You are on page 1of 25

ALKANA, ALKENA DAN ALKUNA

ISOMER

REAKSI PADA ALKANA, ALKENA DAN ALKUNA

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 7

MEGAWATI (E1M015046)

MIA AUDINA MZ (E1M015047)

MOH. ASRORI AHYAN (E1M015048)

MUTIA ZAHRANIE (E1M015049)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

tuntunan-Nya sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Kimia Dasar II.

Makalah ini berisikan tentang alkana, alkena dan alkuna, isomer dan reaksi-

reaksinya.

Akhir kata, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.


Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai sarana
mendorong dan membantu belajar.

Mataram, 27 April
2016

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam bidang kimia, hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari senyawa
karbon yang hanya tersusun dari atom hidrogen (H) dan atom karbon (C). Seluruh
hidrokarbon memiliki rantai karbon dan atom-atom hidrogen yang berikatan dengan rantai
tersebut. Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana. Dalam
kehidupan sehari-hari banyak kita temui senyawa hidrokarbon, misalnya minyak tanah,
bensin, gas alam, plastik dan lain-lain.
Sampai saat ini terdapat lebih kurang dua juta senyawa hidrokarbon. sifat senyawa-
senyawa hidrokarbon ditentukan oleh struktur dan jenis ikatan koevalen antar atom
karbon.oleh karena itu,untuk memudahkan mempelajari senyawa hidrokarbon yang begitu
banyak,para ahli melakukan pergolongan hidrokarbon berdasarkan strukturnya,dan jenis
ikatan koevalen antar atom karbon dalam molekulnya.
Berdasarkan susunan atom karbon dalam molekulnya, senyawa karbon terbagi dalam 2
golongan besar, yaitu senyawa alifatik dan senyawa siklik. Senyawa hidrokarbon alifatik
adalah senyawa karbon yang rantai C nya terbuka dan rantai C itu memungkinkan
bercabang. Berdasarkan jumlah ikatannya, senyawa hidrokarbon alifatik terbagi menjadi
senyawa alifatik jenuh dan tidak jenuh.
a. Senyawa alifatik jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya hanya berisi ikatan-
ikatan tunggal saja. Golongan ini dinamakan alkana.
b. Senyawa alifatik tak jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya terdapat ikatan
rangkap dua atau rangkap tiga. Jika memiliki rangkap dua dinamakan alkena dan
memiliki rangkap tiga dinamakan alkuna.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam makalah ini penulis merumuskan
masalah yang akan dibahas:
a. Bagaimana karakteristik atom karbon?
b. Apa pergertian dari alkana, alkena dan alkuna?
c. Bagaimana rumus umum dari alkana, alkena dan akuna?
d. Bagaimana tata nama dari alkana, alkena dan alkuna?
e. Apa saja sifat-sifat dan reaksi dari alkana, alkena dan akuna?
f. Bagaimana keisomeran alkana, alkena dan alkuna?

1.3 Tujuan Makalah


Dari rumusan masalah yang dibahas di makalah ini maka penulisan makalah ini
mempunyai ujuan sebagai berikut:
a. Memberikan pengetahuan tentang senyawa hidrokarbon.
b. Memberi pengertian dari alkana, alkena dan akuna.
c. Memaparkan rumus umum dan cara tata nama yang benar dari alkana, alkena dan
akuna.
d. Memberikan pengetahuan tentang keisomeran dan sifat-sifat dari alkana, alkena dan
akuna dalam kedupan sehari-hari.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik dan Keunikan Atom Karbon


Atom C berkonfigurasi elektron: 2 4 memiliki elektron valensi 4..Berdasarkan struktur
Lewisnya, Atom C dapat mengikat 4 atom H membentuk CH4. Senyawa yang terbentuk
antara atom C dan atom H disebut hidrokarbon. Atom C dapat berikatan dengan atom O
membentuk karboksida.Antar atom C dapat saling berikatan membentuk rantai atom C. atom
C memiliki 4 elektron valensi yang memungkinkannya berikatan dengan sesama atom C
lainnya. Itulah keunikan atom C sehingga dapat membentuk rantai karbon yang panjang.
Berikut ini contoh-contoh senyawa karbon rantai panjang.Berdasarkan jumlah atom C yang
diikat, ada 4 kemungkinan posisi atom C dalam rantai karbon, yaitu atom C primer, atom C
sekunder, atom C tersier, dan atom C kuarterner. Atom C primer adalah atom C yang hanya
mengikat 1 atom C lainnya, atom C sekunder adalah atom C yang mengikat 2 atom C lainnya,
atom C tersier adalah atom C yang mengikat 3 atom C lainnya, sedangkan atom C kuarterner
adalah atom C yang mengikat 4 atom C lainnya. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh di
bawah ini :
Jumlah atom
karbon

Primer
:5
CH3 CH2 CH CH2 C- CH3

CH2 CH3

CH3

Berdasarkan susunan atom karbon dalam molekulnya, senyawa karbon terbagi dalam 2
golongan besar, yaitu senyawa alifatik dan senyawa siklik. Senyawa hidrokarbon alifatik adalah
senyawa karbon yang rantai C nya terbuka dan rantai C itu memungkinkan bercabang.
Berdasarkan jumlah ikatannya, senyawa hidrokarbon alifatik terbagi menjadi senyawa alifatik
jenuh dan tidak jenuh.
c. Senyawa alifatik jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya hanya berisi ikatan-
ikatan tunggal saja. Golongan ini dinamakan alkana.
d. Senyawa alifatik tak jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya terdapat ikatan
rangkap dua atau rangkap tiga. Jika memiliki rangkap dua dinamakan alkena dan
memiliki rangkap tiga dinamakan alkuna.
B. Alkana, Alkena dan Alkuna
1. Alkana
Senyawa alkana merupakan rantai karbon yang paling
sederhana. Alkana merupakan senyawa hidrokarbon jenuh karena
memiliki ikatan tunggal. Rumus umum alkana C nH2n+2. Senyawa paling
sederhana dari alkana yaitu metana. Metana hanya memiliki satu atom
karbon yang mengikat empat atom H. Tabel berikut menyajikan data
sepuluh alkana rantai lurus pertama.

Deret Homolog Alkana


Berdasarkan tabel di depan dapat dilihat bahwa perbedaan
kesepuluh senyawa di atas terletak pada jumlah gugus metilena (
CH2 ). Senyawa dengan kondisi demikian disebut homolog. Susunan
senyawa yang dibuat sedemikian rupa sehingga perbedaan dengan
tetangga dekatnya hanya pada jumlah metilena disebut deret
homolog.

a. Tata nama alkana


Penamaan alkana mengikuti sistem IUPAC, yaitu sistem tata nama
yang didasarkan pada gagasan bahwa struktur sebuah senyawa
organik dapat digunakan untuk menurunkan namanya dan sebaliknya,
bahwa suatu struktur yang unik dapat digambar untuk tiap nama.
Dasar sistem IUPAC yaitu alkana rantai lurus.
1) Alkana rantai lurus (tidak bercabang)
Alkana rantai lurus diberi nama sesuai dengan jumlah atom
karbonnya sebagaimana tercantum dalam tabel di atas. Terkadang
ditambahkan normal (n) di depan nama alkana.
2) Alkana siklis (rantai tertutup)
Alkana rantai siklis (tertutup) diberi nama menurut banyaknya
atom karbon dalam cincin, dengan penambahan awalan siklo-.
3) Alkana bercabang (memiliki rantai samping)
Senyawa alkana terkadang berikatan dengan unsur lain pada
salah satu atau beberapa atom karbonnya. Unsur lain dalam rantai
alkana tersebut biasa dinamakan substituen. Jenis substituen alkana
yang sering dijumpai yaitu gugus alkil. Gugus alkil adalah alkana
yang kehilangan 1 atom H. Penamaannya sama dengan alkana,
hanya akhirannya diubah menjadi -il. Rumus umumnya C nH2n+1. Tabel
berikut menyajikan deret gugus alkil.

Gugus Alkil
Jika alkana memiliki rantai samping maka penamaannya mengikuti aturan
sebagai berikut.
1. Rantai terpanjang merupakan rantai utama.
2. Rantai utama diberi nomor mulai dari ujung rantai yang memiliki
substituen.
3. Urutan penulisan nama : nomor cabang, nama cabang, nama alkana
rantai utama.
4. Jika terdapat gugus metil pada atom C nomor 2, nama alkana diberi
awalan iso.
5. Jika alkana memiliki cabang yang sama lebih dari satu, nama cabang
digabung menjadi satu dan diberi awalan di-(jumlah cabang ada dua),
tri-(jumlah cabang ada 3), tetra-(jumlah cabang ada empat).
6. Jika alkana memiliki cabang yang berbeda, penulisan nama diurutkan
berdasarkan urutan abjad.
Untuk memahami aturan-aturan tersebut, perhatikan beberapa contoh berikut:
CH35-CH24-CH23-CH2-CH3 1 induk
2-metilpentana
C H3 cabang 2 = posisi cabang

Metil = cabang

Pentana = induk

Catatan :
Rantai terpanjang dalam molekul tersebut adalah C-5
Penomoran dimulai dari ujung kanan sehingga cabang mendapat nomor
terkecil, yaitu pada atom karbon nomor 2, jika peomoran dimulai dari ujung
kiri maka posisi cabang berada pada nomor 4.
CH3-CH2-CH3-CH24-CH25-CH36
3-etil-2,2-dimetilheksana
CH3- C2- CH3

CH3 1
Catatan :
Senyawa tersebut mempunyai dua rantai panjang dengan C-6 . Yang satu
memiliki 3 cabang dan yang mendatar memiliki 1 cabang. Dalam hal seperti
itu, rantai induk adalah rantai karbon terpanjang yang mempunyai cabang
terbanyak.
Cabang etil ditulis mendahului metil.

b. Sifat-sifat alkana
1) Sifat fisis
1. Alkana merupakan senyawa nonpolar.
2. Bentuk alkana rantai lurus pada suhu kamar berbeda-beda.
3. Semakin banyak jumlah atom karbon, semakin tinggi titik didihnya.
4. Adanya rantai cabang pada senyawa alkana menurunkan titik
didihnya.
5. Larut dalam pelarut nonpolar (CCl 4) atau sedikit polar (dietil eter
atau benzena) dan tidak larut dalam air.
6. Alkana lebih ringan dari air.
2) Sifat kimia
Alkana dan sikloalkana tidak reaktif, cukup stabil apabila
dibandingkan dengan senyawa organik lainnya. Oleh karena kurang
reaktif, alkana kadang disebut paraffin (berasal dari bahasa Latin:
parum affins, yang artinya "afinitas kecil sekali").
1. Alkana dapat bereaksi dengan halogen, salah satu atom H diganti
oleh halogen. Reaksi dengan halogen tersebut dinamakan reaksi
halogenasi dan menghasilkan alkil halida.
Contoh: CH4 + Cl 2 CH3 Cl + HCl
2. Alkana dapat dibakar sempurna menghasilkan CO2 dan H2O.
Contoh: CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O

2. Alkena
Alkena merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh dengan ikatan
rangkap dua
(C=C). Alkena paling sederhana yaitu etena, C2H4. Rumus umum alkena
C2H2n. Tabel berikut menyajikan deret homolog alkena.
Deret Homolog Alkena

a. Tata nama alkena


1) Alkena rantai lurus
Atom karbon yang berikatan rangkap ( C = C ) diberi nomor yang
menunjukkan ikatan rangkap tersebut. Penomoran dimulai dari ujung
rantai yang paling dekat dengan ikatan rangkap.
2) Alkena dengan rantai bercabang
1. Rantai utama yaitu rantai yang terpanjang dan mengandung ikatan
rangkap.
2. Penomoran rantai utama diawali dari yang paling dekat dengan ikatan
rangkap, bukan cabang yang terdekat.
3. Urutan penulisan nama: nomor cabang, nama cabang, nomor ikatan
rangkap, nama alkena.
3) Alkena dengan lebih dari satu ikatan rangkap
Jika alkena memiliki lebih dari satu ikatan rangkap, namanya diberi
tambahan diena (untuk dua ikatan rangkap) atau triena (untuk tiga
ikatan rangkap).

b. Sifat alkena
1) Sifat fisika
Alkena memiliki sifat fisika yang sama dengan alkana. Perbedaannya
yaitu, alkena sedikit larut dalam air. Hal ini disebabkan oleh adanya
ikatan rangkap yang membentuk ikatan S. Ikatan S tersebut akan ditarik
oleh hidrogen dari air yang bermuatan positif sebagian.

2)Sifat Kimia
a) Oksidasi
Sebagaimana hidrokarbon pada umumnya, pembakaran/ oksidasi
alkena juga akan menghasilkan CO2 dan H2O.
b) Adisi H2
Reaksi adisi merupakan reaksi pemutusan ikatan rangkap. Pada
adisi alkena, ikatan rangkap berubah menjadi ikatan tunggal.
c) Adisi halogen (F2 , Br2 , I2)
Reaksi adisi oleh halogen akan memutus rantai rangkap alkena
membentuk alkana. Selanjutnya halogen tersebut akan menjadi
cabang/substituen dari alkana yang terbentuk
d) Adisi asam halida
Adisi dengan asam halida akan memutus ikatan rangkap pada
alkena menjadi alkana dengan mengikuti aturan Markovnikof. Atom H
dari asam halida akan terikat pada atom karbon dari alkena tidak
simetris yang memiliki atom H paling banyak. Jika atom C yang
berikatan rangkap memiliki jumlah H yang sama, halida akan terikat
pada atom C yang paling panjang. CH3 CH = CHCH3 ikatan rangkap
membagi sama banyak atom C dan atom H simetris CH3CH 2CH =
CH2 ikatan rangkap tidak membagi sama banyak atom C dan
H tidak simetris

3. Alkuna
Alkuna merupakan hidrokarbon tidak jenuh yang memiliki ikatan
rangkap tiga ( C C ). Alkuna mempunyai rumus umum CnH2n-2. Alkuna
paling sederhana yaitu etuna, C2H2. Deret homolog alkuna sebagai berikut.

Deret Homolog Alkuna

a. Tata nama alkuna


Aturan pemberian nama alkuna sama dengan alkena, hanya diakhiri
-una.

b. Sifat alkuna
1) Sifat fisika
Sifat fisika alkuna sama dengan alkana dan alkena. Alkuna juga sedikit
larut dalam air.
2) Sifat kimia
a) Oksidasi
Sebagaimana hidrokarbon pada umumnya, alkun

b) Adisi H2
Alkuna mengalami dua kali adisi oleh H2 untuk menghasilkan alkana.

c) Adisi Halogen

d) Adisi Asam halida

Adisi alkuna oleh asam halida mengikuti aturan Markovnikov


sebagaimana pada alkena.
C. Isomer Alkana, Alkena dan Alkuna

1. Isomer Alkana
Struktur alkana dapat berupa rantai lurus atau rantai bercabang.
Alkana yang mengandung tiga atom karbon atau kurang tidak
mempunyai isomer seperti CH4, C2H6 dan C3H8 karena hanya memiliki
satu cara untuk menata atom-atom dalam struktur ikatannya sehingga
memilki rumus molekul dan rumus struktur molekul sama. Perhatikan
gambar di bawahini:

Dalam senyawa alkana juga ada yang rumus molekulnya sama, tetapi
rumus struktur molekulnya berbeda. Mulai dari alkana dengan rumus
molekul C4H10mempunyai dua kemungkina struktur ikatan untuk
menata atom-atom karbonnya seperti di bawah ini:

Untuk senyawa-senyawa tersebut disebut isomer. Oleh karena


perbedaan hanya pada kerangka struktur maka isomernya
disebut isomerkerangka.
Untuk pentana (C5H12) memiliki tiga kemungkinan struktur ikatan untuk
menata atom-atom karbonnya yaitu:
Kita dapat menyimpulkan dari 2 contoh di atas bahwa semakin
bertambah jumlah atom C pada rumus molekul suatu alkana maka
semakin banyak isomernya seperti yang tertera ditabel bawah ini:
J um la h C 4 C 5 C 6 C 7 C 8 C 9 C 1
a t om C 0

Rumus C4H1 C5H1 C6H1 C7H1 C8H1 C9H2 C10H2


moleku l 0 2 4 6 8 0 2
Jumlah 2 3 5 9 1 3 7
isomer 8 5 5

2. Isomer Alkena

Pada senyawa alkena, keisomeran dimulai dari senyawa dengan rumus


kimia C4H8 sama seperti senyawa alkana. Jenis isomer yang dapat terjadi
pada senyawa alkena yaitu isomer struktur dan isomer geometri.
a. Isomer Struktur

1. Isomer Kerangka/ Rantai

2. Isomer posisi
Isomer posisi adalah isomer yang memiliki perbedaan
posisi ikatan rangkap karbon-karbon dalam molekul yang sama.
b. Isomer geometri
Ikatan rangkap dua karbon-karbon pada alkena tidak dapat
memutar (melintir) sebab jika diputar akan memutuskan ikatan
rangkap, tentunya memerlukan energi cukup besar sehingga
mengakibatkan ketegaran diantara ikatan rangkap tersebut. Akibat
dari ketegaran, ikatan rangkap menimbulkan isomer tertentu pada
alkena. Pada contoh berikut, ada dua isomer untuk 2-butena
(CH3CH=CHCH3), yaitu cis-2-butena dan trans-2-butena.

c. Isomer Fungsional
Isomer fungsional pada alkena dimulai dari propena (C3H6)
3. Isomer Alkuna
Pada senyawa alkuna, keisomeran dimulai dari senyawa butuna
dengan rumus kimia (C4H6) memiliki jenis isomer yaitu isomer struktur.
Pada pembahasan berikut akan dijelaskan mengenai isomer struktur
senyawa alkuna. Perhatikan dua isomer yang dimiliki butuna (C4H6)
a. Isomer Posisi

Pada pentuna C5H8 memiliki 3 isomer seperti di bawah ini:

b. Isomer kerangka/ rantai

c. Isomer Fungsi
D. Reaksi pada Alkana, Alkena dan Alkuna

1. Reaksi pada alkana


Seperti yang diektahui bahwa ikatan pada alkana berciri
tunggal, kovalen dan nonpolar. Oleh karenanya alkana relatif stabil
(tidak reaktif) terhadap kebanyakan asam, basa, pengoksidasi atau
pereduksi yang dapat dengan mudah bereaksi dengan kelompok
hidrokarbon lainnya. Karena sifatnya yang tidak reaktif tersebut, maka
alkana dapat digunakan sebagai pelarut.

Walaupun alkana tergolong sebagai senyawaan yang stabil,


namun pada kondisi dan pereaksi tertentu alkana dapat bereaksi
dengan asam sulfat dan asam nitrat, sekalipun dalam temperatur
kamar. Hal tersebut dimungkinkan karena senyawa kerosin dan
gasoline mengandung banyak rantai cabang dan memiliki atom karbon
tersier yang menjadi activator berlangsungnya reaksi tersebut. Berikut
ini ditunjukkan beberapa reaksi alkana :

a. Reaksi Substitusi

Pada reaksi subsitusi terjadi pergantian atau pertukaran suatu


atom/gugus atom oleh atom atau gugus lain.

CH4 + Cl2 CH3Cl + HCl metil klorida

(klorometana)

CH3Cl + Cl2 CH2Cl2 + HCl metil diklorida

(diklorometana)

CH2Cl2 + Cl2 CHCl3 + HCl metil triklorida

(triklorometana)
CHCl3 + Cl2 CCl4 + HCl karbon tetraklorida

(tetraklorometana)

CnH2n+2 + X2 CnH2n+1X + HX

b. Reaksi Oksidasi

Alkana sukar dioksidasi oleh oksidator lemah atau agak kuat


seperti KMNO4, tetapi mudah dioksidasi oleh oksigen dari udara
bila dibakar. Oksidasi yang cepat dengan oksingen yang akan
mengeluarkan panas dan cahaya disebut pembakaran atau
combustion

Hasil oksidasi sempurna dari alkana adalah gas karbon


dioksida dan sejumlah air. Sebelum terbentuknya produk akhir
oksidasi berupa CO2 dan H2 O, terlebih dahulu terbentuk alkohol,
aldehid dan karboksilat.Alkana terbakar dalam keadaan oksigen
berlebihan dan reaksi ini menghasilkan sejumlah kalor (eksoterm)

CH4 + 2O2 CO2 + 2H2 + 212,8 kkal/mol


C4H10 + 2O2 CO2 + H2O + 688,0 kkal/mol

Reaksi pembakaran ini merupakan dasar penggunaan


hidrokarbon sebagai penghasil kalor (gas alam dan minyak
pemanas) dan tenaga (bensin), jika oksigen tidak mencukupi untuk
berlangsungnya reaksi yang sempurna, maka pembakaran tidak
sempurna terjadi. Dalam hal ini, karbon pada hidrokarbon
teroksidasi hanya sampai pada tingkat karbon monoksida atau
bahkan hanya sampai karbon saja.

2CH4 + 3O2 2CO + 4H2O


CH4 + O2 C + 2H2O

Penumpukan karbon monoksida pada knalpot dan karbon


pada piston mesin kendaraan bermotor adalah contoh dampak
dari pembakaran yang tidak sempurna. Reaksi pembakaran tak
sempurna kadang-kadang dilakukan, misalnya dalam pembuatan
carbon black, misalnya jelaga untuk pewarna pada tinta.
c. Reaksi halogenasi

Reaksi dari alkana dengan unsur-unsur halogen disebut


reaksi halogenasi. Reaksi ini akan menghasilkan senyawa alkil
halida, dimana atom hidrogen dari alkana akan disubstitusi oleh
halogen sehingga reaksi ini bisa disebut reaksi substitusi.Halogenasi
biasanya menggunakan klor dan brom sehingga disebut
juga klorinasi dan brominasi. Halongen lain, fluor bereaksi secara
eksplosif dengan senyawa organik sedangkan iodium tak cukup
reaktif untuk dapat bereaksi dengan alkana.Laju pergantian atom H
sebagai berikut H3 > H2 > H1. Kereaktifan halogen dalam
mensubtitusi H yakni fluorin > klorin > brom > iodin.

d. Reaksi Sulfonasi

Sulfonasi merupakan reaksi antara suatu senyawa dengan asam


sulfat. Reaksi antara alkana dengan asam sulfat berasap (oleum)
menghasilkan asam alkana sulfonat. dalam reaksi terjadi pergantian
satu atom H oleh gugus SO3H. Laju reaksi sulfonasi H3 > H2 > H1.

2. Reaksi pada alkena

a. Rekasi pembakaran

Alkena, seperti alkana, sangat mudah terbakar. Alkena dapat


dibakar dengan api untuk menghasilkan karbon dioksida dan air.
Reaksi pembakaran alkena termasuk eksotermik.

b. Reaksi Adisi

Elektron p dari ikatan karbon-karbon ganda yang tersedia untuk


elektrofil (spesies apapun mencari elektron). Dengan demikian,
reaksi yang ditunjukkan oleh penambahan alkena sebenarnya
elektrofilik reaksi adisi. Beberapa reaksi adisi berlangsung melalui
mekanisme radikal bebas.

Adisi hidrogen

Alkena menambah hidrogen dengan adanya platinum atau nikel


katalis, untuk membentuk alkana. Reaksi disebut sebagai
hidrogenasi, adalah reaksi eksotermis.

CnH2n + H2 CnH2n + 2 +panas

Reaksi ini dikenal sebagai Reaksi reduksi Sabatier-Senderens.

CH2 = CH2 + H2 CH3-CH3 +132,2kJ

etena etana

Adisi halogen

Alkena bereaksi dengan halogen membentuk dihaloalkanes.


Urutan reaktivitas adalah, klorin> brom> iodin. Cukup
mencampurkan dua reaktan, biasanya dalam pelarut inert seperti
karbon tetraklorida, terbaik melakukan reaksi.

propena 1,2-
dibromopropana

Adisi bromin berguna untuk mendeteksi ikatan rangkap


karbon-karbon. Ketika larutan 5% dari bromin dalam karbon
tetraklorida ditambahkan ke alkena. Hal ini menunjukkan adanya
ikatan ganda dalam molekul. Tes ini disebut test bromin.

Adisi air (Hidrasi alkena)

Molekul air menambah molekul alkena ke ikatan rangkap


dengan adanya asam encer dan katalis. Misalnya, etana
memberikan etanol ketika campuran etena dan uap melewati
asam fosfat dan silika pada tekanan 65 atm, dan pada 300C.

etana etenol

Adisi oksigen

Alkena rendah dicampur dengan udara dan lewat di bawah


tekanan lebih dari katalis perak pada 200-400 C. Hal ini
memberikan epoksida dengan menambahkan satu atom oksigen
ke ikatan rangkap. The epoksida yang diperoleh digunakan dalam
deterjen.

etena etena epoksida

c. Reaksi Substitusi

Pada suhu tinggi (500 C), alkena yang lebih tinggi


memberikan produk substitusi dengan klorin. Sebagai contoh,

CH3-CH=CH2 + Cl2 ClCH2-CH=CH2 +HCl


propena 3-chloropropene

Alkena rantai cabang memberikan reaksi substitusi dengan mudah.


Misalnya isobutena memberikan produk substitusi dengan klorin
bahkan pada suhu kamar.

d. Polimerisasi

Penambahan polimerisasi adalah proses dimana sejumlah besar


molekul dari spesies yang sama bergabung bersama (tanpa eliminasi
molekul sederhana seperti HX, H2O, dll,) untuk membentuk molekul
raksasa, yang disebut polimer. Alkena mengalami penambahan
polimerisasi bila dipanaskan di bawah tekanan, dengan adanya katalis
yang cocok. Ketika etena dipanaskan hingga 1000C di bawah tekanan
1.000 atm dengan adanya oksigen, kita mendapatkan polietena

3. Reaksi pada alkuna


Adanya ikatan rangkap tiga yang dimiliki alkuna memungkinkan
terjadinya reaksi adisi, polimerisasi, substitusi dan pembakaran.

a. Adisi
Adisi Hidrogen Halida

Adisi hidrogen halida (HX) pada senyawa alkuna berlangsung sama


dengan yang terjadi pada senyawa alkena. Reaksi di atas mengikuti
aturan markonikov, tetapi jika pada reaksi alkena dan alkuna
ditambahkan peroksida maka akan berlaku aturan antimarkonikov.
Perhatikan reaksi berikut:
Adisi Hidrogen

Halogenisasi

Halogenisasi adalah reaksi alkana dengan halogen. Bromin


and klorin dapat mengadisi pada alkuna seperti yang terjadi pada
alkena. Jika 1 mol halogen mengadisi pada 1 mol alkuna, maka
akan dihasilkan dihaloalkena.

Contoh :
DAFTAR PUSTAKA

You might also like