Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara yang maju dan berkembang tentu memiliki sumber daya yang
dapat diandalkan pula. Termasuk dalam hal sumber daya manusia. Tidak hanya
manusia dewasa, tetapi juga anak-anak. Anak adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sumber daya manusia itu sendiri. Akan lebih baik dan lebih
efektif apabila pengelolaan sumber daya manusia itu dimulai dari anak-anak,
karena anak masih akan terus berkembang, baik dari segi fisik, psikis, maupun
terhadap anak tersebut agar dapat menjadi pribadi yang dicita-citakan, yang dapat
Padahal pembinaan dan perlindungan yang baik terhadap anak akan sangat
I
2
Anak adalah anugerah Allah Yang Maha Kuasa sebagai calon generasi
penerus bangsa yang masih dalam masa perkembangan fisik dan mental 1 .
Tindakan sepele terhadap anak tak khayal juga membuat mereka kerap melakukan
tiap kehidupan manusia. Hukum ada bukan hanya bagi mereka yang sudah
dianggap dewasa, tapi berlaku bagi seluruh kalangan manusia, tak terkecuali
anak-anak. Namun diperlukan proses hukum secara khusus bagi mereka anak-
anak yang nyatanya berkonflik dengan hukum, agar mereka tidak mendapat
perlakuan sama seperti halnya orang dewasa yang melakukan tindak pidana.
buta akan proses hukum yang harus mereka lalui. Hal ini mengakibatkan hak-hak
mereka sering direnggut oleh para pihak maupun instansi terkait yang tidak
bertanggungjawab.
hakikatnya anak tidak dapat melindungi dirinya sendiri dari berbagai macam
berbagai bidang kehidupan. Oleh sebab itu anak harus dibantu oleh orang lain,
1
M. Nasir Djamil, Anak Bukan Untuk Dihukum (Catatan Pembahasan UU Sistem
Peradilan Pidana Anak), Sinar Grafika, Jakarta, cetakan kedua, 2013, hlm. 1.
I
3
Anak yang asing bagi dirinya, namun tetap harus diikuti untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu memimpin serta memelihara
kesatuan dan persatuan bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
terhadap anak merupakan bagian yang integral dalam upaya tersebut. Oleh karena
rangka melindungi hak anak agar mampu juga menjadi sumber daya manusia
peraturan tentang anak, telah banyak diciptakan. Namun menelaah dari kehidupan
terhadap anak, nyatanya belum mampu direalisasikan dengan baik. Nasib anak
yang berkonflik dengan hukum masih menyedihkan, tidak seindah jika kita
hanya anak yang melakukan tindak pidana, bahkan anak yang menjadi korban
tindak pidana pun hak-haknya kerap terabaikan atau tidak ada yang melindungi
merasa takut, depresi, tertekan untuk berbicara kebenaran. Kondisi fisik dan
2
Ibid., hlm. 3.
I
4
mental yang demikian tentunya berdampak juga dalam proses beracara demi
terdahulu yang mengatur tentang anak, yaitu Undang-Undang No. 3 Tahun 1997
konsep restorative justice, yaitu pemulihan ke kondisi semula, di mana proses ini
dengan membawa korban dan pelaku bersama-sama duduk dalam satu pertemuan
Salah satunya adalah dengan cara diversi 4, yakni pengalihan penyelesaian perkara
anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana. Anak yang
berkonflik dengan hukum diusahakan agar tidak sampai pada proses pengadilan.
Oleh karena itu diversi merupakan jalan yang tepat. Untuk itu, diversi haruslah
3
Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia (Pengembangan Konsep Diversi dan
Restorative Justice), PT. Refika Aditama, Bandung, cetakan kedua, 2012, hlm. 180.
4
M. Nasir Djamil, Op. Cit, hlm. 6.
I
5
Apabila memang melalui diversi sama sekali tidak ditemukan jalan keluar, maka
ini adalah salah satu realisasinya. Jadi setiap anak yang bermasalah dengan hukum
hukum terhadap anak adalah hal penting yang harus dibahas, karena anak yang
masih sempit. Hal inilah yang harus ditinjau, bagaimana agar para pemberi
I
6
Hal ini merupakan bukti bahwa perhatian terhadap anak sebenarnya sudah ada
sejak dulu. Substansi yang diatur pun masih seputar anak. Namun penerapannya
Anak sebagai pelaku tindak pidana akan mengalami proses hukum yang
identik dengan orang dewasa yang melakukan tindak pidana. Identik disini berarti
Hal inilah yang menjadi kekhususan tersendiri. Dalam menangani kasus anak
dalam peradilan pidana anak, maka terlebih dahulu yang harus diperhatikan
adalah kedudukan anak tersebut sebagai seorang anak dengan semua sifat dan ciri-
tersebut.
beracara di pengadilan dan kerap kali disalahgunakan oleh instansi terkait. Oleh
I
7
terhadap anak yang berkonflik dengan hukum. Hal inilah yang menjadi dasar
kehidupan sekarang, ada beberapa hal yang masih menjadi pertanyaan penulis.
Undang Sistem Peradilan Pidana Anak? Lalu bagaimana anak yang berkonflik
Bantuan Hukum terbaru? Apakah ada sinergi antara Undang-Undang SPPA ini
menyangkut tentang anak. Selanjutnya akan dibahas lebih lanjut pada bab-bab
I
8
B. Perumusan Masalah
pidana?
C. Tujuan Penulisan
Indonesia, baik anak itu sebagai pelaku maupun sebagai korban dari
tindak pidana.
I
9
D. Manfaat Penulisan
antaranya:
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
lain yang terkait, tak terkecuali bagi masyarakat umum dalam memberikan
I
10
keadilan yang selama ini mungkin tidak diterima oleh anak-anak yang
secara adil menurut hukum yang berlaku di negara kita tanpa ada
E. Keaslian Penulisan
Sistem Peardilan Pidana Anak dalam Pemberian Bantuan Hukum Terhadap Anak
Sebagai Pelaku dan Korban Tindak Pidana yang penulis angkat adalah
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang penulis akses, hanya terdapat
Giovani
I
11
Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, yang ditulis oleh
Hamdan, S.H., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara dalam menerima judul yang diajukan penulis, karena
substansi yang terdapat di dalam skripsi ini dinilai berbeda dengan judul-judul di
atas. Kemudian pengajuan judul skripsi yang penulis angkat ini juga telah melalui
Utara.
internet, dan sepanjang itu tidak pernah penulis temukan kemiripan yang sangat
mendasar dengan penulis lain. Sekalipun ada, hal itu berada di luar sepengetahuan
penulis dan substansinya jelas berbeda dengan substansi dari skripsi ini.
sekarang, maupun dari media-media yang pernah penulis baca. Oleh karena itu,
tidak ada yang dapat dijadikan dasar bahwa skripsi ini merupakan hasil plagiat
I
12
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan kepustakaan dari skripsi ini berkisar tentang analisis dari dua
1. Anak
a. Definisi Anak
yang lahir dari hasil perkawinan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan,
terlepas dari identitas anak itu dilahirkan di dalam maupun di luar perkawinan. Di
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan juga bahwa yang
usia mereka. Bila usia mereka belum memenuhi standar usia anak sebagaimana
Anak, contohnya dalam pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa Anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Atau
menyebutkan bahwa Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah
I
13
mencapai umur 8 tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun dan belum pernah
kawin. Lain halnya dalam Undang-Undang yang secara khusus akan dibahas
dalam skripsi ini, yaitu Undang-Undang SPPA, dalam pasal 1 ayat (3) yang
menyatakan bahwa anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut
Anak yaitu anak yang telah berumur 12 tahun, tetapi belum berumur 18 tahun
yang diduga melakukan tindak pidana. Jadi definisi anak menurut Undang-
Undang ini sudah secara spesifik menyatakan bahwa pengertian anak itu adalah
anak yang berkonflik dengan hukum. Tentu saja karena substansi yang dibahas di
mencakup pengertian anak yang ditinjau dari sistem hukumnya. Sama halnya
seperti orang dewasa, bahwa anak juga merupakan subyek hukum. Namun
seorang anak itu harus dipandang sebagai subyek hukum yang belum dewasa atau
belum mampu. Perkembangan mental atau kejiwaan mereka dianggap masih labil,
terkhusus bagi anak yang melakukan tindak pidana. Namun lambat laun kondisi
fisik, mental ataupun kejiwaan seorang anak itu dapat berkembang melalui proses
peristiwa hukum, baik itu dalam hukum pidana maupun dalam hubungan kontrak,
yang akhirnya melekatkan status subyek hukum itu pada diri mereka.
Perlu juga diingat bahwa tingkat kematangan jiwa seseorang itu tidak
hanya diukur berdasarkan faktor usia saja, tetapi juga dari kemampuan dan
I
14
dengan mudah kita temukan orang yang umurnya sudah masuk kategori dewasa,
namun masih memiliki sifat seperti anak-anak. Begitu juga sebaliknya. Sehingga
mental spiritual akibat dari tindakan hukum pidana yang dilakukan anak
itu sendiri
dikaitkan dengan batas usia dari seorang anak, meskipun pembatasan anak dari
5
Maulana Hasan Wadong, Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Gramedia
Wirasarana Indonesia, Jakarta, 2000, hlm. 22.
I
15
yang dari segi kemampuannya masih terbatas, namun dari segi usia sebenarnya
anak tersebut telah dewasa. Sehingga para ahli psikologi beranggapan lain untuk
antara ahli pidana dengan ahli psikologi dalam penetapan batas usia
pertanggungjawaban pidana.
Para ahli hukum, khususnya hukum pidana, lebih melihat seorang anak
maksimum sebagai wujud kemampuan anak dalam status hukum, sehingga dalam
dirinya ada peralihan status menjadi usia dewasa atau menjadi seorang subyek
pemahaman secara komprehensif. Namun, untuk menentukan batas usia dalam hal
definisi anak, maka kita akan mendapatkan berbagai macam batasan usia anak
undang, misalnya 7:
6
Marlina, Op. Cit, hlm. 36.
7
M. Nasir Djamil, Op. Cit, hlm. 9.
I
16
adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah berusia 8 (delapan)
bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun dan belum
pernah kawin.
bekerja 15 tahun.
dari definisi anak dalam penetapan batas usia anak menurut peraturan perundang-
tersebut 8.
8
Pasal 330 KUH Perdata: Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur
genap dua puluh satu tahun, dan tidak lebih dulu telah kawin.
Apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum umur mereka genap dua puluh satu tahun, maka
mereka tidak kembali lagi dalam kedudukan belum dewasa.
Mereka yang belum dewasa dan tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, berada di bawah
kekuasaan orang tua, berada di bawah perwalian atas dasar dan dengan cara sebagaimana teratur di
dalam bagian ketiga, keempat, kelima, dan keenam bab ini.
Penentuan arti istilah belum dewasa yang dipakai dalam beberapa peraturan perundang-
undangan terhadap bangsa Indonesia. Berdasarkan ordonatie 31 Januari 1931, L.N. 1931-1954,
untuk menghilangkan segala keragu-raguan yang timbul karena ordonatie 21 September 1917,
L.N. 1917-1938, dengan mencabut ordonatie ini ditentukan sebagai berikut :
1. Apabila peraturan perundang-undangan memakai istilah belum dewasa maka, sekadar
mengenai bangsa Indonesia, dengan istilah itu yang dimaksudkan : segala orang yang
belum mencapai umur dua puluh tahun dan tidak lebih dulu telah kawin.
I
17
Bila menilik dari hukum nasional kita, bahwa penetapan batas usia anak
dalam definisi anak, dapat ditinjau dari beberapa dimensi hukum nasional kita, di
antaranya:
a. Dalam ketentuan KUHP, batas usia anak yang disebutkan dalam pasal
45, 46, dan 47 dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Secara
disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun,
tindak pidana.
18 tahun.
2. Apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum mulai dua puluh satu tahun, maak tidaklah
mereka kembali lagi dalam istilah belum dewasa. Dalam paham perkawinan tidaklah
termasuk perkawinan anak-anak
I
18
3. Anak sipil adalah anak yang atas permintaan orang tua atau
a. Dalam pasal 330 KUH Perdata digunakan istilah anak dengan belum
dewasa, yaitu mereka yang belum mencapai umur 21 tahun dan tidak
jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah
bahwa anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah
I
19
sebagai berikut :
d. Telah menikah
e. Berusia 21 tahun
bahwa usia seorang anak, yaitu 0 (nol) tahun batas penuntutan 8 (delapan) tahun
1) Hak Anak
pembawa dan penerus cita-cita bangsa. Sehingga baik buruknya masa depan
bangsa bergantung pada baik buruknya kondisi anak pada saat ini. Hal-hal yang
I
20
termasuk dalam hak asasi manusia (HAM) juga melekat pada diri setiap anak
bangsa. Hak asasi manusia merupakan hak yang melekat pada setiap manusia
jaminan hukum, sebab hak-haknya hanya dapat efektif apabila hak-hak tersebut
masyarakat, dan makhluk Tuhan, yang harus dihormati dan dijamin oleh hukum 9.
menentukan dan memilih jalan hidupnya sendiri, merupakan beberapa contoh dari
hak asasi manusia yang juga dapat dimiliki oleh anak. Namun terlepas dari
yang harus dibedakan dari hak-hak orang dewasa. Hal ini dikarenakan, seperti
telah dijelaskan sebelumnya, bahwa anak itu dianggap kondisi kejiwaan maupun
perbuatannya sendiri. Dan seiring perkembangan anak itu sendiri, anak yang
hak dan kewajiban yang senantiasa berubah pula sesuai dengan perkembangan
9
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana
Anak di Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung, cetakan ketiga, 2013, (selanjutnya disingkat
Maidin Gultom I), hlm. 8.
I
21
khususnya dalam lingkungan sejak anak itu dilahirkan. Inilah yang menjadi peran
penting bagi sebuah keluarga, terutama peran orang tua, sebagai elemen terkecil
dan paling utama bagi seorang anak itu untuk tumbuh dan berkembang dengan
baik. Dalam pasal 28B ayat (2) UUD 1945 ditetapkan bahwa Setiap anak berhak
atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi. Dari penjelasan dalam batang tubuh konstitusi
merupakan hal penting yang harus dijabarkan lebih lanjut dan dijalankan dalam
kehidupan sehari-hari.
Secara umum kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, hak-hak anak itu
dapat dirumuskan secara umum, tidak dominan mengarah pada perlindungan akan
untuk berserikat dan berkumpul, hak mengeluarkan pendapat, dan lain-lain. Pada
yang mensahkan Convention On The Rights of The Child (Kovensi tentang Hak-
Hak Anak/KHA). Lebih lanjut pengaturan hak-hak anak di Indonesia saat ini juga
dalam pasal 1 butir 12 menyatakan bahwa hak anak adalah bagian dari hak asasi
manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga,
10
M. Nasir Djamil,Op. Cit, hlm. 12.
I
22
diratifikasi oleh Indonesia melalui Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990. Maka
sejak tahun 1990 Indonesia terikat secara hukum untuk melaksanakan ketentuan
sosial, kaya miskin, kelahiran atau status lain, baik yang ada pada
tujuan itu ke dalam hukum, kepentingan terbaik atas diri anak harus
11
Lihat Mukadimah Konvensi Hak-Hak Anak
I
23
5. Anak yang cacat fisik, mental, dan lemah kedudukan sosialnya akibat
perlakuan khusus.
10. Anak harus dilindungi dari perbuatan yang mengarah ke dalam bentuk
2) Kewajiban Anak
Ada hak tentu ada kewajiban. Tidak disarankan setiap manusia hanya
I
24
beriringan. Begitu juga akan kewajiban dari seorang anak. Mengapa kewajiban
perlu dilakukan oleh seorang anak? Karena tidaklah mungkin anak itu akan
menjadi seorang anak yang berakhlak baik jika ia hanya menuntut pemenuhan
dapat dikatakan bahwa pemenuhan kewajiban merupakan salah satu cara untuk
2. Bantuan Hukum
anak dalam proses peradilan berhak untuk memperoleh bantuan hukum dan
I
25
bantuan lain secara efektif. Dalam pasal 3 huruf k juga dinyatakan bahwa anak
pengadilan. Hal tersebut ditegaskan dalam pasal 23 ayat (1) yang berbunyi :
Dalam setiap tingkat pemeriksaan, Anak wajib diberikan bantuan hukum dan
Undang-Undang ini, bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh
Hak atas bantuan hukum telah diterima secara universal yang dijamin dalam
13
Negara Indonesia adalah negara hukum . Meskipun tidak ada
penegasan secara jelas bahwa bantuan hukum merupakan tanggung jawab negara,
namun karena konstitusi kita berkata demikian, maka setiap negara hukum pasti
mengakui dan melindungi hak asasi manusia bagi setiap individu, termasuk dalam
pemberian bantuan hukum. Hal ini menjadi prioritas negara hukum dalam
12
Lihat Penjelasan Ketentuan Umum UU No. 16 Tahun 2011:
Pasal 16 dan pasal 26 ICCPR menjamin semua orang berhak memperoleh perlindungan
hukum serta harus dihindarkan dari segala bentuk diskriminasi. Sedangkan pasal 14 ayat (3)
ICCPR, memberikan syarat terkait Bantuan Hukum yaitu : 1) kepentingan-kepentingan keadilan,
dan 2) tidak mampu membayar Advokat.
13
Pasal 1 ayat (3) UUD 1945.
I
26
harus mencapai kebenaran dan keadilan yang hakiki dalam perwujudan sistem
hukum yang digunakannya, sehingga pemberian bantuan hukum menjadi hal yang
wajib.
sering kita dengar. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 18 Tahun 2003 tentang
Advokat menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Advokat adalah orang yang
berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang
lembaga peradilan dan instansi penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan.
pemberian bantuan hukum merupakan hak yang wajib diberikan bagi anak yang
berkonflik dengan hukum. Hal ini sebagai wujud perlindungan terhadap hak-hak
anak. Perlu diingat ketentuan bahwa seorang Advokat atau pemberi bantuan
Umum. Anak tidak boleh tertekan, tidak boleh semakin menurunkan mentalnya
I
27
dipertanggungjawabkan.
hukum karena keempat hal itulah yang dianggap masih lemah oleh pembuat
dapat tercapai apabila administrasi peradilan pidana tidak berjalan dengan baik.
I
28
hak mereka. Dan yang tidak terbukti bersalah harus dibebaskan. Salah satu cara
menemukan kebenaran yang hakiki yaitu dengan pemberian bantuan hukum yang
dimaksud. Semua proses harus berjalan dengan baik. Oleh sebab itu pencaharian
fakta atau menemukan kebenaran hakiki merupakan salah satu tujuan pokok
3. Peradilan Anak
Undang SPPA, bahwa Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya
disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum
Dalam pasal 1 angka 2 dijelaskan bahwa Anak yang berhadapan dengan hukum
adalah anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak
pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana. Secara luas bahwa anak yang
berkonflik dengan hukum adalah anak yang disangka, dituduh, atau terbukti
yang dilakukannya.
14
Soedjono Dirdjosisworo, Filsafat Peradilan Pidana dan Perbandingan Hukum, CV.
Armico, Bandung, 1984, hlm. 15.
I
29
istilah Anak nakal, di mana dalam pasal 1 angka 2 dinyatakan bahwa Anak nakal
adalah : a) anak yang melakukan tindak pidana, atau b) anak yang melakukan
perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak baik menurut peraturan perundang-
undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam
dengan asas legalitas karena peraturan lain yang hidup dan berlaku dalam
Sebagai contoh bahwa anak nakal menurut hukum adat bisa saja ditangani melalui
anak, padahal belum tentu ia sesuai dengan konsep hukum pidana yang kita
anut 15.
Dari istilah anak nakal kemudian muncul istilah kenakalan anak atau
laku yang menyalahi secara ringan norma dan hukum yang berlaku dalam suatu
tingkah laku anak yang melanggar norma hukum dalam masyarakat. Terdapat
ketentuan hukum yang berlaku di suatu negara dan yang oleh masyarakat itu
15
M. Nasir Djamil, Op. Cit, hlm. 33.
16
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta,
Balai Pustaka, 1991, hlm. 219.
I
30
sendiri dirasakan serta ditafsirkan sebagai perbuatan yang tercela 17. Sementara
definisi juvenile delinquency menurut beliau adalah setiap perbuatan atau tingkah
laku seseorang anak di bawah umur 18 tahun dan belum kawin yang merupakan
perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh remaja, yang apabila dilakukan oleh
keseragaman 18. Artinya definisi yang diberikan oleh setiap ahli tergantung dari
1) Perlindungan Anak
diterima anak, terutama anak yang sedang berkonflik dengan hukum. Anak harus
wajib dilindungi agar mereka tidak menjadi korban tindakan siapa saja (individu
17
Romli Atmasasmita, Problema Kenakalan Anak dan Remaja, Armico, Bandung, 1984,
hlm. 23.
18
Marlina, Op. Cit, hlm. 41.
I
31
atau kelompok, organisasi swasta ataupun pemerintah) 19. Hak untuk mendapatkan
perlindungan ini berhak diperoleh oleh semua anak tanpa terkecuali. Hal ini
didasarkan karena anak adalah masa depan bangsa dan penerus cita-cita bangsa.
Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara 20. Sejak
kesempatan yang luas untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar dan baik
secara rohani, jasmani, dan sosial. Perlindungan anak merupakan usaha dan
kegiatan seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai kedudukan dan peranan, yang
menyadari betul pentingnya anak bagi nusa dan bangsa di kemudian hari 21.
menyatakan bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
perlindungan khusus dapat diberikan bagi anak yang sesuai dengan konsep judul
skripsi ini, yaitu anak yang berkonflik dengan hukum. Hal ini dipertegas
diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan
19
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan, PT. Refika
Aditama, Bandung, cetakan kedua, 2013, (selanjutnya disingkat Maidin Gultom II), hlm. 69.
20
Pasal 34 UUD 1945
21
Maidin Gultom I,Op. Cit, hlm. 33.
I
32
hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi
secara ekonomi dan/ atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi
(napza), anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan
penelantaran.
perlindungan anak.
22
Maidin Gultom II, Op. Cit, hlm. 70.
I
33
sosial 23. Dari berbagai macam peraturan yang ada, maka secara yuridis, Indonesia
peraturan yang sudah ada yang tentunya menjadi tugas dan kewenangan dari
eksekutif 24.
2) Peradilan Anak
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peradilan yaitu segala sesuatu mengenai
perkara pidana, perdata ataupun tata usaha negara, harus diselesaikan menurut
lembaga kemasyarakatan harus dapat mencapai aspek tertinggi dari segala aspek
nilai dalam hubungan antara manusia dan masyarakat, yaitu nilai keadilan.
23
Maidin Gultom I, Op. Cit, hlm. 35.
24
M. Nasir Djamil, Op. Cit, hlm. 29.
25
Maidin Gultom I, Op. Cit, hlm. 66.
I
34
yang dilakukan oleh orang dewasa, yaitu melanggar ketentuan dalam KUHP.
dari orang dewasa. Penempatan kata anak dalam Peradilan Anak menunjukkan
batasan atas perkara yang ditangani oleh Badan Peradilan yaitu perkara anak 26.
peradilan pidana dewasa. Keadilan yang akan diwujudkan harus dilakukan dengan
tinggi. Kesejahteraan anak adalah hal utama yang harus diwujudkan. Peradilan
Anak melibatkan anak dalam proses hukum sebagai subyek tindak pidana dengan
tidak mengabaikan hari depan anak tersebut, dan menegakkan wibawa hukum
anak yang berhadapan dengan hukum, mulai tahap penyelidikan sampai dengan
26
Ibid., hlm. 74.
27
Maidin Gultom II,Op. Cit, hlm.192.
28
M. Nasir Djamil, Op. Cit, hlm. 44.
I
35
baru.
adalah kunci utama dari fungsi peradilan. Negara Indonesia adalah negara hukum.
Sistem hukum harus beroperasi dengan baik agar hukum dapat ditegakkan dan
agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas putusan tersebut. Hakim dalam
Salah satu usaha penegakan hukum itu adalah melalui Peradilan Anak,
sebagai suatu usaha perlindungan anak untuk mendidik anak tanpa mengabaikan
I
36
proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana. Artinya bahwa segala
proses peradilan hanya akan dilakukan apabila sudah tidak dapat dicapai lagi
perdamaian antara kedua belah pihak, baik pelaku maupun korban yang terkait.
Dengan kata lain, peradilan merupakan jalan terakhir bagi penyelesaian perkara.
Hal inilah yang menjadi tujuan utama dari Sistem Peradilan Pidana Anak, yang
adalah jalan terakhir. Segala proses harus diikuti. Dan dalam hal ini, secara
a. Badan Peradilan sebagai sarana pendidikan dalam hal ikut serta dalam
anak;
29
Maidin Gultom I, Op. Cit, hlm. 77.
30
http://rendy_dw.blog.com/2008/05/16/peradilan_anak_di_indonesia/ , diakses tanggal
17 Februari 2015, pkl: 22.05 WIB
I
37
muda.
dapat dicapai. Terdapat tujuan untuk mendidik kembali, memperbaiki sikap dan
perilaku anak tersebut agar ia dapat meninggalkan perilaku buruk yang selama ini
dilakukan. Artinya bahwa bukan soal penjatuhan pidana saja yang diutamakan,
akan tetapi harus melihat juga hak-hak dan masa depan anak yang harus
G. Metode Penelitian
Suatu penelitian tidak dapat berjalan secara terarah apabila tidak ada
1. Pendekatan penelitian
I
38
Data sekunder adalah data yang tidak didapat secara langsung dari obyek
antara lain :
Kehakiman;
elektronik.
I
39
pustaka dan juga literatur media elektronik, yaitu internet. Data diperoleh
akan dibahas.
4. Analisis Data
biasanya data yang disajikan berikut dengan analisanya 31. Metode analisis
dari permasalahan
31
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Depok,
1994, hlm. 69.
I
40
H. Sistematika Penulisan
karya ilmiah yang baik. Skripsi ini dibagi dalam beberapa bab yang saling
berkaitan satu sama lain, karena isi dari skripsi ini berhubungan antara bab yang
Skripsi ini dibagi dalam 4 (empat) bab yang disusun secara sistematis
untuk menguraikan masalah yang akan dibahas dengan urutan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Sistematika Penulisan.
INDONESIA
I
41
Undang-Undang tersebut.
TINDAK PIDANA
Pada bagian pertama bab ini akan dibahas tentang analisa yuridis
undang tersebut.
undang-undang tersebut.
Pada bagian ketiga merupakan inti dari judul yang penulis angkat,
I
42
BAB IV PENUTUP