You are on page 1of 12

Volume X, Nomor 2, Desember 2010 EKSERGI

Peluang dan Tantangan Komersialisasi Biodisel-Review

Mahreni
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri,
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
Jl. SWK Lingkar Utara Condong Catur Yogyakarta, Indonesia (55283)
mahreni_03@yahoo.com

Abstract

Hydrogen is one of the environmentally friendly fuel, but hydrogen is not available while continuously
increasing energi demand and fossil fuel availability becomes more limited. Gap between demand and supply is
essential to find alternative fuels. Biodiesel be a substitute for fossil fuels before hydrogen is economically.
Biodiesel can be made by mixing vegetable oils or fats with fossil fuel with a ratio of (5-20) wt.% but in a long
time effect of this mixture can damage the engine. To overcome the problem, biodiesel can be synthesized via
transesterification of oil and alcohol with the aid of acid or base catalyst to produce glycerol and FAME (Fatty
Acid Methyl Ester). Challenges faced for the commercialization of biodiesel among others, (1) expensive raw
material (edible oil), (2) reaction time and separation of the relatively long time (minimum 15 hours), (3) the use
of acid catalysts still leaves the problem of corrosion and corrosion of machine tools and pollution to the
environment by the catalyst. To make biodiesel competitive in the market, has tried to use used oil (waste
cooking oils, WCO), agricultural waste, and recent studies using microalgae. To shorten the reaction time,
reaction was carried out using ultrasonic reactor technology and to minimize environmental pollution to use the
solid catalyst. In this paper will be summarized on the adoption of latest technologies in producing biodiesel
from used frying oil and microalgae.

Keywords: biodiesel, ultrasonic reactor, microalgae, alternative energi

I. Pendahuluan. waktu seperti digambarkan oleh Gambar 1. Sebagai


contoh premium yang tahun 2004 harganya Rp
Saat ini dunia sangat bergantung kepada minyak 1.800/liter naik hingga Rp 6.000/liter pada tahun
bumi sebagai sumber energi. Kebutuhan energi dunia 2010.
pada tahun 2008 mencapai 11.295 juta ton equivalen Menemukan bahan bakar non fosil (BBNF)
minyak bumi. Bahan bakar fosil (BBF) merupakan merupakan jalan keluar untuk mengurangi dampak
sumber energi utama di mana bahan bakar fosil negatif penggunaan BBF dan mengatasi kekurangan
memenuhi kebutuhan energi sebesar 88 % suplai bahan bakar. Biodisel merupakan BBNF yang
keseluruhan sumber-energi. Bahan bakar fosil dicadangkan menggantikan bahan bakar solar untuk
dipenuhi oleh 35 % minyak bumi, 29 % batubara dan mesin diesel karena beberapa keuntungan di
24 % gas alam. Bahan bakar non fosil (BBNF) antaranya berupa cairan, mudah disimpan dan
disuplai dari tenaga hidro 5 % dan energi nuklir didistribusikan, dapat menyamai kwalitas disel BBF
sebesar 6 %. Bahan bakar fosil merupakan dengan tanpa memodifikasi mesin disel. Oleh karena
penyumbang utama efek rumah kaca. Pada tahun itu produksi biodisel berkembang dengan pesat.
2006 emisi CO2 mencapai 29 giga ton dan diasumsi Hambatan komersialisasi dirasakan karena bahan
bahwa penyerapan CO2 hanya 12.000 giga ton bakunya adalah minyak makan, jagung dan tetes tebu
selebihnya tidak dapat diserap dan ter-akumulasi di relatif mahal sehingga perlu dicari bahan baku dari
biosfera. Salah satu usaha untuk mengurangi emisi sumber lain yang murah agar biodisel dapat
CO2 diadakan pertemuan Kyoto disebut The Kyoto dikomersialisasikan. Untuk menurunkan harga
Protocol pada tahun 1997. Dari pertemuan tersebut biodisel dibutuhkan bahan baku yang lebih murah
dan ketentuan yang ditetapkan dapat mengurangi misalnya minyak goreng bekas, bahan baku limbah
emisi gas rumah kaca (green house gas) sebesar 5 % pertanian, minyak bekas dan laporan penelitian
sehingga usaha masih harus dilakukan dengan cara terbaru (Ayhan & Fatih, 2010) melaporkan bahwa
membangun teknologi yang dapat memanfaatkan biodiesel dapat dibuat dari mikroalga. Minyak
CO2 sebagai bahan baku. Bahan bakar fosil juga goreng bekas dapat diolah menjadi biodiesel melalui
merupakan sumber energi yang tak dapat pengolahan pendahuluan sebelum reaksi
diperbaharui. Sedikit yang membantah bahwa transesterifikasi (Nadir et al, 2009). Mikroalga dapat
minyak bumi suatu saat akan habis dan kita terpaksa diolah menjadi biodiesel melalui proses
beralih ke jenis energi lainnya. Dampak ekonomi transesterifikasi seperti yang dilakukan pada minyak
akibat ketergantungan terhadap BBF dapat dirasakan nabati. Mikroalga merupakan salah satu bahan baku
yaitu harga BBF naik secara eksponensial dengan biodiesel mempunyai dua keuntungan yaitu dapat

15
Volume X, Nomor 2, Desember 2010 EKSERGI

mengeleminasi CO2 dan mengurangi ketergantungan garam tinggi seperti di laut, danau dengan masa
terhadap BBF. Biodisel dari bahan baku mikroalga panen sangat singkat kurang dari 24 jam (Nadir et al,
diharapkan di masa yang akan datang dapat 2009). Mikroalga sangat menguntungkan sebagai
menggantikan BBF. Kandungan minyak di-dalam bahan baku biodisel karena untuk luas lahan yang
mikroalga cukup tinggi dan mikroalga sangat mudah sama mikroalga menghasilkan minyak lebih banyak
dibudidayakan. Mikroalga tumbuh pada lingkungan dibandingkan dengan sawit dan sumber lain.
dengan kadar garam rendah sampai dengan kadar

Gambar 1. Kenaikan harga minyak dunia dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2008
[http://infoindonesia.wordpress.com/2009/05/25/apa-itu-neoliberalis].

Proses produksi biodiesel telah melalui tiga tahap produksi biodiesel dari dua sumber bahan baku
ditinjau dari penggunaan bahan baku. Tahap pertama minyak bekas dan mikroalga dengan tujuan untuk
biodiesel diproduksi dari minyak makan (minyak menghasilkan biodiesel yang dapat bersaing dengan
sawit), tetes tebu, jagung dan minyak nabati lain. BBF baik kawalitas maupun harga.
Disimpulkan bahwa biodiesel dari bahan makan
tidak memberikan solusi terhadap usaha II. Tinjauan Pustaka.
komersialisasi biodisel karena masyarakat harus
berebut dengan pabrik yang memprodukasi biodisel. 2. 1. Proses Pembuatan Biodiesel dari Minyak
Generasi kedua biodisel dibuat dari limbah pertanian bekas (Waste Cooking Oil, WCO).
dan minyak nabati bekas (waste cooking oil, WCO). Minyak goreng bekas adalah minyak makan nabati
Limbah dan WCO cukup realistis untuk dijadikan yang telah digunakan untuk menggoreng dan
sebagai bahan baku biodiesel karena biaya bahan biasanya dibuang setelah warna minyak berubah
baku menjadi kecil dan biaya persiapan menjadi coklat tua. Proses pemanasan selama minyak
(pretreatment) bahan baku menjadi salah satu faktor digunakan merubah sifat fisika-kimia minyak.
yang menentukan biaya produksi biodiesel. Generasi Pemanasan dapat mempercepat hidrolisis trigliserida
ketiga biodiesel diproduksi dari mikroalga dan meningkatkan kandungan asam lemak bebas
(microalgae). Microalga sangat tepat dijadikan (FFA) di dalam minyak [Nadir et al, 2009].
sebagai bahan baku biodiesel karena beberapa alasan Kandungan FFA dan air di dalam minyak bekas
yaitu: (1) dapat mengurangi CO2 di biosfera, (2) berpengaruh negatif terhadap reaksi transesterifikasi.
pertumbuhan sangat cepat dan (3) kandungan minyak karena FAME dan gliserol menjadi susah untuk
tinggi, (4) dapat tumbuh pada lingkungan yang dipisahkan. Minyak goreng bekas lebih kental
mempunyai kadar garam tinggi sehingga dapat dibandingkan dengan minyak segar disebabkan oleh
dibudidayakan disepanjang pantai dan tidak pembentukan dimer dan polimer asam dan gliserid di
mengurangi lahan pertanian. Biodisel dari mikro alga dalam minyak goreng bekas karena pemanasan
akan dibahas dalam makalah ini mengingat banyak sewaktu digunakan. Berat molekul dan angka iodin
keuntungan yang diperoleh apabila mikroalga menurun sementara berat jenis dan angka
dijadikan sebagai bahan baku biodiesel. Dalam penyabunan semakin tinggi (Enweremadu &
makalah ini pembahasan akan difokuskan kepada Mbarawa, 2009).

16
Volume X, Nomor 2, Desember 2010 EKSERGI

Perbedaan komposisi asam di dalam minyak segar enzim [Enweremadu & Mbarawa, 2009]. Hasil reaksi
dan minyak goreng bekas dapat dilihat pada Tabel 1. transesterifikasi adalah gliserol dan FAME. Reaksi
Tabel 1 menunjukkan bahwa kandungan hampir transesterifikasi dilakukan pada kondisi suhu diatas
semua asam yang ada di dalam minyak goreng bekas suhu ruangan dan reaktor dilengkapi dengan
lebih tinggi dibandingkan dengan di dalam minyak pengaduk.
goreng segar (Nadir et al, 2009). Metode pembuatan Proses pemanfaatan minyak sebagai bahan bakar
biodisel dari mimyak goreng bekas tidak berbeda bisa hanya dengan mencampur minyak nabati dengan
dengan proses pembuatan biodiesel dari minyak BBF dengan persentase minyak nabati 5-20% berat.
segar. Proses utama ialah reaksi transesterifikasi Tetapi campuran tersebut mengakibatkan kerusakan
menggunakan katalis asam, basa atau enzim. Setiap mesin yaitu umur mesin yang menggunakan bahan
jenis katalis mempunyai keuntungan dan kelemahan bakar campuran ini menunjukkan efek negatif
dalam reaksi transesterifikasi minyak bekas. apabila mesin dipakai dalam waktu lama. karena
Pemilihan katalis didasarkan kepada kandungan FFA akan membentuk deposit karbon disebabkan oleh
dan air di dalam minyak. Proses transesterifikasi kekentalan minyak nabati jauh lebih tinggi
minyak bekas secara garis besar dilukiskan seperti dibandingkan dengan BBF (10-17 kali). Proses
pada Gambar 2 dibawah ini: (Enweremadu & transesterifikasi dilakukan untuk menurunkan
Mbarawa). Proses pembuatan biodsiel dari minyak kekentalan minyak nabati sehingga tidak menjadi
bekas dapat dijelaskan sebagai berikut: Tahap masalah pada pemompaan dan sifat fluidisasi
pertama adalah pengolahan pendahuluan dengan cara (Demirbas, 2010).
menyaring minyak yang kotor kemudian Disamping itu minyak nabati menyebabkan
memisahkan kotoran dari minyak. Untuk deposit karbon dan pembentukan gel. Viskositas
menurunkan kandungan air di dalam minyak goreng tinggi menyebabkan perubahan sifat fluida terutama
bekas caranya dengan mencampur minyak dengan apabila terjadi perubahan suhu yang besar seperti di
zat pengering CaCl2 . Kemudian dilewatkan melalui daerah yang mempunyai empat musim. Pada suhu
penyaring dengan filter selulosa untuk memisahkan rendah minyak tidak dapat mengalir. Deposit karbon
kristal CaCl2 dan padatan koloid (Predojevic, 2009). dipermukaan logam disebabkan oleh pembakaran
Setelah minyak bebas dari partikel-partikel padat, tidak sempurna dan sifat penguapan lambat karena
kemudian menetralisasi asam lemak bebas (FFA) minyak nabati mengandung komponen trigliserida
yang ada dalam minyak dengan menggunakan KOH dengan berat molekul tinggi.
atau NaOH atau basa lain. Proses netralisasi Lebih jauh mengapa minyak nabati tidak dapat
bertujuan untuk menurunkan kandungan FFA dan air langsung digunakan sebagai bahan bakar karena
di dalam minyak bekas. Kemungkinan pada proses minyak nabati mengandung komponen-komponen
netralisasi akan terbentuk sabun (padat) dan asam lemak bebas, fosfolipid, sterol, air, komponen
selanjutnya sabun dipisahkan dengan cara filtrasi. berbau dan bahan pengotor. Untuk mengatasi
Tahap kedua adalah reaksi transesterifikasi minyak permasalahan tersebut, minyak nabati harus
bekas dengan methanol atau etanol dibantu oleh dimodifikasi dengan cara: (1) transesterifikasi, (2)
katalis. Katalis cair yang sering digunakan adalah pirolisis, (3) emulsifikasi [Meher et al, 2006]. Di
KOH (basa) sedangkan dari golongan asam sering antara tiga cara tersebut yang paling menguntungkan
digunakan asam sulfat. Pada reaksi transesterifikasi adalah transesterifikasi.
minyak bekas, reaksi dilakukan melalui dua tahapp Transesterifikasi adalah reaksi alkoholisis minyak
yaitu reaksi esterifikasi dengan menggunakan katalis menghasilkan FAME dan gliserol. Emulsifikasi
asam dan tahap kedua adalah reaksi transesterifikasi adalah mencampur minyak nabati dengan pelarut
dengan menggunakan katalis basa atau katalis padat (alkohol) dengan perbandingantertentu sehingga
[Pedojevic, 2009]. Pada tahap ketiga, FAME dan membentuk emulsi. Pirolisis adalah perengkahan
gliserol dipisahkan dengan cara dekantasi. FAME minyak menghasilkan bahan bakar bensin dengan
ada pada bagian atas dan gliserol pada bagian bawah bantuan panas. Pirolisis minyak nabati dapat
bersama dengan katalis. Pemisahan kedua lapisan menghasilkan bahan bakar lebih ringan dari minyak
memerlukan waktu lebih dari 10 jam agar kedua atau lemak tetapi kondisi reaksi memerlukan suhu
lapisan dapat terpisah sempurna. Selanjutnya lapisan dan tekanan tinggi sehingga mengkonsumsi banyak
FAME dimurnikan dan disebut biodiesel. energi dan kurang efisien. Pada saat ini biodiesel
Katalis padat yang sudah digunakan dalam reaksi diproduski dari minyak makan sehingga susah untuk
transesterifikasi minyak bekas adalah CaO, Nafion, dikomersialisasi.
Nafion-SiO2, H3PW12O40 (phosphotungstic acid) dan

17
Volume X, Nomor 2, Desember 2010 EKSERGI

Tabel 1. Komposisi asam lemak di dalam minyak bunga matahari, minyak kedelai dan minyak bekas.

Asam lemak Minyak Bunga Matahari Minyak kedelai Minyak bekas


Lauric (12:0) - - 9,95
Myristic (14:0) 0,06 0,07 0,19
Palmitic (16:0) 5,68 10,87 8,9
Palmitoleic (16:0) 0,14 0,10 0,22
Searic (18:0) 3,61 3,66 3,85
Oleic (18:0) 34,27 23,59 30,71
Linoleic (18:2) 54,79 53,86 54,35
Linonelic (18:3) 0,07 6,49 0,27
Arachidic (20:0) 0,25 0,37 0,29
Gidoleic (20:1) 0,13 0,22 0,18
Bahenic (22:0) 0,69 0,45 0,61
Minyak goreng bekas Metanol/etanol dan katalis
(NaOH/KOH)
Penyaringan dan Netralisasi minyak yang
pemisahan kotoran sudah disaring Reaksi
Transesterifikasi

Sabun

Pemisahan FAME dan gliserol

Pemurnian FAME FAME


Gliserol

BIODISEL
Pemurnian gliserol
GLISEROL
Gambar 2. Skema proses pengolahan minyak goreng bekas menjadi biodiesel.

Biodisel dari minyak segar dan biji-bijian 2.2. Pengolahan pendahuluan minyak bekas
dampaknya dapat mengurangi ketersediaan bahan sebagai bahan baku biodiesel
pokok makanan dan harga biodiesel menjadi mahal. Apabila minyak bekas akan dibuat biodiesel,
Masalah pemisahan dan waktu reaksi dapat diatasi memerlukan proses awal yang harus dilakukan
dengan menggunakan katalisator padat dan dengan tujuan untuk mempermudah proses
menggunakan teknologi ultrasonik (Shakinaz et al, transesterifikasi. Tiga tahap harus dilakukan untuk
2010) di mana dengan menggunakan teknologi ultra mengolah minyak bekas menjadi biodiesel iaitu (1)
sonik, waktu reaksi dapat dipercepat dalam hitungan pengolahan awal (penyaringan, adsorbs,
menit. pengeringan, netralisasi), (2) esterifikasi asam lemak
Kwalitas biodiesel harus memenuhi persyaratan bebas (Free Fatty Acid, FFA) dan (3)
yang ditentukan dan persyaratan yang harus transesetrifikasi trigliserida (Triacylglyseride, TAG)
dipenuhi oleh bahan bakar non fosil (BBNF) di dalam minyak menjadi FAME (biodiesel) dan
antaranya adalah: (1) dapat dihasilkan dengan gliserol. Dalam makalah ini hanya akan dibahas
teknologi hemat energi dan ramah lingkungan, (2) mengenai reaksi transesterifikasi. Proses
ekonomis, (3) mudah didapat dan (5) sumber yang pendahuluan telah dijelaskan pada bab 2. Selanjutnya
terbarukan dan berkesinambungan. Biodisel langsung dijelaskan mengenai produksi biodiesel
memenuhi persyaratan di atas karena beberapa alasan melalui reaksi transesterifikasi.
yaitu: (1) kandungan polutan (sulfur dan aromatik)
rendah, (2) bisa didegradasi oleh mikroorganisma, 2.3. Transestrifikasi.
(3) tidak beracun, (4) sumber BB dapat diperbaharui Transesterifikasi atau alkoholisis adalah reaksi
(Zlatica, 2008). menggantikan alkohol dari ester menjadi ester baru
dan gliserol. Proses ini hampir sama dengan reaksi
hidrolisis minyak. Pada reaksi alkoholisis molekul air
diganti dengan alkohol. Apabila metanol yang
digunakan disebut metanolisis, kalau etanol
etanolisis dan seterusnya. Untuk mempercepat reaksi

18
Volume X, Nomor 2, Desember 2010 EKSERGI

diperlukan katalis asam atau basa kuat


(Meher et al, 2006).

katalis
RCOOR1 + R2OH RCOOR2 + R1OH
Ester (1) Alkohol (1) Ester (2) Alkohol (2)

Gambar 3. Reaksi transesterifikasi secara umum.

2.4 Kinetika reaksi transesterifikasi. tahap yaitu: (1) protonasi gugus karbonil ester
Reaksi transesterifikasi adalah reaksi kesetimbangan. membentuk karbokation. (2) karbokation adalah
Transesterifikasi minyak nabati (trigliserida, TG) dan senyawa antara yang reaktif dan kemudian menyerang
alkohol menghasilkan ester asam lemak (Free Acid molekul alkohol secara nukleofilik menghasilkan
Methyl Ester, FAME) dan gliserol (Demirbas & Fatih, komponen hasil antara (intermediate product), (3)
2010). Karena reaksi kesetimbangan, maka untuk komponen intermediate mengeleminasi gliserol
menggeser reaksi ke kanan memerlukan alkohol menghasilkan ester baru dan katalis (Meher et al
berlebihan. Selama reaksi terbentuk hasil antara ialah 2010).
monogliserida (MG) dan digliserida (DG). Alkohol
berlebihan mendorong reaksi ke kanan dan reaksi ke 2.5 Mekanisme reaksi transesterifikasi
kanan menjadi reaksi orde satu semu dan reaksi ke menggunakan katalis asam.
kiri adalah orde dua. Reaksi transesterifikasi lebih Katalis asam lebih disukai di dalam asam sulfat.
cepat apabila menggunakan katalisator basa [Meher et Menggunakan katalis asam sulfat menghasilkan metil
al, 2006]. Persamaan reaksi transesterifikasi secara ester lebih banyak dibandingkan dengan katalis lain
umum dapat dilihat pada Gambar 3 (Meher et al, tetapi reaksinya lambat (lebih dari tiga jam) dan suhu
2006). Secara lengkap transesterifikasi minyak nabati di atas 100oC. Mekanisme reaksi dalam suasana asam
dan alkohol digambarkan pada Gambar 4. dapat dilihat pada Gambar 5. (Meher et al 2010).
Mekanisme transesterifikasi pada suasana asam
ditampilkan oleh Gambar 5 dapat dibagi menjadi tiga

CH2 OCOR1 CH2 OH R1COCH3


Katalis +
CH OCOR2 + 3CH3OH CH OH +
R2COCH3
3
CH2 OCOR OH
CH2 +
R3COCH3
Trigliserida Alkohol Gliserol 3 mol metil ester
(FAME) (biodisel)

Gambar 4. Reaksi transesterifikasi minyak dengan alkohol

O OH+ OH
H+
R1 C OR2 R 1 C OR 2 1
R C+ OR2

OH OH
R H
1 2+ O R1 C O
R C+ OR +
H
R
OR2
OH O
H -H+/R2OH
R 1
C O R1 C OR
+
R
OR2

R = alkil dari molekul alkohol


R1= Rantai karbon asam lemak
R2= Gliserida
Gambar 5. Mekanisme reaksi transesterifikasi menggunakan katalis asam.

2.6 Mekanisme reaksi transesterifikasi beberapa tahap: (1) sebelum reaksi berlangsung
menggunakan katalis basa. terjadi ikatan antara katalis dan trigliserida, (2) ion
Secara detail mekanisme reaksi transesterifikasi alkoksid menyerang karbon karbonil dari molekul
dalam suasana basa dapat dijelaskan melalui trigliserida menghasilkan komponen hasil antara, (3)

19
Volume X, Nomor 2, Desember 2010 EKSERGI

reaksi komponen hasil antara dengan molekul 2.7.1. Pengaruh jenis dan kandungan asam lemak
alkohol menghasilkan ion alkoksid, (4) penyusunan bebas dan kandungan uap air dalam
kembali komponen hasil antara menghasilkan ester minyak.
dan gliserol. Kandungan dan jenis asam lemak bebas dan
kandungan uap air di dalam minyak nabati, sangat
Trigliserida + R1OH Digliserida + R1COOR menentukan keberhasilan reaksi transesterifikasi dari
Digliserida + R1OH Monogliserida + R1COOR minyak nabati. Khusus katalis basa, kandungan asam
lemak bebas dibatasi harus lebih kecil 3% berat.
Monogliserida + R1OH Gliserol + R1COOP
Semakin tinggi kandungan asam lemak bebas,
efesiensi konversi semakin rendah karena katalis
Gambar 6. Mekanisme reaksi tranesterifikasi dalam basa akan bereaksi dengan asam lemak bebas
suasana basa membentuk sabun dan mengurangi alkil ester yang
2.7 Parameter yang berpengaruh terhadap reaksi terbentuk. Selain itu sabun yang terbentuk
transesterifikasi. menyebabkan pemisahan gliserol dan biodiesel
Proses transesterifikasi dipengaruhi oleh beberapa (FAME) menjadi semakin sulit karena antara gliserol
faktor tergantung kondisi bahan baku. Beberapa dan FAME membentuk emulsi.
faktor yang sangat berpengaruh terhadap reaksi
transesterifikasi di antaranya adalah: (1) jenis asam 2.7.2. Jenis katalis dan konsentrasi katalis.
lemak bebas, (2) kandungan asam lemak, (3) Katalis yang digunakan untuk reaksi transesterifikasi
kandungan uap air di dalam minyak, (4) jenis katalis trigliserida dapat diklasifikasikan menjadi katalis
dan konsentrasi katalis, (5) perbandingan mol asam, basa, enzim dan katalis padat (heterogen).
alkohol terhadap minyak dan jenis alkohol, (6) waktu Katalis basa misalnya NaOH, KOH, NaOCH3
reaksi dan temperatur, (7) kecepatan pengadukan dan (Natrium metoksida) dan KOCH3 (kalium
(8) penggunaan Co-pelarut (Banerjee & Chakraborty, metoksida). Katalis asam misalnya asam kuat H2SO4,
2009). Pengaruh beberapa parameter terhadap proses HCl, asam fosfat, asam sulfonat organik. Katalis
transesterifikasi dijelaskan lebih lanjut pada sub bab NaOH dan NaOCH3 digunakan sebagai katalis reaksi
dibawah ini. transesterifikasi dan aktivitas maksimum bisa dicapai
berturut-turut dengan menggunakan perbandingan
katalis:minyak (0,3) % berat dan 3% berat.

OH-+ROH RO- + H2O


atau
NaOR RO- + Na+
Step 1 O-
O
-
+ RO R1 C OR
R1 C
2
OR OR2
Step 2
O- O-
R1 C OR + ROH R1 C OR + RO-

OR2 R2OH+
Step 3
O-
R 1
C OR R1COOR + R2OH

R2OH+
dimana R1= Rantai karbon dari asam lemak
R2 CH2 R= Alkil dari alohol

CH OCOR1

CH2 OCOR1
Gambar 7. Mekanisme reaksi transesterifikasi dengan katalis basa.

20
Volume X, Nomor 2, Desember 2010 EKSERGI

Tabel 2. Perbandingan Jenis Katalis Terhadap % Hasil Biodisel


Variabel Katalis Basa Katalis Asam Katalis Enzim Superkritik
Temperatur 60-70 oC 55-80 oC 30-40 oC 239-385 oC
Konversi FFA Sabun Ester Metil Ester Ester
dalam bahan baku
dirubah menjadi
Efek Air terhadap Menginterferensi Menginterferensi Tidak berpengaruh -
reaksi
% Hasil (FAME) Normal Normal Lebih tinggi Di atas Normal
Pmisahan Gliserol Susah Susah Mudah -
Pemurnian FAME Dicuci dengan air Dicuci dengan air Tidak usah dicuci -
Ongkos produkai Murah Murah Mahal Mahal

Katalis NaOH lebih baik dibandingkan dengan reaksi yang mengandung air atau tidak mengandung
NaOCH3. Katalis Natrium metoksida menghasilkan air seperti di dalam minyak bekas (WCO). Karena
hasil samping yang tidak diinginkan terutama garam aktivitas enzim tidak terpengaruh oleh kandungan air
natrium yang harus dipisahkan dan menjadi limbah. dan asam di dalam minyak bekas. Dengan katalis
Katalis NaOH 1% berat dan NaOCH3 0,5 % berat enzim produk reaksi (gliserol) dapat dengan mudah
dan perbandingan mol metanol:minyak 6:1 setelah 60 dipisahkan dari campuran apabila minyak bekas
menit menghasilkan konversi yang sama. Usaha telah digunakan sebagai bahan dasar biodiesel, katalis
dilakukan untuk menggunakan logam alkali tanah enzim tidak sensitif terhadap kandungan asam lemak
pada reaksi transesterifikasi dengan menghadirkan bebas karena katalis enzim dapat mengkatalisis
metoksida di dalam media reaksi. Logam alkali tanah reaksi asam lemak bebas menjadi menjadi alkil ester.
bisa dalam bentuk hidroksida, alkoksida, atau oksida. Di sisi lain harga enzim mahal sehingga akan
Reaksi berjalan lebih lambat karena hambatan difusi meningkatkan harga jual biodiesel.
pada sistem reaksi tiga fasa (minyak-katalis-
alkohol). 2.7.3Pengaruh perbandingan mol alkohol:minyak.
Katalis NaOH menunjukkan aktivitas paling Salah satu parameter penting reaksi transesterifikasi
tinggi dibandingkan dengan alkali lainnya sebagai minyak nabati adalah perbandingan mol alkohol:TG.
contoh dalam satu sistem reaksi minyak-alkohol Perbandingan mol stokiometrik alkohol:TG adalah
konversi mencapai 85% setelah 30 menit dan 3:1. Setiap mol TG memerlukan 3 mol alkohol dan
mencapai 95% setelah 1,5 jam. Barium hidroksida menghasilkan satu mol gliserol dan tiga mol FAME.
menunjukkan aktivitas lebih rendah dengan konversi Oleh karena reaksi transesetrifikasi adalah reaksi
75% setelah 30 menit. Kalsium metoksida (KOCH3) kesetimbangan, maka mol alkohol harus berlebihan
menunjukkan aktivitas cukup tinggi di mana konversi agar reaksi berjalan ke kanan. Untuk menghasilkan
TG 55% setelah reaksi berlangsung selama 30 menit, konversi maksimum biasanya perbandingan mol
80% setelah reaksi berlangsung selama 1 jam dan alkohol:TG (6:1). Perbandingan mol tidak akan
setelah 2,5 jam konversi 93%. Kecepatan reaksi lebih berpengaruh terhadap angka asam, peroksida,
lambat dibandingkan dengan katalis CaO. penyabunan dan iodin dari metil ester. Tetapi
Magnesium oksida (MgO) dan Ca(OH)2 tidak semakin besar perbandingan mol alkohol:TG akan
menunjukkan aktivitas katalis pada reaksi menyulitkan pemisahan gliserol karena semakin
transesterifikasi minyak. Untuk katalis asam yang banyak alkohol dalam campuran, gliserol semakin
paling baik adalah asam sulfat. Tetapi katalis asam larut. Apabila gliserol tidak dipisahkan dari
menyisakan masalah pada saat biodiesel digunakan campuran hasil reaksi, memungkinkan reaksi akan
sebagai bahan bakar karena korosif. Walaupun bergeser kekiri dan menurunkan FAME yang
katalis basa menghasilkan konversi tinggi dalam dihasilkan. Satu penelitian menggunakan bahan dasar
waktu lebih pendek tetapi hasil reaksi susah untuk minyak (Cynara oil) dengan perbandingan etanol:TG
dipisahkan karena membentuk emulsi. Asam dan divariasi dari 3:1 sampai dengan 15:1. FAME yang
basa juga akan menjadi limbah dan harus dipisahkan dihasilkan semakin besar dengan perbandingan
dari campuran hasil reaksi sehingga air buangan etanol:TG semakain besar sampai dengan
harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan. perbandingan etanol:TG (12:1). Hasil terbaik adalah
Kelemahan kedua adalah asam lemak bebas dan air pada perbandingan etanol:TG di antara (9:1 dan
akan mempengaruhi konversi. Perbandingan jenis 12:1). Apabila perbandingan mol etanol:TG<6:1
katalis terhadap produksi biodiesel dari minyak bekas reaksi tidak sempurna dan perbandingan etanol:TG
secara transesterifikasi dapat dilihat pada Tabel 2. (15:1) gliserol susah dipisahkan karen sebagian
(Enweremadu & Mbarawa, 2009). gliserol terlarut di dalam FAME. Oleh karena itu
Katalis enzim dapat menjadi jalan keluar untuk perbandingan mol etanol:TG terbaik adalah (9:1).
mengatasi kelemahan katalis asam dan basa dalam Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
reaksi transesterifikasi trigliserida dalam sistem pengaruh jenis alkohol dan perbandingan mol

21
Volume X, Nomor 2, Desember 2010 EKSERGI

alkohol: minyak bekas terhadap % hasil dapat dilihat


pada Tabel 3. (Enweremadu & Mbarawa, 2009).
emulsi lebih stabil dan pemisahan gliserol dan etil
2.7.4 Pengaruh kandungan air dan asam lemak ester menjadi sulit. Pembentukan emulsi disebabkan
bebas. oleh pembentukan komponen antara monogliserida
Kandungan uap air dan asam lemak bebas di dalam dan digliserida yang mempunyai gugus polar (gugus
minyak memegang peranan penting di dalam reaksi hidroksil) dan gugus non polar (rantai hidrokarbon).
transesterifikasi. Penelitian yang dilakukan Kedua intermediat adalah reagen penurun tegangan
menyebutkan bahwa angka asam di dalam minyak permukaan yang kuat. Pada proses alkoholisis,
harus lebih kecil dari 1% berat. Apabila kandungan katalis NaOH atau KOH dapat larut di dalam fasa
asam lemak bebas lebih besar dari 1% maka alkohol (polar) sementara TG tidak larut di dalam
diperlukan jumlah katalis basa lebih banyak karena fasa alkohol. Pemisahan kedua lapisan FAME dan
sebagian katalis akan digunakan untuk reaksi gliserol memerlukan waktu yang lama dan faktor
netralisasi asam lemak bebas (penyabunan). Juga kemudahan pemisahan antara FAME dan gliserol
apabila reaktan mengandung air, air yang ada akan menjadi sangat menentukan efesiensi proses produksi
membentuk sabun. Sabun yang terbentuk juga akan biodiesel. Untuk mempercepat waktu pemisahan,
menaikkan viskositas campuran reaksi. Kadang- maka produksi biodiesel diarahkan menggunakan
kadang dapat membentuk gel dan pemisahan menjadi katalis padat. Katalis padat mempunyai keunggunlan
sulit menekankan kandungan asam lemak harus (<0,5 dibandingkan dengan katalis cair: (1) pemisahan
% berat) (Meher et al, 2010). Dapat disimpulkan cepat (beberapa menit), (2) katalis dapat digunakan
bahwa baik kandungan asam lemak bebas, dan kembali sehingga disamping dapat menghemat waktu
kandungan uap air harus dipertahankan pada batas juga dapat menghemat biaya katalis, (3) tidak
minimal karena dapat menyebabkan deaktivasi menyebabkan korosi peralatan mesin.
katalis dan masalah pemisahan.
III. Usaha-usaha meningkatkan efeseinsi produksi
2.7. 5 Pengaruh pengadukan biodiesel ditinjau dari segi teknik reaksi.
Pengadukan sangat diperlukan untuk membentuk
campuran homogen dari dua cairan yang tidak saling Teknik produski biodiesel terfokus pada reaksi
melarutkan seperti minyak dan alkohol. Metanol dan transesterifikasi. Kelemahan proses transesterifikasi
etanol tidak larut dalam TG pada suhu ruangan reaksi secara konvensional adalah reaksi lambat, pemisahan
transesterifikasi biasanya diaduk untuk memperbesar lambat dan efek dari kedua masalah tersebut adalah
luas kontak reaktan dan memperkecil hambatan harga jual biodiesel menjadi mahal dan merupakan
perpindahan masa. Selama reaksi berlangsung selalu hambatan komersialisasi biodiesel. Pada bab
membentuk emulsi. Pada proses metanolisis emulsi sebelumnya salah satu usaha menurunkan harga
dengan cepat berubah menjadi lapisan yang kaya biodiesel adalah dengan menggunakan WCO atau
gliserol pada lapisan bawah dan lapisan metil ester mikroalga.
pada lapisan atas. Apabila menggunakan etanol,

Tabel 3. Pengaruh jenis alkohol dan kondisi reaksi terhadap % Hasil biodiesel

Jenis alkohol Perbandingan Temperatur Waktu Katalis % Hasil (Waktu % Hasil


mol (oC) (jam) pemisahan hasil (Waktu
alkohol:minyak 2 hari) pemisahan
hasil 7 hari)
Metanol 3,6:1 65 40 0,1 % H2SO4 79,3 64
Metanol 3,6:1 50 24 0,4 % KOH 91,9 85,3
Etanol 3,6:1 73 40 0,1 % H2SO4 66,9 54,8
Etanol 3,6:1 50 24 0,4 % KOH 28,9 -
1-propanol 3,5:1 90 40 0,1 % H2SO4 92,1 76,2
1-propanol 3,5:1 50 24 0,4 % KOH 42,7 -
2-propanol 3,5:1 80 40 0,1 % H2SO4 78,7 54,4
2-propanol 3,5:1 50 24 0,4 % KOH 51,2 -
1-butanol 3,6:1 105 40 0,1 % H2SO4 78,1 61,9
1-butanol 3,6:1 50 24 0,4 % KOH 59,5 -
2-ethoxy 42,1:1 125 40 0,1 % H2SO4 53,5 39,2
ethanol
2-ethoxy 42,1:1 50 24 0.4% KOH 37,0 -
ethanol

22
Volume X, Nomor 2, Desember 2010 EKSERGI

Mikroalga pada saat ini menjadi pusat perhatian dan (3) ekstraksi superkritik. Saat ini metode
banyak peneliti untuk mendapatkan biodisel dengan penekanan cukup berhasil untuk mendapatkan
harga yang murah tetapi beberapa hambatan di dalam minyak sebesar 70-75% dari mikroalga. Metode
teknologi produksi biodiesel menggunakan ekstraksi pelarut bisa dilakukan karena harga pelarut
mikroalga masih memerlukan penelitian lebih lanjut. heksana cukup murah. Metode superkritik
Beberapa teknologi baru dalam memproduksi menghasilkan minyak yang lebih tinggi
biodiesel telah diteliti diantaranya dengan kemurniannya tetapi konsumsi energi lebih tinggi
menggunakan teknologi ultra sonik. dibandingkan dengan metode penekanan dan
ekstraksi. Kandungan minyak dan asam lemak
3.1. Alga Sebagai Sumber Bahan Baku Baru mikroalga bervariasi sesuai dengan kondisi
untuk Produksi Biodiesel pertumbuhan. Minyak dari mikroalga mengandung
Alga adalah tumbuhan sel tunggal yang dapat hidup asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Kandungan asam
di dalam air dan alga yang digunakan sebagai bahan lemak di dalam minyak mikroalga terdiri dari 36%
bakar diesel adalah alga hijau (green algae). oleic (18:1), 15% palmitic (16:0), 11% stearic (18:0),
Merupakan tanaman eukariot mempunyai sifat 8.4% iso-17:0, and 7.4% linoleic (18:2). Proporsi
pertumbuhan sangat cepat. Pada kondisi yang sesuai asam lemak jenuh lebih besar dibandingkan dengan
alga hijau dapat berlipat dua dalam waktu kurang asam lemak tidak jenuh sehingga sangat sesuai untuk
dari 24 jam. Keistimewaan lain alga hijau dijadikan bahan bakar biodiesel karena selama
mempunyai kandungan lemak lebih besar dari 50% pembakaran, kemungkinan reaksi polimerisasi lebih
(Liam Brenan et al, 2010). Pertumbuhan yang cepat kecil dibandingkan dengan apabila kandungan asam
dan kandungan lemak cukup tinggi merupakan lemak tidak jenuhnya tinggi (Liam Brenan et al,
alasan yang kuat untuk menjadikan alga hijau 2010). Setelah minyaknya diekstrak, residu biomasa
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Apabila mikroalga dapat dijadikan untuk sumber protein.
dibandingkan dengan minyak dari biji-bijian, Kandungan minyak di dalam mikroalga dapat dilihat
kandungan minyak alga hijau lebih tinggi. Setiap pada Tabel 4 dibawah ini:
hektar hanya dapat menghasilkan minyak kedelai
kurang lebih 450 L, 1.200 L minyak canola dan 3.2 Produksi biodiesel dari minyak mikroalga.
6.000 L minyak sawit. Sekarang bandingkan dengan Proses produksi biodiesel dari mikroalga tidak
alga hijau setiap hektar dapat menghasilkan 90.000 L berbeda dengan minyak nabati atau lemak. Empat
(Dermibas & Fatih, 2010). Proses produksi biodiesel tahap pada produksi biodiesel dari minyak atau
dari alga dimulai dari produksi mikroalga. Produksi lemak untuk memproduksi biodiesel dari mikroalga
mikroalga memerlukan sinar matahari, karbon ialah pencampuran dengan BBF dengan persentase
dioksida, air, nutrien (nitrat, zat besi, dan elemen antara 5-20% berat, emulsifikasi dengan alkohol,
lain dalam jumlah sedikit). Hampir separoh berat pirolisis dan transesterifikasi. Reaksi transesterifikasi
kering mikroalga terdiri dari unsur karbon. paling banyak digunakan untuk menurunkan
Temperatur pertumbuhan mikroalga sekitar 293 and kekentalan minyak dari mikroalga. Diagram alir
303K. Untuk mengekstrak minyak dari mikroalga proses produksi biodiesel dari mikroalga ditampilkan
telah dikenal tiga cara yaitu (1) penekanan (press), pada Gambar 8 (Dermibas & Fatih, 2010).
(2) ekstraksi menggunakan heksana sebagai pelarut

Tabel 4. Kandungan minyak mikroalga.

Mikroalga Kandungan minyak ( % Berat Kering)


Botryococcus braunii 2575
Chlorella spp. 2832
Crypthecodinium cohnii 20
Cylindrotheca spp. 1637
Dunaliella primolecta 23
Isochrysis spp. 2533
Monallanthus salina N 20
Nannochloris spp. 2035
Nannochloropsis spp. 3168
Neochloris oleoabundans 3554
Nitzschia spp. 4547
Phaeodactylum tricornutum 2030
Schizochytrium spp. 5077
Tetraselmis sueica 1523

23
Volume X, Nomor 2, Desember 2010 EKSERGI

3.3 Teknologi Reaktor Ultra Sonik dalam lebih 1 menit tetapi waktu pemisahan masih
Produksi Biodisel. memerlukan 15 jam. Biodisel yang dihasilkan
Teknologi reaksi transesterifikasi menggunakan memenuhi standar JIS K2390 dan EN 14212.
bantuan ultrasonik adalah teknologi terbaru dalam Diagram produksi biodiesel menggunakan reaktor
perkembangan produksi biodiesel. Ultrasonik dapat ultra sonik ditampilkan pada Gambar 10 (Shakinaz et
mempercepat reaksi transesetrifikasi dari beberapa al, 2010).
jam menjadi beberapa menit bahkan detik. Reaksi Adapun neraca masa dalam produksi biodiesel dapat
dilakukan di dalam reaktor ultrabunyi (ultrasonic dilihat pada Gambar 9 di bawah ini (Thanh et al,
reactor) menggunakan frekwensi rendah 20 kHz dan 2010).
energi 1 kW melalui dua step reaksi transesterifikasi. Reaktor ultrasonik adalah reaktor yang dapat
Reaksi tahap pertama menggunakan perbandingan berperan ganda disamping berfungsi sebagai
mol minyak:metanol (1:2,5) dan 0,7 % berat katalis pengaduk juga dapat berperan sebagai reaktor karena
dan menghasilkan 81 % FAME. Tahap kedua efek kavitasi dari gelombang ultrasonik dapat
menggunakan perbandingan mol minyak:metanol meningkatkan tenaga aktivasi melekul-molekul yang
(1:1,5) dan 0,3 % katalis menghasilkan 91 % bereaksi dan dapat mempercepat reaksi.
FAME. Waktu reaksi sangat singkat hanya kurang

Mikro/ Pengeringan Pengecilan


makro alga ukuran

Pemisahan Transester
gliserol ifikasi Ekstraksi

Pencucian Biodisel

Gambar 8. Proses produksi biodiesel dari mikro alga

10 1
8
1
9
9 8 1
1
1 3 3
4
4
8
8 8
9

10 7
8 9
9 8 8
2
5 6
10
5

Gambar 9. Diagram alir produksi biodiesel menggunakan teknologi reaktor ultasonik: (1) Tangki metanol, (2)
tangki minyak bekas, (3) reaktor ultrasonik, (4) tangki pemisah gliserol, (5) tangki gliserol, (6) tangki
biodiesel, (7) tangki limbah, (8) kran, (9) pompa, (10) meter aliran, (11) tangki air pencuci dan (12)
tangki pemurnian biodiesel

24
Volume X, Nomor 2, Desember 2010 EKSERGI

Minyak Goreng Bekas 1002


(bagian)

Metanol Transesterifikasi Tahap Pertama KOH 0,70,01


9,130,1
Gliserol 9,750,3
Pemisahan Gliserol

Metanol FAME 1 (98,761,8) Metanol 0,260,1


0,160,1
Metanol KOH 0,30,01
Transesterifikasi Tahap Kedua
5,450,1
Pemisahan Gliserol Gliserol 5,810,25

Metanol 1, 50,22 FAME 2 (96,232,0) Metanol 1,710,1

Air Pencuci
602 Pemurnian Limbah Air 6,32

FAME 93,832,1

Gambar 10. Neraca masa produksi biodiesel dari minyak bekas menggunakan reaktor ultrasonik
(Thanh et al, 2010).

Gambar 10 menunjukkan bahwa setiap 100 gram dibandingkan BBF. Beberapa alternatif untuk
minyak bekas dan ditambah dengan 14, 6 gram memecahkan masalah komersialisasi ini yaitu (1)
metanol dapat menghasilkan 93,83 gram FAME dan mengganti bahan baku biodiesel dari minyak makan
gliserol 14,5 gram. Reaksi transesterifikasi dua step dengan minyak bekas, limbah pertanian dan
menggunakan reaktor ultrasonik sangat mikroalga. Bahan baku biodiesel dari mikro alga
menguntungkan untuk memprodukai biodiesel dari mempunyai kelebihan yaitu dapat mengurangi CO2
minyak bekas. Kondisi optimal reaksi dicapai dengan dan juga mengurangi ketergantungan akan BBF.
perbandingan metanol:WCO =4:1, konsentrasi KOH Hambatan teknis dalam memproduksi biodiesel
1 % berat, waktu tinggal kurang lebih 1 menit untuk adalah proses transesterifikasi cukup lama (beberapa
rekasi keseluruhan. Pada kondisi tersebut diperoleh jam) pada suhu antara 40-120oC. Untuk mengatasi
konversi 93,8 %. Kwalitas biodiesel diukur dengan waktu reaksi teknologi ultrasonik dapat menjadi jalan
metode JIS K2390 dan European committee standard keluar karena waktu reaksi dapat dipercepat ratusan
(ENI 4214). Metanol yang digunakan lebih sedikit kali lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan
dibandingkan dengan metode konvensional reaktor kovensioanl. Masalah lain adalah pemisahan
(pengadukan mekanik dan superkritik) (Liu et al, hasil (gliserol dan FAME) memerlukan waktu yang
2009). cukup lama. Hal ini disebabkan oleh karena katalis
yang digunakan adalah katalis homogen. Katalis
homogen juga menyisakan masalah korosi dan
IV. Kesimpulan.
limbah. Untuk mengatasi masalah pemisahan,
Keuntungan utama biodiesel sebagai bahan bakar sebaiknya menggunakan katalis padat (heterogen).
mesin diesel adalah (1) dapat diperbaharui, (2)
kandungan sulfur dan senyawa aromatik rendah, (3) V. Ucapan terimakasih.
aman dalam penyimpanan dan distribusi dan (4)
berbentuk cairan. Ke empat faktor tersebut Terimakasih disampaikan kepada mahasiswa
merupakan peluang untuk mengembangkan biodiesel dibawah bimbinmgan saya yang telah melakukan
dengan tujuan untuk mengurangi emisi gas buang penelitian dengan topik biodisel (Angga dkk) Tulisan
hasil pembakaran BB. Walaupun demikian sampai ini. disusun dengan tujuan untuk menjawab sebagian
saat ini komersialisasi biodiesel masih mendapatkan masalah yang muncul selama penyusunan proposal.
hambatan terutama harga biodiesel lebih mahal

25
Volume X, Nomor 2, Desember 2010 EKSERGI

VI. Daftar Pustaka Liam Brennan and Philip Owende. 2010, Biofuels
from microalgae- A review of technologies for
Ayhan Demirbas. 2005, Biodiesel production from production, processing, and extraction of
vegetable oils via catalytic and non-catalytic biofuels and co-product. Journal of Renewable
supercritical methanol transesterification and Sustainable Energi Reviews 14, 557-577.
methods. Journal of Progress in Energi and Meher, L.C., Vidya, D. & Sagar, S.N. 2006,
Combustion Science 31, 466487. Naik.Technical aspects of biodiesel production
Ayhan, D & F. Demirbas, M. 2008, Biodiesel from by transesterificationa review. Journal of
Algae di dalam Ayhan Demirbas & Fatih Renewable and Sustainable Energi Reviews 10,
Demirbas, M. Green Energi and Technology 248268.
hlm. 139-144. Springer-Verlag London Limited Nadir Dizge., Coskun Aydiner., Derya, Y. I.,
Banerjee, A & Chakraborty R. 2009, Parametric Mahmut Bayramoglu., Aziz Tanriseven Bulent
sensitivity in transesterification of waste cooking Keskinler. 2009, Biodiesel production from
oil for biodiesel production-A review. Journal of sunflower, soybean, and waste cooking oils by
Resources, Conservation and Recycling 53, transesterification using lipase immobilized onto
490497. a novel microporous polymer. Journal of
Enweremadu, C.C & Mbarawa, M.M. 2009, Bioresource Technology 100, 19831991.
Technical aspects of production and analysis of Shakinaz, A., El Sherbiny., Ahmed, A., Refaat.,
biodiesel from used cooking oilA review. Shakinaz, T., El Sheltawy. 2010, Production of
Journal of Renewable and Sustainable Energi biodiesel using the microwave technique.
Reviews 13, 22052224. Journal of Advanced Research Vol. 1, 309314.
Le Tu Thanh., Kenji Okitsu ., Yasuhiro Sadanaga ., .Yun Liu., Hong-ling Xin., Yun-jun Yan. 2009,
Norimichi Takenaka., Yasuaki Maeda., Hiroshi Physicochemical properties of stillingia oil:
Bandow. 2010, A two-step continuous Feasibility for biodiesel production by enzyme
ultrasound assisted production of biodiesel fuel transesterification. Journal of Industrial Crops
from waste cooking oils: A practical and and Products 30, 431436.
economical approach to produce high quality Zlatica J. Predojevic. 2008, The production of
biodiesel fuel. Journal of Bioresource biodiesel from waste frying oils: A comparison
Technology 101, 53945401 of different purification steps. Journal of Fuel
87, 35223528.

26

You might also like