You are on page 1of 14

Dezonda R. Pattipawae, Penerepan Nilai-Nilai Dasar.

31
Jurnal Sasi Vol. 17 No.3 Bulan Juli September 2011

PENERAPAN NILAI NILAI DASAR BUDAYA KERJA


DAN PRINSIP-PRINSIP ORGANISASI BUDAYA KERJA PEMERINTAH
DENGAN BAIK DAN BENAR

Oleh: Dezonda. R. Pattipawae

ABSTRACT
Organisational culture is important when faced with efforts to improve organizational
performance and employees therein. Many people do not realize that a work keberhsilan
rooted in those values originated from the customs, habits, religious and other rules into
confidence and then became a habit in people's behavior in carrying out the work. The values
that have become a habit is called culture. Because culture is associated with higher levels of
quality work, then called the culture of work culture, both inside and outside the organization.
In connection with the professional values espoused, the employee should be adaptive to
changes in the value of organizational culture. Attitudes toward the organization's culture
becomes more meaningful in accelerating or slowing down of this adaptive ability. If
employees have individual values that conflict with organizational culture, this suggests a low
level of effectiveness, and vice versa. In this case there should be clear how the fact that
employee attitudes towards the prevailing organizational culture. If an employee shows a
good attitude towards the organization's culture, it is expected to easily form an organization
of social behavior.
Keywords: Basic Values Work Culture, Organizational Culture Government Work

A. LATAR BELAKANG. organisasi. Hal ini berarti bahwa individu


tersebut akan memiliki motivasi dan
Budaya organisasi merupakan hal keinginan untuk berkontribusi secara berarti
yang penting ketika dihadapkan pada upaya terhadap organisasi. Begitu juga dengan
peningkatan kinerja organisasi dan pegawai sikap pada budaya organisasi yang juga
didalamnya. Banyak orang belum menyadari dipandang sebagai faktor yang memberi
bahwa suatu keberhsilan kerja berakar pada pengaruh terhadap perilaku sosial
nilai-nilai itu bermula dari adat istiadat, organisasi. Budaya organisasi memiliki
kebiasaan, agama dan kaidah lainnya yang tujuan untuk mengubah sikap dan juga
menjadi keyakinan dan kemudian menjadi perilaku SDM yang ada agar dapat
kebiasaan dalam perilaku orang-orang dalam meningkatkan produktivitas kerja untuk
melaksanakan pekerjaan. Nilai-nilai yang menghadapi berbagai tantangan di masa
telah menjadi kebiasaan tersebut dinamakan yang akan datang. Budaya organisasi dapat
budaya. Karena budaya tersebut dikaitkan dibentuk oleh mereka yang terlibat dengan
dengan kadar kualitas kerja, maka budaya organisasi dengan mengacu pada etika
disebut budaya kerja, baik di dalam maupun organisasi, peraturan kerja, dan struktur
diluar organisasi organisasi. Bersama-sama dengan struktur
Organisasi juga dipandang sebagai organisasi, budaya organisasi membentuk
faktor yang dapat memberi pengaruh dan mengendalikan perilaku organisasi dan
terhadap munculnya perilaku sosial perilaku pegawainya.
organisasi pegawai. Pegawai dengan Berkaitan dengan nilai profesional
affective commitment yang tinggi memiliki yang dianut, maka pegawai seharusnya
kedekatan emosional yang erat terhadap adaptif terhadap perubahan-perubahan nilai
Dezonda R. Pattipawae, Penerepan Nilai-Nilai Dasar. 32
Jurnal Sasi Vol. 17 No.3 Bulan Juli September 2011

budaya organisasi. Sikap terhadap budaya meningkatkan kepuasan kerja pegawai.


organisasi menjadi lebih bermakna dalam Cara hidup tertentu yang memancarkan
mempercepat atau memperlambat identitas tertentu dari suatu bangsa Suatu
kemampuan adaptif ini. Apabila pegawai keseluruhan dari pola perilaku yang dikirim
memiliki nilai individual yang bertentangan melalui kehidupan sosial, seni. Agama,
dengan budaya organisasi, hal ini kelembagaan, dan segala hasil kerja dan
menunjukkan tingkat efeksi yang rendah, pemikiran manusia dari suatu kelompok
demikian pula sebaliknya. Dalam hal ini manusia Keseluruhan sistem gagasan
harus ada fakta yang jelas bagaimana sikap tindakan dan hasil karya manusia dalam
pegawai terhadap budaya organisasi yang rangka kehidupan masyarakat yang
berlaku. Kalau pegawai menunjukkan sikap dijadikan milik diri manusia dengan cara
yang baik terhadap budaya organisasi, maka belajar.
diprediksikan akan mudah terbentuk Di perlukan waktu membiasakan diri
perilaku sosial organisasi. dengan pola pikir, pola rasa dan pola tindak
Faktor kepuasan kerja pegawai baru yang dapat melahirkan aparatur negara
merupakan faktor yang sangat penting yang berkarakter mulia yang menjunjung
dalam menampilkan perilaku sosial tinggi nilai amanah, profesional, antusias,
organisasi. Pegawai yang merasa seperti bertanggung jawab, kreatif, disiplin dan
bekerja di rumah sendiri, dipercaya dan peduli. Proses pengembangan budaya kerja
merasa berharga, akan melakukan sesuatu dimulai dari kesepakatan atas nilai-nilai
yang .lebih. dari yang sekadar diminta. Ini yang diyakini sebagai pilihan acuan. Nilai-
karena mereka akan merasa bekerja sambil nilai ini selanjutnya diinternalisasikan dalam
bermain, mereka menikmati apa yang setiap SDM aparatur negara dan diterapkan
dikerjakan sehingga tidak merasa berat dalam aktivitas tugas dan dinamika
melakukan kerja ekstra karena hak dan organisasi.
martabatnya dihargai dan dinilai penting. Sasaran jangka pendek dan
Salah satu upaya untuk meningkatkan menengah pengembangan budaya kerja
kepuasan kerja pegawai adalah dengan adalah menumbuhkembangkan nilai-nilai
melihat faktor-faktor yang moral dan budaya kerja produktif,
mempengaruhinya. Gaya kepemimpinan memperbaiki persepsi, pola pikir dan
transformasional merupakan salah satu perilaku aparatur negara yang menyimpang,
faktor penentu kepuasan kerja. Rendahnya meningkatkan kinerja aparatur negara
kinerja pegawai lebih banyak disebabkan melalui kelompok-kelompok kerja dan
oleh ketidakpuasan terhadap kondisi kerja forum-forum profesi dan memperbaiki citra
karena pegawai merasa pimpinan tidak aparatur negara. Pengalaman upaya
memberi kepercayaan kepada pegawai, tidak mengembangkan budaya kerja organisasi
ada keterlibatan pegawai dalam pembuatan pemerintah selama ini menunjukkan bahwa
keputusan, pemimpin berlaku tidak objektif peningkatan dari atas ke bawah yang
dan tidak jujur pada pegawai, dan juga tidak sifatnya indoktrinasi berujung pada
memperhatikan kebutuhan-kebutuhan ketidakberhasilan. Kita telah begitu terpola
pegawai. Kepuasan kerja pegawai juga tidak dengan kebiasaan lama yang sangat
terlepas dari iklim organisasi yang berlaku. mengakar sehingga upaya perubahan yang
Iklim organisasi merupakan keadaan di dilakukan dengan setengah hati tidak akan
tempat kerja baik fisik maupun non fisik mampu menghasilkan apapun, kecuali
yang mendukung pelaksanaan tugas dalam munculnya akumulasi kekecewaan yang
organisasi. Apabila iklim organisasi tidak berujung pada keputusasaan masyarakat
kondusif maka ketidakpuasan kerja akan yang kita layani. Aparatur negara
terjadi, begitu juga sebaliknya, jika iklim memainkan peran yang multidemensional.
organisasi kondusif maka akan Peran itu tidak akan mampu dimainkan
Dezonda R. Pattipawae, Penerepan Nilai-Nilai Dasar. 33
Jurnal Sasi Vol. 17 No.3 Bulan Juli September 2011

tanpa terus belajar meningkatkan


kompetensinya. Sebagai mahluk pembelajar
yang mengikuti perkembangan pengetahuan
dan teknologi dalam bidang tugasnya akan
dapat berkinerja secara produktif.

B. PEMBAHASAN

1. Identifikasi Nilai-Nilai Budaya Kerja


Dengan masuknya nilai-nilai
Falsafah negara, bangsa dan budaya dalam manajemen diharapkan
masyarakat Indonesia telah jelas dimuat akan terjadi peningkatan kualitas SDM,
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar kualitas cara kerja dan kualitas produknya.
1945 yang kita namakan Pancasila. Nilai- Mengenai kualitas produk dapat diukur dari
nilai luhur yang terkandung di dalamnya beberapa aspek antara lain Kesesuaian
merupakan cermin nilai-nilai luhur yang dengan mutu yang diminta oleh pelanggan,
hidup di masyarakat. Dalam menghadapi mereka menyatakan puas atau tidak, kalau
tantangan apapun, hakekat nilai-nilai luhur mereka tidak puas, berarti kualitas produk
tersebut tidak bisa berubah, yang berubah tersebut belum mencapai standarnya, dan
adalah nilai-nilai instrumental yang harus disempurnakan. Setiap orang dalam
disesuaikan dengan perkembangan organisasi mempunyai sifat peran sebagai
lingkungan. Untuk itu kualitas SDM dituntut pemasok pelanggan baik yang berorientasi
responsif atau peka, penuh prakarsa, internal maupun eksternal. Setiap pelanggan
bersikap proaktif, terampil, mandiri, disiplin, mempunyai dimensi persyaratan mutu yang
integritas tinggi dan lain-lain. berbeda-beda tergantung pada keperluannya.
Implementasi nilai-nilai luhur Oleh karena itu untuk menciptakan produk
Pancasila dalam organisasi menuntut (barang atau jasa) diperlukan kerjasama
perubahan cara komunikasi, dan yang biasa internal maupun eksternal agar produk
dilakukan secara vertikal dari atas ke bawah, tersebut dapat memenuhi standard yang
menjadi hubungan lebih horisontal dan dipersyaratkan oleh pelanggan.
partisipatif. Demikian juga gaya Untuk kerjasama yang intensif perlu
kepemimpinan menjadi lebih banyak diciptakan jaringan kerja yang menerobos
mengajak daripada memerintah, kekakuan birokrasi seperti jaringan kerja
memberikan keteladanan, mendorong dan horisontal, vertikal dan diagonal. Orientasi
memberikan kepercayaan lebih besar kepada pada pencegahan lebih baik dari pada
bawahan. Sebagai konsekuensi gaya memperbaiki kesalahan, karena biaya
partisipatif tersebut maka dalam perbaikan akan menjadi lebih mahal dan
pengambilan keputusan dilakukan secara mempengaruhi daya saing. Falsafah yang
musyawarah dan mufakat. Dengan gaya terkenal untuk kegiatan itu antara lain "Do it
manajemen seperti tersebut di atas akan right at the first time", "Zero Defect" "Zero
mendorong bawahan menjadi lebih merasa biscrepencies". Untuk mencegah
ikut memiliki, ikut bertanggung jawab dan pemborosan agar mutu menjadi lebih baik
mawas diri. Hal ini sangat penting bagi perlu diperhatikan hal-hal berikut:
pengembangan SDM agar mampu pembiayaan, yang antara lain meliputi
memberikan sumbangan kerja yang terbaik penilaian (inspeksi, pengujian dan tugas
atau optimal bagi manajemen. lain), pencegahan (latihan, mencari
penyebab, koreksi, pengembangan),
kegagalan (kerusakan, perbaikan, kerja
Dezonda R. Pattipawae, Penerepan Nilai-Nilai Dasar. 34
Jurnal Sasi Vol. 17 No.3 Bulan Juli September 2011

ulang, kurang waktu), kegagalan eksternal kadang cuek alias tidak memperhatikan
(penghentian jaminan, kerusakan, perasaan kita namanya juga kadang cinta
kahilangan pelanggan, keluhan dan tetap nekad tapi tentu saja tidak akan
perbaikan). Mutu terletak pada sumbernya, berhenti sampai disitu saja kalau yang kita
yang berarti setiap SDM adalah inspektur cintai jelek tidak bagus atau tidak pantas
kualitas bagi pekerjaannya. Untuk mencapai buat diajak jalan-jalan dikenalin sama
tingkat optimal cara kerja seperti itu orang-orang didandan diberikan baju yang
diperlukan, kerjasama melalui kelompok bagus diberi make up yang mahal atau
tertentu, mereka diberi pelatihan dan kalau perlu dioperasi plastik biar cantik dan
peralatan teknik untuk pemecahan masalah, sedap dipandang mata .
sehingga mereka mampu mencegah Salah satu upaya membikin cantik
kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi; adalah dengan mentransformasikan nilai-
Mutu dapat diraih melalui cara perbaikan nilai budaya kerja dalam unit kerja kita.
yang berkesinambungan, hal ini merupakan Nilai-nilai budaya kerja pada prinsipnya
falsafah manajemen yang mendekatkan terbagi menjadi lima kelompok besar
tantangan atau tuntutan dengan cara kerja meliputi :
melalui proses yang berkesinambungan dan 1. Nilai-Nilai Sosial, yang terdiri dari :
mencapai kemenangan kecil. Dalam hal ini Nilai Kemanusiaan, Keamanan,
ide-ide dari kelompok akan banyak berperan Kenyamanan, Persamaan, Keselarasan,
dalam upaya memperbaiki terus menerus. Efisiensi, Kepraktisan;
Sebagai Pegawai Negeri Sipil 2. Nilai-Nilai Demokratik yang terdiri dari :
berusaha menyebarkan budaya kerja dan Kepentingan Individu, Kepatuhan,
penuh cinta pada PNS karena hanya dengan Aktualisasi Diri, Hak-Hak Minoritas,
cinta, PNS akan mampu mengarungi Kebebasan/Kemerdekaan, Ketepatan,
kehidupan kerja PNS yang carut marut Peningkatan.
dengan penuh gairah dan semangat, karena 3. Nilai-Nilai Birokratik, yang meliputi :
hanya dengan cinta terhadap pekerjaannya Kemampuan Teknik, Spesialisasi,
mereka akan tercetak menjadi tenaga-tenaga Tujuan Yang Ditentukan, Tugas Dalam
PNS yang professional, karena tanpa Tindakan, Rasional, Stabilitas, Tugas
mencintai profesi sebagai PNS, maka PNS Terstruktur.
akan bekerja dengan setengah hati tanpa 4. Nilai-Nilai Profesional, termasuk :
motivasi salah jalan dalam menekuni Keahlian, Wewenang Memutuskan,
pekerjaan seperti banyak birokrat alami saat Penolakan Kepentinan Pribadi,
ini atau mungkin malah keluar dari PNS Pengakuan Masyarakat, Komitmen Kerja,
mencari penghidupan lain yang lebih Kewajiban Sosial, Pengaturan Sendiri,
menyenangkan. Lalu bagaimana kita bisa Manfaat Bagi Pelanggan, Disiplin.
mencintai pekerjaan kita sebagai PNS. 5. Nilai-Nilai Ekonomik, yaitu :Rasional,
Layaknya orang yang jatuh cinta akan selalu Ilmiah, Efisiensi, Nilai Terukur dengan
kangen selalu ingin bertemu maka kita Materi, Campur Tangan Minimal,
harus selalu bertemu dengan yang dikangeni Tergantung Kekuatan Pasar.
utawa harus selalu masuk kerja tentunya. Dari fenomen yang ada, maka ada 2
Kemudian harus mengenal dengan sedetail- (dua) permasalahan utama berkenaan
detailnya atau selalu mendalami tugas pokok dengan budaya kerja organisasi pemerintah,
pekerjaan termasuk mencari tahu peraturan- yakni: Masih ditemuinya praktek-praktek
peraturan yang terkait dengan pekerjaan penyelenggaraan pemerintahan yang tidak
Setelah itu, langkah awal adalah menerima sesuai dengan budaya kerja organisasi
pekerjaan yang kita cintai itu dengan apa sehingga kurang dapat berkontribusi secara
adanya tidak peduli jelek tidak peduli optimal untuk menciptakan efektivitas,
pekerjaannya tidak begitu bagus bahkan efisiensi, dan kinerja organisasi
Dezonda R. Pattipawae, Penerepan Nilai-Nilai Dasar. 35
Jurnal Sasi Vol. 17 No.3 Bulan Juli September 2011

pemerintahan daerah secara optimal. 2. Prinsip Budaya Kerja Pemerintah


Adanya indikasi bahwa kebijakan
pemerintah daerah selama ini kurang Berpijak dari nilai-nilai yang dimiliki
terprogram secara sistematis untuk oleh bangsa atau masyarakat Indonesia
menciptakan budaya kerja yang kondusif di kebudayaan diolah sedemikian rupa,
lingkungannya masing-masing. sehingga menjadi nilai-nilai baru yang
Masalah yang diprioritaskan seperti menjadi sikap dan perilaku manajemen
tergambar pada gambar di bawah ini: dalam menghadapi tantangan baru. Budaya
Kerja itu tidak akan muncul begitu saja,
akan tetapi harus diupayakan dengan
sungguh-sungguh melalui suatu proses yang
terkendali dengan melibatkan semua SDM
dalam seperangkat sistem, alat-alat dan
teknik-teknik pendukung. Budaya Kerja
merupakan kawah Candradimuka untuk
merubah cara kerja lama menjadi cara kerja
baru yang akan berorientasi untuk
memuaskan pelanggan atau masyarakat.
Kualitas atau mutu suatu produk
(jasa atau barang), cara kerja dan SDM
1. TAKE A RISK CULTURE (Budaya harus dapat diukur dan merupakan
Berani Mengambil Resiko) kesepakatan bersama. Pengukuran kualitas
Hidup dalam budaya yangg berfokus antara lain dari aspek persyaratan, bentuk,
pada resiko ini penuh dengan upaya warna, estetika, ketahanan, performa atau
menekan resiko tinggi, namun dengan kinerja, waktu, jaminan, pelayanan dan lain-
umpan balik yang lambat. Pentingnya lain. Kembali pada dasar kualitas yang
membuat keputusan yang tepat bersumber pada tingkat kualitas SDM yang
menimbulkan naluri melihat jauh ke bermutu tinggi dapat dipastikan akan dapat
depan.Mengambil keputusan butuh waktu bekerja dengan baik dan menghasilkan
yg lama, dan sekali melakukan, produk yang berkualitas tinggi, karena
pemikiran sulit diubah. Dalam budaya ini semua orang terlibat dalam proses kerja dan
dperlukan pribadi-pribadi yang matang. mereka sudah tahu apa yang seharusnya
2. FOCUS ON PROCESS CULTURE dikerjakan dengan bahasa yang sama.
(Budaya Kerja Yang Fokus Pada Proses) Budaya Kerja adalah suatu falsafah
Individu yang dihargai dalam budaya ini yang didasari oleh pandangan hidup sebagai
adalah yang mencoba untuk melindungi nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan
integritas sistem lebih dari kepentingan kekuatan pendorong, membudaya dalam
pribadi. Di lembaga pemerintah, kehidupan suatu kelompok masyarakat atau
karyawan bahkan tak memperoleh umpan organisasi, kemudian tercermin dari sikap
balik. Sebagai akibatnya, efektifitas menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita,
pekerjaan sampai terjadi sesuatu yg pendapat dan tindakan yang terwujud
mebutuhkan evaluasi. sebagai "kerja" atau "bekerja". Budaya
3. HARD WORKER CULTURE (Budaya Kerja organisasi adalah manajemen yang
Kerja Keras) meliputi pengembangan, perencanaan,
Budaya kerja keras termasuk budaya produksi dan pelayanan suatu produk yang
yang sulit, penuh dengan aktifitas yang berkualitas dalam arti optimal, ekonomi dan
energetik. Lingkungan budaya ini sangat memuaskan. Dalam Seminar KORPRI
kondusif bagi orang-orang yang aktif, Daerah Istimewa Yogyakarta Nopember
erat dengan pencapaian target tertentu. 1992 berkesimpulan bahwa: Budaya Kerja
Dezonda R. Pattipawae, Penerepan Nilai-Nilai Dasar. 36
Jurnal Sasi Vol. 17 No.3 Bulan Juli September 2011

adalah salah satu komponen kualitas pengelolaan seperti tersebut mendorong ide
manusia yang sangat melekat dengan yang disebut Total Quality Governance
identitas bangsa dan menjadi tolok ukur (TQG) dengan beberapa prinsip yakni
dasar dalam pembangunan; Budaya Kerja mempertemukan tuntutan masyarakat
dapat ikut menentukan integritas bangsa dan dan kemampuan pemerintahan;
menjadi penyumbang utama dalam mekanisme kerja yang berorientasi pada
menjamin kesinambungan kehidupan pasar; mengaktualisasikan misi lebih penting
bangsa; Budaya Kerja sangat erat kaitannya dari pada mengatur; fokus kerja pada hasil
dengan nilai-nilai yang dimilikinya, (barang/jasa) bukan masukan; upaya
terutama falsafah bangsa yang mampu kualitas lebih banyak mencegah daripada
mendorong prestasi kerja setinggi-tingginya. memperbaiki; mengutamakan kerja
Program Budaya Kerja akan menjadi partisipatif/gotong-royong; melakukan
kenyataan melalui proses panjang, karena kerjasama, koordinasi dan kemitraan.
perubahan nilai-nilai lama menjadi nilai- Unsur dasar budaya kerja itu adalah
nilai baru akan memakan waktu untuk mata rantai proses, di mana tiap kegiatan
menjadi kebiasaan dan tak henti-hentinya berkaitan dengan proses lainnya atau suatu
terus melakukan penyempurnaan dan hasil pekerjaan merupakan suatu masukan
perbaikan. Wahana Budaya Kerja adalah bagi proses pekerjaan lainnya. Dalam suatu
produktivitas, yang berupa perilaku kerja organisasi bekerja melalui serangkaian
yang tercermin antara lain: kerja keras, ulet, proses yang saling berkaitan, yang terjadi
disiplin, produktif, tanggung jawab, melalui dan melewati batas-batas birokrasi.
motivasi, manfaat, kreatif, dinamik, Kekuatan rantai proses secara
konsekuen, konsisten, responsive, mandiri, terpadu tersebut tergantung pada rangkaian
makin lebih baik dan lain-lain. Menurut terlemah pada proses individual. Kesalahan
Budhi Paramita dalam tulisannya berjudul dalam suatu proses akan mempengaruhi
"Masalah Keserasian Budaya dan pada kualitas produk akhir, oleh karena itu
Manajemen di Indonesia", budaya kerja jaminan mutu terletak pada kekuatan setiap
dapat dibagi menjadi: Sikap terhadap rangkaian yang berjalan benar sejak saat
pekerjaan, yakni kesukaan akan kerja pertama pada setiap tahap pekerjaan.
dibandingkan dengan kegiatan lain, seperti
bersantai, atau semata-mata memperoleh
kepuasan dari kesibukan pekerjaannya
sendiri, atau merasa terpaksa melakukan
suatu hanya untuk kelangsungan hidupnya;
Perilaku pada waktu bekerja, seperti rajin,
berdedikasi, bertanggung jawab, berhati-
hati, teliti, cermat, kemauan yang kuat untuk
mempelajari tugas dan kewajibannya, suka
membantu sesama karyawan, dan Setiap organisasi memiliki berbagai
sebagainya. metode dan aneka ragam proses kerja baik
Selanjutnya oleh Profesor Emil P. yang bersifat administratif maupun yang
Bolongaita, JR dari Asian Institute of manufaktur. Orang dapat kerja individual
Management menyatakan bahwa pada masa maupun kerjasama dengan lainnya dalam
globalisasi ini sebaiknya pemerintah setiap tahapan proses seperti mengetik surat,
mampu mengakomodasikan pengalaman menjalankan mesin, menyusun
manajemen pemerintahan dengan kebijaksanaan, mencatat calon pasien,
pengalaman pengelolaan bisnis, dan menerima tamu. Setiap proses mempunyai
memperlakukan masyarakat sebagai sifat peran sebagai pelanggan dan pemasok
pelanggan (customer). Kombinasi upaya atau saling melayani, untuk internal.
Dezonda R. Pattipawae, Penerepan Nilai-Nilai Dasar. 37
Jurnal Sasi Vol. 17 No.3 Bulan Juli September 2011

Tujuan fundamental Budaya Kerja Nilai Budaya Kerja yang Melekat


untuk membangun SDM seutuhnya agar Pada Kebijakan:
setiap orang sadar bahwa mereka berada 1. Undang-Undang Dasar 1945
dalam suatu hubungan sifat peran sebagai Dalam Pembukaan Undang-Undang
pelanggan pemasok dan komunikasi dengan Dasar 1945 terdapat rumusan mengenai
orang lain secara efektif dan efisien serta landasan falsafah Negara Republik
menggembirakan. Oleh karena itu Budaya Indonesia yang disebut Pancasila, terdiri
Kerja berupaya merubah budaya komunikasi dari lima sila sebagai berikut: Ketuhanan
tradisional menjadi perilaku manajemen Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
modern, sehingga tertanam kepercayaan dan beradab, Persatuan Indonesia,
dansemangat kerjasama yang tinggi serta Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
disiplin. kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Keseluruhan sila tersebut
merupakan nilai-nilai yang hakiki,
termanifestasikan dalam simbol-simbol
kehidupan bangsa, menandai realitas
Keterangan: sosial masyarakat bangsa di seluruh
B.K = Budaya Kerja wilayah negara, menjadi nilai pemersatu
K.T = Kerja Tradisional kehidupannya sebagai bangsa, serta
Seorang Pegawai Negeri Sipil harus sebagai pandangan hidup bangsa dan
memiliki etos kerja yang tinggi, bukan falsafah negara atau falsafah dalam
seperti gambar yang terterah di atas. bernegara. Dalam penyelenggaraan
Seorang pegawai Negeri Sipil ingin untuk pemerintahan negara, nilai-nilai luhur
mendapatkan hak-haknya sesuai dengan yang terkandung dalam kelima sila itu
ketentuan undang-undang, namun harus dipandang secara utuh dalam
pelaksanaan sebagai seorang pegawai keseluruhan tataran dan kegiatan baik
Negeri Sipil tidak ernah dijalankan pada tingkat pengembangan konsep,
selayaknya seorang pegawai negeri sipil. penentuan tujuan dan langkah-langkah
Fungsi dari pada budaya kerja adalah kebijakan, maupun pada tingkat
Suatu komponen kualitas manusia yang pelaksanaannya. Komitmen terhadap
melekat dengan identitas bangsa dan nilai-nilai Pancasila dalam
menjadi tolok ukur dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan negara di
pembangunan. Ikut menentukan integritas samping dimanifestasikan secara utuh,
bangsa dan menjadi penyumbang utama juga berkeseimbangan.
dalam menjamin kesinambungan kehidupan 2. TAP MPR No. VI/MPR/2001 tentang
bangsa. Terkait erat dengan nilai-nilai dan etika kehidupan berbangsa
falsafah bangsa yang mendorong kinerja Dalam TAP MPR ini dasar bagi
seseorang. pengejawantahan etika dalam proses
Manfaat dari budaya kerja itu sendiri kehidupan berbangsa dan bernegara Etika
adalah Mengubah sikap dan perilaku dalam kehidupan berbangsa merupakan
pegawai untuk meningkatkan produktivitas satu wahana dalam rangka kelancaran
kerja, meningkatkan kepuasan kerja dan penyelenggraan Sistem Administrasi
pelanggan, pengawasan fungsional, dan Negara di mana dengan adanya etika
mengurangi pemborosan, menjamin hasil yang dipahami dan menjadi dasar pola
kerja berkualitas, memperkuat jaringan kerja perilaku dalam berbangsa dan bernegara
( networking), menjamin keterbukaan akan mengarah pada satu tatanan
( accountable ),membangun kebersamaan kenegaraan yang stabil, karena persepsi
Dezonda R. Pattipawae, Penerepan Nilai-Nilai Dasar. 38
Jurnal Sasi Vol. 17 No.3 Bulan Juli September 2011

akan perilaku yang diharapkan oleh tidak deskriminatif dalam memberikan


masing-masing individu sebagai warga pelayanan kepada masyarakat. Untuk
negara dapat teramalkan dengan baik. menjamin netralitas, Pegawai Negeri
Pokok-pokok etika dalam kehidupan Sipil dilarang menjadi anggota dan/atau
berbangsa mengedepankan kejujuran, pengurus partai politik. Untuk menjamin
amanah, keteladanan, sportivitas, disiplin, yelenggaraan tugas pemerintahan dan
etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, pembangunan secara berdayaguna dan
rasa malu, tanggungjawab, menjaga berhasilguna, diperlukan adanya
kehormatan serta martabat diri sebagai Manajemen Pegawai Negeri Sipil yang
warga negara. Etika kehidupan berbangsa didukung oleh Pegawai Negeri Sipil yang
ini meliputi etika sosial dan budaya, etika profesional, bertanggungjawab, jujur, dan
politik dan pemerintahan, etika ekonomi adil melalui pembinaan yang
dan bisnis, etika penegakan hukum yang dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi
berkeadilan, etika keilmuan, dan etika kerja dan sistem karier yang
lingkungan. dititikberatkan pada sistem prestasi kerja.
3. TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Untuk mencapai dayaguna dan hasil guna
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan yang sebesar-besarnya diadakan
Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan pengaturan dan penyelenggaraan
Nepotisme. pendidikan dan pelatihan jabatan Pegawai
MPR RI berketetapan untuk Negeri Sipil yang bertujuan untuk
memfungsikan secara proporsional dan meningkatkan pengabdian, mutu,
benar Lembaga-Lembaga Negara keahlian, kemampuan, dan keterampilan.
sehingga penyelenggaraan negara 5. Undang-undang No. 28 Tahun 1999
berlangsung sesuai dengan UUD 1945. tentang Asas-Asas Umum
Dalam kaitan ini, penyelenggara negara Penyelenggaraan Negara.
pada lembaga-lembaga eksekutif, Dalam rangka meningkatkan
legislatif, dan yudikatif harus akuntabilitas penyelenggaraan
melaksanakan fungsi dan tugasnya Negara/pemerintahan, pasal 3 Undang-
dengan baik dan bertanggung jawab Undang ini, disebutkan 7 (tujuh) asas
kepada masyarakat, bangsa, dan negara. umum penyelenggaraan Negara, sebagai
Untuk menjalankan fungsi dan tugasnya berikut : Asas Kepastian Hukum adalah
tersebut, penyelenggara negara harus asas dalam negara hukum yang
jujur, adil, terbuka, dan terpercaya, serta mengutamakan landasan peraturan
mampu membebaskan diri dari praktek perundang-undangan, kepatutan, dan
korupsi, kolusi, dan nepotisme. keadilan dalam setiap kebijakan
4. Undang-undang No. 43 Tahun 1999 Penyelenggara negara. Asas Tertib
tentang Perubahan arah Undang-undang Penyelenggaraan Negara adalah asas
No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok yang menjadi landasan keteraturan,
Kepegawaian Pegawai Negeri Sipil. keserasian, dan keseimbangan, dalam
Dalam Unadng-Undang ini PNS pengendalian Penyelenggara Negara.
berkedudukan sebagai unsur aparatur Asas Kepentingan Umum adalah asas
Negara yang bertugas untuk memberikan yang mendahulukan kesejahteraan umum
pelayanan kepada masyarakat secara dengan cara yang aspiratif, akomodatif,
profesional, jujur, adil, dan merata dalam dan selektif. Asas Keterbukaan adalah
penyelenggaraan tugas Negara, asas yang membuka diri terhadap hak
pemerintahan, dan pembangunan. Dalam masyarakat untuk memperoleh informasi
kedudukan dan tugas tersebut, Pegawai yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif,
Negeri Sipil harus netral dari pengaruh tentang penyelenggaraan negara dengan
semua golongan dan partai politik serta tetap memperhatikan perlindungan atas
Dezonda R. Pattipawae, Penerepan Nilai-Nilai Dasar. 39
Jurnal Sasi Vol. 17 No.3 Bulan Juli September 2011

hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia korupsi harus dilakukan dengan cara
negara. Asas Proporsionalitas adalah asas yang khusus, antara lain penerapan sistem
yang mengutamakan keseimbangan pembuktian terbalik yakni pembuktian
antara hak dan kewajiban Penyelenggara yang dibebankan kepada terdakwa.
Negara. Asas Profesionalitas adalah asas 7. Undang-Undang Nomor 30 Tahun
yang mengutamakan keahlian yang 2002 tentang Komisi Pemberantasan
berlandaskan kode etik dan ketentuan Tindak Pidana Korupsi.
peraturan perundang-undangan yang Di samping telah dikeluarkan undang-
berlaku. Asas Akuntabilitas adalah asas undang tentang pemberantasan tindak
yang menentukan bahwa setiap pidana korupsi sebagai mana tersebut di
kegiatan dan hasil akhir dari atas, selanjutnya dikeluarkan Undang-
kegiatan Penyelenggara Negara harus Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang
dapat dipertanggung jawabkan kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang Korupsi. Undang-undang tersebut
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan mengatur antara lain tugas, wewenang
ketentuan peraturan perundang- dan kewajiban Komisi Pemberantasan
undangan yang berlaku. Korupsi, dalam rangka penyelenggaraan
6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Negara yang bersih dan bebas dari
tentang Perubahan atas Undang-Undang Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Nomor 31 Tahun 1999 tentang 8. Peraturan Pemerintah Nomor : 30 Tahun
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 1980 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 53
Sejak Undag-Undang Nomor 31 Tahun tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pegawai Negeri Sipil.
Pidana Korupsi diundangkan, terdapat Dalam meningkatkan disiplin PNS, telah
berbagai interpretasi atau penafsiran yang diatur kewajiban dan larangan bagi PNS.
berkembang di masyarakat khususnya Mengenai kewajiban PNS sebagai
mengenai penerapan Undang-undang berikut:
tersebut terhadap tindak pidana korupsi a. Setia dan taat sepenuhnya kepada
yang terjadi sebelung Undang-Undang Pancasila, UUD 1945, Negara dan
Nomor 31 Tahun 1999 diundangkan. Hal Pemerintah;
ini disebabkan pasal 44 Undang-Undang b. Mengutamakan kepentingan Negara di
tersebut menyatakan bahwa Undang- atas kepentingan golongan atau diri
Undng Nomor 3 Tahun 1971 tentang sendiri, serta menghindarkan segala
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sesuatu yang dapat mendesak
dinyatakan tidak berlaku sejak Undang- kepentingan Negara oleh
Undang Nomor 31 Tahun 1999 kepentingan golongan, diri
diundangkan, sehingga timbul suatu sendiri/pihak lain;
anggapan adanya kekosongan hukum c. Menjunjung tinggi kehormatan dan
untuk memproses tindak pidana korupsi martabat Negara, Pemerintah dan
yang terjadi sebelum berlakunya Undang- Pegawai Negeri Sipil
Undang Nomor 31 Tahun 1999. Di d. Mengangkat dan mentaati
samping hal tersebut, mengingat korupsi sumpah/janji pegawai Negeri Sipil dan
di Indonesia terjadi secara sistematik dan sumpah/janji jabatan berdasarkan
meluas sehingga tidak hanya merugikan Peraturan perundang-undangan yang
keuangan negara, tetapi juga melanggar berlaku.
hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat e. Menyimpan rahasia Negara dan atau
secara luas, maka pemberantasan korupsi rahasia jabatan dengan sebaik-
perlu dilakukan dengan cara luar biasa. baiknya;
Dengan demikian pemberantasan
Dezonda R. Pattipawae, Penerepan Nilai-Nilai Dasar. 40
Jurnal Sasi Vol. 17 No.3 Bulan Juli September 2011

f. Memperhatikan dan melaksanakan Pegawai Negeri Sipil, dan terhadap


segala ketentuan Pemerintah baik yang atasan;
langsung menyangkut tugas v. Hormat-menghormati antara sesama
kedinasannya maupun yang berlaku warga-negara yang memeluk
umum; agama/kepercayaan terhadap Tuhan
g. Melaksanakan tugas kedinasan dengan Yang Maha Esa, yang berlainan;
sebaik-baiknya dan dengan penuh w. Menjadi teladan sebagai warganegara
pengabdian, kesadaran dan yang baik dalam masyarakat;
tanggungjawab; x. Mentaati segala peraturan
h. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, perundang-undangan dan peraturan
dan bersemangat untuk kepentingan kedinasan yang berlaku;
Negara; y. Mentaati perintah kedinasan dari
i. Memelihara dan meningkatkan atasan yang berwenang;
keutuhan, kekompakan persatuan, dan z. Memperhatikan dan
kesatuan Korps Pegawai Negeri Sipil; menyelesaikan dengan sebaik-
j. Segera melaporkan kepada atasannya, baiknya setiap laporan yang
apabila mengetahui ada hal yang diterima mengenai pelanggaran
dapat membahayakan atau disiplin.
merugikan Negara/Pemerintah, Di samping itu, Pegawai Negeri Sipil
terutama di bidang keamanan, dilarang melakukan hal-hal sebagai berikut:
keuangan, dan materiil; a. Melakukan hal-hal yang dapat
k. Mentaati ketentuan jam kerja; menurunkan kehormatanatau martabat
l. Menciptakan dan memelihara suasana Negara, Pemerintah, atau Pegawai
kerja yang baik; Negeri Sipil
m. Menggunakan dan memelihara b. Menyalahgunakan wewenangnya;
barang-barang milik Negara dengan c. Tanpa izin pemerintah menjadi
sebaik baiknya; Pegawai atau bekerja untuk Negara
n. Memberikan pelayanan dengan asing;
sebaik-baiknya kepada masyarakat d. Menyalahgunakan barang-barang,
menurut bidang tugasnya masing- uang atau surat-surat berharga milik
masing. Negara;
o. Bertindak dan bersikap tegas, tetapi e. Memiliki, menjual, membeli,
adil dan bijaksana terhadap menggadaikan, menyewakan, atau
bawahannya; meminjamkan barang-barang,
p. Membimbing bawahannya dalam dokumen, atau surat-surat berharga
melaksanakan tugasnya; milik Negara secara tidak sah;
q. Menjadi dan memberikan contoh serta f. Melakukan kegiatan bersama dengan
teladan yang baik terhadap atasan, teman sejawat, bawahan, atau
bawahannya. orang lain di dalam maupun diluar
r. Mendorong bawahannya untuk lingkungan kerjanya dengan tujuan
meningkatkan prestasi kerjanya; untuk keuntungan pribadi, golongan,
s. Memberikan kesempatan bawahannya atau pihak lain, yang secara langsung
untuk mengembangkan kariernya; atau tidak langsung merugikan
t. Mentaati ketentuan peraturan Negara;
perundang-undangan tentang g. Melakukan tindakan yang bersifat
perpajakan; negatif dengan maksud membalas
u. Berpakaian rapi dan sopan serta dendam terhadap bawahannya atau
bersikap dan bertingkah laku sopan orang lain di dalam maupun di luar
santun terhadap masyarakat, sesama lingkungan kerjanya;
Dezonda R. Pattipawae, Penerepan Nilai-Nilai Dasar. 41
Jurnal Sasi Vol. 17 No.3 Bulan Juli September 2011

h. Menerima hadiah atau sesuatu melaksanakan tugasnya untuk


pemberian berupa apa saja dari kepentingan pribadi, golongan atau
siapaun juga yang diketahui atau patut pihak lain
dapat diduga bahwa pemberian itu 9. Keputusan Kementerian Pendayagunaan
bersangkutan atau mungkin Aparatur Negara No.
bersangkutan dengan jabatan atau 25/KEP/M.PAN/4/20 tentang Pedoman
pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yang Pengembangan Budaya Aparatur Negara
bersangkutan; Sebagai penyempurnaan Keputusan
i. Memasuki tempat-tempat yang dapat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
mencemarkan kehormatan atau Negara Nomor 04/1991 Tentang
martabat Pegawai Negeri Sipil, kecuali Pedoman Pemasyarakatan Budaya
untuk kepentingan jabatan; Kerja.
j. Bertindak sewenang-wenang terhadap Dikeluarkan Keputusan Kementerian
bawahannya; PAN Nomor 25 tahun 2002 ini, antara
k. Melakukan suatu tindakan atau lain memuat:
sengaja tidak melakukan suatu a. kebijakan pengembangan budaya kerja
tindakan yang dapat berakibat aparatur,
menghalangi atau mempersulit salah b. nilai-nilai dasar budaya kerja aparatur
satu pihak yang dilayaninya sehingga negara,
mengakibatkan kerugian bagi pihak c. penerapan nilai-nilai budaya kerja
yang dilayani; aparatur negara, dan
l. Menghalangi berjalannya tugas d. sosialisasi pengembangan budaya
kedinasan; kerja aparatur negara.
m. Membocorkan dan atau memanfaatkan Adapun yang dimaksud dengan nilai-nilai
rahasia negara yang diketahui karena budaya kerja dalam pedoman dimaksud,
kedudukan jabatan untuk kepentingan antara lain:
pribadi, golongan, atau pihak lain; a. komitmen dan konsisten terhadap visi,
n. Bertindak selaku perantara bagi misi dan tujuan organisasi, dalam
sesuatu pengusaha atau golongan pelaksanaan kebijak an negara serta
untuk mendapatkan pekerjaan atau peraturan perundangan yang berlaku;
pesanan dari kantor/instansi b. wewenang dan tanggung jawab;
pemerintah; c. keikhlasan dan kejujuran;
o. Memiliki saham/modal dalam d. integritas dan profesionalisme;
perusahaan yang kegiatan usahanya e. kreativi tas dan kepekaan terhadap
berada dalam ruang lingkup lingkungan tugas;
kekuasaannya; f. kepemimpinan dan keteladanan;
p. Memiliki saham suatu perusahaan g. kebersamaan dan dinamika kelompok
yang kegiatan usahanya tidak berada kerja;
dalam ruang lingkup kekuasaannya h. ketepatan dan kecepatan;
yang jumlah dan sifat pemilikan itu i. rasionalitas dan kecerdasan emosi;
sedemikian rupa sehingga melalui j. keteguhan dan ketegasan;
pemilikan saham tersebut dapat k. disiplin dan keteraturan kerja;
langsung atau tidak langsung l. keberanian dan kearifan dalam
menentukan penyelenggaraan atau mengambil keputusan dan menangani
jalannya perusahaan; konflik;
q. Melakukan kegiatan usaha dagang m. dedikasi dan loyalitas;
baik secara resmi, n. semangat dan motivasi;
r. Melakukan pungutan tidak sah dalam o. ketekunan dan kesabaran;
bentuk apapun juga dalam p. keadilan dan keterbukaan; dan
Dezonda R. Pattipawae, Penerepan Nilai-Nilai Dasar. 42
Jurnal Sasi Vol. 17 No.3 Bulan Juli September 2011

q. penguasaan IPTEK yang diperlukan profesionalisme, etika, semangat


untuk melaksanakan tugas/pekerjaan, pengabdian, komitmen terhadap tugas, serta
motivasi dari setiap insan pelayanan publik.
10. Keputusan Kementerian Pendayagunaan Dalam kaitan ini, MENPAN telah
Aparatur Negara No. 63/ KEP/ merumuskan 17 perilaku (persepsi, sikap
M.PAN/7/2003 tentang Pedoman dan cara kerja) sebagai indikator
Umum Penyelenggaraan Pelayanan peningkatan budaya kerja yaitu perilaku-
Publik. perilaku yang dianggap perlu ditingkatkan
Pelaksanaan budaya kerja berkaitan untuk peningkatan fungsi pelayanan aparatur
dengan penyelenggaraan pelayanan negara (baik kepada masyarakat, maupun ke
publik karena pelayanan publik pada dalam instansi sendiri dan antar instansi
hakekatnya adalah pemberian pelayanan pemerintah). Ke-17 perilaku tersebut adalah:
prima kepada masyarakat yang 1. Komitmen terhadap visi, misi,
merupakan perwujudan kewajiban organisasi, tujaun dan konsistensinya
aparatur pemerintah sebagai abdi dalam pelaksanaan kebijakan negara
masyarakat. Pedoman umum serta peraturan perundangan yang
penyelenggaraan pelayanan publik, berlaku.
antara lain memuat asas dan prinsip 2. Wewenang dan tanggung jawab.
pelayanan publik. Mengenai asas 3. Keikhlasan dan kejujuran.
pelayanan publik, sebagai berikut: 4. Integritas dan profesionalisme.
a. Transparansi: Bersifat terbuka, 5. Kreativitas dan kepekaan (sensitivitas)
mudah dan dapat diakses oleh semua terhadap lingkungan tugas.
pihak yang membutuhkan dan 6. Kepemimpinan dan keteladanan.
disediakan secara memadai serta 7. Kebersamaan dan dinamika
mudah dimengerti; kelompok/organisasi.
b. Akuntabilitas: Dapat dipertanggung- 8. Ketepatan (keakurasian) dan kecepatan.
jawabkan sesuai dengan ketentuan 9. Rasionalitas dan emosi.
peraturan perundang-undangan; 10. Keteguhan dan ketegasan.
c. Kondisional: Sesuai dengan kondisi 11. Disiplin dan keteraturan bekerja.
dan kemampuan pemberi dan 12. Keberanian dan kearifan dalam
penerima pelayanan dengan tetap mengambil keputusan/menganai
berpegang pada prinsip efisiensi dan konflik.
efektivitas; 13. Dedikasi dan loyalitas.
d. Partisipatif: Mendorong peran serta 14. Semangat dan motivasi.
masyarakat dalam penyelenggaraan 15. Ketekunan dan kesabaran.
pelayanan publik dengan mem- 16. Keadilan dan keterbukaan.
perhatikan aspirasi, kebutuhan 17. Penguasaan ilmu pengetahuan dan
dan harapan masyarakat; teknologi yang diperlukan untk
e. Kesamaan Hak: Tidak diskriminatif melaksanakan tugas/pekerjaannya.
dalam arti tidak membedakan suku, Namun dari berbagai fenomena yang
ras, agama, golongan, gender, dan ada, sering ditemukan adanya 2 (dua)
status ekonomi; permasalahan utama berkenaan dengan
f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban: budaya kerja organisasi pemerintah, yakni:
Pemberi dan penerima pelayanan 1. Masih ditemuinya praktek-praktek
publik harus memenuhi hak dan penyelenggaraan pemerintahan yang
kewajiban masing-masing pihak. tidak sesuai dengan budaya kerja
Salah satu yang patut diperhatikan organisasi sehingga kurang dapat
adalah masalah budaya kerja organisasi, berkontribusi secara optimal untuk
termasuk pula masalah sikap menciptakan efektivitas, efisiensi, dan
Dezonda R. Pattipawae, Penerepan Nilai-Nilai Dasar. 43
Jurnal Sasi Vol. 17 No.3 Bulan Juli September 2011

kinerja organisasi pemerintahan daerah kepercayaan, cita-cita, pendapat dan


secara optimal. tindakan yang terwujud sebagai "kerja"
2. Adanya indikasi bahwa kebijakan atau "bekerja". Budaya Kerja organisasi
pemerintah daerah selama ini kurang
adalah manajemen yang meliputi
terprogram secara sistematis untuk
menciptakan budaya kerja yang kondusiif pengembangan, perencanaan, produksi
di lingkungannya masing-masing. dan pelayanan suatu produk yang
Belum optimalnya penerapan budaya berkualitas dalam arti optimal, ekonomi
kerja bagi organisasi perangkat daerah ini dan memuaskan.
nampaknya bersumber dari beberapa 3. Sebagai Pegawai Negeri Sipil berusaha
kondisi, antara lain belum adanya menyebarkan budaya kerja dan penuh
pemahaman secara utuh diantara jajaran
cinta pada PNS karena hanya dengan
aparatur daerah mengenai esensi dan
manfaat budaya kerja. Selain itu upaya cinta, PNS akan mampu mengarungi
sosialisasi dan diseminasi dari instansi Pusat kehidupan kerja PNS yang carut marut
tentang tahapan dan teknik penerapan dengan penuh gairah dan semangat,
budaya kerja juga belum terprogram secara karena hanya dengan cinta terhadap
sistematis. Mengingat hal tersebut, maka pekerjaannya mereka akan tercetak
perlu diidentifikasi kondisi obyektif dan menjadi tenaga-tenaga PNS yang
implementasi budaya kerja di setiap
professional, karena tanpa mencintai
organisasi pemerintahan, serta profil
penyelenggaraan pemerintahan daerah profesi sebagai PNS, maka PNS akan
berdasarkan prinsip-prinsip budaya kerja. bekerja dengan setengah hati tanpa
Dari hasil identifikasi tadi, diharapkan dapat motivasi salah jalan dalam menekuni
dirumuskan alternatif kebijakan yang lebih pekerjaan seperti banyak birokrat alami
operasional dalam menumbuhkan dan saat ini atau mungkin malah keluar dari
membangun budaya kerja organisasi
PNS mencari penghidupan lain yang
pemerintah daerah, sehingga dapat memacu
kinerja pelayanan sektor publik secara lebih lebih menyenangkan.
baik.

Saran
C. P E N U T U P Penulisan ini diharapkan dapat
memberikan gambaran dan masukan
Kesimpulan terhadap kinerja Pegawai Negeri Sipil, oleh
Beradasarkan hasil pembahasan karenanya PNS diharapkan:
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa: a. Komitmen untuk melaksanakan solusi
1. Budaya organisasi merupakan hal yang yang ditawarkan
penting ketika dihadapkan pada upaya b. Berani untuk membuat perubahan kearah
peningkatan kinerja organisasi dan yang lebih baik
pegawai didalamnya
c. Mempunyai harga diri, konsekuen dan
2. Budaya Kerja adalah suatu falsafah yang
konsisten terhadap intervensi dari pihak
didasari oleh pandangan hidup sebagai
lain
nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan
d. Mempertebal iman agar tidak dengan
dan kekuatan pendorong, membudaya
mudah terjerumus dalam segala godaan.
dalam kehidupan suatu kelompok
masyarakat atau organisasi, kemudian
tercermin dari sikap menjadi perilaku,
Dezonda R. Pattipawae, Penerepan Nilai-Nilai Dasar. 44
Jurnal Sasi Vol. 17 No.3 Bulan Juli September 2011

DAFTAR PUSTAKA

A.R. Mustopadidjaja, Peranan Etos Kerja,


1980
Kementerian PAN-RI, Pedoman
Pengembangan Budaya
Kerja Aparatur Negara,
Jakarta, 2002.
Kantor MENPAN, Pemasyarakatan
Budaya Kerja, S.K. No.
04/1991. Kementrian
PAN-RI, Pedoman
Pengembangan Budaya
Kerja Aparatur Negara,
Jakarta, 2002
Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitet
dan Pembangunan,
Gramedia, Jakarta, 1974
Komarudin, Manajemen Berdasarkan
Sasaran, Bumi Aksara,
1990.

You might also like