You are on page 1of 31

PROSES AUDIT BERBASIS RESIKO

Pengertian Audit Berbasis Resiko (Auditing Berbasis ISA).


Proses audit ini didasarkan ISA atau International Standards on Auditing.
ISA menekankan berbagai kewajiban entitas dan manajemen, berbagai
kewajiban entitas dapat disebut pihak-pihak berkepentingan atau TCWG Those
charged with governance. Proses audit berbasis ISA merupakan proses audit
berbasis risiko yang mengandung tiga langkah kunci yaitu Risk Assessment
(Penialain Risiko), Risk Response (Merespon Risiko) dan Report (Pelaporan).

Audit Berbasis Risiko (Risk Based Audit) adalah metodologi


pemeriksaan yang dipergunakan untuk memberikan jaminan bahwa risiko telah
dikelola di dalam batasan risiko yang telah ditetapkan manajemen pada
tingkatan korporasi. Pendekatan audit ini berfokus dalam mengevaluasi risiko-
risiko baik strategis, finansial, operasional, regulasi dan lainnya yang dihadapi
oleh organisasi.

Dalam Audit berbasis risiko, risiko-risiko yang tinggi diaudit, sehingga


kemudian manajemen bisa mengetahui area baru mana yang berisiko dan area
mana yang kontrolnya harus diperbaiki. Risk-Based Audit memastikan bahwa
seluruh tanggung jawab manajemen telah dilakukan secara efektif. Tanggung
jawab manajemen yang utama termasuk memastikan internal control telah
memadai dan manajemen risiko telah dilakukan dengan tepat, diikuti oleh
berbagai fungsi dan unit kerja di perusahaan.

Peran Risk-Based Audit dalam peningkatan Internal Control dan Proses


Manajemen Risiko sangat menyeluruh dan strategis. Oleh karena itu apabila Risk
Based Audit diimplementasikan dengan konsisten, maka efektivitas Internal
Control dan Proses Manajemen Risiko perusahaan akan meningkat.

Pendekatan audit berpeduli risiko bukan berarti menggantikan pendekatan


audit konvensional yang dijalankan oleh lembaga audit intern yang sudah
berjalan selama ini. Pendekatan ini hanya membawa suatu metodologi audit
yang dapat dijalankan oleh auditor intern dalam pelaksanaanpenugasan
auditnya melalui pendekatan dan pemahaman atas risiko yang harus
diantisipasi, dihadapi, atau dialihkan oleh manajemen guna mencapai tujuan.
Perbedaan pendekatan audit berpeduli risiko dengan pendekatan audit
konvensional adalah pada metodologi yang digunakan dimana auditor
mengurangi perhatian pada pengujian transaksi individual dan lebih berfokus
pada pengujian atas sistem dan proses bagaimana manajemen mengatasi
hambatan pencapaian tujuan, serta berusaha untuk membantu manajemen
mengatasi (mengalihkan) hambatan yang dikarenakan faktor risiko dalam
pengambilan keputusan.

Identifikasi Risiko

Identifikasi Risiko
Sebagai bagian integral dari proses perencanaan, pemahaman atas bisnis klien diperoleh melalui
interaksi berkesinambungan dengan klien, pertemuan/rapat dengan klien, review atas lingkungan
pengendalian manajemen dan lain-lain. Dengan pemahaman terhadap bisnis klien Audit Direktur
dan Audit Manager mengidentifikasi risiko yang dihadapi klien. Identifikasi risiko dilakukan
sebagai tahap awal dalam proses perencanaan.

Prosedur identifikasi risiko dan prosedur penilaian risiko dapat dijelaskan sebagai berikut:
Dalam proses identifikasi risiko pertanyaan auditor ialah apa yang bisa salah yang
menyebabkan salah saji dalam laporan keuangan ?
Auditor mencari jawaban atas pertanyaan itu dengan melaksanakan prosedur penilaian
risiko.
Dalam prosedur penilaian risiko ini, auditor berupoaya mengidentifikasi risiko melalui
pemahamannya terhadap entitas dan lingkungannya.
Proses pemahaman dalam butir diatas, menghasilkan daftar dari sejumlah faktor risiko
bisnis dan faktor risiko kecurangan (bussiness and fraud risk factors).

MENGIDENTIFIKASI RISIKO BAWAAN


ISA 240.10
Tujuan auditor adalah :
a) Mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan
yang disebabkan oleh kecurangan.
b) Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai risiko salah saji yang material
yang dinilai, yang disebabkan oleh kecurangan, dengan merancang dan
mengimplementasi tanggapan yang tepat, dan
c) Menanggapi dengan tepat kecurangan atau dugaan mengenai kecurangan yang
diidentifikasi selama audit (berlangsung).
ISA 315.3
Tujuan auditor adalah mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material,
yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, pada tingkat laporan keuangan dan
tingkat asersi, melalui pemahaman tentang entitas dan lingkungannya, termasuk
pengendalian internalnya, yang akan memberikan dasar untuk merancang dan
mengimplementasi tanggapan terhadap risiko salah saji material yang dinilai.
ISA 240.11
Untuk tujuan ISAs, istilah-istilah berikut mempunyai makna seperti dijelaskan
dibawah.
a) Fraud (kecurangan) perbuatan yang disengaja oleh seseorang atau beberapa orang
diantara manajemen, TCWG (those charged with governance), pegawai, atau pihak
ketiga, dengan menipu untuk memperoleh keuntungan yang tidak dapat dibenarkan atau
keuntungan yang tidak sah/melawan hokum.
b) Fraund risk faktors (faktor-faktor resiko kecurangan) peristiwa atau kondisi yang
mengindikasikan adanya insentif atau tekanan untuk melawan kecurangan atau
memberikan peluang untuk melakukan kecurangan.

1. Risiko Bawaan (inherent risk)

Risiko bawaan mengukur penilaian auditor atas kemungkinan terdapatnya salah saji material
(baik kecurangan maupun kesalahan) dalam sebuah bagian pengauditan sebelum
mempertimbangkan efektifitas pengendalian internal klien.

1. Risiko Pengendalian (Control Risk)

Risiko pengendalian mengukur penilaian auditor mengenai apakah salah saji melebihi jumlah
yang dapat diterima di suatu bagian pengauditan akan dapat dicegah atau dideteksi dengan
tepat waktu oleh pengendalian internal klien.

1. Risiko Audit yang Dapat Diterima (Acceptable Audit Risk)

Risiko audit yang dapat diterima mengukur tingkat kesediaan auditor untuk menerima
kemungkinan adanya salah saji dalam laporan keuangan setelah audit telah selesai dijalankan
dan opini wajar tanpa pengecualian telah diterbitkan.
Risiko audit adalah risiko bagi auditor untuk membuat kesalahan
dalam memberikan pendapat atas laporan keuangan, karena gagal
mengungkap salah saji material.1[21]
Menurut SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit, risiko audit
adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya
sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang
auditor bersedia untuk menanggungnya.2[22

Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan atas dasar
bukti yang diperoleh dari verivikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun secara
individual atau golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk membatasi risiko audit pada
tingkat saldo akun sedemikian rupa sehingga pada akhir proses audit, risiko audit dalam
menyatakan pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan akan berada pada tingkat
yang rendah.3[23]

Risiko Audit

Risiko audit (audit risk) adalah risiko memberikan opini audit yang tidak tepat
(expressing an inappropriate audit opinion) atas laporan keuangan yang disalahsajikan secara
material. Tujuan audit ialah menekan risiko audit ini ke tingkat rendah yang dapat diterima
auditor.
Untuk menekan risiko audit ke tingkat rendah yang dapat diterima, auditor harus :
Menilai risiko salah saji yang material; dan
Menekan risiko pendeteksian komponen utama risiko audit :
Inherent Risk (Resiko Bawaan)
Kerentanan suatu asersi (mengenai jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan)
terhadap salah saji yang mungkin material, sendiri, atau tergabung, tanpa memperhitungkan
pengendalian terkait.

Risiko AuditAdalah risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari tidak
memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. DSemakin besar keinginan auditor menyatakan pendapat
1

3
yang benar, Semakin rendah risiko audit yang akan bisa ia terimajika diinginkan keyakinan
99%, maka risiko audit yangdapat diterima adalah 1%.

Risiko Pengendalian, yakni Risiko pengendalian adalah risiko yang terjadinya salah saji
material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat
waktu oleh pengendalian intern entitas. Risiko ini ditentukan oleh evektifitas
kebijakan dan prosedur pengendalian intern untuk mencapai tujuan umum
pengendalian intern yang relevan dengan audit atas laporan keuangan entitas. Risiko
pengendalian tertentu akan selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam setiap
pengendalian intern. Sebagai contoh, pengendalian intern mungkin menjadi tidak
evektif karena kelalayan manusia akibat ceroboh atau bosan atau karena adanya
kolosi diantara personel pelaksanaan

Control Risk (Risiko Pengendalian).


Risiko bahwa suatu salah saji bisa terjadi dalam suatu asersi (mengenai jenis transaksi,
saldo akun, atau pengungkapan) dan bisa material, sendiri atau tergabung dengan salah saji
lainnya, tidak tercegah atau terdeteksi dan terkoreksi pada waktunya oleh pengendalian
intern entitas.

Risiko Pengendalian (Control Risk) merupakan risiko bahwa suatu salahsaji yang
material yang akan terjadi dalam asersi tidak dapat dicegah ataudideteksi secara tepat waktu
oleh pengendalian perusahaan. Risiko inimerupakan fungsi keefektifan perancangan dan
operasi pengendalianinternal dalam mencapai tujuan entitas yang relevan untuk
menyusunlaporan keuangan entitas. Beberapa risiko pengendalian akan selalu adakarena
keterbatasan yang melekat pada pengendalian internal.
Tujuan dari menilai risiko pengendalian adalah untuk membantu auditor dalam
membuat suatu pertimbangan mengenai risiko salah saji yang material dalam asersi laporan
keuangan. Risiko pengendalian, seperti komponen lain dalam model risiko audit, dinilai
dalam asersi laporan keuangan individual. System akuntansi berfokus kepada pemrosesan
transaksi, dan banyak aktivitas pengendalian berhubungan dengan pemrosesan suatu jenis
transaksi tertentu.
Dalam membuat penilaian risiko pengendalian untuk suatu asersi adalah penting bagi
auditor untuk :
1. Mempertimbangkanpengetahuan yang
diperolehdariproseduruntukmemperolehsuatupemahamanmengenaiapakahpengendalian
yang
berhubungandenganasersitelahdirancangdanditerapkandalamoperasiolehmanajemenenti
tas
2. Mengidentifikasikansalahsajipotensial yang dapatmunculdalamasersientitas
3. Mengidentifikasikanpengendalian yang diperlukan yang
mungkinakanmencegahataumendeteksidanmemperbaikisalahsaji
4. Melaksanakanpengujianpengendalianterhadappengendalian yang
diperlukanuntukmenentukanefektivitasrancangandanpengoperasiandaripengendalianter
sebut
5. Mengevaluasibuktidanmembuatpenilaian

Contoh Kasus :
Sebagai contoh, prosedur otorisasi oleh seorang pejabat keuangan dimaksudkan untuk
mencegah risiko bahwa pengeluaran kas telah dibebankan pada mata anggaran yang sesuai.
Setelah prosedur ini diuji efektivitasnya, ternyata diketahui bahwa sebesar 30% pengeluaran
kas telah dibebankan pada mata anggaran yang keliru, maka dalam hal ini auditor perlu
menetapkan tingkat risiko pengendalian yang tinggi terhadap
terjadinya pengeluaran yang tidak sesuai anggaran.

Risiko peengendalian mencakupi risiko salah saji laporan keuangan tak tercegah
atau tak tertemukan pada bingkai waktu tertentu oleh struktur pengendalian
internal, kebijakan atau prosedur. Berbagai control risk selalu ada karena
keterbatasan inheren dari struktur pengendalian internal. Bila kebijakan dan
prosedur tak berjalan efektif, maka auditor melakukan penilaian control
risk sebanyak mungkin, dengan catatan bahwa biaya pengendalian risiko harus
lebih kecil dari manfaat pengendalian risiko. Pada umumnya, pengendalian
inheren tak mampu membuat risiko menjadi 0%, diperangi atau dikurangi
dengan strategi-sistem-prosedur terkait control risk. Control risk dirancang utk
menekan risiko-residual tersebut sedapat-dapatnya, lalu sisa risiko selanjutnya
menjadi tugas strategi deteksi, sistem-prosedur deteksi penyimpangan, KKN dan
salah saji material.

Risiko Deteksi, yakni Risiko yang disebabkan oleh kegagalan auditor dalam
mendeteksi salah saji material, setelah audit dilaksanakan sesuai dengan
standar auditing. Risiko ini timbul sebagian karena ketidakpastian yang
ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan
transaksi, dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada,
walaupun saldo akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa 100%.
Ketidakpastian lain semacam itu timbul karena auditor mungkin memilih
suatu prosedur audit yang tidak sesuai, menerapkan secara keliru
prosedur yang semestinya, atau menafsirkan secara keliru hasil audit.
Ketidakpastian lain ini dapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat
diabaikan melalui perencanaan dan supervisi memadai dan pelaksanaan
praktik audit yang sesuai dengan standar pengendalian mutu.

Detection Risk (Resiko Pendektesian)


Risiko bahwa prosedur yang dilaksanakan auditor untuk menekan risiko audit ke tingkat
rendah yang dapat diterima, tidak akan mendeteksi salah saji yang bisa material, secara
individu atau tergabung dengan salah saji lainnya.

(Detection Risk), adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas
prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul sebagian karena
ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan
transaksi, dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau
golongan transaksi tersebut telah diperiksa 100%. Ketidakpastian lain semacam itu bisa
timbul karena auditor mungkin memilih suatu prosedur audit yang tidak sesuai, menerapkan
secara keliru prosedur yang semestinya, atau menafsirkan secara keliru hasil audit.
Ketidakpastian seperti ini dapat dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diabaikan melalui
perencanaan dan supervisi memadai serta pelaksanaan praktek audit yang sesuai dengan
standar pengendalian mutu. Jadi risiko deteksi sepenuhnya merupakan hasil dari keputusan
pengujian yang dilakukan oleh auditor. Makin besar nilaiRD makin besar kemungkinan audit
tidak dapat mendeteksi adanya kesalahan.
Jadi, berbeda dengan risiko inheren dan risiko pengendalian, risikodeteksi sepenuhnya
ditentukan oleh auditor. Dihubungkan dengan pelaksanaan pengujian bukti dalam audit yang
pada umumnya dilakukan dengan pengambilan sampel atas populasi bukti yang diuji, RD
terdiri dari:
Risiko sampling yaitu risiko yang terjadi jika sampel yang diuji tidak mewakili populasi (tidak
representatif). Jadi risiko sampling berkaitan dengan metode sampling yang digunakan oleh
auditor. Untuk mengatasi terjadinya risiko sampling, maka auditor harus merancang metode
samplingnya sedemikian rupa agar sampel mewakili populasi.
Risiko non sampling yaitu risiko yang terjadi tanpa ada hubungannya dengan pelaksanaan
audit secara sampling. Risiko non sampling dipengaruhi oleh dua faktor, kompetensi auditor
dan prosedur audit yang dipilih. Auditor akan mengalami risiko deteksi atau gagal
menemukan kesalahan jika auditor yang ditugaskan melakukan pengujian tidak kompeten,
misalnya auditor tidak mengetahui kesalahan apa yang harus ditemukan. Di samping itu,
auditor juga dapat gagal menemukan kesalahan jika prosedur audit yang digunakan salah.
Contoh Kasus :
Risiko deteksi juga dapat terjadi karena auditor salah menetapkan langkah
pengujiannya (prosedur audit). Sebagai contoh, prosedur pengeluaran barang menetapkan
bahwa setiap pengeluaran barang harus didasarkan pada permintaan dari pihak yang akan
menggunakan. Jadi dalam pelaksanaan pengeluaran barang akan terdapat dua populasi bukti
yang saling terkait, bukti permintaan barang dan bukti pengeluaran barang. Dalam hal ini,
risiko deteksi dapat terjadi jika dalam melakukan pengujian auditor menetapkan prosedur
audit periksa apakah atas setiap bukti permintaan barang terdapat bukti pengeluaran
barangnya! Prosedur ini dipastikan tidak akan menemukan kesalahan seperti kecurangan
pihak gudang yang mengeluarkan barang walaupun tidak ada permintaan dari pihak yang
membutuhkan barang, karena jika ada permintaan barang dapat dipastikan bagian gudang
akan menerbitkan bukti pengeluaran barang. Sebaliknya, jika prosedur audit yang ditetapkan
adalah: periksa apakah atas setiap bukti pengeluaran barang terdapat bukti permintaan
barangnya! maka prosedur ini mungkin akan dapat menemukan kecurangan bagian gudang
atas pengeluaran barang yang tidak didasarkan pada permintaan barang. Dengan prosedur
tersebut, jika seandainya bagian gudang melakukan kecurangan mengeluarkan barang tetapi
bukan untuk kepentingan perusahaan, maka akan dapat ditemukan dari sampel pengeluaran
barang yang tidak ditemukan bukti permintaan barangnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka risiko deteksi berhubungan dengan luasnya
pengumpulan dan pengujian bukti yang harus dilakukan auditor. Risiko deteksi yang rendah
hanya dapat dicapai jika auditor melakukan pengujian yang luas. Hal ini berarti bahwa risiko
deteksi berbanding terbalik dengan luasnya pengujian. Pemahaman mengenai model risiko
audit tersebut akan dapat membantu auditor dalam merancang luasnya pengujian agar auditor
tidak mengalami risiko audit (dalam arti audit menjadi tidak efektif), serta agar audit dapat
dilaksanakan secara efisien (dalam arti audit dapat menghindarkan diri, melakukan perluasan
pengujian yang tidak perlu).

Risiko Bawaan, yakni risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau
golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi
bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Risiko salah saji
demikian adalah lebih besar pada saldo akun atau golongan transaksi
tertentu dibandingkan dengan yang lain. Sebagai contoh, perhitungan
yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika dibandingkan dengan
perhitungan yang sederhana. Uang tunai lebih mudah dicuri daripada
sediaan batu bara. Akun yang terdiri dart jumlah yang berasal dart
estimasi akuntansi cenderung mengandung risiko lebih besar
dibandingkan dengan akun yang sifatnya relatif rutin dan berisi data
berupa fakta. Faktor ekstern juga mempengaruhi risiko bawaan.

. Risiko Bawaan / Melekat (Inherent risk)


Adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji
material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait (maksudnya bahwa
risiko bawaan timbul dengan asumsi pengedalian intern dalam perusahaan tidak ada. Jika
sekiranya pengendalian intern dalam perusahaan memadai serta efektif dalam
pelaksanaannya dengan sendirinya risiko bawaan akan dapat diminimalisasi). Risiko salah
saji demikian adalah lebih besar pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu
dibandingkan dengan yang lain. Sebagai contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin
disajikan salah jika dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana. Uang tunai dalam
perusahaan lebih mudah dicuri daripada persediaan. Suatu akun dalam laporan keuangan
yang berasal dari estimasi akuntansi cenderung mengandung risiko yang lebih besar
dibandingkan dengan akun yang sifatnya relatif rutin dan berisi data faktual. Perusahaan yang
bergerak dalam bidang industri yang memproduksi barang-barang hi-tech seperti misalnya
handphone akan lebih berisiko terjadinya penumpukan persediaan yang usang karena tidak
sesuai lagi dengan tuntutan pasar.
Risiko bawaan tidak dapat dirubah oleh penerapan prosedur audit yang paling baik
sekalipun. Risiko bawaan bervariasi untuk setiap asersi. Sebagai contoh, asersi keberadaan
dan keterjadian kas mempunyai risiko bawaan yang lebih tinggi daripada aktiva tetap. Hal
inji disebabkan uang tunai merupakan suatu asset yang sangat rawan terhadap manipulasi,
dan semua orang berminat terhadap uang. Sedangkan aktiva tetap lebih jelas keberadaannya.
Risiko bawaan juga dibedakan atas risiko bawaan setiap akun dan risiko bawaan keseluruhan
untuk banyak akun. Berikut merupakan beberapa factor yang menentukan risiko bawaan pada
banyak akun:
1. Profitabilitasperusahaansecara relative dibandingkandenganperusahaanpadaumumnya.
Semakintinggiprofitabilitassuatuperusahaan, semakinkecilrisikobawaannya.
2. Jenisusahadansensitivitasoperasi. Perusahaan
yagnbergerakpadabidangkeuanganlebihbesarrisikobawaannyadaripadaperusahaanekspedi
sikarenabidangkeuangansangat sensitive terhadapperubahankursmatauang,
danperubahantingkatsukubunga. Olehkarenaitu, semakin sensitive operasiperusahaan,
semakintinggirisikobawaannya. Bidangusaha yang
sangatdipengaruhiperkembanganteknologi, dankompetiwsiusahanyaketat,
mengakibatkanrisikobawaan yang tinggi.
3. Masalahkelangsunganusaha. Perusahaan yang
sedangmengalamimasalahkebangkrutanmempunyairisikobawaan yang tinggi.
4. Sifat, penyebab, danjumlahsalahsaji yang dideteksidalam audit tahunsebelumnya.
Risikobawaanperusahaanakandinilailebihtinggiapabilabanyaksalahsaji yang
terdeteksimelalui audit tahunsebelumnya.
5. Integritas, erputasi, danpengetahuanakuntansidarimanajemen. Semakinbaikintegritas,
reputasi, danpengetahuantentangakuntansi yang dimilikimanajemenklien,
semakinkecilrisikobawannya.
Berikutinimerupakan factor yang menentukanrisikobawaansuatuakuntertentu:

1. Auditabilitasakunatautransaksi. Semakintinggitingkataktivitasakun,
semakinrendahrisikobawaanpadaakuntersebut.
2. Kerumitanmasalahakuntansiterkait.
Masalahakuntansiterkaitmeliputimasalahpengekuandankerumitanpenilaianakun.
Masalahakuntansi yang rumitakanmeningkatkanrisiko audit.
3. Sifat, penyebab, danjumlahsalahsaji yang dideteksidalam audit tahunsebelumnya.
Risikobawaanperusahaanakandinilailebihtinggiapabilabanyaksalahsaji yang
terdeteksimelalui audit tahunsebelumnya.
Contoh kasus :
Sebagai contoh, kegiatan penyimpanan obat di rumah sakit memiliki risiko inheren yang
lebih tinggi terhadap kehilangan, daripada kegiatan penyimpanan blanko formulir
pencatatan data pasien. Hal ini karena obat mempunyai kemungkinan yang lebih besar
(atau dengan kata lain lebih berisiko) untuk dicuri serta rusak karena penyimpanan
dibandingkan dengan blangko formulir data pasien. Di samping itu, hilang atau rusaknya
obat akan mengakibatkan kerugian yang lebih besar dibandingkan dengankerugian akibat
hilangnya blangko formulir data pasien.

Risiko salah saji laporan keuangan terkait risiko bawaan karena jenis bisnis, jenis
industri, jenis operasi khas industri tersebut dan risiko salah saji karena
pengendalian internal lemah atau tidak ada.

Sebagai contoh:

1. Valuasi piutang dagang, asersi keberadaan piutang dagang oleh


manajemen, terkait kecemasan auditor tentang going concern.
2. Kalkulasi beban pensiun, metode penyusutan aset tetap dan kalkulasi
beban penyusutan aset tetap

3. Kas lebih rentan pencurian dibanding persediaan.

4. Perubahan teknologi menyebabkan aset tetap padat teknologi harus di


hapus-buku lebih cepat lantaran ketinggaalan teknologi.

5. Lapping banyak terjadi pada industri perbankan, dana pensiun, asuransi.


KKN pada akun tabungan berjangka lebih banyak terjadi pada demand
deposit.

6. Berbagai perusahaan memilih tak menggunakan pedoman sistem &


prosedur (tertulis & kaku) untuk meningkatkan kreativitas dan layanan
pelanggan.

7. Moral, standar etika, misalnya uang tip boleh diterima, itu rezeki anda,
merupakan risiko budaya.

Risiko deteksi berbentuk risiko auditor tak mampu mendeteksi salah-saji-material


yang sebetulnya ada.

Risiko deteksi muncul karena

1. Auditor tak memeriksa 100% saldo akun-akun.

2. Ketidakpastian, kesalahan merancang prosedur audit, salah terap


prosedur audit, salah tafsir terhadap hasil audit.

Risiko bisnis (bussiness risk)


Risiko bisnis berasal dari kondisi, peristiwa, situasi, tindakan, bahkan tidak mengambil
tindakan (inaction) yang berdampak negatif terhadap kemampuan perusahaan mencapai
tujuannya dan melaksanakan strateginya. Risiko bisnis juga meliputi peristiwa yang timbul
akibat perubahan, kompleksitas, atau gagal melihat kebutuhan untuk berubah.

Risiko bisnis berasal dari kondisi, peristiwa, situasi, tindakan, bahkan tidak mengambil
tindakan (inactions) yang dapat berdampak negatif terhadap kemampuan perusahaan
mencapai tujuannya dan melaksanakan strateginya.Termasuk di dalamnya, penetapan tujuan
dan strategi yang tidak tepat.
Risiko bisnis juga meliputi peristiwa yang timbul akibat perubahan, komplesitas, atau
gagal melihat kebutuhan untuk berubah. Perubahan bisa berasal dari :
Pengembangan produk baru yang bisa gagal;
Pasar yang tidak cukup besar, sekalipun produk baru sukses dikembangkan; atau
Kegagaln produk yang bisa menimbulkan tuntutan dan menghancurkan reputasi ;
Tuntutan hokum juga bisa terjadi justru ketika produknya sukses, dan saingan menuntut
karena dugaan pelanggaran hak cipta, seperti dalam kasus sabak elektronik ( Apple versus
Samsung).

HUBUNGAN ANTAR RISIKO


Hubungan risiko terformula standar audit adalah bahwa audit risk = inherent risk
X control risk X detection risk,dimana Detection Risk = Audit Risk/(Inherent Risk
X Control Risk), dan Inherent risk dan control risk terjadi di luar kekuasaan
auditor.

Auditor hanya dapat mengurangi detection risk, makin besar inherent


risk dan control risk, makin besar bukti audit (audit sampling, observasi dll)
harus dikumpulkan. Sebagai catatan pemakalah, program audit untuk deteksi
salah saji material mirip dengan fraud auditing, prosedur dirancang berbasis
kecurigaan salah saji, jumlah sample diperbanyak (sampai 100% atau full audit)
pada wilayah kecurigaan tersebut.

Inherent risk terkait pada

Jenis bisnis, jenis industri

Jenis aktivitas, rantai nilai

Gaya manajemen

Iklim / atmosfer manajemen

Sebagai misal, bagi BPKP sebagai internal auditor NKRI :

Dua Pemda pada dasarnya mempunyai inherent risk serupa, karena


keduanya adalah daerah otonom sederajat.

Inherent risk menjadi berbeda karena : Pemda A mempunyai Kepala


Pemda yang kuat, bersih dan professional, mempunyai DPRD yang lemah,
rakyat yang antusias memberi kritik dan membantu Pemda. Pemda B
mempunyai Kepala Pemda yang lemah, DPRD yang kuat, dan rakyat yang
apatis.

RISIKO SIGNIFIKAN
ISA 240.26
Ketika mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material karena kecurangan,
auditor wajib, berdsarkan dugaan adanya risiko kecurangan dalam pengakuan
pendapatan, mengevaluasi jenis pendapatan, transaksi pendapatan atau asersi apa saja
yang menimbulkan risiko tersebut. Alinea 47 memerinci dokumentasi yang diperlukan
jika auditor menyimpulkan dugaan itu tidak beralasan dan karenanya ia tidak
mengidentifkasi pengakuan pendapatan sebagai risiko salah saji material karena
kecurangan.
ISA 315.4
Untuk tujuan ISAs, Isitilah berikut mempunyai makna seperti dijelaskan di bawah.
(e) Signifikan Risk (Risiko signifikan)__Risiko salah saji material yang diidentifikasi
dan dinilai yang menurut pendapat auditor, memerlukan pertimbangan khusus.


Contoh-contoh risiko signifikan
Tabel
Sumber Risiko Contoh Risiko Signifikan
Kegiatan berisiko Peristiwa/operasi di mana salah saji material mudah terjadi: (1) Toko
tinggi perhiasan dengan banyak persediaan emas dan logam mulia; (2)
Sistem akuntansi baru, rumit, dengan pengolahan data electronis,
mulai dikenalkan perusahaan.
Transaksi nonrutin Transaksi hubungan istimewa di luar jalur bisnis yang normal.
(ukuran dan sifat) Trsansksinya tidak sering terjadi, tapi nilai transaksi besar. Sebagai
contoh adalah sebagai berikut :
Transaksi rutin dalam volume yang sangat besar dengan pihak
terkait
Penjualan besar (kontrak besar) dibandingkan dengan seluruh
penjualan entitas.
Jual/beli aset utama (misalnya pabrik penghasil produk terpenting)
atau segmen bisnis penting.
Penjualan bisnis kepada pihak ketiga
Transaksi rutin yang tidak kompleks dengan pemrosesan sistematis
tidak merupakan transaksi berisiko signifikan.
Perlu judgment, Contoh-contoh adalah sebagai berikut :
ada intervensi Asumsi dan kalkulasi yang digunakan manajemen dalam membuat
manajemen dan estimasi penting.
rutinitas/kebosanan Kalkulasi atau prinsip akuntansi yang kompleks
. Pengakuan pendapatan dan multi tafsir.
Pengumpulan dan pengolahan data secara manual
Intervensi manajemen diperlukan untuk menentukan perlakuan
akuntansi yang digunakan
Potensi kecurangan Risiko tidak mendeteksi salah saji material karena kecurangan
(dilakukan dengan sengaja dan ditutup-tutupi) lebih tinggi dari risiko
tidak mendeteksi salah saji material karena kesalahan.
Dalam mengevaluasi apakah risiko signifikan bisa terjadi dari faktor
risiko kecurangan yang diidentifikasi serta scenario kecurangan yang
diidentifikasi dalam diskusi tim audit. Pertimbangkan hal-hal berikut:
Keterampilan melakukan kecurangan dari calon pelaku
Jumlah rata-rata yang dimanipulasi.




Mengidentifikasi Risiko Signifikan
Jika risiko salah saji sudah diidentfikasi dan dinilai, yang diperlukan ialah menelaah
temuan dan kemudian memilih (berdasarkan kearifan professional) risiko-risiko yang
memang signifikan.

1. Penilaian Resiko
2. Penilaian Risiko
3. Tahap selanjutnya adalah penyaringan, apakah risiko tersebut cukup signifikan bagi klien,
yang dalam pertimbangan auditor mungkin berpengaruh
4. 20 Audit Risk
5. terhadap opini audit. Auditor harus menilai signifikan tidaknya suatu risiko dalam hal:
6. Risiko audit, yaitu risiko yang timbul karena ketidaktahuan auditor sehingga
mengeluarkan opini yang salah.
7. Risiko bisnis, yaitu ancaman internal dan eksternal yang berdampak pada kemampuan
entity untuk mencapai tujuannya. Risiko bisnis meliputi keuangan, politis, kinerja,
pemborosan, probity dan risiko kepatuhan perundangan.
8. Analisa risiko ini mensyaratkan bahwa atas risiko yang diidentifikasi harus ditentukan:
9. Tingkat/level risiko
10. Kemungkinan terjadinya risiko
11. Pengendalian yang dimiliki manajemen dalam mengidentifikasi risiko dan
meminimalisir risiko.
12. Apakah risiko berpengaruh pada audit tahun berjalan.
13. Audit New Zealand kemudian mendokumentasikan program audit guna meyakini
kewajaran laporan keuangan dengan mempertimbangkan risiko signifikan.
14. Signifikan
15. Risiko dapat dikategorikan signifikan jika terdapat faktor-faktor sebagai berikut:
16. o Dalam pertimbangan auditor dinilai sebagai suatu risiko.
17. o Berpotensi mempengaruhi pelaporan ke OAG dalam tahun berjalan dan tahun-tahun
mendatang.

Risk assessment (menilai risiko). Melaksanakan prosedur penilaian risiko untuk


mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan.
Kutipan dari ISA 315.3 mengenai tujuan auditor dalam proses audit tahap 1.
Tujuan auditor adalah mengidentifikasi dan menilai salah saji yang material, karena
kecurangan atau kesalahan, pada tingkat laporan keuangan dan asersi, melalui
pemahaman terhadap entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian intern entitas,
yang memberikan dasar untuk merancang dan mengimplementasikan tanggapan terhadap
risiko (salah saji material) yang dinilai
Keharusan dalam tahap risk assessment :

Sejak awal, libatkan auditor senior.


Partner (yang memimpin) penugasan dan anggota inti tim audit harus terlibat aktif
dalam merencanakan audit, serta dalam merencanakan dan berpartisipasi dalam
diskusi antar anggota tim audit. Keterlibatan mereka sejak awal memastikan
perencanaan audit memanfaatkan pengalaman dan insight anggota tim senior

Tekankan skeptisisme profesional


Auditor tidak dapat diharapkan mengabaikan pengalaman masa lalunya mengenai
integritas dan kejujuran manajemen dan TCWG (those charged with governance).
Namun kepercayaan bahwa manajemen dan TCWG jujur dan punya integritas, tidak
membebaskan auditor dari keharusan mempertahankan skeptisisme profesional

Rencanakan auditnya
Waktu yang digunakan dalam perencanaan audit (mengembangkan strategi audit)
akan memastikan bahwa tujuan audit sudah dipenuhi dengan benar, dan pekerja staf
audit terfokus pada pengumpulan bukti pada hal-hal yang paling kritikal untuk
terjadinya salah saji.

Laksanakan diskusi tim audit dan komunikasi berkelanjutan


Diskusi/pertemuan perencanaan tim dengan partner penugasan merupakan forum
yang sangat baik untuk:
Menginformasikan kepada staf tentang klien secara umum dan membahas
area yang berpotensi mengandung risiko
Membahas efektifnya strategi audit menyeluruh dan rencana audit, dan, jika
perlu, membuat perubahan
Bertukar pikiran (brainstorming) mengenai bagaimana kecurangan
mungkin terjadi dan kemudian merancang tanggapan yang tepat; dan
Menetapkan tanggung jawab audit kepada staf dan menetapkan waktu
penyelesaian tugas mereka
Fokus pada identifikasi risiko
Langkah terpenting dalam proses penilaian risiko adalah mengidentifikasi semua
risiko yang relevan
Evaluasi secara cerdas tanggapan manajemen mengenai risiko
Bagaimana manajemen merancang/melaksakan pengendalian untuk memitigasi
risiko (salah saji material dalam laporan keuangan) yang sudah diidentifikasi oleh
manajemen (sendiri) dan/atau auditor

Gunakan kearifan profesional


ISA mengharuskan penggunaan dan kemudian pendokumentasian kearifan
profesional (professional judgment) yang penting oleh auditor selam audit.

Risk respone (menanggapi risiko). Merancang dan melaksanakan prosedur audit


selanjutnya yang menanggapi risiko (salah saji yang material) yang telah
diidentifikasi dan dinilai, pada tingkat laporan keuangan dan asersi.
Reporting (pelaporan). Tahap melaporkan meliputi : a) merumuskan pendapat
berdasarkan bukti audit yang diperoleh; dan b) membuat dan menerbitkan laporan
yang tepat, sesuai kesimpulan yang ditarik.
Prosedur Penilaian Risiko
Prosedur-prosedur penilaian risiko ini idrancang untuk memperoleh dan mendokumentasikan
pemahaman mengenai entitas dan lingkungannya termasuk pengendalian internal.
Lingkup pemahaman yang diperlukan auditor untuk mengidentifiksi risiko, dicakup dalam
enam area inti atau enam sumber risiko.
A. Faktor eksternal Sifat industri
Aturan perundangan dan regulator
Kerangka pelaporan keuangan
B. Sifat entitas Pegawai operasional an pegawai inti
Kepemilikan dan governance
Investasi, struktur, dan pembelanjaan
C. Kebijakan akuntansi Pemilihan dan penerapan
Alasan untuk mengubah
Tepatnya kebijakan untuk entitas
D. Tujuan dan strategi entitas Rencana dan strategi bisnis
Implikasi dan risiko keuangan terkait
E. Pengukuran/reviu kinerja Apa yang diukur ?
keuangan Siapa yang mereviu kinerja keuangan ?
F. Pengendalian yang relevan Segala proses dan pengendalian yang relevan untuk
untuk audit memitigasi risiko di tingkat entitas dan di tingkat transaksi

. PENILAIAN RISIKO BAWAAN


ISA 240.25
Sesuai dengan ISA 315, auditor wajib mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material
karena kecurangan pada tingkat laporan keuangan, dan pada tingkat asersi untuk jenis
transaksi, saldo akun, dan pengungkapan.
ISA 240.27
Auditor wajib memperlakukan risiko yang dinilai mengenai salah saji material karena
kecurangan sebagai risiko yang signifikan dan karenanya, jika belum dilakukan, auditor
wajib memperoleh pemahaman mengenai pengendalian entitas yang terkait, termasuk
kegiatan pengendalian, yang berkenaan dengan risiko tersebut.
Tinjauan Umum
Penilaian atas risiko yang diidentifikasi mempertimbangkan dua atribut mengenai risiko,
yaitu :
Berapa besarnya peluang terjadinya salah saji (dalam laporan keuangan) akibat risiko
tersebut?
Berapa besar dampak moneternya jika risiko itu menjadi kenyataan?
Peluang Terjadinya Salah Saji
Berapa probabilitas risiko itu terjadi?Auditor dapat mengevaluasi probabilitas ini dengan
sederhana, yakni apakah probabilitasnya tinggi, sedang atau renah.
Besaran (Dampak Moneter) jika Risiko Terjadi
Jika risiko itu memang terjadi, berapa bsar dampak moneternya?Pendapat mengenai hal ini
harus dinilai terhadap suatu jumlah tertentu sebagai acuan.Jika tidak, orang yang berbeda
(dengan angka materialitas yang berbeda dalam benaknya) bisa berkesimpulan yang
berbeda.Untuk tujuan audit, angka yang ditetapkan berhubungan dengan apa yang merupakan
salah saji material dalam laporan keuangan secara menyeluruh. Penilaian ini dievaluasi secara
sederhana sebagai tinggi, sedang atau rendah.

Penilaian Risiko oleh Entitas


Dalam entitas yang lebih kecil, proses penilaian risiko bersifat informal dan tidak
terstruktur.Risiko dalam entitas yang lebih kecil seringkali diakui secara implisit dan bukan
eksplisit.Manajemen mungkin saja menyadari risiko yang berhubungan dengan pelaporan
keuangan melalui keterlibatan langsung pegawai dan pihak-pihak luar.Oleha karena itu,
auditor harus menanyakan kepada manajemen mengenai bagaimana manajemen
mengidentifikasi dan mengelola risiko.Pertanyaan selanjutnya, risiko apa saja yang benar-
benar diidentifikasi dan dikelola oleh manajemen. Auditor kemudian mendokumentasikan
proses ini beserta hasilnya.
Mendokumentasikan Risiko yang Dinilai
Penilaian risiko salah saji material dilakukan pada dua tingkat, yakni ditingkat laporan
keuangan dan ditingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo akun, dan disclosures.

MENILAI RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA


Dalam sebuah pengauditan, auditor harus memutuskan risiko audit yang dapat diterima, lebih
utama dilakukan selama masa perencanaan. Pertama, auditor menetapkan risiko kontrak kerja
dan kemudian menggunakan risiko kontrak kerja tersebut untuk memodifikasi risiko audit
yang dapat diterima.

Menilai Risiko
Tujuan auditor adalah mengindentifikasi dan menilai salah saji yang material, karena
kecurangan atau kesalahan pada tingkat laporan keuangan dan asersi, melalui pemahaman
terhadap entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian interentitas yang memberikan
dasar untuk merancang dan mengimplementasi tanggapan terhadap risiko (salah saji material
yang dinilai).
1. Tahap Penjelasan Risiko Assessment
Penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material
dalam laporan keuangan, merancang dan melaksanakan prosedur audit
selanjutnya untuk menanggapi risiko salah saji.
Partner dan Tim inti audit terlibat aktif dalam audit plan.
Skeptisisme Profesional dalam upaya mencapai asurans yang layak.
Rencanakan auditnya mencakup waktu dalam audit plan akan memastikan
tujuan audit dipenuhi.
Diskusi tim audit dan komunikasi berkelanjutan.
Fokus identifikasi risiko yang relevan.
Evaluasi cerdas tanggapan manajemen atas risiko.
Profesional Judgment dalam penerimaan klien, develop audit strategy,
materiality, develop analytic procedure dan pertimbangan audit khusus yang
diperlukan

18. Perbedaan Identifikasi Risiko Dengan Penilaian Resiko


19. Respon Resiko

Kutipan ISA 330.3 mengenai tujuan auditor dalam proses audit tahap 2:
Tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang risiko (salah
saji material) yang dinilai, dengan merancang dan mengimplementasikan tanggapan yang
tepat terhadap risiko tersebut

Dalam tahap ini auditor :


Menilai risiko bawaan dan risiko pengendalian pada tingkat laporan keuangan dan
pada tingkat asersi (untuk setiap jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan)
Mengembangkan prosedur aktif responsif, yakni prosedur audit yang menanggapi
risiko yang dinilai.
Tanggapan auditor terhadap risiko yang dinilai untuk risiko salah saji material,
didokumentasikan dalam suatu rencana audit yang :
Berisi tanggapan menyeluruh atas risiko yang diidentifikasi pada tingkat laporan
keuangan
Mengangani area laporan keuangan yang material; dan
Berisi sifat, luasnya, dan penjadwalan prosedur audit spesifik untuk menanggapi
risiko salah saji material, pada tingkat asersi.

Prosedur audit selanjutnya umumnya terdiri atas prosedur audit substansif seperti uji
rincian (test of details), prosedur analitikal (analytical procedures), dan uji pengendalian (test
of controls). Uji pengendalian lazimnya digunakan jika ada ekspektasi bahwa pengendalian
tersebut berfungsi dengan efektif dalam periode berjalan.
Beberapa hal yang menjadi pertimbangan auditor dalam merencanakan kombinasi
prosedur audit yang tepat (appropriate mix of audit procedures) untuk menanggapi risiko
termasuk berikut ini:

1. Uji Pengendalian (test of controls)


Identifikasi pengendalian intern yang relevan, yang jika diuji dapat mengurangi
lingkup prosedur substansif lainnya.
Identifikasi setiap asersi yang tidak dapat ditangani dengan prosedur substansif
saja.

2. Prosedur Analitikal Substansif (Substansive Analytical Procedures). Ini prosedur


dimana jumlah total suatu arus transaksi (misalnya penjualan) dapat diperkirakan
dengan cukup tepat berdasarkan bukti yang tersedia.

3. Pendadakan (Unpredictability). Dalam hal tertentu auditor perlu memasukkan unsur


pendadakan (element of predictability atau element of surprise ) dalam prosedur
audit, misalnya ketika menanggapi salah saji material karena kecurangan.

4. Management Override. Auditor juga mempertimbangkan perlunya prosedur audit


yang spesifik menangani kemungkinan management override atau putusan
manajemen untuk meniadakan atau mengabaikan pengendalian dengan membuat
pengecualian

5. Significant Risks. Istilah significant risks atau risiko signifikan dalam isas
mempunyai makna khusus

Menanggapi Risiko Signifikan


Ketika risiko digolongkan signifikan, auditor harus memberikan tanggapan.Tanggapan
auditor, berupa langkah audit, terhadap risiko signifikan.
1. Evaluasi pengendalian internal
Apakah manajemen merancang dan mengimplementasi pengendalian internyang menangkal
risiko signifikan?Lihat eksistensi pengendalian langsung seperti kegiatan pengendalian dan
pengendalian tidak langsung seperti pengendalian pervasive yang dapat dimasukkan dalam
pengendalian lingkungan, penilaian risiko, sistem informasi, dan unsur pemantauan.
2. Tanggapan audit terhadap risiko signifikan
Apakah prosedur audit selanjutnya (yang direncanakan) secara spesifik menanggapi risiko
signifikan? Prosedur ini dirancang untuk memperoleh bukti audit dengan keandalan tinggi,
dan dapat terdiri atas uji pengendalian.
3. Bukti yang diperoleh tahun lalu
Dalam hal auditor merencanakan menguji efektifnya operasi (untuk pengendalian yang
menangkal risiko signifikan, auditor tidak dapat mengandalkan bukti audit yang diperoleh
tahun lalu mengenai efektifnya pengendalian intern.
4. Prosedur analitikal substantif saja, tidak cukup
Penggunaan prosedur analitikal substantive saja, tidaklah cukup untuk menanggapi risiko
signifikan.jika pendekatan terhadap risiko signifikan terdiri atas prosedur abstantif saja,
prosedur audit dapat berupa :
ujia rincian saja, atau
kombinasi uji rincian dan prosedur analitikal substantif.

Mendokumentasikan Risiko Signifikan


Auditor mendokumentasikan risiko signifikan yang diidentifikasikannya dan tanggapan audit
yang akan dilakukannya. Jika semua risiko didokumentasikan di satu tempat,
pendokumentasian risiko signifikan sekadar perluasan dari informasi yang sudah
didokumentasikan.
. Risk Response
Merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya untuk menanggapi
risiko salah saji material pada tingkat laporan keuangan dan asersi.
a. Uji Pengendalian/ test of controls
b. Prosedur Analitikal Substantif
c. Pendadakan/ Upredictable examination
d. Management Override
e. Significant Risks

Menanggapi Risiko/Risk Response


Tujuan auditor adalah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang risiko (salah
saji material) yang dinilai, dengan merancan dan mengimplementasi tanggapan yang tepat
terhadap risiko tersebut. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan auditor dalam
merencanakan kombinasi prosedur audit yang tepat untuk menanggapi risiko:
1. Uji pengendalian
a. Identifikasi pengendalian yang relevan yang jika diuji dapat mengurangi lingkup prosedur
subtantif lainnya. Namun, tidak ada keharusan untuk menguji berfungsinya pengendalian
intern (langsung atau tidak langsung)
b. Identifikasi setiap asersi yagn tidak dapat di tangani dengan prosedur substantif saja.
2. Prosedur analitikal substantif
Ini adalah prosedur dimana jumlah total sesuatu arus transaksi (misalnya penjualan)
dapat di perkirakan dengan cukup tepat berdasarkan bukti yang tersedia. Ekspektasi atau
perkiraan di bandingkan dengan jumlah ( penjualan) sebenarnya seperti tercataa dalam
pembukuan, dan selisih nya atau salah saji langsung teridentifikasi.

3. Pedadakan (unpredictability)
Dalam hal tertentu, auditor perlu memasukkan unsur pendadakan dalam prosedur
audit misalnya ketika menanggapi salah saji material karna kecurangan.

4. Management override
Auditor juga mempertimbangkan perlu nya prosedur audit yang spesifik menangani
kemungkinan manajemen override atau putusan manajemen untuk meniadakan atau
mengabaikan pengendalian dengan membuat pengecualian.

5. Significant Risks
Istilah significant risks atau risiko signifikan dalam ISAs mempunyai makna khusus.

Respon Resiko Bisnis Dan Bawaan Yang Harus Dilakukan Manajemen


Manajemen mengembangkan pendekatan untuk menanggapi risiko
bisnis dengan mengimplementasikan proses penentuan risiko
Respon Risiko Atas Identifikasi Yang Ditemukan Oleh Auditor

20. Pelaporan

Kutipan dari ISA 700.6 mengenai tujuan auditor dalam proses audit tahap 3:
Tujuan auditor adalah:
Merumuskan opini mengenailaporan keuangan berdasarkan evaluasi atau kesimpulan
yang ditarik atas bukti audit yang diperoleh dan
Memberikan opini dengan jelas, melalui laporan tertulis, yang juga menjelaskan dasar
(untuk memberikan) pendapat tersebut

Tahap terakhir dalam audit adalah menilai bukti audit yag diperlukan dan menentukan
apakah bukti audit itu cukup dan tepat untuk menekan risiko audit ke tingkat rendah yang
dapat diterima.
Dalam tahap ini sangatlah penting untuk menentukan:
Setiap perubahan dalam tingkat risiko yang sinilai;
Apakah kesimpulan yang ditarik dari pekerjaan audit, sudah tepat;
Apakah ada situasi mencurigakan yang dialami; dan
Risiko tambahan (yang sebelumnya tidak teridentifikasi) sudah dinilai dengan tepat
dan prosedur audit selanjutnya, sudah dilaksanakan sebagaimana diwajibkan (ISAs)

Jika semua prosedur sudah dilaksanakan dan kesimpulan dicapai, maka :


Temuan audit dilaporkan kepada manajemen
Opini audit dirumuskan dan keputusan mengenai redaksi yang tepat untuk laporan
auditor, harus dibuat.
. Reporting
Merumuskan pendapat berdasarkan bukti yang diperoleh ; membuat dan
menerbitkan laporan yang tepat sesuai kesimpulan audit. Jika semua prosedur
sudah dilaksanakan dan kesimpulan dicapai, maka: Temuan audit dilaporkan
kepada manajemen dan TCWG Opini audit dirumuskan dan keputusan mengenai
redaksi yang tepat untuk laporan auditor dibuat.

Prosedur Analisa dan Analisis Data

1. ABR menggunakan prosedur analisa dan analisis data pada beberapa tingkat
yang berbeda (tingkat laporan keuangan,rekening, dan transaksi) dalam audit
untuk mendapatkan bukti-bukti audit

2. Bisa memberikan pembuktian audit yang meyakinkan (significant audit


assurance)

3. Bisa untuk mengidentifikasi area-area mana yang perlu pemeriksaan lebih


lanjut.

4. Kerjasama tim sangat membantu dalam menghasilkan audit yang efektif dan
efisien.
5. Kerjasama tim berkontribusi pada anggota tim untuk dapat mencapai prestasi
tertinggi.

6. Pembangunan ide-ide dan value yaitu melihat pada resiko bisnis untuk
mengurangi resiko audit dan pada saat yang sama, ABR memungkinkan untuk
memberikan nilai tambah kepada klien dengan mengidentifikasi usulan-usulan
untuk memperbaiki manajemen resiko bisinis.

Pelaporan Atau Reporting


Tujuan auditor adalah merumuskan opini mengenai laporan keuangan berdasarkan evaluasi
atas kesimpulan yang di tarik atas bukti audit yang di peroleh dan memberikan opini yang
jelas, melalui laporan tertulis, yang juga menjelaskan dasar ( untuk memberikan) pendapat
tersebut.

Risiko Audit
Risiko audit adalah risiko memberikan opini audit yang tidak tepat atas laporan
keuangan yang disalah sajikan secara material. Risiko audit terdiri dari 2 unsur utama :

1. Inherent risk ( risiko bawaan) dan control risk ( risiko pengendalian)


Sifat : laporan keuangan mungkin/berpotensi mengandung salah saji yang material
Sumber : tujuan/operasi entitas dan rancangan/implementasi pengendalian internal oleh
manajemen.

2. Detection risk (risiko pendeteksian)


Sifat : auditor mungkin gagan mendeteksi salah saji yang material dalam laporan
keuangan
Sumber : sifat dan luasnya prosedur audit yang dilaksanaan auditor.

Melaksanakan Audit Berbasis Risiko


Pelaksanaan audit berbasis risiko, terdapat 4 pokok bahasan :
1. Skeptisisme professional
Auditor wajib merencanakan dan melaksanakan suatu audit dengan Skekeptisi
professional dengan menyadari bahwa mungkin ada situasi yang menyebabkan laporan
keuangan disalah sajikan secara material.

2. Kearifan professional
Auditor wajib melaksanakan kearifan professional dalam merencanakan dan
melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan.

3. Asurans yang layak


Untuk memperoleh asurans yang layak auditor memperoleh bukti auditor yang cukup
dan tepat untuk menekan risiko audit ketingkat rendah yang dapat diterima, dengan demikian
memungkinkan auditor menarik kesimpulan yang layak untuk digunakan sebagai dasar
pemberian pendapat auditor.

4. Gunakan tujuan sesuai ISAs yang relevan


Untuk mencapai tujuan seluruhnya auditor wajib menggunakan tujuan yang dinyatakan
dalam ISAs yang relevan dalam merencanakan dan melaksanakan audit tersebut dengan
memperhatikan keterkaitan diantara berbagai ISAs

. Pelaksanaan Audit Berbasis Risiko.

Pelaksanaan audit berbasis risiko, terdapat 4 pokok bahasan :

1. Skeptisisme professional

Auditor wajib merencanakan dan melaksanakan suatu audit dengan Skekeptisi


professional dengan menyadari bahwa mungkin ada situasi yang menyebabkan
laporan keuangan disalah sajikan secara material.

2. Kearifan professional

Auditor wajib melaksanakan kearifan professional dalam merencanakan dan


melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan.

3. Asurans yang layak

Untuk memperoleh asurans yang layak auditor memperoleh bukti auditor yang
cukup dan tepat untuk menekan risiko audit ketingkat rendah yang dapat
diterima, dengan demikian memungkinkan auditor menarik kesimpulan yang
layak untuk digunakan sebagai dasar pemberian pendapat auditor.

4. Gunakan tujuan sesuai ISAs yang relevan

Untuk mencapai tujuan seluruhnya auditor wajib menggunakan tujuan yang


dinyatakan dalam ISAs yang relevan dalam merencanakan dan melaksanakan
audit tersebut dengan memperhatikan keterkaitan diantara berbagai ISAs.

ISK BASED AUDIT (Audit Berbasis Risiko)

2 PENDAHULUAN Risk Based Audit (RBA) adalah pendekatan audit yang dimulai dengan
proses penilaian risiko audit, sehingga dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
auditnya lebih difokuskan pada area penting yang berisiko terjadinya penyimpangan atau
kecurangan

3 PENDAHULUAN RBA tidak hanya memusatkan perhatian pada catatan akuntansi dan
penyiapan laporan keuangan, namun juga memusatkan perhatian pada proses akuntansi,
pemilihan dan pencatatan data, pengidentifikasian indikator risiko kegagalan Konsep:
Identify areas of the financial statements where there is a higher risk of material misstatement
and concentrate audit efforts in those areas, caused by either high inherent or control risk
Identify lower-risk areas in which to perform less extensive procedures

4 LATAR BELAKANG PERUBAHAN Pendekatan RBA timbul karena adanya hal-hal


berikut: Permintaan dan tekanan untuk melakukan reformasi dalam pengelolaan perusahan
(good corporate governance) Keinginan stakeholders agar perusahaan dikelola secara lebih
efektif Keinginan dari manajemen untuk memperoleh saran-saran perbaikan dalam kegiatan
operasinya

5 SASARAN YANG INGIN DICAPAI Sasaran yang ingin dicapai dalam penerapan RBA:
Mengidentifikasi risiko kegagalan, kekeliruan, dan kecurangan, serta memberikan
rekomendasi bagi auditee untuk perbaikan operasinya Memberikan dasar yang kuat bagi tim
audit dalam memberikan pendapat atas laporan keuangan dengan mempertimbangkan risiko
salah saji yang terkait dengan risiko kegagalan, kekeliruan, dan kecurangan Kerangka untuk
meningkatkan efisiensi (menekan biaya audit dengan mengurangi tes substantif), efektivitas
(mengindentifikasi dan fokus pada area-area yang berisiko), dan kualitas audit (menekan
kesalahan audit)

6 KEUNTUNGAN RBA BAGI KAP Proses audit dapat dilaksanakan dengan lebih efisien
Mengurangi risiko pelaksanaan audit Memberikan pendekatan audit sitematis dan unggul
yang terfokus pada pengurangan risiko Meningkatkan kemampuan auditor (sebagai auditor
sekaligus konsultan yang terpadu dalam GCG) Membantu pemahaman yang lebih baik atas
operasi klien Membantu auditor untuk dapat menjadi konsultan yang dapat dipercaya oleh
klien

7 KEUNTUNGAN RBA BAGI AUDITEE Memberikan tingkat jaminan yang lebih tinggi
atas proses dan hasil audit Membantu meningkatkan proses manajeman dalam pengelolaan
risiko dan proses pengendalian risiko perusahaan Memberikan nilai tambah bagi jasa audit
melalui rekomendasi/saran yang terkait dengan peningkatan kinerja organisasi dan bagaimana
mengelola risiko operasi

8 RISIKO: review Risiko ketidakpastian hasil yang dicapai (effect of uncertainty on


objectives) RBA memandang bahwa risiko audit dipengaruhi oleh risiko bisnis klien Risiko
bisnis: potensi terjadinya suatu peristiwa, tindakan, atau tidak dilakukannya tindakan, yang
mengakibatkan klien gagal untuk memenuhi tujuan usahanya (business objectives), atau
gagal dalam mengidentifikasi tujuan usaha yang diharapkan oleh stakeholder utama Risiko
bisnis terkait dengan risiko inheren dan risiko pengendalian klien Risiko bisnis yang tinggi =
risiko inheren yang tinggi Risiko Pengendalian yang tinggi = risiko bisnis yang tinggi Jika
auditor bisa mengindetifikasi risiko bisnis, hal itu akan memberikan manfaat lebih (add
value) kepada klien

9 AUDIT RISK MODEL AR = IR x CR x DR AR = audit risk = risiko auditor mengeluarkan


pendapat WTP, padahal dalam laporan tersebut terdapat salah saji yang material IR = inherent
risk = risiko adanya salah saji yang material, dengan asumsi tidak ada pengendalian internal
(terkait volume dan nature dari perusahaan/account) CR = control risk= risiko adanya salah
saji yang tidak tercegah dan terdeteksi oleh pengendalian internal DR = detection risk =
risiko auditor untuk tidak menemukan salah saji (yang sebenarnya ada) setelah melakukan
prosedur audit

10 RISK MANAGEMENT Risk budaya, proses, dan struktur yang diarahkan


kepadaManagement: manajemen yang efektif mengenai peluang yang potensial dan
pengaruh yang merugikan

11 APLIKASI RBA Auditor menganalisa INHERENT RISK in activities 3, 4 and 5 Auditor


menganalisa CONTROL RISK in activities 6 & 7 Auditor menganalisa IR x CR (Combined
Risk) in activity Auditor memutuskan prosedur audit in activity 8
12 TERIMAKASIH

Audit Berbasis Resiko atau Risk Based Audit (RBA) merupakan pendekatan audit yang
berkembang pesat sejak tahun 2000an. Pendekatan ini saat ini mendapatkan perhatian yang
luas dan dianggap sebagai pendekatan yang paling efektif karena terbukti paling cocok
diterapkan untuk kondisi lingkungan bisnis yang selalu berubah-ubah seperti sekarang ini.
Indonesia telah meratifikasi ketentuan untuk menerapkan International Standards on Auditing
(ISA) mulai awal tahun 2013. ISA sepenuhnya mengadopsi pendekatan Audit Berbasis
Resiko, sehingga saat ini penerapan Audit Berbasis Resiko bagi auditor di Indonesia menjadi
hal wajib (mandatory).[5]
Based Internal Audit (RBIA) atau Audit Berbasis Risiko merupakan metodologi yang
memastikan bahwa manajemen risiko sudah dilakukan sesuai dengan risk appetite yang
dimiliki organisasi. Pendekatan audit ini berfokus dalam mengevaluasi risiko-risiko baik
strategis, finansial, operasional, regulasi dan lainnya yang dihadapi oleh organisasi. Dalam
RBIA, risiko-risiko yang tinggi diaudit, sehingga kemudian manajemen bisa mengetahui
area baru mana yang berisiko dan area mana yang kontrolnya harus diperbaiki.
Tujuannya adalah memberikan keyakinan kepada komite Audit Dewan Komisaris dan
Direksi bahwa Perusahaan telah memiliki proses manajemen risiko dan proses tersebut telah
dirancang dengan baik. Proses manajemen risiko telah diintegrasikan oleh manajemen ke
dalam semua tingkatan organisasi mulai tingkat korporasi divisi sampai unit kerja terkecil
dan telah berfungsi dengan baik. Kerangka kerja internal dan tata kelola yang baik telah
tersedia secara cukup dan berfungsi dengan baik guna mengendalikan risiko.
Audit berbasis resiko lebih berupa perubahan pola pandang dari pada sebuah teknik.
Memakai kacamata audit berbasis resiko auditor harus menilai kemampuan manajemen
dalam mengukur resiko, merespon resiko dan melaporkan resiko. Apabila manajemen
memiliki kemampuan yang cukup dalam mengukur, merespon dan melaporkan resiko dalam
suatu area atau proses, maka resiko bawaan bisa diturunkan. Artinya auditor tidak harus
meningkatkan tingkat ketelitian, menambah prosedur atau menambahkan waktu analisa.
Sebaliknya kalau manajemen resiko klien buruk, maka auditor harus meningkatkan
keteliatian, menambah prosedur dan menambahkan waktu analisa. Sehingga bobot atau score
resiko di masing-masing area atau proses tersebut bisa dijadikan sebagai salah satu dasar
untuk penentuan prioritas audit oleh auditor.[6]
Penentuan prioritas berdasarkan analisa resiko ini dianggap paling tepat dalam upaya
mengalokasikan waktu dan staff auditor yang terbatas. Audit menggunakan sampling, dan
selama ini metodologi audit mengatur bagaimana pengambilan sampling yang paling efektif
dan efisien. Efektif dalam arti sample yang diambil tersebut haruslah mampu mewakili
populasi yang akan diperiksa.
Audit Berbasis Risiko adalah metodologi pemeriksaan yang dipergunakan
untuk memberikan jaminan bahwa risiko telah dikelola di dalam batasan risiko yang telah
ditetapkan manajemen pada tingkatan korporasi.
Ada 2 hal utama yang harus dipahami oleh internal auditor:
1. Aspek pengendalian dari setiap proses bisnis yang terkait
2. Risiko dan faktor-faktor pengendalian guna mendukung pencapaian sasaran perusahaan
Peranan internal auditor dalam praktik audit berbasis risiko antara lain:[7]
1. MULAI dari memfokuskan pekerjaan audit pada risiko signifikan korporasi, yang telah
diidentifikasi oleh fungsi manajemen risiko korporasi dan melakukan audit atas proses
manajemen risiko lintas organisasi guna memastikan pengelolaan risiko yang telah
teridentifikasi
2. UNTUK berperan aktif sebagai konsultan internal yang melakukan training dan edukasi bagi
staf lini dalam memastikan efektivitas pengendalian internal
3. UNTUK memberikan dukungan dan partisipasi aktif dalam proses pengendalian internal
perusahaan
4. UNTUK melalukan koordinasi pelaporan audit berbasis risiko kepada Direksi dan Dewan
Komisaris, dan Komite Audit
Auditor sekarang dituntut tidak hanya memberikan keyakinan memadai terkait
kewajaran laporan keuangan, tetapi juga memberikan penilaian terhadap keberlanjutan (going
concern) perusahaan untuk paling tidak setahun kedepan. Pendekatan lama auditor yang
hanya berbasis transaksi ataupun siklus saat ini dipandang tidak cukup untuk memberikan
tingkat keyakinan memadai terhadap kewajaran laporang keuangan.
Sebagai contoh, ketika persaingan semakin ketat dan situasi ekonomi sedang krisis, disisi
lain manajemen dituntut untuk terus meningkatkan performa maka dorongan untuk terjadinya
kecurangan keuangan menjadi sangat besar. Sehingga resiko yang harus ditanggung auditor
untuk terjadinya salah memberikan opini juga meningkat. Sehingga auditor perlu melakukan
modifikasi-modifikasi terkait strategi audit maupun prosedur-prosedur yang dijalankan
sehingga bisa meminimalisir terjadinya salah pemberian opini tersebut.

D. Proses Audit Berbasis Risiko ( Auditing berbasis ISA)[8]


Proses audit ini didasarkan ISA atau International Standards on Auditing. ISA
menekankan berbagai kewajiban entitas dan manajemen, berbagai kewajiban entitas dapat
disebut pihak-pihak berkepentingan atau TCWG Those charged with governance. Proses
audit berbasis ISA merupakan proses audit berbasis risiko yang mengandung tiga langkah
kunci yaitu Risk Assessment (Penialain Risiko), Risk Response (Merespon Risiko) dan
Report (Pelaporan),[9] tiga langkah Audit Berbasis Risiko yaitu :[10]
1. Tahap Penjelasan Risk Assessment
Penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material dalam
laporan keuangan, merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya untuk
menanggapi risiko salah saji.
a. Partner dan Tim inti audit terlibat aktif dalam audit plan.
b. Skeptisisme Profesional dalam upaya mencapai asurans yang layak
c. Rencanakan auditnya mencakup waktu dalam audit plan akan memastikan tujuan audit
dipenuhi.
d. Diskusi tim audit dan komunikasi berkelanjutan
e. Fokus identifikasi risiko yang relevan
f. Evaluasi cerdas tanggapan manajemen atas risiko
g. Profesional Judgment dalam penerimaan klien, develop audit strategy, materiality, develop
analytic procedure dan pertimbangan audit khusus yang diperlukan.
2. Risk Response
Merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya untuk menanggapi risiko salah
saji material pada tingkat laporan keuangan dan asersi.
a. Uji Pengendalian/ test of controls
b. Prosedur Analitikal Substantif
c. Pendadakan/ Upredictable examination
d. Management Override
e. Significant Risks
3. Reporting
Merumuskan pendapat berdasarkan bukti yang diperoleh ; membuat dan menerbitkan
laporan yang tepat sesuai kesimpulan audit. Jika semua prosedur sudah dilaksanakan dan
kesimpulan dicapai, maka: Temuan audit dilaporkan kepada manajemen dan TCWG Opini
audit dirumuskan dan keputusan mengenai redaksi yang tepat untuk laporan auditor dibuat.
Prosedur Analisa dan Analisis Data
1. ABR menggunakan prosedur analisa dan analisis data pada beberapa tingkat yang berbeda
(tingkat laporan keuangan,rekening, dan transaksi) dalam audit untuk mendapatkan bukti-
bukti audit
2. Bisa memberikan pembuktian audit yang meyakinkan (significant audit assurance)
3. Bisa untuk mengidentifikasi area-area mana yang perlu pemeriksaan lebih lanjut.
4. Kerjasama tim sangat membantu dalam menghasilkan audit yang efektif dan efisien.
5. Kerjasama tim berkontribusi pada anggota tim untuk dapat mencapai prestasi tertinggi.
6. Pembangunan ide-ide dan value yaitu melihat pada resiko bisnis untuk mengurangi resiko
audit dan pada saat yang sama, ABR memungkinkan untuk memberikan nilai tambah kepada
klien dengan mengidentifikasi usulan-usulan untuk memperbaiki manajemen resiko bisinis.

You might also like