Professional Documents
Culture Documents
MALANG
OLEH :
201610461011005
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
(..........................................)
(..........................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
BATU STAGHORN
I. DEFINSI
Batu staghorn adalah batu ginjal yang bercabang yang
menempati lebih dari satu collecting system, yaitu batu pielum
yang berekstensi ke satu atau lebih kaliks. Istilah batu cetak/
staghorn parsial digunakan jika batu menempati sebagian cabang
collecting system, sedangkan istilah batu cetak/staghorn komplit
digunakan batu jika menempati seluruh collecting system (Wein, et
al, 2007).
Menurut Fabiansyah, et al (2012), batu ginjal terbentuk pada
tubuli ginjal di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa
mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi
pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran
menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu staghorn atau batu
cetak ginjal.
Batu saluran kemih merupakan proses terbentuknya batu
yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam
air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang
mempengaruhi daya larut substansi (Smeltzer & Bare, 2002).
Berdasarkan lokasi, batu saluran kemih dapat dibagi menjadi batu
saluran kemih bagian atas yaitu batu berada dalam ginjal atau
ureter, dan batu saluran kemih bagian bawah yaitu batu berada
dalam kandung kemih dan uretra. Pada umumnya batu saluran
kemih bagian atas ini merupakan batu ginjal (Bahdarsyam, 2003).
II. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya batu cetak ginjal secara teoritis batu
dapat terjadi atau terbentuk diseluruh saluran kemih terutama
pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin
(statis urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli.
Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretro-pelvis),
divertikel, obstruksi intravesika kronik, seperti hipertrofi prostat
benigna, strikture, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-
keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu (Wein,
et al, 2007). Namun ada beberapa pendapat lain yang
membedakan faktor penyebab terjadinya batu ginjal melalui
beberapa teori:
1) Teori nukleasi
Menurut teori ini, batu saluran kemih berasal dari kristal atau
benda asing yang terdapat dalam supersaturasi urine. Tahap
terjadinya batu adalah berawal dari adanya inti batu kemudian
tumbuh karena dipengaruhi oleh substansi-subtansi lain yaitu
matriks protein, kristal, benda asing dan partikel lainnya
selanjutnya batu tersebut beragregasi.
2) Teori matriks
Menurut teori ini, batu saluran kemih terdiri dari komponen
matriks yang berasal dari protein (albumin, globulin dan
mukoprotein) dengan sedikit hexose dan hexosamine yang
merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal
batu.
3) Teori inhibitor kristal
Menurut teori ini, diduga batu saluran kemih terjadi akibat
tidak ada atau berkurangnya faktor inhibitor (penghambat)
batu seperti magnesium, sitrat, pyrophosfat, asam glikoprotein.
Selain ketiga teori tersebut ada faktor lain yang
mempengaruhinya yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi terjadinya batu ginjal
adalah adanya infeksi, statis urin, periode mobilisasi
(lambatnya drainase renal dan gangguan metabolisme kalsium),
hiperkalsemia dan hiperkalsiuria (penyebabnya:
hiperparatiroid, asidosis tubulus renal, intake vitamin D yang
berlebihan, intake susu dan alkali yang berlebih, inflamasi usus,
penggunaan obat dalam jangka waktu lama). Faktor eksternal
yang mempengaruhi adalah keadaan sosial ekonomi yang
mayoritas di daerah industri, pola diet, jenis pekerjaan dengan
aktivitas fisik yang minimal, iklim yang cenderung panas,
riwayat keluarga (Tim perawat bedah RSCM, 2008).
V. PATOFISIOLOGI (terlampir)
VI. KOMPLIKASI
Batu staghorn ini dapat memenuhi seleruh pelvis renalis
sehingga dapat menyebabkan obstruksi total pada ginjal. Pada
tahap ini pasien mengalami retensi urin sehingga pada fase lanjut
ini dapat menyebabkan hidronefrosis dan akhirnya jika terus
berlanjut maka dapat menyebabkan gagal ginjal yang akan
menunjukkan gejala-gejala gagal ginjal seperti sesak, hipertensi,
dan anemia (Bahdarsyam, 2003).
c. Eliminasi
Gejala yang dirasakan oleh pasien terkait dengan sistem
eliminasi yaitu: riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya,
penurunan volume urine, rasa terbakar, dorongan berkemih,
diare. Sedangkan tandanya yaitu oliguria, hematuria, piouria,
perubahan pola berkemih.
d. Makanan dan cairan:
Pasien dengan batu cetak ginjal biasanya mengalami gejala
seperti mual/muntah, nyeri tekan abdomen, riwayat diet
tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat, hidrasi yang
tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup. Adapun
tandanya yaitu distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising
usus, muntah.
e. Nyeri dan kenyamanan:
Pasien mengalami gelaja Nyeri hebat pada fase akut (nyeri
kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu ginjal
menimbulkan nyeri dangkal konstan). Tanda dari pasien batu
cetak ginjal yaitu perilaku berhati-hati, perilaku distraksi,
nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
f. Keamanan:
Gejala yang dialami oleh pasien batu cetak ginjal yaitu
penggunaan alkohol, demam/menggigil.
g. Penyuluhan/pembelajaran:
Pasien dengan batu cetak ginjal memiliki gejala antara lain:
riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal,
hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat penyakit usus halus,
bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme,
penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat,
alopurinul, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau
vitamin.
2) DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b.d agn cedera biologis
b. Gangguan eliminasi urin b.d obstruksi colecting system.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
nutrisi inadekuat.
Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Pain Management(1400) :
dengan agen cedera keperawatan selama 1 x 24 jam, nyeri 1. Lakukan pengkajian yang komperhensif pada nyeri,
biologis . akut teratasi dengan kriteria hasil termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Pain Level (2102) : kualitas, intensitas nyeri dan faktor pencetus nyeri.
2. Kontrol faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
Indikator 1 2 3 4 5 respon pasien terhadap ketidaknyamanan, seperti
1 Melaporka suhu ruangan, pencahayaan dan kegaduhan.
n nyeri X 3. Ajarkan pasien teknik distrasksi (nonfarmakologi),
berkurang
seperti bernapas lambat dan berirama.
2 Menyataka Analgesik Management :
n rasa
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat
nyaman
setelah X nyeri sebelum pemberian obat.
nyeri 2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan
berkurang
frekuensi.
OUTCOME Saat IniX Target 4. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
1 Penyimpangan sangat berat beratnya nyeri;
2 Penyimpangan berat 5. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
3 Penyimpangan sedang
4 Penyimpangan ringan analgesik pertama kali.
5 Tidak ada penyimpangan 6. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri
hebat.
7. Evaluasi dan catat efektivitas analgesik dan
efeksamping.
Konsentrasi filtrate
meningkat sehingga
Hiperstatik & spasme terjadi supersaturasi
Efek retensi urin
otot untuk mendorong
Pembentukan kristal-
batu
kristal Refluksi urin
Mengaktifkan proses
Kristal-krstal saling Hidronefrosis
inflamasi (pelepasan
mengadakan agregasi Hidronefrosis
mediator oleh mast
& menarik bahan- Mendesak lambung
cell : bradikinin,
bahan lain Nefron mengalami
histamin, &
kerusakan Merangsang saraf
prostaglandin)
Agregasi kristal pusat pencernaan
menempel pada >1 Eritropoetin menurun
Menstimulus
collecting sistem Mual & muntah
nosiceptor oleh
Anemia
serabut C melalui
Batu Staghorn MK :
aferen
Gangguan suplai O2 ketidakseimbangan
Obstruksi ke jaringan nutrisi kurang dari
Mekanisme nyeri
sebagian/seluruh kebutuhan tubuh
(transduksi, transmisi,
modulasi dan collecting sistem Kadar O2 ke paru
persepsi) menurun
Terjadi sumbatan
MK : Nyeri akut aliran urin Sesak napas
Gangguan fungsi MK : Gangguan pola
tubulus untuk napas
memekatkan urin
Oliguria / poliuria
MK : Gangguan
eliminasi urin
DAFTAR PUSTAKA