Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Penebalan pada lapisan dinding dalam rahim atau yang disebut dengan hyperplasia
endometrium terjadi karena kerja hormon estrogen. Makanya, jika terjadi penebalan
berlebih itu menunjukkan adanya peningkatan berlebih dari kadar hormon estrogen itu
sendiri.
Pada kasus umum, peningkatan hormon estrogen bisa terjadi akibat dipicu oleh tumbuhnya
kista. Pada kasus lain, penebalan dinding rahim juga terjadi karena faktor
ketidakseimbangan hormonal dimana peningkatan hormon estrogen tak diimbangi oleh
peningkatan progesteron. Kondisi ini juga biasanya dialami oleh wanita yang tergolong
berbadan gemuk karena produksi estrogennya berlebihan. Jadi, hiperplasia endometrium
sebenarnya bisa dialami siapa pun, baik yang sudah memiliki anak maupun belum
1. Pemeriksaan Diagnostik
2. Terapi
3. Pencegahan
Hiperplasia Endometrium
2011
HIPERPLASIA ENDOMETRIUM
Uterus adalah organ muscular yang berbentuk buah pir yang terletak di dalam
pelvis dengan kandung kemih di anterior dan rectum di posterior. Uterus biasanya terbagi
menjadi korpus dan serviks. Korpus dilapisi oleh endometrium dengan ketebalan
bervariasi sesuai usia dan tahap siklus menstruasi. Endometrium tersusun oleh kelenjar-
kelenjar endometrium dan sel-sel stroma mesenkim, yang keduanya sangat sensitive
terhadap kerja hormone seks wanita. Hormon yang ada di tubuh wanita yaitu estrogen dan
progesteron mengatur perubahan endometrium, dimana estrogen merangsang pertumbuhan
dan progesterone mempertahankannya.1
Hiperplasia Endometrium
2011
Endometrium adalah lapisan terdalam pada rahim dan tempatnya menempelnya
ovum yang telah dibuahi. Di dalam lapisan Endometrium terdapat pembuluh darah yang
berguna untuk menyalurkan zat makanan ke lapisan ini. Saat ovum yang telah dibuahi
(yang biasa disebut fertilisasi) menempel di lapisan endometrium (implantasi),
maka ovum akan terhubung dengan badan induk dengan plasenta yang berhubung dengan
tali pusat pada bayi.
Lapisan ini tumbuh dan menebal setiap bulannya dalam rangka mempersiapkan diri
terhadap terjadinya kehamilan,agar hasil konsepsi bisa tertanam. Pada suatu fase
dimana ovum tidak dibuahi oleh sperma, maka kurpus luteum akan berhenti memproduksi
hormon progesteron dan berubah menjadi korpus albikan yang menghasilkan sedikit
hormon diikuti meluruhnya lapisan endometrium yang telah menebal, karena
hormon estrogen dan progesteron telah berhenti diproduksi. Pada fase ini, biasa
disebut menstruasi atau peluruhan dinding rahim.3
Hiperplasia Endometrium
2011
Kelenjar tersebut menjadi lebih berkelok-kelok secara progresif dan secara tipikal
ujungnya berbentuk seperti gerigi pada siklus.
Arteriol spiral menjadi menonjol pada hari ke sembilan setelah ovulasi. Mulai pada
hari ke sembilan setelah ovulasi, sel-sel stroma menjadi lebih besar, dengan peningkatan
kandungan glikogen dan banyaknya sitoplas (perubahan pradesidua). Pada saat fertilisasi
tidak terjadi, neutrofil tampak di dalam stroma sekitar 13 hari setelah ovulasi, disertai
dengan meningkatnya perdarahan dan nekrosis fokal kelenjar. (fase pramenstruasi). Dalam
fase sekretorik siklus ini, histology endometrium memungkinkan penilaian yang sangat
akurat (dalam 2 hari) mengenai tanggal siklus tersebut dalam kaitan dengan ovulasi.
3. Hiperplasia Endometrium
3.1.Defenisi
Hiperplasia Endometrium
2011
Hyperplasia endometrium juga didefenisikan sebagai lesi praganas yang disebabkan
oleh stimulasi estrogen yang tanpa lawan. Hal ini biasanya terjadi sekitar atau setelah
menopause dan terkait dengan perdarahan uterus berlebihan dan ireguler.1
3.2.Klasifikasi
Hiperplasia Endometrium
2011
atipia menyatu dengan adenokarsinoma in situ pada endometrium dan
menimbulkan risiko karsinoma endometrium yang tinggi.1,2
3.3.Pathogenesis
Pada wanita perimenopause sering terjadi siklus yang anovulatoar sehingga terjadi
penurunan produksi progesteron oleh korpus luteum sehingga estrogen tidak diimbangi
oleh progesteron. Akibat dari keadaan ini adalah terjadinya stimulasi hormon estrogen
terhadap kelenjar maupun stroma endometrium tanpa ada hambatan dari progesteron yang
menyebabkan proliferasi berlebih dan terjadinya hiperplasia pada endometrium. Juga
terjadi pada wanita usia menopause dimana sering kali mendapatkan terapi hormon
penganti yaituprogesteron dan estrogen, maupun estrogen saja.
3.4.Gejala Klinis
Siklus menstruasi tidak teratur, tidak haid dalam jangka waktu lama (amenorrhoe)
ataupun menstruasi terus-menerus dan banyak (metrorrhagia).
Selain itu, akan sering mengalami flek bahkan muncul gangguan sakit kepala,
mudah lelah dan sebagainya. Dampak berkelanjutan dari penyakit ini, adalah penderita bisa
mengalami kesulitan hamil dan terserang anemia berat. Hubungan suami-istri pun
terganggu karena biasanya terjadi perdarahan yang cukup parah.
3.5.Factor Risiko
Hiperplasia Endometrium seringkali terjadi pada sejumlah wanita yang memiliki resiko
tinhggi :
Hiperplasia Endometrium
2011
3.6.Diagnosis
Hiperplasia Endometrium
2011
Biopsy
Dilakukan dilatasi dan kuretase untuk terapi dan diagnosa perdarahan uterus.
Histeroskopi
3.7.Diagnosis Banding
Hiperplasia mempunyai gejala perdarahan abnormal oleh sebab itu dapat dipikirkan
kemungkinan:
1) karsinoma endometrium,
2) abortus inkomplit
3) leiomioma
4) polip
Hiperplasia Endometrium
2011
3.8.Terapi
Terapi atau pengobatan bagi penderita hiperplasia, antara lain sebagai berikut:
1) Tindakan kuratase selain untuk menegakkan diagnosa sekaligus sebagai terapi untuk
menghentikan perdarahan.
3) Jika pengobatan hormonal yang dijalani tak juga menghasilkan perbaikan, biasanya akan
diganti dengan obat-obatan lain.
Tanda kesembuhan penyakit hiperplasia endometrium yaitu siklus haid kembali normal.
Jika sudah dinyatakan sembuh, ibu sudah bisa mempersiapkan diri untuk kembali
menjalani kehamilan. Namun alangkah baiknya jika terlebih dahulu memeriksakan diri
pada dokter. Terutama pemeriksaan bagaimana fungsi endometrium, apakah salurannya
baik, apakah memiliki sel telur dan sebagainya.
4) Khusus bagi penderita hiperplasia kategori atipik, jika memang terdeteksi ada kanker,
maka jalan satu-satunya adalah menjalani operasi pengangkatan rahim. Penyakit
hiperplasia endometrium cukup merupakan momok bagi kaum perempuan dan kasus
seperti ini cukup dibilang kasus yang sering terjadi, maka dari itu akan lebih baik jika bisa
dilakukan pencegahan yang efektif.
Hiperplasia Endometrium
2011
3.9.Prognosis
Umumnya lesi pada hiperplasia atipikal akan mengalami regresi dengan terapi
progestin, akan tetapi memiliki tingkat kekambuhan yang lebih tinggi ketika terapi
dihentikan dibandingkan dengan lesi pada hiperplasia tanpa atipi.
Penelitian terbaru menemukan bahwa pada saat histerektomi 62,5% pasien dengan
hiperplasia endometrium atipikal yang tidak diterapi ternyata juga mengalami karsinoma
endometrial pada saat yang bersamaan. Sedangkan pasien dengan hiperplasia endometrial
tanpa atipi yang di histerektomi hanya 5% diantaranya yang juga memiliki karsinoma
endometrial.
3.10. Pencegahan
1. Melakukan pemeriksaan USG dan / atau pemeriksaan rahim secara rutin, untuk
deteksi dini ada kista yang bisa menyebabkan terjadinya penebalan dinding rahim.
2. Melakukan konsultasi ke dokter jika mengalami gangguan seputar menstruasi
apakah itu haid yang tak teratur, jumlah mestruasi yang banyak ataupun tak
kunjung haid dalam jangka waktu lama.
3. Penggunaan etsrogen pada masa pasca menopause harus disertai dengan pemberian
progestin untuk mencegah karsinoma endometrium.
4. Bila menstruasi tidak terjadi setiap bulan maka harus diberikan terapi progesteron
untuk mencegah pertumbuhan endometrium berlebihan. Terapi terbaik adalah
memberikan kontrasepsi oral kombinasi.
5. Rubah gaya hidup untuk menurunkan berat badan.
10
Hiperplasia Endometrium
2011
KESIMPULAN
Endometrium merupakan lapisan paling dalam dari rahim. Lapisan ini tumbuh dan
menebal setiap bulannya dalam rangka mempersiapkan diri terhadap terjadinya kehamilan,
agar hasil konsepsi bisa tertanam. Jika tidak terjadi kehamilan, maka lapisan ini akan
keluar saat menstruasi.
Hormon yang ada di tubuh wanita: estrogen dan progesteron mengatur perubahan
endometrium, dimana estrogen merangsang pertumbuhannya dan progesteron
mempertahankannya. Sekitar pertengahan siklus haid, terjadi ovulasi (lepasnya sel telur
dari indung telur). Jika sel telur ini tidak dibuahi (oleh sperma), maka kadar hormon
(progesteron) akan menurun, sehingga timbullah haid/menstruasi.
Pada saat mendekati menopause, kadar hormon2 ini berkurang. Setelah menopause
wanita tidak lagi haid, karena produksi hormon ini sangat sedikit sekali. Untuk mengurangi
keluhan/gejala menopause sebagian wanita memakai hormon pengganti dari luar tubuh
(terapi sulih hormon), bisa dalam bentuk kombinasi estrogen + progesteron ataupun
estrogen saja.
11
Hiperplasia Endometrium
2011
Biopsi : pengambilan sampel endometrium, selanjutnya di periksa dengan mikroskop (PA)
Dilatasi dan Kuretase (D&C): leher rahim dilebarkan dengan dilatator kemudian
hiperplasianya dikuret. Hasil kuret lalau di PA-kan.
Pada kebanyakan kasus hiperplasisa dapat diobati dengan obat2an yaitu dengan
memakai progesteron. Progesteron menipiskan/menghilangkan penebalan serta
mencegahnya tidak menebal lagi. Namun pemakain progesteron ini menimbulkan bercak
(spotting).
12
Hiperplasia Endometrium
2011
DAFTAR PUSTAKA
13
Hiperplasia Endometrium
2011
STATUS PASIEN
ANAMNESA PRIBADI
Umur : 39 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku/bangsa : Melayu/Indonesia
Pendidikan : SD
ANAMNESA PENYAKIT
KU : Perdarahan pervagina
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
14
Hiperplasia Endometrium
2011
TTP : 03 September 2011
Riwayat persalinan:
RPT : (-)
RPO : (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
1. Keadaan Umum
Suhu : 36,5 0 C
2. Keadaan Penyakit
Anemia : (-)
Sianosis : (-)
Dyspnoe : (-)
Ikterus : (-)
Edema : (-)
15
Hiperplasia Endometrium
2011
Status Lokalisata
1. Kepala
Telinga : dbn
Hidung : dbn
2. Thorax
Inspeksi : simetris
3. Abdomen
Palpasi : Hati tidak teraba, Lien tidak teraba, nyeri tekan abdomen(+)
Perkusi : Timpani
4. Ektremitas
Superior : dbn
Inferior : dbn
16
Hiperplasia Endometrium
2011
Status Obstetri dan Ginekologi
1. Abdomen
Perkusi : Timpani
2. Genetalia Ekterna
Vulva: Tanda radang (-), massa(-), Udem (-), Perdarahan (+), lesi(-),
3. Genetalia Interna
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG
Dilakukan pada tanggal 20 Mei 2011 (os melakukan USG sebelum datang kerumah
sakit, hasilnya adalah :
Hiperplasia endometrium
2. Laboratorium
Darah rutin :
Hb : 9,9 gr/dl
Leukosit : 12.200
Golongan Darah : B
Urin rutin : (-)
17
Hiperplasia Endometrium
2011
RESUME
ANEMNESA
KU : Perdarahan pervagina
PEMERIKSAAN FISIK
Status present
1. Keadaan Umum
Status Lokalisata
1. Abdomen
1. Abdomen
2. Genetalia Ekterna
18
Hiperplasia Endometrium
2011
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG
Hyperplasia endometrium
DIAGNOSA BANDING
karsinoma endometrium,
abortus inkomplit
leiomioma endometrium
polip endometrium
DIAGNOSA KERJA
Hyperplasia endometrium
PENATALAKSANAAN
- Ciprofloxacin 3 x 1
- Viferron 1 x 1
- Neorolut 2 x 1
RENCANA
- Kurretage
LAPORAN KURRETAGE
19
Hiperplasia Endometrium
2011
- Operator melakukan teknik sterilisasi
- Vagina dibuka dengan menggunakan inspekulo sehingga tampak darah dan mulut
rahim dijepit dengan menggunakan cunam cervik
- Setelah sonde uterus dikeluarkan maka dimasukkan alat untuk mengikis dinding
uterus / endometrium
- Setelah dinding uterus bersih dikikis maka inspekulo dikeluarkan dan dikasih
betadin
- Neorolut 2x1
- Diet MB
20
Hiperplasia Endometrium
2011
FOLLOW UP
Kesadaran CM CM CM CM CM
Keluhan Darah masih keluar (+) Darah masih keluar (+) Darah masih keluar (+) Darah masih keluar (+) Darah masih keluar (+)
Mules (+) Jantung berdebar
Lemas
Vital Sign TD : 140/70 mmhg TD : 100/70 mmHg TD : 90/70 mmHg TD : 110/70 mmHg TD : 120/90 mmHg
RR : 24 x/i RR : 24x/i RR : 20x/i RR : 22 x/i RR : 22 x/i
HR : 60 x/i HR : 84x/i HR : 76x/i HR : 80 x/i HR : 84 x/i
Terapi IVFD RL 20 gtt/i IVFD RL 20 gtt/i IVFD RL 20 gtt/i IVFD RL 20 gtt/i IVFD RL 20 gtt/i
Viferron 1x1 Viferron 1x1 Viferron 1x1 Viferron 1x1 Viferron 1x1
Neorolut 2x1 Neorolut 2x1 Neorolut 2x1 Neorolut 2x1 Neorolut 2x1
Hiperplasia Endometrium
21
2011
FOLLOW UP
Kesadaran CM CM CM CM CM
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Pusing (+)
Vital Sign TD : 120/60 mmhg TD : 120/80 mmHg TD : 110/70 mmHg TD : 110/80 mmHg TD : 100/80 mmHg
RR : 22 x/i RR : 22 x/i RR : 24 x/i RR : 22 x/i RR : 20 x/i
HR : 64 x/i HR : 78 x/i HR : 80 x/i HR : 60 x/i HR : 72 x/i
Terapi IVFD RL 20 gtt/i IVFD RL 20 gtt/i IVFD RL 20 gtt/i IVFD RL 20 gtt/i IVFD RL 20 gtt/i
Viferron 1x1 Viferron 1x1 Viferron 1x1 Viferron 1x1 Viferron 1x1
Neorolut 2x1 Neorolut 2x1 Neorolut 2x1 Neorolut 2x1 Neorolut 2x1
Hiperplasia Endometrium
22
2011
Kesadaran CM CM CM CM
Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Vital Sign TD : 140/90 mmhg TD : 140/80 mmHg TD : 110/70 mmHg TD : 110/80 mmHg
RR : 24 x/i RR : 24 x/i RR : 24 x/i RR : 22 x/i
HR : 88 x/i HR : 88 x/i HR : 72 x/i HR : 60 x/i
Neorolut 2x1
Hiperplasia Endometrium
23
2011
KESIMPULAN
24
Hiperplasia Endometrium