You are on page 1of 1
49 Aba Daar berkata, “Maukah kamu aku beri tahu hari ketika aku membutuhkannya? Aku membutuhkannya di hari ketika kepalaku diletakkan di liang lahatku, Hari itulah aku mem- butuhkannya. Ketahuilah, harta dimiliki tiga kelompok sekutu: pertama, takdir yang tidak mau peduli: apakah ia melenyapkannya dengan kebaikannya ataukah melenyapkannya dengan keburuk- annya; kedua, ahli waris yang senantiasa menanti kapan kamu meletakkan kepalamu agar ia bisa memilikinya ketika kamu sendiri sedang sengsara; ketiga, kamu sendiri. Oleh karena itu, jika bisa, kamu tidak boleh menjadi sekutu terlemah dari ketiga sekutu. Jangan sekali-kali! Padahal, Allah telah berfirman, ‘Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai; (Q.s. Ali ‘Imran [3]: 92). Harta ini (unta jantan dan jinak) adalah harta yang paling aku sukai. Sehingga aku ingin mempersembahkannya untuk diriku sendiri.”” Selain contoh-contoh di atas, masih banyak teladan lain yang menunjukkan besarnya perhatian para shahabat radhiyallahu ’anhum terhadap usaha menyucikan dan membersihkan jiwa mereka. Kita, umat Islam, juga bisa melakukan apa yang mereka lakukan. Kita dapat mengoreksi dan membersihkan jiwa kita dengan cara melaksanakan ibadah-ibadah wajib dan menjalankan ibadah-ibadah sunnah. Kita bisa menyucikannya dengan cara membaca al-Qur* an dengan tartil, berzikir, berdoa, bertobat dan istighfar, mengerjakan shalat di malam hari kala manusia sedang lelap tidur, mengerjakan shalat Dhuha dengan rutin, meraha- siakan sedekah, berpuasa, menunaikan ibadah haji, umrah, ziarah kubur, merenungkan kekuasaan Allah di langit dan di bumi, mem-

You might also like