaran investigasi lebih
memberikan pembelajaran remedi terlebih dahulu. unggul dari pembelajaran konvensional dalam

Tabel 1: Rerata dan Simpangan Baku Tes PAM, DAMAT dan DISMAT
Berdasarkan Peringkat Sekolah dan Jenis Pembelajaran

Peringkat Pembel. dan PAM DAMAT DISMAT


sekolah jumlah siswa Rerata SD Rerata SD Rerata SD
Tinggi Investigasi 14.39 3,15 23.92 2.99 154.31 13.23
Kelompok (36)
Investigasi 14.09 3,18 22.12 0.61 148.31 11.64
Individual (33)
Konvensional 14.52 4,07 17.85 4.06 136.05 11.84
(33)
Sub total (102) 14,33 3,45 20.54 3.85 146.46 14.37
Sedang Investigasi 13.37 .2,85 20.89 2.89 142.29 29.69
Kelompok (35)
Investigasi 13.82 3,22 19.47 3.12 139.67 13.43
Individual (38)
Konvensional (44) 13.41 .2,77 18.02 2.41 115.76 26.67
Sub total (117) 13,54 2,91 19.17 3.35 131.46 27.03
Rendah Investigasi 13.18 .2,33 17.05 1.97 146.71 22.98
Kelompok (39)
Investigasi 13.31 1.86 17.00 1.75 135.2 9.37
Individual (35)
Konvensional (37) 13.30 2.73 17.43 2.30 106.25 12.53
Sub total (111) 13,26 2,32 17.18 2.94 129.61 23.63
Gabungan Invest Kelomp 13.64 2.81 20.54 3.85 147.79 23.23
(110)
Investigasi 13.74 2.82 19.17 3.35 140.90 12.72
Individual (106)
Konvensional 13.79 3.20 17.78 2.94 118.55 22.41
(114)
Total (330) 13,71 2,94 19.15 3.57 135.47 23.72
Catatan: Skor ideal untuk PAM adalah 30, DAMAT 28, dan DISMAT 215

ISSN : 1907 - 8838 133


EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009
Mumun Syaban

mengembangkan daya matematis untuk siswa kan daya matematis siswa melalui pembelajaran
sekolah peringkat tinggi dan sedang. investigasi dari pada pembelajaran konvensional
Analisis terhadap DAMAT berdasarkan (Gambar 1).
pembelajaran dan gaya kognitif siswa tercantum
pada Tabel 2. dan Diagram 1 Estimated Marginal Means of Damat

Tabel 2: Rerata DAMAT berdasarkan Pembelajaran


Eksperimen
24.00
Eks(1)
Eks(2)

dan Gaya Kognitif 23.00 Kontrol

Estimated Marginal Means


22.00
Gaya Simpangan
Eksperimen n Rerata
Kognitif baku 21.00

Investigasi FI 69 20.86 3.98 20.00

Kelompok
FD 41 20.00 3.63 19.00

Sub total 110 20.54 3.85 18.00

Investigasi FI 60 20.00 3.47 17.00


Individual
FD 46 18.09 2.87 Sekolah Tinggi Sekolah Sedang Sekolah Rendah
Level_Sekolah
Sub-total 106 19.17 3.35
Konvensional FI 65 17.63 3.09 Gambar 2: Diagram Interaksi antara peringkat
sekolah, dan pembelajaran terhadap daya
FD 49 17.98 2.74
matematis siswa
Total 114 17.78 2.94
Total FI 194 19.51 3.78 Hasil analisis mengenai interaksi antar
FD 136 18.63 3.18 variabel terhadap daya dan diposisi matematis
Total 330 19.15 3.57 tersaji pada Gambar 2, dan Gambar 3, Gambar 4,
Catatan: Skor ideal tes DAMAT: 28. dan Gambar 5. Pada Gambar 2, daya matematis
siswa pada peringkat sekolah tinggi dan sedang
dengan pemebalajaran investigasi lebih baik dari
pada yang dengan pembelajaran konvensional,
21
20.5
20
19.5
Namun pada sekolah peringkat rendah
19
18.5
FI pembelajaran konvensional sedikit lebih unggul.
18
FD
Hasil tersebut menunjukkan terdapat interaksi
17.5
17 antara peringkat sekolah dan pembelajaran
16.5
16 terhadap daya matematis siswa. Demikian pula
1 2 3 4
pada Gambar 2, daya matematis siswa FI dalam
Gambar 1: Diagram Daya matematis siswa pendekatan investigasi kelompok dan individual
berdasarkan gaya kognitif dan peringkat sekolah lebih baik dari pada yang dicapai oleh siswa FD.
Namun pada kelas konvensional siswa FD lebih
Secara keseluruhan dan pada tiap pendekatan baik dari siswa FI dalam daya matematisnya. Hasil
pembelajaran, banyaknya siswa dengan gaya tersebut menunjukkan terdapat interaksi antara
kognitif Field Independent (FI: 69, 60, 65, 194), pembelajaran dan gaya kognitif siswa (Gambar 3).
lebih banyak dari pada yang Field Dependent (FD:
41, 46, 49, 136). Pada Tabel 2. dan Diagram 1
Estimated Marginal Means of DAMAT
siswa dengan gaya kognitif Field Independent
(FI) pada kelas investigasi kelompok, individual, 21.00
Gaya_Kognitif
FI

dan keseluruhan mencapai daya matematik


FD

(20.86, 20.00, 19.51, batang biru kel.1 dan kel. 2)


Estimated Marginal Means

20.00

yang lebih baik dibandingkan siswa dengan gaya


kognitif Field Dependent (FD) (20.00, 18.09, 18.63, 19.00

batang merah, kel.1 dan kel. 2 ) .Sedangkan pada


pembelajaran konvensional daya matematis siswa
18.00

yang mempunyai gaya kognitif FD sedikit lebih baik


17.00

daripada siswa yang mempunyai gaya kognitif FI Eks(1) Eks(2) Kelas Kontrol

(17.98, 17.63, batang merah dan batang biru pada Eksperimen

kel.3) Temuan ini menunjukkan gaya kognitif FI Gambar 3: Interaksi pendekatan pembelajaran, dan
gaya kognitif terhadap daya matematik
berhasil lebih baik dalam menumbuhkembang-

134 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009
Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah
Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi

Selain terhadap daya matematis, studi Estimated Marginal Means of DISMAT


menemukan pula keunggulan pendekatan
investigasi dari konvensional terhadap pencapaian 160.00
Level_Sekolah
Sekolah Tinggi

disposisi matematik. Pada Tabel 1, disposisi Sekolah


Sedang

matematis siswa yang mendapat pembelajaran


150.00 Sekolah
Rendah

Estimated Marginal Means


investigasi kelompok dan individual pada seluruh 140.00

sekolah (147.79, 140.90 dari 215 ) dan pada tiap


peringkat sekolah (154.31, 148.31 dari 215) dan 130.00

(142.29, 139.67, dari 215), dan (146.71, 135.2 120.00

dari 215) lebih baik dari pada disposisi matematis


siswa pada kelas konvensional (118.55, 136.05, 110.00

115.76, dan 106.25, dari 215).


100.00

Eks(1) Eks(2) Kontrol


Estimated Marginal Means of DISMAT Eksperimen

Level_Sekolah
Gambar 5: Diagram Interaksi antara pembelajaran
dan gaya kodnitif sekolah terhadap disposisi
160.00
Sekolah Tinggi

matematis
Sekolah
Sedang
150.00 Sekolah
Rendah
Estimated Marginal Means

140.00
180
160
130.00 140
120
100 FI
120.00
80 FD
60
110.00 40
20
0
100.00
1 2 3 4

Eks(1) Eks(2) Kontrol


Eksperimen
Gambar 6: DISMAT Berdasarkan Gaya Kognitif
Gambar 4: Diagram Interaksi antara pembelajaran Kesimpulan
dan peringkat sekolah terhadap disposisi matematis
Secara keseluruhan daya matematis siswa
Temuan tersebut menunjukkan pendekatan tergolong cukup baik. Secara lebih rinci, daya
investigasi mampu menumbuh kembangkan matematis siswa yang mendapat pembelajaran
disposisi matematis siswa. Selain dari itu, investigasi kelompok lebih baik dari yang mendapat
pada pembelajaran investigasi individual dan investigasi individual,. keduanya tergolong cukup
konvensional disposisi matematis siswa level baik dan lebih baik dari daya matematis siswa
sekolah tinggi lebih baik daripada siswa pada yang mendapat pembelajaran konvensional yang
level sekolah sedang dan rendah, tetapi pada tergolong sedang. Ditinjau dari peringkat sekolah,
pembelajaran investigasi kelompok disposisi makin tinggi peringkat sekolah makin tinggi
matematis siswa pada level sekolah rendah lebih pula daya matematis siswa, dan pada sekolah
baik daripada level sekolah sedang. Dengan kata peringkat tinggi dan peringkat sedang, siswa
lain terdapat interaksi antara model pembelajaran yang mendapat investigasi kelompok mencapai
dengan peringkat sekolah dalam disposisi daya matematis lebih baik dari yang mendapat
matematis (Gambar 4). investigasi individual dan keduanya lebih baik dari
Namun bila ditinjau dari gaya kognitif, disposisi yang mendapat konvensional. Temuan lainnya
mathematis siswa dengan Field Independent (FI) yaitu secara keseluruhan dan pada tiap jenis
dan Field Dependent (FD) tidak berbeda secara pembelajaran, jumlah siswa dengan gaya kognitif
signifikan.. Hal ini menunjukkan tidak terdapat Field Independent (FI) lebih banyak dari yang Field
interaksi anatara pembelajaran dan gaya kognitif Dependent (FD). Pada pembelajaran investigasi,
terhadap disposisi matematis (Gambar 5 dan daya matematis siswa FI lebih baik dari siswa FD,
Gambar 6). sedang pada kelas konvensional daya matematis

ISSN : 1907 - 8838 135


EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009
Mumun Syaban

siswa FD sedikit lebih baik dari siswa FI. Temuan Daftar Pustaka
tersebut menunjukkan bahwa peringkat sekolah,
gaya kognitif FI, dan pembelajaran investigasi Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar
sebagai prediktor yang baik untuk pencapaian Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat
daya matematik siswa. Selanjutnya di antara SMA, MA, SMALB, SMK dan MAK. Jakarta:
ketiga prediktor di atas, pembelajaran investigasi Sekretariat Jenderal Departemen Pendidikan
memberikan peranan terbesar, kemudian diikuti Nasional Republik Indonesia.
berturut-turut oleh peringkat sekolah dan gaya Djohar, M.S. 2003. Pendidikan Strategis, Alternatif
untuk Pendidikan Masa Depan menuji
kognitif FI siswa.
Masyarakat Madani. Bandung: Tarsito.
Seperti pada daya matematis, makin tinggi Evans, J. R. 1987. Investigations. The State of The
peringkat sekolah maka makin tinggi pula disposisi Art of Mathematics in School. January, pp 27
matematis siswa. Secara keseluruhan dan pada 30.
tiap peringkat sekolah, disposisi matematis siswa IMSTEP-JICA 1999. Monitoring Report on Current
yang mendapat investigasi kelompok dan individual Practice on Mathematics and Science
lebih baik dari siswa yang mendapat pembelajaran Teaching and Learning. Bandung: IMSTEP-
JICA
konvensional. Namun tidak terdapat perbedaan
disposisi matematis antara siswa dengan FI Iryanti, P. 2004. Strategi Pembelajaran Matematika
SMA Sesuai Kurikulum 2004. Yogyakarta:
dan siswa dengan FD. Hal ini menyimpulkan Pusat Pengembangan Penataran Guru
pembelajaran investigasi merupakan prediktor yang Matematika.
lebih baik dari peringkat sekolah untuk pencapaian Joyce, B., Weil M., dan Calhoun E. 2000. Model of
disposisi matematis siswa. Teaching. Sydney: Allyn & Bacon.
Kesimpulan lain dari penelitian ini adalah Kilpatrick, J.,Swafford, J.,& Findell, B. 2001. Adding
terdapat interaksi antara peringkat sekolah dan It Up: Helping Children Learn Mathematics.
pembelajaran investigasi terhadap pencapaian Washington, DC: National Academy Press.
daya matematis siswa, dan disposisi matematis. Marpaung, Y. 2003. Perubahan Paradigma
Pembelajaran Matematika di Sekolah.
Makalah disajikan pada Seminar Nasional
Implikasi dan Saran Pendidikan Matematika di Universitas Sanata
Dharma, tanggal 2728 Maret 2003.
Penerapan pendekatan investigasi dapat
NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standards
diimplementasikan di Sekolah Menengah Atas for School Mathematics. Reston, VA: Authur.
(SMA) sebagai suatu alternatif proses pembelajaran
NCTM. 2000. Principles and Standards for School
matematika untuk meningkatkan daya dan Mathematics. Reston, VA: NCTM.
disposisi matematis siswa. khususnya sekolah Polking J. 1998. Response To NCTMs Round 4
peringkat tinggi dan sedang. Untuk itu disarankan Questions [Online] Tersedia: pada http://www.
guru mengubah paradigma pembelajaran ke ams.org/government/argrpt4.html.
arah pandangan kontruktivisma yang mendorong Ruseffendi, H.E.T. 2001. Dasar-Dasar Penelitian
siswa lebih aktif menginvestigasi konsep dan Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya.
menyelesaikan masalah matematis. Semarang: IKIP Semarang Press.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Jenis gaya kognitif siswa mempengaruhi
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
pencapaian daya dan disposisi matematis siswa.
Sumarmo, U. 2002. Daya dan Disposisi Matematik:
Oleh karena itu disarankan guru memahami Apa, Mengapa dan Bagaimana Dikembangkan
jenis gaya kognitif siswanya, sehingga dapat pada Siswa Sekolah Dasar dan Menengah.
merancang pembelajaran yang lebih efektif Makalah disajikan pada Seminar Sehari di
sesuai kecenderungan gaya koginitf siswanya. Jurusan Matematika ITB, Oktober 2002.
Penerapan modifikasi pembelajaran investigasi Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam
dan pembelajaran inovatif lainnya dapat Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
meningkatkan kreativitas guru dalam menyiapkan Vui, T. 2001. Mathematical Investigation. Makalah
bahan ajar. Dengan demikian diharapkan dapat disajikan pada Seameo Recsam, Penang,
Malaysia, 26 February 7 April 2001.
mengembangkan kemampuan profesional guru
dalam mengembangkan pikiran kreatif dan inovatif Witkin, H.A, Moore, C.A, Goodenough, D.R., dan
Cox. P.W. 1977. Field Dependent and Field
dalam mengelola pembelajaran matematika. Independent Cognitive Styles and Their
Educational Implication. Review of Educational
Research. 1(47): 1--64.

136 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST Vol. III No. 2 Juli 2009

You might also like