Professional Documents
Culture Documents
3.1.1. Globalisasi
Walaupun dunia sedang berada dalam krisis ekonomi global yang diperkirakan
akan berlanjut sampai dengan tahun 2010, tetapi diperkirakan bahwa pasca krisis,
kepariwisataan dunia akan meningkat lagi, namun dengan kebutuhan, profil, dan
keinginan yang berbeda. Menghadapi tahun 2020, UNWTO memprediksi bahwa
jumlah wisatawan dunia akan mencapai 1,6 milyar, dengan sebagian besar (1,2
milyar) merupakan wisatawan regional dan sisanya (378 juta) adalah wisatawan
jarak jauh. Secara regional, jumlah wisatawan terbanyak akan terdapat di Eropa
(717 juta wisatawan), selanjutnya ke Asia Timur dan Pasifik (397 juta) dan Amerika
Utara dan Selatan (282 juta), kemudian baru disusul oleh Afrika, Timur Tengah, dan
Asia Selatan.
a. Ketahanan kepariwisataan
Iklim global telah mengalami perubahan drastis dibandingkan dengan sebelum era
pra-industri dan diperkirakan akan terus berubah sampai akhir abad ke-21 dan
masih akan terus berlanjut. Inter-governmental Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa peningkatan rerata suhu di bumi ini hampir 90% merupakan
hasil dari aktivitas manusia yang menambahkan konsentrasi gas efek rumah kaca
(GHGs) ke atmosfer. Bila hal ini terus berlanjut, Badan Energi Internasional (IEA)
memprediksi gas efek rumah kaca akan meningkat 57% pada 2030 dan
mengakibatkan suhu bumi meningkat paling sedikit 3 C.
Peningkatan suhu ini menjadi penyebab utama mencairnya glasier dan bongkahan
es kutub yang berakibat naiknya permukaan air laut global sebesar 1,8 mm per
tahun (1961-1993) dan sekitar 3,1 mm per tahun (1993-2003). Akibatnya, terjadi
kemunduran garis pantai yang cukup signifikan. Hal ini merupakan ancaman serius
bagi eksistensi pulau-pulau kecil baik yang berpopulasi maupun yang tidak
berpopulasi di seluruh dunia. Departemen Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia (DKP-RI) mencatat bahwa 24 dari sekitar 17.000 buah pulau yang
dimiliki Indonesia telah tenggelam. Padahal, pulau-pulau kecil di Indonesia sangat
kaya akan sumber daya kelautan sebagai salah satu aset kepariwisataan bangsa.
Di samping itu, peningkatan suhu ini juga menyebabkan bertambahnya frekuensi
dan besarnya gangguan iklim yang cukup ekstrim seperti gelombang panas,
kekeringan, banjir, dan badai tropis.
Dari gambaran di atas dapat diketahui sejumlah tantangan atas fenomena
pemanasan global bagi kepariwisataan Indonesia dapat dijabarkan dalam butir-
butir berikut ini:
a. Diperlukan berbagai kebijakan dan strategi bagi segenap pelaku usaha sektor
pariwisata untuk menerapkan berbagai praktek manajemen dan
pengembangan yang berasaskan pada prinsip ramah lingkungan (e.g.:
sosialisasi program-program Green Tourism secara luas)
c. Diperlukan rencana aksi strategi dan mitigasi bencana alam dan proses
evakuasi yang bersifat quick response pada destinasi wisata rawan bencana.
Dalam rangka mencapai 4 tujuan tersebut, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk meningkatkan kontribusi pariwisata dalam pengentasan
kemiskinan, yaitu:
MDGs sesungguhnya bukan hal baru bagi Indonesia. Sebagai suatu bentuk
orientasi pembangunan, implementasi MDGs telah dipraktekkan oleh Pemerintah
Indonesia sejak masa Pemerintahan Presiden Soekarno dalam berbagai bentuk
kebijakan dan program yang sesuai dengan kondisi masa itu. Sampai saat ini
MDGs telah menjadi salah satu bahan masukan penting dalam penyusunan
Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional. Pelaksanaan berbagai kebijakan
pembangunan selama 40 tahun terakhir menunjukkan bahwa Indonesia telah
konsisten dengan tujuan MDGs, meskipun MDGs sendiri saat itu belum menjadi
agenda pembangunan global..
Berdasarkan data statistik WTO dapat digambarkan bahwa ada proporsi perjalanan
regional, intra regional, dan domestik yang tinggi di mana lebih dari 50% - 60%
perjalanan dilakukan diantara negara-negara maju dalam satu kawasan Eropa
Barat, Amerika Utara, dan Asia Timur. Hal ini mengindikasikan adanya
kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan dalam satu kawasan
(regional) yang disebabkan antara lain oleh faktor-faktor berikut:
C. Waktu perjalanan yang relatif singkat, sehingga wisatawan dapat lebih lama
menikmati wisatanya
Dalam beberapa dekade terakhir industri pariwisata telah menjadi pusat perhatian
dunia, karena berbagai faktor keberhasilannya, bahkan untuk Indonesia pariwisata
sempat menjadi primadona dengan posisinya sebagai salah satu sumber devisa
negara non migas. Namun demikian, akibat dinamika gejolak ekonomi, sosial,
politik, dan keamanan, harus diakui pula bahwa pariwisata di Indonesia menjadi
sangat tidak menentu, bahkan sempat mengalami degradasi ketika terjadi krisis.
Sementara itu, terhadap kecenderungan pertumbuhan kedatangan wisatawan,
secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tingkat penerimaan (receipts)
dunia.
Annualy Growth Rate menunjukkan bahwa World Visitor Arrivals: 4,32%, dan
Receipts: 6,24%
Gambar 3.1. Forecast Jumlah Wisatawan Internasional berdasarkan data Direktorat Pemasaran
Kemenbudpar 2009
Berdasarkan data statistik WTO dapat digambarkan bahwa ada proporsi perjalanan
regional, intra regional, dan domestik yang tinggi di mana lebih dari 50% - 60%
perjalanan dilakukan diantara negara-negara maju dalam satu kawasan Eropa
Barat, Amerika Utara, dan Asia Timur. Hal ini mengindikasikan adanya
kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan dalam satu kawasan
(regional in bound) yang disebabkan antara lain oleh faktor-faktor berikut:
C. Waktu perjalanan yang relatif singkat, sehingga wisatawan dapat lebih lama
menikmati wisatanya
Di samping itu, masih ada beberapa aspek lainnya yang diindikasikan juga akan
berpengaruh pada pariwisata dunia, termasuk Indonesia didalamnya adalah:
Implikasi dari Global Code of Ethics for Tourism bagi kepariwisataan Indonesia
dapat dijabarkan berikut:
Kondisi ini kemudian mulai ditanggapi oleh pihak pemerintah untuk memberikan
secara khusus terhadap konsumen dengan diberlakukannya undang-undang
perlindungan konsumen, seperti halnya terjadi di Indonesia. Dengan adanya
perlindungan terhadap hak-hak konsumen secara tidak langsung memiliki
konsekuensi terhadap jasa maupun produk yang akan dipasarkan atau ditawarkan
terhadap konsumen untuk dapat dilakukan menurut standar atau prosedur yang
benar.
Dalam hal ini dilihat dari komposisi market share, Malaysia adalah
market leadernya. Dalam hubungannya dengan Indonesia Negara-
negara Asean merupakan negara-negara yang menjadi pesaing utama
sekaligus sumber pasar utama (40% dari total market) pariwisata
Indonesia.
a. Munculnya specialty market yang diperkirakan akan terbentuk akibat pergeseran dari mass
market. Jenis pasar ini akan semakin mempersempit perluasan pasar pariwisata yang
sebenarnya jauh lebih beragam. Seperti halnya dengan pasar pariwisata Indonesia yang tidak
hanya terdiri dari pasar minat khusus (specialty market) tetapi juga memiliki segmen pasar yang
berminat pada budaya dan alam.
b. Pergeseran mass market diperkirakan juga akan membentuk karakter pasar wisatawan
internasional ke arah pasar yang lebih terfragmentasi (fragmented market) yaitu berkembangnya
individual tourism. Segmen pasar ini pada umumnya memiliki lebih banyak preferensi dan
ekspektasi, sehingga tipe segmen seperti ini sering disebut sebagai smart market di mana
wisatawan akan cenderung memiliki penilaian (preference values) yang lebih, terhadap segala
sesuatu yang dijumpainya dalam perjalanan, baik terhadap jasa pelayanan maupun produk.
Komponen industri kreatif meliputi (1) Arsitektur, (2) Desain, (3) Pasar Seni dan
Barang Antik, (4) Kerajinan, (5) Fashion, (6) Periklanan, (7) Video, Film, dan
Fotografi, (8) Permainan Interaktif, (9) Musik, (10) Seni Pertunjukan, (11)
Penerbitan & Percetakan, (12) Layanan Komputer dan Piranti Lunak, (13) Televisi &
Radio, dan (14) Riset dan Pengembangan
Pesatnya kemajuan teknologi dan informasi sangat menuntut sikap yang proaktif
semua pihak baik stakeholder maupun enterprenur, dimana perkembangan E
Business telah menjadi bagian inti strategi. Dalam beberapa hal E- Business
mampu memberikan banyak kemudahan, baik dalam hubungan business to
business (B to B), maupun business to customer (B to C). Sebagai salah satu
strategi, e-business akan sangat mendukung pelaksanaan rencana-recana bisnis
masa depan yang tidak lagi boros (high cost economy) tetapi merupakan rangkaian
strategi yang lebih afektif dengan jangkauan yang jauh lebih luas, tanpa batas.
a. Memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan identitas budaya dan tradisi lokal.
c. Memanfaatkan segala aspek yang berkaitan dengan kesenian yang ada di dalam suatu
masyarakat untuk dikelola dan dikembangkan guna memberikan nilai tambah kepada masyarakat
itu sendiri.
Daya dukung lingkungan dan kualitas sebagian besar daya tarik wisata
unggulan Maluku Utara yang tersebar di berbagai kabupaten cenderung
menunjukkan kondisi penurunan yang diakibatkan oleh berbagai faktor,
antara lain: penurunan kualitas alam, lemahnya manajemen, konflik
pemanfaatan lahan, dan sebagainya.
UNITED Nations World Tourism Organization (UNWTO) atau badan dunia di bidang
pariwisata memprediksikan wisata bahari dan wisata yang berkenaan dengan
warisan budaya menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat dunia. Mengantisipasi
tren wisata dunia ini Indonesia sebagai bagian dari negara yang akan mendapatkan
limpahan kunjungan wisatawan dunia menetapkan "Marine and Heritage" sebagai
tema pariwisata Indonesia tahun 2010. Ditargetkan tujuh juta wisatawan asing akan
mengunjungi Indonesia dan wisatawan domestik sebanyak 223 juta orang. Para
wisatawan ini akan selalu bergerak, tak hanya di satu lokasi wisata.
UNWTO memprediksikan sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat dunia, tren
berwisata ke pantai dan laut akan terjadi di sejumlah belahan dunia. Hal ini menjadi
peluang sangat besar bagai Indonesia yang memiliki tidak kurang dari 17.000 pulau
dan banyak potensi wisatawa laut yang dapat digali. Berkenaan dengan tema yang
diangkat, untuk marine, keindahan laut mulai dari gugusan kepulauan di timur
hingga barat dapat menjadi daya tarik wisatawan asing ataupun domestik. Selain
itu, sejumlah olahraga laut yang kini mulai banyak diminati dapat menjadi nilai
tambah bagi wisata bahari Indonesia.
Maluku Utara merupakan kawasan yang didominasi oleh wilayah kepulauan dan
mempunyai potensi wisata bahari yang cukup bersaing dengan kawasan sejenis
lainnya. Dari potensi ini, cruise merupakan salah satu posensi yang sangat
potensial di lakukan di Maluku Utara. Berikut adalah gambar jalur cruise yang
melewati Indonesia
Gambar 3.5. Jalur Pelayaran Cruise di Indonesia
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa Maluku Utara sebagai kawasan wisata
bahari belum di lalui oleh jalur pelayaran cruise. Dengan adanya even internasional
Sail Indonesia 2012 di Morotai, Maluku Utara dapat memperkenalkan Maluku Utara
sebagai destinasi wisata bahari yang layak disinggahi oleh kapal-kapal cruise.
Namun dilihat dari segi kesiapan Provinsi Maluku Utara untuk disinggahi kapal-
kapal cruise dan menerima para wisatawan yang cukup banyak masih perlu
ditingkatkan. Baik dari segi peningkatan fasilitas penunjang kegiatan yang di
sebabkan oleh adanya kapal cruise yang singgah dan juga dari segi SDM
pariwisata yang akan menerima wisatawan kapal cruise.
Provinsi Maluku Utara mempunyai wilayah yang sebagian besar adalah wilayah
kepulauan, sehingga transportasi antar daerah sebagian besar melalui laut. Dalam
pariwisata, transportasi juga merupakan hal yang sangat penting. Sehingga tulang
punggung aksesibilitas kepariwisataan Maluku Utara adalah melalui jalur laut.
Transportasi air di Maluku Utara sudah cukup mewadahi, mulai dari kondisi dan
jumlah kapal yang beroperasi sekaligus prasarana transportasinya seperti dermaga
dan kelengkapannya. Namun sarana dan prasarana transportasi tersebut masih
terbatas untuk kepentingan komersil saja, bukan sebagai transportasi pariwisata
yang lebih menekankan pada kenyamanan dan dapat menikmati perjalanan. Selain
keterbatasan akan transportasi pariwisata, jadwal perjalanan speedboat atau feri
masih belum dijalankan secara reguler sehingga wisatawan masih harus menyewa
boat dengan harga tinggi untuk mencapai suatu kawasan pariwisata tertentu.
Dalam transportasi darat, untuk menuju kawasan-kawasan wisata atau hotel dari
bandara atau dermaga, wisatawan juga belum menemukan angkutan umum yang
secara reguler dan nyaman untuk berkeliling, namun di kawasan Maluku Utara
terdapat banyak sekali mobil-mobil sewaan yang ditawarkan, namun dengan harga
yang relatif masih tinggi.
Gambar 3.6. Ilustrasi sarana transportasi laut, darat dan fasilitas di Maluku Utara
Selain itu, jika dilihat dari sisi kualitas infrastruktur jalan, terdapat s ejumlah tujuan
wisata yang relatif berada di daerah terpencil, kondisi jalan menuju objek wisata tersebut
kebanyakan rusak parah dan sulit untuk dilalui. Kesulitan itu, masih ditambah lagi dengan
ketidaktersedian angkutan umum yang langsung menuju kawasan/objek wisata tersebut.
Semua itu merupakan faktor yang dapat menghambat perkembangan pariwisata di
Indonesia karena menimbulkan kesan yang buruk bagi wisatawan sehingga menurunkan
minat wisatawan untuk berkunjung kembali.
Maluku Utara mempunyai sebuah bandara yang cukup memadai untuk didarati
pesawat Boeing 737 atau yang lebih kecil yaitu Bandara kelas 2B Sultan
Baabullaah. Untuk menuju Bandara Sultan Baabullaah, Tenate terdapat beberapa
maskapai yang melayani, antara lain Garuda Indonesia, Batavia Air, Lion Air dan
Ekspress Air.
Dalam penerbangan menuju Ternate terdapat beberapa kendala yang masih sering
terjadi, yang dalam hal ini berpengaruh pada akses wisatawan yang ingin
mengunjungi Maluku Utara. Kendala yang pertama adalah minimnya frekuensi
penerbangan menuju Ternate sehingga wisatawan tidak dapat setiap saat menuju
ke Ternate. Hal ini tentunya menyebabkan minimnya jumlah wisatawan yang
berkunjung.
Dengan wilayah laut yang luas, terletak di wilayah perbatasan dengan negara
tetangga, serta terbatasnya sarana dan prasarana aparat penegak hukum di laut
menyebabkan kegiatan-kegiatan illegal (illegal fishing, illegal logging, illegal trading,
illegal minning, dan lain-lain).
Prospek dan peluang investasi bidang pariwisata di Maluku Utara masih sangat
menjanjikan karena kondisi bisnis dan ekonomi nasional yang terus membaik
pasca krisis ekonomi global sehingga kepercayaan dunia internasional terhadap
Maluku Utara semakin bagus. Namun demikian, investasi kepariwisataan di
Indonesdia saat ini sebagian besar masih terkonsentrasi di Bali, Jakarta, dan
Batam dengan dominasi jenis usaha di bidang perhotelan, restoran, dan
tranportasi.
Di sisi lain, minimnya investasi pariwisata di luar Bali disebabkan oleh kemampuan
Daerah dalam melakukan pemasaran dan promosi masih sangat terbatas.
Beberapa Daerah yang berpotensi wisata ternyata kurang bisa 'menjual' potensi
daerah wisatanya kepada pemilik modal, bahkan masih banyak daerah yang belum
siap dan tidak tahu bagaimana cara menawarkan potensi daerahnya agar sesuai
keinginan dan harapan para investor. Oleh karena itu, pemerintah telah berussaha
memfasilitasi daerah-daerah yang cukup aktif menawarkan pariwisatanya kepada
investor dengan memberikan semacam pendampingan dan melakukan road show
ke luar negeri untuk menawarkan potensi investasi pariwisata daerah tersebut.
Masyarakat lokal harus terlibat secara aktif dalam pengembangan pariwisata. Lebih
jauh, pariwisata juga diharapkan dapat memberikan peluang dan akses kepada
masyarakat lokal untuk mengembangkan usaha pendukung pariwisata seperti toko
kerajinan, toko cinderamata (souvenir), warung makan, dan lain-lain agar
masyarakat lokal mendapat manfaat ekonomi yang lebih baik dan diperoleh secara
langsung dari wisatawan untuk meningkatkan kesejastraan dan taraf hidupnya.
Salah satu upaya dalam mereposisi pasar pariwisata Maluku Utara adalah dengan
meninjau kembali brand equity Maluku Utara, apakah sudah sesuai dan dapat
diterima oleh pasar atau belum.
Sejauh ini Maluku Utara telah memposisikan dirinya sebagai Destinasi kepulauan
yang mempunyai potesi kelautan dan perikanaan yang sangat potensial. Hal ini
juga dialami oleh destinasi sekitar seperti Raja Ampat dan Bunaken, yang tentunya
lebih dikenal di kalangan wisatawan nusantara dan domestik. Sehingga Maluku
Utara perlu mempromosikan dirinya lebih khas dan lebih menonjokan potensi lain
yang tidak dimiliki oleh kawasan lain, seperti potensi wisata heritage perang dunia
II yang tersebar luas di Provinsi Maluku Utara dan juga sebagai Kepulauan
penghasil rempah-rempah terbaik di seluruh dunia.
Pada saat ini Maluku Utara melakukan beberapa hal dalam usaha untuk
mempromosikan dan memasarkan produk-produk wisata mereka melalui beberapa
hal, misalnya brosur dan website. Promosi ini selain dilakukan oleh dinas
pariwisata Provinsi Maluku Utara juga dilakukan secara independen oleh dinas-
dinas pariwisata masing-masing kabupaten dan kota.
Cara ini dirasa masih belum optimal karena belum dapat menyentuh langsung
kepada wisatawan-wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara. Hal ini
disebabkan karena masih lemahnya pengelolaan kawasan pariwisata yang
dipasarkan dan sistem promosi yang masih terbatas pada kalangan tertentu saja.
Sehingga masih diperlukan beberapa cara lain yang dapat secara interaktif
menyentuh kebutuhan para calon wisatawsan ke Maluku Utara.
Pariwisata merupakan sektor yang tidak hanya menjual daya tarik berupa fisik saja,
melainkan juga merupakan sektor yang menjual jasa atau pelayanan. Saat ini
pelayanan baik yang diberikan di sejumlah pengelola objek wisata maupun usaha
pariwisata lainnya di Maluku Utara dinilai masih kurang memuaskan. Rendahnya
kualitas dan efisiensi sistem pelayanan wisata juga terlihat dari keluhan wisatawan
yang merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan. Pelayanan atau
pemberian jasa trasportasi yang tidak memuaskan dan kurang profesional juga
didapati pada layanan taxi, dengan banyaknya sopir taksi yang tidak dapat
berbahasa Inggris. Akibatnya, sopir taksi sulit berkomunikasi dengan wisatawan
mancanegara, sehingga tidak dapat menjadi pemandu yang baik bagi wisatawan
yang menggunakan jasanya.
Jumlah penduduk Maluku Utara yang semakin membesar, arus globalisasi, dan
liberalisasi yang menguat menjadikan perubahan situasi dan kondisi ekonomi,
sosial, dan politik juga semakin cepat dan dinamis. Permasalahan-permasalahan
yang dihadapi Pemerintah pun semakin kompleks, sehingga diperlukan kecepatan,
ketepatan, dan keefektifan pengelolaan bangsa dan negara agar tidak tertinggal
dari bangsa lain.
Sampai saat ini, Pemerintah masih mendominasi peran sebagai regulator tunggal
dalam pembangunan kepariwisataan di Maluku Utara. Pemikiran tentang kegiatan
kepariwisataan belum mengarah pada kerja sama dengan badan-badan
kepariwisataan nasional, non-pemerintahan, dan pihak-pihak swasta lainnya
Isu koordinasi dan kerjasama antara pusat dan daerah muncul sebagai
konsekuensi dari implementasi otonomi daerah yang tidak dilandasi dengan
prinsip-prinsip Good Governance. Dengan adanya UU Otonomi Daerah maka
kewenangan pengembangan produk pariwisata berada di Daerah, sedangkan
kewenangan pemasarannya berada di Pusat. Pengaturan kewenangan ini
menimbulkan arogansi Daerah untuk menentukan arah pembangunan dan
pengelolaan sumber daya dan wilayah administratifnya masing-masing, sehingga
mengakibatkan pengembangan kegiatan kepariwisataan antara Pusat dan Daerah
kurang terkoordinasi dengan baik. Begitu pula koordinasi antara pemerintah dan
swasta. Hal ini dapat memicu kecenderungan orientasi pembangunan yang hanya
mengejar peningkatan PAD yang mendorong masing-masing daerah berkompetisi
secara kurang sehat untuk menarik pasar wisatawan ke daerahnya dengan
kebijakan-kebijakan tertentu yang tidak memberikan kenyamanan kunjungan
wisatawan dan bahkan mengarah pada eksploitasi berlebihan terhadap objek
wisata yang berdampak pada penurunan daya dukung dan kualitas objek tersebut.
Selain itu, ancaman yang paling serius atas implementasi otonomi daerah adalah
munculnya paradigma sektoral yang menggilas peran lintas sektoral pariwisata,
yang selanjutnya berpengaruh besar terhadap pembangunan faktor pendukung
pariwisata seperti aksesibilitas, amenitas, atraksi, dan promosi. Padahal,
pembangunan kepariwisataan bersifat borderless, yang berarti pembangunan dan
pengelolaannya berlangsung lintas batas administratif dan lintas sektor. Oleh
karena itu, hendaknya setiap pemegang kewenangan otonom dan pemangku
kepentingan pariwisata harus berpikir nasional (Indonesia) dan bertindak lokal
(daerah). Dengan konsep ini, berarti para pemegang kewenangan daerah otonom
tidak menutup diri bagi kebijakan pariwisata secara nasional untuk kepentingan
kemajuan daerahnya.
3.2.4.2. Pariwisata Masih Menjadi Kewenangan Pilihan Di dalam
Pemerintahan
Mendasarkan pada struktur urusan pemerintah seperti yang ada dalam gambar
diatas ; persoalan-persoalan koordinasi dan sinkronisasi program pariwisata yang
sangat bersifat lintas sektor dan lintas wilayah menjadi agak sulit untuk dilakukan.
Oleh karena itu penambahan satuan kerja baru di kementerian yang berfungsi
meningkatkan hubungan, koordinasi, dan sinkronisasi lintas sektor dan lintas
daerah dan lintas pelaku mutlak untuk dilakukan.
ATAN KELEMAHAN
Memiliki nilai historis yang tinggi dalam sejarah perkembangan bangsa 1. Masih rendahnya manajemen pengelolaan daya tarik wisata
ndonesia khususnya Ternate dan Tidore 2. Masih terbatasnya kualitas SDM kepariwisataan
Maluku Utara merupakan penghasil rempah paling potensial di Asia Tenggara 3. Masih terbatasnya kualitas dan kuantitas cinderapata khas
Maluku Utara masuk dalam jalur perdagangan rempah dunia Utara
Maluku utara memiliki peranan penting dalam sejarah PD II terutama di Morotai 4. Keterbatasan akses udara (seat capacity, jalur pene
alur transportasi umum laut sudah sangat berkambang dengan baik langsung) dari dan ke kota-kota besar nasional, serta sarana
Memiliki peninggalan sejarah bawah laut yang sangat beragam dan potensial yang masih kurang terawat
Memiliki serangkaian bangunan peninggalan bangsa Portugis, Spanyol dan 5. Keterbatasan sarana akses laut bagi wisatawan (kapal wisata)
elanda 6. Masih terbatasnya kualitas dan kuantitas fasilitas kepariwisata
Memiliki keragaman adat tradisi, budaya, kuliner, dan kehidupan suku asli souvenir shop, restaurant)
edalaman 7. Kurang meratanya ketersediaan hotel dan penginapan di
Memiliki potensi sumberdaya laut berupa ikan, sebaran terumbu karang dan Maluku Utara
iving spot di hampir seluruh wilayah Maluku Utara 8. Masih terbatasnya jalur Cruise yang melewati Maluku Utara
udah adanya festival budaya tahunan (festival Teluk Jailolo, festival Guraici) 9. Belum optimalnya kemitraan antara pemerintah dan swasta
Memiliki keragaman potensi alam yang tinggi berupa gunung, pantai, goa,
utan (taman nasional), dan hutan mangrove
ANG ANCAMAN
ipilihnya maluku utara sebagai tuan rumah Sail Indonesia 2012 1. Berkembangnya destinasi sejenis di sekitar Maluku Utara (Su
ergeseran trend kepariwisataan dunia dari wisata masal ke minat khusus Ampat)
ipilihnya Marine and Heritage sebagai tema pariwisata Indonesia 2010 2. Maluku utara termasuk dalam jalur vulkanis yang masih aktif
Menjadi salah satu kawasan tujuan bagi diving club dunia 3. Masih adanya penangkapan ikan dengan cara menggunakan b
4. Makin berkurangnya kuantitas sisa sisa peninggalan PD II,
5. Kerawanan terhadap bencana alam seperti gempa bumi tekto
tsunami (pertemuan tiga lempeng, Australia, Eurasia, dan Pas
S O STRATEGIES W O STRATEGIES
1. Penataan kawasan kota Ternate sebagai Hub Maluku Utara 1. Pendidikan dan pelatihan u
2. Pengembangan wisata minat khusus (water sport, diving, jungle trekking, eco bidang kepariwisataan
village tourism, pilgrim tourism, underwater heritage, tribe tourism, cave ) 2. Pendidikan dan pelatihan un
3. Pengembangan wisata berbasis festival budaya dan tradisi secara rutin dan makanan tradisional
3. Penambahan dan pengemb
capacity dari dan ke Maluku U
4. Pemfokusan pada pasar wuis
5. Penambahan dan pengemb
Maluku Utara
6. Peningkatan kualitas dan ku
dan darat
7. Pengembangan falisitas akom
8. Peningkatan kerjasama antar
S T STRATEGIES W T STRATEGIES
1. Pengembangan data tarik wisata yang mewakili kekhasan Maluku Utara 1. Pengembangan early warnin
2. Pengembangan pariwisata tanggap bencana 2. Pengembangan sarana penun
3. Pengembangan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan yang 3. Pengembangan kerajinan sou
tanggap bencana 4. Pengembangan paket wisata
4. Peningkatan pemeliharaan dan pemanfaatan potensi laut PD II)
5. Revitalisasi dan pemeliharaan benda-benda sejarah 5. Pengembangan pedoman p
menonjolkan keunikan Maluku
INTERNAL KEKUATAN K
1. Mempunyai bandara yang representatif 1.
2. Mempunyai Infrastruktur yang lengkap
3. Swering sebagai embrio kawasan waterfront
4. Mempunyai sebaran potensi wisata heritage 2.
5. Memiliki aktivitas kehidupan kota 24 jam
6. Tranportasi laut dan darat yang cukup memadai 3.
7. Memiliki nilai historis yang tinggi dalam sejarah
perkembangan bangsa Indonesia
EKSTERNAL
PELUANG S - O STRATEGIES W
1. Kota Ternate sebagai hub Provinsi Maluku Utara 1. Pengembangan wisata minat khusus (diving, 1.
2. Adanya kunjungan wisatawan mancanegara snorkeling, pilgrimage)
khususnya pada wisata minat khusus (diving, WW II 2. Pengembangan urban tourism yang berpusat di 2.
pilgrim) kawasan Swering sebagai kawasan watertfront
3. Pergeseran trend kepariwisataan dunia dari 3. Pengembangan heritage peninggalan Portugis 3.
wisata masal ke minat khusus
4. Mulai adanya kunjungan Curise ke Ternate
ANCAMAN S - T STRATEGIES W
1. Termasuk pada area pulau pulau vulkanis yang 1. Memberlakukan konsep sustainable 1.
masih aktif development dalam pengembangan serta
2. Memiliki kerawanan tinggi terhadap bencan pembangunan kepariwisataan guna meminimalisir 2.
gempa dampak negatif yang ditimbulkan
3. Berkembangnya destinasi sejenis di sekitar 2. Pengembangan pariwisata tanggap bencana 3.
Maluku Utara (Sulut, Raja Ampat) 3. Membuka kemudahan bagi investor yang masuk 4.
4. Makin berkurangnya kuantitas bangunan 4. Revitalisasi dan pemeliharaan benda-benda
bersejarah. sejarah 5.
5. Minat investor dibidang penerbangan masih kecil 5. Peningkatan pemeliharaan dan pemanfaatan
potensi laut
EKSTERNAL
PELUANG S - O STRATEGIES W -
1. Adanya kunjungan wisatawan mancanegara 1. Pengembangan wisata heritage peninggalan 1.
khususnya pada wisata minat khusus (diving, WW II bangsa Spanyol j
pilgrim) 2. Pengembangan wisata kuliner tepi pantai 2.
2. Pergeseran trend kepariwisataan dunia dari 3. Pemanfaatan potensi rempah-rempah sebagai k
wisata masal ke minat khusus daya tarik wisata minat khusus 3.
3. Mempunyai kedekatan geografis dengan 4.
Ternate sebagai hub utama Maluku Utara (10 menit p
dengan boat)
EKSTERNAL
PELUANG S - O STRATEGIES W
1. Pergeseran trend kepariwisataan dunia dari 1. Pengembangan wisata minat khusus 1.
wisata masal ke minat khusus 2. Pengembangan urban tourism yang berpusat di
2. Marine and Heritage sebagai tema pariwisata kota Jailolo 2.
Indonesia 2010 3. Pengembangan heritage peninggalan
3. Mempunyai kedekatan geografis dengan Ternate Kasultanan Jailolo 3.
sebagai hub utama Maluku Utara (60 menit dengan 4. Pengembangan wisata tepi pantai
boat)
ANCAMAN S - T STRATEGIES W
1. Termasuk pada area pulau pulau vulkanis yang 1. Memberlakukan konsep sustainable 1.
masih aktif development dalam pengembangan serta
2. Berkembangnya destinasi sejenis di sekitar pembangunan kepariwisataan guna meminimalisir 2.
Maluku Utara (Sulut, Raja Ampat) dampak negatif yang ditimbulkan
3. Minat investor dibidang pariwisata masih kecil 2. Pengembangan pariwisata tanggap bencana 3.
3. Membuka kemudahan bagi investor yang masuk 4.
4. Peningkatan pemeliharaan dan pemanfaatan
potensi laut
INTERNAL KEKUATAN K
1. Mempunyai kawasan goa bokimanuru 1
2. Mempunyai potensi pantai
3
4
EKSTERNAL
PELUANG S - O STRATEGIES W
1. Pergeseran trend kepariwisataan dunia dari 1. Pengembangan wisata susur goa 1
wisata masal ke minat khusus 2. Pengembangan wisata cave tubing
2. Perkembangan tren wisatawan minat khusus 2
(cave tubing)
ANCAMAN S - T STRATEGIES W
1. Termasuk pada area pulau pulau vulkanis yang 1. Memberlakukan konsep sustainable 1
masih aktif development dalam pengembangan serta
2. Berkembangnya destinasi sejenis di sekitar pembangunan kepariwisataan guna meminimalisir 2
Maluku Utara (Sulut, Raja Ampat) dampak negatif yang ditimbulkan
3. Minat investor dibidang pariwisata masih kecil 2. Pengembangan pariwisata tanggap bencana 3
4. Penambangan batu bara yang meluas 3. Membuka kemudahan bagi investor yang masuk 4
4. Revitalisasi dan pemeliharaan benda-benda
sejarah
5. Peningkatan pemeliharaan dan pemanfaatan
potensi laut
EKSTERNAL
PELUANG S - O STRATEGIES W -
1. Adanya kunjungan wisatawan mancanegara 1. Pengembangan wisata minat khusus (diving, 1.
khususnya pada wisata minat khusus snorkeling, pilgrimage) p
2. Pergeseran trend kepariwisataan dunia dari 2. Pengembangan wisata jelajah hutan bakau 2.
wisata masal ke minat khusus 3. Pengembangan wisata perkotaan dan night life k
3. Marine and Heritage sebagai tema pariwisata 4. Pengembangan wisata heritage PD II 3.
Indonesia 2010 m
ANCAMAN S - T STRATEGIES W-T
1. Berkembangnya destinasi sejenis di sekitar 1. Memberlakukan konsep sustainable 1.
Maluku Utara (Sulut, Raja Ampat) development dalam pengembangan serta b
2. Minat investor dibidang pariwisata masih kecil pembangunan kepariwisataan guna meminimalisir 2.
3. Masih adanya penangkapan ikan dengan cara dampak negatif yang ditimbulkan k
menggunakan bom 2. Pengembangan pariwisata tanggap bencana 3.
4. Kerusakan atraksi wisata yang berupa bangkai 3. Membuka kemudahan bagi investor yang M
kapal dan peninggalan PD II masuk 4.
4. Peningkatan pemeliharaan dan pemanfaatan s
potensi laut M
5. Perawatan atraksi wisata yang berupa bangkai 5.
kapal dan peninggalan PD II
EKSTERNAL
PELUANG S - O STRATEGIES W -O
1. Adanya kunjungan wisatawan mancanegara 1. Pengembangan wisata minat khusus (diving, 1.
khususnya pada wisata minat khusus snorkeling, pilgrimage) p
2. Pergeseran trend kepariwisataan dunia dari 2. Pengembangan produk wisata alam 2.
wisata masal ke minat khusus Halmahera Selatan sebagai Eco-Village Resort k
3. Guraici sebagai salah satu daya tarik wisata di khususnya di Pulau Guraici 3.
Maluku Utara yang sudah cukup terkenal 3. Pengembangan wisata kuliner yang m
menonjolkan kekhasan
EKSTERNAL
PELUANG S - O STRATEGIES W -
1. Pergeseran trend kepariwisataan dunia dari 1. Pengembangan village tourism 1.
wisata masal ke minat khusus 2. Pengembangan wisata jelajah hutan dan bird p
2. Marine and Heritage sebagai tema pariwisata watching 2.
Indonesia 2010 3. Pengembangan wisata pantai k
EKSTERNAL
PELUANG S - O STRATEGIES W -
1. Pergeseran trend kepariwisataan dunia dari 1. Pengembangan wisata pantai 1.
wisata masal ke minat khusus 2. Pengembangan wisata heritage p
3. Pengembangan wisata perkotaan 2.
k
1
3.1.2. Pemanasan Global (Global Warming)
3
3.1.3. Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development
Goals)
4
3.1.4. Kecenderungan dan Perkembangan Pariwisata Global
6
3.1.5. Kode Etik Pariwisata Global (Global Code of Ethics
Tourism)
11
3.1.6. Perkembangan Kawasan Asia Pasifik dan ASEAN
13
3.1.7. Dari Pariwisata Masal Menuju Pariwisata Minat Khusus
(Mass Tourism to Special Interest)
15
3.1.8. Kelonggaran Terhadap Pergerakan dan Arus Wisatawan
di beberapa Wilayah (Tourism Restriction Allowance)
15
3.1.9. Kebangkitan Ekonomi Kreatif sebagai Ekonomi
Gelombang Keempat
16
3.1.10. Revolusi Teknologi dan Informasi
16
3.1.11. Pergeseran Kebijakan Pembangunan Nasional
17
3.1.12. Pembangunan yang berbasis pada Pemberdayaan
Masyarakat (People Oriented & Community Based
Development)
17
3.2. ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL
18
3.2.1. DESTINASI PARIWISATA
18
3.2.1.1. Keterbatasan Aspek Daya Saing dan Pengembangan Produk
Wisata
18
3.2.1.2. Perkembangan Destinasi Sejenis Yang Berdekatan
20
3.2.1.3. Keterbatasan Jalur Pelayaran Cruise di Maluku Utara
21
3.2.1.4. Keterbatasan Aksesibilitas dan Fasilitas Kepariwisataan
22
3.2.1.5. Lokasi Geografis Yang Berada Di Wilayah Perbatasan
25
3.2.1.6. Keterbatasan Investasi Pariwisata
26
3.2.1.7. Belum optimalnya pelibatan dan peran masyarakat lokal dalam
pengembangan pariwisata
26
3.2.1.8. Aktualisasi konsep sadar wisata di destinasi pariwisata belum
optimal
27
3.2.2. PEMASARAN PARIWISATA
28
3.2.2.1. Persaingan Pencitraan Destinasi Sekitar
28
3.2.2.2. Belum Optimalnya Promosi dan Pemasaran Pariwisata
29
3.2.3. INDUSTRI PARIWISATA
29
3.2.3.1. Keterbatasan Kualitas dan Efisiensi Sistem Pelayanan Wisata
29
3.2.3.2. Kemitraan pemerintah dan swasta yang belum optimal
30
3.2.4. KELEMBAGAAN DAN SDM PARIWISATA
30
3.2.4.1. Koordinasi/sinergi lintas sektor dan daerah yang belum efektif
30
3.2.4.2. Pariwisata Masih Menjadi Kewenangan Pilihan Di Dalam
Pemerintahan
32
3.3. ANALISIS SWOT PROVINSI DAN
KABUPATEN KOTA
34
3.3.1. Analisis SWOT Provinsi Maluku Utara
34
3.3.2. Analisis SWOT Per Kabupaten Kota di Provinsi Maluku
Utara
36
3.3.2.1. Kota Ternate
36
3.3.2.2. Kota Tidore Kepulauan
37
3.3.2.3. Kabupaten Halmahera Barat
38
3.3.2.4. Kabupaten Halmahera Tengah
39
3.3.2.5. Kabupaten Halmahera Utara
40
3.3.2.6. Kabupaten Halmahera Selatan
41
3.3.2.7. Kabupaten Halmahera Timur
42
3.3.2.8. Kabupaten Kepulauan Sula
43
3.3.2.9. Kabupaten Morotai
44