You are on page 1of 112

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGOPTIMALAN PRAKTIK PERILAKU HIDUP BERSIH


DAN SEHAT (PHBS) SEBAGAI INTERVENSI
KEPERAWATAN KELUARGA PADA AN. MA DENGAN
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH DI KELURAHAN S DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

OLEH

SINTA DEWI
0906629662

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS
DEPOK
JULI 2014

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

PENGOPTIMALAN PRAKTIK PERILAKU HIDUP BERSIH


DAN SEHAT (PHBS) SEBAGAI INTERVENSI
KEPERAWATAN KELUARGA PADA AN. MA DENGAN
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG DARI
KEBUTUHAN TUBUH DI KELURAHAN S DEPOK

Karya tulis ilmiah akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ners

OLEH

SINTA DEWI
0906629662

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI NERS
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JULI 2014

i Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ilmiah akhir ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : SINTA DEWI

NPM : 0906629662

Tanda Tangan :

Tanggal : 14 Juli 2014

ii Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


HALAMAN PENGESAHAN

Karya ilmiah akhir ini diajukan oleh :


Nama : SINTA DEWI
NPM : 0906629662
Program Studi : Ners
Judul KIA : Pengoptimalan Praktik Pola Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) sebagai Intervensi Keluarga pada An. MA dengan
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan
Tubuh di Kelurahan S Depok

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Profesi Ners
pada program Profesi Ners Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas
Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Henny Permatasari, S.Kp. M.Kep.Sp.Kom ( )

Penguji : Hera Hastuti, M.Kep., Sp.Kep.Kom ( )

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 14 Juli 2014

iii Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan
karunia yang diberikan-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya
ilmiah akhir ini. Penulisan karya ilmiah akhir ini dilakukan sebagai salah satu
syarat untuk mencapai gelar profesi Ners pada Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.

Karya ilmiah akhir ini memaparkan landasan pemikiran dan segala konsep serta
hasil yang diperoleh dari asuhan keperawatan keluarga yang berjudul
Pengoptimalan Praktik PHBS sebagai Intervensi Keluarga pada An. MA dengan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh di RW 02 Kelurahan S
Depok. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari masa perkuliahan sampai penyusunan karya ilmiah akhir ini, sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Oleh karena itu, saya
menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
(1) Ibu Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D. selaku dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
(2) Ibu Kuntarti, S.Kp., M.Biomed selaku Ketua Program Studi Sarjana
Keperawatan dan Ners Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
(3) Ibu Henny Permatasari, S.Kp. M.Kep.Sp.Kom selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan saran-saran selama penulisan karya
ilmiah akhir ini.
(4) Ibu Ns. Fajar Tri Walujati, S.Kp., M.Kep., Sp.Kep.An selaku koordinator
mata ajar karya ilmiah akhir program profesi Ners Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia dan juga sebagai pembimbing akademik
yang telah memberikan dukungan moral dan doa untuk penulis.
(5) Ibu Kader RW 02 Kelurahan Sukatani Tapos, Depok yang telah membantu
proses pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga sehingga dapat berjalan
dengan lancar.

iv Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


(6) Keluarga Bpk I dan Bpk Z yang telah bersedia menjalani proses
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga sehingga dapat berjalan dengan
lancar.
(7) Orang tua dan juga keluarga yang tercinta yang tanpa lelah memberikan
dukungan moral, material, dan doa yang tidak mampu terbalaskan selama
menyiapkan karya tulis ilmiah ini.
(8) Teman-teman seperbimbingan dan teman-teman FIK UI angkatan 2009
yang telah memberikan dukungan, semangat, dan doanya.
(9) Semua pihak yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam proses
penyelesaian karya ilmiah akhir ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
yang memerlukan di masa akan datang dan kiranya dapat menjadi rujukan untuk
penulisan yang lebih baik.

Jakarta, 14 Juli 2014


Penulis

Sinta Dewi
NPM: 0906629662

v Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : SINTA DEWI


NPM : 0906629662
Program Studi : Profesi Keperawatan
Fakultas : Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Jenis karya : Karya Ilmiah Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Pengoptimalan Praktik Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sebagai Intervensi
Keluarga pada An. MA dengan Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari
Kebutuhan Tubuh di Kelurahan S Depok

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 14 Juli 2014
Yang menyatakan

SINTA DEWI
(0906629662)

vi Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


ABSTRAK

Nama : Sinta Dewi, S.Kep.


Program Studi : Profesi Ners
Judul : Pengoptimalan Praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
sebagai Intervensi Keperawatan Keluarga pada An. MA dengan
Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh di
Kelurahan S Depok

Gizi kurang merupakan salah satu masalah kesehatan balita yang memiliki
keterkaitan dengan masalah infeksi. Upaya preventif diperlukan dalam menangani
infeksi untuk mengatasi masalah gizi kurang. Intervensi keperawatan unggulan
berupa pendidikan kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan melatih
kemampuan psikomotor cuci tangan dengan sabun. Tujuannya mengurangi angka
kejadian infeksi dalam keluarga. Evaluasi terjadi peningkatan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotor keluarga dalam praktik Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat, peningkatan berat badan anak dari 7 kg menjadi 7,8 kg, serta
teratasinya masalah infeksi. Intervensi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ini dapat
digunakan oleh perawat komunitas/keluarga sebagai upaya menangani masalah
gizi kurang di masyarakat.

Kata kunci: balita, gizi kurang, infeksi, perilaku hidup bersih dan sehat

vii Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


ABSTRACT

Name : Sinta Dewi, S.Kep.


Study Program : Nurse
Title : The Optimum of Healthy and Clean Life Behaviour (HCLB)
Practice as The Family Nursing Intervention to child MA
with Imbalanced Nutrition: Less Than Body Requirements in
Kelurahan S Depok

Malnutrition was one of the urban health problems for toddler that had being
related to infection. Some prevention efforts needed to handle the infection in
overcome malnutrition. The excellence nursing intervention such as health
education about the healthy and clean life behavior practice and psychomotor
skill training in hand washing with soap. Its aimed to decrease the number of
infection in family. Evaluation shown the increase ability of kognitive, affective,
and psychomotoric skills of family in run the healthy and clean life behavior
practice, the increase of body weight of child from 7 kg to 7,8 kg, and the
overcome of infection problems. Intervention of the healthy and clean life
behavior practice could be used by the community nurses as an efforts in
overcome malnutrion in society.

Keywords: healthy and clean life behaviour, infection, malnutrition, toddler

viii Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vi
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR LAMPIRAN xi
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 6
1.2.1 Tujuan Umum 6
1.2.2 Tujuan Khusus 6
1.3 Manfaat Penulisan 6
1.3.1 Manfaat Aplikatif 6
1.3.2 Manfaat Keilmuan 6
1.3.3 Manfaat untuk Instansi 7

2. TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1 Balita sebagai Agregate at Risk 8
2.1.1 Pengertian 8
2.1.2 Faktor Penyebab Kelompok Berisiko 8
2.1.3 Penyebab Balita Rawan Gizi 11
2.2 Pemenuhan Gizi pada Balita 11
2.1.1 Faktor yang Mempengaruhi Keadaan Nutrisi pada Balita 12
2.3 Gizi Kurang sebagai Masalah Kesehatan Masyarakat Perkotaan 12
2.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi 13
2.4 Keperawatan Komunitas 14
2.4.1 Pengertian 14
2.4.2 Peran Perawat Komunitas 15
2.5 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Usia Balita 17
2.5.1 Pengertian 17
2.5.2 Pengkajian 18
2.5.3 Diagnosa Keperawatan 20
2.5.1 Perencanaan Keperawatan 22
2.5.2 Implementasi 22
2.5.3 Evaluasi 23
2.6 Intervensi Unggulan: Praktik Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) 23
2.6.1 Pengertian 23
2.6.2 Jenis Praktik PHBS 24
2.6.3 Manfaat Pelaksanaan PHBS 25
2.6.4 Praktik Cuci Tangan sebagai Salah Satu Praktik PHBS 25

ix Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


3. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA 29
3.1 Pengkajian 29
3.2 Diagnosa Keperawatan 32
3.3 Perencanaan Keperawatan 32
3.4 Implementasi 35
3.5 Evaluasi 37
3.6 Rencana Tindak Lanjut 39

4. ANALISA SITUASI 41
4.1 Profil Lahan Praktik 41
4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan
Konsep Kasus Terkait 42
4.3 Analisis Intervensi Pengoptimalan Praktik PHBS
dengan Konsep dan Penelitian Terkait 48
4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan 52

5 KESIMPULAN DAN SARAN 53


5.1 Kesimpulan 53
5.2 Saran 53

DAFTAR REFERENSI 56

x Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


DAFTAR LAMPIRAN

Pengkajian 61
Hasil Pemeriksaan Fisik 71
Analisa Data 73
Rencana Asuhan Keperawatan 74
Catatan Keperawatan 86
Evaluasi Sumatif 92
Tingkat Kemandirian Keluarga 99

xi Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Millennium Development Goals (MDGs) merupakan suatu indikator dalam
melihat perkembangan status kesehatan di dunia. Perkembangan ini dilihat dengan
tercapainya 8 tujuan, yaitu: 1) menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, 2)
mencapai pendidikan dasar untuk semua, 3) mendorong kesetaraan gender dan
pemberdayaan, 4) menurunkan angka kematian anak, 5) meningkatkan kesehatan
ibu, 6) memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, 7)
memastikan kelestarian lingkungan hidup, 8) mengembangkan kemitraan global
untuk pembangunan.

Berdasarkan keterkaitannya dengan masalah status gizi balita, tujuan yang harus
dicapai adalah Goal 1 dan Goal 4. Goal 1 yang memiliki tujuan memberantas
kemiskinan dan kelaparan memiliki indikator salah satunya yaitu prevalensi balita
kekurangan gizi. Goal 4 yang memiliki tujuan menurunkan angka kematian anak
memiliki indikator angka kematian anak. Sehingga untuk mencapai dua tujuan ini
dilakukan program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Masalah gizi kurang
yang terjadi di Indonesia saat ini pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan;
kurangnya persediaan pangan; kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi);
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan;
dan adanya daerah miskin gizi (Almatsier, 2005).

Status gizi adalah keadaan tubuh yang merefleksikan dari gizi apa yang yang telah
diperoleh dalam konsumsi makanan sehari-hari. Status gizi dikatakan baik apabila
makanan yang dikonsumsi memiliki keseimbangan banyak dan jenis makanan
yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Apabila makanan dikonsumsi
melebihi kebutuhan tubuh, maka akan mengalami kegemukan. Sebaliknya jika
makanan yang dikonsumsi kurang dari kebutuhan tubuh, maka kondisi tubuh akan
kurus dan mudah sakit-sakitan. Kedua kondisi ini dapat disebut dengan gizi salah
karena kedua kondisi ini merupakan kondisi yang tidak baik atau tidak diharapkan
(Astawan, 2002). Menurut Depkes RI 1999 dalam Purba (2005), status gizi

1 Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


2

merupakan salah satu determinan utama status kesehatan penduduk. Salah satu
indikator dari status gizi adalah tingginya prevalensi gizi kurang dan gizi buruk
pada anak bawah lima tahun (balita) yang didasarkan pada Berat Badan menurut
Umur (BB/U).

Menurut hasil UNICEF-WHO pada tahun 2012 terdapat 101 juta anak di bawah
lima tahun di seluruh dunia mengalami berat badan kurang, dimana hasil ini
menurun dibandingkan dengan perkiraan sebanyak 159 juta pada tahun 1990.
Namun kemampuan mereka dapat dikatakan mengalami penurunan sejak tahun
1990. WHO juga memperkirakan bahwa 54% kematian anak disebabkan oleh
keadaan gizi yang buruk. Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan
lebih dari 80% kematian anak (WHO, 2011).

Sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yang menjadi target pencapaian


dalam peningkatan status gizi adalah MDG 1 - target 1c yaitu menurunkan
prevalensi gizi kurang hingga setengahnya dalam kurun waktu (1990-2015).
Prevalensi balita gizi buruk merupakan indikator MDGs yang harus dicapai di
suatu daerah (kabupaten/kota) pada tahun 2015, yaitu terjadinya penurunan
prevalensi balita gizi buruk menjadi 3,6% atau kekurangan gizi pada anak balita
menjadi 15,5% (Yuwono, Slamet R., 2013). Namun, pencapaian target MDGs
belum maksimal dan belum merata di setiap provinsi. Indonesia sendiri pada
tahun 2010 masih memiliki banyak wilayah yang belum mencapai MDG 2015
sebanyak 24 provinsi dari 33 provinsi di Indonesia. Namun pada tahun 2014,
didapatkan estimasi status pencapaian MDG ini meningkat sehingga wilayah yang
belum mencapai MDG 2015 hanya sebanyak 9 provinsi dari 33 provinsi di
Indonesia (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Hasil data yang didapatkan dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 secara
nasional menunjukkan besaran prevalensi balita berat badan kurang adalah
sebesar 19,6 % yang terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9 % gizi kurang. Jika
dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2010 (17,9 %) terlihat
meningkat. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 4,9 % pada
tahun 2010, dan 5,7 % tahun 2013. Untuk mencapai sasaran MDG tahun 2015

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


3

yaitu 15,5 % maka prevalensi gizi berat-kurang secara nasional harus diturunkan
sebesar 4.1 persen dalam periode 2013 sampai 2015. (Bappenas, 2012). Untuk
daerah Jawa Barat sendiri pada tahun 2010 prevalensi balita dengan gizi buruk
dan kurus (BB/U) adalah 13,0% dengan mencakup 3,1% prevalensi Balita dengan
gizi buruk dan 9,9% prevalensi Balita dengan gizi kurang. Namun berdasarkan
grafik Riskesdas 2013 didapatkan bahwa terjadi peningkatan persentase
prevalensi balita dengan gizi berat-kurang (BB/U) di Jawa Barat dari prevalensi
Riskesdas 2010 (antara 15-20%). Daerah Depok sendiri juga memiliki cakupan
balita gizi buruk dan kurang sebesar 5,18% (Dinas Kesehatan Depok, 2005).

Wilayah kelurahan Sukatani berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Depok 2008
memiliki 11 balita (0,11%) yang mengalami gizi buruk dan 200 balita (2,18%)
dengan gizi kurang. Sehingga pada tahun 2008 wilayah Sukatani atau lebih
tepatnya Kecamatan Cimanggis menjadi wilayah Bebas Rawan Gizi karena
memiliki prevalensi gizi buruk dan kurang sebesar 3,23%. Berdasarkan hasil
penghitungan kepada 111 warga RW 02 Kelurahan Sukatani, Tapos - Depok
dengan balita yang aktif mengikuti posyandu pada bulan April 2014, didapatkan
data bahwa 13 balita (11.7%) status gizi berada pada rentang garis merah (gizi
buruk), 25 balita (22.5%) %) status gizi berada pada rentang garis kuning (gizi
kurang), 65 balita (58.6%) %) status gizi berada pada rentang garis hijau (normal),
dan 8 balita (7.2%) %) status gizi berada pada rentang garis kuning (risiko
obesitas).

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, khususnya Dinas Kesehatan,


baik melalui pendekatan strategis maupun pendekatan taktis. Pendekatan strategis
yang dilakukan adalah dengan berupaya mengoptimalkan operasional pelayanan
kesehatan terhadap ibu hamil dan pelayanan kesehatan balita diantaranya
pengoptimalan fungsi Posyandu. Pendekatan taktis dengan upaya mengantisipasi
peningkatan prevalensi balita gizi buruk serta upaya untuk menurunkannya
melalui berbagai kajian atau penelitian yang berkaitan dengan masalah gizi pada
balita. Saat ini Pemerintah juga memiliki kebijakan yang bertujuan untuk
mencapai target MDGs. Dimana hasil pertemuan Surveilans Gizi pada awal Juni
lalu mendapatkan kesepakatan dan rekomendasi dalam mempercepat capaian

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


4

MDGs dalam hal tenaga pelaksana gizi, wawasan, sarana, pelayanan,


pemberdayaan masyarakat, aspek legalitas, dan sistem informasi terkait kesehatan
dan gizi (Departemen Kesehatan, 2014).

Praktik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan merupakan suatu mata


kuliah unggulan dari FIK UI dimana di dalamnya mahasiswa memiliki tugas
untuk dapat langsung berperan sebagai perawat komunitas. Sebagai perawat
komunitas, mahasiswa akan melakukan asuhan keperawatan komunitas terhadap
lingkungan di wilayah Kota Depok. Praktik keperawatan ini salah satunya yaitu
sebagai upaya memberikan pelayanan kesehatan terkait masalah kesehatan gizi
kurang pada balita. Keperawatan keluarga yang diaplikasikan ini bertujuan untuk
mengatasi masalah gizi kurang yang masih sering terjadi di masyarakat perkotaan.
Pendekatan yang dilakukan adalah dengan melihat sasaran praktik keperawatan
dimana keluarga dianggap sebagai klien. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan
suatu kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki ataupun
mengabaikan masalah kesehatan di dalam kelompoknya sendiri. Sehingga dalam
hal ini peran perawat keluarga adalah sebagai pemberi asuhan keperawatan,
pengenal/pengamat masalah, koordinator pelayanan kesehatan, pendidik
kesehatan, dan penyuluh serta konsultan (Setiadi, 2008).

Asuhan keperawatan keluarga diberikan kepada keluarga Bapak Z, khususnya


pada anak MA (18 bln) dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Dimana hasil pengkajian yang ditemukan adalah berat badan (BB) anak
MA berada di bawah garis merah KMS dengan BB 7 kg (April 2014).
Berdasarkan grafik bagan MTBS dengan tinggi badan (TB) 72 cm, status An. MA
berada pada rentang -1SD s/d 2SD (kurus). Bahkan sebelumnya Ibu D selalu
membawa An. MA setiap bulannya untuk konsultasi gizi di Puskesmas dan selalu
diberikan PMT (Pemberian Makanan Tambahan). Namun, Ibu D merasa BB An.
MA masih tetap tidak naik. Padahal Ibu D mengaku selalu memberikan An. MA
pola makan gizi seimbang setiap harinya.

Berdasarkan pengkajian lingkungan rumah keluarga Bpk. Z dapat dilihat bahwa


luas bangunan rumah (36 m2 atas - 18 m2 bawah) tidak sepadan dengan jumlah

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


5

anggota keluarga (11 orang). Selain itu, di depan rumah terdapat kardus-kardus
dan plastik-plastik bekas yang biasa dijemur di depan rumah. Sehingga
lingkungan rumah terlihat kumuh dan kotor. Sanitasi lingkungan sangat
menentukan keberhasilan dari paradigma pembangunan kesehatan lingkungan dan
status gizi khususnya pada balita yang lebih menekankan pada aspek pencegahan
(preventif) dari pada aspek pengobatan (kuratif). Selain itu, ditemukan pula data
bahwa An. MA sedang mengalami masalah kesehatan ISPA dan demam. Ibu D
pun sering memeriksakan keadaan An. MA ke Puskesmas Cibubur.

Penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit infeksi yang umum terjadi pada
balita. UNICEF dalam Soekirman (2002) menjelaskan bahwa anak yang
mendapat makanan yang cukup tetapi diserang diare atau infeksi, nafsu makan
menurun, akhirnya dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya, anak yang makan
tidak cukup baik, daya tahan tubuh melemah, mudah diserang infeksi. Kebersihan
lingkungan, tersedianya air bersih, dan berperilaku hidup bersih dan sehat akan
menentukan tingginya kejadian penyakit infeksi. Penelitian yang dilakukan oleh
World Health Organization (WHO) pada tahun 2007, salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk menurunkan angka kejadian diare dan ISPA adalah perilaku cuci
tangan pakai sabun. Karena perilaku tersebut dapat menurunkan hampir separuh
kasus diare dan sekitar seperempat kasus ISPA. Sehingga sebagai salah upaya
preventif dalam mencegah infeksi yang berujung pada masalah gizi kurang
dilakukan demonstrasi cuci tangan dengan sabun.

Upaya preventif yang baik dapat membuat angka kejadian penyakit yang terkait
dengan kondisi lingkungan dapat dicegah (Slamet, 2009). Sehingga diberikan
intervensi unggulan yaitu pengoptimalan praktik Perilaku Hidup Bersih Sehat
(PHBS) dengan demonstrasi mencuci tangan dengan sabun sebagai salah satu
upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit. Keberhasilan intervensi
diukur dengan melakukan evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Pada evaluasi
sumatif didapatkan sedikit peningkatan berat badan pada An. MA dari 7 kg
menjadi 7,8 kg. Selain itu, kini anggota keluarga Bpk. Z sudah mulai
membiasakan praktik PHBS dalam kesehariannya, seperti mencuci tangan dengan
sabun, menggunakan air bersih, jamban sehat, membuang sampah, menggunakan

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


6

pelayanan kesehatan, dan sebagainya. Keluarga juga mengerti dengan apa yang
dimaksud dengan PHBS. Terjadi pula peningkatan tingkat kemandirian keluarga
yang awalnya hanya memiliki tingkat kemandirian I menjadi tingkat kemandirian
III yaitu mampu merawat dan mencegah. Namun keluarga belum dapat
melakukan tindakan promotif.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Menggambarkan laporan hasil kegiatan praktek klinik keperawatan kesehatan
masyarakat perkotaan pada keluarga oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia di RT 04 RW 02 Kel. Sukatani, Kec. Tapos, Depok.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Menggambarkan hasil pengkajian keluarga
b. Menggambarkan perencanaan keperawatan keluarga
c. Menggambarkan tentang implementasi keluarga
d. Menggambarkan tentang evaluasi keperawatan keluarga
e. Menggambarkan tentang rencana tindak lanjut asuhan keperawatan
keluarga praktik keperawatan komunitas

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Manfaat Aplikatif
a. Meningkatkan tingkat kemandirian keluarga dalam mempertahankan
keseimbangan nutrisi pada balita sesuai dengan kebutuhan.
b. Meningkatkan kemampuan keluarga menjadi role model dalam
mempertahankan keseimbangan nutrisi pada balita sesuai dengan
kebutuhan.

1.3.2 Manfaat Keilmuan


Hasil penulisan diharapkan bermanfaat bagi keilmuan keperawatan komunitas
untuk:
a. Meningkatkan wawasan pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga yang
diberikan kepada keluarga yang memiliki balita dengan gizi kurang di RT

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


7

04 RW 02 Kelurahan Sukatani Tapos, Depok dalam mempertahankan


keseimbangan nutrisi pada balita sesuai dengan kebutuhan. Upaya ini
merupakan bagian dari program perawatan kesehatan masyarakat dalam
aspek promotif, preventif, dan rehabilitatif.
b. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan profesionalisme perawat
dalam asuhan keperawatan keluarga sebagai bentuk aplikasi program
Perkesmas.

1.3.3 Manfaat untuk Instansi


a. Menjadi role model terhadap peran perawat dalam melaksanakan program
Perkesmas di Puskesmas Sukatani, terkait dalam hal asuhan keperawatan
keluarga di RT 04 RW 02 Kelurahan Sukatani Tapos, Depok.
b. Memberikan informasi dan data kepada Puskesmas Sukatani terkait
prevalensi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
khususnya pada agregat balita di wilayah kerja Puskesmas Sukatani,
Depok.

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


8

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas mengenai literatur yang menjadi landasan penulis dalam
menelaah dan menyimpulkan kasus ini. Pembahasan konsep dalam bab ini
meliputi konsep balita, gizi pada balita, asuhan keperawatan keluarga dengan
tahap perkembangan anak usia balita, teori keluarga, dan teori inovasi.

2.1 Balita sebagai Agregate at Risk


2.1.1 Pengertian
Balita merupakan istilah umum yang diungkapkan oleh Sutomo, B. dan
Anggraeni, D.Y. (2010) bagi anak usia 1-3 tahun atau biasa disebut dengan anak
batita dan anak prasekolah yaitu anak usia 3-5 tahun. Usia balita adalah usia
dimana anak mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.
Golongan ini sangat rawan terhadap berbagai macam penyakit seperti infeksi dan
juga rawan gizi. Stanhope dan Lancaster (2004) menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan kelompok risiko merupakan suatu perkumpulan orang yang
lebih berisiko untuk menderita suatu penyakit dibandingkan dengan yang lain.
Suatu kelompok dikatakan berisiko jika memiliki faktor yang mendukungnya.
Faktor-faktor tersebut dijelaskan oleh Stanhope dan Lancaster (2004) yaitu faktor
biologi, lingkungan, ekonomi, gaya hidup dan peristiwa dalam kehidupan.
Sehingga untuk melihat penempatan balita sebagai kelompok berisiko dapat
dilihat faktor yang mempengaruhinya.

2.1.2 Faktor Penyebab Kelompok Berisiko


2.1.1.1 Faktor Biologi
Faktor yang mempengaruhi suatu kelompok menjadi berisiko pertama adalah
faktor biologi. Faktor biologi ini merupakan faktor yang berasal dari diri sendiri,
dapat berupa faktor fisik maupun faktor genetik. Faktor genetik salah satunya
merupakan faktor gen yang diturunkan orang tua kepada anaknya. Sehingga
masalah kesehatan yang sering terjadi merupakan jenis penyakit keturunan.
Sehingga tidak ada cara bagi seorang anak untuk menghindari masalah kesehatan
yang diturunkan secara genetik ini. Karena anak sudah mendapatkan faktor gen

8 Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


9

dari kedua orang tuanya. Namun risiko masalah kesehatan masih dapat
diminimalisir dengan perilaku hidup sehat (Stanhope & Lancaster, 2004).

2.1.1.2 Faktor Lingkungan


Selain genetik, lingkungan juga memiliki pengaruh yang besar yang dapat
menyebabkan kelompok berisiko terhadap masalah kesehatan. Lingkungan
merupakan suatu karakteristik seperti orang-orang, sumber dan fasilitas yang
tersedia yang berada di sekitar tempat tinggal (Stanhope & Lancaster, 2004).

Lingkungan internal salah satunya keluarga dapat dikatakan sebagai suatu


lingkungan yang terdekat bagi anak. Friedman (2003) menjelaskan bahwa
keluarga memiliki beberapa fungsi keluarga yaitu pertama fungsi afektif, yaitu
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarganya
dalam berhubungan dengan orang lain. Selain itu keluarga juga memiliki fungsi
sosialisasi untuk mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan
orang lain di luar rumah. Fungsi reproduksi, yaitu fungsi keluarga untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

Kemudian fungsi ekonomi, yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan


keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
dalam meningkatkan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga.
Dan terakhir fungsi pemeliharaan kesehatan dimana keluarga berfungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas yang tinggi. Berdasarkan kelima fungsi tersebut maka dapat
dikatakan sebagai suatu sistem pendukung tercapainya kesehatan secara fisik dan
psikologis bagi seluruh anggota keluarga sebagai individu yang berada di
dalamnya (Friedman, 2003).

Selain lingkungan internal, terdapat lingkungan eksternal yang dapat


menyebabkan kelompok berisiko terjadinya masalah kesehatan, seperti tingkat
kriminalitas tinggi, polusi udara, kimia, suara dan minimnya fasilitas kesehatan

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


10

(Stanhope & Lancaster, 2004). Masalah kesehatan yang ditemukan dapat beragam
salah satunya adalah penyakit infeksi yang umum terjadi di masyarakat.

2.1.1.3 Faktor Ekonomi


Faktor ekonomi dapat dikatakan merupakan faktor yang ditimbulkan dari
kemampuan suatu keluarga dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
Sehingga apabila keluarga tidak memiliki kemampuan finansial yang cukup untuk
memenuhi segala kebutuhannya, maka keluarga tidak dapat mempertahankan
kondisi kesehatannya (Stanhope & Lancaster, 2004). Balita dalam memenuhi
segala kebutuhan hidupnya masih memiliki ketergantungan penuh terhadap
keluarga.

Friedman (2003) menjelaskan salah satu keluarga yaitu fungsi ekonomi dimana
keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan
penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga. Sehingga jika keluarga
tidak dapat memenuhinya, maka balita sebagai salah satu anggota keluarga akan
lebih berisiko mengalami masalah kesehatan. Salah satu contohnya adalah jika
anak tumbuh dalam keluarga yang memiliki masalah ekonomi (Stanhope &
Lancaster, 2004).

2.1.1.4 Faktor Gaya Hidup


Gaya hidup merupakan suatu kebiasaan atau perilaku yang diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Penerapan kebiasaan yang sulit dilepaskan ini akan
berdampak pada terjadinya ancaman terhadap kesehatan. Terutama gaya hidup
yang berisiko yaitu gaya hidup yang cenderung tidak sehat (Stanhope &
Lancaster, 2004). Keluarga sebagai lingkungan terdekat bagi anak memiliki
fungsi afektif, yaitu untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan
anggota keluarganya dalam berhubungan dengan orang lain. Tak hanya siap
berhubungan dengan orang lain, tetapi juga diri anggota keluarganya masing-
masing dengan mengajarkan dan menanamkan gaya hidup sehat. Hal ini bertujuan
untuk mengurangi risiko masalah kesehatan (Friedman, 2003).

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


11

2.1.1.5 Faktor Peristiwa dalam Kehidupan


Faktor peristiwa di sini merupakan salah satu faktor yang menimbulkan reaksi
emosional bagi anggota keluarga. Peristiwa yang menjadi faktor ini merupakan
suatu kejadian dalam kehidupan yang dapat menimbulkan masalah kesehatan
seperti pindah tempat tinggal, anggota keluarga meninggalkan rumah, kehilangan
anggota keluarga, dan ada anggota keluarga baru (Stanhope & Lancaster, 2004).
Sehingga hal tersebut dapat membuat perubahan bagi setiap anggota keluarga.

2.1.3 Penyebab Balita Rawan Gizi


Beberapa anggapan kondisi yang menyebabkan balita mudah mengalami
kekurangan gizi (rawan gizi) dan gangguan kesehatan, antara lain disebabkan
karena balita merupakan anak yang masih berada pada masa transisi dari makanan
bayi menuju makanan dewasa. Sehingga adanya perubahan bentuk pada jenis
makanan mereka. Balita biasanya sudah memasuki masa dimana sudah memiliki
adik ataupun ibunya sudah bekerja penuh, sehingga perhatian yang diterima anak
balita berkurang. Balita yang sudah dapat berjalan akan mulai bermain di tanah
atau di luar rumahnya sehingga lebih bebas terpapa dengan lingkungan yang kotor
dan kondisi yang memungkinkan balita terkena infeksi dengan berbagai macam
penyakit. Serta balita yang masih belum dapat mengurus dirinya sendiri, dimana
dalam waktu yang sama ia harus dapat memilih makanannya sendiri dan ibunya
juga sudah tidak begitu memperhatikan makanan anak balita karena dianggap
sudah dapat memilih makanan yang disukainya (Notoatmodjo, 2003).

2.2 Pemenuhan Gizi pada Balita


Memasuki usia 1 tahun, anak akan mulai belajar untuk makan sendiri. Semua ini
diawali dengan rasa keinginannya untuk makan sendiri. Namun orang tualah yang
masih memiliki peran untuk memilihkan makanan yang baik anak. Pada dasarnya
makanan bagi balita harus bersifat lengkap artinya kualitas dan makanan harus
baik dan kuantitas makanannya pun harus cukup, dan bergizi artinya makanan
sudah mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan. Kebutuhan zat gizi pada
balita harus cukup dan seimbang karena balita merupakan masa dimana proses
pertumbuhan dan perkembangan terjadi dengan pesat. Menurut Uripi (2004)
kebutuhan zat gizi pada balita adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


12

memelihara kesehatan. Kebutuhan gizi ini ditentukan oleh usia, jenis kelamin,
berat badan, aktivitas, dan tinggi badan.

Angka Kecukupan Gizi (AKG) Balita di Indonesia pada tahun 2013 adalah pada
usia 1-3 tahun dengan BB 12 kg dan TB 90 cm, energi yang dibutuhkan adalah
1000 kkal dan protein 25 gram. Dan pada usia 4-6 tahun dengan BB 17 kg dan TB
110 cm, energi yang dibutuhkan adalah 1550 kkal dan protein 39 gram. Konsumsi
pangan yang cukup dan seimbang merupakan salah satu faktor yang menentukan
agar proses tumbuh kembang anak balita menjadi lebih optimal dan memiliki
daya tahan tubuh yang kuat (Depkes RI, 2000).

2.2.1 Faktor yang Mempengaruhi Keadaan Nutrisi pada Balita


Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keadaan nutrisi pada balita,
yaitu sebagai berikut: 1) nafsu makan yang berubah-ubah, 2) penyajian porsi
makan yang terlalu besar, seharusnya disarankan sedikit tapi sering, 3) kurangnya
perhatian orang tua dalam memilih bahan makanan yang bernilai gizi baik, 4)
pengaruh kebiasaan jajan, 5) kurangnya kemampuan orang tua dalam menyusun
makanan anak-anak yang beraneka ragam dan memiliki gizi yang seimbang, 6)
memerlukan adaptasi dalam masa peralihan atau transisi dari makanan bayi
menuju makanan dewasa, 7) masih belum dapat mengurus diri sendiri dengan
baik dan belum dapat berusaha untuk mendapatkan sendiri apa yang diperlukan
untuk makanannya, 8) kondisi orang tua yang memiliki anak lagi atau ibu yang
sudah mulai bekerja kembali sehingga tidak dapat memberikan perhatian yang
penuh kepada anak apalagi mengurusnya (Notoatmodjo, 2003).

2.3 Gizi Kurang sebagai Masalah Kesehatan Masyarakat Perkotaan


Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah
satu faktor risiko untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Masalah gizi
masyarakat pada dasarnya adalah masalah konsumsi makanan rakyat. Sehingga
dalam program peningkatan gizi sangat diperlukan suatu pendekatan dan
penggarapan di berbagai disiplin, baik teknis kesehatan, teknis produksi, sosial
budaya dan lain sebagainya (Suhardjo, 2003). Keadaan gizi kurang yang terjadi

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


13

pada anak-anak dapat mempunyai dampak pada pertumbuhan dan


perkembangannya yang sulit disembuhkan. Sehingga anak yang mengalami gizi
kurang, kemampuannya untuk belajar dan bekerja serta bersikap akan mengalami
keterbatasan dibandingkan dengan anak yang normal (Santoso & Anne, 2004).

Suhardjo (2003) menjelaskan dampak dari masalah gizi yang dapat


mempengaruhi pembangunan bangsa di masa depan, antara lain sebagai penyebab
utama kematian bayi dan anak-anak, sehingga kuantitas sumber daya manusia di
masa depan berkurang. Banyaknya masalah gizi di masyarakat dapat
meningkatkan angka kesakitan dan menurunkan produktivitas kerja manusia,
sehingga diperlukan peningkatan fasilitas kesehatan. Asupan gizi yang kurang
menyebabkan menurunnya tingkat kecerdasan anak-anak, sehingga menurunkan
kualitas sumber daya manusia. Tak hanya itu, daya tahan manusia juga menurun
untuk dapat bekerja, sehingga prestasi dan produktivitas kerja manusia menurun.

2.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi


Faktor yang menyebabkan kurang gizi telah digunakan secara internasional dan
diperkenalkan oleh UNICEF. UNICEF menjelaskan bahwa faktor-faktor tersebut
meliputi beberapa tahapan penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita, baik
penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah dan pokok masalah.
Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi nasional (Depkes RI,
2000) telah dijelaskan penyebab kurang gizi secara langsung dan tidak langsung.

Penyebab langsung yaitu faktor penyebab yang memiliki kontak langsung pada
individu seperti makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak.
Makanan yang kurang menyebabkan anak tidak memperoleh gizi secara cukup
sesuai dengan kebutuhan. Namun, anak yang mendapat makanan yang baik tetapi
karena sering sakit diare atau demam dapat juga menderita kurang gizi. Demikian
pada anak yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah
dan mudah terserang penyakit. Kenyataannya baik makanan maupun penyakit
secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi (Depkes RI, 2000). Anak
yang mendapat makanan yang cukup tetapi diserang diare atau infeksi akan
menunjukkan nafsu makan menurun, akhirnya dapat menderita gizi kurang.

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


14

Sebaliknya, anak yang makan tidak cukup baik, daya tahan tubuh melemah,
mudah diserang infeksi. Kebersihan lingkungan, tersedianya air bersih, dan
berperilaku hidup bersih dan sehat akan menentukan tingginya kejadian penyakit
infeksi.

Penyebab tidak langsung berasal ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan


anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan
adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota
keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan adalah
kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya, perhatian dan dukungan
terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik,
mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan meliputi
tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh
seluruh keluarga (Depkes RI, 2000).

Faktor-faktor tersebut sangat terkait dan tidak dapat lepas dari tingkat pendidikan,
pengetahuan, dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan
dan ketrampilan terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan
keluarga, makin baik pola pengasuhan anak dan keluarga makin banyak
memanfaatkan pelayanan yang ada. Ketahanan pangan keluarga juga terkait
dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan daya beli keluarga, serta
pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.

2.4 Keperawatan Komunitas


2.4.1 Pengertian
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan berbentuk pelayanan biopsikososiol dan spiritual yang komprehensif
yang ditujukan pada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat.
Komunitas atau masyarakat adalah kelompok sosial yang ditentukan oleh batas-
batas wilayah, nilai keyakinan dan minat yang sama serta adanya saling mengenal
dan berinteraksi antar anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya
(Stanhope & Lancaster, 2004).

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


15

Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang


ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok resiko tinggi dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan optimal melalui peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemeliharaan dan rehabilitasi dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien
(individu dan keluarga/komunitas) sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan
dan evaluasi pelayanan keperawatan (Anderson & McFarlane, 2007). Menurut
American Nursing Association tahun 2005, keperawatan komunitas berfokus
pada upaya promosi dan pelayanan yang menyeluruh untuk meningkatkan kondisi
kesehatan.

2.4.2 Peran Perawat Komunitas


Perawatan Kesehatan Masyarakat (PerKesMas) adalah lapangan khusus yang
merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara
keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial,
perbaikan lingkungan fisik, rehabilitatif, pencegahan penyakit dan bahaya yang
lebih besar, ditujukan kepada keluarga yang sehat, individu yang sakit dan tidak
dirawat di rumah sakit beserta keluarganya, kelompok masyarakat khusus yang
mempunyai masalah kesehatan dimana hal tersebut akan mempengaruhi
masyarakat secara keseluruhan (Helvie 1998; Smith & Maurer,1995 dan
Hitchcock, Schubert, & Thomas, 2003).

Perawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan


kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok beresiko tinggi, dalam
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan. (Allender & Spradley, 2005).
Perawat komunitas memiliki peranan penting dalam mengatasi masalah gizi
kurang pada anak yang terjadi di masyarakat. Perawat komunitas memiliki
peranan dalam menghadapi masalah kesehatan dengan melakukan intervensi yaitu
secara primer, sekunder, dan tersier pada level individu, keluarga maupun

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


16

masyarakat (Helvie, 1998). Kegiatan perawat komunitas dalam membantu


komunitas mengatasi masalah kesehatan, perawat komunitas dapat berperan
sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat, pendidik kesehatan, konselor,
koordinator, konsultan, peneliti dan kolaborator. (Helvie 1998; Smith &
Maurer,1995 dan Hitchcock, Schubert, & Thomas, 2003).

Perawat memberikan asuhan keperawatan secara langsung terhadap klien, melalui


kegiatan pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi. (Helvie, 1998).
Perawat komunitas sebagai advokasi diharapkan tanggap terhadap kebutuhan
komunitas dan mampu mengkomunikasikan kebutuhan komunitas kepada
pemberi pelayanan kesehatan secara tepat, mampu menggunakan sumber-sumber
dan dukungan yang tersedia di masyarakat, membantu mengambil keputusan guna
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan pada individu, kelompok maupun
masyarakat (Hitchcock, Schubert, & Thomas, 2003). Terkait dalam asuhan
keperawatan keluarga ini, perawat diharapkan dapat mengkomunikasikan bahwa
masyarakat yang memiliki masalah gizi kurang memerlukan pelayanan kesehatan
yang bersifat preventif dan promotif agar dapat menanggulangi masalah gizi
kurang melalui perilaku yang hidup bersih dan sehat.

Perawat sebagai pendidik mampu memberikan informasi kesehatan yang


dibutuhkan melalui pendidikan kesehatan pada komunitas dan keluarga
(Hitchcock, Schubert, & Thomas, 2003). Terkait asuhan keperawatan keluarga ini,
perawat dapat memberikan informasi tentang bagaimana perilaku individu,
keluarga dan masyarakat dalam merawat anak dengan masalah gizi kurang, cara
menceggahnya dan bagaimana memodifikasi lingkungan atau suasana agar tidak
terjadi masalah gizi kurang. Sebagai koordinator perawat harus mempunyai
kemampuan dalam mengidentifikasi sumber-sumber yang ada di komunitas,
memotivasi dan melakukan koordinasi dalam memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan pada populasi dan keluarga dengan masalah kesehatan (Helvie, 1998).
Terkait asuhan keperawatan keluarga ini, perawat perlu bekerjasama dengan pihak
pemerintah maupun non-pemerintah untuk mendapatkan dukungan.

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


17

Peran dan fungsi perawat sebagai konseling dapat diberikan pada individu dan
keluarga dalam membantu mengatasi masalah, beradaptasi terhadap konsekuensi
adanya gangguan kesehatan serta meningkatkan hubungan interpersonal di antara
anggota keluarga (Smith & Maurer, 1995). Gizi kurang merupakan masalah
kesehatan yang berbasis lingkungan dan perilaku, dalam hal ini perawat dapat
melakukan konseling untuk dapat merubah perilaku individu, keluarga agar
terhindar dari masalah kesehatan gizi kurang, dan memodifikasi lingkungan.
Peran perawat sebagai kolaborasi dapat dilaksanakan antara perawat dengan klien,
tim kesehatan lain, serta pihak terkait baik pemerintah maupun swasta dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif dalam upaya penyelesaian
masalah (Helvie, 1998).

Peran perawat sebagai peneliti diharapkan mampu membaca riset terkini dan
menerapkan penemuan riset tersebut pada praktik sebagai bagian dari aktifitas
profesional (Hitchcock, Schubert, & Thomas, 2003). Sedangkan peran perawat
sebagai konsultan, perawat membantu klien untuk memahami masalah dan
membantu mereka dalam mengambil keputusan yang tepat serta sebagai
katalisator untuk membuat individu berubah dan menggunakan perubahan.
Keluarga dengan balita dengan gizi kurang dapat melakukan konsultasi dengan
perawat untuk memahami betul tentang gizi kurang (Anderson & McFarlane,
2007).

2.5 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Anak Usia Balita


2.5.1 Pengertian
Keterlibatan keluarga dalam mendukung perkembangan dapat dilihat dari
lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan terdekat bagi anak. Sehingga
dalam mendukung hal tersebut, terdapat beberapa tugas keluarga yang dijelaskan
dalam Friedman (2010) dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak
yaitu memiliki tugas utama mensosialisasikan anak dengan lingkungannya
sehingga anak mengalami pengembangan sikap yang kritis dan cepat belajar dari
lingkungannya. Kedua, keluarga memiliki tugas untuk memberikan pola asuh
yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Selain itu, keluarga juga memiliki
tugas dalam mengintegrasikan anak dengan anggota keluarga lainnya dan

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


18

mempertahankan hubungan yang sehat di dalam keluarga baik hubungan


pernikahan maupun antara orang tua dan anak. Selain itu, keluarga juga memiliki
tugas dalam mengajarkan praktik kesehatan yang baik seperti istirahat, olahraga
dan pemenuhan nutrisi. Pemenuhan nutrisi di sini dapat dikatakan dengan
pemenuhan gizi seimbang dan pentingnya gizi bagi tubuh.

Sehingga dalam pemenuhan gizi seorang anak, lingkungan keluarga sangat


berpengaruh sebagai salah satu lingkungan terdekat bagi anak. Berdasarkan tugas-
tugas tersebut, maka dapat dikatakan bahwa keluarga harus memiliki pemahaman
dan keterampilan dalam memenuhi kebutuhan gizi yang tepat yang dapat
menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. Dalam praktek
komunitas ini, perawat memiliki tujuan utama dalam membantu keluarga untuk
dapat hidup sehat secara mandiri dalam memfasilitasi pertumbuhan fisik, mental,
emosional, dan sosial anak secara optimal. Sebagai lingkungan terdekat bagi anak,
maka keluarga harus dilibatkan sebagai mitra dalam pemberian asuhan
keperawatan baik promotif, preventif dan kuratif agar dapat menjadi sumber
kesehatan primer yang efektif (Friedman, 2010).

Asuhan keperawatan komunitas meliputi proses keperawatan yang terdiri dari


tahap pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksananaan
dan evaluasi. Langkah-langkah dalam proses keperawatan tersebut yaitu:

2.5.2 Pengkajian
Pengkajian komunitas bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
berhubungan dengan kesehatan anggota masyarakat agar dapat mengembangkan
strategi promosi kesehatan (Anderson & McFarlane, 2007). Dalam penulisan
karya ilmiah ini penulis lebih menekankan pada pengkajian keluarga dengan tahap
perkembangan anak usia balita yang menjadi bagian masyarakat perkotaan dengan
masalah kesehatan gizi kurang. Proses pengkajian disesuaikan dengan Friedman
(1998) yang membagi pengkajian keperawatan keluarga ke dalam dua tahap,
dimana pada tahap pertama dilakukan proses pengkajian yang meliputi
mengindentifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data lingkungan,

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


19

struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga. Tahap kedua dilakukan
proses pengkajian dengan mengaitkan kepada fungsi kesehatan keluarga.

Pada pengkajian tahap II, secara lebih lanjut Friedman (1998) menjelaskan bahwa
pengkajian pada tahap ini lebih dispesifikan kepada fungsi kesehatan keluarga.
Friedman menjelaskan lima fungsi dasar keluarga, yaitu pertam keluarga memiliki
fungsi untuk mengenal masalah kesehatan. Keluarga memiliki tugas untuk dapat
mengenal masalah kesehatan yang terjadi setiap anggota keluarga. Sehingga
dalam hal ini telah dilakukan pengkajian terhadap keluarga terkait masalah
kesehatan yang saat ini dialami oleh anggota keluarga yaitu masalah gizi kurang.
Pengkajian ini bertujuan untuk menilai pengetahuan keluarga terkait gizi kurang
yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab, dan mengidentifikasi
anggota keluarga yang menderita (Friedman, 1998).

Kedua, keluarga memiliki fungsi mengambil keputusan terhadap tindakan


kesehatan yang tepat. Pengkajian dilakukan untuk melihat upaya apa yang akan
dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah gizi kurang pada anggota keluarga.
Sehingga dapat terlihat keputusan apa yang akan diambil oleh keluarga yang juga
disesuaikan atas pertimbangan keluarga dan dianggap tepat. Keputusan ini
mempengaruhi tindkan perawatan apa yang akan diberikan terhadap masalah
kesehatan tersebut. Fungsi ketiga, keluarga memiliki fungsi untuk dapat merawat
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.Tindakan kesehatan yang
telah ditetapkan oleh keluarga dapat dilakukan atas bantuan oleh institusi
pelayanan kesehatan. Namun keluarga juga dapat memberikan promosi kesehatan
dan perawatan bagi anggotanya yang sakit sebagai tanggung jawab primer serta
dapat berkoordinasi dengan profesional kesehatan terkait layanan yang diberikan
(Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

Fungsi keempat terkait kemampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan.


Pengkajian dilakukan dengan melihat kemampuan keluarga dalam memodifikasi
lingkungan sebagai salah satu penerapan fungsi kesehatan serta bentuk upaya
preventif terhadap masalah kesehatan anggota keluarga agar tidak berlanjut atau
menimbulkan komplikasi. Kelima, keluarga memiliki fungsi untuk dapat

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


20

menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat. Pengkajian dilakukan dengan


melihat kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan
masyarakat sebagai sumber informasi masalah kesehatan dan melakukan
pengobatan. Serta mencari tahu alasan keluarga dalam memanfaatkan sarana
pelayanan kesehatan tersebut (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

2.5.3 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa merupakan suatu pernyataan terkait hasil yang disimpulkan berdasarkan
analisa data yang ditemukan pada hasil pengkajian. NANDA (2009) menyebutkan
bahwa diagnosa keperawatan merupakan sebuah label singkat yang
menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi di lapangan. Terkait perumusan
diagnosanya sendiri dilakukan dengan menggunakan diagnosa tunggal tanpa ada
etiologi (NANDA, 2012).

Banyak diagnosis keperawatan keluarga yang akan timbul menyertai suatu


masalah kesehatan. Diagnosis yang timbul ini dapat diambil sesuai dengan hasil
analisa data yang ditemukan setelah melakukan pengkajian terhadap keluarga.
Terkait masalah kesehatan gizi, diagnosis keperawatan yang mungkin timbul di
antaranya seperti: 1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang/lebih dari kebutuhan
tubuh, 2) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan, 3) Gangguan kerusakan
gigi, 4) Defisit perawatan diri: makan, 5) Gangguan makan, 6) Ketidakefektifan
pemliharaan kesehatan, 7) Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik
keluarga, dan lain sebagainya (NANDA 2012-2014).

Beberapa diagnosa keperawatan yang umum pada keluarga dengan masalah


kesehatan gizi kurang pada anak berdasarkan rujukan Diagnosa NANDA 2012-
2014 akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh didefinisikan asupan
nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik (NANDA,
2009). Batasan karaktristik dari masalah keperawatan ini meliputi : 1) Berat
badan kurang dari 20% atau lebih di bawah berat badan ideal untuk tinggi
badan dan rangka tubuh, 2) Asupan makanan kurang dari kebutuhan

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


21

metabolik, baik kalori total maupun zat gizi tertentu (non-NANDA


International, 3) Kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang
adekuat, 4) Melaporkan asupan makanan yang tidak adekuat kurang dari
recommended daily allowance (RDA).

b. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan


Diagnosa ini didefinisikan dengan ketidakmampuan untuk mengidentifikasi,
mengelola, atau mencari bantuan untuk memelihara kesehatan (NANDA,
2009). Batasan karaktristik yang ditetapkan meliputi : 1) Kurangnya minat
dalam meningkatkan perilaku sehat, 2) Menunjukkan perilaku yang kurang
adaptif terhadap perubahan lingkungan, 3) Menunjukan pengetahuan yang
kurang tentang praktik kesehatan dasar, 4) Riwayat kurangnya perilaku sehat,
5) Ketidakmampuan bertanggung jawab untuk memenuhi praktik kesehatan
dasar, 6) Hambatan sistem pendukung pribadi, 7) Kurang menunjukan minat
pada perbaikan perilaku sehat, 8) Melaporkan mengalami gangguan sistem
pendukung pribadi, 9) Terbatasnya penggunaan dan tenaga pelayanan
kesehatan, 10) Terbatasnya tindakan pencegahan

c. Ketidakefektipan manajemen regimen terapeutik keluarga


Diagnosis ini didefinisikan sebagai pola pengaturan dan pengintegrasian ke
dalam proses keluarga, suatu program untuk pengobatan dan proses penyakit
yang menyulitkan untuk memenuhi kesehatan khusus (NANDA, 2009).
Batasan karakteristik yang ditetapkan meliputi : 1) Mengatakan keinginan
untuk menatalaksana ataupun mencegah penyakit, 2) Mengalami kesulitan
dalam melakukan program terapeutik, 3) Ketidaktepatan aktivitas keluarga
untuk memenuhi tujuan kesehatan, 4) Kurang perhatian pada penyakit, 5)
Mengalami kegagalan dalam mengurangi faktor resiko, 6) Proses peningkatan
gejala penyakit yang tidak terduga.

Terkait dengan masalah kesehatan kekurangan gizi yang ditemukan pada keluarga
binaan di wilayah RW 02 ini, mahasiswa telah mengambil diagnosa
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Hal ini telah disesuaikan
dengan analisa data dari hasil pengkajian yang ditemukan.

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


22

2.5.4 Perencanaan Keperawatan


Perencanaan merupakan tahap lanjut dalam proses keperawatan. Dimana dalam
tahap ini mulai dilakukan perumusan masalah keperawatan dalam bentuk
intervensi. Perencanaan merupakan suatu proses sistematik yang dibuat melalui
kemitraan (bersama) dengan komunitas/ masyarakat. Sebelum membuat
perencanaan mengenai intervensi yang akan dilaksanakan, terlebih dahulu dibuat
prioritas masalah dengan menentukan skor dalam rentang 1 yang terendah dan 10
untuk rentang tertinggi. Prioritas masalah utama ditentukan dari jumlah skor yang
paling tinggi. Setelah masalah dengan prioritas utama teridentifikasi, langkah
selanjutnya adalah membuat tujuan umum dan tujuan khusus serta rencana
kegiatan (Anderson & McFarlane, 2007). Perencanaan keperawatan yang dibahas
dalam penulisan karya ilmiah ini berfokus pada masalah keperawatan terkait
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

a. Intervensi Umum
Intervensi umum yang dilakukan adalah terkait dengan 5 fungsi kesehatan
keluarga, yaitu: 1) Mengenal masalah gizi kurang, 2) Memutuskan tindakan yang
tepat untuk mengatasi masalah akibat gizi kurang, 3) Melakukan perawatan pada
anggota keluarga dengan gizi kurang, 4) Keluarga mampu memodifikasi
lingkungan yang dapat meningkatkan status gizi anak serta mampu meningkatkan
status kesehatan seluruh anggota keluarga, 5) Memanfaatkan fasilitas kesehatan
untuk mengatasi masalah gizi kurang (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

b. Kriteria Hasil
Kriteria hasil ditetapkan sebagai suatu tujuan atau target dalam penyelesaian
masalah kesehatan dengan melihat jenis kriteria tertentu. Kriteria tersebut dapat
berupa target waktu pencapaian, pengukuran kriteria hasil, kerealistisan, serta
melihat pencapaian minimal satu kriteria hasil (Wilkinson & Ahern, 2009).

2.5.5 Implementasi
Setelah dilakukan perumusan tahapan-tahapan intervensi dalam perencanaan
keperawatan, maka selanjutnya dilakukan proses implementasi, yaitu melakukan
tahapan-tahapan intervensi tersebut. Pelaksanaan implementasi ini dilakukan

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


23

dengan melibatkan klien (individu, keluarga, masyarakat) ataupun dengan tim


kesehatan lain. Pelaksanaan atau implementasi adalah fase tindakan dari proses
keperawatan yang terkait dengan pelaksanaan rencana berfokus komunitas
(Anderson & McFarlane, 2007). Implementasi berguna untuk mencapai tujuan
yang telah dibuat. Selain itu, implementasi intervensi keperawatan berfungsi
untuk meningkatkan, memelihara, atau memulihkan kesehatan, mencegah
penyakit, dan memfasilitasi rehabilitasi.

2.5.6 Evaluasi
Sebagai tahap terakhir dari proses keperawatan dilakukan evaluasi yang tidak
hanya sekedar melaporkan intervensi keperawatan telah dilakukan, namun juga
untuk menilai apakah hasil yang diharapkan sudah terpenuhi (Potter & Perry,
2009). Keefektifan intervensi keperawatan keluarga dapat dilihat melalui
pengkajian kembali terkait masalah kesehatan keluarga dan pemilihan rencana
intervensi yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan.

2.6 Intervensi Unggulan : Praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


(PHBS)
Intervensi unggulan yang dilakukan pada keluarga dengan melakukan edukasi
kesehatan terkait tindakan preventif dalam mengatasi faktor penyebab masalah
gizi kurang yaitu dengan melakukan pengoptimalan praktik Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS). Dalam rangka mengoperasionalkan paradigma sehat
khususnya yang berkaitan dengan promosi kesehatan di Indonesia, Menteri
Kesehatan Republik Indonesia membuat Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: 2269/MENKES/PER/XI/2011 yang mengatur upaya
peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat atau disingkat PHBS di seluruh
Indonesia dengan mengacu kepada pola manajemen PHBS, mulai dari tahap
pengkajian, perencanaan, dan pelaksanaan serta pemantauan dan penilaian.

2.6.1 Pengertian
Pelaksanaan PHBS berdasarkan Depkes (2007) adalah wujud keberdayaan
masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktikkan PHBS dan semua

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


24

perilaku ini dilakukan atas kesadaran sendiri sehingga setiap anggota keluarga
atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan serta berperan
aktif untuk dapat mewujudkan kesehatan masyarakat. Program PHBS adalah
upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur
komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku. Upaya yang dilakukan adalah dengan melalui
tiga cara yaitu melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social
Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan demikian
masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama dalam
tatanan masing-masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup sehat
dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Dinkes, 2006).

2.6.2 Jenis Praktik PHBS


Ada beberapa jenis praktik PHBS yang dapat dilakukan di rumah tangga
berdasarkan Depkes (2006) yang dibagi berdasarkan bidangnya yaitu bidang gizi,
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB), kesehatan
lingkungan, pemeliharaan kesehatan, gaya hidup sehat (GHS), dan bidang obat
dan farmasi. Jenis praktik PHBS dalam bidang Gizi, misalnya; pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan balita, makan dengan gizi seimbang, minum
tablet besi selama hamil, memberi bayi ASI eksklusif, mengonsumsi garam
beryodium dan memberi bayi dan balita kapsul vitamin A. Sedangkan praktik
PHBS bidang KIA dan KB, misalnya; memeriksa kehamilan, persalinan ditolong
oleh tenaga kesehatan, mengimunisasi bayi dan keluarga berencana. Praktik
PHBS bidang Kesehatan Lingkungan, misalnya; cuci tangan dengan sabun,
menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk
dan membuang sampah.

Praktik PHBS bidang Pemeliharaan Kesehatan, misalnya; memiliki jaminan


pemeliharaan kesehatan, pemanfaatan sarana kesehatan (puskesmas). Selanjutnya
praktik PHBS bidang gaya hidup sehat (GHS), misalnya tidak merokok di dalam
rumah, melakukan aktivitas/olah raga setiap hari, makan sayur dan buah setiap
hari. Dan praktik PHBS bidang obat dan farmasi, misalnya memiliki tanaman obat

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


25

keluarga, menggunakan obat generik, minum oralit jika anak diare dan jauhkan
anak dari bahan berbahaya/beracun.

2.6.3 Manfaat Pelaksanaan PHBS


Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan
masyarakat agar hidup sehat, serta meningkatkan peran aktif masyarakat termasuk
swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat hidup yang optimal
(Dinkes, 2006). Menurut Depkes (2006), terdapat tiga manfaat pelaksanaan PHBS
yang dikelompokan menjadi tiga sasaran.

Pertama manfaat bagi rumah tangga dimana 1) Setiap anggota keluarga meningkat
kesehatannya dan tidak mudah sakit, 2) Balita tumbuh sehat dengan status gizi
baik dan cerdas, 3) Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat, 4)
Pengeluaran biaya rumah tangga dapat difokuskan untuk pemenuhan gizi
keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga.
Sasaran kedua, manfaat bagi masyarakat : 1) Masyarakat mampu mengupayakan
lingkungan sehat, 2) Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-
masalah kesehatan, 3) Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan
Bersumber Masyarakat (UKBM), seperti posyandu, jaminan pemeliharaan
kesehatan, tabungan ibu bersalin, ambulance desa dan lain-lain.

Sasaran terakhir pemerintah kabupaten/kota memberikan manfaat: 1) Peningkatan


persentase rumah tangga sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah
kabupaten/kota yang baik, 2) Biaya yang sedianya dialokasikan untuk
penanggulangan masalah kesehatan dapat dialihkan untuk pengembangan
lingkungan yang sehat dan penyediaan sarana pelayanan kesehatan yang merata,
bermutu dan terjangkau, 3) Kabupaten/kota dapat dijadikan pusat pembelajaran
bagi daerah lain dalam pengembangan PHBS di rumah tangga.

2.6.4 Praktik Cuci Tangan sebagai Salah Satu Praktik PHBS


Salah satu praktik PHBS bidang Kesehatan Lingkungan adalah mencuci tangan
dengan sabun. Jenis praktik ini merupakan praktik yang mudah dilakukan oleh

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


26

setiap masyarakat. Penerapan praktik ini juga dapat mendukung masyarakat


memiliki kesadaran untuk hidup bersih dan sehat serta mencegah penyakit.

Rachmawati & Triyana (2008) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa cuci


tangan merupakan suatu perilaku yang sederhana yang berguna untuk
menghilangkan kotoran dan meminimalisir kuman yang ada di tangan dengan
mengguyur air pada tangan dan juga dapat dilakukan dengan menambah bahan
tertentu. Dengan adanya praktik cuci tangan diharapkan akan mencegah
penyebaran kuman patogen melalui tangan. Teare pada tahun 1999 (Rachmawati
& Triyana, 2008) mengatakan bahwa tangan telah disadari memiliki peran sebagai
sarana transmisi kuman patogen sejak tahun 1840-an. Sehingga dengan adanya
praktik cuci tangan diharapkan penyebaran kuman patogen melalui tangan dapat
dicegah atau dikurangi.

Tindakan mencuci tangan memiliki peranan penting dalam mengurangi jumlah


kuman pada tangan. Namun keefektifannya dapat dibedakan terkait dengan bahan
tambahan yang digunakan dalam mencuci tangan. Widmer (2000) dalam
penelitiannya menjelaskan cara mencuci tangan yang baik adalah mencuci tangan
dengan menggunakan sabun plain (tidak mengandung anti mikroba) atau sabun
antiseptik (mengandung anti mikroba), kemudian menggosok-gosok kedua tangan
meliputi seluruh permukaan tangan dan jari-jari selama 1 menit, mencucinya
dengan air dan mengeringkannya secara keseluruhan dengan menggunakan
handuk sekali pakai. Meski sama-sama untuk membersihkan tangan,
keampuhannya membunuh bakteri berbeda-beda jika dibandingkan dengan hanya
menggunakan air saja. Sabun antibakteri memiliki bahan khusus yang dapat
mengontrol bakteri di tangan. Ketika mencuci tangan dengan sabun antibakteri,
sejumlah kecil bahan antibakteri turut bekerja.

Cuci tangan dengan menggunakan sabun menurut Depkes (2009) adalah salah
satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan
air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai
kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya
pencegahan penyakit. Penggunaan sabun selain membantu singkatnya waktu cuci

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


27

tangan, dengan menggosok jemari dengan sabun menghilangkan kuman yang


tidak tampak minyak/ lemak/ kotoran di permukaan kulit, serta meninggalkan bau
wangi. Tak hanya bersih, namun masih ada hal positif yang didapatkan seperti bau
wangi dan perasaan segar (Taufiq, Nyorong, & Riskiyani, 2013).

Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan
penyakit. Hal ini dikarenakan tangan merupakan pembawa kuman penyebab
penyakit. Resiko penularan penyakit dapat berkurang dengan adanya peningkatan
perilaku hidup bersih dan sehat, perilaku hygiene, seperti cuci tangan pakai sabun
pada waktu penting. Hasil ini sesuai dengan penelitian Fewtrell l, Kaufman RB, et
al, (2005) perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan intervensi kesehatan yang
paling murah dan efektif dibandingkan dengan intervensi kesehatan dengan cara
lainnya dalam mengurangi resiko penularan berbagai penyakit salah satunya diare.

Pada tahun World Health Organization (WHO) juga telah melakukan penelitian,
dimana salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kejadian
diare dan ISPA adalah perilaku cuci tangan pakai sabun. Karena perilaku tersebut
dapat menurunkan hampir separuh kasus diare dan sekitar seperempat kasus
ISPA. Menurut Depkes (2009) waktu yang tepat untuk cuci tangan pakai sabun
adalah sebelum makan, sesudah membersihkan anak BAB, sebelum menyiapkan
makanan, sebelum memegang bayi dan sesudah buang air besar (Taufiq,
Nyorong, & Riskiyani, 2013).

Langkah yang perlu dilakukan dalam mencuci tangan dengan sabun adalah
setelah membasahkan kedua tangan dengan air mengalir, beri sabun secukupnya.
Kemudian dilakukan 6 langkah mencuci tangan sesuai standar WHO (2006): 1)
gosok kedua telapak tangan dengan sabun, 2) gosok kembali dengan posisi
telapak tangan kanan berada di atas punggung tangan kiri, dan sebaliknya, 3)
gosok telapak tangan dengan jari-jari saling terkait, 4) gosokkan punggung jari
pada telapak tangan satunya dengan posisi saling mengunci, 5) ibu jari tangan
kanan digosok memutar oleh telapak tangan kiri dan sebaliknya, 6) jari tangan kiri
menguncup, lalu gosok memutar ke telapak tangan kanan, begitu juga sebaliknya.
Kemudian bilas dengan air mengalir dengan langka yang sama.

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


28

Berdasarkan penjelasan di atas, maka praktik mencuci tangan dengan sabun


merupakan suatu cara mencuci tangan yang dapat dikatakan murah serta efektif
dalam mengurangi risiko terjadinya penyakit dan menjaga kesehatan.

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


29

BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

Bab ini akan dipaparkan hasil pengkajian pada keluarga Bapak Z, khususnya An.
MA dengan masalah kesehatan gizi kurang, meliputi pengakjian data fokus,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi hasil terkait
penyelesaian masalah keperawatan.

3.1 Pengkajian
Keluarga Bpk Z (25 tahun) bertempat tinggal di Sukatani RT. 004 RW. 02
Kecamatan Tapos, Kota Depok. Keluarga inti Bpk Z masih bergabung dengan
keluarga besar istrinya yaitu Ibu D (23 tahun). Sehingga dapat dikatakan keluarga
Bpk Z merupakan tipe keluarga Extended Family dengan tahap perkembangan
anak balita, dimana anak pertama dan satu-satunya An. MA (18 bulan).

Tugas perkembangan keluarga dengan tahap perkembangan balita yang diemban


keluarga Bpk Z menurut Friedman (2010) dalam mendukung pertumbuhan dan
perkembangan anak yaitu di antaranya: 1) mempersiapkan menjadi orang tua, 2)
adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga,
hubungan seksual, dan kegiatan, 3) mempertahankan hubungan dalam rangka
memuaskan pasangannya, 4) memenuhi kebutuhan anggota keluarga, 5)
membantu anak untuk bersoialisasi, 6) mempertahankan hubungan yang sehat,
baik di dalam maupun di luar keluarga, 7) membagi waktu untuk individu,
pasangan, dan anak, 8) pembagian tanggung jawab di dalam keluarga, 9)
merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Balita masih memiliki ketergantungan penuh terhadap
keluarga dalam memenuhi segala kebutuhannya salah satunya kebutuhan nutrisi.

Pada saat pengkajian didapatkan data bahwa keluarga Bpk Z tinggal bersama
dengan dua orang mertuanya Bpk I (46 tahun) yang merupakan supir angkot, dan
ibu M. (45 tahun) yang merupakan seorang ibu rumah tangga. Untuk Ibu S (56
tahun) yang merupakan kakak dari Ibu M bekerja sebagai pemilah barang-barang

29 Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


30

bekas. Sedangkan untuk An. I (20 tahun) adik dari Ibu D yang berlatar belakang
pendidikan SMA kini baru saja bekerja sebagai karyawan swasta sekitar 3 bulan.

Pada saat dilakukan pengkajian kesehatan khususnya pada An. MA. didapatkan
informasi bahwa An. MA mengalami masalah gizi kurang. Kesimpulan ini
diambil ketika dilakukan pemeriksaan fisik mengenai penimbangan berat badan
dan tinggi badan serta berdasarkan hasil pencatatan KMS. Saat dilakukan
pengukuran, An. MA memiliki BB 7 kg dengan TB 72 cm. Berdasarkan rentang
NCHS pada bagan MTBS, An. MA berada pada rentang garis -2SD dan -3SD
sehingga dapat dikatakan kurus. Lain halnya dengan NCHS, pada grafik KMS,
An. MA berada di bawah garis merah sehingga dapat dikatakan An. MA
mengalami masalah gizi kurang.

Pengkajian keluarga terkait 5 fungsi perawatan keluarga didapatkan informasi,


keluarga Bpk Z. sudah mengenal mengenai masalah kesehatan gizi kurang dengan
menjelaskan kondisi pada An. MA, tetapi belum secara lengkap. Fungsi kesehatan
keluarga kedua didapatkan informasi bahwa keluarga Bpk Z. sudah mampu
membuat keputusan untuk merawat An. MA. dengan masalah kesehatan gizi
kurang. Pada pengkajian fungsi kesehatan keluarga ketiga terkait perawatan
sederhana, didapatkan informasi bahwa keluarga sudah melakukan perawatan
sederhana terkait masalah kesehatan gizi kurang pada An. MA. seperti
memberikan asupan makanan yang cukup dengan menu nasi, sayur, lauk, dan
buah, memberikan vitamin, dan terkadang mengajak jalan sambil memberi makan
An. MA jika memang sedang tidak nafsu makan. Akan tetapi didapatkan masalah
yang dikeluhkan oleh Ibu D bahwa BB An. MA sulit sekali untuk naik. Hal ini
diperkuat dengan data dimana pada KMS sejak usia 6 bulan status An. MA berada
di bawah garis merah.

Pengkajian fungsi kesehatan keluarga yang keempat mengenai modifikasi


lingkungan, didapatkan informasi keluarga belum mengetahui dan belum tahu
cara memodifikasi lingkungan dalam menunjang perawatan An. MA, dengan
masalah kesehatan gizi kurang. Keluarga juga belum mampu dalam
mempertahankan lingkungan yang bersih dan sehat dengan kondisi lingkungan

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


31

rumah yang terlihat kotor dan kurang dirawat. Serta kurangnya perilaku bersih
dan sehat yang ditandai bahwa keluarga hanya mengaku lebih sering mencuci
tangan hanya dengan air.

Selanjutnya pengkajian kesehatan keluarga yang kelima terkait pemanfaatan


fasilitas pelayanan kesehatan didapatkan data pada keluarga Bpk Z. khususnya ibu
D sudah sangat sering sekali memanfaatkan pelayanan kesehatan terkait dengan
masalah kesehatan yang sering timbul pada An. MA seperti masalah Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan gatal-gatal. Masalah ISPA pada An. MA ini
dikeluhkan oleh Ibu D sudah terjadi sejak 4 hari yang lalu. Namun hampir setiap
bulannya An. MA mengalami masalah ISPA dan juga terkadang disertai demam.
Bahkan terkait dengan masalah gizi kurang, Ibu D juga sering membawa An. MA
tiap bulannya untuk konsultasi gizi di Puskesmas Sukatani. Namun sejak 3 bulan
yang lalu, Ibu D sudah jarang berkonsultasi lagi karena alasan bidan yang
mengurus masalah gizi di Puskesmas sudah tidak bekerja lagi.

Pengkajian fokus terkait pada kondisi lingkungan fisik keluarga Bpk Z, khususnya
lingkungan rumah. Didapatkan data hasil pengkajian bahwa status rumah Bpk I
yang merupakan kontrakkan dengan bangunan berukuran 36 m2 (atas) dan 18 m2
(bawah) serta halaman teras di depan rumah yang berukuran 16 m2 terlihat tidak
sesuai dengan jumlah anggota keluarga yang totalnya berjumlah 11 orang.
Kondisi di dalam rumah juga terlihat berantakan dan sempit serta banyaknya
barang membuatnya terlihat padat. Rumah Bpk. Z juga tidak cukup mendapatkan
sinar matahari dikarenakan kondisi jendela yang tertutup dengan lemari. Keadaan
di luar rumah juga terlihat kotor dengan banyak terlihatnya plastik-plastik dan
kardus-kardus bekas yang sedang dijemur didepan rumah disertai pula dengan
jemuran pakaian yang cukup banyak. Tak jauh jaraknya dari tumpukan plastik-
plastik dan kardus-kardus bekas yang basah dan kotor, terdapat sumber keran air
yang biasa digunakan oleh Ibu M untuk mencuci pakaian atau mencuci bahan
makanan.

Dari hasil pemeriksaan fisik pada An. MA didapatkan hasil frekuensi nafas 28
x/menit, N: 70 x/menit. Suhu 36,3 C. Pengkajian nutrisi : antropometri : TB/BB :

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


32

72 cm/7 Kg, NCHS : antara -2SD dan -3SD, KMS : di bawah garis merah, LILA :
10 cm, Klinis : tampak kurus, berambut tipis, dan perutnya sedikit buncit. Selain
itu klien juga sedang mengalami batuk pilek. Ibu D mengatakan batuk pilek pada
An. MA sudah lama tidak sembuh 4 hari yang lalu. Pada selas-sela jari tangan dan
kaki An. MA juga terlihat lepuhan-lepuhan kecil yang berisi cairan. An. MA
sering terlihat menggaruk bagian tersebut. Ibu D mengatakan luka-luka timbul
sejak 2 hari yang lalu. Klien terobservasi jarang melakukan aktivitas yang
melelahkan seperti bermain, klien lebih sering melihat bibinya (An. D) bermain
dan terkadang suka menangis sehingga lebih sering digendong oleh paman-
pamannya.

Pengkajian kesehatan pada karya ilmiah ini difokuskan pada keluarga Bpk Z.
khususnya An. MA. Sedangkan pengkajian terhadap anggota keluarga yang lain
penulis masukan dalam lampiran pengkajian secara lengkap berdasarkan
pengkajian Friedman. (lihat lampiran 1 pengkajian keluarga)

3.2 Diagnosa Keperawatan


Dari analisa data yang sudah dijabarkan sebelumnya, maka didapatkan diagnosa
keperawatan pada keluarga Bpk Z, yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh pada An. MA berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
dalam meningkatkan status gizi anak.

3.3 Perencanaan Keperawatan


3.3.1 Perencanaan Keperawatan Gizi Kurang secara Umum
Perencanaan intervensi keperawatan ditetapkan berdasarkan 5 fungsi perawatan
keluarga terkait dengan masalah gizi kurang pada keluarga Bpk Z, khususnya An.
MA.

3.3.1.1 Tujuan Umum


Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 7 minggu, terjadi
peningkatan keseimbangan nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh pada keluarga
Bpk Z khusunya An.MA.

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


33

3.3.1.2 Tujuan Khusus


1) Tujuan Khusus 1
a. Mengenal masalah gizi kurang: pengertian, penyebab, tanda dan gejala
b. Mengidentifikasi anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan
2) Tujuan Khusus 2
Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah gizi kurang pada anak:
a. Menyebutkan akibat dari gizi kurang pada anak
b. Memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah gizi kurang
3) Tujuan Khusus 3
Melakukan perawatan untuk mengatasi gizi kurang:
a. Edukasi kesehatan cara perawatan dan pencegahan gizi kurang
b. Menjelaskan cara memilih bahan makanan
c. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara mengolah bahan makanan yang
benar
d. Menjelaskan dan mendemonstrasikan cara penyajian makanan yang
menarik
e. Menjelaskan cara mengatasi anak tidak mau makan.
f. Menjelaskan dan mendemonstrasikan penyusunan menu makan bergizi
seimbang.
4) Tujuan Khusus 4
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang sehat dan nyaman
a. Menjelaskan suasana yang dapat meningkatkan selera makan anak
b. Menjelaskan lingkungan yang sehat bagi anggota keluarga
c. Menjelaskan pengertian dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
d. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang sehat dan nyaman bagi
anggota keluarga
e. Keluarga mampu melaksanakan PHBS
5) Tujuan Khusus 5
Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi gizi
kurang
a. Menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan dan manfaatnya
b. Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terjangkau sesuai dengan kondisi
keluarga

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


34

3.3.2 Intervensi Keperawatan Unggulan


Intervensi keperawatan unggulan yang dilakukan berdasarkan pada hasil
pengkajian tahapan fungsi perawatan keluarga, dimana masalah kondisi fisik dan
sanitasi lingkungan rumah keluarga Bpk Z. Intervensi keperawatan unggulan juga
didasarkan upaya mencari bentuk intervensi yang murah, mudah, menyenangkan
dan memberikan efek yang signifikan terhadap pencapaian tujuan peningkatan
status nutrisi An. MA. Karenanya dari sekian bentuk intervensi keperawatan,
penulis menetapkan intervensi keperawatan pelaksanaan praktik PHBS selain
intervensi mengenai variasi menu seimbang pada An. MA.

Intervensi keperawatan unggulan diharapkan sebagai manajemen mandiri


keluarga dalam tindakan preventif yang bertujuan mencegah maupun mengurangi
tanda dan gejala terjadinya masalah kesehatan salah satunya penyakit infeksi yang
dapat mempengaruhi nafsu makan anak yang dapat menimbulkan masalah gizi.
Masalah ISPA pada An. MA juga telah dilakukan intervensi dalam perawatan
serta pencegahannya pada kunjungan sebelumnya.
a. Tujuan khusus intervensi pengoptimalan praktik PHBS
Keluarga Bpk Z mampu melaksanakan dan mengadaptasikan praktik PHBS
dalam kehidupannya sehari-hari untuk dapat mencegah penyakit infeksi.

b. Kriteria dan Standar Evaluasi


1) Verbal
Keluarga Bpk Z mampu menyebutkan mengenai praktik PHBS
Pengertian PHBS
Menyebutkan manfaat dari pelaksanaan PHBS
Cara pelaksanaan PHBS
Pengertian cuci tangan (hand hygiene) dengan
Menyebutkan manfaat dari cuci tangan (hand hygiene) dengan sabun
Cara pelaksanaan cuci tangan (hand hygiene)
Waktu dilakukannya cuci tangan (hand hygiene)
2) Psikomotor
Keluarga Bpk Z mampu melaksanakan praktik PHBS

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


35

Keluarga Bpk Z mampu melaksanakan praktik cuci tangan (hand


hygiene) dengan sabun
3) Afektif
Keluarga Bpk Z terlihat melaksanakan praktik PHBS dalam kegiatan
sehari-hari
Keluarga Bpk Z terlihat melaksanakan praktik cuci tangan (hand
hygiene) dengan sabun dalam kegiatan sehari-hari

c. Rencana Intervensi
Dengan menggunakan leaflet
1) Jelaskan kepada keluarga Bpk Z
Pengertian PHBS
Cara melaksanakan PHBS
Manfaat pelaksanaan PHBS
Pengertian cuci tangan (hand hygiene) dengan
Menyebutkan manfaat dari cuci tangan (hand hygiene) dengan sabun
Cara pelaksanaan cuci tangan (hand hygiene)
Waktu dilakukannya cuci tangan (hand hygiene)
2) Informasikan kepada keluarga Bpk Z, khususnya pada Ibu D mengenai
kapan waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan
3) Berikan motivasi kepada keluarga Bpk Z, khususnya Ibu D yang juga
dapat mengajak seluruh anggota keluarga untuk melakukan kegiatan
secara rutin
4) Berikan reinforcement positif atas keikutsertaan keluarga Bpk Z dalam
kegiatan praktik PHBS

3.4 Implementasi
Implementasi dilakukan pada hari Rabu, 21 Mei 2014, jam 10.00 WIB dengan
menggunakan leaflet memberikan edukasi kesehatan kepada keluarga Bpk Z:
1. Menjelaskan pengertian PHBS
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah suatu upaya atau perilaku
bersih dan sehat yang dilakukan atas kesadaran untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan.

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


36

2. Menjelaskan manfaat pelaksanaan PHBS


Manfaat pelaksanaan PHBS bagi rumah tangga dan masyarakat adalah
(Depkes, 2006): 1) Setiap anggota keluarga meningkat kesehatannya dan
tidak mudah sakit, 2) Balita tumbuh sehat dengan status gizi baik dan
cerdas, 3) Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat, 4) Pengeluaran
biaya rumah tangga dapat difokuskan untuk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk peningkatan pendapat keluarga, 5)
Mampu menciptakan lingkungan sehat, 6) Mampu mencegah dan
menanggulangi masalah-masalah kesehatan.
3. Menjelaskan cara melaksanakan PHBS
Jenis praktik PHBS yang dapat dilakukan di rumah tangga adalah (Depkes,
2006): 1) Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita, 2) Makan
makanan gizi seimbang, 3) Memberikan ASI eksklusif, 4) Mencuci tangan
dengan sabun, 5) Menggunakan air bersih, 6) Menggunakan jamban sehat,
7) Memberantas jentik nyamuk, 8) Membuang sampah, 9) Pemanfaatan
sarana kesehatan, 10) Tidak merokok di dalam rumah, 11) Berolahraga/
beraktivitas setiap hari, 12) Makan sayur dan buah setiap hari, 13)
Menggunakan obat generik.
Jenis praktik PHBS yang didemonstrasikan adalah tindakan mencuci tangan
dengan sabun serta penyusunan gizi seimbang bagi balita.
4. Menjelaskan pengertian cuci tangan (hand hygiene) dengan sabun
Cuci tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan
membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh
manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman (Depkes,
2009).
5. Menjelaskan manfaat cuci tangan (hand hygiene) dengan sabun
Manfaat cuci tangan (hand hygiene) dengan sabun adalah (Depkes, 2009
dan Taufiq, Nyorong, & Riskiyani, 2013): 1) pencegahan penyakit, 2)
menjaga kesehatan, 3) menghilangkan kuman, 4) menghilangkan noda
minyak/ lemak/ kotoran di permukaan kulit, 5) memberikan bau harum pada
permukaan tangan, 6) memberikan rasa segar, 7) murah dan efektif.

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


37

6. Menjelaskan cara melaksanakan cuci tangan (hand hygiene)


Langkah yang perlu dilakukan adalah setelah membasahkan kedua tangan
dengan air mengalir, beri sabun secukupnya. Kemudian dilakukan 6 langkah
mencuci tangan sesuai standar WHO (2006): 1) gosok kedua telapak tangan
dengan sabun, 2) gosok kembali dengan posisi telapak tangan kanan berada
di atas punggung tangan kiri, dan sebaliknya, 3) gosok telapak tangan
dengan jari-jari saling terkait, 4) gosokkan punggung jari pada telapak
tangan satunya dengan posisi saling mengunci, 5) ibu jari tangan kanan
digosok memutar oleh telapak tangan kiri dan sebaliknya, 6) jari tangan kiri
menguncup, lalu gosok memutar ke telapak tangan kanan, begitu juga
sebaliknya. Kemudian bilas dengan air mengalir dengan langka yang sama.
7. Menjelaskan waktu yang tepat dilakukannya cuci tangan (hand hygiene),
yaitu pada: 1) sebelum makan atau menyiapkan makanan, 2) sebelum
menyuapi anak, 3) sebelum meneteki/ menyusui anak, 4) sesudah keluar
atau menggunakan toilet/ buang air besar atau buang air kecil, 5) sesudah
memegang barang yang diduga mengandung kotoran, 6) sesudah menceboki
anak.
8. Menginformasikan kepada keluarga Bpk Z, khususnya pada Ibu D
mengenai kapan waktu yang tepat untuk melakukan praktik PHBS.
Pemberian informasi dilakukan dengan membuatkan jadwal mengenai
praktik PHBS yang telah dilakukan oleh keluarga Bpk Z.
9. Memberikan motivasi kepada keluarga Bpk Z, khususnya Ibu D yang juga
dapat mengajak seluruh anggota keluarga untuk melakukan kegiatan secara
rutin

3.5 Evaluasi
Evaluasi I : Rabu 21 Mei 2014
a. Data Subjektif
Keluarga khususnya Ibu D menyatakan mengerti mengenai pengertian
PHBS dengan mengatakan bahwa PHBS adalah singkatan dari perilaku
hidup bersih dan sehat berarti berperilaku bersih dan sehat untuk
meningkatkan kesehatan. Ibu D juga menyatakan mengerti mengenai cara
pelaksanaan praktik PHBS dengan mengatakan bahwa contoh PHBS itu

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


38

seperti mencuci tangan, makan sayur buah, nimbang, membuang sampah,


tidak merukok, memberikan ASI eksklusif, menggunakan air bersih, dan
olah raga. Selain itu Ibu D juga mampu menjelaskan tujuan dan manfaat
dari PHBS adalah agar tidak gampang sakit, lebih murah, bisa mencegah
penyakit, dan lingkungan menjadi bersih dan sehat.
Ibu D juga menyatakan bahwa cuci tangan pakai sabun merupakan tindakan
dengan menggunakan sabun yang bermanfaat untuk mencegah penyakit,
menghilangkan kotoran dan kuman, serta menjaga kesehatan. Waktu yang
tepat untuk cuci tangan menurut Ibu D adalah sesudah BAB/BAK, sebelum
makan, sebelum masak, sebelum menyuapi anak, dan sesudah melakukan
suatu kegiatan yang kotor.
b. Data Objektif
Keluarga mampu menyebutkan pengertian PHBS, 8 dari 13 cara
pelaksanaan praktik PHBS, serta 4 dari 6 tujuan dan manfaat dari PHBS.
Keluarga mampu menyebutkan pengertian cuci tangan dengan sabun, 4 dari
7 manfaat cuci tangan dengan sabun, serta 4 dari 6 waktu yang tepat untuk
cuci tangan dengan sabun. Keluarga juga mampu mendemonstrasikan
kembali cara mencuci tangan yang baik dan benar dengan menggunakan
sabun.
c. Analisa
Implementasi intervensi unggulan tercapai
d. Planning
Rencana tindak lanjut kepada keluarga untuk tetap konsisten melaksanakan
praktik PHBS dalam setiap aktivitas. Selain itu, mahasiswa akan melakukan
kunjungan kembali untuk melihat dan memantau praktik PHBS yang telah
dilakukan oleh keluarga Bpk Z.

Evaluasi II : Kamis 22 Mei 2014


a. Data Subjektif
Ibu D mengatakan sudah sering membuka ventilasi rumah sebagai salah
satu cara menciptakan lingkungan rumah yang sehat. Namun Ibu D
mengatakan bahwa ayahnya Bapak I terkadang masih suka merokok di
dalam rumah.

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


39

b. Data Objektif
Praktik PHBS yang sudah dilakukan dan terlihat: 1) ventilasi rumah terbuka,
2) An. MA mendapatkan gizi seimbang dalam porsi makanannya (nasi,
lauk, sayur, buah), 3) pembuangan sampah sudah terkontrol.
c. Analisa
Praktik PHBS sebagai intervensi unggulan tercapai sebagian
d. Planning
Rencana tindak lanjut kepada keluarga untuk tetap konsisten melaksanakan
praktik PHBS dalam setiap aktivitas. Selain itu, mahasiswa akan melakukan
evaluasi setiap kunjungan berikutnya untuk melihat dan memantau praktik
PHBS yang telah dilakukan oleh keluarga Bpk Z.

Evaluasi III : Jumat 23 Mei 2014


a. Data Subjektif
Ibu D mengatakan seluruh anggota keluarga sudah mulai melakukan
tindakan mencuci tangan dengan sabun sebagai salah satu praktik PHBS
yang dapat mencegah terjadinya penyakit. Ibu D juga mengatakan kini tanda
dan gejala masalah ISPA pada An. MA sudah mulai berkurang dan nafsu
makan An. MA semakin meningkat.
b. Data Objektif
Tanda dan gejala masalah ISPA pada An. MA yang terlihat saat ini
hanyalah pilek tanpa disertai batuk atau demam.
c. Analisa
Implementasi intervensi unggulan tercapai
d. Planning
Rencana tindak lanjut kepada keluarga untuk tetap konsisten melaksanakan
praktik PHBS dalam setiap aktivitas. Selain itu, mahasiswa akan melakukan
kunjungan kembali untuk melihat dan memantau praktik PHBS yang telah
dilakukan oleh keluarga Bpk Z.

3.6 Rencana Tindak Lanjut


Rencana tindak lanjut untuk kader kesehatan tentang gizi kurang serta masalah
kesehatan pada balita lainnya di wilayah RW 02, salah satunya dengan melakukan

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


40

kunjungan pada keluarga bapak Z. khususnya untuk melihat perkembangan status


gizi dan kesehatan An. MA. Rencana tindak lanjut kepada keluarga untuk tetap
konsisten menjaga lingkungan yang bersih serta melaksanakan PHBS.

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


41

BAB 4
ANALISA SITUASI

Bab ini akan menjelaskan mengenai analisa pembahasan dari proses asuhan
keperawatan yang telah dilakukan pada keluarga Bpk Z, khususnya An. MA
dengan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh terkait masalah
kesehatan gizi kurang di RT 004 RW 02 Kelurahan Sukatani,Tapos, Depok.
Analisa pembahasan yang akan dijelaskan adalah meliputi profil lahan praktik,
analisis masalah keperawatan dengan konsep terkait KKMP dan konsep kasus
terkait, analisis intervensi pelaksanaan PHBS dengan konsep dan penelitian
terkait, dan alternatif pemecahan yang dapat dilakukan.

4.1 Profil Lahan Praktik


Wilayah Kelurahan Sukatani merupakan salah satu wilayah yang berada pada
wilayah pemerintahan Kecamatan Tapos dan merupakan bagian dari wilayah kota
Depok. Letaknya sendiri berada di daerah pinggir jalan raya Pekapuran. Sehingga
dapat dilihat bahwa wilayahnya tergolong cukup padat dan ramai. Terletak tidak
jauh dari wilayah Kelurahan Sukatani terdapat beberapa perusahaan besar seperti
pabrik. Untuk wilayah RW 02 sendiri merupakan wilayah pemukiman penduduk
yang cukup padat. Hanya terdapat sebagian wilayah RW 02 yang dapat dilalui
kendaraan mobil, namun selebihnya hanya dapat dilalui kendaraan bermotor
(sepeda motor) atau berjalan kaki.

Wilayah RW 02 terdiri dari enam RT (RT 01-06). Berdasarkan sumber data RT


2014 jumlah KK di RT 05 terdapat 81 KK, sedangkan RT 06 terdiri dari 85 KK.
Jumlah penduduk per 2012 RT 05 sebanyak 308 jiwa (laki-laki 157: perempuan
151), sedangkan di RT 06 terdapat 189 jiwa (110 laki-laki: 89 perempuan).
Mayoritas penduduk berusia dewasa 20-45 tahun. Tingkat pendidikan warga
sebagian besar merupakan tamatan SMK/STM. Hasil observasi yang ditemukan
terkait transportasi yang digunakan masyarakat di wilayah RW 02 yang memiliki
alat transportasi pribadi mayoritas adalah motor. Hanya sebagian warga yang
memiliki kendaraan mobil, dan mereka yang memilikinya memang tinggal di
wilayah pinggir jalan yang lebih lebar. Namun hampir sebagian besar masyarakat

41 Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


42

lebih sering menggunakan angkutan umum atau berjalan kaki. Pusat kebersihan di
lingkungan RW 02 belum memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sendiri.
Sehingga warga masih sering membuang sampah dengan mengumpulkannya dan
pada setiap hari Rabu dan Minggu petugas kebersihan akan mengambilny.
Seluruh sampah ini kemudian dikumpulkan di wilayah RT 04 yang kemudian
baru diambil oleh petugas kebersihan dengan mobil TPA. Terkait dengan
penduduk, mayoritas pekerjaan masyarakat atau kepala keluarga di wilayah RW
02 merupakan karyawan swasta dan juga wiraswasta. Sebagian besar penduduk
merupakan warga pendatang dari wilayah Jawa dan sebagian lainnya dari Sunda
dan luar pulau Jawa. Di dalam wilayah RW 02 sendiri terdapat dua buah sekolah
yaitu SMP PGRI dan SMK As-Syifa.

Hasil observasi terkait lingkungan fisik wilayah RW 02 atau perumahan, dapat


dengan mudah dijumpainya pola kebiasaan atau perilaku tidak sehat, seperti
adanya tempat penumpukan sampah yang berada di lahan kosong dan kemudian
dibakar. Selain itu, masih banyak terlihat rumah-rumah warga yang tidak
membuka jendelanya atau memang memiliki ventilasi udara yang sedikit. Terkait
pelayanan kesehatan terdekat bagi masyarakat RW 02, terdapat Puskesmas
Sukatani, Puskesmas Cimanggis, RS Sentra Medika dan berbagai macam klinik
yang berada di sekitar jalan Pekapuran. Namun di dalam lingkungan RW 02, juga
terdapat Posyandu Mawar RW 02 yang terletak di wilayah RT 06. Kondisi yang
dapat dilihat Posyandu ini merupakan bangunan permanen yang belum jadi
sepenuhnya, sehingga lebih terlihat seperti bangunan yang belum jadi. Apabila
musim hujan datang, maka tidak diragukan bahwa airnya akan memasuki area
Posyandu. Kondisi Posyandu yang belum sempurna ini ditandai juga dengan tidak
adanya papan penyuluhan yang terpasang.

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan


Konsep Kasus Terkait
Pada hasil pengkajian yang telah dilakukan pada keluarga Bapak Z (25 tahun)
ditemukan bahwa pada An. MA (18 bulan) yang merupakan anak dari Bapak Z
dan Ibu D (23 tahun) memiliki masalah kesehatan yaitu gizi kurang. Berikut ini
akan dijelaskan analisa kasus berdasarkan beberapa faktor yang dapat

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


43

mempengaruhi status gizi. Sehingga dapat diketahui faktor apakah yang paling
berpengaruh dalam masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh yang terjadi pada An. MA.

Hasil pengkajian pemeriksaan fisik pada keluarga Bapak Z khususny pada An.
MA, didapatkan data antropometri An. MA memiliki BB 7 kg dengan TB 72 cm.
Berdasarkan rentang NCHS pada bagan MTBS, An. MA berada pada rentang
garis -2SD dan -3SD sehingga dapat dikatakan kurus. Lain halnya dengan NCHS,
pada grafik KMS, An. MA berada di bawah garis merah sehingga dapat dikatakan
An. MA mengalami masalah gizi kurang. Selain itu dari penampilan fisik lain
yang merupakan tanda dan gejala masalah gizi kurang adalah An. MA terlihat
kurang aktif, memiliki kondisi rambut yang tipis, badan yang kurus, dan perut
sedikit buncit.

Terkait dengan usia, An. MA sudah memasuki masa yang paling rawan yaitu usia
balita. Dimana pada masa itu, anak lebih mudah sakit dan mudah terjadi kurang
gizi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jamil (1997) dalam Yunarto
(2004) menemukan hasil bahwa pada umur balita di bawah 6 bulan atau bayi
masih berada dalam keadaan status gizi yang baik, namun status gizinya akan
menurun sampai 50% ketika anak sudah memasuki golongan umur di atas 6
bulan.

Pendidikan kedua orang tua An. MA sama-sama setara dengan Sekolah


Menengah Pertama. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan yang dienyam
oleh kedua orang tua An.MA masih tergolong rendah. Penelitian yang dilakukan
oleh Saputra (2011) mendapatkan hasil bahwa rendahnya tingkat pendidikan
kepala rumah tangga dan ibu berpengaruh secara signifikan terhadap risiko balita
menderita gizi buruk dan gizi kurang. Pendidikan ini akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan masyarakat terhadap gizi dan kesehatan. Seperti pada keluarga
Bapak Z, Ibu D mengerti mengenai makanan apa saja yang baik yang untuk
dikonsumsi, namun masih belum mengerti mengenai gizi seimbang serta segala
hal dan faktor yang dapat mendukungnya. Bittikaka (2011) dalam penelitiannya
mendapatkan nilai yang menunjukkan bahwa pendidikan keluarga > SLTA

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


44

mempunya peluang 0,4 kali mempunyai status gizi baik dibandingkan dengan
keluarga berpendidikan < SLTA. Usia kedua orang tua An. MA yang tergolong
muda yaitu 23 dan 25 tahun juga memiliki hubungan dalam status gizi anak.
Dimana menurut penelitian yang dilakukan oleh Bittikaka (2011) didapatkan
bahwa status gizi kurang lebih banyak terjadi pada keluarga dengan umur < 30
tahun 55,6% bila dibandingkan dengan keluarga dengan umur > 30 tahun.
Penelitian tersebut juga mendapatkan nilai yang menunjukkan 2,5 kali status gizi
kurang lebih tinggi pada keluarga umur < 30 tahun.

Lingkungan rumah Bapak Z dapat dikatakan kurang sehat karena memiliki luas
bangunan (44 m2) yang tidak setara dengan kapasitas anggota keluarga (11 orang).
Dimana seharusnya rasio luas bangunan terhadap pengguninya harus 8 m2 per-
penghuni, sedangkan seluruh anggota keluarga Bapak Z hanya mendapatkan
sekitar 4 m2. Selain luas bangunan, lingkungan rumah yang terlihat padat dan
kotor serta kurangnya pencahayaan karena banyak terdapat barang, adanya plastik
dan barang bekas yang berserakan serta ventilasi yang tertutup. Hal ini dapat
berpengaruh terhadap status gizi anak.

Perilaku kebersihan yang dapat diobservasi dari keluarga adalah jarangnya


anggota keluarga yang melakukan tindakan mencuci tangan setelah melakukan
kegiatan yang cukup kotor. Seperti pada Ibu S yang selalu memilah-milah barang
bekas, Ibu M yang mencuci sayuran dan baju di teras depan bersebelahan dengan
tumpukan barang bekas, serta menyiangi sayuran yang juga dilakukan di sekitar
tempat yang sama.

Berdasarkan hasil pengkajian dalam beberapa kunjungan, ditemukan bahwa An.


MA juga sering sekali mengalami masalah kesehatan Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA) dan juga gatal-gatal. Ibu D juga sering sekali memeriksakan anaknya
ke Puskesmas terkait masalah ISPA yang dianggap tak kunjung sembuh. Dalam
penelitiannya, Tarigan (2003) menjelaskan bahwa adanya kemungkinan terjadinya
gizi kurang pada anak ISPA 1,4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang
tidak ISPA. Kondisi lingkungan yang tidak sehat seperti tidak adanya sirkulasi
udara di sekitar anak akan mendukung munculnya ISPA seperti pada hasil

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


45

observasi lingkungan fisik rumah keluarga Bapak Z. Djamilus (1996) yang


mengutip pernyataan Rowland yaitu bila balita menderita ISPA maka berat
badannya akan turun dan ini akan berpengaruh pada status gizi anak tersebut.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Supariasa, Bakri, dan Fajar pada tahun 2007,
dikatakan bahwa kematian awal yang sering terjadi di negara berkembang banyak
sekali diakibatkan oleh penyakit infeksi. Penyakit infeksi di sini meliputi ISPA,
diare, campak, malaria, dan lainnya. Dan 54% dari kematian tersebut berkaitan
dengan gizi kurang (Syatriani, 2011). Tarigan (2003) menjelaskan bahwa pada
kelompok usia 18-36 bulan, pengenalan terhadap lingkungan semakin luas
sehingga jika lingkungan kurang sehat anak akan lebih mudah terkena infeksi.

Pendapatan seluruh anggota keluarga yang berkisar Rp 6.000.000,- yang


digunakan untuk seluruh kebutuhan keluarga yang terdiri dari 11 anggota
keluarga. Keluarga menganggap penghasilan ini cukup untuk membiayai seluruh
kebutuhan sehari-hari. Walaupun sesungguhnya dalam penelitian yang dilakukan
oleh Isnansyah (2006) menjelaskan bahwa pendapatan yang rendah berpengaruh
terhadap asupan makanan yang dikonsumsi karena penghasilannya terbatas.
Seperti dalam hal memenuhi kebutuhan lauk, keluarga Bapak Z lebih sering
mengkonsumsi ikan, tahu, atau tempe daripada daging-dagingan. Bagi keluarga
yang memiliki pendapatan yang lebih besar, dapat dipastikan memiliki status gizi
yang lebih baik. Semakin besar pendapatan keluarga maka semakin baik status
gizi balita dan sebaliknya (Patodo, 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Permana
(2011) juga menunjukkan hasil bahwa status ekonomi merupakan faktor yang
berhubungan dengan status gizi kurang pada balita dengan signifikan 0,003.

Gangguan pada status gizi biasanya berhubungan dengan asupan makanan yang
dikonsumsi balita (Suprihatin, 2006). Pada An. MA ini, keluarga mengatakan
bahwa seluruh asupan makanan yang dikonsumsi anak sudah sesuai dengan
asupan gizi seimbang. Hal ini dibuktikan dengan jadwal menu makanan yang
diberikan oleh mahasiswa pada minggu awal kunjungan, dan didapatkan bahwa
An. MA memang selalu memiliki pola makan 3 kali sehari pagi, siang, dan sore.
Menu makanannya juga tergolong seimbang dengan adanya nasi, lauk, dan sayur-

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


46

buah. An. MA juga mendapatkan selingan susu dan biskuit dua kali sehari di
antara jam makan.

Berdasarkan hasil analisa tersebut, maka didapatkan kesimpulan bahwa masalah


yang ditemukan pada keluarga Bapak Z adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh (NANDA, 2012) yang terjadi pada An. MA. Penekanan
masalah didasarkan pada analisa data dan batasan karakteristik yang ditemukan
pada keluarga Bapak Z, khususnya pada An. MA. Data hasil pengkajian
menjelaskan bahwa asupan nutrisi yang didapatkan oleh An. MA tidak dapat
memenuhi kebutuhannya tubuhnya yang memang sering mengalami masalah
kesehatan penyakit infeksi seperti ISPA. Sehingga nutrisi yang diperlukan tidak
dapat diserap maksimal oleh tubuh sebagai kebutuhan metabolik. Hal ini sesuai
dengan definisi dari NANDA (2013) yaitu asupan nutrisi yang kurang atau tidak
mencukupi sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolik.

Terkait masalah ISPA atau penyakit infeksi yang diderita oleh An. MA sendiri
memiliki pengaruh terhadap masalah gizi. Katona (2008) dalam penelitiannya
melihat adanya interaksi antara gizi kurang dengan infeksi. Dimana keduanya
memiliki keterkaitannya satu sama lainnya. Anak yang mendapat makanan yang
baik tetapi karena sering sakit diare, infeksi atau demam dapat juga menderita
kurang gizi. Demikian pada anak yang makannya tidak cukup baik maka daya
tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit (Depkes RI, 2000). Tak
hanya itu keterkaitan keduanya juga dijelaskan bahwa infeksi yang dapat
menimbulkan gangguan penyerapan pada usus dapat menyebabkan masalah gizi
kurang. Serta masalah gizi kurang yang menimbulkan masalah berkurangnya
fungsi imun dapat menyebabkan seseorang mengalami masalah penyakit infeksi
(Katona, 2008).

Batasan karakteristik yang terlihat pada keluarga Bapak Z khususnya pada An.
MA terkait kesesuaiannya dengan masalah keperawatan adalah : 1) Berat badan
kurang dari 20% atau lebih di bawah berat badan ideal untuk tinggi badan dan
rangka tubuh. Berat badan An. MA saat pengkajian adalah 7 kg dengan TB 72
cm, dimana seharusnya BB ideal untuk TB 72 cm menurut NCHS pada MTBS

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


47

adalah antara 7,2 kg hingga 10,2 kg (-2SD s/d +2SD). Sedangkan BB ideal untuk
usia 18 bulan menurut KMS adalah antara 10,5 kg hingga 11,5 kg (garis hijau). 2)
Kehilangan berat badan dengan asupan makanan yang adekuat. An. MA selalu
mendapatkan asupan makanan dengan gizi seimbang, adanya nasi, lauk, sayur,
dan buah disertai selingan. Namun Ibu D merasa BB An. MA tidak pernah naik.

Berdasarkan hasil analisis di atas, intervensi yang telah dilakukan mahasiswa


adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan terkait gizi kurang. Evaluasi
yang dapat dilihat disesuaikan dengan lima tugas kesehatan keluarga. Tugas
dalam mengenal masalah, dengan mampu melihat perubahan-perubahan kecil
yang dialami oleh anggota keluarga (Friedman, 2003). Keluarga Bapak Z dapat
mengidentifikasi masalah gizi kurang pada An. MA dengan melihat perubahan
yang terjadi pada An. MA terkait masalah gizi kurang yang telah dijelaskan oleh
mahasiswa. Perubahan tersebut di antaranya berat badan tidak naik, nafsu makan
berkurang, badan kurus, rambut tipis, perut buncit, dan tidak terlihat aktif.

Selanjutnya tugas dalam mengambil keputusan dengan mencari upaya tindakan


kesehatan yang diharapkan tepat sehingga masalah gizi kurang yang terjadi dapat
teratasi (Friedman, 2003). Keluarga sudah mulai mengambil keputusan untuk
merawat An. MA dengan selalu mempertahankan pola makan dengan gizi
seimbang. Dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan memberikan
perawatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki keluarga (Friedman, 2003).
Keluarga melakukan perawatan masalah gizi kurang pada An. MA dengan
mampu memilih dan mengolah bahan makanan yang baik, menyajikan makanan
dengan menarik sehingga meningkatkan nafsu makan An. MA, serta memberikan
vitamin.

Keluarga dapat memodifikasi lingkungan untuk mendukung kesehatan dengan


ditunjukkan oleh Ibu D yang suka menggunakan cara memberi makan pada An.
MA dengan mengajaknya jalan-jalan untuk meningkatkan nafsu makan. Terakhir,
dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan melakukan kunjungan ke
pelayanan kesehatan Puskesmas Cibubur untuk memeriksa kondisi kesehatan An.
MA serta rutin memantau pertumbuhan dan perkembangan An. MA di Posyandu.

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


48

4.3 Analisis Intervensi Pengoptimalan Praktik PHBS dengan Konsep dan


Penelitian Terkait
Berdasarkan hasil analisis dari pengkajian pada keluarga Bpk. Z dapat dikatakan
faktor yang paling besar mempengaruhi masalah gizi kurang pada An. MA adalah
lingkungan dan penyakit infeksi. Hal ini disesuaikan dengan hasil pengkajian
yang didapatkan pada minggu awal kunjungan.

Hasil pengkajian yang didapatkan adalah asupan yang dikonsumsi oleh An. MA
dapat dikatakan dengan cukup dan sesuai dengan gizi seimbang. Namun berat
badan An. MA masih belum menunjukkan adanya peningkatan yang dalam hal ini
dapat dipengaruhi oleh masalah lingkungan. Dijelaskan bahwa lingkungan sekitar
An. MA tergolong kotor dan tidak sehat. Sehingga An. MA lebih sering
mengalami penyakit infeksi salah satunya ISPA yang terkadang disertai demam.
Dimana dalam penelitian Katona (2008) mengatakan bahwa masalah infeksi ini
dapat menimbulkan gangguan penyerapan pada usus yang berujung pada masalah
gizi kurang. Penyakit infeksi ini juga dapat disebabkan adanya fungsi imunitas
yang terganggu akibat asupan makanan yang kurang. Sedangkan pada An. MA
asupan makanan yang adekuat justru untuk memperbaiki imunitasnya yang
kurang akibat proses penyakit.

Tak hanya itu, masalah lingkungan yang kotor tersebut juga dapat mempengaruhi
masalah kesehatan yang lainnya. Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2005),
terdapat empat faktor yang mempengaruhi kesehatan yaitu lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan, dan keturunan. Lingkungan yang kotor dan tidak sehat ini
merupakan suatu hasil perilaku anggota keluarga yang kurang peduli terhadap
kesehatan anggota keluarga yang lain.

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka mahasiswa melakukan intervensi terkait


pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada keluarga Bapak Z.
Melakukan atau berperilaku bersih dan sehat menurut Becker dalam Notoatmodjo
(2007), adalah upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup; (1) makan dengan menu
seimbang, (2) olah raga teratur, (3) tidak merokok, (4) tidak minum minuman

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


49

keras dan narkoba, (5) istirahat yang cukup, (6) mengendalikan stress, dan; (7)
gaya hidup yang positif bagi kesehatan.

Manfaat dari pelaksanaan PHBS bagi lingkungan rumah tangga menurut Depkes
(2006) adalah untuk meningkatkan kesehatan setiap anggota keluarga sehingga
tidak mudah sakit, meningkatkan kesehatan balita sehingga dapat tumbuh sehat
dengan status gizi baik dan cerdas, meningkatkan produktivitas kerja anggota
keluarga, serta menghemat pengeluaran biaya rumah tangga.

Setelah dilakukan intervensi pengoptimalan pelaksanaan PHBS pada keluarga


Bpk Z, didapatkan beberapa keberhasilan dan kegagalan yang dapat dilihat
berdasarkan jenis praktik PHBS sesuai dengan pembagian Depkes (2006).

Evaluasi keberhasilan praktik PHBS bidang Gizi yang dapat dilihat saat itu
adalah: 1) ibu D selalu melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
An. MA di Posyandu tiap bulannya atau jika sedang memanfaatkan pelayanan
kesehatan, 2) Ibu D selalu memberikan An. MA makanan dengan gizi seimbang
dengan menunjukkan jadwal menu makan kepada mahasiswa. Terkait ASI saat ini
An. MA masih mendapatkan ASI, sebelumnya An. MA mendapatkan ASI
eksklusif selama 6 bulan dan kapsul Vit A.

Selanjutnya praktik PHBS dalam bidang KIA dan KB, evaluasi yang didapatkan
untuk saat ini adalah Ibu D sudah mulai mengikuti program Keluarga Berencana
dengan merencanakan memiliki anak kedua ketika An. MA berusia 7 tahun.
Walaupun pada keluarga Bpk I dan Ibu M tidak menjalani program Keluarga
Berencana (memiliki 7 anak), namun Ibu D mengatakan akan mengikuti program
KB dengan mengontrol kehamilannya menggunakan KB pil. Terkait riwayat
kehamilan dan persalinan, Ibu D selalu menggunakan tenaga kesehatan dalam
memperoleh pelayanan serta imunisasi An. MA yang sudah lengkap.

Praktik PHBS bidang Kesehatan Lingkungan, evaluasi yang didapatkan adalah:


keluarga sudah dapat mencuci tangan dengan sabun serta menggunakan air bersih,
menggunakan jamban yang sehat serta membuang sampah dengan benar. Namun

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


50

ketidakberhasilan yang ditemukan pada praktik dalam bidang ini adalah perilaku
keluarga dalam memberantas jentik nyamuk yang masih jarang sekali dilakukan.
Evaluasi yang didapatkan keluarga dalam praktik PHBS bidang Pemeliharaan
Kesehatan adalah sudah dapat memanfaatkan saranan kesehatan dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan yaitu mengunjungi Puskesmas Cibubur.

Kemudian dalam praktik PHBS bidang gaya hidup sehat (GHS) pada keluarga
Bapak Z yang terlihat adalah keluarga sudah mengkonsumsi sayur dan buah setiap
hari. Namun ditemukan ketidakberhasilan dimana Bapak I terkadang masih
terlihat merokok di dalam rumah. Terkait praktik PHBS bidang obat dan farmasi
yang telah dilakukan keluarga adalah dengan penggunaan obat generik dan juga
obat yang didapatkan dari resep dokter.

Hal yang didemonstrasikan pada intervensi ini yang juga sebagai salah satu
praktik PHBS adalah cara mencuci tangan dengan sabun. Mencuci tangan disini
tak hanya bertujuan sebagai upaya preventif tetapi juga sebagai salah satu upaya
mengurangi angka kejadian infeksi, seperti ISPA, diare, demam yang memiliki
keterkaitan dengan masalah gizi kurang. Penelitian yang dilakukan oleh World
Health Organization (WHO) pada tahun 2007, salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk menurunkan angka kejadian diare dan ISPA adalah perilaku cuci
tangan pakai sabun. Karena perilaku tersebut dapat menurunkan hampir separuh
kasus diare dan sekitar seperempat kasus ISPA. Penelitian lain di Pakistan
menemukan bahwa mencuci tangan dengan sabun dapat mengurangi infeksi
saluran pernapasan yang berkaitan dengan pnemonia pada anak-anak balita hingga
lebih dari 50%. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktek-praktek menjaga
kesehatan dan kebersihan seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan/buang air besar/buang air kecil dapat mengurangi tingkat infeksi hingga
25% (Suryani, 2009).

Dari uraian diatas jelaslah bahwa perkembangan infeksi dapat diminimalisir


dengan satu tindakan pencegahan yaitu dengan cuci tangan. Namun kita sadari
bahwa kesadaran untuk cuci tangan belum sepenuhnya dilakukan oleh keluarga,

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


51

perlu kiranya peningkatan perilaku ini dengan penjelasan lisan dan motivasi
tentang manfaat tindakan cuci tangan ini.

Terkait dengan praktik cuci tangan, di masyarakat saat ini banyak sekali
perbedaan cara mencuci tangan, seperti dengan hanya menggunakan air mengalir,
sabun, hand sanitizer alkohol, dan sebagainya. Namun hal tersebut dapat
membedakan pula tingkat keefektifannya. Keefektifan praktik cuci tangan dalam
mencegah penyakit salah satunya diare telah dijelaskan dalam penelitian Dobson
(2003) yang mengatakan bahwa cuci tangan dapat mencegah lebih dari 1 juta
kematian pertahun akibat penyakit diare, sedangkan mencuci tangan dengan sabun
dapat menurunkan diare hingga 47%. Dengan higiene tangan (hand hygiene) yang
tepat dapat mencegah infeksi dan penyebaran resistensi anti mikroba.

Keefektifan mencuci tangan dengan penggunaan sabun dijelaskan oleh penelitian


yang dilakukan oleh Hilburn, dkk (2002). Penggunaan sabun plain yang tidak
atau sedikit memiliki aktivitas anti mikroba, dapat mengurangi jumlah bakteri dari
tangan dari 0,6 sampai 1,1 log 10 CFU (colony forming unit) dalam waktu 15
detik, 1,8 sampai 2,8 log 10 CFU dalam waktu 30 detik dan 2,7 sampai 3,0 log 10
CFU dalam waktu 1 menit. Selain Hilburn, Desiyanto dan Djannah (2013) dalam
penelitiannya juga mendapatkan hasil bahwa jumlah angka kuman yang
dihasilkan setelah dilakukan cuci tangan menggunakan sabun lebih sedikit (3,5
CFU/cm2) dibandingkan dengan menggunakan air mengalir (18,22 CFU/cm2).
Hasil rerata jumlah angka kuman sehabis mencuci tangan yang berbeda ini
disebabkan karena di dalam air mengalir tidak terkandung zat anti kuman
dibandingkan dengan sabun atau hand sanitizer.

Hasil evaluasi dari praktik cuci tangan yang dilakukan adalah kini keluarga
mampu melakukan praktik cuci tangan yang benar dengan menggunakan sabun
sebagai tambahan zat anti kuman. Keluarga juga mengetahui pentingnya cuci
tangan dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan mengatakan bahwa cuci tangan
merupakan salah satu cara untuk mencegah penyakit yang paling mudah.

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


52

Kelebihan dari implementasi pengoptimalan praktik PHBS adalah: 1) merupakan


praktik atau upaya meningkatkan status kesehatan yang murah secara finasial, 2)
dapat dilakukan oleh seluruh anggota keluarga, 3) jenis perilaku sehat yang
dilakukan merupakan perilaku keseharian dari setiap orang, 4) tidak hanya efektif
untuk menurunkan gejala penyakit, tetapi juga dapat mencegah timbulnya
masalah kesehatan kembali.

Bentuk hambatan dari pengoptimalan praktik PHBS dalam kehidupan sehari-hari


adalah: 1) kebiasaan perilaku yang sangat sulit untuk ditinggalkan, 2) dibutuhkan
waktu yang cukup lama bagi anggota keluarga untuk membiasakan melakukan
praktik PHBS ke dalam lingkungan keseharian mereka, 3) dibutuhkannya waktu
yang cukup lama ini menyebabkan pemikiran bahwa efeknya masih belum dapat
dirasakan segera.

4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat Dilakukan


Alternatif pemecahan atau rencana tindak lanjut yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan perubahan perilaku PHBS adalah dengan menjadikannya menjadi
suatu kegiatan yang terjadwal atau dibiasakan dilakukan dalam setiap aktivitas
yang memiliki resiko menyebabkan penyakit. Menurut Notoatmodjo (2007),
memberikan pandangan bahwa perubahan perilaku atau adopsia perilaku baru
adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama.
Secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi
perilaku dalam kehidupannya melalui tiga tahap, yaitu; pengetahuan, sikap dan
tindakan. Pengetahuan keluarga tentang PHBS sudah didapat dan sudah memiliki
sikap bahwa pentingnya PHBS bagi kesehatan. Tindakan yang dilakukan keluarga
yang akan mendukung kebiasan PHBS dalam kehidupan sehari-hari.

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


53

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Karakteristik keluarga Bapak Z merupakan keluarga dengan tipe Extended Family
dengan tahap perkembangan balita. Pada keluarga Bapak Z terdapat masalah
keperawatan terkait gizi kurang pada An. MA yaitu ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan. Perencanaan yang dilakukan penulis disusun berdasarkan
dengan lima tugas kesehatan keluarga. Intervensi yang dilakukan terkait dengan
pengoptimalan praktik PHBS salah satunya mencuci tangan dengan sabun di
keluarga sebagai intervensi unggulan pada penerapan perawatan keluarga.
Intervensi ini dilakukan sebagai upaya dalam mengurangi kejadian infeksi pada
keluarga sebagai salah satu penyebab terjadinya masalah gizi kurang. Hal ini
disebabkan adanya masalah penyakit infeksi seperti ISPA dan demam yang
dialami An. MA seiring dengan tidak ada peningkatan BB dan tanda gejala gizi
kurang walaupun asupan makanan An. MA adekuat. Implementasi intervensi
unggulan yang dilakukan dilaksanakan dalam satu tahapan implementasi karena
perilaku pada PHBS merupakan perilaku yang sesungguhnya telah secara umum
diketahui oleh keluarga hanya saja belum optimal dilakukan.

Evaluasi dan implementasi dilakukan secara formatif, yaitu didapatkan


peningkatan pengetahuan keluarga Bapak Z mengenai Perilaku Hidup Bersih
Sehat (PHBS). Evaluasi sumatif didapatkan dengan melihat perilaku PHBS yang
sudah dilakukan oleh keluarga Bapak Z. Hasil analisa masalah terkait intervensi
pengoptimalan praktik PHBS tercapai sesuai dengan kriteria hasil yang
ditetapkan. Rencana tindak lanjut terkait intervensi pengoptimalan praktik PHBS
ditetapkan bersama keluarga dan menyepakati untuk meneruskan intervensi
prilaku ini dan menyisipkannya ke dalam perilaku keseharian keluarga.

5.2 Saran
5.2.1 Untuk Pelayanan Kesehatan
Saran untuk pelayanan kesehatan khususnya Puskesmas Sukatani dapat
mengoptimalkan intervensi pengoptimalan praktik PHBS menjadi program
unggulan di PKM Sukatani terkait untuk pemeliharaan kesehatan serta program

53 Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


54

penurunan angka gizi kurang terkait pengelolaan balita gizi kurang. Selain itu,
dapat juga mengoptimalkan peran dari kader-kader kesehatan di masyarakat
menjadi role model praktik PHBS di wilayah kerja PKM Sukatani serta
mengkoordinasikan mereka untuk dapat mengoptimalkan peningkatan status gizi
pada balita.

5.2.2 Untuk Keluarga


Saran untuk keluarga adalah diharapkan keluarga dapat meningkatkan akses
informasi tentang pemenuhan gizi dan upaya peningkatan gizi balita, serta dapat
mengoptimalkan praktik PHBS ke dalam keseharian kehidupan keluarga.
Terutama praktik cuci tangan dengan sabun yang merupakan salah satu cara yang
mudah dalam menjaga kebersihan dan mencegah terjadinya penyakit infeksi
seperti ISPA, demam, dan diare yang umum terjadi pada balita.

5.2.3 Untuk Perawat Komunitas / Keluarga


Perawat komunitas/ keluarga dapat mengembangkan intervensi keperawatan
terkait praktik PHBS sebagai upaya preventif dalam menurunkan angka kejadian
infeksi (ISPA, demam, diare) pada balita yang dapat menimbulkan masalah gizi
kurang. Intervensi ini juga harus dilakukan dengan dilihat dari sudut pandang 4
strategi intervensi keperawatan komunitas yaitu pendidikan kesehatan, aktivitas
kelompok, pemberdayaan, dan strategi lintas sektoral. Tak hanya dalam
kunjungan keluarga, intervensi ini dapat dilakukan dalam komunitas melalui
penyuluhan di Posyandu dengan menggunakan leaflet. Sehingga masyarakat yang
lebih luas dapat menerima dan mengetahui praktik PHBS sebagai upaya preventif
dalam menangani masalah kesehatan.

5.2.4 Untuk Institusi Kesehatan


Saran untuk instansi kesehatan dapat mengembangkan intervensi praktik PHBS
menjadi kajian khusus pada keilmuan komunitas dalam memberikan asuhan
keperawatan keluarga dengan penyakit infeksi. Dimana penyakit infeksi ini
memiliki keterkaitan satu sama lain dengan masalah gizi kurang. Sehingga perlu
dilakukan adanya suatu upaya preventif dalam menangani penyakit infeksi yang

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


55

dapat berujung pada masalah gizi kurang. Selain itu juga dapat meningkatkan
kemampuan psikomotor perawat praktik terkait PHBS.

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


56

DAFTAR REFERENSI

Allender, J.A. & Spradley, B.W. (2005). Community health nursing. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.

Almatsier, Sunita. (2005). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.

Anderson, Elizabeth. T. (2007). Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori dan


Praktek. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Anderson, E.T. & McFarlane, J.M. (2007). Community as partner. Philadelphia:


Lippincott Williams & Wilkins.

Astawan, M. (2002). Kembali ke Pola makan yang benar. www.gizi.net diakses


30 Juni 2014.

Bittikaka, Fransiska (2011). Hubungan karakteristik keluarga, balita dan


kepatuhan dalam berkunjung ke posyandu dengan status gizi balita di
kelurahan kota baru Abepura Jayapura. Depok: FIK UI

Depkes RI. (2009), Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Berbagai
Tatanan. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. (2006). Rumah Tangga Berprilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta:
Depkes RI.

Depkes RI. (2006). Survei Cepat PHBS 2006. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. (2007). Panduan Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di
Rumah Tangga melalui Tim Penggerak PKK. Jakarta: Depkes RI.

Desiyanto, F.A. & Djannah, S.N. (2013). Efektivitas mencuci tangan


menggunakan cairan pembersih tangan antiseptik (hand sanitizer)
terhadap jumlah angka kuman. Yogyakarta: Fakultas Kesehatan
Masyarakat.

Dinas Kesehatan Depok. (2005). Profil Kesehatan Kota Depok. Tahun 2005.

56 Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


57

Djamillus, F. (1996). Status gizi balita, ibu balita dan faktor yang
mempengaruhinya di desa Sukosewu dan desa Semen, kabupaten Blitar,
Jawa Timur. Media gizi & keluarga, Juli 1996.

Dobson, R.G. (2003). Handwashing Programed could be Intervention of Choice


for Diarrhoeal Disease. BMJ. 326: 1004
Fewtrell l, Kaufman RB. et. Al. (2005).
http//www.PromosiKesehatan.com/?=article&Id=424. (diakses 22 Juni
2014).

Friedman, M. Marilyn (1998). Keperawatan keluarga: Teori dan praktik. Jakarta:


EGC.

Friedman, M.M., Boeden, V.R., & Jones E.G. (2003). Family Nursing: research,
theory and practice. New Jersey: Prentice Hall

Friedman, M.M. (2010). Keperawatan keluarga (Hamid, A.Y.S. dkk.


Penerjemah): Riset, Teori dan Parktik. Edisi 5. Jakarta : EGC.

Helvie, C. (1998). Adavance practice nursing in the community. California: Sage


Publishing Co.

Hilburn J., Fendler E., Groziak P., & Hammond P. (2002). The Use of Alcohol
Hand Sanitizer as an Effective Infection Control Strategy in Acute Care
Facility. American Journal of Infection Control, 30(4): Poster 129.

Hitchcock, J.E., Schubert, P.E. & Thomas, S.A (2003). Community health
nursing: Caring in action. 2nd Ed. New York: Delmar Publisher.

Isnansyah, Y. (2006). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak


bawah lima tahun di Desa Tinggarjaya Kecamatan Jatilawang
Kabupaten Banyumas. (Skripsi), Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto.

Katona, P. & Katona-Apte, J. (2008). The interaction between nutrition and


infection. Infectious Disease Society of America: Clinical Infectious
Disease 2008:46.

Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pedoman kader seri kesehatan anak.


Retrieved 22 Juni 2014, from http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


58

content/uploads/downloads/2011/01/Buku-Kader-Seri-Kesehatan-
Anak.pdf

Modul Field Lab Semester V. (2013). Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS).
Surakarta: FK Universitas Sebelas Maret.

NANDA. (2012). Buku saku diagnosis keperawatan: Diagnosa NANDA,


intervensi NIC, kriteria hasil NOC, Ed. 9. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip Prinsip


Dasar, Cetakan Kedua. Jakarta: Rieneka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta:


Rieneka Cipta.

Patodo, S. (2012). Faktor faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Wawonasa Kota Manado Tahun 2012.
Retrieved 30 Juni 2014, from
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1
&cad=rja&ved=0CCkQFjAA&url=http%3A%2F%2Fpascasarjanaunsrat.
com%2Fhome%2Fwp-content%2Fuploads%2F2012%2F08%2FFaktor-
%2523U2013-faktor-yang-Berhubungan-dengan-Status-Gizi-Balita-di-
Wilayah-Kerja-Puskesmas-Wawonasa-Kota-Manado-Tahun-
2012.docx&ei=CkTAUs22BYbjrAe3zYEY&usg=AFQjCNHLDIvmJKJ
LG13yOZtDewUi4vjyaQ&bvm=bv.58187178,d.bmk

Permana, W. E. (2011). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi


kurang pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Baturaden II. (Skripsi),
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Potter, P.A & Perry, A.G. (2009). Fundamentals of nursing. St. Louis: Mosby
Elsevier.

Purba, R. B. (2005). Program implementasi dan evaluasi gizi. Program perbaikan


gizi makro Departemen Kesehatan RI jilid I. Manado.

Rachmawati, F.J. & Triyana, S.Y. (2008). Perbandingan angka kuman pada cuci
tangan dengan beberapa bahan sebagai standarisasi kerja di

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


59

laboratorium mikrobiologi fakultas kedokteran universitas islam


indonesia. Yogyakarta: FK Universitas Islam Indonesia.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Santoso S, & Ranti L.A. (2004) Kesehatan dan gizi. Permasalahan gizi dan
kehidupan anak. Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta.

Saputra M. (2011). Hubungan Antara Riwayat BBLR dengan Status gizi pada
Anak Balita di Kelurahan Pringgokusuman Kecamatan Gedongtengen
Kota Yogyakarta [karya tulis ilmiah]. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Setiadi. (2008). Konsep dan proses keperawatan keluarga. Yogyakarta: Penerbit


Graha Ilmu

Slamet, J.S. (2009). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajahmada University


Press.

Smith, C. M. & Maurer, F. A. (1995). Community health nursing: Theory and


practice. Michigan : W.B Saunders.

Soekirman. (2002). Ilmu gizi dan aplikasinya untuk keluarga dan masyarakat.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan
Nasional.

Suhardjo H.R. (2003). Perencanaan Pangan dan Gizi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor: Penerbit Bumi Aksara.

-------------. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.

-------------. 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumijatun, dkk., (2006). Konsep dasar keperawatan komunitas. Jakarta: EGC.

Suryani. (2009). Cuci tangan cara mudah cegah penyakit.


http://www.infeksi.com/newsdetail.php?lng=in&doc=1210. Diakses pada
20 Juni 2014.

Suprihatin. (2006). Pengaruh kecacingan terhadap kejadian berat badan bawah


garis merah (BGM) pada balita usia 2-5 tahun di wilayah Puskesmas

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


60

Kandangan Kabupaten Tamanggung (Skripsi). Retrieved 20 Juni 2014,


from http://eprints.undip.ac.id/9148/1/2871.pdf

Sutomo, B. & Anggraeni, DY. (2010). Menu sehat alami untuk balita dan anak.
Jakarta: DeMedia Pustaka.

Tarigan, I. U., (2003) . Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak
umur 6-36 bulan sebelum dan saat krisis ekonomi di Jawa Tengah.
Buletin Penelitian Kesehatan Vol. 31, No, 1.

Taufiq, M., Nyorong, M., & Riskiyani, S. (2013). Gambaran perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) masyarakat di kelurahan Parangloe kecamatan
Tamalanrea kota Maksaar. Makassar: FKM Universitas Hassanudin.

UNICEF. (2000). The State of the Worlds Children 2000. UNICEF, New York.

UNICEF. (2009). Achieving MDGs through RPJMN. Nutrition Workshop,


Jakarta: Bappenas.

Uripi, Vera. (2004). Menu sehat untuk balita. Jakarta: Puspa Suara

Wahyudi, N. (2010). Keperawatan gerontik. Jakarta: EGC.

Widmer, A.F. (2000). Replace Hand Washing with Use of a Waterless Alcohol
Hand Rub?. Clinical Infectious Disease. 31:136-143.

Wilkinson, J.M & Ahern, N.R. (2009). Prentice hall nursing diagnosis handbook.
NANDA 9th Ed. New Jersey: Pearson Prentice Hall.

World Health Organization, (2011). WHO Child Growth Standart.

Yunarto, H. (2004). Karakteristik balita dan keluarga yang berhubungan


perubahan status gizi pada balita gizi buruk penerima PMT-P di
kabupaten Rejang lebong tahun 2003. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat UI.

Yuwono, Slamet R., (2013). Upaya percepatan pencapaian MDG 1, 4 dan 5.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


61

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGKAJIAN
I. DATA UMUM
a. Nama Kepala Keluarga : Bpk. I
b. Alamat : Jl. Kemang Rt. 04 RW. 02 Kelurahan Sukatani,
Kecamatan Tapos, Depok, Jawa Barat
c. Pekerjaan KK : Supir angkot
d. Komposisi keluarga :

Genogram :

Tipe Keluarga : Extended Family


Keluarga Bpk I merupakan keluarga besar yang terdiri dari
dua keluarga inti yaitu keluarga Bpk I dan keluarga Bpk Z,
serta 1 saudara ipar dan 1 orang cucu.

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


62

e. Suku : Betawi, tidak ada pantangan atau tradisi tertentu dalam


keluarga. Komunikasi yang digunakan dalam adalah bahasa
Indonesia.

f. Agama : Islam, terdapat pengajian ibu-ibu pada setiap hari Selasa dan
malam Jumat. Dalam keluarga sendiri, tidak ada suatu
kegiatan shalat berjamaah di rumah. Untuk Ibu M selalu
mengikuti pengajian setiap malam Jumat

g. Status sosial ekonomi:


Pencari nafkah dalam keluarga ialah Bpk. I, Bpk. Z, Ny. S dan An. I. Bpk. I bekerja
sebagai supir angkot, Bpk. Z bekerja sebagai karyawan swasta, Ny. S yang bekerja
sebagai penadah barang bekas yang akan diperjualbelikan kembali. Setelah itu, An. I
yang baru saja bekerja 2 bulan sebagai karyawan swasta. Biaya pendapatan seluruh
anggota keluarga yang dikatakan oleh Ibu D adalah sekitar Rp 6000.000,- per bulannya.
Menurut Ibu D, pendapatan yang didapatkan terutama dari Bpk. I dan Bpk. Z sudah
cukup untuk kebutuhan keluarga sehari-hari ditambah dengan penghasilan dari An. I yang
tidak ia ketahui jumlahnya. Untuk Ny. S yang bekerja sebagai penadah barang bekas
biasanya menjemur plastik-plastik bekas di depan rumah untuk ditukarkan dengan cabai
untuk memasak.

h. Aktivitas rekreasi keluarga:


Keluarga suka menonton TV bersama di rumah. Untuk rekreasi di luar rumah sendiri
hanya sekedar berjalan-jalan di sekeliling lingkungan rumah. Atau jika ada rezeki lebih,
keluarga biasa pergi berenag atau rekreasi ke Ragunan.

II. RIWAYAT DAN TAHAPAN PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan Keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga dalam pengkajian ini berfokus pada keluarga klien
kelolaan yaitu An. MA. Sehingga dalam hal ini pengkajian lebih terfokus kepada keluarga
Bpk Z. Dimana Bpk Z dan Ibu D hanya memiliki seorang anak yaitu An. MA dengan usia
18 bulan. Maka, keluarga saat ini berada pada tahap perkembangan keluarga dengan
balita.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah melanjutkan untuk memperbaharui dan
menyesuaikan kembali hubungan perkawinan dengan anggota keluarga yang ada di
rumah walaupun anak pertama (An. D1) tidak ada di rumah. Namun tetap selalu menjalin
Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


63

hubungan dengan An. D1 selalu mengunjungi keluarga Bpk. I minimal seminggu sekali,
serta membantu orang tua lanjut usia (Ny.S).

Tugas perkembangan keluarga dengan tahap perkembangan balita yang diemban keluarga
Bpk Z menurut Friedman (2010) dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan
anak yaitu di antaranya: 1) mempersiapkan menjadi orang tua, 2) adaptasi dengan
perubahan adanya anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual, dan kegiatan,
3) mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya, 4) memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, 5) membantu anak untuk bersoialisasi, 6) mempertahankan
hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga, 7) membagi waktu untuk
individu, pasangan, dan anak, 8) pembagian tanggung jawab di dalam keluarga, 9)
merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Balita masih memiliki keergantungan penuh terhadap keluarga dalam memenuhi
segala kebutuhannya salah satunya kebutuhan nutrisi.

Selain itu untuk keluarga Bpk I yang saat ini memiliki sejumlah anggota keluarga dari
berbagai usia seperti usia dewasa muda, anak remaja, dan anak usia sekolah.. Sehingga
saat ini keluarga memiliki banyak tugas perkembangan, di antaranya seperti
mempertahankan hubungan baik di dalam maupun di luar lingkungan rumah,
menyediakan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak,
menyediakan kebutuhan untuk anak (tempat tinggal, privasi, rasa aman), membantu
sosialisasi anak, mempertahankan komunikasi yang terbuka, menyiapkan biaya yang
diperlukan yang kini meningkat, menjaga kepuasan setiap anggota keluarga, dan
mempertahankan suasana rumah tangga yang menyenangkan serta mempersiapkan untuk
melepas Ibu D dan Bpk Z serta An. MA dalam membentuk keluarga baru secara terpisah.

Berdasarkan segala tugas perkembangan tersebut, tugas keluarga yang belum terpenuhi
adalah menyediakan kebutuhan untuk anak (tempat tinggal, privasi, rasa aman). Dimana
kondisi bangunan rumah saat ini tidak sesuai dengan kebutuhan dari seluruh anggota
keluarga yang berjumlah 11 orang. Sedangkan terkait biaya hidup seluruh anggota
keluarga dianggap masih dapat tercukupi.

c. Riwayat keluarga inti


Menurut Ibu D, pertama kali ia bertemu dengan Bpk. Z adalah ketika keduanya sama-
sama bekerja di sebuah pabrik roti pada tahun 2010. Kedekatan mereka pun terjalin
selama kurang lebih 2 tahun dan akhirnya menikah pada tahun 2012.

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


64

d. Riwayat keluarga sebelumnya


Ny. S memiliki riwayat alergi Amoxicilin. Selain itu ada juga An. F yang memiliki
riwayat asma. Serta An. A yang pernah mengalami flek paru pada saat masih menginjak
bangku SD. Pada anggota keluarga Bpk Z tidak ada yang memiliki riwayat masalah
kesehatan sebelumnya.

III. LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah

Status rumah merupakan kontrakkan yang sudah didiami selama 7 tahun. Tipe bangunan
rumah adalah rumah permanen dengan bangunan berukuran 36 m2 (atas) dan 18 m2
(bawah) dengan 7 ruangan yang terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruangan besar yang
mencangkup ruang keluarga (ruang TV dan ruang makan) dan 1 ruang tamu yang
kemudian dibagi 2 lagi dengan menggunakan sekat lemari untuk dijadikan kamar oleh
keluarga Bpk. Z (Ibu D dan An. M). Terdapat pula 1 kamar mandi, dan 1 dapur serta
halaman teras di depan rumah yang berukuran 16 m2. Keadaan di dalam rumah terlihat
berantakan dan sempit serta banyaknya barang sehingga terlihat padat. Rumah Bpk. I
tidak cukup mendapatkan sinar matahari dikarenakan kondisi jendela yang tertutup
dengan lemari. Keadaan di luar rumah juga terlihat kotor dengan banyak terlihatnya

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


65

plastik-plastik dan kardus-kardus bekas yang sedang dijemur didepan rumah disertai pula
dengan jemuran pakaian yang cukup banyak. Tak jauh jaraknya dari tumpukan plastik-
plastik dan kardus-kardus bekas yang basah dan kotor, terdapat sumber keran air yang
biasa digunakan oleh Ibu M untuk mencuci pakaian atau mencuci bahan makanan.

Sumber air di rumah Bpk. I ialah dari air sumur yang menggunakan mesin pompa air.
Jarak antara sumber air dengan septic tank kurang lebih 10 m. Air limbah rumah mengalir
ke saluran pembuangan yang tersambung juga ke saluran pembuangan tertutup di depan
rumah. Untuk pembuangan sampah, limbah sampah dikumpulkan di depan rumah yang
kemudian akan diambil oleh petugas kebersihan sekitar.

b. Karakteristik tetangga dan komunitas


Tetangga keluarga Bpk. I saling mengenal dan memiliki komunikasi yang baik. Anak-
anak dari Bpk. I juga sering sekali keluar rumah dan bergaul dengan tetangga atau dengan
teman-teman sebaya mereka. Ny. M juga sering mengikuti pengajian setiap malam Jumat
di lingkungan sekitar RT 04 RW 02.

Untuk Bpk Z sendiri, jarang terlihat berada di rumah karena tugas pekerjaannya yang
mengharuskannya untuk sering sekali pergi kerja berangkat pagi dan pulang sore.

c. Mobilitas geografis keluarga


Alat transportasi yang digunakan oleh keluarga pada umumnya adalah kendaraan
bermotor. Keluarga Bpk. I sendiri sebelumnya juga sempat berpindah-pindah tempat
tinggal (kontrakan). Untuk rumahnya saat ini, keluarga Bpk. I baru saja mendiaminya
selama 7 tahun. Sebelumnya keluarga Bpk. I bertempat tinggal di daerah Depok.
Sedangkan keluarga Bpk Z sudah sejak membina rumah tangga menempati rumah
tersebut.

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Keluarga Bpk. I khususnya Ny. M selalu mengikuti kegiatan pengajian yang diadakan 2
kali dalam seminggu. Anak-anak Bpk I lebih sering berkumpul bersama sahabat-
sahabatnya. Mereka juga terkadang mengikuti kegiatan sekolah saja atau pergi ke rumah
temannya. Untuk Ibu D hanya sering berinteraksi dengan tetangga-tetangganya yang juga
memiliki balita.

e. Sistem pendukung keluarga


Keluarga Bpk. I menggunakan dana pribadi untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
berasal dari seluruh penghasilan dari anggota keluarga yang bekerja. Ibu D memiliki

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


66

kesadaran yang tinggi akan pentingnya mempertahankan status kesehatan bagi seluruh
anggota keluarganya. Hal ini dikarenakan setiap ada salah satu anggota keluarga yang
sakit, maka terkadang anggota keluarga ikut mengalami penyakit yang sama. Selain itu
ada juga tabungan keluarga atau simpanan dengan menyisihkan dana Rp 10.000/ hari.

IV. STRUKTUR KELUARGA


a. Pola Komunikasi
Komunikasi pada keluarga Bpk I dan Bpk Z dilakukan secara terbuka dan jujur.
Jika ada masalah di keluarga, maka masalah tersebut dibicarakan dengan
musyawarah. Masing-masing anggota keluarga berhak memberikan pendapatnya.
Sehingga apabila ada konflik di dalam keluarga akan segera diselesaikan.
b. Struktur kekuatan keluarga
Apabila ada masalah, anggota keluarga mendiskusikannya, namun keputusan utama tetap
di tangan Bpk. I. Hal ini dikarenakan Bpk I sebagai kepala keluarga memiliki
kemampuan untuk mengendalikan atau mempengaruhi anggota keluarga. Dalam keluarga
Bpk I memiliki tipe struktur kekuatan legitimate power/ authority dalam mengontrol
anggota keluarga.

c. Struktur Peran
Kepala keluarga ialah Bpk. I sebagai pencari nafkah dalam keluarga dan dibantu oleh
menantu (Bpk. Z) dan anak ketiganya (An. I). Selain itu, Bpk. I juga memiliki peranan
sebagai pelindung dan pemberi rasa aman bagi keluarga. Ny. M sebagai istri dari Bpk I
dan juga Ibu A berperan sebagai ibu rumah tangga yaitu merawat suami, anak, serta
mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Ny. S sebagai kakak ipar dari Bpk I juga
memiliki peranan sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarga.

d. Nilai atau norma budaya


Keluarga menerapkan nilai-nilai agama dengan menjalankan shalat 5 waktu dan mengaji
di rumah pada waktu-waktu tertentu. Menurut Ibu D, keluarganya lebih sering
menggunakan pelayanan kesehatan yang menurut mereka lebih cocok terhadap kondisi
kesehatan mereka masing-masing. Seperti Ibu D yang lebih sering ke Puskesmas
Cibubur, karena merasa pengobatan dan pelayanan di sana lebih memuaskan serta
pengobatannya cocok.

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


67

V. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi Afektif
Seluruh anggota keluarga saling menyayangi satu sama lain walaupun ada beberapa
anggota keluarga yang jarang ada di rumah. Namun, Bpk. I mengatakan apabila seluruh
keluraga sudah berkumpul, maka segala rasa stress atau masalah seperti tidak
membebani.

b. Fungsi Sosialisasi
Hubungan sosialisasi dalam keluarga Bpk. I dan Bpk Z sudah sangat terbuka. Sehingga
dapat mempermudah keluarga dalam mendapatkan petunjuk untuk dapat menyelesaikan
masalah dalam keluarga

c. Fungsi Reproduksi
Untuk Ny. M sendiri mengatakan sudah tidak akan menambah anak lagi mengingat sudah
berumur serta jumlah anak yang masih harus dibiayai. Selain itu Ibu D yang juga sudah
mulai membina keluarga baru dengan Bpk Z akan merencanakan memiliki anak kedua
setelah An. MA berusia 7 tahun dan susah tinggal pisah dari kedua orang tuanya (Bpk I
dan Ny. M).

d. Fungsi Ekonomi
Saat ini keluarga hanya mampu memberikan finansial untuk kebutuhan keluarganya.
Sedangan untuk kepentingan di masyarakat baru akan diberikan jika memang memiliki
rezeki lebih.

e. Fungsi Fisik
Keluarga memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.

f. Fungsi Perawatan Keluarga


Mengenal masalah
Ibu D saat-saat ini mengeluhkan masalah kesehatan pada An. MA yang sulit sekali
berat badannya naik. Ibu D merasa kondisi An. MA sudah mengalami kekurangan
gizi karena tubuh yang kurus, rambutnya tidak pernah tumbuh, serta nafsu makan
kurang. Selain itu, An. MA juga sering mengalami batuk pilek yang disertai dengan
demam. Ibu D juga mengeluhkan rasa gatal-gatal pada An. MA dan juga Ny. M
yang sudah terjadi sekitar 3-4 minggu.

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


68

Mengambil keputusan
Ibu D mengatakan bahwa masalah-masalah kesehatan tersebut perlu segera
ditangani. Hal ini dikarenakan Ibu D juga mengkhawatirkan An. MA yang sudah
sering sekali tidak pernah berat badannya naik. Serta batuk pilek An. MA yang
dikhawatirkan adalah flek yang dulu pernah diderita oleh An. A.

Merawat anggota keluarga


Ibu D biasa menggunakan salep atau bedak untuk mengatasi masalah penyakit kulit
pada anggota keluarga. Untuk masalah batuk-pilek serta demam, Ibu D hanya dapat
menangani demam pada An. MA dengan memberikan Paracetamol. Terkait masalah
gizi, Ibu D sudah menggunakan vitamin Pharmaton Kiddi untuk meningkatkan
nafsu makan anak atau memberinya makan sambil diajak berjalan-jalan.

Memodifikasi lingkungan
Ibu D mengatakan untuk mengatasi masalah penyakit kulit, makanan yang diberikan
di rumah saat ini dimodifikasi dengan mengurangi menu makanan seperti ikan dan
telur. Ibu D percaya kedua jenis makanan tersebut merupakan salah satu penyebab
penyakit kulit (alergi) atau dapat menyebabkan penyakit kulit sulit sembuh.

Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan


Keluarga biasa pergi ke Puskesmas Sukatani untuk memeriksakan kondisi
kesehatannya serta mendapatkan resep obat. Namun Ibu D sendiri lebih sering pergi
ke Puskesmas Cibubur karena merasa pengobatan di sana cocok.

VI. Aktivitas kehidupan sehari-hari anggota keluarga


a. Nutrisi
Makanan yang biasa dikonsumsi keluarga sehari-hari merupakan makanan yang
dimasak sendiri dengan menu makanan nasi, sayur, lauk. Untuk An. MA sendiri,
Ibu D juga menyediakan susu dan cemilan biskuit. Pola makan keluarga adalah 3
kali sehari.
b. Intake cairan
Air yang diminum keluarga perharinya tidak terkaji seluruhnya. Namun, untuk air
minum yang digunakan adalah air galon. Hal ini dikarenakan Bpk I merasa air
sumurnya tidak enak untuk minum.

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


69

c. Eliminasi
BAB dan BAK keluarga lancar dengan BAB 1x/hari dengan konsistensi normal.
Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan mengalami gangguan buang air
besar.
d. Personal hygiene
Setiap anggota keluarga mandi 2x sehari dan selalu menggosok gigi.

VII. STRESSOR DAN KOPING KELUARGA


a. Stressor jangka pendek
Masalah gizi, batuk-pilek, dan gangguan kulit yang dialami oleh An. MA menjadi
stressor untuk keluarga Bpk. I terutama pada Ibu D. Hal ini dikarenakan An. MA
merupakan anak pertama dan satu-satunya.

b. Stressor jangka panjang:


Masalah saat ini yang dirasakan sudah cukup lama adalah masalah tempat tinggal.
Dimana tempat tinggal yang saat ini mereka tempati dianggap kurang mencukupi seluruh
anggota keluarga yang memang cukup banyak. Serta Ibu D dan Bpk. Z yang merasa
sudah harus pisah rumah dengan kedua orang tua.

c. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah


Stressor yang muncul dalam keluarga menjadi masalah yang harus segera diatasi dan
dicari jalan keluarnya.

d. Strategi koping yang digunakan


Jika terdapat masalah kesehatan maka keluarga mulai berupaya untuk memeriksakannya
ke pelayanan kesehatan. Sedangkan terkait dengan tempat tinggal, kini keluarga sedang
mendiskusikan untuk pindah rumah dan mempersiapkan biaya yang akan dibutuhkan.

e. Strategi adaptasi disfungsional


Ditemukan adaptasi disfungsional, seperti pada Bpk. I, Ny. M, dan Ny. S yang saat ini
masih merupakan perokok aktif hingga 1 bungkus sehari.

VIII. HARAPAN KELUARGA


Dengan hadirnya mahasiswa keperawatan, keluarga berharap dapat lebih tahu tentang
kesehatan, dan anggota keluarganya bisa lebih sehat dengan berperilaku sehat.

Universitas Indonesia

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


71

PEMERIKSAAN FISIK ANGGOTA KELUARGA

No Pemeriksaan Fisik Bpk I Ny. M Ibu D An MA An F


1. TTV TD : 130/80 mmHg TD : 110/80 mmHg TD : 120/70 mmHg TD : - TD : -
RR : 23 x/menit RR : 24 x/menit RR : 20 x/menit RR : 20 x/menit RR : 26 x/menit
N : 64 x/menit N : 66 x/menit N : 58 x/menit N : 70 x/menit N : 58 x/menit
o o o o
Suhu : 36,5 C Suhu : 36,5 C Suhu : 36,3 C Suhu : 36,3 C Suhu : 36,3 oC
2. Kondisi Umum
Kesadaran.. Compos mentis Compos mentis Compos mentis Compos mentis Compos mentis
Kondisi umum.. Baik Baik Baik Baik Baik
BB/TB : 70 kg/ 160 cm BB/TB : 50 kg/ 155 cm BB/TB : 50 kg/ 160 cm BB/TB : 7 kg/ 72 cm BB/TB : 22 kg/ 120 cm
3. Kepala
Warna rambut Hitam Hitam Hitam Hitam, tipis Hitam
Mata konjungtiva.. Tidak anemis, tidak ikterik Tidak anemis, tidak ikterik Tidak anemis, tidak ikterik Tidak anemis, tidak ikterik Tidak anemis, tidak ikterik
Penglihatan.. Sedikit kabur Sedikit kabur Jelas Jelas Jelas

Hidung.. Tidak ada sumbatan jalan napas Tidak ada sumbatan jalan napas Tidak ada sumbatan jalan napas Ada sumbatan jalan napas Ada sumbatan jalan napas

Telinga. Tidak ada sekresi cairan Tidak ada sekresi cairan Tidak ada sekresi cairan Tidak ada sekresi cairan Tidak ada sekresi cairan

Pendengaran.. Pendengaran masih bagus Pendengaran masih bagus Pendengaran masih bagus Pendengaran masih bagus Pendengaran masih bagus

Bibir.. Tidak kering Tidak kering Tidak kering Tidak kering Tidak kering
Mukosa lembab Mukosa lembab Mukosa lembab Mukosa lembab Mukosa lembab
Mulut..
Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda
Warna lidah
Lembab Lembab Lembab Lembab Lembab
Permukaan lidah
Ada beberapa yang tanggal Ada beberapa yang tanggal Lengkap Lengkap Lengkap
Gigi...
4. Leher
Pembengkakan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelenjar tiroid..
Denyut vena Teraba Teraba Teraba Teraba Teraba

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


72

jugularis..
Peningkatan tekanan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
vena jugularis..
5. Dada
Pergerakan dada.. Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris
Suara jantung.., BJ I, BJ II BJ I, BJ II BJ I, BJ II BJ I, BJ II BJ I, BJ II
murmur.. Murmur (-) Gallop (-) Murmur (-) Gallop (-) Murmur (-) Gallop (-) Murmur (-) Gallop (-) Murmur (-) Gallop (-)
Suara napas.., Bersih, vesikuler Bersih, vesikuler Bersih, vesikuler vesikuler Bersih, vesikuler
ronchi.., wheezing.. Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ronchi, Tidak ada Tidak ada, Wheezing
6. Abdomen
Perut.. Sedikit buncit Sedikit buncit Tidak ada asites Sedikit buncit Tidak ada asites
Warna kulit.. Sawo matang Sawo matang Sawo matang Sawo matang Sawo matang
Pembesaran organ.. Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Suara bising usus.. 5x /menit 4x /menit 4x /menit 5x /menit 5x /menit

7. Ekstremitas
Warna kulit.. Sawo matang Sawo matang Sawo matang Sawo matang Sawo matang
Tangan kanan dan Rentang pergerakan sendi bebas Rentang pergerakan sendi bebas Rentang pergerakan sendi bebas Rentang pergerakan sendi Rentang pergerakan sendi
kiri.. Rentang pergerakan sendi bebas Rentang pergerakan sendi bebas Rentang pergerakan sendi bebas bebas bebas
Kaki kanan dan kiri.. Teraba Teraba Teraba Rentang pergerakan sendi Rentang pergerakan sendi

Varises.. Tidak ada Tidak ada Tidak ada bebas bebas

Arteri brakhialis.. Elastis, tidak kering, lembab Elastis, tidak kering, lembab Elastis, tidak kering, lembab Teraba Teraba

Edema.. Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Kulit.. Tidak Tidak Tidak Elastis, tidak kering, lembab Elastis, tidak kering, lembab
Tidak ada Tidak ada
Kelumpuhan..
Tidak Tidak
Akral dingin

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


73

ANALISIS DATA PENGKAJIAN

No. Data yang ditemukan Masalah Keperawatan

1 DO :

- BB saat ini 7 kg, TB saat ini 72 cm (8 Mei Ketidakseimbangan nutrisi


2018) kurang dari kebutuhan
- Rentang NCHS pada bagan MTBS, An. MA
berada pada rentang -2SD s/d -3SD (kurus)
- Pada grafik KMS, An.MA berada di bawah
garis Merah
- Anak tampak kurus dan perutnya buncit
- Rambut An. MA sangat tipis
- An. MA juga terlihat kurang aktif

DS :

- Ibu D mengatakan bahwa saat ini BB An. MA


sulit sekali untuk naik
- Ibu D mengatakan bahwa pola makan yang
diberikan pada An. MA sudah beragam terdiri
dari nasi, sayur, lauk, dan terkadang disertai
buah yang diberikan 3 porsi dalam sehari
- Ibu D mengatakan An. MA terkadang sulit
sekali makan di dalam rumah, sehingga Ibu D
sering mensiasatinya dengan memberi makan
An. MA sambil berjalan-jalan di lingkungan
sekitar rumah. Maka An. MA baru mau makan
- Ibu D mengatakan An. MA sering sekali
mengalami batuk pilek

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


73

RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA

Tujuan Kriteria Evaluasi


Diagnosa
No. Rencana Intervensi
Keperawatan Jangka
Jangka Pendek Kriteria Standar
Panjang
1 Ketidakseimbangan Setelah Setelah dilakukan tindakan
nutrisi kurang dari dilakukan keperawatan selama 2 x 45 menit,
kebutuhan pada tindakan keluarga mampu:
keluarga Bpk I keperawatan 1) Mengenal masalah kurang
khususnya An. MA dalam waktu gizi
b/d 7 minggu, a. Menjelaskan pengertian Respon verbal Keluarga menyebutkan Tanyakan pendapat keluarga
Ketidakmampuan terjadi gizi seimbang bahwa gizi seimbang adalah tentang pengertian gizi
keluarga dalam peningkatan gizi yang sesuai dengan seimbang
meningkatkan status perubahan kebutuhan anak Diskusikan dengan keluarga
gizi anak nutrisi sesuai berdasarkan usia dan tinggi tentang pengertian gizi
dari badan anak yang mencakup seimbang menggunakan
kebutuhan sumber zat tenaga, zat flipchart
tubuh pada pembangun dan zat Motivasi keluarga untuk
An.MA pengatur. mengulang kembali pengertian
gizi seimbang
Beri reinforcement positif atas
jawaban keluarga

b. Menyebutkan 2 contoh Respon verbal Keluarga menyebutkan Tanyakan pendapat keluarga


makanan dari tiap sumber bahan-bahan makanan yang tentang pengertian bahan
gizi seimbang mengandung gizi seimbang makanan yang mengandung gizi
yaitu : seimbang
1. Zat tenaga seperti : nasi, Diskusikan dengan keluarga
roti, ubi, talas tentang bahan makanan yang
2. Zat pembangun seperti : mengandung gizi seimbang
tempe, tahu, telur, menggunakan flipchart
daging, ikan. Motivasi keluarga untuk
3. Zat pengatur seperti : mengulang kembali contoh
sayuran dan buah-buahan bahan makanan gizi seimbang
Beri reinforcement positif atas
jawaban keluarga

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


74

c. Menyebutkan 3 manfaat Respon verbal Keluarga menyebutkan Tanyakan pendapat keluarga


gizi seimbang kandungan gizi seimbang tentang manfaat gizi seimbang
yaitu : Diskusikan dengan keluarga
1. Zat tenaga untuk bekerja tentang manfaat gizi seimbang
2. Zat pembangun untuk menggunakan flipchart
pertumbuhan Motivasi keluarga untuk
3. Zat pengatur untuk mengulang kembali manfaat
meningkatkan daya tahan gizi seimbang
tubuh dan melindungi Beri reinforcement positif atas
dari penyakit jawaban keluarga

d. Menyebutkan arti kurang Respon verbal Keluarga menyebutkan Tanyakan pendapat keluarga
gizi bahwa kurang gizi adalah tentang pengertian kurang gizi
kekurangan zat-zat atau Diskusikan dengan keluarga
bahan-bahan yang tentang pengertian kurang gizi
dibutuhkan tubuh sehingga menggunakan flipchart
terjadi perubahan dalam Motivasi keluarga untuk
tubuh. mengulang kembali pengertian
kurang gizi
Beri reinforcement positif atas
jawaban keluarga

e. Menyebutkan 2 dari 4 Respon verbal Keluarga menyebutkan 2 Jelaskan pada keluarga tentang
penyebab kurang gizi dari 4 penyebab kurang gizi penyebab kurang gizi
1. Jumlah makanan yang Motivasi keluarga untuk
dimasukan kurang bertanya
2. Jenis bahan makanan Mengarahkan keluarga agar
tidak seimbang mengulang penyebab kurang
3. Makan tidak tertur gizi
4. Penyakit Beri reinforcement positif atas
jawaban keluarga

f. Menyebutkan 3 dari 6 Respon verbal Keluarga menyebutkan 3 Jelaskan pada keluarga tentang
tanda dan gejala kurang dari 6 tanda gejala kurang tanda dan gejala kurang gizi
Motivasi keluarga untuk

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


75

gizi gizi yaitu bertanya


1. Badan kurus Mengarahkan keluarga agar
2. Rambut tipis mudah mengulang tanda dan gejala
dicabut kurang gizi
3. Lemah/pucat Beri reinforcement positif atas
4. Kulit kering dan kusam jawaban keluarga
5. Pusing
6. Kaki dan tangan bengkak

2) Mengidentifikasi status gizi Respon verbal Keluarga mengungkapkan Diskusikan dengan keluarga
anak bahwa An. MA kurang gizi tentang anggota keluarga yang
mempunyai tanda-tanda kurang
gizi
Fasilitasi keluarga untuk
menyebutkan keluhan-keluhan
yang ada pada an. R sesuai
dengan tanda-tanda kurang gizi
yang sudah dijelaskan
Beri kesempatan pada keluarga
untuk mengungkapkan
pendapatnya
Beri reinforcement positif atas
ungkapan keluarga

3) Mengambil keputusan untuk


mengatasi masalah kurang
gizi pada anak
a. Menyebutkan 2 dari 3 Respon verbal Keluarga menyebutkan 2 Jelaskan pada keluarga tentang
akibat dari kurang gizi dari 3 akibat dari kurang gizi akibat dari kurang gizi pada
pada anak adalah : anak dengan menggunakan
1. Pertumbuhan dan flipchart.
perkembangan anak Beri kesempatan pada keluarga
terganggu untuk menanyakan hal-hal yang
2. Mudah terkena penyakit belum dimengerti
3. Berkurangnya daya fikir Tanyakan kembali akibat
kurang gizipada anak sesuai
dengan pamahaman keluarga

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


76

Beri reinforcement positif atas


jawaban keluarga

b. Memutuskan untuk Respon verbal Keluarga mengatakan Beri kesempatan pada keluarga
mengatasi masalah dan afektif Keputusan keluarga untuk untuk mengambil keputusan
kurang gizi mengatasi kurang gizi pada untuk mengatasi kurang gizi
An. MA pada anggota keluarga yaitu
An.MA
Beri dukungan atas keputusan
yang telah diambil

4) Melakukan tindakan
keperawatan untuk mengatasi
kurang gizi :
a. Menyebutkan 2 dari 3 Respon Verbal Cara perawatan kurang gizi Menjelaskan keluarga cara
cara perawatan kurang yaitu: cara merawat anggota keluarga
gizi 1. Memberi jenis makanan yang kurang gizi
seimbang dan bervariasi Motivasi keluarga untuk
terdiri dari sumber mengulang kembali penjelasan
energy (contoh: nasi, roti, mahasiswa
ubi, jagung, terigu, Berikan pujian atas usaha yang
kentang, singkong), dilakukan keluarga
pembangun (contoh:
tempe, tahu, telur, susu,
ikan, ayam, daging,
kacang hijau, kacang
kedelai), pengatur
(bayam, kangkung,
wortel, daun singkong,
papaya, mangga, jeruk).
2. Pola makan teratur
3. Memberikan makan
sesuai kebutuhan anak
balita.

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


77

b. Menyebutkan 4 dari 6 Respon Verbal 1. Memberi jenis makanan Menjelaskan keluarga cara
cara pencegahan seimbang dan bervariasi pencegahan kurang gizi
terdiri dari sumber Motivasi keluarga untuk
energy, pembangun dan mengulang kembali penjelasan
pengatur. mahasiswa
2. Pola makan teratur Berikan pujian atas penjelasan
3. Memberikan makan yang disebutkan keluarga
sesuai kebutuhan anak
4. Memberikan makan
dalam porsi kecil tapi
sering
5. Jajanan/ makanan
selingan jangan diberikan
dekat waktu makan
6. Jangan memberikan
makanan yang manis
sebelum makan

c. Menyebutkan 2 dari 4 Respon Verbal 2 dari 4 cara memilih bahan Jelaskan cara memilih bahan
cara memilih bahan makanan : makanan yang benar pada
makanan 1. harganya terjangkau keluarga dengan menggunakan
2. Nilai gizinya baik flipchart.
3. Tidak busuk Beri kesempatan pada keluarga
4. Mudah didapat untuk menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti
Tanyakan kembali cara memilih
bahan makanan yang baik.
Beri reinforcement positif atas
jawaban keluarga

d. Menyebutkan 3 dari 4 Respon Verbal Cara mengolah bahan Jelaskan cara mengolah bahan
cara mengolah bahan makanan yang benar yaitu : makanan yang benar pada
makanan yang benar 1. Sayuran, buah dicuci keluarga dengan menggunakan
dahulu baru dipotong- flipchart.
potong Beri kesempatan pada keluarga
2. Sayuran dimasak jangan untuk menanyakan hal-hal yang

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


78

terlalu lama belum dimengerti


3. Alat-alat masak bersih Tanyakan kembali cara
4. Cuci tangan sebelum mengolah bahan makanan yang
masak benar menurut pemahaman
keluarga
Beri reinforcement positif atas
jawaban keluarga

e. Menyebutkan 3 dari 5 Respon verbal Keluarga menyebutkan 3 Menjelaskan keluarga cara


cara penyajian makanan dari 5 cara penyajian yang penyajian makanan yang
yang menarik menarik yaitu: menarik
1. Jenis makanan bervariasi Motivasi keluarga untuk
2. Kombinasi makanan mengulang kembali penjelasan
hewani dan nabati jika mahasiswa
keuangan Berikan pujian atas penjelasan
memungkinkan yang disebutkan keluarga
3. Disajikan dalam keadaan
hangat
4. Perhatikan jadwal menu
5. Jumlah makanan sesuai
dengan porsi

f. Menyebutkan 2 dari 4 Respon verbal Keluarga menyebutkan 2 Menjelaskan keluarga cara


cara mengatasi anak tidak dari 4 cara penyajian yang penyajian makanan yang
mau makan. menarik yaitu: menarik
1. Jangan paksa jika anak Motivasi keluarga untuk
tidak mau makan mengulang kembali penjelasan
2. Menggunakan alat mahasiswa
makan yang menarik Berikan pujian atas penjelasan
3. Jenis makanan bervariasi yang disebutkan keluarga
dengan bentuk dan
warna yang menarik.
4. Berikan makan dalam
porsi kecil tapi sering

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


79

g. Mendemonstrasikan Respon Keluarga dapat menyusun Demonstrasikan cara menyusun


penyusunan menu makan psikomotor menu seimbang sesuai menu seimbang sesuaidengan
bergizi seimbang. dengan kebutuhan anak anak balita
balita sehari-hari: (400 kkal/ Beri kesempatan pada keluarga
porsi) 3 x sehari untuk menyusun menu
Contoh menu: seimbang sesuai dengan jumlah
Nasi (3/4 gelas) kebutuhan anak balita
Daging ayam (1 ptg sedang) Beri reinforcement positif atas
Tahu (1 buah besar) udaha keluarga untuk
Bayam (1 gelas) menyusun menu
Atau setara 1/3 porsi makan
dewasa

h. Mendemonstrasikan cara Respon Keluarga Demonstrasikan cara mengolah


mengolah bahan makanan psikomotor mendemonstrasikan cara bahan makanan sesuai dengan
yang baik memilih mengolah makanan bahan makanan yang telah
yang baik: dibeli oleh keluarga
1. Sayuran, buah dicuci Beri kesempatan keluarga untuk
dahulu baru dipotong- mendemonstrasikan cara
potong mengolah bahan makanan
2. Sayuran dimasak jangan Beri reinforcement positif atas
terlalu lama usaha keluarga
3. Alat-alat masak bersih
4. Cuci tangan sebelum
masak

i. Menjelaskan pengertian Respon verbal Perilaku hidup bersih dan


Tanyakan pendapat keluarga
PHBS sehat (PHBS) adalah suatu
tentang pengertian PHBS
upaya atau perilaku bersih
Diskusikan dengan keluarga
dan sehat yang dilakukan
tentang pengertian PHBS
atas kesadaran untuk
menggunakan leaflet
mempertahankan dan
Motivasi keluarga untuk
meningkatkan kesehatan.
mengulang kembali pengertian
PHBS
Beri reinforcement positif atas
jawaban keluarga

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


80

j. Menjelaskan manfaat Respon verbal Manfaat pelaksanaan PHBS Tanyakan pendapat keluarga
PHBS bagi rumah tangga dan tentang manfaat pelaksanaan
masyarakat adalah (Depkes, PHBS
2006): Diskusikan dengan keluarga
1. Tidak mudah sakit, tentang manfaat pelaksanaan
2. Balita tumbuh sehat PHBS menggunakan leaflet
dengan status gizi baik Motivasi keluarga untuk
dan cerdas, mengulang kembali manfaat
3. Produktivitas pelaksanaan PHBS
meningkat, Beri reinforcement positif atas
4. Hemat dan ekonomis jawaban keluarga
5. Mampu menciptakan
lingkungan sehat,
6. Mampu mencegah dan
menanggulangi
masalah-masalah
kesehatan.

k. Menjelaskan cara Respon verbal Jenis praktik PHBS yang Jelaskan praktik PHBS yang
melaksanakan PHBS dapat dilakukan di rumah dapat dilakukan di rumah
tangga adalah (Depkes, menggunakan leaflet
2006): Beri kesempatan keluarga
1. Pemantauan untuk menanyakan hal-hal yang
pertumbuhan dan belum dipahami
perkembangan balita,
Tanyakan kembali pada
2. Makan makanan gizi
keluarga praktik PHBS yang
seimbang,
dapat dilakukan di rumah sesuai
3. Memberikan ASI
dengan pemahaman keluarga
eksklusif,
Beri reinforcement positif atas
4. Mencuci tangan dengan
usaha keluarga
sabun,
5. Menggunakan air
bersih,
6. Menggunakan jamban
sehat,
7. Memberantas jentik

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


81

nyamuk,
8. Membuang sampah,
9. Pemanfaatan sarana
kesehatan,
10. Tidak merokok di
dalam rumah,
11. Berolahraga/
beraktivitas setiap hari,
12. Makan sayur dan buah
setiap hari,
13. Menggunakan obat
generik.

l. Menjelaskan pengertian Respon verbal Cuci tangan pakai sabun Tanyakan pendapat keluarga
cuci tangan (hand adalah salah satu tindakan tentang pengertian cuci tangan
hygiene) dengan sabun sanitasi dengan (hand hygiene) dengan sabun
membersihkan tangan dan Diskusikan dengan keluarga
jari jemari menggunakan air tentang pengertian cuci tangan
dan sabun oleh manusia (hand hygiene) dengan sabun
untuk menjadi bersih dan menggunakan leaflet
memutuskan mata rantai Motivasi keluarga untuk
kuman (Depkes, 2009). mengulang kembali pengertian
cuci tangan (hand hygiene)
dengan sabun
Beri reinforcement positif atas
jawaban keluarga

m. Menjelaskan manfaat Respon verbal Manfaat cuci tangan (hand Tanyakan pendapat keluarga
dari cuci tangan (hand hygiene) dengan sabun tentang manfaat cuci tangan
hygiene) dengan sabun adalah (Depkes, 2009 dan (hand hygiene) dengan sabun
Taufiq, Nyorong, & Diskusikan dengan keluarga
Riskiyani, 2013): tentang manfaat cuci tangan
1. pencegahan penyakit, (hand hygiene) dengan sabun
2. menjaga kesehatan, menggunakan leaflet
3. menghilangkan kuman
Motivasi keluarga untuk
4. menghilangkan noda
mengulang kembali manfaat

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


82

minyak/ lemak/ kotoran cuci tangan (hand hygiene)


di permukaan kulit, dengan sabun
5. memberikan bau harum Beri reinforcement positif atas
pada permukaan tangan jawaban keluarga
6. memberikan rasa segar
7. murah dan efektif.

n. Menjelaskan waktu yang Respon verbal Waktu yang tepat Jelaskan waktu yang tepat
tepat dilakukannya cuci dilakukannya cuci tangan untuk cuci tangan (hand
tangan (hand hygiene) (hand hygiene), yaitu pada: hygiene) dengan sabun di
1. sebelum makan atau rumah menggunakan leaflet
menyiapkan makanan Beri kesempatan keluarga
2. sebelum menyuapi untuk menanyakan hal-hal yang
anak belum dipahami
3. sebelum meneteki/ Tanyakan kembali pada
menyusui anak keluarga waktu yang tepat
4. sesudah keluar atau untuk cuci tangan (hand
menggunakan toilet/ hygiene) dengan sabun di
buang air besar atau rumah sesuai dengan
buang air kecil pemahaman keluarga
5. sesudah memegang Beri reinforcement positif atas
barang yang diduga usaha keluarga
mengandung kotoran
6. sesudah menceboki
anak.

o. Mendemonstrasikan cara Respon Keluarga dapat Demonstrasikan cara mencuci


mencuci tangan dengan psikomotor mendemonstrasikan cara tangan dengan sabun sesuai
sabun mencuci tangan dengan dengan 6 langkah
sabun sesuai dengan 6 Beri kesempatan pada keluarga
langkah sesuai standar WHO
untuk mencuci tangan dengan
(2006):
sabun sesuai dengan 6 langkah
1. gosok kedua telapak
Beri reinforcement positif atas
tangan dengan sabun
usaha keluargadalam
2. gosok kembali dengan
mendemonstrasikan kembali
posisi telapak tangan
mencuci tangan dengan sabun
kanan berada di atas
sesuai dengan 6 langkah

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


83

punggung tangan kiri,


dan sebaliknya
3. gosok telapak tangan
dengan jari-jari saling
terkait
4. gosokkan punggung
jari pada telapak tangan
satunya dengan posisi
saling mengunci
5. ibu jari tangan kanan
digosok memutar oleh
telapak tangan kiri dan
sebaliknya
6. jari tangan kiri
menguncup, lalu gosok
memutar ke telapak
tangan kanan, begitu
juga sebaliknya

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 2 x 45 menit,
keluarga mampu:
5) Keluarga mampu
memodifikasi lingkungan
untuk mencegah kurang gizi
f. Menyebutkan 2 dari 4 Respon verbal Kelurga menyebutkan Jelaskan suasana yang dapat
suasana yang dapat 2 dati 4 lingkungan yang meningkatkan selera makan
meningkatkan selera dapat meningkatkan selera anak dengan menggunakan
makan anak makan anak : lembar balik bergambar, dan
1. Makan bersama leaflet
anggota keluarga Beri kesempatan keluarga
2. Menggunakan alat untuk menanyakan hal-hal yang
makan yang menarik belum dipahami
3. Makan sambil bercerita Tanyakan kembali pada
4. Jenis makanan yang keluarga suasana yang dapat
bervariasi dengan meningkatkan selera makan
bentuk dan warna yang anak sesuai dengan pemahaman

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


84

menarik keluarga
Beri reinforcement positif atas
usaha keluarga

6) Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
kesehatan untuk mengatasi
gizi kurang pada An.R
c. Menyebutkan 2 manfaat Respon verbal Manfaat kunjungan ke Jelaskan pada keluarga manfaat
kunjungan ke fasilitas fasilitas kesehatan : kunjungan ke fasilitas
kesehatan 1. Mendapatkan pelayanan kesehatan dengan
kesehatan menggunakan lembar balik
2. Mendapatkan penkes Beri kesempatan pada keluarga
untuk menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti
Tanyakan kembali pada
keluarga tentang manfaat
kunjungan ke fasilitas
kesehatan sesuai dengan
pemahaman keluarga

d. Menyebutkan 2 dari 3 Respon verbal Menyebutkan 2 dari 3 Diskusikan dengan keluarga


fasilitas kesehatan yang fasilitas kesehatan yang fasilitas kesehatan yang dapat
dapat digunakan untuk dapat dikunjungi untuk digunakan untuk mengatasi
mengatasi kurang gizi mengatasi kurang gizi : masalah kurang gizi pada anak
pada anak 1. Puskesmas Minta keluarga untuk
3. RS mengidentifikasi fasilitas
4. Praktik dokter kesehatan yang ada di sekitar
tempat tinggal
Beri reirforcement positif atas
jawaban keluarga

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


86

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Diagnosa :
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada keluarga Bpk Z khususnya An. MA b/d Ketidakmampuan keluarga dalam mempertahankan asupan
nutrisi gizi seimbang

Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi


Jumat, 16 10.00 Melakukan penyuluhan mengenai S:
Mei 2014 10.45 masalah gizi kurang balita, gizi - Ibu D mengatakan gizi seimbang adalah gizi sesuai dengan kebutuhan anak
seimbang. - Ibu D mengatakan contoh zat tenaga adalah karbohidrat seperti nasi, mie dan roti,
zat pembangun adalah protein seprti daging, ikan, dan tempe, zat pengatur adalah
TUK 1 : vitamin seperti buah-buahan dan sayur.
Menjelaskan mengenai gizi - Ibu D mengatakan manfaat gizi seimbang adalah sebagai energi untuk bekerja dan
seimbang dan masalah gizi kurang. sebagai penambah daya tahan serta meningkatkan daya pikir
Keluarga diharapkan mampu - Ibu D mengatakan kurang gizi adalah anak tidak mendapatkan kebutuhan gizi yang
mengenal masalah tentang gizi cukup
kurang dengan: - Ibu D mengatakan penyebab kurang gizi adalah makan tidak teratur, jumlah
1. Menyebutkan pengertian gizi makanan kurang, sedang sakit sehingga tidak nafsu makan
seimbang - Ibu D mengatakan tanda dan gejala kurang gizi adalah kurus, rambut tipis, buncit,
2. Menyebutkan contoh makanan kulit kusam dan pucat.
dari tiap sumber gizi seimbang - Ibu D mengatakan bahwa An. MA susah sekali makan dan nafsu makannya
3. Menyebutkan manfaat gizi berubah-ubah
seimbang - Ibu D mengatakan akibat dari gizi kurang adalah gampang sakit dan
4. Menyebutkan arti kurang gizi pertumbuhannya terganggu
5. Menyebutkan penyebab kurang - Ibu D mengatakan jika ada anggota keluarga yang memiliki tanda-tanda gizi kurang
gizi akan segera ditangani atau langsung periksa ke puskesmas
6. Menyebutkan tanda dan gejala
dari gizi kurang

Kelolaan An. MA (18 bulan)

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


87

1. TUK 2 : O:
2. Menjelaskan akibat dari kurang gizi - Ibu D dapat menyebutkan pengertian gizi seimbang dengan baik
pada anak agar keluarga mampu - Ibu D dapat menyebutkan 2 contoh makanan dari tiap sumber gizi seimbang
mengambil keputusan untuk - Ibu D dapat menyebutkan 3 dari 3 manfaat gizi seimbang
merawat anggota keluarga yang - Ibu D dapat menyebutkan arti kurang gizi
menderita gizi kurang dengan: - Ibu D dapat menyebutkan 3 dari 4 penyebab kurang gizi
1. Menyebutkan akibat dari gizi - Ibu D dapat menyebutkan 5 dari 6 tanda dan gejala gizi kurang
kurang pada anak - Ibu D dapat menyebutkan 2 dari 3 akibat dari kurang gizi
2. Mampu mengambil keputusan - Ibu D dapat mengidentifikasi status An. MA
untuk merawat dan mengatasi - Ibu D dapat mengambil keputusan dalam masalah kurang gizi
gizi kurang pada anggota
keluarga A:
- TUK 1 tercapai
- TUK 2 tercapai

P:
- Melakukan TUK 3
- Melakukan TUK 4
- Melakukan TUK 5
- Mengevaluasi tindakan

Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi


Senin, 19 10.00 Melanjutkan pertemuan S:
Mei 2014 10.45 sebelumnya, yaitu melakukan TUK - Ibu D mengatakan cara mengatasi kurang gizi adalah dengan makan makanan gizi
3 seimbang, bervariasi, dan pola makannya teratur.
- Ibu D mengatakan makan sedikit tapi sering juga dapat meningkatkan gizi anak
TUK 3: yang memiliki nafsu makan kurang
Menjelaskan tindakan keperawatan - Ibu D mengatakan cara memilih bahan makanan yang terjangkau, tidak busuk serta

Kelolaan An. MA (18 bulan)

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


88

untuk mengatasi gizi kurang, yaitu yang mudah didapat


dengan: - Ibu D mengatakan cara mengolah makanan adalah dengan mencuci sayur baru
1. Menjelaskan cara perawatan memotongnya dan jika masak sayur jangan terlalu lama
kurang gizi - Ibu D mengatakan cara menyajikan makanan adalah dengan menyajikan dalam
2. Menjelaskan cara pencegahan keadaan hangat, bervariasi terdiri dari zat tenaga, pengatur, pembangun serta
gizi kurang pemberian porsi sesuai dengan kebutuhan anak
3. Menjelaskan cara memilih - Ibu D mengatakan jika An. MA tidak nafsu makan, maka ia akan lebih sering
bahan makanan memberikan makanan dengan porsi kecil tetapi sering atau dengan menggunakan
4. Menjelaskan cara mengolah tempat makan favorit An. MA
bahan makanan
5. Menjelaskan cara penyajian O:
makanan yang menarik - Ibu D mampu menjelaskan 2 dari 3 cara perawatan kurang gizi
6. Menjelaskan cara mengatasi - Ibu D dapat menjelaskan 3 dari 6 cara pencegahan gizi kurang
anak yang tidak mau makan - Ibu D dapat menjelaskan 3 dari 4 cara memilih bahan makanan
7. Melakukan demonstrasi - Ibu D dapat menjelaskan 2 dari 4 cara mengolah bahan makanan
penyusunan menu gizi - Ibu D dapat menjelaskan 3 dari 5 cara penyajian makanan yang menarik
seimbang - Ibu D dapat menjelaskan 2 dari 4 cara mengatasi anak yang tidak mau makan
8. Melakukan demonstrasi - Ibu D dapat melakukan demonstrasi penyusunan menu gizi seimbang dalam form
pengolahan bahan makanan - Ibu D dapat melakukan demonstrasi pengolahan bahan makanan dengan mencuci
sayuran terlebih dahulu, baru kemudian dipotong-potong

A:
- TUK 1 tercapai
- TUK 2 tercapai
- TUK 3 tercapai

P:
- Melanjutkan TUK 3
- Melakukan TUK 4

Kelolaan An. MA (18 bulan)

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


89

- Melakukan TUK 5
- Mengevaluasi tindakan

Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi


Rabu, 21 10.00 Melanjutkan pertemuan S:
Mei 2014 10.45 sebelumnya, melanjutkan TUK 3 - Ibu D menyatakan mengerti mengenai pengertian PHBS dengan mengatakan bahwa
PHBS adalah singkatan dari perilaku hidup bersih dan sehat berarti berperilaku
TUK 3: bersih dan sehat untuk meningkatkan kesehatan.
Menjelaskan tindakan keperawatan - Ibu D juga menyatakan mengerti mengenai cara pelaksanaan praktik PHBS dengan
untuk mengatasi gizi kurang, yaitu mengatakan bahwa contoh PHBS itu seperti mencuci tangan, makan sayur buah,
dengan PHBS: nimbang, membuang sampah, tidak merukok, memberikan ASI eksklusif,
1. Menjelaskan pengertian PHBS menggunakan air bersih, dan olah raga.
2. Menjelaskan manfaat - Ibu D juga mampu menjelaskan tujuan dan manfaat dari PHBS adalah agar tidak
pelaksanan PHBS gampang sakit, lebih murah, bisa mencegah penyakit, dan lingkungan menjadi
3. Menjelaskan cara bersih dan sehat.
melaksanakan PHBS - Ibu D juga menyatakan bahwa cuci tangan pakai sabun merupakan tindakan dengan
4. Menjelaskan pengertian cuci menggunakan sabun yang bermanfaat untuk mencegah penyakit, menghilangkan
tangan (hand hygiene) dengan kotoran dan kuman, serta menjaga kesehatan.
5. Menjelaskan manfaat dari cuci - Ibu D juga mengatakan waktu yang tepat untuk cuci tangan menurut Ibu D adalah
tangan (hand hygiene) dengan sesudah BAB/BAK, sebelum makan, sebelum masak, sebelum menyuapi anak, dan
sabun sesudah melakukan suatu kegiatan yang kotor.
6. Menjelaskan waktu yang tepat
untuk dilakukannya cuci O:
tangan (hand hygiene) - Keluarga mampu menyebutkan pengertian PHBS, 8 dari 13 cara pelaksanaan
7. Mendemonstrasikan cara praktik PHBS,
mencuci tangan dengan sabun - Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 6 tujuan dan manfaat dari PHBS.
sesuai dengan 6 langkah - Keluarga mampu menyebutkan pengertian cuci tangan dengan sabun.
- Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 7 manfaat cuci tangan dengan sabun

Kelolaan An. MA (18 bulan)

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


90

- Keluarga mampu menyebutkan 4 dari 6 waktu yang tepat untuk cuci tangan
dengan sabun.
- Keluarga mampu mendemonstrasikan kembali cara mencuci tangan yang baik dan
benar dengan menggunakan sabun.

A:
- TUK 1 tercapai
- TUK 2 tercapai
- TUK 3 tercapai

P:
- Melakukan TUK 4
- Melakukan TUK 5
- Mengevaluasi tindakan
- Mengevaluasi keluarga untuk tetap konsisten melaksanakan praktik PHBS dalam
setiap aktivitas.
- Mengevaluasi setiap kunjungan berikutnya untuk melihat dan memantau praktik
PHBS yang telah dilakukan oleh keluarga Bpk Z.

Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi


Kamis, 22 10.00 Melanjutkan pertemuan S:
Mei 2014 10.45 sebelumnya, melakukan TUK 4 dan - Ibu D mengatakan sudah sering membuka ventilasi rumah sebagai salah satu cara
5 menciptakan lingkungan rumah yang sehat.
- Namun Ibu D mengatakan bahwa ayahnya Bapak I terkadang masih suka merokok
TUK 4: di dalam rumah.
Menjelaskan cara memodifikasi - Ibu D mengatakan suasana yang dapat meningkatkan nafsu makan anak adalah
lingkungan, yaitu dengan: dengan menggunakan alat makan favorit anak, bentuk makanan yang unik dan
8. Menjelaskan cara atau suasana bervariasi serta makan sambil bercerita

Kelolaan An. MA (18 bulan)

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


91

yang meningkatkan selera - Ibu D mengatakan manfaat pergi ke Puskesmas adalah mendapatkan penyuluhan
makan anak dan pelayanan
- Ibu D mengatakan fasilitas yang sering ia gunakan adalah Puskesmas, klinik, dan
TUK 5: Rumah Sakit
Menjelaskan fasilitas kesehatan
yang dapt digunakan dalam O:
mengatasi gizi kurang, yaitu - Ibu D telah menunjukkan form menu seimbang dengan jadwal makan An. MA
dengan: - Ibu D dapat menyebutkan 3 dari 4 suasana yang dapat meningkatkan selera makan
1. Menyebutkan manfaat anak
kunjungan ke fasilitas - Ibu D dapat menyebutkan 2 manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan
kesehatan - Ibu D dapat menyebutkan 2 dari 3 fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk
2. Menyebutkan jenis-jenis mengatasi kurang gizi pada anak
fasilitas kesehatan yang - Praktik PHBS yang sudah dilakukan dan terlihat: 1) ventilasi rumah terbuka, 2) An.
digunakan untuk mengatasi MA mendapatkan gizi seimbang dalam porsi makanannya (nasi, lauk, sayur, buah),
gizi kurang pada anak 3) pembuangan sampah sudah terkontrol.

A:
- TUK 1 tercapai
- TUK 2 tercapai
- TUK 3 tercapai
- TUK 4 tercapai
- TUK 5 tercapai

P:
- Melakukan terminasi
- Mengevaluasi keluarga untuk tetap konsisten melaksanakan praktik PHBS dalam
setiap aktivitas.
- Mengevaluasi setiap kunjungan berikutnya untuk melihat dan memantau praktik
PHBS yang telah dilakukan oleh keluarga Bpk Z.

Kelolaan An. MA (18 bulan)

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


92

Tanggal Waktu Implementasi Evaluasi


Jumat, 23 10.30 Melakukan terminasi dengan S:
Mei 2014 11.00 mengevaluasi tindakan - Ibu D mengatakan pola makan An. MA kini sudah sesuai dengan gizi seimbang,
keperawatan yang dilakukan pada seperti dimana sudah terdapat semua jenis triguna makanan (zat tenaga,
pertemuan ke 5, 6, 7 dan ke 8 pembangun, dan pengatur) disertai cemilan yang diberikan seperti susu dan biskuit
- Ibu D mengatakan bahwa An. MA kini nafsu makannya setelah melakukan cara
Tindakan yang di evaluasi adalah penyajian dengan variasi yang menarik
tindakan menu makanan An. MA
sehari sebelumnya serta O:
penimbangan BB An. MA - Keluarga dapat menyebutkan pola makan yang baik An. MA
- Keluarga dapat menyebutkan manfaat dari penyajian makanan
Terminasi merupakan pertemuan - BB An. MA menunjukkan peningkatan 0,5 kg (8 8,5 kg)
akhir dari intervensi yang dilakukan
dari hari ke lima hingga hari ke A:
tujuh - TUK 1 tercapai
- TUK 2 tercapai
- TUK 3 tercapai
- TUK 4 tercapai
- TUK 5 tercapai
- Terminasi tercapai

P:
Kontrak kepada keluarga untuk menyelesaikan masalah kedua: Bersihan jalan napas
tidak efektif

Kelolaan An. MA (18 bulan)

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


86

HASIL EVALUASI SUMATIF KELUARGA

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada An. MA

Evaluasi Sumatif
Tujuan Kriteria Evaluasi Tidak
Tercapai
Tercapai
Telah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 45
menit, sehingga kini keluarga
mampu:
1) Mengenal masalah
kurang gizi
a. Menjelaskan Keluarga menyebutkan bahwa gizi seimbang adalah gizi yang sesuai dengan kebutuhan -
pengertian gizi anak berdasarkan usia dan tinggi badan anak yang mencakup sumber zat tenaga, zat
seimbang pembangun dan zat pengatur.

b. Menyebutkan 2 Keluarga menyebutkan bahan-bahan makanan yang mengandung gizi seimbang yaitu :
contoh makanan dari 4. Zat tenaga seperti : nasi, roti, ubi, talas
tiap sumber gizi 5. Zat pembangun seperti : tempe, tahu, telur, daging, ikan. -
seimbang 6. Zat pengatur seperti : sayuran dan buah-buahan

c. Menyebutkan 3 Keluarga menyebutkan kandungan gizi seimbang yaitu :


manfaat gizi 4. Zat tenaga untuk bekerja -
seimbang 5. Zat pembangun untuk pertumbuhan
6. Zat pengatur untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan melindungi dari penyakit

d. Menyebutkan arti Keluarga menyebutkan bahwa kurang gizi adalah kekurangan zat-zat atau bahan-bahan
kurang gizi yang dibutuhkan tubuh sehingga terjadi perubahan dalam tubuh. -

Kelolaan An. MA (18 bulan)

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


87

Evaluasi Sumatif
Tujuan Kriteria Evaluasi Tidak
Tercapai
Tercapai

e. Menyebutkan 2 dari Keluarga menyebutkan 2 dari 4 penyebab kurang gizi


4 penyebab kurang 5. Jumlah makanan yang dimasukan kurang
gizi 6. Jenis bahan makanan tidak seimbang -
7. Makan tidak tertur
8. Penyakit

f. Menyebutkan 3 dari Keluarga menyebutkan 3 dari 6 tanda gejala kurang gizi yaitu
6 tanda dan gejala 1. Badan kurus
kurang gizi 2. Rambut tipis mudah dicabut -
3. Lemah/pucat
4. Kulit kering dan kusam
5. Pusing
6. Kaki dan tangan bengkak

g. Mengidentifikasi Keluarga mengungkapkan bahwa An. MA kurang gizi -


status gizi anak

2) Mengambil keputusan
untuk mengatasi
masalah kurang gizi
pada anak
a. Menyebutkan 2 dari Keluarga menyebutkan 2 dari 3 akibat dari kurang gizi adalah : -
3 akibat dari kurang 1. Pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu
gizi pada anak 2. Mudah terkena penyakit
3. Berkurangnya daya fikir

Kelolaan An. MA (18 bulan)

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


88

Evaluasi Sumatif
Tujuan Kriteria Evaluasi Tidak
Tercapai
Tercapai

b. Memutuskan untuk Keluarga mengatakan Keputusan keluarga untuk mengatasi kurang gizi pada An. MA -
mengatasi masalah
kurang gizi

3) Melakukan tindakan
keperawatan untuk
mengatasi kurang gizi :
a. Menyebutkan 2 dari Cara perawatan kurang gizi yaitu:
3 cara perawatan 1. Memberi jenis makanan seimbang dan bervariasi terdiri dari sumber energy (contoh:
kurang gizi nasi, roti, ubi, jagung, terigu, kentang, singkong), pembangun (contoh: tempe, tahu, telur,
susu, ikan, ayam, daging, kacang hijau, kacang kedelai), pengatur (bayam, kangkung, -
wortel, daun singkong, papaya, mangga, jeruk).
2. Pola makan teratur
3. Memberikan makan sesuai kebutuhan anak balita.

b. Menyebutkan 4 dari 1. Memberi jenis makanan seimbang dan bervariasi terdiri dari sumber energy, pembangun
6 cara pencegahan dan pengatur.
2. Pola makan teratur
3. Memberikan makan sesuai kebutuhan anak -
4. Memberikan makan dalam porsi kecil tapi sering
5. Jajanan/ makanan selingan jangan diberikan dekat waktu makan
6. Jangan memberikan makanan yang manis sebelum makan

c. Menyebutkan 2 dari 2 dari 4 cara memilih bahan makanan :


4 cara memilih bahan 1. Harganya terjangkau
makanan 2. Nilai gizinya baik -
3. Tidak busuk
4. Mudah didapat

Kelolaan An. MA (18 bulan)

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


89

Evaluasi Sumatif
Tujuan Kriteria Evaluasi Tidak
Tercapai
Tercapai

d. Menyebutkan 3 dari Cara mengolah bahan makanan yang benar yaitu :


4 cara mengolah 1. Sayuran, buah dicuci dahulu baru dipotong-potong
bahan makanan yang 2. Sayuran dimasak jangan terlalu lama
benar 3. Alat-alat masak bersih -
4. Cuci tangan sebelum masak

e. Menyebutkan 3 dari Keluarga menyebutkan 3 dari 5 cara penyajian yang menarik yaitu:
5 cara penyajian 1. Jenis makanan bervariasi
makanan yang 2. Kombinasi makanan hewani dan nabati jika keuangan memungkinkan
menarik 3. Disajikan dalam keadaan hangat -
4. Perhatikan jadwal menu
5. Jumlah makanan sesuai dengan porsi

f. Menyebutkan 2 dari Keluarga menyebutkan 2 dari 4 cara penyajian yang menarik yaitu:
4cara mengatasi 1. Jangan paksa jika anak tidak mau makan
-
anak tidak mau 2. Menggunakan alat makan yang menarik
makan. 3. Jenis makanan bervariasi dengan bentuk dan warna yang menarik.
4. Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering

g. Mendemonstrasikan Keluarga dapat menyusun menu seimbang sesuai dengan kebutuhan anak balita sehari-hari
penyusunan menu (400 kkal/ porsi) 3 x sehari
makan bergizi Contoh menu:
seimbang. Nasi (3/4 gelas) -
Daging ayam (1 ptg sedang)
Tahu (1 buah besar)
Bayam (1 gelas)
Atau setara 1/3 porsi makan dewasa

Kelolaan An. MA (18 bulan)

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


90

Evaluasi Sumatif
Tujuan Kriteria Evaluasi Tidak
Tercapai
Tercapai
h. Mendemonstrasikan Keluarga mendemonstrasikan cara memilih mengolah makanan yang baik:
cara mengolah bahan 1. Sayuran, buah dicuci dahulu baru dipotong-potong
makanan yang baik 2. Sayuran dimasak jangan terlalu lama \-
3. Alat-alat masak bersih
4. Cuci tangan sebelum masak

i. Menjelaskan Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah suatu upaya atau perilaku bersih dan sehat
pengertian PHBS yang dilakukan atas kesadaran untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. -

j. Menjelaskan 4 dari 6 Manfaat pelaksanaan PHBS bagi rumah tangga dan masyarakat adalah (Depkes, 2006):
manfaat PHBS 1. Tidak mudah sakit,
2. Balita tumbuh sehat dengan status gizi baik dan cerdas,
3. Produktivitas meningkat,
4. Hemat dan ekonomis -
5. Mampu menciptakan lingkungan sehat,
6. Mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan.

k. Menjelaskan 8 dari Jenis praktik PHBS yang dapat dilakukan di rumah tangga adalah (Depkes, 2006):
13 cara 1. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita,
melaksanakan PHBS 2. Makan makanan gizi seimbang,
3. Memberikan ASI eksklusif, -
4. Mencuci tangan dengan sabun,
5. Menggunakan air bersih,
6. Menggunakan jamban sehat,
7. Memberantas jentik nyamuk,
8. Membuang sampah,
9. Pemanfaatan sarana kesehatan,
10. Tidak merokok di dalam rumah,
11. Berolahraga/ beraktivitas setiap hari,
12. Makan sayur dan buah setiap hari,

Kelolaan An. MA (18 bulan)

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


91

Evaluasi Sumatif
Tujuan Kriteria Evaluasi Tidak
Tercapai
Tercapai
13. Menggunakan obat generik.

l. Menjelaskan Cuci tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan
pengertian cuci dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan
tangan (hand memutuskan mata rantai kuman (Depkes, 2009). -
hygiene) dengan
sabun

m. Menjelaskan Manfaat cuci tangan (hand hygiene) dengan sabun adalah (Depkes, 2009 dan Taufiq,
manfaat dari cuci Nyorong, & Riskiyani, 2013):
tangan (hand 1. pencegahan penyakit,
hygiene) dengan 2. menjaga kesehatan,
sabun 3. menghilangkan kuman -
4. menghilangkan noda minyak/ lemak/ kotoran di permukaan kulit,
5. memberikan bau harum pada permukaan tangan
6. memberikan rasa segar
7. murah dan efektif.

n. Menjelaskan waktu Waktu yang tepat dilakukannya cuci tangan (hand hygiene), yaitu pada:
yang tepat 1. sebelum makan atau menyiapkan makanan
-
dilakukannya cuci 2. sebelum menyuapi anak
tangan (hand 3. sebelum meneteki/ menyusui anak
hygiene) 4. sesudah keluar atau menggunakan toilet/ buang air besar atau buang air kecil
5. sesudah memegang barang yang diduga mengandung kotoran
6. sesudah menceboki anak.

o. Mendemonstrasikan Keluarga dapat mendemonstrasikan cara mencuci tangan dengan sabun sesuai dengan 6 -
cara mencuci tangan langkah sesuai standar WHO (2006):
dengan sabun 1. gosok kedua telapak tangan dengan sabun

Kelolaan An. MA (18 bulan)

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


92

Evaluasi Sumatif
Tujuan Kriteria Evaluasi Tidak
Tercapai
Tercapai
2. gosok kembali dengan posisi telapak tangan kanan berada di atas punggung tangan kiri,
dan sebaliknya
3. gosok telapak tangan dengan jari-jari saling terkait
4. gosokkan punggung jari pada telapak tangan satunya dengan posisi saling mengunci
5. ibu jari tangan kanan digosok memutar oleh telapak tangan kiri dan sebaliknya
6. jari tangan kiri menguncup, lalu gosok memutar ke telapak tangan kanan, begitu juga
sebaliknya.

Telah dilakukan tindakan


keperawatan selama 2 x 45
menit, sehingga kini keluarga
mampu:
4) Keluarga mampu
memodifikasi
lingkungan untuk
mencegah kurang gizi
a. Menyebutkan 2 dari Kelurga menyebutkan 2 dati 4 lingkungan yang dapat meningkatkan selera makan anak :
4 suasana yang dapat 1. Makan bersama anggota keluarga
meningkatkan selera 2. Menggunakan alat makan yang menarik -
makan anak 3. Makan sambil bercerita
4. Jenis makanan yang bervariasi dengan bentuk dan warna yang menarik

Kelolaan An. MA (18 bulan)

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


93

Evaluasi Sumatif
Tujuan Kriteria Evaluasi Tidak
Tercapai
Tercapai
5) Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
kesehatan untuk
mengatasi gizi kurang
pada An.M
a. Menyebutkan 2 Manfaat kunjungan ke fasilitas kesehatan :
manfaat kunjungan 1. Mendapatkan pelayanan kesehatan -
ke fasilitas kesehatan 2. Mendapatkan penkes

b. Menyebutkan 2 dari Menyebutkan 2 dari 3 fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi untuk mengatasi kurang
3 fasilitas kesehatan gizi :
yang dapat digunakan 1. Puskesmas -
untuk mengatasi 2. RS
kurang gizi pada 3. Praktik dokter
anak

Kelolaan An. MA (18 bulan)

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014


94

KRITERIA KEMANDIRIAN KELUARGA

Kriteria Kemandirian
No. Ya Tidak Keterangan
Keluarga
1 Menerima petugas - Keluarga Bpk Z menerima kedatangan mahasiswa
puskesmas sebagai salah satu perwakilan petugas puskesmas
(Perawat Pelaksana)

2 Menerima yankes sesuai - Keluarga Bpk Z menerima pelayanan kesehatan yang


rencana diberikan oleh mahasiswa (Perawat Pelaksana)
sesuai dengan rencana yang ditentukan

3 Menyatakan masalah - Keluarga Bpk Z menyatakan masalah kesehatan


kesehatan secara benar yang terjadi pada anggota keluarga (An. MA) sesuai
dengan kondisi dan keadaan kepada mahasiswa
(Perawat Pelaksana)

4 Memanfaatkan faskes - Keluarga Bpk Z memanfaatkan fasilitas kesehatan


sesuai anjuran yang diberikan oleh mahasiswa (Perawat Pelaksana)

5 Melaksanakan perawatan - Keluarga Bpk Z melaksanakan perawatan sederhana


sederhana sesuai anjuran sesuai anjuran yang diberikan oleh mahasiswa
(Perawat Pelaksana)

6 Melaksanakan tindakan - Keluarga Bpk Z melaksanakan tindakan pencegahan


pencegahan secara aktif secara aktif sesuai dengan yang penjelasan yang
diberikan oleh mahasiswa (Perawat Pelaksana)

7 Melaksanakan tindakan - Keluarga Bpk Z masih belum dapat melaksanakan


promotif secara aktif tindakan promotif secara aktif kepada orang lain

Kesimpulan :
Keluarga Bpk. Z berada pada Tingkat Kemandirian III

Kelolaan An. MA (18 bulan)

Pengoptimalan praktik ..., Sinta Dewi, FIK UI, 2014

You might also like