You are on page 1of 7

ARTIKEL TARI REJANG DEWA

AGAMA HINDU

Oleh:

Nama : Made Candra Adi Sutra


NIM : 1504405013

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
1. Asal usul Tarian Rejang Dewa
Tari Rejang Dewa adalah tarian tradisional yang merupakan warisan budaya
bagi masyrakat Bali. Selain sebagai salah satu warisan budaya, tarian ini juga
dipercaya memiliki nilai-nilai penting di dalamnya khususnya makna spiritual,
sehingga juga dipercaya sebagai tarian yang suci dan dilakukan dengan penuh rasa
pengabdian.

Gambar 1 Tari Rejang Dewa

Menurut beberapa sumber sejarah yang ada, Tari Rejang diperkirakan sudah
ada sejak jaman pra-Hindu. Pada zaman Bali Kuno bisa dikategorikan menjadi
dua transformasi: (1) lewat guru-guru tua yang memberikan pelajaran secara
personal; (2) kateori yang berbau gaib, yakni transformasi ketika seorang penari
hanya bertindak sebagai medium. Kategori ini sering ditemu pada penari-penari
suci atau yang belum akil balik. Mereka mengalami proses kerawuhan suatu
ecstay, dan menari dalam keadaan kehilangan kesadaran saat menari Rejang
Pendet atau tari Sang Hyang di pura-pura Hindu (Bandem, 1996:67)
Konon ceritanya peperangan itu menceritakan tentang peperangan Dewata
Nawasanga dengan para Raksasa ketika memutar Gunung Manara berebut air suci
(tirtha Amerta). Ketika itu para Dewa diiringi oleh para Gandarwa yang membawa
alat bunyi-bunyian berupa gamelan. Akhirnya peperangan dimenangkan oleh
pihak Dewata Nawasanga, dan tirtha amerta yang diperoleh itu dipakai untuk
menikmati kehidupan di dunia.
Dalam perkembangannya, Tari Rejang ini masih terus ada hingga sekarang.
Selain sebagai warisan budaya, Tari Rejang ini juga merupakan bagian dari
upacara keagamaan masyarakat Hindu di Bali. sehingga tarian tersebut tidak bisa
dilepaskan dari kehidupan masyarakat di sana. Dalam pertunjukan Tari Rejang ini
juga tidak dilakukan oleh penari khusus sehingga dapat diajarkan secara turun-
temurun dan keahlian dalam menari tidak terhenti begitu saja.

2. Filsafat Tari Rejang Dewa


Tari Rejang Dewa dipercaya oleh masyarakat Bali memiliki arti sebuah
tarian persembahan suci dalam menyambut kedatangan para Dewa yang datang
dari khayangan dan turun ke Bumi.

Gambar 2 Pementasan Tari Rejang Dewa di Sebuah Pura

Tarian ini berfungsi sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan


mereka kepada dewa atas berkenannya turun ke Bumi.

3. Pencipta Tari Rejang Dewa


Tari Rejang merupakan tarian wanita yang berbentuk tarian masal. Tari ini
juga merupakan tarian sakral dan yang menjadi persembahan kepada para dewa
ialah para penari itu sendiri. Maka dari itu para penari Rejang haruslah gadis-gadis
yang masih suci, bahkan sering dilakukan oleh gadis kecil yang berumur enam
tahun. Para penari dipimpin oleh seorang pemangku yang menari paling depan. Di
belakang pemangku para penari Rejang berderet-deret menari sambil memegang
seutas benang yang dibawa oleh pemangku. Para penari Rejang terkadang
menggunakan kipas dalam tarian tersebut, namun sering juga tidak. Irama pada
tarian Rejang lambat sekali dan gerakan tarinya juga sangat sederhana. Sehingga
tiap gadis Bali dapat melakukannya. Tarian ini diadakan dipura pada malam hari.
Iringan gamelannya menggunakan gamelan semar pagulingan.

Gambar 2 Penari Reajang Dewa

Secara umum gerakan Tari Rejang ini sangat sederhana. Hal ini disebabkan
karena dalam tarian ini lebih berfokus pada nilai spiritual di dalamnya. Gerakan
Tari Rejang ini biasanya didominasi dengan gerakan ngembat dan ngelikas atau
gerakan kiri dan kanan yang dilakukan sambil melangkah ke depan secara
perlahan. Setiap gerakan dalam tarian ini biasanya dilakukan dengan tempo yang
cenderung pelan dan juga disesuaikan dengan iringan musik yang ada, sehingga
terasa hikmat dan terlihat selaras.
4. Sejarah Pementasan Tari Rejang Dewa
Menurut beberapa sumber sejarah yang ada, Tari Rejang diperkirakan sudah
ada sejak jaman pra-Hindu. Tarian ini dilakukan sebagai persembahan suci untuk
menyambut kedatangan para dewa yang turun ke Bumi. Di kalangan masyarakat
Hindu Bali, Tari Rejang ini selalu ditampilkan pada berbagai upacara adat dan
keagamaan yang diselenggarakan di pura pada saat upacara Dewa Yadnya. Selain
itu di beberapa tempat di Bali, tarian ini juga tampilkan setiap tahunnya, sebagai
bagian dari upacara peringatan tertentu di lingkungan desa mereka.

Gambar 3 Penari Reajang Dewa pada Zaman Kolonial Belanda

Tari Rejang ini biasanya ditarikan oleh sejumlah penari wanita secara
berkelompok maupun secara masal. Pada umumnya mereka bukanlah para penari
profesional, sehingga dapat dilakukan oleh siapa saja baik wanita tua, setengah
baya, maupun muda yang sudah didaulat atau disucikan sebelum menarikan tarian
ini. Walaupun begitu, dalam pertunjukan tari ini biasanya juga terdapat beberapa
orang penuntun yang disebut Pamaret, yaitu seorang yang sudah berpengalaman
melakukannya. Pemaret ini biasanya berada di barisan paling depan agar para
penari pemula bisa mengikuti gerakannya.
Busana yang digunakan pada Tari Rejang ini biasanya merupakan pakaian
adat masyarakat Bali yang didominasi warna kuning dan putih. Busana tersebut
terdiri dari kain putih panjang yang di kenakan dari bawah sampai pinggang
penari. Pada bagian atas merupakan serangkaian kain panjang seperti selendang
yang berwarna kuning dililitkan di badan penari menutupi kain putih bagian atas.
Sedangkan pada bagian kepala, penari menggunakan mahkota yang dibuat dengan
ornamen bunga-bunga. Untuk tata rias yang digunakan para penari, biasanya lebih
sederhana dan lebih terkesan natural.
Dalam pertunjukan Tari Rejang ini biasanya diiringi dengan musik gamelan
khas Bali. Musik gamelan tersebut pada umumnya adalah gong kebyar, namun
ada beberapa yang memakan gamelan lain seperti gamelan selonding atau
gamelan gambang. Selain itu dalam pertunjukan Tari Rejang ada pula yang
diiringi vokal seperti tembang atau kidung.
Daftar Pustaka

1. Negeriku Indonesia. (2015, 24 Desember). Tarian Rejang Tarian


Tradisional Dari Bali. Diakses pada tanggal 20 November 2016, dari
http://www.negerikuindonesia.com/2015/09/tari-rejang-tarian-tradisional-
dari-bali.html
2. BPNB Bali. (2014, 08 Juni). Rejang Tarian Sakral Untuk Persembahan
Para Dewa. Diakses pada tanggal 20 November 2016, dari
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbbali/2014/06/08/rejang-tarian-
sakral-untuk-persembahan-para-dewa/
3. Canang Sari. (2016, 26 Juli). Seni Drama Tari. Diakses pada tanggal 20
November 2016, dari
http://babadbali.com/canang-sari/2016/tari-wali-dalam-rangkaian-yadnya/
4. Pande Made Yasaputra. (2013, 20 Desember). Rejang Dewa Dance.
Diakses pada tanggal 20 November 2016, dari
http://www.balinesedancer.com/rejang-dewa-dance

You might also like