You are on page 1of 8
BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi akademik merupakan salah satu indikator keberhasilan proses pendidikan. Prestasi akademik dapat didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam proses belajamya yang dinyatakan berupa IPK pada pendidikan tinggi. Hasil belajar tersebut dapat berupa pengetahuan/kognitif, sikap/afektif dan keterampilan psikomotor (Kumara, 1990). Anaya (1999, cit. Bruinsma, 2003), berdasarkan hasil penelitiannya, menyebutkan bahwa IPK bukanlah satu — satunya alat prediksi terbaik untuk mengetahui kemampuan kognitif mahasiswa, Hal ini karena IPK tidak melihat kemampuan mahasiswa dari awal. Selain itu, juga belum ada standar yang baku. Prestasi akademik dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu: konteks, input mahasiswa serta proses perkuliahan, Faktor konteks merupakan faktor yang berasal dari luar lingkungan belajar yang mempengaruhi karakteristik mahasiswa dan dosen, proses belajar dan hasil belajar. Faktor konteks yang mempengaruhi prestasi akademik adalah peer group, latar _belakang —_keluarga, karakteristikperkuliahan, suasana perkuliahan, dan masyarakat, Faktor yang kedua adalah input mahasiswa, meliputi prior knowledge, gender, usia, motivasi, perilaku belajar dan gaya belajar. Faktor yang terakhir adalah, proses perkuliahan yang menyoroti perilaku dosen dan mahasiswa saat perkuliahan, meliputi perencanaan, manajemen, kualitas instruksi dan waktu pengajaran (Cassidy & Eachus, 2000; Bruinsma, 2003; Diseth & Martinsen, 2003), Kedokteran adalah bidang ilmu yang kompleks dan menuntut mahasiswa tidak hanya memiliki keterampilan dan kompetensi dalam berbagai disiplin ilmu, tetapi mereka juga diharuskan memiliki kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dalam skala besar dengan waktu yang singkat. Berbagai institusi pendidikan kedokteran di seluruh dunia memiliki metode dan kriteria yang berbeda dalam memilih kandidat yang ideal, Memilih mahasiswa yang “ideal” selalu menjadi tantangan dan masalah yang mengundang banyak perdebatan (Ranasinghe ef al., 2012). Seleksi mahasiswa pada umumnya dilakukan untuk 2 tujuan, yaitu untuk menyesuaikan jumlah calon mahasiswa dengan tempat yang tersedia dan untuk mendapatkan mahasiswa yang dapat mengikuti program pendidikan yang sulit dengan sukses dan kemudian dapat inson et al., 2008). ‘menjadi anggota profesi yang efektif ( Pendidikan kedokteran dianggap sebagai investasi waktu dan uang baik bagi mahasiswa maupun orangtua mahasiswa dan di banyak negara hal tersebut juga merupakan investasi dari pemerintah, Demi kepentingan mahasiswa dan masyarakat, sangat penting untuk mengurangi terjadinya kegagalan dengan mengoptimalkan prosedur seleksi dan juga mekanisme untuk mengidentifikasi dan membantu. mahasiswa dengan kesulitan akademik, Suatu_ penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki nilai buruk pada tahun — tahun pertama di sekolah kedokteran untuk semua alasan, memiliki risiko lebih tinggi untuk memiliki kelakuan buruk kelak ketika melakukan profesinya (Kruzicevic et al, 2012). Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa kemampuan Kognitif dan capaian akademik sebelumnya merupakan faktor prediktor kesuksesan mahasiswa dalam menjalani proses pendidikan (Ferguson et al., 2002). Sebuah penelitian di Iran membuktikan bahwa tes akademik masuk perguruan tinggi merupakan prediktor yang lemah terhadap kesuksesan mahasiswa kedokteran dan tingkat prediktifnya mengalami penurunan pada tahun tahun berikutnya (Farrokhi-Khajeh-Pasha ef al., 2012). Beberapa penelitian telah mencari hubungan antara gaya belajar, wawancara dan faktor non kognitif Jainnya dengan kesuksesan di bidang akademik dengan berbagai variasi hasil yang membutuhkan penelitian lebih lanjut (Ferguson ef al., 2002). Sebuah penelitian prospektif membuktikan bahwa tingkat kedewasaan dan motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang signifikan (Frischenschlager et al., 2005). Sebuah penelitian di Sri Lanka membuktikan bahwa faktor non kognitif adalah prediktor penting untuk kesuksesan mahasiswa kedokteran, terutama untuk tahap Klinik Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan untuk mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri (self appraisal), kepercayaan diti, kepemimpinan, dan kecenderungan untuk mempunyai tujuan jangka panjang merupakan prediktor penting untuk prestasi akademik. Sebuah sistem yang mengkombinasikan antara ppaian akademik sebelumnya (prior knowledge) dan faktor non kognitif dapat membantu meningkatkan proses seleksi dan mendeteksi kegagalan lebih dini (Ranasinghe et al., 2012). Penelitian yang telah dilakukan sebagian besar menitikberatkan pada Kekuatan prediksi faktor kognitif terhadap kesuksesan mahasiswa pada tahap sarjana kedokteran dan belum banyak yang memperhatikan pengaruh kriteria seleksi_mahasiswa terhadap kompetensi mahasiswa setelah lulus_ sarjana. Penelitian yang menganalisis pengaruh faktor non kognitif terhadap kesuksesan mahasiswa masih harus dikembangkan (Ferguson ef al., 2002). Aspek kompetensi yang diukur dalam penelitian hanya berbasis pengetahuan, schingga keterampilan Klinik mahasiswa kedokteran sebagai salah satu kompetensi penting tidak dapat Ginilai hubungannya dengan tes seleksi mahasiswa (Farrokhi-Khajeh-Pasha et al., 2012), Standar Pendidikan Profesi Dokter memuat aturan mengenai seleksi dan penerimaan mahasiswa baru, yaitu institusi pendidikan kedokteran harus memiliki kebijakan penerimaan mahasiswa baru sesuai dengan prinsip relevansi, ‘ransparansi, akuntabilitas, dan tanggung jawab sosial, Relevansi berarti seleksi masuk hanya dapat diikuti oleh lulusan SMA atau yang sederajat dengan jurusan ilmu pengetabuan alam (IPA) dengan syarat tidak buta wama, sehat jasmani dan mental serta bebas narkoba. Seleksi mahasiswa baru dilakukan melalui seleksi akademik, minat dan bakat yang dilakukan secara institusional maupun nasional (KKI, 2012). Pada umumnya kriteria seleksi mahasiswa berdasarkan tes akademik, psikologi, tes Kesehatan fisik dan wawancara, Namun, pada Kenyataannya, pada beberapa institusi pendidikan kedokteran proses seleksi lebih menitikberatkan pada tes akademik mahasiswa yang dilaksanakan pada waktu penerimaan mahasiswa baru. Sementara itu, perhatian terhadap capaian akademik pada tingkat pendidikan sebelumnya belum sepenuhnya dilakukan oleh institusi pendidikan kedokteran di Indonesia. Fakultas Kedokteran Unswagati Cirebon merupakan _institusi pendidikan kedokteran swasta yang menyelenggarakan seleksi_penerimaan mahasiswa baru menggunakan beberapa kriteria, yaitu : tes seleksi akademik, tes, psikologi, pemeriksaan fisik, dan wawancara, Tes seleksi akademik terdiri dari 100 soal yang mewakili 5 disiplin ilmu (masing ~ masing 20 soal) yaitu biologi, kimia, fisika, matematika, dan bahasa Inggris, Tes psikologi dilakukan untuk ‘mengetahui Karakteristik individu mahasiswa yang merupakan faktor non kognitif. Karakteristik individu. mahasiswa diukur menggunakan tes intelegensi yang ‘mengukur potensi kecerdasan, tes grafis mengukur penyesuaian diri, kemampuan bersosialisasi, dan tes kemampuan kerja mengukur motivasi, daya tahan terhadap stres, dan ketelitian. Meskipun demikian, dalam proses penerimaan mahasiswa baru tersebut lebih menekankan pada hasil tes seleksi akademik sebagai faktor kognitif, sedangkan hasil tes lainnya sebagai faktor non kognitif kurang diperhitungkan, Faktor kognitif lainnya seperti pencapaian akademik pada tingkat SMA tidak mendapatkan perhatian dalam proses seleksi penerimaan mahasiswa baru di fakultas tersebut. Hasil tes akademik dan prestasi akademik pendidikan sebelumnya dapat dianggap sebagai prior knowledge mahasiswa, Hasil evaluasi di FK Unswagati selama 4 tahun terakhir menunjukkan prestasi akademik mahasiswa setiap angkatan rata — rata mengalami penurunan setelah memasuki tahapan yang membutuhkan tingkatan proses berpikir yang lebih tinggi Berdasarkan uraian tersebut, diperlukan suatu penelitian yang menganalisis prediksi dari kriteria seleksi mahasiswa, baik dari aspek kognitif yang mencakup pencapaian akademik di SMA maupun tes seleksi bidang akademik serta aspek non kognitif terhadap prestasi akademik mahasiswa kedokteran, B. Rumusan Masalah_ 1, Apakah hasil tes akademik pada penerimaan mahasiswa baru_memiliki “predictive validity” terhadap prestasi akademik mahasiswa kedokteran? 2. Apakah prior knowledge (nilai rapor SMA) sebagai faktor kognitif memiliki “predictive validity” tethadap prestasi akademik mahasiswa kedokteran? 3. Apakah faktor non kognitif memiliki pengaruh terhadap prestasi akademik mahasiswa kedokteran? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Menganalisis faktor kognitif dan non kognitif pada seleksi mahasiswa baru sebagai prediktor prestasi akademik mahasiswa kedokteran. 2. Tujuan khusus : a. Menganalisis “predictive validity” nilai rapor SMA dan tes seleksi akademik terhadap prestasi akademik mahasiswa pada aspek kognitif dan keterampilan Klinik b, Menganalisis hubungan antara hasil tes seleksi akademik terhadap prestasi akademik mahasiswa pada aspek kognitif dan keterampilan klinik, Menganalisis pengaruh faktor non kognitif terhadap prestasi akademik mahasiswa pada aspek kognitif dan keterampilan Klinik. D. Manfaat Penelitian 1, Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi keilmuan mengenai predictive validity tes seleksi aspek kognitif dan non kognitif di fakultas kedokteran. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi institusi dalam membuat kebijakan dalam proses seleksi mahasiswa baru, E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisis faktor — faktor yang menjadi prediktor dati kesuksesan/prestasi akademik mahasiswa. Ferguson er al. (2002) melakukan systematic review terhadap penelitian — penelitian yang menganalisis tentang faktor — faktor yang mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa, dan hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa prestasi akademik dipengaruhi oleh faktor kognitif dan non kognitif. Sebagian besar penelitian hanya menganalisis hubungan antara faktor kognitif dengan prestasi akademik, sedangkan penelitian yang menganalisis hubungan faktor non kognitif dengan prestasi akademik masih jarang dilakukan (Ferguson ef al., 2002). Penelitian yang menganalisis hubungan faktor kognitif dengan prestasi akademik sebagian besar menggunakan prior knowledge, berupa nilai yang dicapai pada pendidikan sebelumnya dan/atau nilai pada waktu tes seleksi masuk sebagai prediktor prestasi akademik mahasiswa, Sebuah penclitian di Iran menunjukkan bahwa tes seleksi akademik saja merupakan prediktor yang lemah tethadap prestasi akademik, tetapi bila digabungkan dengan nilai mahasiswa selama di pendidikan sebelumnya kekuatan prediksinya menjadi lebih. baik (Farrokhi-Khajeh-Pasha et al., 2012). Namun, ada beberapa penelitian yang meneliti kedua faktor tersebut, baik kognitif maupun non kognitif. Frischenschlager et al, (2005) melakukan penelitian di Vienna dengan membandingkan kelompok mahasiswa yang berhasil secara akademik dan kelompok mahasiswa yang gagal 2 kali dalam ujian akhir, Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai yang baik pada pendidikan scbelumnya merupakan faktor prediktor yang baik untuk keberhasilan mahasiswa, Selain itu, jenis kelamin, maturitas, dan motivasi intrinsik yang merupakan faktor non kognitif juga berhubungan dengan keberhasilan mahasiswa (Frischenschlager et al., 2005). Mercer & Puddey (2011) melakukan penelitian yang menganalisis hubungan antara tes seleksi akademik, wawaneara, dan nilai mahasiswa pada pendidikan sebelumnya dengan prestasi mahasiswa selama masa pendidikan di sekolah kedokteran, Penelitian dilakukan dengan menganalisis prestasi akademik mahasiswa pada setiap tingkatan tahun akademik dan pada setiap unit tertentu, yang dibedakan menjadi “knowledge-based” dan “clinically-based”. Usia dan jenis kelamin juga diteliti untuk dianalisis hubungannya dengan prestasi mahasiswa selama masa pendidikan, Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa prestasi pada pendidikan sebelumnya dan jenis kelamin perempuan merupakan prediktor positif terhadap prestasi akademik mahasiswa selama masa pendidikan, nilai wawancara memiliki kekuatan prediksi yang positif terhadap prestasi akademik pada tahap lanjut yang umumnya “clinically-based”. Hal tersebut terutama berhubungan erat dengan nilai dalam keterampilan komunikasi (Mercer & Puddey, 2011). Ranasinghe ef al. (2012) melakukan penelitian di Sri Lanka untuk mengidentifikasi faktor non kognitif dan karakteristik sosiodemografi yang mempengaruhi kesuksesan mahasiswa kedokteran. Penelitian dilakukan menggunakan instrumen Non-cognitive Questionnaire (NQ) yang telah direvisi dan dibandingkan antara kelompok mahasiswa yang termasuk “high achiever” dan “low achiever”, Hasil penclitian menunjukkan bahwa kelompok yang termasuk “high achiever” memiliki nilai yang tinggi pada beberapa aspek dalam kuesioner tersebut, yaitu kepereayaan dir, kemampuan dalam mengenali kelebihan dan kekuatan diri sendiri, kepemimpinan, dan kecenderungan untuk ‘mencapai tujuan jangka panjang (Ranasinghe et al., 2012). Tabel 1. Keaslian penelitian No judul penelitian/artikel _ Penelitijpenulis __Perbedaan Persamaan dan tahun 1 The validity of Iran's Farrokhi-Khajeh-Penelitian int Membandingkan national university Pasha et al.,2012 tidak nilai ujian entrance examination perhitungkan —_ masuk tethadap (Konkoor) for predicting nila IPK mahasiswa ‘medical student's keterampilan pada akhir masa academic performance Klinik pendidikan mahasiswa 2 Admission selection Mercer & Penelitian Meneliti faktor criteria as predictor of | Puddey, 2011 dilakukan secara_kognitif dan non ‘outcomes in an prospektif kognitif undergraduate medical course: a prospective study 3 Medical school selection Wilkinson et al., Faktor non Analisis faktor criteria and the 2008 kognitif yang __kognitif dan non prediction of academic digunakan untuk kognitif performance analisis adalah wawancara 4 Factors associated with Ferguson etal, Metode Analisis faktor success in medical 2002 systematic kognitif dan non school: systematic review terhadap — kognitif review of the literature 8 kriteria seleksi mahasiswa baik kognitif maupun non kognitif 5 Factors associated with Frischenschlager_ Metode Membandingkan academic success at etal., 2005 prospektif faktor motivasi Vienna Medical School dengan dan gaya belajar prospective survey membandingkan dua kelompok ekstrim yaitu kelompok yang, sukses secara akademik dan kelompok yang gagal 2 kali dalam tes tahun pertama No Judul penclitian/artikel Penelitijpenulis__Perbedaan Persamaan dan tahun © Non-cognitive Ranasinghe et Hanya meneliti _ Faktor characteristics al, 2012 faktor non sosiodemografi predicting academic ‘ognitif secara success among medical retrospektif students in Sri Lanka Berdasarkan penclusuran terhadap artikel — artikel tersebut, belum dilakukan penelitian yang menganalisis hubungan antara faktor kognitif dan non kognitif terhadap prestasi akademik mahasiswa. Penelitian yang telah dilakukan tidak memperhatikan proses yang terjadi selama proses belajar, dan aspek prestasi akademik yang diteliti hanya dari aspek kognitif. Oleh Karena itu, peneliti akan melaksanakan penelitian yang menganalisis hubungan antara faktor kognitif berupa prior knowledge dan faktor non kognitif dengan prestasi_ akademik mahasiswa dari aspek kognitif dan aspek keterampilan.

You might also like