You are on page 1of 13

Pneumonia yang Terjadi pada Anak

Novia Kartina
102013149
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No 6, Jakarta Barat 11510
noviakartina@yahoo.co.id

Abstrak

Infeksi saluran napas bawah akut menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang
cukup tinggi bagi anak-anak maupun dewasa. Infeksi ini dapat dijumpai dalam berbagai
bentuk,yang tersering adalah pneumonia. Pneumonia ini dapat terjadi secara primer yang
merupakan tahap lanjutan manifestasi dan lainnya misalnya perluasan bronkiektasis yang
terinfeksi. Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran pertukaran gas
setempat.Cara penularan melalui percikan ludah, kontak langsung lewat mulut atau kontak
tidak langsung melalui peralatan yang terkontaminasi pada saluran pernafasan. Gejala klinis
pneumonia antara lain demam, batuk, sesak, pernapasan dangkal, retraksi sela iga,
pernapasan cuping hidung, nafas mendengkur, bahkan sianosis.

Kata Kunci : Pneumonia, Infeksi Saluran Nafas

Abstract
Acute lower respiratory tract infections cause morbidity and mortality are high enough
for children and adults. This infection can be found in various forms, the most common is
pneumonia. Pneumonia can occur primer which is an advanced stage and other
manifestations such as expanded infected bronchiectasis. Pneumonia is an inflammation of
the lung parenchyma, distal to the terminal bronchioles which includes the respiratory
bronchioles and alveoli, as well as the consolidation of lung tissue and causing disruption of
gas exchange exchange setempat.The transmission through saliva splashed, direct contact by
mouth or indirect contact through contaminated equipment the respiratory tract.Clinical
symptoms of pneumonia include fever, cough, shortness, shallow breathing, retractions
intercostal space, nostril breathing, snoring breath, even cyanosis.
Keywords: Pneumonia, Respiratory Tract Infection

Pendahuluan

1
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri
yang merupakan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang paling sering
menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita.Bakteri penyebab pneumonia yang paling
sering adalah streptococcus pneumonia (pneumokokus), Hemophilus influenza tipe b (Hib)
dan Staphylococcus aureus (S.aureus). Diperkirakan 75% pneumonia pada anak balita Negara
berkembang termasuk Indonesia disebabkan pneumokokus dan Hib.Di seluruh dunia
diperkirakan terjadi lebih dari 2 juta kematian balita akibat pneumonia.Di Indonesia menurut
survei kesehatan rumah tangga tahun 2001 kematian bayi akibat pneumonia 5 per 1000 balita
per tahun. Ini berarti bahwa pneumonia menyebabkan kematian lebih dari 100.000 balita
setiap tahun.1Merujuk pada angka-angka diatas bisa dimengerti bahwa para ahli menyebutnya
pneumonia sebagai The forgotten pandemic atauwabah yang terlupakan karena begitu
banyak korban meninggal akibat pneumonia tetapi sangat sedikit perhatian yang diberikan
kepada masalah pneumonia. Tidak heran bila kontribusinya yang besar terhadap kematian
balita pneumonia dikenal sebagai pembunuh balita nomor satu.1

Anamnesis
Dalam anamnesis,dapat tanyakan mengenai keluhan atau gejala seputar pneumonia,
bisa lokal dengan bentuk batuk produktif, sesak napas, atau nyeri pleuritik. Batuk bisa juga
produktif menghasilkan sputum (seringkali berwarna hijau) atau mengandung darah ( klasik
sputum berwarna kerat pada pneumonia pneumokokal)dan bisa juga disertai gejala sistemik,
seperti kelelahan, anoreksia, mialgia, demam, dan mengigil. Jika berat, pneumonia bisa
menimbulkan gejala gagal napas, syok, atau bingung.Pasien bisa memiliki penyakit
pernapasan yang mendasar seperti PPOK atau asma, atau imunosupresi akibat obat-obatan,
HIV, neutropenia, atau baru menderita influenza. Etiologi penting lain diantaranya adalah
aspirasi, berkurangnya batuk akibat nyeri pada dinding dada (misalnya fraktur iga,
pascaoperasi), dan obstruksi bronkial akibat tumor bronkial.1
Pada pasien anak, dapat ditanyakan pada ibunya atau orang terdekat (alloanamnesis).
Jika anak tersebut mengeluh sesak, tanyakan sudah berapa lama? Bagaimana awalnya;
mendadak atau bertahap? Apa yang sedang dilakukan pasien pada saat awal gejala
(berbaring, berlari, berjalan,dsb)? Apakah memburuk? Apa yang memicunya atau
meredakannya (postur tubuh, obat, atau oksigen)? Adakah gejala penyerta (nyeri dada, batuk,
palpitasi, hemoptisis, mengi, demam/sifat demam)?1
Tanyakan juga apakah ibunya punya riwayat penyakit paru ? adakah anak atau ibunya
alergi ? kebiasaan merokok (misal, dalam keluarga satu rumah) ?tanyakan juga obat-obatan

2
yang sebelumnya digunakan ? dan hal-hal yang berkaitan dengan riwayat/lingkungan sosial
pasien.1

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan pada pneumonia umumnya dilakukan dengan cara TTV (tanda-tanda


vital), inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pada TTV biasanya didapatkan suhu
subfebril atau tinggi, takikardi, dan peningkatan frekuensi nafas. Pada inspeksi harus
diperhatikan bentuk thoraks dan pergerakannya, keadaan sela iga (pada pneumonia sela iga
akan mencekeung/retraksi). Selain itu juga yang bisa kita inspeksi adalah apakah pasien
mengalami sesak napas, batuk-batuk atau sianosis dan juga melihat apakah napas pasien
cepat atau lambat. Pada palpasi thoraks anterior dan posterior pasien, raba sela iga
(normal, mencembung/mencekung) dan melakukan pemeriksaan vokal fremitus pada thoraks
anterior dan posterior. Pada perkusi pemeriksa mengetuk dinding dada dan mendengar
hasilnya apakah pekak (adanya massa tumor/cairan), hipersonor (pada emfisema), redup
(adanya infiltrate), dan timpani (pada penyakit pneumothorak). Pada auskultasi pemeriksa
mendengarkan suara paru-paru. Hilangnya suara nafas normal, adanya suara retak, atau
peningkatan suara bisikan (whispered pectoryloqui) dapat mengenali daerah pada paru yang
keras dan yang penuh cairan yang dinamakan konsolidasi.2

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan lab darah hasil pemeriksaan yang bermakna adalah terdapatnya
leukositosis sebagai penanda adanya infeksi. Hitung jenis leukosit pada pneumonia viral
seringkali normal ataupun sedikit meningkat, dengan limfosit predominan, sedangkan pada
pneumonia bakterial hitung jenis leukosit mengalami peningkatan (>20.000/mm3) dengan
predominan netrofil.Biakan darah harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan
menentukan bakteri penyebab pneumonia. Biakan darah positif ditemukan pada 10-20%
pneumonia bakterial dan merupakan konfirmasi sebagai penyebab pneumonia apabila
hasilnya positif pada kuman yang diketahui sebagai patogen respiratori.2

Pemeriksaan Radiologi

Tes penting untuk mendeteksi pneumonia pada keadaan yang tidak jelas ialah
dengan foto thoraks. Foto thoraks dapat menampakan daerah opak (terlihat putih) yang

3
menggambarkan konsolidasi. Pneumonia tidak selalu dilihat oleh sinar x, selain karena
penyakitnya hanya pada tingkat permulaan atau karena mengenai bagian paru tertentu
yang sulit dilihat dengan sinar x. Dalam beberapa kasus CT (computed tomography) dapat
menunjukan pneumonia yang tidak terlihat dengan foto thorax sinar x. Sinar x dapat keliru,
karena masalah lain, seperti parut pada paru dan gagal jantung kongestif dapat
menyerupai pneumonia pada foto thorax sinar x. Foto thorax juga digunakan untuk evaluasi
adanya komplikasi dari pneumonia.2

Pemeriksaan Serologi
Tes urin antigen detection adalah suatu cara untuk mendeteksi antigen Legionella
pneumophila serogrup 1. Deteksi ini dapat dilakukan pada hari ke 3 infeksi sampai 1 tahun.
Oleh karena itu tidak dapat digunakan untuk deteksi infeksi baru pada pasien dengan riwayat
pernah infeksi Legionella. Sensitivitas pada pemeriksaan ini adalah 90-94%, dan
spesifitasnya adalah 97-100%. Indirect Fluorescent Antibody (IFA) dilakukan untuk melihat
seseorang terinfeksi atau tidak. Diagnosis ditegakan jika kenaikan titer 4x dari titer 1:128
pada faseakut dan fase konvalesen (3-6 minggu kemudian). Sensitivitas 75-80% dan
spesifitas 90-100%.Direct Fluorescent Antiboody Test dapat mendeteksi sekitar 104-105
bakteri/ml spesimen. Menggunakan label fluorescein isothiocyanate (FITC). Prinsip
pemeriksaan ini adalah mengikat antigen pada sel membran bakteri yaitu kompleks
antigen antibodi. Deteksi dengan menggunakan mikroskop fluorensi. Sensitivitas 25-80%
dan spesifitas 94-99%.2

Diagnosis Kerja : Pneumonia

Pneumonia adalah suatu proses peradangan di mana terdapat konsolidasi yang


disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung
pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah yang dialirkan ke sekitar alveoli yang
tidak berfungsi. Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang
sakit. Cara penularan pneumonia dapat melalui percikan ludah, kontak langsung lewat mulut
atau kontak tidak langsung melalui peralatan yang terkontaminasi dengan saluran pernafasan.
Biasanya penularan organisme terjadi dari orang ke orang, namun penularan melalui kontak
sesaat sering terjadi. Masa inkubasi tidak diketahui pasti, mungkin 1-3 hari.Terdapat 3
klasifikasi pneumonia, berdasarkan rentang usia, klinis dan epidemiologis, agen penyebab,
dan predileksi infeksi.3

4
Berdasarkan rentang usia, pneumonia dibagi menjadi pneumonia pada anak kurang
dari 2 bulan dan anak 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak kurang dari 2 tahun
pneumonia dibagi menjadi pneumonia berat dan bukan pneumonia (batuk biasa). Pneumonia
berat ditandai dengan adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per
menit atau lebih. Bukan Pneumonia ditandai dengan batuk pilek biasa. Sedangkan pada anak
usia 2 bulan hingga kurang dari 5 tahun dibagi menjadi pneumonia berat, pneumonia, dan
bukan pneumonia. Pneumonia berat ditandai dengan adanya sesak atau tarikan dinding dada
bagian bawah. Pneumonia disertai dengan nafas cepat, bila usia 2 bulan sampai kurang dari 1
tahun 50 kali per menit, dan untuk usia 1 hingga kurang dari 5 tahun 40 kali per menit.
Bukan pneumonia ditandai dengan batuk pilek biasa, tidak ada tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat.3

Berdasarkan klinis dan epidemiologis pneumonia dibagi menjadi pneumonia komuniti


(community-acquired pneumonia), pneumonia nosokomial (hospital-acquired
pneumonia/nosocomial pneumonia), pneumonia aspirasi, dan pneumonia pada penderita
immunocompromised. Pneumonia nosokomial dibagi menjadi tiga jenis yaitu hospital
acquired pneumonia (HAP), ventilator associated pneumonia (VAP) dan health care
associated pneumonia (HCAP).3,4

Berdasarkan bakteri penyebab pneumonia dibagi menjadi pneumonia bakteri/tipikal,


pneumonia akibat virus, pneumonia akibat jamur dan pneumonia atipikal. Pneumonia
bakteri/tipikal dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan
pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga
mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental,
pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah
yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap
penyakit itu. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan
malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan
sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri)
menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh
tubuh melalui peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah kuman yang paling umum
sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut. Pneumonia akibat virus biasanya disebabkan
oleh virus influenza (bedakan dengan bakteri Hemofilus influenza yang bukan penyebab
penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan pneumonia juga). Tipe pneumonia itu bisa
5
ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri. Hal itu yang disebut dengan
superinfeksi bakterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir
yang kental dan berwarna hijau atau merah tua. Pneumonia akibat jamur sering merupakan
infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah
(immunocompromised), bias juga didapat pada individu yang terlalu lama berada di ruangan
yang terdapat aerosol dari air yang lama tergenang misalnya dari unit pendingin ruangan atau
alat pelembab yang kotor, bias mengidap pneumonia Legionella. Pneumonia atipikal
disebabkan oleh Mycoplasma, Legionella, dan Chaamydia.4

Berdasarkan predileksi infeksi pneumonia dibagi menjadi pneumonia lobaris dan


pneumonia bronkopneumonia. Pneumonia lobaris adalah pneumonia yang terjadi pada satu
lobus (percabangan besar dari pohon bronkus) kanan maupun kiri. Pneumonia
bronkopneumonia ditandai bercak-bercakninfeksi pada berbagai tempat di paru, baik di
kanan Maupin kiri yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau
orang tua.2-4

Diagnosis Banding

Bronkitis Akut

Bronkitis merupakan akibat beberapa keadaan lain saluran pernapasan atas dan
bawah, dan trakea biasanya terlibat. Bronkitis akut biasanya didahukui oleh infeksi
pernapasan atas. Infeksi sekunder biasanya diakibatkan oleh Streptococcus pneumoniae,
Moraxella catarrhalis, Haemophilus influenzae dapat terjadi. Khasnya pada anak ialah
datang dengan batuk sering, tidak produktif dan timbulnya relatif bertahap, mulai 2-3 hari
setelah rhinitis. Bronkitis lazim terjadi pada bayi dan anak-anak, dan umumnya terjadi di
musim dingin dan musim semi.5,6

Bronkiolitis

Bronkiolitis akut terjadi akibat obstruksi saluran pernapasan kecil penyakit ini terjadi
pada usia 2 tahun pertama. Penyakit ini paling sering mengakibatkan anak harus rawat inap.
Bronkiolitis ditandai dengan adanya obstruksi bronkiolus yang disebabkan oleh edema dan
kumpulan mukus serta kumpulan puing-puing seluler dan oleh invasi oleh bagian-bagian
bronkus yang lebih kecil oleh virus sehingga terjadi penebalan pada dinding bronkiolus.
Penebalan sesedikit apapun pada pronkiolus pada bayi dapat sangat mempengaruhi aliran

6
udara. Anak mula-mula menderita infeksi ringan saluran napas atas disertai dengan ingus dan
bersin. Gejala ini biasanya berakhir beberapa hari dan dapat disertai dengan penurunan nafsu
makan serta demam 38,5-39oC. Perkembangan kegawatan biasanya disertai dengan batuk
proksimal, dispnea, dan iritabilitas.6

Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai agen infeksi (misalnya, bakteri, virus,
jamur, riketsia dan organisme parasit), proses peradangan (misalnya, SLE, sarkoidosis, dan
histiositosis), dan bahan toksik (misalnya, hidrokarbon, asap, jamur, bahan kimia, gas, isi
lambung) yang terinhalasi atau teraspirasi. Penyebab pneumonia yang paling lazim pada anak
adalah infeksi virus; infeksi bakteri hanya menyebabkan 10-30% pneumonia pada pediatri.
Pneumonia infeksius tertentu lebih lazim mengenai usia tertentu.3,4

Usia Bakteri Virus Lain-lain


Neonatus Streptokokus grup B, CMV, Herpesvirus, Mycoplasma hominis,
Bakteri koliformis Enterovirus Ureaplasma
urealyticum, Chlamydia
trachomatis
4 16 Staphylococcus aureus, CMV, RSV, Virus Chlamydia trachomatis,
minggu Haemophilus influenza (tipe influenza, Virus Ureaplasma urealyticum
B), Streptococcus para influenza
pneumoniae
Sampai S. pnenumoniae, S. aureus, RSV, Adenovirus,
dengan 5 H.influenza, Streptococcus Virus influenza
tahun grup A
>5 tahun S. pneumoniae, H. Virus influenza, Mycoplasma
influenzae Varisela, pneuminiae, Chlamydia
Adenovirus pneumoniae, Legionalla
pneumophila

Tabel 1. Etiologi pneumonia.3


Virus penyebab pneumonia yang paling lazim adalah virus pneumonia virus sinsitial
pernapasan (respiratory syncitial virus, RSV), parainfluenza, influenza, dan adenovirus. Pada
umumnya, infeksi virus saluran pernapasan bawah jauh lebih sering selama bulan-bulan
musim dingin dan RSV merupakan virus yang paling lazim yag menyebabkan

7
pneumonia,terutama selama masa bayi. Walaupun sifat musiman agen virus ini sangat
diramalkan, epidemi lokal dapat membelokkan gambaran insiden pada tahun tertentu.
Kejadian yang paling sering mengganggu mekanisme pertahanan paru adalah infeksi
virus yang mengubah sifat-sifat sekresi normal, menghambat fagositosis, mengubah flora
bakteri, dan mungkin sementara mengganggu lapisan epitel saluran pernapasan normal.
Penyakit virus pernapasan sering mendahului perkembangan pneumonia bakteri beberapa
hari. Bakteri yang sering menyebabkan pneumonia yakni pneumonia pneumokokus atau
streptococcus pneumonia. Mikroorganisme memperoleh jalan masuk ke paru melalui
penyebaran hematogen atau penyebaran lokal yang turun melalui cabang-cabang bronkus
pernapasan. 3-6

Epidemologi
Kejadian pneumonia pada balita di dunia terjadi di 15 negara dan Indonesia
menduduki urutan keenam dengan insidensi per tahunnya sekitar 6 juta (UNICEF/WHO,
2006). Pada tahun 2001, SKN menyebutkan 22,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita
di Indonesia disebabkan oleh penyakit respiratori terutama pneumonia.Propinsi NTB,
menurut Depkes RI tahun 2008, menduduki urutan pertama kejadian pneumonia anak di
Indonesia. Yaitu sekitar 56,6%. Di Propinsi NTB, Dinkes Propinsi NTB melaporkan bahwa
jumlah kejadian pneumonia pada tahun 2007 sebanyak 55.752 kasus dimana lebih dari 70%
tersebar di empat kabupaten/kota yaitu 14.247 kasus (25,5%) di Kabupaten Lombok Barat,
9.877 kasus (17,7%) di Kabupaten Lombok Timur, 9.828 kasus (17,6%) di Kota Mataram,
dan 9.741 kasus (17,4%) di Kabupaten Lombok Tengah.5

Patofisiologi
Paru memiliki beberapa mekanisme pertahanan yang efektif yang diperlukan karena
sistem respiratori selalu terpajan dengan udara lingkungan yang seringkali terpolusi serta
mengandung iritan, patogen, dan alergen. Sistem pertahanan organ respiratorik terdiri dari
tiga unsur, yaitu refleks batuk yang bergantung pada integritas saluran respiratori, otot-otot
pernapasan, dan pusat kontrol pernapasan di sistem saraf pusat.Pneumonia terjadi jika
mekanisme pertahanan paru mengalami gangguan sehingga kuman patogen dapat mencapai
saluran napas bagian bawah. Agen-agen mikroba yang menyebabkan pneumonia memiliki
tiga bentuk transmisi primer: (1) aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme patogen yang
telah berkolonisasi pada orofaring, (2) infeksi aerosol yang infeksius, dan (3) penyebaran
hematogen dari bagian ekstrapulmonal. Aspirasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua

8
cara tersering yang menyebabkan pneumonia, sementara penyebaran secara hematogen lebih
jarang terjadi. Setelah mencapai alveoli, maka mikroorganisme patogen akan menimbulkan
respon khas yang terdiri dari empat tahap berurutan:

1. Stadium Kongesti (4 12 jam pertama): eksudat serosa masuk ke dalam alveoli


melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.
2. Stadium Hepatisasi merah (48 jam berikutnya): paru tampak merah dan bergranula
karena sel-sel darah merah, fibrin, dan leukosit PMN mengisi alveoli.
3. Stadium Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari): paru tampak kelabu karena leukosit dan
fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
4. Stadium Resolusi (7 sampai 11 hari): eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.7

Manifestasi klinis

Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan hingga
sedang, sehingga dapat berobat jalan saja.Hanya sebagian kecil yang berat, mengancam
kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan di RS.Gejala
infeksi umum seperti demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan napsu makan, dan
keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare.Gejala gangguan respiratori seperti
batuk, sesak napas, retraksi dada,takipnea, napas cuping hidung, air hunger, merintih,
sianosis.7
Gejala Klinis pneumonia pada neonatus dan bayi kecil adalah sering terjadi akibat
transmisi vertikal ibu-anak yang berhubungan dengan proses persalinan,infeksi terjadi akibat
kontaminasi dengan sumber infeksi dari ibu, misalnya melalui aspirasi mekonium, cairan
amnion, atau dari serviks ibu kemudian ada juga serangan apnea,sianosis,merintih,napas
cuping hidung,takipnea ,etargi, muntah ,tidak mau minum ,takikardi atau bradikardi ,retraksi
subkosta ,demam dan sepsis. Pada pneumonia neontus dan bayi kecil sering ditemukan
sebelum 48 jam pertama dan angka mortalitas sangat tinggi di negara maju, yaitu dilaporkan
20-50% sedangkan angka kematian di Indonesia dan di negara berkembang lainnya diduga
lebih tinggi daripada negara maju.7
Gejala klinis pneumonia pada balita dan anak yang lebih besar adalah takipnea,retraksi
subkosta (chest indrawing),napas cuping hidung,ronki,sianosis dan biasanya ronki hanya
ditemukan bila ada infiltrat alveolar kemudian muncul retraksi dan takipnea merupakan tanda
klinis pneumonia yang bermakna,kadang-kadang timbul nyeri abdomen bila terdapat

9
pneumonia pada lobus kanan bawah yang menimbulkan infiltrasi diafragma sekaligus nyeri
abdomen dapat menyebar ke kuadran kanan bawah dan menyerupai apendisitis.7

Komplikasi
Komplikasi pneumonia pada anak yang tersering meliputi empiema torasis,
perikarditis purulenta, pneumotoraks atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis
purulenta. Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada
pneumonia bakteri, curiga ke arah ini apabila terdapat demam persisten meskipun sedang
diberi antibiotik,kemudian dapat ditemukan juga tanda klinis dan gambaran foto dada yang
mendukung yaitu adanya cairan pada satu atau kedua sisi dada. Dilaporkan juga mengenai
komplikasi miokarditis (tekanan sistolik kanan meningkat, kreatinin kinase meningkat, dan
gagal jantung) yang cukup tinggi pada seri pneumonia anak berusia 2-24bulan. Oleh karena
miokarditis merupakan keadaan yang fatal, maka dianjurkan untuk melakukan deteksi dengan
teknik noninvasif seperti EKG, ekokardiografi, dan pemeriksaan enzim.8

Penatalaksanaan
Medika mentosa

1. Antibiotik
Diagnosis etiologi pneumonia sangat sulit untuk dilakukan, sehingga pemberian antibiotik
diberikan secara empirik sesuai dengan pola kuman tersering yaitu Streptococcus pneumonia
dan H. influenza. Pemberian antibiotik sesuai kelompok umur. Untuk umur dibawah 3 bulan
diberikan golongan penisilin dan aminoglikosida. Untuk usia > 3 bulan, pilihan utama adalah
ampisilin dipadu dengan kloramfenikol. Bila keadaan pasien berat atau terdapat empiema,
antibiotik adalah golongan sefalosporin. Antibiotik parenteral diberikan sampai 48-72 jam
setelah panas turun, dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 7 10 hari. Bila diduga
penyebab pneumonia adalah S.aureus, kloksasilin dapat segera diberikan. Bila alergi terhadap
penisilin dapat diberikan cefazolin, klindamisin, atau vancomycin. Lama pengobatan untuk
Stafilokokus adalah 3 4 minggu.8
2. Tatalaksana rawat inap
Penatalaksanaan bergantung pada usia anak dan keadaan klinis (klinis-beratnya pneumonia).
Sebagian besar pneumonia pada anak usia 3 bulan-5 tahun disebabkan infeksi virus. Oleh
karena itu pada anak usia tersebut apabila anak tampak sakit ringan, tidak demam, dapat
diobati dengan rawat jalan. Namun apabila tidak perbaikan dalam 48 jam atau terdapat
13
perburukan, anak harus segera dibawa ke rumah sakit. Adapun indikasi rawat inap pada
pneumonia adalah :

10
1. Pneumonia sedang atau pneumonia berat
2. Usia anak < 3 bulan
3. Dehidrasi
4. Muntah-muntah
5. Sianosis
6. Kejang, letargis atau tidak sadar
7. Tidak dapat minum obat
8. Tidak berespon dengan pengobatan rawat jalan
Penanganan yang dilakukan di rumah sakit adalah sebagai berikut :8
1. Pemberian oksigen (O2) bila saturasi oksigen <92% (terutama pneumonia berat/sangat
berat)
2. Antipiretik/ penurun panas. Penurun panas yang biasa diberikan adalah paracetamol
dan ibuprofen.
3. Pemberian antibiotik. Pada pneumonia sedang-berat antibiotik diberikan melalui
infus. Pemilihan antibiotik disesuaikan dengan pola kuman di setiap rumah sakit.
4. Pemberian cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi. Pada pneumonia ringan dan
anak bisa minum, cairan dapat diberikan melalui oral (minum) dan pada pneumonia
sedang sampai berat atau anak susah minum atau diperlukan antibiotik infus maka di
perlukan untuk pemasangan infuse.8

Penatalaksanaan Nonmedika mentosa


Penatalaksanaan yang dilakukan adalah untuk mengatur diet pasien anak pneumonia
yang memberikan makanan yang memenuhi gizi seimbang. Selain itu diet juga berfungsi
meningkatkan berat badan sehingga status gizi pasien meningkat menjadi status gizi yang
baik. Satu lagi tujuan diet pasien pneumonia yakni meningkatkan berat badan sehingga status
gizi pasien meningkatkan daya tahan tubuh, dengan kata lain penerapan diet pasien
pneumonia memegang peranan penting dalam mendukung proses penyembuhannya. Untuk
itu, sebisa mungkin setiap pasien pneumonia harus menjalankan terapi diet untuk
mempercepat proses penyembuhannya.8
Terapi diet yang diterapkan untuk pasien pneumonia memiliki beberapa syarat.
Beberapa syarat diet pneumonia yang harus dijalani di antaranya yaitu pemenuhan energy
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan 100 mg/kg BBI (berat badan ideal). Selain itu juga
ditambah dengan faktor stress 20 %. Kemudian syarat lain ada;ah pemenuhan protein 15%
dari kebutuhan energy total. Disamping pemenuhan kebutuhan nutrisi pokok seperti energy,
11
protein, lemak dan karbohidrat. Pasien pneumonia juga harus memenuhi kebutuhan vitamin
serta mineralnya.
Mencegah sebisa mungkin agar anak tidak terlalu kelelahan bermain dan menangis
karena akan merangsang refleks batuk.
Mencegah sebisa mungkin agar anak sementara waktu tidak langsung terpapar udara
yang terkontaminasi seperti asap polusi.
Memperhatikan kebersihan rumah dan lingkungan.

Prognosis
Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat di turunkan
sampai kurang dari 1%. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang
terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.7,8

Pencegahan

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya pneumonia terutama pada
bayi atau anak adalah sebagai berikut :

Menghindarkan bayi (anak) dari paparan asap rokok, polusi udara dan tempat keramaian
yang berpotensi penularan.
Menghindarkan bayi (anak) dari kontak dengan penderita ISPA.
Membiasakan pemberian ASI.
Segera berobat jika mendapati anak kita mengalami panas, batuk, pilek. Terlebih jika
disertai suara serak, sesak napas dan adanya tarikan pada otot diantara rusuk (retraksi).
Imunisasi Hib (untuk memberikan kekebalan terhadap Haemophilus influenzae, vaksin
Pneumokokal Heptavalen (mencegah IPD= invasive pneumococcal diseases) dan
vaksinasi influenzae pada anak resiko tinggi, terutama usia 6-23 bulan.
Menyediakan rumah sehat bagi bayi yang memenuhi persyaratan :
a. Memiliki luas ventilasi sebesar 12 20% dari luas lantai.
b. Tempat masuknya cahaya yang berupa jendela, pintu atau kaca sebesar 20%.
c. Terletak jauh dari sumber-sumber pencemaran, misalnya pabrik, tempat pembakaran
dan tempat penampungan sampah sementara maupun akhir.8

Kesimpulan
Pneumonia adalah suatu proses peradangan di mana terdapat konsolidasi yang
disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur, ataupun benda asing lain yang masuk ke saluran nafas. Gejala klinis pneumonia

12
menunjukkan adanya batuk bersputum dan persisten, sesak nafas, nyeri dada, demam
subfebril, retraksi sela iga, nafas cepat, dan takipneu. Pneumonia dapat dikelompokan
menjadi beberapa kelompok, berdasarkan umur, gejala dan epidemiologi, bakteri penyebab,
dan predileksi infeksi. Pengobatan pneumonia dapat dengan pemberian antibiotika intravena
maupun oral misal penisilin, antibiotik golongan fluorokuinolon, dan golongan sefalosporin.
Pencegahan pneumonia pada anak dapat dilakukan dengan menghindari asap rokok serta
pemberian vaksin IPD (Invansive Pneumococcal Disease).

Daftar pustaka

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadribrata MK, Setiati S. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jilid 3. Vol. 5. Jakarta: Interna publishing. 2009. h. 2196-8.
2. Ganong WF. Review of medical physiology. Diterjemahkan oleh: Pendit BU,
Novrianti. Jakarta: EGC. 2008.h.670-2.
3. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. 1999. Nelson textbook of pediatrics. Volume
2. Edisi 15. Diterjemahkan oleh: Wahab AS. Jakarta: EGC. 2012. h.883-9, 1031, 1113,
1483-6.
4. Gleadle J. History and examination at a glance. Diterjemahkan oleh: Rahmalia A,
Safitri A. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2005.h. 96
5. Bickley LS. Bates guide to physical examination & history taking. Edisi 8.
Diterjemahkan oleh: hartono A, Dwijayanthi L, Novrianti A, Karolina S. jakarta:
EGC. 2009. h. 671-2.
6. Matondang CS, Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Diagnosis fisis pada anak. Edisi 2.
Jakarta: CV Sagung Seto. 2003. h.205-6
7. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Robbins basic pathology. Edisi 7. Diterjemahkan
oleh: Hartanto H, darmaniah N, Wulandari N. jakarta: EGC. 2007. h. 537-43.
8. Katzung BG. Basic and clinical pharmacology. Diterjemahkan oleh: Nugroho AW,
Rendy L, Dwijayanthi L, Nirmala WK. jakarta: EGC. 2012.h.753-4

13

You might also like