You are on page 1of 6

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT


PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN
TIDAK MENULAR

Rujukan Pneumonia Berat Pada Balita

Oleh:
Yoyok Sugiono, dr.

Pendamping:
Wahyu Widarti, dr.

Wahana:
Puskesmas Kalitidu

PUSKESMAS KALITIDU
DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOJONEGORO
2016
LATAR ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun
BELAKANG bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau
bakteri, virus maupun riketsia, tanpa atau disertai radang
parenkim paru. ISPA merupakan suatu penyakit yang
terbanyak dan tersering diderita oleh balita karena sistem
pertahanan tubuh masih rendah.

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah


satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang
dan negara maju. Hal ini disebabkan masih tingginya angka
kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya
pneumonia, terutama pada balita. Berdasarkan laporan
World Health Organization (WHO) tahun 2005 menyatakan
kematian balita akibat pneumonia di seluruh dunia sekitar
19% atau berkisar 1,62,2 juta, di mana sekitar 70% terjadi
di negara-negara berkembang terutama di Afrika dan Asia
Tenggara.

Indonesia menduduki peringkat ke-6 di dunia untuk kasus


pneumonia pada balita pada tahun 2006 dengan jumlah
penderita mencapai enam juta jiwa. Laporan Direktorat
Jenderal Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman (Ditjen P2M-PLP) Depkes RI
tahun 2007 menyebutkan dari 31 provinsi ditemukan
477.429 balita dengan pneumonia atau 21,52% dari jumlah
seluruh balita di Indonesia. Proporsinya 35,02% pada usia
di bawah satu tahun dan 64,97% pada usia satu hingga
empat tahun (Djelantik, 2008).

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun


2001, kematian balita akibat pneumonia 5 per 1000 balita
per tahun. Pneumonia menyebabkan kematian lebih dari
100.000 balita setiap tahun atau hampir 300 balita setiap
hari atau 1 balita setiap 5 menit Tingginya mortalitas balita
karena pneumonia menyebabkan penanganan penyakit
pneumonia menjadi sangat penting artinnya.

PERMASALAHA Pneumonia masih banyak dialami oleh balita di Indonesia


N yaitu 21,52% dari jumlah seluruh balita di Indonesia
dengan prevalensi paling banyak usia 1-4 tahun. Angka
mortalitas pneumonia pada balita juga masih tinggi. Data
SKRT tahun 1995 menunjukkan bahwa 20,9% kematian
bayi disebabkan oleh pneumonia dan merupakan penyebab
kematian nomor dua pada bayi. Sedangkan pada anak balita
21,9% kematiannya disebabkan oleh pneumonia dan
merupakan penyebab kematian nomor satu dari semua
penyebab kematian pada anak balita.

PERENCANAAN a. Klasifikasi Pneumonia untuk golongan umur < 2 bulan


DAN PEMILIHAN i. Pneumonia berat, adanya nafas cepat yaitu frekuensi
INTERVENSI
pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih.
ii. Bukan Pneumonia, batuk pilek biasa.
b. Klasifikasi Pneumonia untuk golongan umur 2 bulan <
5 tahun
i. Pneumonia berat, adanya nafas sesak atau tarikan
dinding dada bagian bawah.
ii. Pneumonia, bila disertai nafas cepat, usia 2 bulan
<1 tahun 50 kali per menit, untuk usia 1 tahun - <5
tahun 40 kali per menit.
iii. Bukan pneumonia, batuk pilek biasa tidak ada
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak
ada nafas cepat.
Pada penderita pneumonia perlu dilakukan pencegahan
sekunder dan tersier.
Pencegahan sekunder sebagai upaya untuk membuat
orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat
progresifitas penyakit, menghindari komplikasi, dan
mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan sekunder
meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat
sehingga dapat mencegah meluasnya penyakit dan
terjadinya komplikasi. Upaya yang dapat dilakukan
antara lain:
a. Pneumonia berat : dirujuk ke rumah sakit, diberikan
antibiotik parenteral dan penambahan oksigen, serta
obati demam dan wheezing jika ada.
b. Pneumonia : diberikan antibiotik kotrimoksasol oral
atau amoksilin, obati demam dan wheezing jika ada.
c. Bukan Pneumonia : perawatan di rumah saja. Tidak
diberikan terapi antibiotik. Obati demam dan wheezing
jika ada. Bersihkan hidung pada anak yang mengalami
pilek dengan menggunakan lintingan kapas yang diolesi
air garam. Jika anak mengalami nyeri tenggorokan, beri
amoksisilin dan dipantau selama 5 hari ke depan.
Pencegahan Tertier adalah mencegah agar tidak
munculnya penyakit lain atau kondisi lain yang akan
memperburuk kondisi balita, mengurangi kematian serta
usaha rehabilitasinya. Pada pencegahan tingkat ini
dilakukan upaya untuk mencegah proses penyakit lebih
lanjut seperti perawatan dan pengobatan.
Upaya yang dilakukan dapat berupa:
a. Melakukan perawatan yang ekstra pada balita di
rumah, beri antibiotik selama 5 hari, anjurkan ibu untuk
tetap kontrol bila keadaan anak memburuk.
b. Bila anak bertambah parah, maka segera bawa ke
sarana kesehatan terdekat agar penyakit tidak bertambah
berat dan tidak menimbulkan kematian.

PELAKSANAAN Pada tanggal 1 Oktober 2015 pukul 09.30 WITA telah


dirujuk seorang pasien dengan diagnosa pneumonia berat.

Identitas
Nama: An. A
Usia: 6 bulan
Jenis Kelamin: Perempuan
Alamat: Kalitidu

Keluhan Utama: Sesak nafas


Riwayat Penyakit Sekarang: Sesak nafas dialami pasien
sejak tadi malam sebelum datang ke Poli Anak,. Dua hari
sebelum sesak nafas muncul, pasien mengalami batuk
berdahak dan pilek, juga disertai demam. Pasien tidak
sampai terlihat kebiruan.
Riwayat Penyakit Dahulu: Pasien tidak pernah mengalami
keluhan serupa sebelumnya
Riwayat Persalinan: Pasien lahir di praktek bidan, ditolong
oleh bidan, jenis partus normal
Imunisasi:
BCG umur 1 bulan
Polio umur 1,2,4 bulan
DPT umur 2,4 bulan
Hepatits B umur 0,2,4 bulan

Pemeriksaan Fisik
Kesadaran: compos mentis, keadaan sakit: sedang
BB= 8kg
Tanda-tanda vital: Nadi=120x/menit, RR= 52x/menit,
T=38,20C
Kepala/leher: anemis(-), ikterik (-), cyanosis (-)
Thoraks: pererakan dinding dada simetris, retraksi
intercosta, stridor (+), suara nafas bronkovesikuler, Rhonki
(+/+), Wheezing (-/-)
Andomen: flat, soefl, organomegali (-), thymphani, bisisng
usus (+)
Ekstremitas: akral hangat, edema (-/-)
Penatalaksanaan:
Nebulizer dengan salbutamol 1,5cc diencerkan dengan
NaCl 1cc
Tidak dilakukan injeksi ampicilin karena tidak ada

MONITORING Ibu penderita diminta untuk memeriksakan anaknya ke


DAN EVALUASI
pelayanan kesehatan, 2 hari lagi untuk pneumonia dan 5
hari lagi untuk batuk bukan pneumonia atau lebih cepat jika
keadaan memburuk sehingga dapat mengetahui
keberhasilan pengobatan yang diberikan dan mencegah
komplikasi. Dan untuk pneumonia berat setelah perawatan
di RS selesai, ibu penderita juga diminta untuk
memeriksakan anaknya kembali untuk merehabilitasi
kondisi pasien sampai sehat kembali.

Bojonegoro, 10 Januari 2016


Peserta Pendamping
Yoyok Sugiono,dr. Wahyu Widarti, dr.
NIP. 19690429 200212 2 001

You might also like