Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
1. PENDAHULUAN
1
WPP NRI, merupakan pengganti Permen KP 2/2015 tentang
Larangan Penggunaan Alat Penangkapan Ikan Pukat Hela (Trawl)
dan Pukat Tarik (Seine Nets) di WPP NRI. Dalam
pengaplikasiannya ditemui pro dan kontrak.
2. TUJUAN
3. BATASAN PENULISAN
2
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
3
4. WPPNRI 713, yang meliputi Perairan Selat
Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali;
dan
5. WPPNRI 718, yang meliputi Perairan Laut Aru,
Laut Arafuru, dan Laut Timor Bagian Timur.
4
4.3 ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN
4.3.1 RUMPON
4.3.2 LAMPU
5
4.4 ALAT PENANGKAPAN IKAN YANG MENGGANGGU DAN
MERUSAK
6
ekosistem laut, misalnya matinya ikan-ikan kecil yang
mengakibatkan ekosistem laut terganggu dan fitoplankton
yang mana adalah sumber makanan ikan akan terganggu
juga.
Karena itu, apabila pemerintah ingin masyarakat
menerima Peraturan Menteri KP No.71/PERMEN-KP/2016
perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang
peraturan tersebut. Hal ini dengan harapan nelayan
tradisional mengetahui dampak alat tangkap yang dilarang
tersebut bagi sektor perikanan. Dan pemerintah juga harus
berpijak pada pengelolaan perikanan yang berbasis
masyarakat, dimana nelayan merupakan pengguna yang
menjadi faktor keseimbangan berkelanjutan dalam sektor
perikanan.
Berbagai kalangan menanggapi terhadap penerbitan
kebijakan tersebut karena dinilai tidak berbasis terhadap
masyarakat umum terutama nelayan. Hal tersebut dapat
dilihat pada aksi demonstrasi dan lain sebagainya. Namun
dari pihak kementerian kelautan dan perikanan tetap teguh
terhadap kebijakan tersebut. Berikut keunggulan dan
kelemahan terhadap kebijakan tersebut :
1) KEUNGGULAN
Peraturan tersebut secara gambling sangat mendukung
terhadap ekosistem perikanan di wilayah Indonesia.
Kejaminan dan keberlanjutan sangat sepaham dengan
konteks kebijakan tersebut. Hal ini akan memberikan
tingkat keberlanjutan sumberdaya perikanan di
Indonesia semakan lestari. Dengan pembatasan
terhadap beberapa alat tangkap ikan yang berpotensi
merusak lingkungan maka lingkungan perikanan akan
menjadi baik. Hal tersebut akan berdampat terhadap
ketersediaan sumberdaya ikan yang semakin berlimpah
untuk generasi selanjutnya.
2) KELEMAHAN
7
Berdasarkan penerbitan peraturan tersebut berdampat
terhadap beberapa hal terutama pada aspek ekonomi
nelayan dan sekitarnya. Dengan pembatasan
penggunaan alat tangkap yang mulanya diperbolehkan
dan sekarang dilarang maka beberapa rantai ekonomi
akan melemah dan berdampak terdap tingkat
kemiskinan dan kesejahteraan nelayan. Tak luput dari
hal tersebut, di indikasikan bahwa hal tersebut akan
berpengaru terdapat stakeholder pendukung dalam
rantai perekonomian nelayan seperti wanita nelayan,
pembakul ikan eceran dan sebagainya.
5. KESIMPULAN
8
Alat penangkapan ikan sebagai salah satu input usaha perikanan
memiliki peranan yang penting dalam pengelolaan perikanan.
Kementrian kelautan dan perikanan menerbitkan peraturan nomor
71/PERMEN-KP/2016, dimana pelarangan alat tangkap ikan yang
berpotensi merusak ekosistem serta jalurkan penangkapan ikan
yang direkomendasikan. Beberapa alat tangkap sebelumnya
merupakan satu satunya sumber mata pencaharian nelayan
namun dengan pelarangan dalam bejikan tersebut menjadikan
nelayan tidak dapat melakukan proses perikanan. Hal ini berdampak
terhadap pendapat nelayan dan beberapa stakeholder disekitarnya,
seperti wanita nelayan pedagang, pengolah, dll. Hal ini tentunya
akan berdapak terdapat tingkat kemiskinan dan kesejahteraan
nelayan. Di sisi lain, dengan pelarangan beberapa alat tangkap ikan
tersebut menyebabkan tingkat kelestarian dan keberlanjutan
ekosistem perikanan semakin terjamin. Hal ini tertunya berdapak
positive terdapat generasi penerus dalam pengelolaan sumberdaya
perikanan yang alami.
6. DAFTAR PUSTAKA
Arif Satria dan Maya Resty Andryana, 2016. Dampak Pelarangan
Cantrang Bagi Nelayan. Laporan Studi Pustaka (KPM
403). Departemen sains komunikasi dan pengembangan
masyarakat fakultas ekologi manusia institut pertanian
bogor. 2016
9
Beye, 2016. Pelarangan Alat Tangkap Cantrang Di Kalangan Nelayan
Tradisonal. Artikel Hukum Perikanan. ITS. Surabaya.
10