Professional Documents
Culture Documents
OLEH
SINTA DEWI
0906629662
Karya tulis ilmiah akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ners
OLEH
SINTA DEWI
0906629662
i Universitas Indonesia
NPM : 0906629662
Tanda Tangan :
ii Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan
karunia yang diberikan-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya
ilmiah akhir ini. Penulisan karya ilmiah akhir ini dilakukan sebagai salah satu
syarat untuk mencapai gelar profesi Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
Karya ilmiah akhir ini memaparkan landasan pemikiran dan segala konsep serta
hasil yang diperoleh dari asuhan keperawatan keluarga yang berjudul
Pengoptimalan Praktik PHBS sebagai Intervensi Keluarga pada An. MA dengan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di RW 02 Kelurahan S
Depok. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai penyusunan karya ilmiah akhir ini, sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Oleh karena itu, saya
menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
(1) Ibu Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D. selaku dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
(2) Ibu Kuntarti, S.Kp., M.Biomed selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan dan Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
(3) Ibu Henny Permatasari, S.Kp. M.Kep.Sp.Kom selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan saran-saran selama penulisan karya
ilmiah akhir ini.
(4) Ibu Ns. Fajar Tri Walujati, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.An selaku koordinator
mata ajar karya ilmiah akhir program profesi Ners Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia dan juga sebagai pembimbing akademik
yang telah memberikan dukungan moral dan doa untuk penulis.
(5) Ibu Kader RW 02 Kelurahan Sukatani Tapos, Depok yang telah membantu
proses pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga sehingga dapat berjalan
dengan lancar.
iv Universitas Indonesia
Akhir kata, penulis mengharapkan semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
yang memerlukan di masa akan datang dan kiranya dapat menjadi rujukan untuk
penulisan yang lebih baik.
Sinta Dewi
NPM: 0906629662
v Universitas Indonesia
Pengoptimalan Praktik Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai Intervensi
Keluarga pada An. MA dengan Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari
Kebutuhan Tubuh di Kelurahan S Depok
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 14 Juli 2014
Yang menyatakan
SINTA DEWI
(0906629662)
vi Universitas Indonesia
Gizi kurang merupakan salah satu masalah kesehatan balita yang memiliki
keterkaitan dengan masalah infeksi. Upaya preventif diperlukan dalam menangani
infeksi untuk mengatasi masalah gizi kurang. Intervensi keperawatan unggulan
berupa pendidikan kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan melatih
kemampuan psikomotor cuci tangan dengan sabun. Tujuannya mengurangi angka
kejadian infeksi dalam keluarga. Evaluasi terjadi peningkatan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotor keluarga dalam praktik Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat, peningkatan berat badan anak dari 7 kg menjadi 7,8 kg, serta
teratasinya masalah infeksi. Intervensi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ini dapat
digunakan oleh perawat komunitas/keluarga sebagai upaya menangani masalah
gizi kurang di masyarakat.
Kata kunci: balita, gizi kurang, infeksi, perilaku hidup bersih dan sehat
Malnutrition was one of the urban health problems for toddler that had being
related to infection. Some prevention efforts needed to handle the infection in
overcome malnutrition. The excellence nursing intervention such as health
education about the healthy and clean life behavior practice and psychomotor
skill training in hand washing with soap. Its aimed to decrease the number of
infection in family. Evaluation shown the increase ability of kognitive, affective,
and psychomotoric skills of family in run the healthy and clean life behavior
practice, the increase of body weight of child from 7 kg to 7,8 kg, and the
overcome of infection problems. Intervention of the healthy and clean life
behavior practice could be used by the community nurses as an efforts in
overcome malnutrion in society.
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vi
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR LAMPIRAN xi
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 6
1.2.1 Tujuan Umum 6
1.2.2 Tujuan Khusus 6
1.3 Manfaat Penulisan 6
1.3.1 Manfaat Aplikatif 6
1.3.2 Manfaat Keilmuan 6
1.3.3 Manfaat untuk Instansi 7
2. TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1 Balita sebagai Agregate at Risk 8
2.1.1 Pengertian 8
2.1.2 Faktor Penyebab Kelompok Berisiko 8
2.1.3 Penyebab Balita Rawan Gizi 11
2.2 Pemenuhan Gizi pada Balita 11
2.1.1 Faktor yang Mempengaruhi Keadaan Nutrisi pada Balita 12
2.3 Gizi Kurang sebagai Masalah Kesehatan Masyarakat Perkotaan 12
2.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi 13
2.4 Keperawatan Komunitas 14
2.4.1 Pengertian 14
2.4.2 Peran Perawat Komunitas 15
2.5 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Usia Balita 17
2.5.1 Pengertian 17
2.5.2 Pengkajian 18
2.5.3 Diagnosa Keperawatan 20
2.5.1 Perencanaan Keperawatan 22
2.5.2 Implementasi 22
2.5.3 Evaluasi 23
2.6 Intervensi Unggulan: Praktik Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) 23
2.6.1 Pengertian 23
2.6.2 Jenis Praktik PHBS 24
2.6.3 Manfaat Pelaksanaan PHBS 25
2.6.4 Praktik Cuci Tangan sebagai Salah Satu Praktik PHBS 25
ix Universitas Indonesia
4. ANALISA SITUASI 41
4.1 Profil Lahan Praktik 41
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan
Konsep Kasus Terkait 42
4.3 Analisis Intervensi Pengoptimalan Praktik PHBS
dengan Konsep dan Penelitian Terkait 48
4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan 52
DAFTAR REFERENSI 56
x Universitas Indonesia
Pengkajian 61
Hasil Pemeriksaan Fisik 71
Analisa Data 73
Rencana Asuhan Keperawatan 74
Catatan Keperawatan 86
Evaluasi Sumatif 92
Tingkat Kemandirian Keluarga 99
xi Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
Berdasarkan keterkaitannya dengan masalah status gizi balita, tujuan yang harus
dicapai adalah Goal 1 dan Goal 4. Goal 1 yang memiliki tujuan memberantas
kemiskinan dan kelaparan memiliki indikator salah satunya yaitu prevalensi balita
kekurangan gizi. Goal 4 yang memiliki tujuan menurunkan angka kematian anak
memiliki indikator angka kematian anak. Sehingga untuk mencapai dua tujuan ini
dilakukan program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Masalah gizi kurang
yang terjadi di Indonesia saat ini pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan;
kurangnya persediaan pangan; kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi);
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan;
dan adanya daerah miskin gizi (Almatsier, 2005).
Status gizi adalah keadaan tubuh yang merefleksikan dari gizi apa yang yang telah
diperoleh dalam konsumsi makanan sehari-hari. Status gizi dikatakan baik apabila
makanan yang dikonsumsi memiliki keseimbangan banyak dan jenis makanan
yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Apabila makanan dikonsumsi
melebihi kebutuhan tubuh, maka akan mengalami kegemukan. Sebaliknya jika
makanan yang dikonsumsi kurang dari kebutuhan tubuh, maka kondisi tubuh akan
kurus dan mudah sakit-sakitan. Kedua kondisi ini dapat disebut dengan gizi salah
karena kedua kondisi ini merupakan kondisi yang tidak baik atau tidak diharapkan
(Astawan, 2002). Menurut Depkes RI 1999 dalam Purba (2005), status gizi
1 Universitas Indonesia
merupakan salah satu determinan utama status kesehatan penduduk. Salah satu
indikator dari status gizi adalah tingginya prevalensi gizi kurang dan gizi buruk
pada anak bawah lima tahun (balita) yang didasarkan pada Berat Badan menurut
Umur (BB/U).
Menurut hasil UNICEF-WHO pada tahun 2012 terdapat 101 juta anak di bawah
lima tahun di seluruh dunia mengalami berat badan kurang, dimana hasil ini
menurun dibandingkan dengan perkiraan sebanyak 159 juta pada tahun 1990.
Namun kemampuan mereka dapat dikatakan mengalami penurunan sejak tahun
1990. WHO juga memperkirakan bahwa 54% kematian anak disebabkan oleh
keadaan gizi yang buruk. Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan
lebih dari 80% kematian anak (WHO, 2011).
Hasil data yang didapatkan dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 secara
nasional menunjukkan besaran prevalensi balita berat badan kurang adalah
sebesar 19,6 % yang terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9 % gizi kurang. Jika
dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2010 (17,9 %) terlihat
meningkat. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 4,9 % pada
tahun 2010, dan 5,7 % tahun 2013. Untuk mencapai sasaran MDG tahun 2015
Universitas Indonesia
yaitu 15,5 % maka prevalensi gizi berat-kurang secara nasional harus diturunkan
sebesar 4.1 persen dalam periode 2013 sampai 2015. (Bappenas, 2012). Untuk
daerah Jawa Barat sendiri pada tahun 2010 prevalensi balita dengan gizi buruk
dan kurus (BB/U) adalah 13,0% dengan mencakup 3,1% prevalensi Balita dengan
gizi buruk dan 9,9% prevalensi Balita dengan gizi kurang. Namun berdasarkan
grafik Riskesdas 2013 didapatkan bahwa terjadi peningkatan persentase
prevalensi balita dengan gizi berat-kurang (BB/U) di Jawa Barat dari prevalensi
Riskesdas 2010 (antara 15-20%). Daerah Depok sendiri juga memiliki cakupan
balita gizi buruk dan kurang sebesar 5,18% (Dinas Kesehatan Depok, 2005).
Wilayah kelurahan Sukatani berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Depok 2008
memiliki 11 balita (0,11%) yang mengalami gizi buruk dan 200 balita (2,18%)
dengan gizi kurang. Sehingga pada tahun 2008 wilayah Sukatani atau lebih
tepatnya Kecamatan Cimanggis menjadi wilayah Bebas Rawan Gizi karena
memiliki prevalensi gizi buruk dan kurang sebesar 3,23%. Berdasarkan hasil
penghitungan kepada 111 warga RW 02 Kelurahan Sukatani, Tapos - Depok
dengan balita yang aktif mengikuti posyandu pada bulan April 2014, didapatkan
data bahwa 13 balita (11.7%) status gizi berada pada rentang garis merah (gizi
buruk), 25 balita (22.5%) %) status gizi berada pada rentang garis kuning (gizi
kurang), 65 balita (58.6%) %) status gizi berada pada rentang garis hijau (normal),
dan 8 balita (7.2%) %) status gizi berada pada rentang garis kuning (risiko
obesitas).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
anggota keluarga (11 orang). Selain itu, di depan rumah terdapat kardus-kardus
dan plastik-plastik bekas yang biasa dijemur di depan rumah. Sehingga
lingkungan rumah terlihat kumuh dan kotor. Sanitasi lingkungan sangat
menentukan keberhasilan dari paradigma pembangunan kesehatan lingkungan dan
status gizi khususnya pada balita yang lebih menekankan pada aspek pencegahan
(preventif) dari pada aspek pengobatan (kuratif). Selain itu, ditemukan pula data
bahwa An. MA sedang mengalami masalah kesehatan ISPA dan demam. Ibu D
pun sering memeriksakan keadaan An. MA ke Puskesmas Cibubur.
Penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit infeksi yang umum terjadi pada
balita. UNICEF dalam Soekirman (2002) menjelaskan bahwa anak yang
mendapat makanan yang cukup tetapi diserang diare atau infeksi, nafsu makan
menurun, akhirnya dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya, anak yang makan
tidak cukup baik, daya tahan tubuh melemah, mudah diserang infeksi. Kebersihan
lingkungan, tersedianya air bersih, dan berperilaku hidup bersih dan sehat akan
menentukan tingginya kejadian penyakit infeksi. Penelitian yang dilakukan oleh
World Health Organization (WHO) pada tahun 2007, salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk menurunkan angka kejadian diare dan ISPA adalah perilaku cuci
tangan pakai sabun. Karena perilaku tersebut dapat menurunkan hampir separuh
kasus diare dan sekitar seperempat kasus ISPA. Sehingga sebagai salah upaya
preventif dalam mencegah infeksi yang berujung pada masalah gizi kurang
dilakukan demonstrasi cuci tangan dengan sabun.
Upaya preventif yang baik dapat membuat angka kejadian penyakit yang terkait
dengan kondisi lingkungan dapat dicegah (Slamet, 2009). Sehingga diberikan
intervensi unggulan yaitu pengoptimalan praktik Perilaku Hidup Bersih Sehat
(PHBS) dengan demonstrasi mencuci tangan dengan sabun sebagai salah satu
upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit. Keberhasilan intervensi
diukur dengan melakukan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Pada evaluasi
sumatif didapatkan sedikit peningkatan berat badan pada An. MA dari 7 kg
menjadi 7,8 kg. Selain itu, kini anggota keluarga Bpk. Z sudah mulai
membiasakan praktik PHBS dalam kesehariannya, seperti mencuci tangan dengan
sabun, menggunakan air bersih, jamban sehat, membuang sampah, menggunakan
Universitas Indonesia
pelayanan kesehatan, dan sebagainya. Keluarga juga mengerti dengan apa yang
dimaksud dengan PHBS. Terjadi pula peningkatan tingkat kemandirian keluarga
yang awalnya hanya memiliki tingkat kemandirian I menjadi tingkat kemandirian
III yaitu mampu merawat dan mencegah. Namun keluarga belum dapat
melakukan tindakan promotif.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan membahas mengenai literatur yang menjadi landasan penulis dalam
menelaah dan menyimpulkan kasus ini. Pembahasan konsep dalam bab ini
meliputi konsep balita, gizi pada balita, asuhan keperawatan keluarga dengan
tahap perkembangan anak usia balita, teori keluarga, dan teori inovasi.
8 Universitas Indonesia
dari kedua orang tuanya. Namun risiko masalah kesehatan masih dapat
diminimalisir dengan perilaku hidup sehat (Stanhope & Lancaster, 2004).
Universitas Indonesia
(Stanhope & Lancaster, 2004). Masalah kesehatan yang ditemukan dapat beragam
salah satunya adalah penyakit infeksi yang umum terjadi di masyarakat.
Friedman (2003) menjelaskan salah satu keluarga yaitu fungsi ekonomi dimana
keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga. Sehingga jika keluarga
tidak dapat memenuhinya, maka balita sebagai salah satu anggota keluarga akan
lebih berisiko mengalami masalah kesehatan. Salah satu contohnya adalah jika
anak tumbuh dalam keluarga yang memiliki masalah ekonomi (Stanhope &
Lancaster, 2004).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
memelihara kesehatan. Kebutuhan gizi ini ditentukan oleh usia, jenis kelamin,
berat badan, aktivitas, dan tinggi badan.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) Balita di Indonesia pada tahun 2013 adalah pada
usia 1-3 tahun dengan BB 12 kg dan TB 90 cm, energi yang dibutuhkan adalah
1000 kkal dan protein 25 gram. Dan pada usia 4-6 tahun dengan BB 17 kg dan TB
110 cm, energi yang dibutuhkan adalah 1550 kkal dan protein 39 gram. Konsumsi
pangan yang cukup dan seimbang merupakan salah satu faktor yang menentukan
agar proses tumbuh kembang anak balita menjadi lebih optimal dan memiliki
daya tahan tubuh yang kuat (Depkes RI, 2000).
Universitas Indonesia
Penyebab langsung yaitu faktor penyebab yang memiliki kontak langsung pada
individu seperti makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak.
Makanan yang kurang menyebabkan anak tidak memperoleh gizi secara cukup
sesuai dengan kebutuhan. Namun, anak yang mendapat makanan yang baik tetapi
karena sering sakit diare atau demam dapat juga menderita kurang gizi. Demikian
pada anak yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah
dan mudah terserang penyakit. Kenyataannya baik makanan maupun penyakit
secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi (Depkes RI, 2000). Anak
yang mendapat makanan yang cukup tetapi diserang diare atau infeksi akan
menunjukkan nafsu makan menurun, akhirnya dapat menderita gizi kurang.
Universitas Indonesia
Sebaliknya, anak yang makan tidak cukup baik, daya tahan tubuh melemah,
mudah diserang infeksi. Kebersihan lingkungan, tersedianya air bersih, dan
berperilaku hidup bersih dan sehat akan menentukan tingginya kejadian penyakit
infeksi.
Faktor-faktor tersebut sangat terkait dan tidak dapat lepas dari tingkat pendidikan,
pengetahuan, dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan
dan ketrampilan terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan
keluarga, makin baik pola pengasuhan anak dan keluarga makin banyak
memanfaatkan pelayanan yang ada. Ketahanan pangan keluarga juga terkait
dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan daya beli keluarga, serta
pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Peran dan fungsi perawat sebagai konseling dapat diberikan pada individu dan
keluarga dalam membantu mengatasi masalah, beradaptasi terhadap konsekuensi
adanya gangguan kesehatan serta meningkatkan hubungan interpersonal di antara
anggota keluarga (Smith & Maurer, 1995). Gizi kurang merupakan masalah
kesehatan yang berbasis lingkungan dan perilaku, dalam hal ini perawat dapat
melakukan konseling untuk dapat merubah perilaku individu, keluarga agar
terhindar dari masalah kesehatan gizi kurang, dan memodifikasi lingkungan.
Peran perawat sebagai kolaborasi dapat dilaksanakan antara perawat dengan klien,
tim kesehatan lain, serta pihak terkait baik pemerintah maupun swasta dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif dalam upaya penyelesaian
masalah (Helvie, 1998).
Peran perawat sebagai peneliti diharapkan mampu membaca riset terkini dan
menerapkan penemuan riset tersebut pada praktik sebagai bagian dari aktifitas
profesional (Hitchcock, Schubert, & Thomas, 2003). Sedangkan peran perawat
sebagai konsultan, perawat membantu klien untuk memahami masalah dan
membantu mereka dalam mengambil keputusan yang tepat serta sebagai
katalisator untuk membuat individu berubah dan menggunakan perubahan.
Keluarga dengan balita dengan gizi kurang dapat melakukan konsultasi dengan
perawat untuk memahami betul tentang gizi kurang (Anderson & McFarlane,
2007).
Universitas Indonesia
2.5.2 Pengkajian
Pengkajian komunitas bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
berhubungan dengan kesehatan anggota masyarakat agar dapat mengembangkan
strategi promosi kesehatan (Anderson & McFarlane, 2007). Dalam penulisan
karya ilmiah ini penulis lebih menekankan pada pengkajian keluarga dengan tahap
perkembangan anak usia balita yang menjadi bagian masyarakat perkotaan dengan
masalah kesehatan gizi kurang. Proses pengkajian disesuaikan dengan Friedman
(1998) yang membagi pengkajian keperawatan keluarga ke dalam dua tahap,
dimana pada tahap pertama dilakukan proses pengkajian yang meliputi
mengindentifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data lingkungan,
Universitas Indonesia
struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga. Tahap kedua dilakukan
proses pengkajian dengan mengaitkan kepada fungsi kesehatan keluarga.
Pada pengkajian tahap II, secara lebih lanjut Friedman (1998) menjelaskan bahwa
pengkajian pada tahap ini lebih dispesifikan kepada fungsi kesehatan keluarga.
Friedman menjelaskan lima fungsi dasar keluarga, yaitu pertam keluarga memiliki
fungsi untuk mengenal masalah kesehatan. Keluarga memiliki tugas untuk dapat
mengenal masalah kesehatan yang terjadi setiap anggota keluarga. Sehingga
dalam hal ini telah dilakukan pengkajian terhadap keluarga terkait masalah
kesehatan yang saat ini dialami oleh anggota keluarga yaitu masalah gizi kurang.
Pengkajian ini bertujuan untuk menilai pengetahuan keluarga terkait gizi kurang
yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab, dan mengidentifikasi
anggota keluarga yang menderita (Friedman, 1998).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Terkait dengan masalah kesehatan kekurangan gizi yang ditemukan pada keluarga
binaan di wilayah RW 02 ini, mahasiswa telah mengambil diagnosa
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Hal ini telah disesuaikan
dengan analisa data dari hasil pengkajian yang ditemukan.
Universitas Indonesia
a. Intervensi Umum
Intervensi umum yang dilakukan adalah terkait dengan 5 fungsi kesehatan
keluarga, yaitu: 1) Mengenal masalah gizi kurang, 2) Memutuskan tindakan yang
tepat untuk mengatasi masalah akibat gizi kurang, 3) Melakukan perawatan pada
anggota keluarga dengan gizi kurang, 4) Keluarga mampu memodifikasi
lingkungan yang dapat meningkatkan status gizi anak serta mampu meningkatkan
status kesehatan seluruh anggota keluarga, 5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan
untuk mengatasi masalah gizi kurang (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
b. Kriteria Hasil
Kriteria hasil ditetapkan sebagai suatu tujuan atau target dalam penyelesaian
masalah kesehatan dengan melihat jenis kriteria tertentu. Kriteria tersebut dapat
berupa target waktu pencapaian, pengukuran kriteria hasil, kerealistisan, serta
melihat pencapaian minimal satu kriteria hasil (Wilkinson & Ahern, 2009).
2.5.5 Implementasi
Setelah dilakukan perumusan tahapan-tahapan intervensi dalam perencanaan
keperawatan, maka selanjutnya dilakukan proses implementasi, yaitu melakukan
tahapan-tahapan intervensi tersebut. Pelaksanaan implementasi ini dilakukan
Universitas Indonesia
2.5.6 Evaluasi
Sebagai tahap terakhir dari proses keperawatan dilakukan evaluasi yang tidak
hanya sekedar melaporkan intervensi keperawatan telah dilakukan, namun juga
untuk menilai apakah hasil yang diharapkan sudah terpenuhi (Potter & Perry,
2009). Keefektifan intervensi keperawatan keluarga dapat dilihat melalui
pengkajian kembali terkait masalah kesehatan keluarga dan pemilihan rencana
intervensi yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan.
2.6.1 Pengertian
Pelaksanaan PHBS berdasarkan Depkes (2007) adalah wujud keberdayaan
masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktikkan PHBS dan semua
Universitas Indonesia
perilaku ini dilakukan atas kesadaran sendiri sehingga setiap anggota keluarga
atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan serta berperan
aktif untuk dapat mewujudkan kesehatan masyarakat. Program PHBS adalah
upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur
komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku. Upaya yang dilakukan adalah dengan melalui
tiga cara yaitu melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social
Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian
masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam
tatanan masing-masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat
dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Dinkes, 2006).
Universitas Indonesia
keluarga, menggunakan obat generik, minum oralit jika anak diare dan jauhkan
anak dari bahan berbahaya/beracun.
Pertama manfaat bagi rumah tangga dimana 1) Setiap anggota keluarga meningkat
kesehatannya dan tidak mudah sakit, 2) Balita tumbuh sehat dengan status gizi
baik dan cerdas, 3) Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat, 4)
Pengeluaran biaya rumah tangga dapat difokuskan untuk pemenuhan gizi
keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga.
Sasaran kedua, manfaat bagi masyarakat : 1) Masyarakat mampu mengupayakan
lingkungan sehat, 2) Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-
masalah kesehatan, 3) Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan
Bersumber Masyarakat (UKBM), seperti posyandu, jaminan pemeliharaan
kesehatan, tabungan ibu bersalin, ambulance desa dan lain-lain.
Universitas Indonesia
Cuci tangan dengan menggunakan sabun menurut Depkes (2009) adalah salah
satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan
air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai
kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya
pencegahan penyakit. Penggunaan sabun selain membantu singkatnya waktu cuci
Universitas Indonesia
Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan
penyakit. Hal ini dikarenakan tangan merupakan pembawa kuman penyebab
penyakit. Resiko penularan penyakit dapat berkurang dengan adanya peningkatan
perilaku hidup bersih dan sehat, perilaku hygiene, seperti cuci tangan pakai sabun
pada waktu penting. Hasil ini sesuai dengan penelitian Fewtrell l, Kaufman RB, et
al, (2005) perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan intervensi kesehatan yang
paling murah dan efektif dibandingkan dengan intervensi kesehatan dengan cara
lainnya dalam mengurangi resiko penularan berbagai penyakit salah satunya diare.
Pada tahun World Health Organization (WHO) juga telah melakukan penelitian,
dimana salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kejadian
diare dan ISPA adalah perilaku cuci tangan pakai sabun. Karena perilaku tersebut
dapat menurunkan hampir separuh kasus diare dan sekitar seperempat kasus
ISPA. Menurut Depkes (2009) waktu yang tepat untuk cuci tangan pakai sabun
adalah sebelum makan, sesudah membersihkan anak BAB, sebelum menyiapkan
makanan, sebelum memegang bayi dan sesudah buang air besar (Taufiq,
Nyorong, & Riskiyani, 2013).
Langkah yang perlu dilakukan dalam mencuci tangan dengan sabun adalah
setelah membasahkan kedua tangan dengan air mengalir, beri sabun secukupnya.
Kemudian dilakukan 6 langkah mencuci tangan sesuai standar WHO (2006): 1)
gosok kedua telapak tangan dengan sabun, 2) gosok kembali dengan posisi
telapak tangan kanan berada di atas punggung tangan kiri, dan sebaliknya, 3)
gosok telapak tangan dengan jari-jari saling terkait, 4) gosokkan punggung jari
pada telapak tangan satunya dengan posisi saling mengunci, 5) ibu jari tangan
kanan digosok memutar oleh telapak tangan kiri dan sebaliknya, 6) jari tangan kiri
menguncup, lalu gosok memutar ke telapak tangan kanan, begitu juga sebaliknya.
Kemudian bilas dengan air mengalir dengan langka yang sama.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Bab ini akan dipaparkan hasil pengkajian pada keluarga Bapak Z, khususnya An.
MA dengan masalah kesehatan gizi kurang, meliputi pengakjian data fokus,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi hasil terkait
penyelesaian masalah keperawatan.
3.1 Pengkajian
Keluarga Bpk Z (25 tahun) bertempat tinggal di Sukatani RT. 004 RW. 02
Kecamatan Tapos, Kota Depok. Keluarga inti Bpk Z masih bergabung dengan
keluarga besar istrinya yaitu Ibu D (23 tahun). Sehingga dapat dikatakan keluarga
Bpk Z merupakan tipe keluarga Extended Family dengan tahap perkembangan
anak balita, dimana anak pertama dan satu-satunya An. MA (18 bulan).
Pada saat pengkajian didapatkan data bahwa keluarga Bpk Z tinggal bersama
dengan dua orang mertuanya Bpk I (46 tahun) yang merupakan supir angkot, dan
ibu M. (45 tahun) yang merupakan seorang ibu rumah tangga. Untuk Ibu S (56
tahun) yang merupakan kakak dari Ibu M bekerja sebagai pemilah barang-barang
29 Universitas Indonesia
bekas. Sedangkan untuk An. I (20 tahun) adik dari Ibu D yang berlatar belakang
pendidikan SMA kini baru saja bekerja sebagai karyawan swasta sekitar 3 bulan.
Pada saat dilakukan pengkajian kesehatan khususnya pada An. MA. didapatkan
informasi bahwa An. MA mengalami masalah gizi kurang. Kesimpulan ini
diambil ketika dilakukan pemeriksaan fisik mengenai penimbangan berat badan
dan tinggi badan serta berdasarkan hasil pencatatan KMS. Saat dilakukan
pengukuran, An. MA memiliki BB 7 kg dengan TB 72 cm. Berdasarkan rentang
NCHS pada bagan MTBS, An. MA berada pada rentang garis -2SD dan -3SD
sehingga dapat dikatakan kurus. Lain halnya dengan NCHS, pada grafik KMS,
An. MA berada di bawah garis merah sehingga dapat dikatakan An. MA
mengalami masalah gizi kurang.
Universitas Indonesia
rumah yang terlihat kotor dan kurang dirawat. Serta kurangnya perilaku bersih
dan sehat yang ditandai bahwa keluarga hanya mengaku lebih sering mencuci
tangan hanya dengan air.
Pengkajian fokus terkait pada kondisi lingkungan fisik keluarga Bpk Z, khususnya
lingkungan rumah. Didapatkan data hasil pengkajian bahwa status rumah Bpk I
yang merupakan kontrakkan dengan bangunan berukuran 36 m2 (atas) dan 18 m2
(bawah) serta halaman teras di depan rumah yang berukuran 16 m2 terlihat tidak
sesuai dengan jumlah anggota keluarga yang totalnya berjumlah 11 orang.
Kondisi di dalam rumah juga terlihat berantakan dan sempit serta banyaknya
barang membuatnya terlihat padat. Rumah Bpk. Z juga tidak cukup mendapatkan
sinar matahari dikarenakan kondisi jendela yang tertutup dengan lemari. Keadaan
di luar rumah juga terlihat kotor dengan banyak terlihatnya plastik-plastik dan
kardus-kardus bekas yang sedang dijemur didepan rumah disertai pula dengan
jemuran pakaian yang cukup banyak. Tak jauh jaraknya dari tumpukan plastik-
plastik dan kardus-kardus bekas yang basah dan kotor, terdapat sumber keran air
yang biasa digunakan oleh Ibu M untuk mencuci pakaian atau mencuci bahan
makanan.
Dari hasil pemeriksaan fisik pada An. MA didapatkan hasil frekuensi nafas 28
x/menit, N: 70 x/menit. Suhu 36,3 C. Pengkajian nutrisi : antropometri : TB/BB :
Universitas Indonesia
72 cm/7 Kg, NCHS : antara -2SD dan -3SD, KMS : di bawah garis merah, LILA :
10 cm, Klinis : tampak kurus, berambut tipis, dan perutnya sedikit buncit. Selain
itu klien juga sedang mengalami batuk pilek. Ibu D mengatakan batuk pilek pada
An. MA sudah lama tidak sembuh 4 hari yang lalu. Pada selas-sela jari tangan dan
kaki An. MA juga terlihat lepuhan-lepuhan kecil yang berisi cairan. An. MA
sering terlihat menggaruk bagian tersebut. Ibu D mengatakan luka-luka timbul
sejak 2 hari yang lalu. Klien terobservasi jarang melakukan aktivitas yang
melelahkan seperti bermain, klien lebih sering melihat bibinya (An. D) bermain
dan terkadang suka menangis sehingga lebih sering digendong oleh paman-
pamannya.
Pengkajian kesehatan pada karya ilmiah ini difokuskan pada keluarga Bpk Z.
khususnya An. MA. Sedangkan pengkajian terhadap anggota keluarga yang lain
penulis masukan dalam lampiran pengkajian secara lengkap berdasarkan
pengkajian Friedman. (lihat lampiran 1 pengkajian keluarga)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c. Rencana Intervensi
Dengan menggunakan leaflet
1) Jelaskan kepada keluarga Bpk Z
Pengertian PHBS
Cara melaksanakan PHBS
Manfaat pelaksanaan PHBS
Pengertian cuci tangan (hand hygiene) dengan
Menyebutkan manfaat dari cuci tangan (hand hygiene) dengan sabun
Cara pelaksanaan cuci tangan (hand hygiene)
Waktu dilakukannya cuci tangan (hand hygiene)
2) Informasikan kepada keluarga Bpk Z, khususnya pada Ibu D mengenai
kapan waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan
3) Berikan motivasi kepada keluarga Bpk Z, khususnya Ibu D yang juga
dapat mengajak seluruh anggota keluarga untuk melakukan kegiatan
secara rutin
4) Berikan reinforcement positif atas keikutsertaan keluarga Bpk Z dalam
kegiatan praktik PHBS
3.4 Implementasi
Implementasi dilakukan pada hari Rabu, 21 Mei 2014, jam 10.00 WIB dengan
menggunakan leaflet memberikan edukasi kesehatan kepada keluarga Bpk Z:
1. Menjelaskan pengertian PHBS
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah suatu upaya atau perilaku
bersih dan sehat yang dilakukan atas kesadaran untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.5 Evaluasi
Evaluasi I : Rabu 21 Mei 2014
a. Data Subjektif
Keluarga khususnya Ibu D menyatakan mengerti mengenai pengertian
PHBS dengan mengatakan bahwa PHBS adalah singkatan dari perilaku
hidup bersih dan sehat berarti berperilaku bersih dan sehat untuk
meningkatkan kesehatan. Ibu D juga menyatakan mengerti mengenai cara
pelaksanaan praktik PHBS dengan mengatakan bahwa contoh PHBS itu
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Data Objektif
Praktik PHBS yang sudah dilakukan dan terlihat: 1) ventilasi rumah terbuka,
2) An. MA mendapatkan gizi seimbang dalam porsi makanannya (nasi,
lauk, sayur, buah), 3) pembuangan sampah sudah terkontrol.
c. Analisa
Praktik PHBS sebagai intervensi unggulan tercapai sebagian
d. Planning
Rencana tindak lanjut kepada keluarga untuk tetap konsisten melaksanakan
praktik PHBS dalam setiap aktivitas. Selain itu, mahasiswa akan melakukan
evaluasi setiap kunjungan berikutnya untuk melihat dan memantau praktik
PHBS yang telah dilakukan oleh keluarga Bpk Z.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISA SITUASI
Bab ini akan menjelaskan mengenai analisa pembahasan dari proses asuhan
keperawatan yang telah dilakukan pada keluarga Bpk Z, khususnya An. MA
dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh terkait masalah
kesehatan gizi kurang di RT 004 RW 02 Kelurahan Sukatani,Tapos, Depok.
Analisa pembahasan yang akan dijelaskan adalah meliputi profil lahan praktik,
analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan konsep kasus
terkait, analisis intervensi pelaksanaan PHBS dengan konsep dan penelitian
terkait, dan alternatif pemecahan yang dapat dilakukan.
41 Universitas Indonesia
lebih sering menggunakan angkutan umum atau berjalan kaki. Pusat kebersihan di
lingkungan RW 02 belum memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sendiri.
Sehingga warga masih sering membuang sampah dengan mengumpulkannya dan
pada setiap hari Rabu dan Minggu petugas kebersihan akan mengambilny.
Seluruh sampah ini kemudian dikumpulkan di wilayah RT 04 yang kemudian
baru diambil oleh petugas kebersihan dengan mobil TPA. Terkait dengan
penduduk, mayoritas pekerjaan masyarakat atau kepala keluarga di wilayah RW
02 merupakan karyawan swasta dan juga wiraswasta. Sebagian besar penduduk
merupakan warga pendatang dari wilayah Jawa dan sebagian lainnya dari Sunda
dan luar pulau Jawa. Di dalam wilayah RW 02 sendiri terdapat dua buah sekolah
yaitu SMP PGRI dan SMK As-Syifa.
Universitas Indonesia
mempengaruhi status gizi. Sehingga dapat diketahui faktor apakah yang paling
berpengaruh dalam masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh yang terjadi pada An. MA.
Hasil pengkajian pemeriksaan fisik pada keluarga Bapak Z khususny pada An.
MA, didapatkan data antropometri An. MA memiliki BB 7 kg dengan TB 72 cm.
Berdasarkan rentang NCHS pada bagan MTBS, An. MA berada pada rentang
garis -2SD dan -3SD sehingga dapat dikatakan kurus. Lain halnya dengan NCHS,
pada grafik KMS, An. MA berada di bawah garis merah sehingga dapat dikatakan
An. MA mengalami masalah gizi kurang. Selain itu dari penampilan fisik lain
yang merupakan tanda dan gejala masalah gizi kurang adalah An. MA terlihat
kurang aktif, memiliki kondisi rambut yang tipis, badan yang kurus, dan perut
sedikit buncit.
Terkait dengan usia, An. MA sudah memasuki masa yang paling rawan yaitu usia
balita. Dimana pada masa itu, anak lebih mudah sakit dan mudah terjadi kurang
gizi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jamil (1997) dalam Yunarto
(2004) menemukan hasil bahwa pada umur balita di bawah 6 bulan atau bayi
masih berada dalam keadaan status gizi yang baik, namun status gizinya akan
menurun sampai 50% ketika anak sudah memasuki golongan umur di atas 6
bulan.
Universitas Indonesia
mempunya peluang 0,4 kali mempunyai status gizi baik dibandingkan dengan
keluarga berpendidikan < SLTA. Usia kedua orang tua An. MA yang tergolong
muda yaitu 23 dan 25 tahun juga memiliki hubungan dalam status gizi anak.
Dimana menurut penelitian yang dilakukan oleh Bittikaka (2011) didapatkan
bahwa status gizi kurang lebih banyak terjadi pada keluarga dengan umur < 30
tahun 55,6% bila dibandingkan dengan keluarga dengan umur > 30 tahun.
Penelitian tersebut juga mendapatkan nilai yang menunjukkan 2,5 kali status gizi
kurang lebih tinggi pada keluarga umur < 30 tahun.
Lingkungan rumah Bapak Z dapat dikatakan kurang sehat karena memiliki luas
bangunan (44 m2) yang tidak setara dengan kapasitas anggota keluarga (11 orang).
Dimana seharusnya rasio luas bangunan terhadap pengguninya harus 8 m2 per-
penghuni, sedangkan seluruh anggota keluarga Bapak Z hanya mendapatkan
sekitar 4 m2. Selain luas bangunan, lingkungan rumah yang terlihat padat dan
kotor serta kurangnya pencahayaan karena banyak terdapat barang, adanya plastik
dan barang bekas yang berserakan serta ventilasi yang tertutup. Hal ini dapat
berpengaruh terhadap status gizi anak.
Universitas Indonesia
Pada penelitian yang dilakukan oleh Supariasa, Bakri, dan Fajar pada tahun 2007,
dikatakan bahwa kematian awal yang sering terjadi di negara berkembang banyak
sekali diakibatkan oleh penyakit infeksi. Penyakit infeksi di sini meliputi ISPA,
diare, campak, malaria, dan lainnya. Dan 54% dari kematian tersebut berkaitan
dengan gizi kurang (Syatriani, 2011). Tarigan (2003) menjelaskan bahwa pada
kelompok usia 18-36 bulan, pengenalan terhadap lingkungan semakin luas
sehingga jika lingkungan kurang sehat anak akan lebih mudah terkena infeksi.
Gangguan pada status gizi biasanya berhubungan dengan asupan makanan yang
dikonsumsi balita (Suprihatin, 2006). Pada An. MA ini, keluarga mengatakan
bahwa seluruh asupan makanan yang dikonsumsi anak sudah sesuai dengan
asupan gizi seimbang. Hal ini dibuktikan dengan jadwal menu makanan yang
diberikan oleh mahasiswa pada minggu awal kunjungan, dan didapatkan bahwa
An. MA memang selalu memiliki pola makan 3 kali sehari pagi, siang, dan sore.
Menu makanannya juga tergolong seimbang dengan adanya nasi, lauk, dan sayur-
Universitas Indonesia
buah. An. MA juga mendapatkan selingan susu dan biskuit dua kali sehari di
antara jam makan.
Terkait masalah ISPA atau penyakit infeksi yang diderita oleh An. MA sendiri
memiliki pengaruh terhadap masalah gizi. Katona (2008) dalam penelitiannya
melihat adanya interaksi antara gizi kurang dengan infeksi. Dimana keduanya
memiliki keterkaitannya satu sama lainnya. Anak yang mendapat makanan yang
baik tetapi karena sering sakit diare, infeksi atau demam dapat juga menderita
kurang gizi. Demikian pada anak yang makannya tidak cukup baik maka daya
tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit (Depkes RI, 2000). Tak
hanya itu keterkaitan keduanya juga dijelaskan bahwa infeksi yang dapat
menimbulkan gangguan penyerapan pada usus dapat menyebabkan masalah gizi
kurang. Serta masalah gizi kurang yang menimbulkan masalah berkurangnya
fungsi imun dapat menyebabkan seseorang mengalami masalah penyakit infeksi
(Katona, 2008).
Batasan karakteristik yang terlihat pada keluarga Bapak Z khususnya pada An.
MA terkait kesesuaiannya dengan masalah keperawatan adalah : 1) Berat badan
kurang dari 20% atau lebih di bawah berat badan ideal untuk tinggi badan dan
rangka tubuh. Berat badan An. MA saat pengkajian adalah 7 kg dengan TB 72
cm, dimana seharusnya BB ideal untuk TB 72 cm menurut NCHS pada MTBS
Universitas Indonesia
adalah antara 7,2 kg hingga 10,2 kg (-2SD s/d +2SD). Sedangkan BB ideal untuk
usia 18 bulan menurut KMS adalah antara 10,5 kg hingga 11,5 kg (garis hijau). 2)
Kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang adekuat. An. MA selalu
mendapatkan asupan makanan dengan gizi seimbang, adanya nasi, lauk, sayur,
dan buah disertai selingan. Namun Ibu D merasa BB An. MA tidak pernah naik.
Universitas Indonesia
Hasil pengkajian yang didapatkan adalah asupan yang dikonsumsi oleh An. MA
dapat dikatakan dengan cukup dan sesuai dengan gizi seimbang. Namun berat
badan An. MA masih belum menunjukkan adanya peningkatan yang dalam hal ini
dapat dipengaruhi oleh masalah lingkungan. Dijelaskan bahwa lingkungan sekitar
An. MA tergolong kotor dan tidak sehat. Sehingga An. MA lebih sering
mengalami penyakit infeksi salah satunya ISPA yang terkadang disertai demam.
Dimana dalam penelitian Katona (2008) mengatakan bahwa masalah infeksi ini
dapat menimbulkan gangguan penyerapan pada usus yang berujung pada masalah
gizi kurang. Penyakit infeksi ini juga dapat disebabkan adanya fungsi imunitas
yang terganggu akibat asupan makanan yang kurang. Sedangkan pada An. MA
asupan makanan yang adekuat justru untuk memperbaiki imunitasnya yang
kurang akibat proses penyakit.
Tak hanya itu, masalah lingkungan yang kotor tersebut juga dapat mempengaruhi
masalah kesehatan yang lainnya. Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2005),
terdapat empat faktor yang mempengaruhi kesehatan yaitu lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan, dan keturunan. Lingkungan yang kotor dan tidak sehat ini
merupakan suatu hasil perilaku anggota keluarga yang kurang peduli terhadap
kesehatan anggota keluarga yang lain.
Universitas Indonesia
keras dan narkoba, (5) istirahat yang cukup, (6) mengendalikan stress, dan; (7)
gaya hidup yang positif bagi kesehatan.
Manfaat dari pelaksanaan PHBS bagi lingkungan rumah tangga menurut Depkes
(2006) adalah untuk meningkatkan kesehatan setiap anggota keluarga sehingga
tidak mudah sakit, meningkatkan kesehatan balita sehingga dapat tumbuh sehat
dengan status gizi baik dan cerdas, meningkatkan produktivitas kerja anggota
keluarga, serta menghemat pengeluaran biaya rumah tangga.
Evaluasi keberhasilan praktik PHBS bidang Gizi yang dapat dilihat saat itu
adalah: 1) ibu D selalu melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
An. MA di Posyandu tiap bulannya atau jika sedang memanfaatkan pelayanan
kesehatan, 2) Ibu D selalu memberikan An. MA makanan dengan gizi seimbang
dengan menunjukkan jadwal menu makan kepada mahasiswa. Terkait ASI saat ini
An. MA masih mendapatkan ASI, sebelumnya An. MA mendapatkan ASI
eksklusif selama 6 bulan dan kapsul Vit A.
Selanjutnya praktik PHBS dalam bidang KIA dan KB, evaluasi yang didapatkan
untuk saat ini adalah Ibu D sudah mulai mengikuti program Keluarga Berencana
dengan merencanakan memiliki anak kedua ketika An. MA berusia 7 tahun.
Walaupun pada keluarga Bpk I dan Ibu M tidak menjalani program Keluarga
Berencana (memiliki 7 anak), namun Ibu D mengatakan akan mengikuti program
KB dengan mengontrol kehamilannya menggunakan KB pil. Terkait riwayat
kehamilan dan persalinan, Ibu D selalu menggunakan tenaga kesehatan dalam
memperoleh pelayanan serta imunisasi An. MA yang sudah lengkap.
Universitas Indonesia
ketidakberhasilan yang ditemukan pada praktik dalam bidang ini adalah perilaku
keluarga dalam memberantas jentik nyamuk yang masih jarang sekali dilakukan.
Evaluasi yang didapatkan keluarga dalam praktik PHBS bidang Pemeliharaan
Kesehatan adalah sudah dapat memanfaatkan saranan kesehatan dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan yaitu mengunjungi Puskesmas Cibubur.
Kemudian dalam praktik PHBS bidang gaya hidup sehat (GHS) pada keluarga
Bapak Z yang terlihat adalah keluarga sudah mengkonsumsi sayur dan buah setiap
hari. Namun ditemukan ketidakberhasilan dimana Bapak I terkadang masih
terlihat merokok di dalam rumah. Terkait praktik PHBS bidang obat dan farmasi
yang telah dilakukan keluarga adalah dengan penggunaan obat generik dan juga
obat yang didapatkan dari resep dokter.
Hal yang didemonstrasikan pada intervensi ini yang juga sebagai salah satu
praktik PHBS adalah cara mencuci tangan dengan sabun. Mencuci tangan disini
tak hanya bertujuan sebagai upaya preventif tetapi juga sebagai salah satu upaya
mengurangi angka kejadian infeksi, seperti ISPA, diare, demam yang memiliki
keterkaitan dengan masalah gizi kurang. Penelitian yang dilakukan oleh World
Health Organization (WHO) pada tahun 2007, salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk menurunkan angka kejadian diare dan ISPA adalah perilaku cuci
tangan pakai sabun. Karena perilaku tersebut dapat menurunkan hampir separuh
kasus diare dan sekitar seperempat kasus ISPA. Penelitian lain di Pakistan
menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun dapat mengurangi infeksi
saluran pernapasan yang berkaitan dengan pnemonia pada anak-anak balita hingga
lebih dari 50%. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktek-praktek menjaga
kesehatan dan kebersihan seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan/buang air besar/buang air kecil dapat mengurangi tingkat infeksi hingga
25% (Suryani, 2009).
Universitas Indonesia
perlu kiranya peningkatan perilaku ini dengan penjelasan lisan dan motivasi
tentang manfaat tindakan cuci tangan ini.
Terkait dengan praktik cuci tangan, di masyarakat saat ini banyak sekali
perbedaan cara mencuci tangan, seperti dengan hanya menggunakan air mengalir,
sabun, hand sanitizer alkohol, dan sebagainya. Namun hal tersebut dapat
membedakan pula tingkat keefektifannya. Keefektifan praktik cuci tangan dalam
mencegah penyakit salah satunya diare telah dijelaskan dalam penelitian Dobson
(2003) yang mengatakan bahwa cuci tangan dapat mencegah lebih dari 1 juta
kematian pertahun akibat penyakit diare, sedangkan mencuci tangan dengan sabun
dapat menurunkan diare hingga 47%. Dengan higiene tangan (hand hygiene) yang
tepat dapat mencegah infeksi dan penyebaran resistensi anti mikroba.
Hasil evaluasi dari praktik cuci tangan yang dilakukan adalah kini keluarga
mampu melakukan praktik cuci tangan yang benar dengan menggunakan sabun
sebagai tambahan zat anti kuman. Keluarga juga mengetahui pentingnya cuci
tangan dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan mengatakan bahwa cuci tangan
merupakan salah satu cara untuk mencegah penyakit yang paling mudah.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Karakteristik keluarga Bapak Z merupakan keluarga dengan tipe Extended Family
dengan tahap perkembangan balita. Pada keluarga Bapak Z terdapat masalah
keperawatan terkait gizi kurang pada An. MA yaitu ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan. Perencanaan yang dilakukan penulis disusun berdasarkan
dengan lima tugas kesehatan keluarga. Intervensi yang dilakukan terkait dengan
pengoptimalan praktik PHBS salah satunya mencuci tangan dengan sabun di
keluarga sebagai intervensi unggulan pada penerapan perawatan keluarga.
Intervensi ini dilakukan sebagai upaya dalam mengurangi kejadian infeksi pada
keluarga sebagai salah satu penyebab terjadinya masalah gizi kurang. Hal ini
disebabkan adanya masalah penyakit infeksi seperti ISPA dan demam yang
dialami An. MA seiring dengan tidak ada peningkatan BB dan tanda gejala gizi
kurang walaupun asupan makanan An. MA adekuat. Implementasi intervensi
unggulan yang dilakukan dilaksanakan dalam satu tahapan implementasi karena
perilaku pada PHBS merupakan perilaku yang sesungguhnya telah secara umum
diketahui oleh keluarga hanya saja belum optimal dilakukan.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Pelayanan Kesehatan
Saran untuk pelayanan kesehatan khususnya Puskesmas Sukatani dapat
mengoptimalkan intervensi pengoptimalan praktik PHBS menjadi program
unggulan di PKM Sukatani terkait untuk pemeliharaan kesehatan serta program
53 Universitas Indonesia
penurunan angka gizi kurang terkait pengelolaan balita gizi kurang. Selain itu,
dapat juga mengoptimalkan peran dari kader-kader kesehatan di masyarakat
menjadi role model praktik PHBS di wilayah kerja PKM Sukatani serta
mengkoordinasikan mereka untuk dapat mengoptimalkan peningkatan status gizi
pada balita.
Universitas Indonesia
dapat berujung pada masalah gizi kurang. Selain itu juga dapat meningkatkan
kemampuan psikomotor perawat praktik terkait PHBS.
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Allender, J.A. & Spradley, B.W. (2005). Community health nursing. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Almatsier, Sunita. (2005). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Depkes RI. (2009), Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Berbagai
Tatanan. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. (2006). Rumah Tangga Berprilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta:
Depkes RI.
Depkes RI. (2006). Survei Cepat PHBS 2006. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. (2007). Panduan Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di
Rumah Tangga melalui Tim Penggerak PKK. Jakarta: Depkes RI.
Dinas Kesehatan Depok. (2005). Profil Kesehatan Kota Depok. Tahun 2005.
56 Universitas Indonesia
Djamillus, F. (1996). Status gizi balita, ibu balita dan faktor yang
mempengaruhinya di desa Sukosewu dan desa Semen, kabupaten Blitar,
Jawa Timur. Media gizi & keluarga, Juli 1996.
Friedman, M.M., Boeden, V.R., & Jones E.G. (2003). Family Nursing: research,
theory and practice. New Jersey: Prentice Hall
Hilburn J., Fendler E., Groziak P., & Hammond P. (2002). The Use of Alcohol
Hand Sanitizer as an Effective Infection Control Strategy in Acute Care
Facility. American Journal of Infection Control, 30(4): Poster 129.
Hitchcock, J.E., Schubert, P.E. & Thomas, S.A (2003). Community health
nursing: Caring in action. 2nd Ed. New York: Delmar Publisher.
Universitas Indonesia
content/uploads/downloads/2011/01/Buku-Kader-Seri-Kesehatan-
Anak.pdf
Modul Field Lab Semester V. (2013). Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS).
Surakarta: FK Universitas Sebelas Maret.
Patodo, S. (2012). Faktor faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Wawonasa Kota Manado Tahun 2012.
Retrieved 30 Juni 2014, from
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1
&cad=rja&ved=0CCkQFjAA&url=http%3A%2F%2Fpascasarjanaunsrat.
com%2Fhome%2Fwp-content%2Fuploads%2F2012%2F08%2FFaktor-
%2523U2013-faktor-yang-Berhubungan-dengan-Status-Gizi-Balita-di-
Wilayah-Kerja-Puskesmas-Wawonasa-Kota-Manado-Tahun-
2012.docx&ei=CkTAUs22BYbjrAe3zYEY&usg=AFQjCNHLDIvmJKJ
LG13yOZtDewUi4vjyaQ&bvm=bv.58187178,d.bmk
Potter, P.A & Perry, A.G. (2009). Fundamentals of nursing. St. Louis: Mosby
Elsevier.
Rachmawati, F.J. & Triyana, S.Y. (2008). Perbandingan angka kuman pada cuci
tangan dengan beberapa bahan sebagai standarisasi kerja di
Universitas Indonesia
Santoso S, & Ranti L.A. (2004) Kesehatan dan gizi. Permasalahan gizi dan
kehidupan anak. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta.
Saputra M. (2011). Hubungan Antara Riwayat BBLR dengan Status gizi pada
Anak Balita di Kelurahan Pringgokusuman Kecamatan Gedongtengen
Kota Yogyakarta [karya tulis ilmiah]. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Soekirman. (2002). Ilmu gizi dan aplikasinya untuk keluarga dan masyarakat.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan
Nasional.
Suhardjo H.R. (2003). Perencanaan Pangan dan Gizi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor: Penerbit Bumi Aksara.
Universitas Indonesia
Sutomo, B. & Anggraeni, DY. (2010). Menu sehat alami untuk balita dan anak.
Jakarta: DeMedia Pustaka.
Tarigan, I. U., (2003) . Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak
umur 6-36 bulan sebelum dan saat krisis ekonomi di Jawa Tengah.
Buletin Penelitian Kesehatan Vol. 31, No, 1.
Taufiq, M., Nyorong, M., & Riskiyani, S. (2013). Gambaran perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) masyarakat di kelurahan Parangloe kecamatan
Tamalanrea kota Maksaar. Makassar: FKM Universitas Hassanudin.
UNICEF. (2000). The State of the Worlds Children 2000. UNICEF, New York.
Uripi, Vera. (2004). Menu sehat untuk balita. Jakarta: Puspa Suara
Widmer, A.F. (2000). Replace Hand Washing with Use of a Waterless Alcohol
Hand Rub?. Clinical Infectious Disease. 31:136-143.
Wilkinson, J.M & Ahern, N.R. (2009). Prentice hall nursing diagnosis handbook.
NANDA 9th Ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Universitas Indonesia
A. PENGKAJIAN
I. DATA UMUM
a. Nama Kepala Keluarga : Bpk. I
b. Alamat : Jl. Kemang Rt. 04 RW. 02 Kelurahan Sukatani,
Kecamatan Tapos, Depok, Jawa Barat
c. Pekerjaan KK : Supir angkot
d. Komposisi keluarga :
Genogram :
Universitas Indonesia
f. Agama : Islam, terdapat pengajian ibu-ibu pada setiap hari Selasa dan
malam Jumat. Dalam keluarga sendiri, tidak ada suatu
kegiatan shalat berjamaah di rumah. Untuk Ibu M selalu
mengikuti pengajian setiap malam Jumat
hubungan dengan An. D1 selalu mengunjungi keluarga Bpk. I minimal seminggu sekali,
serta membantu orang tua lanjut usia (Ny.S).
Tugas perkembangan keluarga dengan tahap perkembangan balita yang diemban keluarga
Bpk Z menurut Friedman (2010) dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan
anak yaitu di antaranya: 1) mempersiapkan menjadi orang tua, 2) adaptasi dengan
perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual, dan kegiatan,
3) mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya, 4) memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, 5) membantu anak untuk bersoialisasi, 6) mempertahankan
hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga, 7) membagi waktu untuk
individu, pasangan, dan anak, 8) pembagian tanggung jawab di dalam keluarga, 9)
merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Balita masih memiliki keergantungan penuh terhadap keluarga dalam memenuhi
segala kebutuhannya salah satunya kebutuhan nutrisi.
Selain itu untuk keluarga Bpk I yang saat ini memiliki sejumlah anggota keluarga dari
berbagai usia seperti usia dewasa muda, anak remaja, dan anak usia sekolah.. Sehingga
saat ini keluarga memiliki banyak tugas perkembangan, di antaranya seperti
mempertahankan hubungan baik di dalam maupun di luar lingkungan rumah,
menyediakan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak,
menyediakan kebutuhan untuk anak (tempat tinggal, privasi, rasa aman), membantu
sosialisasi anak, mempertahankan komunikasi yang terbuka, menyiapkan biaya yang
diperlukan yang kini meningkat, menjaga kepuasan setiap anggota keluarga, dan
mempertahankan suasana rumah tangga yang menyenangkan serta mempersiapkan untuk
melepas Ibu D dan Bpk Z serta An. MA dalam membentuk keluarga baru secara terpisah.
Berdasarkan segala tugas perkembangan tersebut, tugas keluarga yang belum terpenuhi
adalah menyediakan kebutuhan untuk anak (tempat tinggal, privasi, rasa aman). Dimana
kondisi bangunan rumah saat ini tidak sesuai dengan kebutuhan dari seluruh anggota
keluarga yang berjumlah 11 orang. Sedangkan terkait biaya hidup seluruh anggota
keluarga dianggap masih dapat tercukupi.
Universitas Indonesia
III. LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah
Status rumah merupakan kontrakkan yang sudah didiami selama 7 tahun. Tipe bangunan
rumah adalah rumah permanen dengan bangunan berukuran 36 m2 (atas) dan 18 m2
(bawah) dengan 7 ruangan yang terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruangan besar yang
mencangkup ruang keluarga (ruang TV dan ruang makan) dan 1 ruang tamu yang
kemudian dibagi 2 lagi dengan menggunakan sekat lemari untuk dijadikan kamar oleh
keluarga Bpk. Z (Ibu D dan An. M). Terdapat pula 1 kamar mandi, dan 1 dapur serta
halaman teras di depan rumah yang berukuran 16 m2. Keadaan di dalam rumah terlihat
berantakan dan sempit serta banyaknya barang sehingga terlihat padat. Rumah Bpk. I
tidak cukup mendapatkan sinar matahari dikarenakan kondisi jendela yang tertutup
dengan lemari. Keadaan di luar rumah juga terlihat kotor dengan banyak terlihatnya
Universitas Indonesia
plastik-plastik dan kardus-kardus bekas yang sedang dijemur didepan rumah disertai pula
dengan jemuran pakaian yang cukup banyak. Tak jauh jaraknya dari tumpukan plastik-
plastik dan kardus-kardus bekas yang basah dan kotor, terdapat sumber keran air yang
biasa digunakan oleh Ibu M untuk mencuci pakaian atau mencuci bahan makanan.
Sumber air di rumah Bpk. I ialah dari air sumur yang menggunakan mesin pompa air.
Jarak antara sumber air dengan septic tank kurang lebih 10 m. Air limbah rumah mengalir
ke saluran pembuangan yang tersambung juga ke saluran pembuangan tertutup di depan
rumah. Untuk pembuangan sampah, limbah sampah dikumpulkan di depan rumah yang
kemudian akan diambil oleh petugas kebersihan sekitar.
Untuk Bpk Z sendiri, jarang terlihat berada di rumah karena tugas pekerjaannya yang
mengharuskannya untuk sering sekali pergi kerja berangkat pagi dan pulang sore.
Universitas Indonesia
kesadaran yang tinggi akan pentingnya mempertahankan status kesehatan bagi seluruh
anggota keluarganya. Hal ini dikarenakan setiap ada salah satu anggota keluarga yang
sakit, maka terkadang anggota keluarga ikut mengalami penyakit yang sama. Selain itu
ada juga tabungan keluarga atau simpanan dengan menyisihkan dana Rp 10.000/ hari.
c. Struktur Peran
Kepala keluarga ialah Bpk. I sebagai pencari nafkah dalam keluarga dan dibantu oleh
menantu (Bpk. Z) dan anak ketiganya (An. I). Selain itu, Bpk. I juga memiliki peranan
sebagai pelindung dan pemberi rasa aman bagi keluarga. Ny. M sebagai istri dari Bpk I
dan juga Ibu A berperan sebagai ibu rumah tangga yaitu merawat suami, anak, serta
mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Ny. S sebagai kakak ipar dari Bpk I juga
memiliki peranan sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarga.
Universitas Indonesia
V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi Afektif
Seluruh anggota keluarga saling menyayangi satu sama lain walaupun ada beberapa
anggota keluarga yang jarang ada di rumah. Namun, Bpk. I mengatakan apabila seluruh
keluraga sudah berkumpul, maka segala rasa stress atau masalah seperti tidak
membebani.
b. Fungsi Sosialisasi
Hubungan sosialisasi dalam keluarga Bpk. I dan Bpk Z sudah sangat terbuka. Sehingga
dapat mempermudah keluarga dalam mendapatkan petunjuk untuk dapat menyelesaikan
masalah dalam keluarga
c. Fungsi Reproduksi
Untuk Ny. M sendiri mengatakan sudah tidak akan menambah anak lagi mengingat sudah
berumur serta jumlah anak yang masih harus dibiayai. Selain itu Ibu D yang juga sudah
mulai membina keluarga baru dengan Bpk Z akan merencanakan memiliki anak kedua
setelah An. MA berusia 7 tahun dan susah tinggal pisah dari kedua orang tuanya (Bpk I
dan Ny. M).
d. Fungsi Ekonomi
Saat ini keluarga hanya mampu memberikan finansial untuk kebutuhan keluarganya.
Sedangan untuk kepentingan di masyarakat baru akan diberikan jika memang memiliki
rezeki lebih.
e. Fungsi Fisik
Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.
Universitas Indonesia
Mengambil keputusan
Ibu D mengatakan bahwa masalah-masalah kesehatan tersebut perlu segera
ditangani. Hal ini dikarenakan Ibu D juga mengkhawatirkan An. MA yang sudah
sering sekali tidak pernah berat badannya naik. Serta batuk pilek An. MA yang
dikhawatirkan adalah flek yang dulu pernah diderita oleh An. A.
Memodifikasi lingkungan
Ibu D mengatakan untuk mengatasi masalah penyakit kulit, makanan yang diberikan
di rumah saat ini dimodifikasi dengan mengurangi menu makanan seperti ikan dan
telur. Ibu D percaya kedua jenis makanan tersebut merupakan salah satu penyebab
penyakit kulit (alergi) atau dapat menyebabkan penyakit kulit sulit sembuh.
Universitas Indonesia
c. Eliminasi
BAB dan BAK keluarga lancar dengan BAB 1x/hari dengan konsistensi normal.
Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan mengalami gangguan buang air
besar.
d. Personal hygiene
Setiap anggota keluarga mandi 2x sehari dan selalu menggosok gigi.
Universitas Indonesia
Hidung.. Tidak ada sumbatan jalan napas Tidak ada sumbatan jalan napas Tidak ada sumbatan jalan napas Ada sumbatan jalan napas Ada sumbatan jalan napas
Telinga. Tidak ada sekresi cairan Tidak ada sekresi cairan Tidak ada sekresi cairan Tidak ada sekresi cairan Tidak ada sekresi cairan
Pendengaran.. Pendengaran masih bagus Pendengaran masih bagus Pendengaran masih bagus Pendengaran masih bagus Pendengaran masih bagus
Bibir.. Tidak kering Tidak kering Tidak kering Tidak kering Tidak kering
Mukosa lembab Mukosa lembab Mukosa lembab Mukosa lembab Mukosa lembab
Mulut..
Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda
Warna lidah
Lembab Lembab Lembab Lembab Lembab
Permukaan lidah
Ada beberapa yang tanggal Ada beberapa yang tanggal Lengkap Lengkap Lengkap
Gigi...
4. Leher
Pembengkakan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelenjar tiroid..
Denyut vena Teraba Teraba Teraba Teraba Teraba
jugularis..
Peningkatan tekanan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
vena jugularis..
5. Dada
Pergerakan dada.. Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris
Suara jantung.., BJ I, BJ II BJ I, BJ II BJ I, BJ II BJ I, BJ II BJ I, BJ II
murmur.. Murmur (-) Gallop (-) Murmur (-) Gallop (-) Murmur (-) Gallop (-) Murmur (-) Gallop (-) Murmur (-) Gallop (-)
Suara napas.., Bersih, vesikuler Bersih, vesikuler Bersih, vesikuler vesikuler Bersih, vesikuler
ronchi.., wheezing.. Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ronchi, Tidak ada Tidak ada, Wheezing
6. Abdomen
Perut.. Sedikit buncit Sedikit buncit Tidak ada asites Sedikit buncit Tidak ada asites
Warna kulit.. Sawo matang Sawo matang Sawo matang Sawo matang Sawo matang
Pembesaran organ.. Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
7. Ekstremitas
Warna kulit.. Sawo matang Sawo matang Sawo matang Sawo matang Sawo matang
Tangan kanan dan Rentang pergerakan sendi bebas Rentang pergerakan sendi bebas Rentang pergerakan sendi bebas Rentang pergerakan sendi Rentang pergerakan sendi
kiri.. Rentang pergerakan sendi bebas Rentang pergerakan sendi bebas Rentang pergerakan sendi bebas bebas bebas
Kaki kanan dan kiri.. Teraba Teraba Teraba Rentang pergerakan sendi Rentang pergerakan sendi
Arteri brakhialis.. Elastis, tidak kering, lembab Elastis, tidak kering, lembab Elastis, tidak kering, lembab Teraba Teraba
Edema.. Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Kulit.. Tidak Tidak Tidak Elastis, tidak kering, lembab Elastis, tidak kering, lembab
Tidak ada Tidak ada
Kelumpuhan..
Tidak Tidak
Akral dingin
1 DO :
DS :
d. Menyebutkan arti kurang Respon verbal Keluarga menyebutkan Tanyakan pendapat keluarga
gizi bahwa kurang gizi adalah tentang pengertian kurang gizi
kekurangan zat-zat atau Diskusikan dengan keluarga
bahan-bahan yang tentang pengertian kurang gizi
dibutuhkan tubuh sehingga menggunakan flipchart
terjadi perubahan dalam Motivasi keluarga untuk
tubuh. mengulang kembali pengertian
kurang gizi
Beri reinforcement positif atas
jawaban keluarga
e. Menyebutkan 2 dari 4 Respon verbal Keluarga menyebutkan 2 Jelaskan pada keluarga tentang
penyebab kurang gizi dari 4 penyebab kurang gizi penyebab kurang gizi
1. Jumlah makanan yang Motivasi keluarga untuk
dimasukan kurang bertanya
2. Jenis bahan makanan Mengarahkan keluarga agar
tidak seimbang mengulang penyebab kurang
3. Makan tidak tertur gizi
4. Penyakit Beri reinforcement positif atas
jawaban keluarga
f. Menyebutkan 3 dari 6 Respon verbal Keluarga menyebutkan 3 Jelaskan pada keluarga tentang
tanda dan gejala kurang dari 6 tanda gejala kurang tanda dan gejala kurang gizi
Motivasi keluarga untuk
2) Mengidentifikasi status gizi Respon verbal Keluarga mengungkapkan Diskusikan dengan keluarga
anak bahwa An. MA kurang gizi tentang anggota keluarga yang
mempunyai tanda-tanda kurang
gizi
Fasilitasi keluarga untuk
menyebutkan keluhan-keluhan
yang ada pada an. R sesuai
dengan tanda-tanda kurang gizi
yang sudah dijelaskan
Beri kesempatan pada keluarga
untuk mengungkapkan
pendapatnya
Beri reinforcement positif atas
ungkapan keluarga
b. Memutuskan untuk Respon verbal Keluarga mengatakan Beri kesempatan pada keluarga
mengatasi masalah dan afektif Keputusan keluarga untuk untuk mengambil keputusan
kurang gizi mengatasi kurang gizi pada untuk mengatasi kurang gizi
An. MA pada anggota keluarga yaitu
An.MA
Beri dukungan atas keputusan
yang telah diambil
4) Melakukan tindakan
keperawatan untuk mengatasi
kurang gizi :
a. Menyebutkan 2 dari 3 Respon Verbal Cara perawatan kurang gizi Menjelaskan keluarga cara
cara perawatan kurang yaitu: cara merawat anggota keluarga
gizi 1. Memberi jenis makanan yang kurang gizi
seimbang dan bervariasi Motivasi keluarga untuk
terdiri dari sumber mengulang kembali penjelasan
energy (contoh: nasi, roti, mahasiswa
ubi, jagung, terigu, Berikan pujian atas usaha yang
kentang, singkong), dilakukan keluarga
pembangun (contoh:
tempe, tahu, telur, susu,
ikan, ayam, daging,
kacang hijau, kacang
kedelai), pengatur
(bayam, kangkung,
wortel, daun singkong,
papaya, mangga, jeruk).
2. Pola makan teratur
3. Memberikan makan
sesuai kebutuhan anak
balita.
b. Menyebutkan 4 dari 6 Respon Verbal 1. Memberi jenis makanan Menjelaskan keluarga cara
cara pencegahan seimbang dan bervariasi pencegahan kurang gizi
terdiri dari sumber Motivasi keluarga untuk
energy, pembangun dan mengulang kembali penjelasan
pengatur. mahasiswa
2. Pola makan teratur Berikan pujian atas penjelasan
3. Memberikan makan yang disebutkan keluarga
sesuai kebutuhan anak
4. Memberikan makan
dalam porsi kecil tapi
sering
5. Jajanan/ makanan
selingan jangan diberikan
dekat waktu makan
6. Jangan memberikan
makanan yang manis
sebelum makan
c. Menyebutkan 2 dari 4 Respon Verbal 2 dari 4 cara memilih bahan Jelaskan cara memilih bahan
cara memilih bahan makanan : makanan yang benar pada
makanan 1. harganya terjangkau keluarga dengan menggunakan
2. Nilai gizinya baik flipchart.
3. Tidak busuk Beri kesempatan pada keluarga
4. Mudah didapat untuk menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti
Tanyakan kembali cara memilih
bahan makanan yang baik.
Beri reinforcement positif atas
jawaban keluarga
d. Menyebutkan 3 dari 4 Respon Verbal Cara mengolah bahan Jelaskan cara mengolah bahan
cara mengolah bahan makanan yang benar yaitu : makanan yang benar pada
makanan yang benar 1. Sayuran, buah dicuci keluarga dengan menggunakan
dahulu baru dipotong- flipchart.
potong Beri kesempatan pada keluarga
2. Sayuran dimasak jangan untuk menanyakan hal-hal yang
j. Menjelaskan manfaat Respon verbal Manfaat pelaksanaan PHBS Tanyakan pendapat keluarga
PHBS bagi rumah tangga dan tentang manfaat pelaksanaan
masyarakat adalah (Depkes, PHBS
2006): Diskusikan dengan keluarga
1. Tidak mudah sakit, tentang manfaat pelaksanaan
2. Balita tumbuh sehat PHBS menggunakan leaflet
dengan status gizi baik Motivasi keluarga untuk
dan cerdas, mengulang kembali manfaat
3. Produktivitas pelaksanaan PHBS
meningkat, Beri reinforcement positif atas
4. Hemat dan ekonomis jawaban keluarga
5. Mampu menciptakan
lingkungan sehat,
6. Mampu mencegah dan
menanggulangi
masalah-masalah
kesehatan.
k. Menjelaskan cara Respon verbal Jenis praktik PHBS yang Jelaskan praktik PHBS yang
melaksanakan PHBS dapat dilakukan di rumah dapat dilakukan di rumah
tangga adalah (Depkes, menggunakan leaflet
2006): Beri kesempatan keluarga
1. Pemantauan untuk menanyakan hal-hal yang
pertumbuhan dan belum dipahami
perkembangan balita,
Tanyakan kembali pada
2. Makan makanan gizi
keluarga praktik PHBS yang
seimbang,
dapat dilakukan di rumah sesuai
3. Memberikan ASI
dengan pemahaman keluarga
eksklusif,
Beri reinforcement positif atas
4. Mencuci tangan dengan
usaha keluarga
sabun,
5. Menggunakan air
bersih,
6. Menggunakan jamban
sehat,
7. Memberantas jentik
nyamuk,
8. Membuang sampah,
9. Pemanfaatan sarana
kesehatan,
10. Tidak merokok di
dalam rumah,
11. Berolahraga/
beraktivitas setiap hari,
12. Makan sayur dan buah
setiap hari,
13. Menggunakan obat
generik.
l. Menjelaskan pengertian Respon verbal Cuci tangan pakai sabun Tanyakan pendapat keluarga
cuci tangan (hand adalah salah satu tindakan tentang pengertian cuci tangan
hygiene) dengan sabun sanitasi dengan (hand hygiene) dengan sabun
membersihkan tangan dan Diskusikan dengan keluarga
jari jemari menggunakan air tentang pengertian cuci tangan
dan sabun oleh manusia (hand hygiene) dengan sabun
untuk menjadi bersih dan menggunakan leaflet
memutuskan mata rantai Motivasi keluarga untuk
kuman (Depkes, 2009). mengulang kembali pengertian
cuci tangan (hand hygiene)
dengan sabun
Beri reinforcement positif atas
jawaban keluarga
m. Menjelaskan manfaat Respon verbal Manfaat cuci tangan (hand Tanyakan pendapat keluarga
dari cuci tangan (hand hygiene) dengan sabun tentang manfaat cuci tangan
hygiene) dengan sabun adalah (Depkes, 2009 dan (hand hygiene) dengan sabun
Taufiq, Nyorong, & Diskusikan dengan keluarga
Riskiyani, 2013): tentang manfaat cuci tangan
1. pencegahan penyakit, (hand hygiene) dengan sabun
2. menjaga kesehatan, menggunakan leaflet
3. menghilangkan kuman
Motivasi keluarga untuk
4. menghilangkan noda
mengulang kembali manfaat
n. Menjelaskan waktu yang Respon verbal Waktu yang tepat Jelaskan waktu yang tepat
tepat dilakukannya cuci dilakukannya cuci tangan untuk cuci tangan (hand
tangan (hand hygiene) (hand hygiene), yaitu pada: hygiene) dengan sabun di
1. sebelum makan atau rumah menggunakan leaflet
menyiapkan makanan Beri kesempatan keluarga
2. sebelum menyuapi untuk menanyakan hal-hal yang
anak belum dipahami
3. sebelum meneteki/ Tanyakan kembali pada
menyusui anak keluarga waktu yang tepat
4. sesudah keluar atau untuk cuci tangan (hand
menggunakan toilet/ hygiene) dengan sabun di
buang air besar atau rumah sesuai dengan
buang air kecil pemahaman keluarga
5. sesudah memegang Beri reinforcement positif atas
barang yang diduga usaha keluarga
mengandung kotoran
6. sesudah menceboki
anak.
menarik keluarga
Beri reinforcement positif atas
usaha keluarga
6) Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
kesehatan untuk mengatasi
gizi kurang pada An.R
c. Menyebutkan 2 manfaat Respon verbal Manfaat kunjungan ke Jelaskan pada keluarga manfaat
kunjungan ke fasilitas fasilitas kesehatan : kunjungan ke fasilitas
kesehatan 1. Mendapatkan pelayanan kesehatan dengan
kesehatan menggunakan lembar balik
2. Mendapatkan penkes Beri kesempatan pada keluarga
untuk menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti
Tanyakan kembali pada
keluarga tentang manfaat
kunjungan ke fasilitas
kesehatan sesuai dengan
pemahaman keluarga
Diagnosa :
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada keluarga Bpk Z khususnya An. MA b/d Ketidakmampuan keluarga dalam mempertahankan asupan
nutrisi gizi seimbang
1. TUK 2 : O:
2. Menjelaskan akibat dari kurang gizi - Ibu D dapat menyebutkan pengertian gizi seimbang dengan baik
pada anak agar keluarga mampu - Ibu D dapat menyebutkan 2 contoh makanan dari tiap sumber gizi seimbang
mengambil keputusan untuk - Ibu D dapat menyebutkan 3 dari 3 manfaat gizi seimbang
merawat anggota keluarga yang - Ibu D dapat menyebutkan arti kurang gizi
menderita gizi kurang dengan: - Ibu D dapat menyebutkan 3 dari 4 penyebab kurang gizi
1. Menyebutkan akibat dari gizi - Ibu D dapat menyebutkan 5 dari 6 tanda dan gejala gizi kurang
kurang pada anak - Ibu D dapat menyebutkan 2 dari 3 akibat dari kurang gizi
2. Mampu mengambil keputusan - Ibu D dapat mengidentifikasi status An. MA
untuk merawat dan mengatasi - Ibu D dapat mengambil keputusan dalam masalah kurang gizi
gizi kurang pada anggota
keluarga A:
- TUK 1 tercapai
- TUK 2 tercapai
P:
- Melakukan TUK 3
- Melakukan TUK 4
- Melakukan TUK 5
- Mengevaluasi tindakan
A:
- TUK 1 tercapai
- TUK 2 tercapai
- TUK 3 tercapai
P:
- Melanjutkan TUK 3
- Melakukan TUK 4
- Melakukan TUK 5
- Mengevaluasi tindakan
- Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 6 waktu yang tepat untuk cuci tangan
dengan sabun.
- Keluarga mampu mendemonstrasikan kembali cara mencuci tangan yang baik dan
benar dengan menggunakan sabun.
A:
- TUK 1 tercapai
- TUK 2 tercapai
- TUK 3 tercapai
P:
- Melakukan TUK 4
- Melakukan TUK 5
- Mengevaluasi tindakan
- Mengevaluasi keluarga untuk tetap konsisten melaksanakan praktik PHBS dalam
setiap aktivitas.
- Mengevaluasi setiap kunjungan berikutnya untuk melihat dan memantau praktik
PHBS yang telah dilakukan oleh keluarga Bpk Z.
yang meningkatkan selera - Ibu D mengatakan manfaat pergi ke Puskesmas adalah mendapatkan penyuluhan
makan anak dan pelayanan
- Ibu D mengatakan fasilitas yang sering ia gunakan adalah Puskesmas, klinik, dan
TUK 5: Rumah Sakit
Menjelaskan fasilitas kesehatan
yang dapt digunakan dalam O:
mengatasi gizi kurang, yaitu - Ibu D telah menunjukkan form menu seimbang dengan jadwal makan An. MA
dengan: - Ibu D dapat menyebutkan 3 dari 4 suasana yang dapat meningkatkan selera makan
1. Menyebutkan manfaat anak
kunjungan ke fasilitas - Ibu D dapat menyebutkan 2 manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan
kesehatan - Ibu D dapat menyebutkan 2 dari 3 fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk
2. Menyebutkan jenis-jenis mengatasi kurang gizi pada anak
fasilitas kesehatan yang - Praktik PHBS yang sudah dilakukan dan terlihat: 1) ventilasi rumah terbuka, 2) An.
digunakan untuk mengatasi MA mendapatkan gizi seimbang dalam porsi makanannya (nasi, lauk, sayur, buah),
gizi kurang pada anak 3) pembuangan sampah sudah terkontrol.
A:
- TUK 1 tercapai
- TUK 2 tercapai
- TUK 3 tercapai
- TUK 4 tercapai
- TUK 5 tercapai
P:
- Melakukan terminasi
- Mengevaluasi keluarga untuk tetap konsisten melaksanakan praktik PHBS dalam
setiap aktivitas.
- Mengevaluasi setiap kunjungan berikutnya untuk melihat dan memantau praktik
PHBS yang telah dilakukan oleh keluarga Bpk Z.
P:
Kontrak kepada keluarga untuk menyelesaikan masalah kedua: Bersihan jalan napas
tidak efektif
Evaluasi Sumatif
Tujuan Kriteria Evaluasi Tidak
Tercapai
Tercapai
Telah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 45
menit, sehingga kini keluarga
mampu:
1) Mengenal masalah
kurang gizi
a. Menjelaskan Keluarga menyebutkan bahwa gizi seimbang adalah gizi yang sesuai dengan kebutuhan -
pengertian gizi anak berdasarkan usia dan tinggi badan anak yang mencakup sumber zat tenaga, zat
seimbang pembangun dan zat pengatur.
b. Menyebutkan 2 Keluarga menyebutkan bahan-bahan makanan yang mengandung gizi seimbang yaitu :
contoh makanan dari 4. Zat tenaga seperti : nasi, roti, ubi, talas
tiap sumber gizi 5. Zat pembangun seperti : tempe, tahu, telur, daging, ikan. -
seimbang 6. Zat pengatur seperti : sayuran dan buah-buahan
d. Menyebutkan arti Keluarga menyebutkan bahwa kurang gizi adalah kekurangan zat-zat atau bahan-bahan
kurang gizi yang dibutuhkan tubuh sehingga terjadi perubahan dalam tubuh. -
Evaluasi Sumatif
Tujuan Kriteria Evaluasi Tidak
Tercapai
Tercapai
f. Menyebutkan 3 dari Keluarga menyebutkan 3 dari 6 tanda gejala kurang gizi yaitu
6 tanda dan gejala 1. Badan kurus
kurang gizi 2. Rambut tipis mudah dicabut -
3. Lemah/pucat
4. Kulit kering dan kusam
5. Pusing
6. Kaki dan tangan bengkak
2) Mengambil keputusan
untuk mengatasi
masalah kurang gizi
pada anak
a. Menyebutkan 2 dari Keluarga menyebutkan 2 dari 3 akibat dari kurang gizi adalah : -
3 akibat dari kurang 1. Pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu
gizi pada anak 2. Mudah terkena penyakit
3. Berkurangnya daya fikir
Evaluasi Sumatif
Tujuan Kriteria Evaluasi Tidak
Tercapai
Tercapai
b. Memutuskan untuk Keluarga mengatakan Keputusan keluarga untuk mengatasi kurang gizi pada An. MA -
mengatasi masalah
kurang gizi
3) Melakukan tindakan
keperawatan untuk
mengatasi kurang gizi :
a. Menyebutkan 2 dari Cara perawatan kurang gizi yaitu:
3 cara perawatan 1. Memberi jenis makanan seimbang dan bervariasi terdiri dari sumber energy (contoh:
kurang gizi nasi, roti, ubi, jagung, terigu, kentang, singkong), pembangun (contoh: tempe, tahu, telur,
susu, ikan, ayam, daging, kacang hijau, kacang kedelai), pengatur (bayam, kangkung, -
wortel, daun singkong, papaya, mangga, jeruk).
2. Pola makan teratur
3. Memberikan makan sesuai kebutuhan anak balita.
b. Menyebutkan 4 dari 1. Memberi jenis makanan seimbang dan bervariasi terdiri dari sumber energy, pembangun
6 cara pencegahan dan pengatur.
2. Pola makan teratur
3. Memberikan makan sesuai kebutuhan anak -
4. Memberikan makan dalam porsi kecil tapi sering
5. Jajanan/ makanan selingan jangan diberikan dekat waktu makan
6. Jangan memberikan makanan yang manis sebelum makan
Evaluasi Sumatif
Tujuan Kriteria Evaluasi Tidak
Tercapai
Tercapai
e. Menyebutkan 3 dari Keluarga menyebutkan 3 dari 5 cara penyajian yang menarik yaitu:
5 cara penyajian 1. Jenis makanan bervariasi
makanan yang 2. Kombinasi makanan hewani dan nabati jika keuangan memungkinkan
menarik 3. Disajikan dalam keadaan hangat -
4. Perhatikan jadwal menu
5. Jumlah makanan sesuai dengan porsi
f. Menyebutkan 2 dari Keluarga menyebutkan 2 dari 4 cara penyajian yang menarik yaitu:
4cara mengatasi 1. Jangan paksa jika anak tidak mau makan
-
anak tidak mau 2. Menggunakan alat makan yang menarik
makan. 3. Jenis makanan bervariasi dengan bentuk dan warna yang menarik.
4. Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering
g. Mendemonstrasikan Keluarga dapat menyusun menu seimbang sesuai dengan kebutuhan anak balita sehari-hari
penyusunan menu (400 kkal/ porsi) 3 x sehari
makan bergizi Contoh menu:
seimbang. Nasi (3/4 gelas) -
Daging ayam (1 ptg sedang)
Tahu (1 buah besar)
Bayam (1 gelas)
Atau setara 1/3 porsi makan dewasa
Evaluasi Sumatif
Tujuan Kriteria Evaluasi Tidak
Tercapai
Tercapai
h. Mendemonstrasikan Keluarga mendemonstrasikan cara memilih mengolah makanan yang baik:
cara mengolah bahan 1. Sayuran, buah dicuci dahulu baru dipotong-potong
makanan yang baik 2. Sayuran dimasak jangan terlalu lama \-
3. Alat-alat masak bersih
4. Cuci tangan sebelum masak
i. Menjelaskan Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah suatu upaya atau perilaku bersih dan sehat
pengertian PHBS yang dilakukan atas kesadaran untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. -
j. Menjelaskan 4 dari 6 Manfaat pelaksanaan PHBS bagi rumah tangga dan masyarakat adalah (Depkes, 2006):
manfaat PHBS 1. Tidak mudah sakit,
2. Balita tumbuh sehat dengan status gizi baik dan cerdas,
3. Produktivitas meningkat,
4. Hemat dan ekonomis -
5. Mampu menciptakan lingkungan sehat,
6. Mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan.
k. Menjelaskan 8 dari Jenis praktik PHBS yang dapat dilakukan di rumah tangga adalah (Depkes, 2006):
13 cara 1. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita,
melaksanakan PHBS 2. Makan makanan gizi seimbang,
3. Memberikan ASI eksklusif, -
4. Mencuci tangan dengan sabun,
5. Menggunakan air bersih,
6. Menggunakan jamban sehat,
7. Memberantas jentik nyamuk,
8. Membuang sampah,
9. Pemanfaatan sarana kesehatan,
10. Tidak merokok di dalam rumah,
11. Berolahraga/ beraktivitas setiap hari,
12. Makan sayur dan buah setiap hari,
Evaluasi Sumatif
Tujuan Kriteria Evaluasi Tidak
Tercapai
Tercapai
13. Menggunakan obat generik.
l. Menjelaskan Cuci tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan
pengertian cuci dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan
tangan (hand memutuskan mata rantai kuman (Depkes, 2009). -
hygiene) dengan
sabun
m. Menjelaskan Manfaat cuci tangan (hand hygiene) dengan sabun adalah (Depkes, 2009 dan Taufiq,
manfaat dari cuci Nyorong, & Riskiyani, 2013):
tangan (hand 1. pencegahan penyakit,
hygiene) dengan 2. menjaga kesehatan,
sabun 3. menghilangkan kuman -
4. menghilangkan noda minyak/ lemak/ kotoran di permukaan kulit,
5. memberikan bau harum pada permukaan tangan
6. memberikan rasa segar
7. murah dan efektif.
n. Menjelaskan waktu Waktu yang tepat dilakukannya cuci tangan (hand hygiene), yaitu pada:
yang tepat 1. sebelum makan atau menyiapkan makanan
-
dilakukannya cuci 2. sebelum menyuapi anak
tangan (hand 3. sebelum meneteki/ menyusui anak
hygiene) 4. sesudah keluar atau menggunakan toilet/ buang air besar atau buang air kecil
5. sesudah memegang barang yang diduga mengandung kotoran
6. sesudah menceboki anak.
o. Mendemonstrasikan Keluarga dapat mendemonstrasikan cara mencuci tangan dengan sabun sesuai dengan 6 -
cara mencuci tangan langkah sesuai standar WHO (2006):
dengan sabun 1. gosok kedua telapak tangan dengan sabun
Evaluasi Sumatif
Tujuan Kriteria Evaluasi Tidak
Tercapai
Tercapai
2. gosok kembali dengan posisi telapak tangan kanan berada di atas punggung tangan kiri,
dan sebaliknya
3. gosok telapak tangan dengan jari-jari saling terkait
4. gosokkan punggung jari pada telapak tangan satunya dengan posisi saling mengunci
5. ibu jari tangan kanan digosok memutar oleh telapak tangan kiri dan sebaliknya
6. jari tangan kiri menguncup, lalu gosok memutar ke telapak tangan kanan, begitu juga
sebaliknya.
Evaluasi Sumatif
Tujuan Kriteria Evaluasi Tidak
Tercapai
Tercapai
5) Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
kesehatan untuk
mengatasi gizi kurang
pada An.M
a. Menyebutkan 2 Manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan :
manfaat kunjungan 1. Mendapatkan pelayanan kesehatan -
ke fasilitas kesehatan 2. Mendapatkan penkes
b. Menyebutkan 2 dari Menyebutkan 2 dari 3 fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi untuk mengatasi kurang
3 fasilitas kesehatan gizi :
yang dapat digunakan 1. Puskesmas -
untuk mengatasi 2. RS
kurang gizi pada 3. Praktik dokter
anak
Kriteria Kemandirian
No. Ya Tidak Keterangan
Keluarga
1 Menerima petugas - Keluarga Bpk Z menerima kedatangan mahasiswa
puskesmas sebagai salah satu perwakilan petugas puskesmas
(Perawat Pelaksana)
Kesimpulan :
Keluarga Bpk. Z berada pada Tingkat Kemandirian III