You are on page 1of 7

A.

Hubungan Interpersonal
Menurut Pearson (1983), manusia adalah makhluk social. Artinya, sebagai makhluk
social kita tidak dapat menjalin hubungan sendiri , kita selalu menjalin hubungan dengan orang
lain, mencoba untuk menggali dan memahami kebutuhan satu sama lain, membentuk interaksi,
serta berusaha mempertahankan interaksi tersebut. Kita melalukan hubungan interpersonal,
ketika mencoba untuk berinteraksi dengan orang lain, hubungan interpersonal adalah hubungan
yang terdiri atas dua orang atau lebih, yang memiliki ketergantungan satu sama lain dan
menggunakan pola interaksi yang konsisten. Ketika akan menjalin hubungan interpersoanal,
akan terdapat suatu proses dan biasanya dimulai dengan interpersonal attraction.
Interpersonal attraction, menurut Baron dan Byrne (2016) menjelaskan bahwa interpersonal
attraction adalah penilaian seseorang terhadap sikap orang lain, dimana penilaian ini dapat
diekspresikan melalui suatu dimensi, dari strong liking sampai dengan strong dislike. Jadi, ketika
kita berkenalan dengan orang lain, kita sebenarnya melakukan penilaian terhadp orang tersebut;
apakah orang tersebut cukup sesuai untuk menjadi teman kita atau orang tersebut ternyata kurang
sesuai, sehingga kita lebih memilih untuk tidak melakukan interaksi sama sekali. Ingatlah bahwa
konteks penilaian ini adalah dalam melakukan hubungan interpersonal.
Agar dapat memahami penilain tersebut marilah kita lihat table dimensi berikut:

Tingkat Interaksi Kategori evaluasi Contoh Interaksi


Strong Liking Teman (friend) Menghabiskan waktu
bersama, merencanakan
pertemuan
Mild Liking Teman dekat (Close Menikmati interaksi ketika
acquitance) bertemu
Netral Teman biasa (Superficial Saling mengenal satu sama
acquitance) lain dan saling menyapa
Mild dislike Pengganggu (Annoying Memilihh untuk menghindari
acquitance) interaksi
Strong dislike Tidak diinginkan Menghindari kontak secara
(Undesirable) aktif
Dari table diatas,dapat kita simpulkan bahwa terdapat lima tingkat interaksi, yaitu strong
liking, mild liking, netral, mild dislike dan storng dislike. Sekarang, bayangkanlah bahwa kita
sedang berada dalam suatu kota yang asing, sayangnya, tidak ada satu orang pun yang kita kenal.
Kemudian, apa yang akan kita lakukan ? Kita mencoba untuk menhampiri sekumpulan orang
tersebut dan mulai berkenalan. Setelah itu, kita berusaha untuk mengenali serta melakukan
penilaian mana orang-orang yang sesuai dan tidak sesuai denga kita Proses inilah yang
dinamakan dengan melakukan penilaian. Ketika kita menilai orang yang baru kita kenal dengan
kategori evaluasi teman, tentu kita akan merasa senang untuk menghabiskan waktu dengan
melakukan kegiatan bersama, bahkan merencanakan untuk dapat bertemu dilain waktru. Namun,
ketika kategori evaluasinya ada penggangu , saat ada pertemuan dalam satu ruangan yang sama,
kita lebih memilih untuk menghindari interaksi dengan orang tersebut dengan melakukan
kegiatan lain, misalnya pergi dari ruangan tersebut, pura-pura tidak melihat, atau pun mencari
orang lain yang lebih cocok untuk diajak berbicara. Dalam melakukan hubungan interpersonal,
factor-faktor yang mempengaruhi suatu ketertarikan interpersonal attraction yaitu factor internal,
ekternal, dan interaksi
a. Factor interna( baron dan bryan 2008(
Factor internal, factor dalam diri kita meliputi 2 hal yaitu kebutuhan untuk berinteraksi
( need for affliation dan pengaruh perasaan ). Inetraksi antara satun orang dengan orang
lain bias teradi dimana saja : di rumah, sekolah kantor pos, kantin, supermarket dan
lapangan.
Kebutuhan untuk berinteraksi
Kita cenderung ingin berinteraksi dengan orang lain namun dilain waktu
terkadang kita juga ingin berinteraksi dengan orang lain atau ingin sendirian.
Menurut McClelland kebutuhan berinteraksi adalah suatu keadaan dimana
seseorang berusaha untuk mempertahankan suatu hubungan, bergabung dengan
kelompok, berpartisipasi dalam kegiatan, menikmatu aktivitas bersama kelurga,
menunjukkan perilaku sakling bekerjasama, saling mendukung dan konformitas.
Seseorang yang memiliki kebutuhan berinteraksi, berusaha mencapai kepuasan
terhadap kebutuhan ini agar disukai, diterima oleh orang lain serta mereka
cenderung untuk memilih bekerjasama yang mementingkan keharmonisan dan
kekompakakan kelompok.
Pengaruh perasaan
Sebuah penemuan menunjukkan bahwa orang asing akan lebih menyukai jika kita
mengucapkan kalimat yag menyenangkan. Misalnya, kamu meliki anjing yang
bagus, dibandingkan dengan mengucapkan kalimat negatuf seperti dimanakah
kamu menemukan anjing yang buruk itu ? (baron, berney, 2008). Bayangkan,
komunikasi tersebut terjadi pada kita, respon apakah yang akan kita berikan
kepada orang tersebut ? contoh diatas menunjukkan bahwa jika kita membuat
orang lain sengang saat kita bertemu dengannya maka interaksi akan lebih muda
terjalin. Sebaliknya, ketika kita bertemu orang tersebut dan kita membuat
perasaannya negative (kesal, marah), orang tersebut akan lebih sulit untuk
berinteraksi dengan kita.marilah kita lihat contoh lain.penelitian dari berney, dkk
(1975) dan fraley dan aron (baron, berney, (2006) menunjukkan bahwa dalam
berbagai situasi social, hunor digunakan secara umum untuk mencairkan suasana
dan memfasilitasi interaksi pertemuan. Humor yang menghasilkan tawa dapat
membuat kita lebih muda berinteraksi, sekalipun dengan orang yang belum
dikenal. Apakah anda ingat kalimat tertawa itu sehat ? makna dari kalimat
tersebut dapat diartikan bahwa dengan tertawa, perasaan kita akan senang
sehingga kita lebih dapat berfikir lebih sehat dan berperilaku lebih baik. Jadi, kita
akan lebih mudah berinteraksi dengan orang lain pada saat kondisi perasaan kita
sedang senang dibandingkan jika kondisi perasaan kita sedang negative. Hal ini
terjadi Karena pada saat senang, kita lebih terbuka untuk melakukan komunikasi.
b. Factor eksternal
Factor eksternal yang memengaruhi dimulainya suatu hubungan interpersonal adalah
kedekatan ( proximity ) dan daya tarik fisik
Witing trisno jalaran suko kulino. Pernahkah anda mendengar pepatah ini ? pepatah jawa
ini meberikan arti bahwa ketika kita sering bertemu dengan orang disekitar kita, maka
kita akan terbiasa melihat orang tersebut dan memungkinkan kita untuk menjadi lebih
dekat serta kemudian saling jatuh cinta. Baron dan byrne (2008) menjelaskan bahwa
kedekatan secara fisik antara dua orang yang tinggal dalam satu lingkungan yang sama
seperti dikantor dan di kelas, menunjukkan bahwa semakin dekat jarak geografis diantara
mereka semakin besar kemungkinan dua orang tersebut untuk sering bertemu.
Selanjutnya, pertemuan tersebut akan menghasilkan penilaian positif satu sama lain,
sehingga timbul keterkaitan diantara mereka. Hal ini disebut juga dengan more exposure
effect, penilaian ini pertama kali dilakukan oleh zajon tahun 1968. Kita cenderung
menyukai orang yang wajahnya biasa kita kenali dibandingkan dengan orang yang
wajahnya tidak kita kenal ( miller & perlmen, 2009).
Daya tarik fisik
Saat saya masih kecil orangtua saya sering menasehati saya, janganlah menilai
dari tampak luarnya saja, belum tentu orang tersebut seperti yang kita
perkirakan. Nasihat ini ditujukan agar kita jangan terburu-buru menilai orang
dari tampilan luarnya dan kita harus berhati-hati dalam berinteraksi dengan orang
tersebut. Saya akan menceritakan sebuah pengalaman saat di SMA. Saya
mengenal seseorang yang berwajah tidak terlalu cakap, bahkan kalau menurut
saya agak menakutkan. Pertama-tama saya takut dan hamper selalu menhindari
inyteraksi denagn orang tersebut, tetapi orang tersebut selalu mnyapa saya dengan
sopan dan ramah. Seiring dengan berjalannya waktu, saya akhirnya berteman
dengan orang tersebut dan penilaian saya berubah. Pengalaman tersebut
memberikan palajaran bahwa seperti apapun orang yang baru kita kenal secara
fisik menarik atau tidak, jangan menilai terlalu cepat, orang tersebut mungkin saja
berbeda dengan apa yang kita nilai sebelumnya. Jadi dont judge a book by its
cover . Sebuah penelituan mengenai daya tarik fisik menunjukkan bahwa
sebagian besar orang percaya bahwa laki-laki dan perempuan yang menarik
menampilkan ketenangan, nudah bergaul, mandiri, dominan, gembira, seksi,
mudah beradaptasi, sukses, lebih maskulin ) untuk laki-laki ) dan lebih feminim
( untuk wanita ) dari pada orang yang tidak menarik (dion & dion, 1991 ; hatfield
dan sprecher, 1986a dalam baron dan byrne, 2008 ). Jadi, kita cenderung untuk
memilih berinteraksi denagn orang yang menarik dibandingkan orang yang
kurang menarik karena orang yang menarik meiliki karakteristik lebih positif.
c. Factor interaksi
Factor interaksi terbagi dua hal, yaitu persamaan-perbedaan ( similarity-dissimilarity )
dan reciprocal liking.
Persamaan-perbedaan
Bukankah sangat menyenangkan ketika kita mengetahui bahwa orang yang
berada disamping kita ternyata memiliki kesamaan dalam hobu ? miller &
perlmen (2009) mengemukakan bahwa sangat menyenangkan ketika kita
menemukan orang yang mirip dengan kita saling berbagi asal usul, minat, dan
pengalaman yang sama.semakin banyak persamaan semakin mereka menyukai.
Sebuah penelitian menujukkan bahwa pasangan suami istri yang meiliki
kepribadian yang hamper sama akan memiliki pernikahan yang lebih bahagia dari
pada pasangan suami istrii yang meiliki kepribadian berbeda ( gaunt, 2006 ).
Ternyata, perbedaan juga lebih menyenangkan dari pada persamaan. Jones
menjelaskan bahwa kita merasa senang saat menemukan terdapat hal yang mirip
dengan orang yang kita sukai, tetapi ternyata lebih menyenangkan saat kita
mengetahui bahwa pandangannya berbeda dengan yang kita miliki ( jones dalam
pines, 1999 ). Mengapa demikian ? hal ini terjadi ketika menyukai seseorang yang
memiliki opini bebeda dengan kita, kita mengsumsikan bahwa orang tersebut
menyukai kita apa adanya dan bukan karena opini kita. Keuntungan yang dapat
diperoleh dari berinteraksi dengan orang yang meiliki sikap bebeda adalah kita
lebih daopat belajar hal yang baru dan bernilai darinya (kruglanski & mayseles,
1987, dalam pines, 1999).
Reciprocal liking
Factor lain juga memengaruhi keterkaitan kita kepada orang lain adalah
bagaimana orang tersebut menyukai kita. Secara umum, kita menyukai orang
yang juga menyukai kita dan tidak menyukai orang yang juga tidak menykai kita.
Dengan kata lain memberikan kembali ( reciprocate ) perasaan yang diberikan
orang lain kepada kita ( dwyer, 2000 ) ia juga menambahkan , pada dasarnya,
ketika kita disukai orang lain, hal tersebut dapat meningkatkan self esteem (harga
diri), membuat kita merasa bernilai, dan akhirnya mendapatkan positive
reinforcement

1. CINTA
Jatuh cinta berjuta indahnyadipandang, dibelai, amboi rasanyajatuh cinta berjuta
nikmatnyamenangis tertawa karena jatuh cinta
Bait lagu ini diambil dari lagu Titi Puspa yang menjelaskan bahwa jatuh cinta memiliki
makna yang berbeda-beda. Pertanyaannya, pernahkan anda merasa bahwa pacar anda
begitu menyebalkan, tetapi juga begitu menyebalkan? Bayangkan, suatu hari anda pergi
dengan pacar anda hari itu anda sedang berulang tahun, tetapi pacar anda sepertinya pacar
anda lupa dengan ulang tahun anda. Padahal anda begitu menunggu-nunggu saat dimana
ia akan memberikan kejutan untuk anda, tetapi hingga sore, pacar anda tidak juga
memberikan kejutan. Anda merasa kesal dan kecewa, hingga akhirnya pacar anda pulang
kerumah, tak juga anda temukan kado ataupun ucapan selamat darinya. Anda menangis
tersedu-sedu di dalam kamar, sehingga sedih dan kecewa. Tiba-tiba, pukul 08.00 malam
anda dikejutkan oleh suara yang sangat anda kenal , suara sang pacar bernyanyi hanppy
birthday dengan diiringi alunan music orkes jalanan. Langsung saja anda melompat
berlari kearah luar, tersenyum dengan gembira dan haru. Menurut Izard (dalam
storngman, 1998) cinta dapat mendatangkan segala jenis emosi, baik yang menyenangkan
maupun yang menyakitkan.
Dalam teorinya Stenberg mengemukan bahwa cinta memiliki tiga dimensi yaitu
hasrat (passion), keintiman (intimacy) , dan komitmen/keputusan (komitmen/decision)
Hasrat
Dimensi ini menekankan pada intensnya perasaan serta perasaan(keterbangkitan)
yang muncul dari daya tarik fisik dan daya tarik seksual. Pada jenis-jenis cinta ini,
seseorang mengalami ketertarikan fisik secara nyata, selalu memikirkan orang
yang dicintainya sepanjang waktu, melakukan kontak mata secara intens saat
bertemu, mengalami perasaan indah seperti melambung keawan, mengagumi dan
terpesona dengan pasangan, detak jantung meningkat, mengalami perasaan
sejahtera, ingin selalu bersama pasangan yang dicintai, memiliki energy, yang
besar untuk melakukan sesuatu dari pasangan mereka, merasakan adanya
kesamaan dalam banyak hal, serta tentu saja merasakan sangat berbahagia.
Keintiman
Dimensi ini tertuju pada kedekatan perasaan antara dua orang dan kekeuatan yang
mengikat mereka untuk bersama. Sebuah hubungan akan mencapai keintiman
emosianal jika kedua pihak saling mengerti, terbuka , dan saling mendukung,
serta bisa berbicara apapun tanpa merasa takut ditolak. Mereka mampu untuk
saling memaafkan dan menerima, khususnya ketika mereka tidak sependapat atau
berbuat kesalahan.
Komitmen atau keputusan
Pada dimensi komitmen atau keputusan , sesorang berkeputusan untuk tetap
bersama dengan seorang pasangan dalam hidupnya. Komitmen dapat bermakna
mencurahkan perhatian, melakukan sesuatu untuk menjaga suatu hubungan tetap
langgeng, melindungi hubungan tersebut dari bahaya, serta memperbaiki bila
hubungan dalam keaadan keritis.

Berikut adalah contoh penelitian yang dilakukan di Fakultas Psikologi UI. Penelitian ini
dilakukan oleh Diana Rahmawati dengan judul Gambaran Cinta Istri yang Menjalani Hubungan
Jarak jauh dengan Pasangan.
Berdasarkan pengalaman sehari-hari, banyak sekali kita temui pasangan yang telah
menikah, hidup terpisah satu sama lain dengan berbagai alasan. Adanya jarak fisik dengan
pasangan, dianggap mempengaruhi komponen-komponen cinta pada pasangan bersangkutan.
Tujuan penelitian ini, adalah untuk mendapatkan gambaran subjektif mengenai, gambaran
komponen-komponen cinta pada pasangan yang dijalani hubungan jarak jauh, factor-faktor yang
membuat individu tetap bertahan dalam kondisi mengalami keterpisahan fisik dengan
pasangannya, serta pola penyesuaian diri individu terhadap hal tersebut. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif, dengan cara melakukan wawancara secara mendalam
terhadap subjek perempuan yang berusia 20-30 tahun, berada pada usia perkawinan dibawah 5
tahun, dan pasangannya tinggal diluar kota berdasarkan penelitian ini, diketahui bahwa yang
menjadi alasan bagi para istri untuk menjalani hubungan jarak jauh dengan pasangan adalah
kepindahan tempat tugas pasangan yang sejak awal perkawinan telah jauh. Selain itu, keharusan
untuk menyelesaikan pendidikan S2 yang sedang dijalani, juga menjadi pertimbangan tersendiri
bagi kedua subjek untuk tidak segera mengikuti pasangan. Komponen keintiman pada saat jauh
dengan pasangan, tergambarkan melalui komunikasi antara semua subjek dengan pasangannya
masing-masing. Sarana komunikasi yang digunakan oleh semua subjek dapat melalui telepon,
sms , dan email. Melalui sarana tersebut, semua subjek dapat mengutarakan masalahh-masalah
yang di hadapinya pada pasangan. Melalui komunikasi jarak jauh tersebut, masing-masing
subjek juga dapat saling memberikan dukungan emosional dan penghargaan dengan pasangan.
Adanya jarak fisik dengan pasangan menyebabkan frekuensi hubungan seks yang berkurang. Hal
ini menimbulkan dorongan-dorongan seksual yang harus di alihkan. Cara yang dipilih oleh dua
orang subjek, yaitu dengan berolahraga dan mencari aktivitas lainnya yang daapat mengalihkan
pikiran dari soal seks. Sedangkan, salah satu subjek memilih bercanda dengan suami ditelepon.
Sejak awal pernikahan setiap subjek membuat kesepakatan dengan suami untuk mementingkan
keluarga diata segalanya dan hal itu tetap dipertahankan meskipun mereka sedang menjalani
hubungan jarak jauh. Gambaran komitmen terhadap pasangan juga terlihat dari keputusan
masing-masing subjek untuk membatasi hubungan dan kontak fisik dengan laki-laki lain.
Komitmen ini juga terlihat dari keinginan semua subjek untuk kembali berkumpul dengan
pasangan.
Alasan utama untuk melakukan pernikahan adalah adanya cinta dan komitmen yang di
bagi bersama pasangan. Pasangan memiliki hak hasrat untuk membagi dirinya dalam hubungan
yang berlanjut dan hangat. (Turner dan Helms, 1995)

2. PERNIKAHAN
Pernahkan anda dating ke acara resepsi pernikahan? Tidak jarang kita melihat pesta
pernikahan yang megah di warnai dengan bunga-bunga yang indah, makanan yang lezat, tamu-
tamu yang memenuhi pandangan mata dan tentu saja pengantin yang berbahagia. Pernikahan
adalah sebuah komitmen yang serius antar pasangan dan dengan mengadakan pesta pernikahan,
berarti secara social diakui bahwa saat itu pasangan telah resmi menjadi suami istri. Duvall dan
Miller (1985) menjelaskan bahwa pernikahan adalah hubungan pria dan wanita yang diakuio
secara social, yang ditujukan untuk melegalkan hubungan seksual, melegitimasi membesarkan
anak,dan membangun pembagian peran diantara sesame pasangan.
Penelitian tentang pernikahan sudah banyak dilakukan di Indonesia , salah satunya adalah
penelitian yang dibuat oleh Dewi latifa dengan judul Fungsi dan dampak persahabatan lawan
jenis terhadap kepuasan pernikahan dewasa muda dan dewasa madya. Dari hasil penelitian ini
diperoleh bahwa dalam kehidupan pernikahan mereka, subjek dapat menerima perubahan,
mampu hidup dengan hal-hal yang tidak dapat mereka ubah, mampu menerima
ketidaksempurnaan pasangan dan pernikahan, saling percaya, saling membutuhkan, serta
menikmati kebersamaan (Latifa, 2005). Apakah yang membuat Emillie dan Marion Grilot tetap
menikah selama 58 tahun ? mungkin,ikatan yang diperkuat dengan adanya anak-anak 20 orang
dan 77 orang cucu. Anak adalah salah satu factor kepuasan pernikahan. Seperti yang
dikemukakan oleh latifa, bahwa factor-faktor yang mendukung kepuasan pernikahan adalah
adanya komunikasi yang terbuka, ekspresi perasaan secara terbuka, saling percaya, tidak adanya
dominasi pasangan, hubungan seksual yang memuaskan, kehidupan social, tempat tinggal,
penghasilan yang cukup, anak, keyakinan beragam, dan hubungan dengan mertua dengan ipar
*Latifa, 2005)/

3. PERSELINGKUHAN
Mengapa orang pernah melakukan perselingkuhan ? Terdapat banyak alasan bagi
seseorang untuk dapat melakukan perselingkuhan. Misalnya, kurangnya perhatian istri terhadap
suami merupakan alasan paling utama bagi suami untuk mencari perhatian dari wanita lain.
Apalagi jika istri terlalu sibuk bekerja, aktif dalam berbagai kegiatan diluar rumah, ditambah lagi
dengan tugas istri dalam mengurus rumah tangga dan anak sehingga waktu dan perhatiann untuk
mengurus suami menjadi berkurang (Hawari, 2004). Fugan (2003) menyebutkan bahwa
perselingkuhan adalah keterlibatan seksual dengan orang lain yang bukan merupakan pasangan
primer. Data yang diperoleh hawarii (2002) menyebutkan bahwa perselingkuhan yang terjadi di
Jakarta , 90 % dilakukan oleh suami dan 10% dilakukan oleh istri. Ia juga mengemukakan bahwa
suami mulai berselingkuh ketika usianya 40 tahun. Penelitian mengenai perselingkuhan telah
menjadi perhatian oleh bidang studi Psikologi social pada tahun 2007. Penelitian tersebut
dilakukan bersama mahasiswa dan dosen pembimbing. Salah satu hasil penelitian tersebut adalah
penelitian yang dilakukan oleh Cinthyadevi (2007) menunjukan bahwa perselingkuhan yang
dilakukan oleh suami merupakan suatu hal yang menyakitkan bagi istri. Perselingkuhan tersebut
terjadi karena factor yang ada dalam diri subjek, seperti kurang perhatian atau tidak memenuhi
harapan istri. Berikut adalah sejumlah alasan seseorang melakukan perselingkuhan, yaitu variasi
seksual, untuk kesenangan, companionship dengan wanita lain, kepuasan akan tantangan, mereka
tertarik kepada wanita yang lebih muda, memanfaatkan kesempatan yang ada, keinginan untuk
melanggar sesuatu yang dilarang, kebosanan akan pernikahan, istri tidak lagi menarik secara
fisik (tidak lagi memiliki daya tarik seksual), ingin menyakiti istri, istrimenjadi gemuk, istri
terlalu focus pada anak, dan untuk mendapatkan pengalamann romantic. Sedangakan menurut
Then (1998), alasan yang sering digunakan untuk melalukan perselingkuhan karena
pernikahannya tidak bahagia ataupun untuk mendapatkan cinta. Selain itu, perbedaaan kelas
social, agama, dan kebiasaan juga dapat dijadikan alasan untuk melakukan perselingkuhan.
Selain itu, ketidaksiapan dalam menerima perbedaan dan keunikan masing-masing merupakan
salah satu factor seseorang untuk melakukan perselingkuhan (Satidarma, 2001).

You might also like