Professional Documents
Culture Documents
SEMINAR PROPOSAL
Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Proposal skripsi ini dapat diselesaikan juga berkat dorongan, saran, serta
bantuan pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
1. Bapak Prof. Dr. R.Y. Perry Burhan, M.Sc., selaku Ketua STEM
Akamigas
2. Bapak Ir. Bambang Yudho Suranta, M.T., selaku Ketua Program
Studi Teknik Produksi Migas sekaligus dosen pembimbing KKW
3. Bapak dan Ibu dosen STEM Akamigas
4. Orang tua, keluarga dan rekan-rekan serta semua pihak yang ikut
andil dalam penyusunan KKW yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh
sebab itu, saran dan masukan sangat dibutuhkan penulis agar penulisan
karya tulis selanjutnya menjadi lebih baik.
Faishal
Hafizh
NIM.
13411007
2
3
ABSTRAK
Desain pemboran sumur geotermal secara garis besar memilki prinsip yang
sama dengan desain pemboran sumur minyak dan gas, tetapi ada beberapa aspek
penting yang perlu diperhatikan dalam mendesain sumur geotermal. Tantangan
utama dalam pemboran sumur geotermal berhubungan dengan kekerasan batuan
beku dan batuan metamorf yang dibor, serta temperatur formasi yang tinggi.
Selain itu, tantangan lain yang sering dihadapi dalam operasi pemboran adalah
hilang sirkulasi, laju penembusan yang lambat, dan pipa terjepit. Setelah sumur
dibor, evaluasi dan analisis problem yang terjadi selama pemboran adalah langkah
penting untuk meningkatkan kinerja operasional pemboran selanjutnya. Hasil
evaluasi tersebut dijadikan dasar dalam perencanaan pemboran sumur selanjutnya.
Perencanaan tersebut juga mencakup rincian biaya yang harus dikeluarkan,
sehingga setelah dilakukan evaluasi diharapkan ada efisiensi biaya. Oleh karena
itu, metode manajemen desain pemboran dan model biaya yang terintegrasi
dikembangkan untuk studi kasus pada pemboran sumur-X. Metode tersebut
diaplikasikan dengan mempertimbangkan kondisi geologi dan sejarah pemboran
offset wells. Desain pemboran yang dibahas secara teknis dan terperinci
mencakup desain lumpur, desain semen, casing setting depth, desain casing,
desain sumur berarah, pemilihan bit, desain rangkaian pemboran, serta model
biaya yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu biaya pre-spud, biaya pemboran, dan
biaya penyelesaian. Implementasi dari metode tersebut akan memberikan efisiensi
biaya operasional dengan mengatasi problem yang dihadapi saat pemboran.
Kata kunci: cost model, drilling problems, drilling time, well design
4
ABSTRACT
Geothermal drilling well design in outline has the same principle with oil and
gsa drilling design, but there are several aspects that must be considered in
designing geothermal well. The main challenges associated geothermal drilling
are related mostly to the hardness of igneous and metamorphic rockbeing drilled,
the high temperature of the formation. In addition, there are other challenges
encountered during drilling operation include total loss of circulation, low
penetration rate, and pipe stuck. After drilling a well, evaluation and analysis of
problems occurred during during are a critical step for improving the next dilling
operation. Evaluation result will be the fundamental in designing the next well. It
includes cost model estimation, so that there an improvement towards drilling
efficiency. Therefore, an integrated drilling management of well drilling design
and cost model estimation is implemented in the study of well-X drilling. The
method is applied with consideration of geology condition dan offset well drilling
history. Drilling design which is discussed technically and specifically, includes
drilling fluid design, cementing design, casing setting depth, casing design,
directional drilling plan, bit selection, drill string design, and cost estimation that
is divided into three major parts: pre-spud cost, drilling cost, and completion
cost. Implementation of this method will lead to operational drilling cost
efficiency by overcoming the problems encountered while drilling.
5
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
ABSTRAK........................................................................................................ ii
ABSTRACT...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ v
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3. Tujuan dan Manfaat................................................................................ 4
1.4. Batasan Masalah..................................................................................... 4
1.5. Metodologi.............................................................................................. 5
1.6. Sistematika Penulisan............................................................................. 6
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
6
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Flow Path of Driling Design and Operation................................................ 5
2. Ringkasan Tahap Pemboran Geotermal........................................................ 9
3. Typical Regular Diameter Well Profile......................................................... 14
4. Theoritical Minimum Casing Depth Selection.............................................. 15
5. Driling time-Depth versus Days................................................................... 30
6. Summary of Cost model Parameters............................................................. 33
I. PENDAHULUAN
7
1.1. Latar Belakang
aliran air batuan sekitarnya. Energi termal ini terkandung di dalam fluida yang
permukaan. Sama dengan produksi minyak dan gas, pemboran dibutuhkan untuk
geotermal mengadopsi teknik pemboran minyak dan gas. Sebagian besar sumur
geotermal didesain mengikuti dasar yang sama seperti yang digunakan pada
sama, ketika prosedur pemboran minyak dan gas diterapkan pada lapangan
antara lapangan geotermal dan lapangan minyak atau gas adalah hal yang penting
dan berkaitan dengan desain pemboran geotermal yang dibuat. Tantangan utama
pada pemboran geotermal berhubungan dengan kekerasan batuan beku dan batuan
Selain desain pemboran sumur geotermal, pembuatan cost model juga penting
pemboran sumur geotermal, yaitu desain sumur, total kedalaman sumur, tipe
driling rig, dan metode yang digunakan. Parameter lain yang mungkin
8
berpengaruh adalah efisiensi operasional pemboran yang dapat menghemat total
waktu pemboran. Total waktu pemboran yang dimaksud termasuk waktu ketika
pemboran dibagi menjadi dua, yaitu faktor langsung (direct factor) dan tidak
langsung (indirect factor). Faktor langsung merupakan faktor yang dapat diukur
dan mencakup karakteristik fisik dari sumur, geologi area pemboran dan
Bagaimanapun, indirect factor tidak akan dibahas pada tulisan ini karena
bottom selama pemboran menghabiskan waktu sekitar 50% dari total waktu
pemboran dan kecepatan laju pemboran tidak dapat meningkat secara signifikan,
sehingga usaha yang dapat dilakukan adalah mengurangi non-driling time dengan
menambah ketersediaan rig dan mengurangi waktu flat spots dimana tidak ada
penambahan kedalaman. Flat spots disebabkan karena rig-up time, running in dan
cementing casing, dan mengatasi driling problem terutama lost circulation dan
stuck pipe. Salah satu contoh yang telah terbukti dapat mengurangi rig time di
lapangan pemboran adalah penggunaan mata bor yang terus berkembang dan
9
Pembuatan well design dan cost model merupakan dua komponen yang sangat
diselesaikan dengan aman dan dengan biaya yang seefisien mungkin. Oleh karena
itu, penulis tertarik untuk mengambil Well design dan Cost model Pemboran
skripsi.
diperhatikan, yaitu aspek geologi seperti tekanan formasi, struktur geologi bawah
casing design, bit selection, mud design, hole geometry selection, dll. Kedua
aspek tersebut saling berhubungan dan akan berdampak secara tidak langsung
terhadap cost model yang dibuat. Berdasarkan aspek-aspek tersebut, maka dapat
dalam merencanakan well design. Selain itu, sejarah pemboran sumur offset well
perlu dikaji agar masalah yang terjadi pada pemboran sebelumnya dapat
diantisipasi. Oleh karena itu, peninjauan well correlation sangat penting sebagai
dapat optimal.
10
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan proposal skripsi ini adalah untuk memberikan penjelasan
umum mengenai perencanaan well design dan cost model pemboran sumur
geotermal. Selain itu, juga sebagai landasan teori dan kerangka pikir dalam
penyusunan skripsi. Manfaat yang didapat dalam penulisan proposal ini adalah
mencakup dua hal, yaitu well design dan cost model. Pembahasan well design
sebagai berikut.
cost dan intangible cost. Harga yang ditampilkan pada cost model tidak
untuk setiap operasi dan unit material yang dikeluarkan dan tidak menunjukkan
1.5. Metodologi
11
Metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini secara umum, yaitu
studi literatur, studi kasus lapangan, dan perancangan desain secara kuantitatif.
handbook, dan paper yang berhubungan dengan tema yang dibahas. Kemudian
menggunakan hasil studi literatur untuk menganalisis data yang diperoleh dari
lapangan. Setelah itu, membuat desain sesuai kasus yang telah ditentukan
Cost Estimation
12
Sistematika penulisan proposal skripsi yang berjudul Well design dan cost model
Pemboran Pengembangan Sumur Geotermal Ditinjau dari Offset well terdiri dari
BAB I. Pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan
BAB II. Tinjauan pustaka yang membahas tentang gambaran umum dalam
lumpur, desain semen, pemilihan bit, casing setting depth, directional drilling, dan
13
2.1. Geothermal Project development
informasi yang tersedia mengenai sumber daya, institusi dan regulasi terkait, serta
ketersediaan dana, dan masih banyak lagi faktor yang mempengaruhi. Berikut
dieksploitasi.
ii. Eksplorasi rinci
Tahap eksplorasi rinci terdiri dari survei hingga konfirmasi lebih jauh
penemuan dari penilaian sumber daya awal. Rencana eksplorasi dihasilkan yang
hidrogeologi dan studi lingkungan dasar. Interpretasi dari informasi lama dan hasil
dan hasil dari survei baru digunakan untuk mengembangkan model konseptual
dasar.
14
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari tahap eksplorasi. Berdasarkan pada
studi lingkungan dan model konseptual yang dikembangkan, tiga sampai lima
lokasi pemboran dipilih dan sumur pertama dibor dan dilakukan tes. Tahap
terdiri dari pemboran produksi dan sumur injeksi. Waktu yang diperlukan untuk
mengebor sumur geotermal tidak hanya tergantung pada total kedalaman, tetapi
juga kondisi geologi area dan kapabilitas serta kapasitas rig yang digunakan.
Pemboran produksi adalah operasi yang memakan waktu dan biaya yang mahal.
system. Cooling system terdiri dari condenser, colling tower, dan re-injection
system.
vii. Operation and maintenance
Tahap ini mencakup operasional dan perawatan dari lapangan uap yang
termasuk sumur geotermal, pipa uap, infrastruktur dan unit pembangkit yang
15
terdiri dari turbin, generator, dan cooling system. Perawatan berkala dari semua
fasilitas tersebut sangat penting untuk menjamin ketesediaan unit pembangkit dan
pemboran untuk penyelesaian sumur geotermal dapat dibagi menjadi tiga tahap
utama, yaitu pre-spud, driling, dan completion. Ketiga tahap tersebut diringkas
dalam gambr 2.
Tahap pre-spud sebagian besar terdiri dari desain, perencanaan, dan perisapan
infrastruktur. Tahap ini berlangsung mulai dari kontrak pemboran sampai dengan
i. Well design
16
Jumlah rangkaian casing, pemilihan diameter casing, dan casing setting depth
faktor termasuk karakteristik geologi area, kedalaman total dari sumur, fluida
formasi dan juga pertimbangan well control. Ketika memilih tipe casing yang
flow rate.
kedalaman zona produksi dan temperatur yang diperkirakan.
well trajectory
brine chemistry.
kebutuhan material khusus untuk casing atau sambungan.
interval panjang masing-masing casing.
Kedalaman zona produksi dan laju alir yang diperkirakan akan menentukan
program casing. Sebagian besar dari peralatan pemboran akan mengikuti kriteria
tersebut.
Tahap penting selanjutnya adalah persiapan program pemboran. Program ini
berisi tentang tujuan utama dari pemboran sumur dan prosedur pemboran secara
detail. Selain itu, juga membahas cara mengantisipasi dan menangani masalah
pemboran. Faktor lain yang perlu diperhitungkan adalah material pemboran dan
pemadatan tanah dan penyediaan sumber air. Pada lapangan geotermal baru tahap
ini dapat menghabiskan waktu yang lama dan juga biaya yang mahal.
iii. Well pad preparation
17
Tahap ini membutuhkan persiapan untuk lokasi pemboran yang kokoh dan
stabil dan akan mengakomodasi rig pemboran, serta peralatannya, ruang kantor,
fasilitas akomodasi, dan driling crew. Kolam pembuangan yang cukup besar
dilakukan berdasarkan desain rute jalan akses dan well pad layout. Proses tersebut
pengambilan titik ketinggian dan menetapkan ground level ketika ekskavasi area.
iv. Konstruksi cellar
Cellar adalah struktur beton yang menyediakan ruang kerja untuk peralatan
yang duduk pada well head, seperti blow out preventer (BOP) dan production well
membawa cellar yang telah dicetak atau membuatnya di lokasi dari coran dan
meletakkan pipa saluran. Desain cellar biasanya tergantung pada ukuran rig
lapangan geotermal di dunia. Sumber air biasanya sebagian besar didapat dari
sungai, danau, atau lubang bor. Air tersebut harus dipompa dari sumber ke lokasi
pemboran. Sebelum itu, rute saluran pipa air harus disurvei dan disepakati.
Panjang pipe line dapat mencapai 10 km dan perubahan elevasi hingga ratusan
penataan water storage. Flow meter juga dipasang dan waterline diuji untuk
melihat kebocoran.
vi. Rig mobilization/demobilization
18
Tahap ini mencakup transportasi driling rig ke lapangan geotermal baru.
Operasional ini biasanya lepas dari biaya karena telah ditanggung seluruhnya
dengan sumur pertama yang telah dibor atau dibagi dengan beberapa sumur yang
ke lokasi selanjutnya. Operasional tersebut termasuk rig down, rig move, dan rig
up di lokasi baru. Biasanya kasus ini terjadi apabila rig pemboran mengebor
dalam lapangan geotermal yang sama atau berbeda lapangan dalam satu daerah.
sumur tajak sampai dengan kedalaman total dicapai. Umumnya, sumur geotermal
saat ini dibor pada kisaran kedalaman dari 400 sampai 2000 m untuk temperatur
rendah sampai dengan sedang dan kedalaman 700 sampai 3000 m untuk
temperature tinggi. Contoh well profile dan trajectory sumur geotermal yang
dengan diameter yang lebih kecil dari pada trayek lubang sebelumnya. Setiap
trayek lubang diamankan dengan casing yang akan disemen sebelum pemboran
dan lubang tidak disemen agar fluida geotermal dapat melewati pipa.
19
agar casing yang dipasang dapat melindungi dengan aman dari kondisi yang
diakibatkan oleh operasi pemboran di permukaan dan juga kelakuan formasi serta
komposisi dan tekanan, dan khususnya data gradien rekah yang dkumpulkan dari
kedalaman casing shoe untuk setiap trayek casing. Pada grafik tersebut
diasumsikan bahwa fluida formasi mulai dari kedalaman 200 m adalah air normal
dengan tekanan dan temperatur pada kondisi titik didih, dan gradien rekah formasi
kedalaman 800 m, anchor casing shoe pada kedalaman sekitar 350 m, dan surface
20
Diameter casing ditentukan berdasarkan besar diameter lubang bor. Diameter
formasi di dalam lubang bor. Selain itu, juga digunakan untuk menopang
wellhead awal atau blow out preventer dan mencegah kontaminasi fluida
pemboran dengan air permukaan. Setting depth dari surface casing shoe
21
setting depth pada trayek intermediate adalah berat lumpur untuk mengontrol
kecil dan dipasang lebih dalam dari pada casing sebelumnya. Fungsi utama
dari casing jenis ini adalah sebagai saluran penghubung fluida reservoir ke
yang tinggi, sehingga dapat mencegah underground blow out, dan mengisolasi
22
Material casing ditentukan melalui dua tahap. Tahap pertama adalah skenario
operasional yang akan menghasilkan beban burst, beban collapse, dan beban
axial ditentukan dan besarnya juga dikalkulasi. Dari nilai perhitungan yang
didapat, ketebalan casing yang mempunyai resistensi lebih tinggi dari pada nilai
hasil perhitungan akan dipilih. Material casing yang sering digunakan adalah besi
berdasarkan API SPEC 5CT. Tipe casing yang disarankan API adalah K-55, L-80,
dan C-75.
setelah well completion cukup ekstrim. Sebagai contoh, rangkaian casing dengan
panjang 800 m yang terpanasi karena semen pada set up temperature sekitar 60C
hingga final formation temperature sekitar 210C akan mengembang. Jika terjadi
pada panjang casing seluruhnya secara seragam, maka compressive strength yang
timbul akan mencapai sekitar 360 MPa. Minimum yield strength untuk casing tipe
K-55 mencapai 379 MPa. Contoh tersebut mengilustrasikan axial strength sangat
sama dengan compressive strength pada casing body. Oleh karena itu, umunya
jenis sambungan ulir kotak (square thread connection) lebih dipilih sesuai dengan
rangkaian casing dan formasi. Semen akan mengokohkan ikatan antara casing dan
23
formasi. Bubur semen dibuat dengan campuran semen dengan air dan bahan
bubur semen dan semen yang mengeras. Aditif ini menyesuaikan density,
thickening time, dan viscosity dari bubur semen. Adakalanya mica flakes
untuk ketahanan terhadap temperatur. Aditif selain slica flour diuraikan sebagai
berikut.
semen dalam pekerjaan semen dimana tekanan hidrostatik bubur semen dapat
compressive strength dan thickening time juga akan berkurang. Extender yang
bentonite.
Friction reducer mencakup dispersant yang digunakan untuk menurunkan yield
point dari bubur semen, dengan begitu memungkinkan bubur semen mengalir
24
Lost circulation additives digunakan untuk mencegah hilangnya bubur semen ke
Aditif tipe ini sering digunakan ketika menyemen surface casing dimana
temperatur masih rendah sehingga semen lama mengering. Contoh dari aditif
Efisiensi pemboran sebagian besar bergantung pada umur bit dan laju
penembusan. Terdapat hubungan antara bit cost dengan bit performance. Untuk
mendapatkan umur bit yang panjang, teknologi yang lebih tinggi diperlukan
dalam pembuatan bit sehingga biaya bit lebih mahal. Pada pemboran geotermal,
driling bit dengan tungsten carbide insert, gauge protection dan journal bearing
untuk mengangkat cutting dari sumur, mendinginkan dan melumasi bit dan dril
problem, temperatur dan teknik pemboran yang digunakan. Oleh karena itu,
pemilihan fluida pemboran sangat penting untuk memberikan hasil terbaik dari
segi biaya, keselamatan dan performa agar memperoleh kedalaman dan output
sumur yang diinginkan. Fluida pemboran yang paling sering digunakan dalam
pemboran geotermal umumnya adalah water based mud, water, aerated mud atau
25
water dan foam. Bagian atas dari sumur geotermal biasanya dibor dengan
atas kedalaman kaki casing produksi, upaya yang dilakukan untuk mengatasi
material (LCM), dan cement plug jika kehilangan fluida pemboran masih terjadi.
Selain itu, metode lain yang dapat digunakan untuk menghadapi problem tersebut
adalah blind driling atau pemboran dengan aerated fluid. Apabila production
casing telah dipasang di dalam lubang dan disemen, kemudian dilanjutkan dengan
pemboran sampai zona produksi. Lumpur tidak lagi digunakan pada zona
produksi sumur. Pada open hole section, air dipompakan sebagai fluida pemboran
tekanan, khususnya setelah melewati zona loss. Polymer pill dengan viskositas
tinggi biasanya juga digunakan, khsusnya sebelum menambah pipa bor, untuk
permukaan. Metode ini adalah cara yang paling sering diterapkan pada pemboran
satu well pad dapat mengurangi lokasi pemboran yang dibutuhkan, gangguan area
26
daya alam yang akan dibor. Peralatan tambahan dan servis ahli dari directional
diinginkan, seperti down hole motor. Ada dua tipe rangkaian apakah dipasang
bent sub di atas motor, atau menggunakan mud motor housing yang sudah diatur
dengan sedikit lekukan yang terletak dekat di atas bit. Tipe alat pembelok lubang
generasi selanjutnya lebih fleksibel karena dapat menerapkan mode sliding untuk
menambah sudut atau mode rotating untuk mengebor lurus agar tetap berada di
jalur, tetapi downhole motor dan bent sub hanya dapat menambah sudut sehingga
magnetic multi shot, dan gyroscopic multi shot. Measurement while driling
(MWD) digunakan dalam rangkaian BHA yang dipasang di atas motor untuk
mengirimkan sinyal melalui teknologi mud pulse yang akan diproses dan
Peralatan tersebut dapat merubah jalur lubang bor dari vertikal menuju arah
tertentu dan inklinasi dan memungkingkan driler untuk mengetahui posisi dan
mengarahkan mata bor ke arah yang ditentukan saat mencapai keadalaman kick
off point (KOP). Beberapa faktor yang menentukan pemilihan alat pembelok
27
2.2.2.6. Hole Problem
tersebut terjadi. Problem pemboran adalah masalah yang umum ditemui ketika
mengebor sumur geotermal. Tujuan akhir dari organisasi pemboran adalah untuk
i. Lost of circulation
rekahan batuan formasi yang dibor. Dalam kondisi ideal lumpur tidak akan hilang
ke dalam formasi sampai casing disemen, tetapi dalam lubang terbuka, kehilangan
lumpur yang cukup besar mengindikasikan potensi sumur yang bagus sehingga
dinding lubang bor runtuh. Cutting yang tidak masuk ke dalam rekahan akan
28
contohnya saat menyambung pipa, material pemboran dapat menghambat dril
string sehingga menyebabkan stuck pipe, twist off, bahkan kehilangan sumur
tersebut.
Aliran fluida pemboran yang membawa cutting masuk ke dalam formasi
casing failure.
Kehilangan sirkulasi dapat menurunkan level fluida di dalam sumur secara
Problem ini biasanya disebabkan karena cutting yang menumpuk pada dril string.
Pipa juga dapat terjepit karena perbedaan tekanan antara tekanan fluida pemboran
dengan tekanan pori batuan. Pipa terjepit berpengaruh langsung pada biaya sumur
rusak dari dalam sumur yang menghambat operasi pemboran. Fishing dapat
menghabiskanl 20% dari waktu total ketika mengebor sumur geotermal. Pekerjaan
29
lainnya yang munkin terjadi, yaitu twist-off, hole instability, well control problem,
hingga pelepasan rig. Segera setelah sumur geotermal dibor sampai kedalaman
total, slotted liner dipasang di dalam open hole production section. Kemudian,
dilaksanakan, khususnya untuk pompa rig, sebelum pembongkaran rig dari lokasi
zona produksi dari sumur dan memberikan estimasi dari total permeabilitas efektif
sumur. Selain itu, tes tersebut menentukan sifat fisik dari reservoir. Sejumlah
informasi signifikan yang akan menambah data karakteristik reservoir dan sumur
hanya dapat diperoleh selama pemboran dan segera setelah aktivitas pemboran
rig dibongkar dan diangkut oleh truk untuk transportasi ke lokasi pemboran
selanjutnya. Waktu yang dibutuhkan untuk rig down, transport, dan rig up di
lokasi baru menentukan biaya operasi rig move. Jangka waktu yang diperlukan
bervariasi dari 5 sampai 14 hari, bergantung pada tipe dan ukuran rig serta jarak
transportasi.
Industri pemboran biasanya menanggungkan harga tetap untuk pemindahan rig ke
30
Biaya sumur adalah salah satu komponen utama dari biaya total pengembangan
proyek geotermal. Biaya sumur diperkirakan mencapai 40% dari biaya investasi
total untuk pembangkit listrik tenaga uap bertemperatur tinggi. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi biaya sumur, yaitu kedalaman dari reservoir geotermal
tersebut mempengaruhi diameter sumur awal dan diameter sumur akhir, jumlah
dan total waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sumur. Semakin dalam
sumur, maka driling rig yang dibutuhkan semakin besar dan biaya yang
sumur adalah kondisi geografis dari lokasi pemboran, desain sumur apakah
vertikal atau directional, down hole problems yang dihadapi, dan terkahir
spud), biaya pemboran, dan biaya penyelesaian sumur. Biaya pre-spud adalah
biaya yang muncul selama tahap sebelum tajak seperti biaya infrastruktur dan
mobilisasi rig. Biaya pemboran merupakan biaya total penjumlahan yang muncul
selama proses pembuatan lubang. Biaya tersebut mencakup harga sewa driling
rig, biaya material pemboran dan biaya servis yang ditawarkan berdasarkan
ukuran dan kemampuan dari driling rig yang digunakan, desain sumur, dan lebih
31
i. Daily operating costs
Daily operating costs adalah jenis biaya yang muncul selama operasi
pemboran dari hari ke hari. Biaya ini mencakup tingkat biaya harian rig pemboran
selama mengebor sumur geotermal yang mencakup biaya sewa untuk rig beserta
crew dan peralatan pendukung. Tingkat harga sewa rig beragam bergantung pada
tipe dan ukuran rig, panjang kontrak, dan juga kondisi pasar yang berpengaruh
pada harga penawaran. Desain sumur mempengaruhi tipe rig yang akan disewa
dan peralatan tambahan. Selain itu, juga mencakup biaya suplai air, konsumsi, dan
detergent, diesel, lubricating oil, cement additives dan driling mud. Jumlah dari
alat dan material seuruhnya akan bergantung pada desain sumur dan lamanya
waktu kerja.
iii. Casing and wellhead costs
Biaya tersebut mencakup casing steel, casing accessories dan wellhead
equipment termasuk value added tax dan transportasi menuju lokasi pemboran.
Ketika menghitung biaya casing untuk sumur tertentu sebagai contoh, setiap
rangkaian casing untuk setiap ukuran lubang dihitung harganya dan dijumlahkan
Biaya servis beragam tergantung pada desain sumur dan kontrak pemboran.
32
Operasional servis yang dimaksud mencakup driling supervision, planning and
muncul selama tahap penyelesaian termasuk well logging dan sewa peralatan serta
biaya servis tambahan. Biaya ini bergantung terutama pada tipe pengukuran
sumur geotermal. Total waktu yang dihabiskan untuk menyelesaikan sumur terdiri
dari productive time dan non-productive time. Rincian waktu pemboran dapat
pemboran, biasanya dinyatakan dalam hari, seperti yang ditunjukkan oleh gambar
5. Estimasi waktu secara detail disiapkan untuk setiap section sumur dengan
33
mempertimbangkan masing-masing operasi yang terlibat. Driling time
Kecepatan penembusan bergantung terutama pada tipe batuan dan tipe bit yang
dipilih. Formasi batuan yang keras membutuhkan waktu lebih lama untuk dibor
dari pada batuan lunak. Faktor lain yang mungkin terkait adalah tipe bit yang
digunakan, weight on bit (WOB), rotary speed, bottom hole cleaning, dan tipe
Total kedalaman target dan desain sumur akan berpengaruh terhadap waktu
pemboran. Waktu yang dibutuhkan untuk mengebor sumur yang lebih dangkal
akan lebih pendek dari pada sumur yang lebih dalam. Waktu yang diperlukan
34
untuk mengebor sumur geotermal biasa dan sumur geotermal dengan diameter
waktu. Waktu yang diperlukan dalam proses tersebut bergantung pada ukuran
casing, panjang casing, kondisi lubang, serta efisiensi kinerja crew pemboran.
Selain itu, pekerjaan backfill job yang dikerjakan apabila penyemenan tidak
semen, serta temperature log untuk mendeteksi zona loss sebelum penyemenan
berpengaruh karena untuk mengoreksi arah dan sudut lubang akan membutuhkan
waktu yang lama apabila menggunakan jenis BHA rotary biasa dibandingkan
dengan BHA steerable yang dilengkapi dengan steerable motor dan MWD tool.
v. Completion Logging
Well completion test dan logging untuk sumur geotermal beragam dan
dari transportasi rig, yaitu rig move dan rig mobilization. Rig mobilization adalah
35
transportasi rig dari rig manufactures workshop atau contractor yard, sedangkan
rig move adalah perpindahan rig dari sumur yang telah selesai dibor menuju
lokasi pemboran selanjutnya dalam satu lapangan geotermal. Rig move dan rig up
terjadi sebelum well spud in sementara rig down dan rig move terjadi setelah
penyelesaian sumur. Ukuran driling rig menjadi penentu utama dalam biaya
pemindahan rig.
pemboran dibayar oleh perusahaan untuk setiap harinya selama bekerja di lokasi
pemboran. Day rates contracts dibagi menjadi tiga bagian, yaitu operating day
rate, standby day rate, dan zero day rate. Operating rate akan diaplikasikan
apabila personel dan peralatan digunakan sepenuhnya. Standby day rate akan
sepenuhnya. Biaya standby rate umumnya sedikit lebih rendah dari pada
operating rate. Zero day rate akan berlaku jika tidak ada pembayaran untuk
driling contractor.
ii. Footage contracts (metre rates)
Dalam footage contracts, tingkat biaya per meter yang dibor disepakati untuk
sebuah sumur dengan desain tertentu. Untuk operasional khusus akan dikenakan
day rate cost atau fix rate cost. Dengan kontrak tipe ini, kontraktor mempunyai
insentif untuk mengebor lebih cepat. Tipe kontrak ini umumnya digunakan pada
36
Integrated driling contract dibuat dengan kontraktor pemboran untuk ketentuan
mengebor sumur dengan kedalaman tertentu dalam suatu lapangan. Oleh sebab
pemboran dan mengatur pihak ketiga dari perusahaan servis dalam pengerjaan
proyek pemboran. Perusahaan tidak mempunyai masukan pada day to day driling
operation, kecuali jika diawali dengan perjanjian dalam kontrak. Ruang lingkup
operasional, kontrol dan risiko yang saling berkaitan satu sama lain.
38
39
40