You are on page 1of 37

BAB I

BAYI PREMATUR

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. Pengertian
Prematur Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari
dua unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin
meningkat, serta dilatasi dan pembukaan serviks secara bertahap (Norwitz &
Schorge, 2008).
Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang dapat
hidup tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000-2500 gram atau
tua kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu (Wiknjosastro, 2007).
Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum
usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi
prematur ataupun bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu
tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan
berat badan kurang 2500 gram
B. Klasifikasi
Prematur Menurut usia kehamilannya maka prematur dibedakan menjadi
beberapa, yaitu:
1. Usia kehamilan 32-36 minggu disebut persalinan prematur (preterm)
2. Usia kehamilan 28-32 minggu disebut persalinan sangat prematur (very
preterm)
3. Usia kehamilan 20-27 minggu disebut persalinan ekstrim prematur (extremely
preterm)
Menurut berat badan lahir, bayi prematur dibagi dalam kelompok :
1. Berat badan bayi 1500-2499 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)
2. Berat badan bayi 1000-1499 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir
Sangat Rendah (BBLSR)
3. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir Ekstrim
Rendah (BBLER)
C. Faktor Risiko Terjadinya Kelahiran Bayi Prematur
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur secara umum bersifat
multifaktorial sesuai dengan kondisi dan situasi calon ibu bayi. Beberapa
penyebab terjadinya kelahiran prematur yaitu :
1. Faktor Ibu
Keadaan ibu yang sering menyebabkan kelahiran prematur diantaranya yaitu
malnutrisi, riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum,
Ketuban Pecah Dini (KPD), kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung,
hipertensi atau penyakit kronik lainnya, umur ibu kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, preeklamsi berat
dan eklamsi, infeksi, trauma dan lain-lain (Proverawati dan Sulistyorini, 2010)
2. Faktor Janin
Keadaan janin yang dapat menyebabkan kelahiran prematur yaitu gawat janin
(anemia, hipoksia, asidosis atau gangguan jantung janin), infeksi intrauterin,
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), dan gemili (Indrasanto, 2008)
3. Faktor Plasenta
Berat plasenta berkurang atau berongga dapat mempengaruhi kelahiran bayi
prematur, begitu juga luas permukaan plasenta. Sindrom tranfusi bayi kembar
atau sindrom parabiotik juga mempengaruhi bayi prematur (Proverawati dan
Sulistyorini, 2010).
4. Faktor Sosial Ekonomi
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah, karena
keadaan gizinya yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang
(Proverawati dan Sulistyorini, 2010).
D. Etiologi
Faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur diantaranya:
1. Faktor ibu, riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum,
alnutrisi, kelainan uterus, hidromion, penyakit jantung/penyakit kronik
lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi, trauma, kebiasaan, yaitu
pekerjaan yang melelahkan, merokok
2. Faktor janin, cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramion, ketuban pecah dini
3. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
4. Resiko persalinan prematur pada ibu dengan riwayat KPD (Ketuban Pecah
Dini) saat kehamilan , 37 minggu (PPROM, preterm premature rupture of
membrane) adalah 34-44%, sedangkan resiko untuk mengalami PPROM
kembali sekitar 16-32%
Faktor lain terjadinya kelahiran prematur diantaranya:
1. Faktor Maternal
Toksenia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes mellitus
kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya kondisi dimana uterus tidak
mampu untuk menahan fetus, misalnya pada pemisahan premature, pelepasan
plasenta dan infark dari plasenta
2. Faktor Fetal
Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi antosomal), fetus multi ganda, cidera
radiasi (Sacharin. 1996)
Faktor yang berhubungan dengan kelahiran premature :
1. Kehamilan
a. Malformasi Uterus
b. Kehamilan ganda
c. TI. Servik Inkompeten
d. KPD
e. Pre eklamsia
f. Riwayat kelahiran premature
g. Kelainan Rh
2. Penyakit
a. Diabetes Maternal
b. Hipertensi Kronik
c. UTI
d. Penyakit akut lain
3. Sosial Ekonomi
a. Tidak melakukan perawatan prenatal
b. Status sosial ekonomi rendah
c. Mal nutrisi
d. Kehamilan remaja
Faktor Resiko Persalinan Prematur :
1. Resiko Demografik
a.Ras
b. Usia (<> 40 tahun)
c.Status sosio ekonomi rendah
d. Belum menikah
e.Tingkat pendidikan rendah
2. Resiko Medis
a.Persalinan dan kelahiran premature sebelumnya
b. Abortus trimester kedua (lebih dari 2x abortus spontan atau elektif)
c.Anomali uterus
d. Penyakit-penyakit medis (diabetes, hipertensi)
e.Resiko kehamilan saat ini :
Kehamilan multi janin, Hidramnion, kenaikan BB kecil, masalah-
masalah plasenta (misal : plasenta previa, solusio plasenta), pembedahan
abdomen, infeksi (misal : pielonefritis, UTI), inkompetensia serviks, KPD,
anomaly janin
3. Resiko Perilaku dan Lingkungan
a.Nutrisi buruk
b. Merokok (lebih dari 10 rokok sehari)
c.Penyalahgunaan alkohol dan zat lainnya (mis. kokain)
d. Jarang / tidak mendapat perawatan prenatal
4. Faktor Resiko Potensial
a.Stres
b. Iritabilitas uterus
c.Perestiwa yang mencetuskan kontraksi uterus
d. Perubahan serviks sebelum awitan persalinan
e.Ekspansi volume plasma yang tidak adekuat
f. Defisiensi progesteron
g. Infeksi
E. Patofisiologi
Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko
mayor atau minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam,
perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat
pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester
II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali.
Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple, hidramnion, anomali
uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks
mendatar atau memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat
abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya,
operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan
iritabilitas uterus.
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko
mayor atau bila ada 2 atau lebioh resiko minor atau bila ditemukan keduanya.
(Kapita selekta, 2000 : 274)
F. Manifestasi Klinis

Manifestasi Klinis Bayi Prematur adalah :

1. Berat lahir sama dengan atau kurang dari 2.500 gram.

2. Panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm.

3. Lingkaran dada kurang dari 30 cm.

4. Lingkaran kepala kurang dari 33 cm.

5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.

6. Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan, lanugonya
banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus.

7. Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan tidak teratur dan sering timbul
apnea.

8. Reflek tonik leher lemah dan refleks morro positif.

9. Alat kelamin pada bayi laki- laki pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang, testis belum turun kedalam skrotum. Untuk bayi perempuan
klitoris menonjol, labia minora belum tertutup labia mayora

10. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannnya lemah

11. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.

12. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang mengakibatkan refleks hisap,
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif.

13. Tulang rawan dan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya


sehingga seolah- olah tidak teraba tulang rawan dan daun telinga
(Surasmi, 2003).

14. Pergerakannya kurang dan masih lemah, pernapasan belum teratur

15. Otot-otot masih hipotonik


16. Pernapasan sekitar 45 sampai 50 kali per menit

17. Frekuensi nadi 100 sampai 140 kali per menit

18. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal napas)

19. Kepala tidak mampu tegak .

G. Kondisi Yang Menimbulkan Masalah Bayi Prematur :


1. Sistem Pernapasan
a. Otot-otot pernapasan susah berkembang
b. Dinding dada tidak stabil
c. Produksi surfaktan penurunan
d. Pernafasan tidak teratur dengan periode apnea dan ajanosis
e. Gag reflek dan batuk
2. Sistem Pencernaan
a. Ukuran Lambung Kecil
b. Enzim penurunan
c. Garam Empedu Kurang
d. Keterbatasan mengubah glukosa menjadi glikogen
e. Keterbatasan melepas insulin
f. Kurang koordinasi reflek menghisap dan menelan
3. Kestabilan Suhu
a. Lemak subkutaneus sedikit, simpanan glikogen & lipid sedikit
b. Kemampuan menggigil menurunan
c. Aktivitas kurang
d. Postur flaccid, permukaan terexpose meningkat
4. Sistem Ginjal
a. Ekskresi sodium meningkat
b. Kemampuan mengkonsentrasi & mengeluarkan urin menurun
c. Jumlah tubulus glomerulus tidak seimbang untuk protein, as. Amino &
sodium
5. Sistem Syaraf
a. Respon untuk stimulasi lambat
b. Reflek gag, menghisap & menelan kurang
c. Reflek batuk lemah
d. Pusat kontrol pernafasan, suhu & vital lain belum berkabung
6. Infeksi
a. Pembentukan antibodi kurang
b. Tidak ada munoglobulin M
c. Kemotaksis terbatas
d. Opsonization penurunan
e. Hypo fungsi kel. axrenal
7. Fungsi Liver
a. Kemampuan mengkonyugasi bill
b. Penurunan Hb setelah lahir
H. Komplikasi Umum Pada Bayi Prematur
1. Sindrom Gawat Napas (RDS)
Tanda Klinisnya : Mendengkur, nafas cuping hidung, retraksi, sianosis,
peningkatan usaha nafas, hiperkarbia, asiobsis respiratorik, hipotensi dan syok
2. Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati prematuritas (ROP)
Akibat terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea, dan
faring.
3. Hipoglikemia
4. Gangguan cairan dan elektrolit
5. Hiperbilirubinemia
6. Sindroma gawat nafas
7. Paten duktus arteriosus
8. Infeksi
9. Perdarahan intraventrikulerApnea of Prematurity
10. Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan
berat lahir rendah (BBLR) antara lain:
1. Gangguan perkembangan
2. Gangguan pertumbuhan
3. Gangguan penglihatan (Retinopati)
4. Gangguan pendengaran
5. Penyakit paru kronis
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.
8. Duktus Arteriosus Paten (PDA)
9. Necrotizing Enterocolitas (NEC) (Bobak. 2005)
I. Penatalaksanaan Bayi Prematur
Perawatan Pada Bayi Prematur yaitu dengan memperhatikan kemungkinan
yang dapat terjadi pada bayi prematuritas, maka perawatan perlu diperhatikan:
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi
dengan baik, metabolisme rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh
karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas
badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi
prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan di sampingnya disimpan botol
yang berisi air panas, sehingga panas badannya dapat dipertahankan.

Ket :

Keep ventilator circuit temperature at 35 - 37C.


For infants < 1000 gm, 37C will be necessary to avoid cooling.

Hypothermia = axillary temp < 36.5 C


Hyperthermia = axillary or skin temp > 37.5 C
2. Bayi prematuritas yang sedang mengalami sianosis (kebiruan) atau kesulitan
bernafas.
Isap mulut bayi dan hidung untuk memastikan jalan napas bersih,
berikan oksigen 0,5 liter/menit lewat kateter hidung kemudian bayi dibungkus
dengan kain kering untuk tetap hangat.
3. Nutrisi pada bayi prematuritas
Alat pencernaan bayi prematuritas masih belum sempurna, lambung
masih kecil, enzim pencernaan belum matang. Pemberian minuman sebaiknya
sedikit-sedikit tapi sering, sehingga perlu menyusui lebih lama untuk minum
sampaii kenyang. Nutrisi yang paling baik untuk bayi prematuritas adalah
ASI, karena hanya ASI yang komposisinya sesuai dengan kebutuhan bayi
prematuritas. Komposisi ASI bervariasi sesuaii masa gestasi. Dibandingkan
dengan ASI cukup bulan, ASI kurang bulan lebih tinggi kandungan energinya
(nitrogen, klorida, natrium, magnesium, seng , zat besi, igA).
Bila faktor pengisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok, perlahan-lahan atau dengan memasang sonde
menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 50 sampai 60
cc/KgBB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200
cc/KgBB/hari.
4. Ketahanan Tubuh Bayi Prematuritas
Bayi prematuritas sangat rentang terhadap infeksi, dengan
memperhatikan kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme di
sekitarnya atau yang disebut infeksi nosokomial.
5. Personal hygien bayi prematuritas
Bayi prematuritas sebaiknya tidak dimandikan karena rentang
kedinginan. Untuk menjaga kebersihan, bayi cukup dilap dengan air hangat
lalu segera dikeringkan dengan handuk kemudian ganti pakaian bersih dan
kering.
J. Interprestasi Bayi Sesak Dengan Down Score
G. Pemeriksaan Diagnostik :
1. Jumlah darah lengkap : Hb/Ht
2. Kalsium serum
3. Elektrolit (Na , K , U) : gol darah (ABO)
4. Gas Darah Arteri (GDA) : Po2, Pco2
H. Ballard Score
Ballard score merupakan suatu versi sistem Dubowitz. Pada prosedur ini
penggunaan kriteria neurologis tidak tergantung pada keadaan bayi yang tenang
dan beristirahat, sehingga lebih dapat diandalkan selama beberapa jam pertama
kehidupan. Penilaian menurut Ballard adalah dengan menggabungkan hasil
penilaian maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik. Kriteria pemeriksaan
maturitas neuromuskuler diberi skor, demikian pula kriteria pemeriksaan
maturitas fisik. Jumlah skor pemeriksaan maturitas neuromuskuler dan maturitas
fisik digabungkan, kemudian dengan menggunakan tabel nilai kematangan dicari
masa gestasinya.
1. Maturitas Fisik
Penjelasan :
a. Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur
intrinsiknya bersamaan dengan hilangnya lapisan pelindung secara
bertahap. Oleh karena itu, kulit akan mengering dan menjadi kusut dan
mungkin akan timbul ruam.Pada jangka panjang, janin dapat mengalihkan
mekonium ke dalam cairan ketuban. Hal ini dapat menambahkan efek
untuk mempercepat proses pengeringan, menyebabkan kulit mengelupas,
menjadi retak seperti dehidrasi, kemudian menjadi kasar.

b. Lanugo
Lanugo adalah rambut halus menutupi tubuh janin. Pada orang
dewasa, kulit tidak memiliki lanugo. Hal ini mulai muncul di sekitar
minggu 24 sampai 25 dan biasanya muncul terutama di bahu dan
punggung atas, pada minggu 28 kehamilan. Penipisan terjadi pertama di
atas punggung bawah, karena posisi janin yang tertekuk. Daerah
kebotakan muncul dan menjadi lebih besar pada daerah lumbo-sakral.
Variabilitas dalam jumlah dan lokasi lanugo pada usia kehamilan tertentu
mungkin disebabkan sebagian ciri-ciri keluarga atau ras, pengaruh
hormonal, metabolisme, dan gizi tertentu. Sebagai contoh, bayi dari ibu
diabetes khas memiliki lanugo berlimpah di pinnae mereka dan punggung
atas sampai mendekati atau melampaui usia kehamilan. Untuk tujuan
penilaian, pemeriksa memilih yang paling dekat menggambarkan jumlah

relatif lanugo pada daerah atas dan bawah dari punggung bayi.
c. Garis Telapak Kaki
Bagian ini berhubungan dengan lipatan di telapak kaki. Penampilan
pertama dari lipatan muncul di telapak anterior kaki. ini mungkin
berhubungan dengan fleksi kaki di rahim, tetapi bisa juga karena dehidrasi
kulit. Bayi non-kulit putih telah dilaporkan memiliki lipatan kaki sedikit
pada saat lahir. Tidak ada penjelasan yang dikenal untuk ini.

d. Payudara
Tunas payudara terdiri dari jaringan payudara yang dirangsang

untuk tumbuh dengan estrogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung
pada status gizi janin. pemeriksa catatan ukuran areola dan ada atau tidak
adanya stippling (perkembangan papila dari Montgomery). Palpasi
jaringan payudara di bawah kulit dengan memegangnya dengan ibu jari
dan telunjuk, memperkirakan diameter dalam milimeter, dan memilih
yang sesuai pada lembar skor. Kurang dan lebih gizi janin dapat
mempengaruhi variasi ukuran payudara pada usia kehamilan tertentu. Efek
estrogen ibu dapat menghasilkan ginekomastia neonatus pada hari
keempat kehidupan ekstrauterin.
e. Mata / Telinga
Perubahan pinna dari telinga janin dapat dijadikan penilaian
konfigurasi dan peningkatan konten tulang rawan sebagai kemajuan
pematangan. Penilaian meliputi palpasi untuk ketebalan tulang rawan,
kemudian melipat pinna maju ke arah wajah dan melepaskannya.
Pemeriksa mencatat kecepatan pinna dilipat dan kembali menjauh dari
wajah ketika dilepas, kemudian memilih yang paling dekat
menggambarkan tingkat perkembangan cartilago.
Pada bayi yang sangat prematur, pinnae mungkin tetap terlipat
ketika dilepas. Pada bayi tersebut, pemeriksa mencatat keadaan
pembukaan kelopak mata sebagai indikator tambahan pematangan janin.
Pemeriksa meletakan ibu jari dan telunjuk pada kelopak atas dan bawah,
dengan lembut memisahkannya.
f. Genitalia Pria
Testis janin mulai turun dari rongga peritoneum ke dalam kantong
skrotum pada sekitar minggu 30 kehamilan. Testis kiri mendahului testis
kanan yang biasanya baru memasuki skrotum pada minggu ke-32. Pada
saat testis turun, kulit skrotum mengental dan membentuk rugae lebih
banyak. Testis ditemukan di dalam zona rugated dianggap turun.

g. Genitalia Wanita
Untuk memeriksa bayi perempuan, pinggul harus dinaikan sedikit,
sekitar 45 dari horizontal dengan bayi berbaring telentang. hal ini
menyebabkan klitoris dan labia minora menonjol. Dalam prematuritas
ekstrim, labia dan klitoris yang datar sangat menonjol dan mungkin
menyerupai kelamin laki-laki. Pematangan berlangsung jika ditemukan
klitoris kurang menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol. Lama-
kelamaan, baik klitoris dan labia minora surut dan akhirnya diselimuti
oleh labia majora yang makin besar. Labia mayora mengandung lemak
dan ukuran mereka dipengaruhi oleh nutrisi intrauterin. Gizi lebih dapat
menyebabkan labia majora besar di awal kehamilan, sedangkan gizi
kurang seperti pada retardasi pertumbuhan intrauterin atau pasca-jatuh
tempo, dapat mengakibatkan labia majora kecil dengan klitoris dan labia
minora relatif menonjol. Temuan ini harus dilaporkan seperti yang
diamati, karena skor yang lebih rendah pada item ini atau pertumbuhan
janin terhambat dapat diimbangi dengan skor lebih tinggi pada item neuro-
muscular tertentu.

2. Maturitas Neuromuskuler
Penjelasan :
a. Postur
Otot tubuh total tercermin dalam sikap yang disukai bayi saat istirahat dan
ketahanan untuk meregangkan kelompok otot. Saat pematangan
berlangsung, gerak otot meningkat secara bertahap mulai dari fleksor pasif
yang berlangsung dalam arah sentripetal, dengan ekstremitas bawah
sedikit di depan ekstremitas atas. Untuk mendapatkan item postur, bayi
ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu sampai bayi mengendap
dalam posisi santai atau disukai. Jika bayi ditemukan telentang santai,
manipulasi lembut dari ekstremitas akan memungkinkan bayi untuk
mencari posisi dasar kenyamanan. bentuk yang paling dekat
menggambarkan postur yang disukai bayi.

b. Jendela pergelangan tangan


Fleksibilitas pergelangan dan / atau resistensi terhadap peregangan
ekstensor bertanggung jawab untuk sudut yang dihasilkan dari fleksi pada
pergelangan tangan.
Pemeriksa meluruskan jari-jari bayi dan berikan tekanan lembut
pada dorsum tangan, dekat jari-jari. Sudut yang dihasilkan antara telapak
tangan dan lengan bawah bayi diperkirakan; > 90 , 90 , 60 , 45 , 30 ,
dan 0 .

c. Gerakan lengan membalik


Manuver ini berfokus pada gerakan fleksor pasif otot bisep dimana
akan diukur sudut dari ekstremitas atas. Dengan bayi berbaring telentang,

pemeriksa menempatkan satu tangan di bawah siku bayi. Kemudian, ambil


tangan bayi dan pemeriksa membuat lengan bayi dalm posisi fleksi, sesaat
kemudian lepaskan. Sudut mundur lengan saat kembali dicatat, dan dipilih
pada lembar skor. Bayi yang sangat prematur tidak akan menunjukkan
pengembalian lengan.
d. Sudut popliteal
Manuver ini menilai pematangan gerakan fleksor pasif sendi lutut
dengan pengujian untuk ketahanan terhadap perpanjangan ekstremitas

bawah. Dengan posisi bayi berbaring telentang, kemudian paha


ditempatkan lembut pada perut bayi dengan lutut tertekuk penuh. Setelah
bayi telah rileks dalam posisi ini, pemeriksa menggenggam kaki dengan
satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan lainnya.
Jangan berikan tekanan pada paha belakang. Kaki diperpanjang sampai
resistensi pasti untuk ekstensi. Pada beberapa bayi, kontraksi hamstring
dapat digambarkan selama manuver ini. Pada titik ini terbentuk pada sudut
lutut oleh atas dan kaki bagian bawah diukur
e. Scarf Sign (Tanda selendang)
Manuver ini dilakukan dengan mengukur gerakan pasif fleksor bahu. Bayi
dalam posisi berbaring terlentang, pemeriksa menyesuaikan kepala bayi
untuk garis tengah dan meletakan tangan bayi di dada bagian atas dengan
satu tangan. Ibu jari tangan lain pemeriksa ditempatkan pada siku bayi.
Pemeriksa kemudian mendorong siku ke arah dada. Titik pada dada saat
siku bergerak dengan mudah sebelum resistensi yang signifikan, dicatat.
Batasnya adalah: leher (-1); aksila kontralateral (0); papila mamae
kontralateral (1); prosesus xyphoid (2); papila mamae ipsilateral (3), dan
aksila ipsilateral (4).
f. Tumit ke Telinga
Manuver ini mengukur gerakan fleksor pasif panggul dengan tes
fleksi pasif atau resistensi terhadap perpanjangan otot fleksor pinggul
posterior. Bayi ditempatkan terlentang dan tekuk ekstremitas bawahnya.
Pemeriksa mendukung paha bayi lateral samping tubuh dengan satu
telapak tangan. Sisi lain digunakan untuk menangkap kaki bayi dan tarik
ke arah telinga ipsilateral.
Pemeriksa mencatat ketahanan terhadap perpanjangan fleksor
panggul posterior dan lokasi dari tumit saat resistensi yang signifikan.
Batasnya adalah: telinga (-1); hidung (0); dagu (1); papila mamae (2);
daerah pusar (3), dan lipatan femoral (4).
BAB II
BAYI PREMATUR

KONSEP MEDIS KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Data pasien
a) Nama :
b) Umur :
c) Jenis kelamin :
d) Alamat :
e) Nama orang tua :
f) Pekerjaan orang tua :
b. Keluhan Utama :
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
e. Riwayat Maternal
f. Riwayat penyakit keluarga
g. Riwayat psikososial
h. Status Infant saat Lahir
1) Prematur, umur kehamilan.
2) Apgar score, apakah terjadi aspiksia.
Apgar score adalah : Suatu ukuran yang dipakai untuk mengevaluasi
keadaan umum bayi baru lahir.
2. Bayi premature yang lahir melalui operasi Caesar
3. Pengkajian fisik
a. Frekuensi nafas
b. Mekanika usaha pernafasan
c. Warna kulit/membran mukosa
d. Kardiovaskuler
1) Frekuensi jantung dan tekanan darah
2) Kualitas nadi
e. Pemeriksaan pada pengisian kapiler dapat dilakukan dengan cara:
1) Nail Bed Pressure ( tekan pada kuku)
2) Blancing Skin Test, caranya yaitu dengan meninggikan sedikit
ekstremitas dibandingkan jantung kemudian tekan telapak tangan atau
kaki tersebut selama 5 detik, biasanya tampak kepucatan. Selanjutnya
tekanan dilepaskan pucat akan menghilang 2-3 detik.
3) Perfusi pada otak dan respirasi
Gangguan fungsi serebral awalnya adalah gaduh gelisah diselingi
agitasi dan letargi. Pada iskemia otak mendadak selain terjadi
penurunan kesadaran juga terjadi kelemahan otot, kejang dan dilatasi
pupil.
4. ADL (Activity daily life)
a. Nutrisi :
Bayi dapat kekeurangan cairan sebagai akibat bayi belum minum atau
menghisap
b. Istirahat tidur
Kebutuhan istirahat terganggu karena adanya sesak nafas ataupun
kebutulan nyaman tergangu akibat tindakan medis
c. Eliminasi
Penurunan pengeluaran urine

5. Pemeriksaan penunjang
a. Foto rontgen thorak
1) Pola retikulo granular difus bersama bromkogram udara yang saling
tumpang tindih.
2) Tanda paru sentral dan batas jantung sukar dilihat, inflasi paru buruk.
3) Kemungkinan terdapat kardiomegali bila sistem lain juga terkepa
(bayi dari ; ibu diabetes, hipoksia, gagal jantung kongestif).
4) Bayangan timus yang besar .
5) Bergranul merata pada bronkogram udara, yang menandakan penyakit
berat jika terdapat pada beberapa jam pertama.
b. Pemeriksa darah
1) Asidosis metabolik
PH menurun (N : PH 7,35- 7,45)
Penurunan Bicarbonat (N : 22-26 meg/L)
PaCO2 Normal (N : 35-45 mmHg)
Peningkatan serum K
2) Asidosis respiratorik
PH menurun (N : PH 7,35-7,45)
Peningkatan PaCO2 (N : 35-45 mmHg)
Penurunan PaO2 (N : 80-100 mmHg)
Imatur lecithin / sphingomylin (L/S)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
2. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan
perkembangan otot, penurunan energi / kelelahan
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
imaturitas produksi enzim.
4. Resiko terjadi penurunan hipotermia berhubungan dengan perkembangan SSP
imatur, ketidak mampuan merasakan dingin berkeringat
5. Resiko infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasive
C. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Gangguan Pertukaran NOC: NIC :
gas - Respiratory Status : 1. Posisikan pasien untuk
berhubungan dengan : Gas exchange memaksimalkan ventilasi
- Ketidakseimbangan - Keseimbangan asam 2. Pasang mayo bila perlu
perfusi ventilasi Basa, Elektrolit 3. Lakukan fisioterapi dada jika
- Perubahan membran - Respiratory Status : perlu
kapiler-alveolar ventilation 4. Keluarkan sekret dengan batuk
DS: - Vital Sign Status atau suction
- Sakit kepala ketika Setelah dilakukan 5. Auskultasi suara nafas, catat
bangun tindakan keperawatan adanya suara tambahan
- Dyspnoe selama . Gangguan 6. Berikan bronkodilator ;
- Gangguan pertukaran pasien teratasi 7. -.
penglihatan dengan kriteria hasil: 8. -.
DO: - Mendemonstrasikan 9. Barikan pelembab udara
- Penurunan CO2 peningkatan ventilasi 10. Atur intake untuk cairan
- Takikardi dan oksigenasi yang mengoptimalkan keseimbangan.
- Hiperkapnia adekuat 11. Monitor respirasi dan status O2
- Keletihan - Memelihara 12. Catat pergerakan dada,amati
- Iritabilitas kebersihan paru paru kesimetrisan, penggunaan otot
- Hypoxia dan bebas dari tanda tambahan, retraksi otot
- Kebingungan tanda distress supraclavicular dan intercostal
- Sianosis pernafasan 13. Monitor suara nafas, seperti
- Warna kulit abnormal - Mendemonstrasikan dengkur
pucat, kehitaman) batuk efektif dan 14. Monitor pola nafas : bradipena,
- Hipoksemia suara nafas yang takipenia, kussmaul,
- Hiperkarbia bersih, tidak ada hiperventilasi, cheyne stokes,
- AGD abnormal sianosis dan dyspneu biot
- Ph arteri abnormal (mampu 15. Auskultasi suara nafas, catat area
Frekuensi dan mengeluarkan penurunan / tidak adanya
kedalaman nafas sputum, mampu ventilasi dan suara tambahan
abnormal bernafas dengan 16. Monitor TTV, AGD, elektrolit
mudah, tidak ada dan ststus mental
pursed lips) 17. Observasi sianosis khususnya
- Tanda tanda vital membran mukosa
dalam rentang normal 18. Jelaskan pada pasien dan
- AGD dalam batas keluarga tentang persiapan
normal tindakan dan tujuan penggunaan
- Status neurologis alat tambahan (O2, Suction,
dalam batas normal Inhalasi)
19. Auskultasi bunyi jantung,
jumlah, irama dan denyut
jantung
Pola Nafas tidak efektif NOC: NIC:
berhubungan dengan : - Respiratory status : 1. Posisikan pasien untuk
- Hiperventilasi Ventilation memaksimalkan ventilasi
- Penurunan - Respiratory status : 2. Pasang mayo bila perlu
energi/kelelahan Airway patency 3. Lakukan fisioterapi dada jika
- Perusakan/pelem - Vital sign Status perlu
ahan muskulo- 4. Keluarkan sekret dengan batuk
skeletal Setelah dilakukan atau suction
- Kelelahan otot tindakan keperawatan 5. Auskultasi suara nafas, catat
pernafasan selama pasien adanya suara tambahan
- Hipoventilasi menunjukkan keefektifan 6. Berikan bronkodilator :
sindrom pola nafas, dibuktikan 7. -..
- Nyeri dengan kriteria hasil: 8. .
- Kecemasan - Mendemonstrasikan 9. Berikan pelembab udara Kassa
- Disfungsi batuk efektif dan basah NaCl Lembab
Neuromuskuler suara nafas yang 10. Atur intake untuk cairan
- Obesitas bersih, tidak ada mengoptimalkan keseimbangan.
- Injuri tulang sianosis dan dyspneu 11. Monitor respirasi dan status O2
belakang (mampu 12. Bersihkan mulut, hidung dan
DS: mengeluarkan secret trakea
- Dyspnea sputum, mampu 13. Pertahankan jalan nafas yang
- Nafas pendek bernafas dg mudah, paten
DO: tidakada pursed lips) 14. Observasi adanya tanda tanda
- Penurunan - Menunjukkan jalan hipoventilasi
tekanan nafas yang paten 15. Monitor adanya kecemasan
inspirasi/ekspirasi (klien tidak merasa pasien terhadap oksigenasi
- Penurunan tercekik, irama nafas, 16. Monitor vital sign
pertukaran udara per frekuensi pernafasan 17. Informasikan pada pasien dan
menit dalam rentang normal, keluarga tentang tehnik relaksasi
- Menggunakan tidak ada suara nafas untuk memperbaiki pola nafas.
otot pernafasan abnormal) 18. Ajarkan bagaimana batuk efektif
tambahan - Tanda Tanda vital 19. Monitor pola nafas
- Orthopnea dalam rentang normal
- Pernafasan (tekanan darah, nadi,
pursed-lip pernafasan)
- Tahap ekspirasi
berlangsung sangat
lama
- Penurunan
kapasitas vital
- Respirasi: < 11
24 x /mnt

Resiko perubahan NOC: NIC :


nutrisi kurang dari - Nutritional 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh status: Adequacy of 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
Berhubungan dengan : nutrient untuk menentukan jumlah kalori
Ketidakmampuan untuk - Nutritional dan nutrisi yang dibutuhkan
memasukkan atau Status : food and pasien
mencerna nutrisi oleh Fluid Intake 3. Yakinkan diet yang dimakan
karena faktor biologis, - Weight mengandung tinggi serat untuk
psikologis atau ekonomi. Control mencegah konstipasi
DS: Setelah dilakukan 4. Ajarkan pasien bagaimana
- Nyeri abdomen tindakan keperawatan membuat catatan makanan
- Muntah selama . nutrisi kurang harian.
- Kejang perut teratasi dengan indikator: 5. Monitor adanya penurunan BB
- Rasa penuh tiba- - Albumin serum dan gula darah
tiba setelah makan - Pre albumin serum 6. Monitor lingkungan selama
DO: - Hematokrit makan
- Diare - Hemoglobin 7. Jadwalkan pengobatan dan
- Rontok rambut - Total iron binding tindakan tidak selama jam makan
yang berlebih capacity 8. Monitor turgor kulit
- Kurang nafsu - Jumlah limfosit 9. Monitor kekeringan, rambut
makan kusam, total protein, Hb dan
- Bising usus kadar Ht
berlebih 10. Monitor mual dan muntah
- Konjungtiva 11. Monitor pucat, kemerahan, dan
pucat kekeringan jaringan konjungtiva
- Denyut nadi 12. Monitor intake nuntrisi
lemah 13. Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
14. Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
15. Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
16. Kelola pemberan anti emetik:.....
17. Anjurkan banyak minum
18. Pertahankan terapi IV line
19. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
cavitas oval
Resiko terjadinya NOC NIC
penurunan hipotermi - Hidration 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
- Adherence behavior 2. Monitor TD, N dan RR
- Immune status 3. Selimuti pasien untuk mencegah
- Risk control hilangnya kehangatan tubuh
- Risk deteksion 4. Tempatkan bayi pada inkubator
Setelah dilakukan atau pakaian hangat
tindakan keperawatan 5. Observasi tanda-tanda hipetermi
selama . pasien tidak dan hipotermi
mengalami infeksi dengan
kriteria hasil:
- Keseimbangan antar
produksi panas, panas
yang diterima, dan
kehilangan panas
- Seimbang antar
produksi panas, panas
yang diterima, dan
kehilangan panas
selama 28 hari
pertama kehidupan
- Keseimbangan asam
basa bayi baru lahir
- Temperature stabil :
36.5-37.5OC
- Tidak ada kejang
- Tidak ada perubahan
warna kulit
Risiko infeksi NOC : NIC :
Faktor-faktor risiko : - Immune Status 1. Pertahankan teknik aseptif
- Prosedur Infasif - Knowledge : 2. Batasi pengunjung bila perlu
- Kerusakan Infection control 3. Cuci tangan setiap sebelum dan
jaringan dan - Risk control sesudah tindakan keperawatan
peningkatan paparan Setelah dilakukan 4. Gunakan baju, sarung tangan
lingkungan tindakan keperawatan sebagai alat pelindung
- Malnutrisi selama pasien tidak 5. Ganti letak IV perifer dan
- Peningkatan mengalami infeksi dengan dressing sesuai dengan petunjuk
paparan lingkungan kriteria hasil: umum
patogen - Klien bebas dari 6. Gunakan kateter intermiten
- Imonusupresi tanda dan gejala untuk menurunkan infeksi
- Tidak adekuat infeksi kandung kencing
pertahanan sekunder - Menunjukkan 7. Tingkatkan intake nutrisi
(penurunan Hb, kemampuan untuk 8. Berikan terapi
Leukopenia, mencegah timbulnya antibiotik:.................................
penekanan respon infeksi 9. Monitor tanda dan gejala infeksi
inflamasi) - Jumlah leukosit sistemik dan lokal
- Penyakit kronik dalam batas normal 10. Pertahankan teknik isolasi k/p
- Imunosupresi - Menunjukkan 11. Inspeksi kulit dan membran
- Malnutrisi perilaku hidup sehat mukosa terhadap kemerahan,
- Pertahan primer - Status imun, panas, drainase
tidak adekuat gastrointestinal, 12. Monitor adanya luka
(kerusakan kulit, genitourinaria dalam 13. Dorong masukan cairan
trauma jaringan, batas normal 14. Dorong istirahat
gangguan peristaltik) 15. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
16. Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam
DAFTAR PUSTAKA

Http://erepo.unud.ac.id/10229/3/85c6a99f48dfb6fba8339810772895f9.pdf

Http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27202/4/chapter%20ii.pdf

Http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/118/jtptunimus-gdl-dhinanovia-5858-2-
babii.pdf

Nurarif, A.H, Kusuma, H. 2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medus dan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 2. Media Action. Jogjakarta

You might also like