11-Perencanaan Persimpangan Sederhana Jalan Perkotaan PDF

You might also like

You are on page 1of 20
TATA CARA PERENCANAAN PERSIMPANGAN SEDERHANA JALAN PERKOTAAN NO. 02/P/BNKT/1991 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan kehidupan bangsa, sesuai dengan U.U. no. 13/1980 tentang Jalan, Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan yang menjurus ke arah _profesionalisme dalam bidang pengelolaan jalan, baik di pusat maupun di daerah. Adanya buku-buku standar, baik mengenai Tata Cara Pelaksanaan, Spesifikasi, maupun Metoda Pengujian, yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, pengoperasian dan pemeliharaan merupakan kebutuhan yang mendesak guna menuju ke pengelolaan jalan yang lebih baik, efisien, dan seragam. Sambil menunggu terbitnya buku-buku standar dimaksud, buku " Tata Cara Perencanaan Persimpangan Sederhana Jalan Perkotaan * ini dike- luarkan guna memenuhi kebutuban intern di lingkungan Direktorat Pembinaan Jalan Kota. Menyadari akan belum sempurnanya buku ini, maka pendapat dan saran dari semua pihak akan kami hargai guna penyempurnaan di kemudian hari. Jakarta, Februari 1992 DIREKTUR PEMBINAAN JALAN KOTA to) ; SUBAGYA SASTROSOEGITO. DAFTAR ISI PRAKATA. . DAFTAR ISI L DESKRIPSI . 1.1. Maksud dan Tujuan . 1.2, Ruang Lingkup 1.3. Pengertian . PERSYARATAN - PERSYARATAN.. KETENTUAN - KETENTUAN 3.1. Jarak Pandang . Se 3.3.1. Jarak Pandang Henti (LPH) 3.3.2 Jarak Pandang Bebas ke Samping (JPBS) . 3.2, Lebar Kaki Persimpangan . 33, Jari-jari Tikungan. 3.4, Lalu-lintas Jam Rencana Persimpangan (LIRP) . 3.5. Kapasitas Persimpangan 3.6. Jarak Antara Kendaraan . PROSEDUR PERENCANAAN LAMPIRAN Halaman 14 11, 1.2, 13. I. DESKRIPSI Maksud dan Tujuan Pedoman ini dimaksudkan sebagai petunjuk dalam perencanaan Persimpangan Sederhana untuk jalan di wilayah Perkotaan dan tujuannya untuk mendapatkan keseragaman dalam perencanaan Persimpangan Sederhana. Ruang Lingkup, Pedoman ini hanya mencakup ketentuan dasar tentang persyaratan teknis untuk merencanakan Persimpangan Sederhana baik untuk persimpangan baru maupun peningkatan persimpangan yang telah ada. Pedoman ini mencakup 3 hal berikut : a. Teknik pengukuran dan perhitungan volume lalu-lintas di persimpangan. b. Perhitungan kapasitas Persimpangan Sederhana. Perencanaan persimpangan dari segi geometrik dan manajemen lalu-lintas (rambu dan marka) yang disusun dalam bentuk gambar teknik standar. Pengertian a, Persimpangan Sederhana Persimpangan Sederhana adalah persimpangan jalan sebidang yang merupakan pertemuan tiga atau empat ruas jalan dua jalur, untuk satu atau dua arah di dalam wilayah perkotaan yang melayani arus lalu-lintas dengan volume konflik tidak melebihi 1500 km/jam. b, Lalu-lintas Jam Rencana Persimpangan (LJRP) Lalu-lintas Jam Rencana Persimpangan adalah jumlah lalu-lintas per jam yang direncanakan akan meliwati kaki persimpangan dan dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP). a. Kaki Persimpangan Kaki persimpangan adalah bagian ruas-ruas jalan yang bertemu di persimpangan. Simpang tiga memiliki tiga kaki persimpangan; simpang empat memiliki empat kaki persimpangan, dan seterusnya. Kaki Persimpangan Utama, Kaki Persimpangan Utama adalah kaki persimpangan dengan volume lalu- lintas rencana terbesar pada suatu persimpangan. Kaki Persimpangan Kedua Kaki Persimpangan Kedua adalah kaki persimpangan dengan volume lalu- lintas rencana yang lebih kecil dari pada Kaki Persimpangan Utama. Jarak Pandang Henti (LPH) atau Stopping Sight Distance Jarak Pandang Henti (LPH) adalah jarak aman yang diperlukan oleh pengemudi untuk menghentikan kendaraan yang sedang dikendarainya mulai dari pengemudi mengetahui adanya halangan di depannya sampai kendaraan tersebut berhenti tepat sebelum halangan tersebut. LPH di persimpangan berkaitan dengan jarak yang diperlukan untuk mencapai garis henti. Gambar.\1 Jarak Pandangan Henti @i Persimpangan Sederhana g. Jarak Pandang Bebas ke Samping (JPBS) atau Visibility Splay Jarak Pandang Bebas ke Samping adalah jarak pandang bebas diukur dari posisi kendaraan pada jarak 9,0 meter di belakang garis henti pada kaki per- simpangan kedua mengarah kepada jalur lalu-lintas kendaraan dari kaki persimpangan utama yang bergerak ke arah persimpangan. Dalam kondisi yang sulit posisi kendaraan sebagai titik ukur, diperpendek menjadi 4.5 m. Jarak Pandang Bebas ke Samping diperlukan pengemudi untuk memperkirakan keamanan pergerakan melintasi persimpangan baik berupa pergerakan membelok atau memotong arah arus lalu-lintas. Jarak ini memberikan kesem- patan kepada pengemudi untuk mengevaluasi persimpangan sehingga dapat memutuskan apakah ia dapat melintas di persimpangan dengan aman. 9.00 m Gambar 2. Jarak Pandangan Bebas Ke Samping (Lvs) h. Waktu Antara (Ti) Waktu Antara adalah waktu antara dua kendaraan yang sedang berjalan beriringan dihitung dari perbedaan waktu antara dua kendaraan tersebut pada saat melewati satu garis yang telah ditentukan. Gambar 3. Waktu Antara (Ti) i Marka Garis Stop Marka Garis Stop adalah garis melintang pada perkerasan jalan yang dijadikan sebagai batas perhentian kendaraan sebelum memasuki persimpangan. Lalu-lintas Harian Rata-rata Tahunan (LHRT) Lalu-lintas Harian Rata-rata Tahunan adalah volume lalu-lintas harian rata- rata yang dihitung dengan membagi kendaraan yang melalui pada satu ruas jalan selama satu tahun dengan jumlah hari pada tahun yang bersangkutan, Rambu Pemberitahuan Adanya Persimpangan. Rambu Pemberitahuan Adanya Persimpangan adalah rambu yang memberitahukan adanya persimpangan didepan pada jarak sesuai dengan jarak pandangan henti (LPH) Rambu Stop Rambu Stop adalah rambu yang mengisyaratkan kepada pengemudi yang akan memasuki persimpangan untuk berhenti terlebih dahulu sebelum memasuki areal konflik di persimpangan. Rambu Penunjuk Arah Rambu Penunjuk Arah berupa rambu tanda panah yang menuntun kendaraan agar memilih jalur sesuai dengan tujuan pergerakan pengemudi di persimpangan, Marka Garis Henti Marka Garis Henti adalah garis penuh menerus yang melintang jalan pada perkerasan jalan sebagai tanda bahwa kendaraan harus berhenti sebelum garis tersebut. Marka ini bertujuan untuk memberikan petunjuk terhadap posi kendaran untuk berhenti sebelum memasuki persimpangan guna mengamati persimpangan agar pengemudi dapat memutuskan tindakannya memasuki persimpangan dengan aman. Marka Garis Henti di persimpangan sederhana selalu disertai dengan Rambu Stop dan harus dipasang pada kaki persimpangan kedua. 0. Marka Garis Menerus Marka Garis Menerus adalah marka yang sejajar jalur jalan, berfungsi mengarahkan dan membatasi pergerakan kendaraan supaya kendaraan tetap berjalan pada jalurnya. Tanda garis menerus menunjukan bahwa garis trsebut tidak diperbolehkan dilintasi kendaraan. marka ini harus dibuat di setiap kaki persimpangan sederhana. p. Marka Garis Lurus Terputus-putus Marka garis lurus terputus-putus adalah marka yang sejajar dengan jalur jalan berfungsi sebagai batas jalur, tetapi garis ini masih diijinkan untuk dilintasi kendaraan. Marka garis lurus terputus-putus disarankan untuk dipasang sebagai pembatas jalur untuk jalur jalan yang masih cukup jauh dari persimpangan sehingga pengemudi memiliki kesempatan mengatur kendaraannya pada jalur yang dikehendakinya dan benar. II _ PERSYARATAN - PERSYARATAN Persimpangan Sederhana dapat berupa Persimpangan Tiga Kaki atau Persimpangan Empat Kaki dengan variasi bentuk sederhana pada Gambar di Lampiran 1. Jumlah total dari arus lalu-lintas yang konflik tidak melampaui 1500 kendaraan per jam. Pengaturan Persimpangan Sederhana dilakukan dengan memberikan prioritas utama bagi kaki persimpangan yang diutamakan dan perioritas kedua bagi kaki persimpangan yang tidak diutamakan Yang dimaksud dengan prioritas utama yaitu kendaraan berjalan di kaki persimpangan utama memiliki hak yang pertama untuk menyelesaikan lintasannya di persimpangan. Bagi kaki persimpangan yang tidak ‘mendapat prioritas utama, dikenakan aturan bahwa kendaraan yang bergerak dari arah kaki persimpangan kedua harus berhenti terlebih dahulu di belakang garis henti sebelum memasuki daerah konflik di persimpangan. Aturan ini di persimpangan ditunjukkan oleh adanya rambu segi enam berwarna merah yang bertulisan STOP berwarna putih, disertai oleh garis henti berupa garis putih ‘menerus pada perkerasan jalan, Pengaturan pada Persimpangan Sederhana selanjutnya dilakukan dengan menggunakan marka jalan dan rambu-rambu, dengan atau tanpa pulau- pulau jalan. Tiga jenis rambu yang secara umum diperlukan untuk pengaturan Persimpangan Sederhana, yaitu rambu stop, rambu perberitahuan adanya persimpangan, dan rambu penunjuk arah. Rambu diletakkan pada bahu atau trotoir di sebelah kiri, menghadap kearah datangnya kendaraan dengan jarak 50 cm dari sisi perkerasan sejauh jarak LPH. dari garis henti, Rambu Pemberitahuan Adanya Persimpangan terdapat di persimpangan sehingga diharapkan pengemudi dapat meningkatkan kewaspadaannya terhadap ganguan- ganguan yang mungkin ada didepannya. Rambu ini harus dipasang pada setiap kaki jalan. 10. 1. Rambu Stop diletakkan pada ujung kaki persimpangan kedua berdekatan dengan garis henti (stop line), pada bahu atau trotoar sejauh minimal 50 cm dari sisi perkerasan, menghadap kearah datangnya kendaraan, Rambu Stop harus dipasang pada setiap kaki persimpangan kedua, Rambu Penunjuk Arah terdiri dari rambu penunjuk pergerakan lurus, belok kekiri dan belok kekanan, dipasang sesuai dengan keperluan yang sifatnya mempertegas arah pergerakan. Tiga jenis marka yang umum untuk Persimpangan Sederhana, yaitu marka garis genting melintang jalan, marka garis lurus menerus sejajar jalur jalan dan marka garis terputus-putus yang sejajar dengan jalur jalan. Gambar teknik standar persimpangan sederhana dibuat dalam skala 1 : 200. Potongan melintang digambar pada skala 1 : 100 Gambar teknik utama Persimpangan Sederhana terdiri dari : a. Denah (Plan) b. Tipikal potongan melintang ¢. Rambu dan Marka BABII. | KETENTUAN-KETENTUAN 3.1. Jarak Pandang Jarak pandang yang diperlukan dalam perencanaan Persimpangan Sederhana mencakup dua hal yaitu Jarak Pandang Henti dan Jarak Pandang Bebas ke ‘Samping. Jarak pandang diukur oleh suatu jarak antara benda penghalang setinggi 20 em dari atas permukaan perkerasan dan benda penghalang lain setinggi mata pengemudi yang ditetapkan 120 cm. 3.1.1 Jarak Pandang Henti (LPH) Jarak Pandang Henti tergantung kepada kecepatan pergerakan kendaraan pada saat mendekati persimpangan. Jarak ini diukur mulai dari garis henti ke arah datangnya kendaraan dan besarnya ditetapkan seperti pada tabel berikut ini. ‘Tabel I11.1. Jarak Pandang Henti Untuk Perencanaan Persimpangan Sederhana (LPH) | Jarak Pandang Henti pada I | persimpangan sederhana I I (Km/jam) (meter) | _ | 20 | 20 I | 30 | 30 | I 40 | 40 | | 50 | 55 I | 60 I 15 I 3.12 Jarak Pandang Bebas Ke Samping (JPBS) Jarak pandang bebas ke samping minimum ditentukan seperti pada tabel berikut. 3.2. 33. Tabel 111.2. Jarak Pandang Bebas Ke Samping (JPBS) Kecepatan Rencana Pada Kaki Jalan Utama | Kecepatan (Km/jam) 6 50 4 30 20 | | I | Jarak Pandang SO 45 0 40038580 | Bebas ke Samping I | (meter) 1 Lebar Kaki Persimpangan Secara umum, lebar kaki-persimpangan sama dengan lebar ruas jalan yang bersangkutan. Lebar standar kaki-persimpangan sesuai dengan tabel di bawah ini : Tabel 111.3, Lebar Standar Kaki Persimpangan | Kelas Jalan Lebar Manfaat Jalan Bahu/Trotoar | | (meter) | I I 2x3.50 2 | i 0 2x3.50 2 I | nit 2x3.00 1S | Jari-jari Tikungan Kecepatan maxsimum rencana di persimpangan disarankan antara 25 s/d 30 km/jam. Hal ini mengingat tingkat kenyamanan penumpang kendaraan berkaitan dengan gaya sentrifugal yang timbul akibat pergerakan melingkar di persimpangan, sedangkan perkerasan di daerah persimpangan tidak dilengkapi dengan superelevasi. Radius Tikungan secara umum membentuk busur lingkaran sempurna (circle). Besarnya Radius Tikungan seperti terlihat pada tabel di bawah ini. 3.4, ‘Tabel I11.4 Jari-jari Minimum Tikungan Pada Persimpangan Sederhana. | Radius(m) — | Catatan I | 9.00 | Bagi persimpangan secara umum di daerah I | | perkotaan | I | ! | 6.00 | Khusus bagi persimpangan di kawasan | | I | pemukiman. Lalu-lintas Jam Rencana Persimpangan (LJRP) Penentuan nilai LJRP tergantung kepada data volume lalu-lintas persimpangan yang tersedia sebagai bahan masukan. Secara garis besar ditetapkan dua cara penentuan LIRP sebagai berikut : a. Cara Pertama, jika data volume Lalu-lintas Harian Rata-rata Tahunan (LHRT atau AADT) dari kaki persimpangan yang bersangkutan dapat diketahui, maka LIRP ditentukan sebesar 18% dari nilai LHRThya. b. Cara Kedua, jika data LHRT tidak dapat diperoleh, LRJP ditetapkan berdasarkan data survai lalu-lintas yang dilakukan selama paling sedikit satu minggu (7 hari) yang dapat dilakukan pada jam-jam sibuk saja, bulan apa saja pada minggu pertama. LRJP ditetapkan sebagai angka ketiga tertinggi dari volume lalu-lintas per jam. Angka konversi satuan mobil penumpang untuk Persimpang sederhana (SMP) untuk persimpangan sederhana dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 10 ‘Tabel III.S. Satuan Mobil Penumpang Pada Persimpangan Sederhana Jenis Kendaraan | Nilai SMP ! [1 | Sedan | 1.00 | | 2 | Sepeda Motor | 0.50 | | 3. | Truk Besar | 3.00 | | 4 |) Bis | 3.00 ! nu cS 3.6. Kapasitas Persimpangan Kapasitas Persimpangan Sederhana ditentukan berdasarkan pada volume lalu- lintas yang akan meliwati kaki-kaki persimpangan. Semakin besar volume lalu- lintas yang meliwati kaki persimpangan maka semakin besar kapasitas persimpangan yang diperlukan. Hubungan linier antara volume lalu-lintas pada kaki persimpangan utama dan volume lalu-lintas pada kaki persimpangan kedua untuk beberapa nilai jarak antar kendaraan (gap) yang dapat diterima pada kaki jalan utama dan beberapa nilai jarak antar kendaraan (gap) pada kaki jalan kedua, ditunjukan oleh grafik Gambar 3.1. i 1 1 tL | | 1 wel aS 7 Sr v AR NBS OWS OK Tne TTAAKNSENNSSS TANNA “ \ Grafik hubungan volume lalu-lintas pada kaki jalan utama dan kaki jalan kedua untuk beberapa nilai T dan To pada Persimpangan Sederhana Jarak Antara Kendaraan Terdapat dua jenis gap pergerakan di persimpangan yaitu pergerakan memotong arus secara bersilang (gap silang), pergerakan memotong arus bersamaan dengan membelok kekanan (gap silang ke kanan) dan pergerakan menyatu yang berupa pergerakan membelok ke kiri (gap menyatu ke kiri). Tabel I11.6 menunjukan nilai- nilai kritis gap yang diterima untuk dipakai dalam perencanaan. Tabel 111.6 Nilai Kritis Gap Yang Persimpangan Sederhar | | Nilaikritisgap | Nilai head way pada | | Type pergerakan | yangditerima | kaki8jalankedua | | {| T-(detik) | To-(detik) | | Pergerakan menyilang | Arvs L-L2arah | 2jalur I 4 jalur | Arus L-L searah I | aw | I | | | 2 jalur | 3 jalur | | 4 jalur | |Pergerakan menyatu | | Pergerakan menyilang | |kekanan | | Memotong 1 jalur : I | i | | | | | I waar NawN |aliran L-L | Kondisi baik/mudah | Kondisi membelok | Memotong 2 jalur {aliran L-L | Memotong 3 jalur aliran LL | Memotong 4 jalur |aliran L-L Catatan : Nilai diatas untuk T dan To berlaku untuk jarak pandangan yang baik pada sudut tanjakan/yang tidak besar. Penambahan nilai diatas dapat dilakukan untuk persimpangan dengan bentuk dan atau kondisi jarak pandang yang kurang baik. B 41. IV. PROSEDUR PELAKSANAAN Prosedur Analisis Perhitungan Kapasitas Persimpangan, merupakan suatu prosedur iteratif yang dilakukan sebagai berikut : a. Tetapkan LIRP untuk setiap kaki persimpangan, kemudian tentukan kaki jalan utama dan kaki jalan kedua. b. Tentukan berdasarkan perkiraaan teknis (engineering judgement) jumlah jalur yang diperlukan untuk tiap kaki persimpangan. Gambarlah sketsa pergerakan kendaraan di persimpangan sehingga dapat diketahui posisi dan jumlah pergerakan menyilang, menyatu, dan atau menyilang ke kanan. c. Menggunakan Tabel IIL6, tentukan nilai kritis gap yang diterima dan besarnya waktu antara bagi kaki persimpangan kedua. d. Menggunakan grafik pada Gambar 3.1. tentukan volume maksimum dari kaki persimpangan kedua yang dapat dialirkan melalui pergerakan memotong arus seperti tersebut pada butir b. e. Evaluasi besarnya LIRP kaki persimpangan kedua dengan angka volume maksimum dari kaki jalan kedua. Jika angka LRJP lebih kecil dari volume maksimum yang dapat ditampung kaki persimpangan kedua, maka perencanaan geometrik dapat dipakai dan dilanjutkan kepada tahap layout. Jika sketsa perencanaan persimpangan perlu diubah, maka tahap pada butir b diulangi. Sketsa pengaturan persimpangan yang baru tidak terlepas dari beberapa teknik perencanaan yang umum, diantaranya jika kapasitas yang dapat diterima oleh kaki persimpangan kedua sudah tidak memadai, maka penggunaan lampu pengatur Jalu-lintas merupakan salah satu alternatif| pengaturannya. 4 LAMPIRAN LAMPIRAN GAMBAR PERSIMPANGAN SED! — eel: G NG ar ul : Xv J _W Wes a Ef 4 ZS IS DAFTAR BUKU STANDAR DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA 20. | Tata Penyusunan Program Pemeliharaan | 018/T/BNKT/1990 Jalan Kota NO JUDUL_BUKU TNO.REGISTRASI 1. | Produk Standar Untuk Jalan Perkotaan Februari 1987 2. | Peta Klasitikas! Fungsi Jalan Seluruh Desember 1991 | Indonesia (Tentative) 3. | Panduan Survai dan Perhitungan Waktu O1/TIBNKT/1990 | | Perjalanan Lalu - lintas 4. | Panduan Survai Wawancara Rumah O2/TIBNKT/1990 8. | Petunjuk Perambuan Sementara Selama 03/TIBNKT/1990 | Peiaksanaan Peterjaan 8. | Petunjuk Tertib Pemantaatan Jalan O4/TIBNKTI1900, | 7. | Petunjuk Pelaksanaan Pemasangan Utilitas OS/T/BNKT/1990 | & | Petunjuk Pelaksanaan Pelapisan Ulang O6/T/BNKT/1990 | Jalan Pada Daerah Kereb Perkerasan dan | Sambungan | 9. | Petunjuk Perencanaan Trotoar O7/TIBNKTH990 10. | Petunjuk Desain Drainase Permukaan Jalan | O8/T/BNKT/1960 | 11. | Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku OS/TIBNKT/1990 i | eton Semen) } 42, | Panduan Penentuan Kiasifkasi Fungsi 1O/TIBNKT/1990 | Jalan ¢i Wilayah Perkotaan 19. | Standar Spesifikasi Kereb 1ISIBNKT/1990 14. | Petunjuk Perencanaan Marka Jalan 12/SIBNKTH990 18. | Petunjuk Lokasi dan Standar Spesifikasi 1ISIBNKT/1990 | Bangunan Pengamen Tep! Jalan 16. | Tata Cara Perencanaan Pemisan 014/T/BNKT/1990 17. | Tata Cara Perencanaan Pemberhentian Bus | 015/T/BNKT/1990 18. | Tata Cara Pelaksananan Survai O16/T/BNKT/1990 | Inventarisasi Jaian dan Jembatan Kota 18. | Tata Cara Peleksanaan Survai Penghitungan | 017/T/BNKT/1990 | Lalu -lintas Cara Manual

You might also like