Professional Documents
Culture Documents
Senin, 28 November
2016
Jurusan Perikanan
Fakultas Pertanian
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2016
Abstrak
PENDAHULUAN
Di Indonesia tidak semua jenis cumi-cumi disukai oleh masyarakat untuk di
konsumsi segar, karena mempunyai daging yang sangat tebal. Oleh karena itu
perlu pengolahan yang menjadikan produk ini lebih menarik (Trilaksani dkk,
2004). Cumi olahan merupakan salah satu alternatif yang dapat dibuat dalam
pengembangan produk makanan berbahan baku cumi-cumi.
Cumi-cumi yang telah mengalami perebusan, pengeringan dan dilanjutkan
dengan cara menggoreng agar supaya cumi-cumi tersebut memiliki penampakkan
yang menarik dan aromanya yang khas. Konsumsi makanan yang berasal dari laut
seperti cumi-cumi semakin meningkat, setelah adanya kesadaran akan pentingnya
bahan makanan tersebut sebagai sumber nutrisi bagi tubuh. Protein, lemak dan
komponen lain yang berasal dari makanan hasil laut memiliki keistimewahan
tersendiri.
Pada cumi-cumi selain dagingnya yang mudah dicerna, juga mengandung
asam amino esensial serta kaya akan mineral seperti fosfor dan kalsium yang
berguna untuk pertumbuhan dan pembangunan tulang (Meirina, 2008), di pasaran
Internasional cumi-cumi diperdagangkan dalam bentuk beku, asin kering dan
kalengan, sedangkan di Indonesia, cumi-cumi masih diperdagangkan dalam
bentuk segar dan asin kering. Ekspor cumi-cumi segar pada tahun 2001 mencapai
13 ribu ton lebih (senilai US$ 22 ribu), nilai produksi ekspornya menunjukkan
peningkatan yang cukup tajam pada tahun 2005. Tahun 2010 jumlahnya berlipat
menjadi 25 ribu ton lebih (senilai lebih dari US$ 42 ribu). Peningkatan nilai
ekspor ini ternyata masih jauh lebih kecil dari kebutuhannya di pasar dunia yakni
untuk Amerika pada tahun 2010 membutuhkan 640 ribu ton dan Jepang 580 ribu
ton, sementara produksi dalam negerinya hanya mampu menghasilkan sekitar 200
ribu ton saja. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peluang ekspornya
masih terbuka lebar dan cukup menjanjikan (Anonimous, 2011).
Tujuan praktikum Diversifikasi dan Pemanfaatan Limbah Pengolahan Hasil
Perikanan mengenai pembuatan cumi-cumi kertas (Loligo sp.) yaitu untuk
mengetahui pengaruh perbedaan suhu dan pemanasan pada proses pembuatan
cumi-cumi kertas (Loligo Sp.).
TINJAUAN PUSTAKA
Cumi-cumi (Loligo sp.) merupakan binatang lunak dengan tubuh
berbentuk silindris. Sirip-siripnya berbentuk triangular atau radar yang menjadi
satu pada ujungnya. Pada kepalanya disekitar lubang mulutnya terdapat 10
tentakel yang dilengkapi dengan alat penghisap (sucker). Tubuh terdiri dari isi
rongga tubuh (visceral mass) dan mantel. Lapisan isi rongga tubuh berbentuk
silinder dengan dinding sebelah dalam tipis dan halus. Mantel yang dimilikinya
berukuran tebal, berotot, dan menutupi isi rongga tubuh pada seluruh isi serta
mempunyai tepi yang disebut leher (Halon, 1996).
Cumi-cumi (Loligo sp.) merupakan penghuni demersak atau semi plagik
pada daerah pantai dan paparan benua sampai kedalaman 400m. beberapa spesies
hidup sampai di perairan payau. Cumi-cumi melakukan pergerakan diurnal, yaitu
pada siang hari akan berkelompok dekat dasar perairan dan akan menyebar pada
kolom perairan pada malam hari. Cumi-cumi tertarik pada cahaya (fototaksis
positif), oleh karena itu sering ditangkap dengan menggunakan bantuan cahaya
(Roper et.al, 1983). Menurut Hegner dan engemann (1986) dalam (Pricillia,
2011), cumi-cumi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Cephalopoda
Ordo : Decapoda
Famili : Loliginidae
Genus : Loligo
Spesies : Loligo sp.
Tiriskan
Penggilingan
Pemberian bumbu
Pengovenan
Cumi-cumi kertas
Uji Organoleptik
Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Cumi-Cumi Kertas (Loligo sp.)
Aroma dari makanan yang sedang berada di mulut ditangkap oleh indra
penciuman melalui saluran yang menghubungkan antar mulut dan hidung. Jumlah
komponen volatil yang dilepaskan oleh suatu produk dipengaruhi oleh suhu dan
komponen alaminya. Makanan yang dibawa ke mulut dirasakan oleh indera perasa
dan bau yang kemudian dilanjutkan diterima dan diartikan oleh otak.
Berdasarkan grafik diatas dapat dibahas bahwa hasil uji organoleptik
terhadap parameter aroma sesuai dengan tingkat kesukaan panelis, memiliki hasil
perlakuan yang paling tinggi yaitu pada pengovenan dengan suhu 110 oC yaitu
memiliki nilai 3,19 pada kelompok 1 dan 4 dibanding dengan kelompok lainnya,
sedangkan yang paling rendah adalah pada kelompok 3 dan 6 dengan pengovenan
pada suhu 120oC dengan nilai 2,65.
Berdasarkan tingkat kesukaan panelis dan hasil uji organoleptik pada tabel
ANOVA maka telah didapatkan nilai (P<0,05) atau nilai sig pada tabel tersebut
lebih kecil dibandingkan 0,05 sehingga perlu dilakukan uji lanjut atau uji duncan.
Grafik 2. Hasil Uji Organoleptik Cumi-Cumi Kertas Parameter Warna
Warna merupakan salah satu parameter selain cita rasa, tekstur dan nilai
nutrisi yang menentukan persepsi konsumen terhadap suatu bahan pangan.
Preferensi konsumen sering kali ditentukan berdasarkan penampakan luar suatu
produk pangan. Warna pangan yang cerah memberikan daya tarik yang lebih
terhadap konsumen. Warna pada produk pangan memiliki beberapa fungsi antara
lain sebagai indikator kematangan, terutama untuk produk pangan segar seperti
buah-buahan, sebagai indikator kesegaran misalnya pada produk sayuran dan
daging dan sebagai indikator kesempurnaan proses pengolahan pangan misalnya
pada proses penggorengan, timbulnya warna coklat sering kali dijadikan sebagai
indikator akhir kematangan produk pangan.
Berdasarkan grafik diatas dapat dibahas bahwa hasil uji organoleptik
terhadap parameter warna sesuai dengan tingkat kesukaan panelis, memiliki hasil
perlakuan yang paling tinggi yaitu pada pengovenan dengan suhu 110 oC yaitu
kelompok 1 dan 4 sebanyak 2,87 dibanding dengan kelompok lainnya.
Berdasarkan tingkat kesukaan panelis dan hasil uji organoleptik pada tabel
ANOVA maka telah didapatkan nilai (P>0,05) atau nilai sig pada tabel tersebut
lebih besar dibandingkan 0,05 sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut atau uji
duncan.
Grafik 3. Hasil Uji Organoleptik Cumi-Cumi Kertas Parameter Tekstur
Rasa ialah sesuatu yang diterima oleh lidah. Dalam pengindraan cecapan
dibagi empat cecapan utama yaitu manis, pahit, asam dan asin serta ada tambahan
respon bila dilakukan modifikasi (Zuhra, 2006). Untuk parameter rasa
dipengaruhi oleh beberapa komponen yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan
interaksi dengan komponen rasa yang lain. Kenaikan temperatur akan menaikkan
rangsangan pada rasa manis tetapi akan menurunkan rangsangan pada rasa asin
dan pahit.
Berdasarkan grafik diatas dapat dibahas bahwa hasil uji organoleptik
terhadap parameter rasa sesuai dengan tingkat kesukaan panelis, memiliki hasil
perlakuan yang paling tinggi yaitu pada pengovenan dengan suhu 110 oC yaitu
kelompok 1 dan 4 sebanyak 3,14 dibanding dengan kelompok lainnya, sedangkan
yang paling rendah adalah pada kelompok 3 dan 6 pada pengovenan dengan suhu
120oC dengan nilai 2,77.
Berdasarkan tingkat kesukaan panelis dan hasil uji organoleptik pada tabel
ANOVA maka telah didapatkan nilai (P>0,05) atau nilai sig pada tabel tersebut
lebih besar dibandingkan 0,05 sehingga tidak perlu dilakukan uji lanjut atau uji
duncan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2001. Informasi Cumi-cumi. Direktorat Prasarana Perikanan
Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Hanlon, R.T. and J.B. Messenger. 1996. Cephalopod Behavior. Cambridge
University Press; Cambridge.
Muchtadi, T.R. 1989. Penyimpanan dan Pengemasan Kerupuk Ikan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Bogor:
Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Meirina Kurnia., 2008. Kajian Pengolahan Cumi-cumi (Loligo sp.) Siap Saji.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Trilaksani. W., Gerungan. A., dan Mardi. S., 2004. Pengaruh Suhu dan Lama
Pengovenan Terhadap Karakteristik Cumi-cumi (Loligo sp.) Kertas. Buletin
Teknologi Hasil Perikanan. Volume III.
Zura, C. F. 2006. Cita Rasa (Flavor). Departemen Kimia FMIPA. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
LAMPIRAN
ANOVA
Total 58.516 92