Professional Documents
Culture Documents
Junal Contoh Kasus Income Smoothing PDF
Junal Contoh Kasus Income Smoothing PDF
Rizky Syahfandi
Siti Mutmainah, SE., MSi., Akt.
ABSTRACT
1
I. PENDAHULUAN
Bank syariah sebagai lembaga keuangan yang bergerak atas dasar prinsip-
prinsip ajaran Islam, tidak seharusnya melakukan aktivitas rekayasa dalam bentuk
apapun, termasuk dalam hal pelaporan keuangan, yang merupakan media
informasi bagi para penggunanya dan alat penilaian oleh Pemerintah dan Bank
Indonesia. Adanya aktivitas rekayasa dengan manajemen laba yang sering
dilakukan sektor perbankan konvensional di Indonesia diharapkan tidak ikut
mempengaruhi sektor perbankan syariah yang baru berkembang di Indonesia.
Meskipun demikian, pesatnya perkembangan bank syariah yang melebihi bank
konvensional menimbulkan pertanyaan, apakah juga terdapat manajemen laba
dalam bank syariah.
Salah satu tindakan manajemen atas laba yang dapat dilakukan adalah
tindakan income smoothing (perataan laba). Dalam hal ini perataan laba
menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi
abnormal laba dalam batas-batas yang diizinkan dalam praktek akuntansi dan
prinsip manajemen yang wajar. Jika laba yang dihasilkan tidak stabil atau terus
berfluktuasi, maka kinerja manajer akan dipertanyakan dan akan berakibat buruk
bagi nama baik perusahaan. Oleh karena itu, manajer dapat melakukan perataan
laba. Menurut Sulistyawan, dkk. (2011), perataan laba dilakukan dengan rekayasa
keuangan yang secara hukum dan akuntansi dapat dibenarkan dengan cara
memanfaatkan kelemahan standar akuntansi ataupun aturan yang berlaku.
Pada umumnya, baik bank syariah maupun bank konvensional merupakan
salah satu lembaga keuangan yang memberikan alternatif sumber dana bagi
masyarakat, baik digunakan untuk pembiayaan jangka pendek maupun jangka
panjang. Bank syariah menggunakan mekanisme pembiayaan dan investasi yang
berbeda dengan bank konvensional (Yaya, dkk., 2009). Hal ini berkaitan erat
dengan jenis aset yang digunakan untuk tiap kredit/pembiayaan. Aset bank
syariah secara umum dapat dibagi atas asset yang didanai oleh modal sendiri
dan/atau kewajiban dan hutang (wadiah, qardh, dan sejenisnya), dan asset yang
didanai oleh rekening bagi hasil (Profit and loss sharing investment account atau
mudharabah).
2
Aset pembiayaan tersebut tidak terlepas dari adanya risiko-risiko yang
mungkin terjadi. Untuk mengantisipasi risiko tersebut, bank harus menetapkan
cadangan terhadap kerugian yang mungkin timbul dari kerugian kredit di masa
depan. Bank Indonesia mengharuskan bank syariah untuk membentuk cadangan
umum penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) sekurang-kurangnya
sebesar 1% (satu perseratus) dari seluruh Aset Produktif yang digolongkan lancar
(tidak termasuk sertifikat wadiah Bank Indonesia dan surat utang Pemerintah).
Selain itu bank syariah juga diwajibkan membentuk cadangan khusus seperti yang
tertera dalam pasal dua ayat tiga pada PBI Nomor 5/9/PBI/2003 tentang
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Bagi Bank Syariah.
Tujuan awal penggunaan PPAP adalah sebagai alat penerapan prinsip
kehati-hatian (prudential banking). PPAP dibentuk sebagai salah satu akun kontra
aset. PPAP menunjukkan jumlah kerugian yang diperkirakan atas saldo pinjaman
atau investasi yang belum diselesaikan. Dalam laporan keuangan, PPAP harus
dicantumkan dalam laporan laba rugi sebagai salah satu beban yang ditanggung
bank pada tiap periode pelaporan keuangan. Artinya PPAP memiliki nilai yang
signifikan dalam laporan keuangan dan merupakan area yang memiliki potensi
untuk dimanipulasi oleh para manajer (Tobing dan Nur, 2009).
Penggunaan PPAP untuk perataan laba didasari atas fakta bahwa perubahan
terhadap PPAP tidak menimbulkan dampak terhadap arus kas sehingga arus kas
tidak terpengaruh, serta PPAP merupakan pretax tem, sehingga jika nilai PPAP
mengalami perubahan, akan berpengaruh pada nilai laba bersih yang dihasilkan
atau jumlah pajak yang dibayarkan. Meskipun demikian, pembentukan PPAP
didasarkan pada undang-undang yang berlaku (Tobing dan Nur, 2009).
Dalam kasus perbankan syariah, masih sedikit penelitian yang menguji
hipotesis perataan laba meskipun bank syariah memiliki karakteristik lingkungan
yang unik (Boulila, et al., 2010). Pertama, bank syariah diatur dengan prinsip-
prinsip Islam (syariat) yang menggunakan mekanisme pembagian risiko di antara
para investor. Kedua, regulasi yang berhubungan dengan akuntansi syariah tidak
membatasi penggunaan dynamic provisioning, sehingga bank Islam memiliki
3
kecenderungan untuk membentuk penyisihan kerugian untuk menyerap kerugian
di masa depan.
Penelitian sebelumnya oleh Zoubi dan Al-Khazali (2007), berhasil
menemukan adanya praktik manajemen laba di bank syariah dengan mekanisme
perataan laba menggunakan PPAP pada di kawasan Gulf Persia. Zahara dan
Veronica (2009) terdapat kecenderungan indikasi praktik manajemen laba lebih
signifikan di bank umum syariah daripada unit usaha syariah, namun hipotesisnya
belum terbukti. Hal ini sejalan dengan penelitian Boulila, et al. (2010) yang juga
tidak menemukan adanya praktik manajemen laba pada bank syariah.
Model ekonometrik yang akan digunakan dalam penelitian ini merujuk
pada penelitian Boulila, et al. (2010), yang sebelumnya juga telah digunakan oleh
Perez, et al. (2008). Perataan laba diproksikan dengan Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (PPAP). Penelitian ini menggunakan instrumen yang sama
yaitu jumlah pembiayaan dengan proksi total financing (TF), risiko pembiayaan
dengan proksi (non performing financing), dan profitabilitas dengan proksi
Earnings Before Taxes and Provisions (EBTP) sebagai variabel independen.
Adanya praktik rekayasa dengan perataan laba menggunakan instrumen
PPAP yang sering dilakukan sektor perbankan konvensional di Indonesia
diharapkan tidak ikut mempengaruhi sektor perbankan syariah yang baru
berkembang di Indonesia. Meskipun demikian, pesatnya perkembangan bank
syariah yang melebihi bank konvensional menimbulkan pertanyaan, apakah juga
terdapat manajemen laba dalam bank syariah.
Berdasarkan acuan penelitian yang digunakan dan uraian latar belakang
masalah di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah bank
syariah Indonesia melakukan praktik perataan laba (income smoothing), dan
adakah pengaruh dari faktor jumlah pembiayaan (total financing), risiko
pembiayaan (non performing financing), dan profitabiliitas (earning before taxes
and provisions) terhadap perataan laba.
4
II. TELAAH TEORI
Teori Agency
Konsep teori keagenan menurut Anthony dan Govindarajan (1995) dalam
Pudyastuti (2009) adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agen.
Masalah keagenan (agency problem) muncul ketika principal kesulitan untuk
memastikan bahwa agen bertindak untuk memaksimalkan kesejahteraan principal
(Budiono, 2005, dalam Pudyastuti, 2009). Manajemen bersikap tidak
membedakan terhadap risiko, sedangkan pemilik menghindari risiko, tetapi
manajemen dan bukan pemilik yang menanggung risiko dengan bayaran tertentu
(Hendriksen dan Van Breda, 2002).
Agen mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri,
lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan principal tidak
mempunyai informasi yang cukup tentang kinerja agen. Ketika tidak semua
keadaan diketahui oleh semua pihak dan sebagai akibatnya, ketika konsekuensi-
konsekuensi tertentu tidak dipertimbangkan oleh pihak-pihak tersebut, hal ini
mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi (information asymmetries)
yang dimiliki oleh principal dan agen.
Asimetri informasi antara manajemen (agen) dengan pemilik (principal)
dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba
(earnings management) dalam rangka menyesatkan pemilik mengenai kinerja
ekonomi perusahaan (Ujiyanto dan Pramuka, 2007). Namun dalam konteks
penelitian ini asimetri informasi yang digunakan untuk melakukan manajemen
laba dapat menyesatkan pengguna informasi keuangan dalam rangka menentukan
apakah bank syariah tersebut sehat dan layak untuk beroperasi.
Implikasi teori agensi terhadap penelitian ini dipertimbangkan dapat
menjelaskan bagaimana bank syariah sebagai agen tidak terlepas dari praktik
manajemen laba. Bank syariah berusaha menunjukkan kepada publik maupun
stakeholder bahwa bank syariah telah melaksanakan tugas dan fungsinya dengan
tepat, sehingga bank syariah dinilai baik oleh para principal.
5
Akuntansi Perbankan Syariah
Berdasarkan Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah bab 1 pasal 1, perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan
bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank
pembiayaan syariah.
Adapun prinsip-prinsip syariah yang dimaksud, mengacu pada prinsip-
prinsip hukum muamalah yang berdasarkan fatwa-fatwa yang dirumuskan oleh
mayoritas ulama atau oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan
fatwa di bidang syariah. Dalam hukum muamalah, ulama-ulama telah
mengidentifikasikan dan menfatwakan beberapa jenis transaksi yang dilarang oleh
islam. Pelarangan tersebut pada umumnya disebabkan oleh tiga hal. Yang
pertama, karena mengandung barang atau jasa yang diharamkan (bathil). Kedua,
karena mengandung sistim dan prosedur memperoleh keuntungan yang
diharamkan (riba, maysir, gharar, tadlis). Yang ketiga, karena tidak sahnya akad
yang dilakukan (Yaya, dkk., 2009).
Karakteristik akuntansi syariah memiliki banyak kesamaan dengan konsep
akuntansi pada umumnya. Selain memiliki tujuan yang sama, akuntansi syariah
juga memiliki karakteristik kualitatif informasi yang sama dengan akuntansi
umum. Prinsip utama yang membedakan keduanya adalah adanya aturan syariah
yang harus dipatuhi dalam akuntansi syariah.
Untuk menjamin terlaksananya prinsip syariah dalam aktifitas perbankan
syariah terdapat salah satu pihak terafiliasi yaitu Dewan Pengawas Syariah (DPS).
Dewan inilah sebagai pihak yang bertanggungjawab atas informasi tentang
kepatuhan pengelola bank akan prinsip syariah (UU 21 tahun 2008 pasal 1 ayat
15). Adanya DPS yang merupakan institusi internal independen yang khusus
dalam pengawasan bank syariah juga menjadi salah satu hal yang membedakan
bank syariah dengan bank konvensional pada umumnya.
6
Penelitian ini fokus hanya pada perataan laba yang dihasilkan dari
pengelolaan cadangan PPAP untuk empat jenis pembiayaan utama yang dilakukan
bank syariah, yaitu pembiayaan dalam bentuk murabahah, musyarakah dan
mudharabah dan istishna. Hal ini didasarkan pada penelitian sebelumnya oleh
Zoubi dan Al-Khazali (2007), yang menemukan adanya praktik manajemen laba
di kawasan Gulf Persia pada keempat mekanisme pembiayaan tersebut.
7
Perataan laba menggunakan cadangan (PPAP) bertujuan agar laba yang
dilaporkan perusahaan pada periode berjalan tidak terlalu tinggi atau terlalu
rendah. Cadangan (PPAP) merupakan bagian dari modal tambahan yang termasuk
bagian yang penting dan sah dari modal dasar suatu bank. Hingga pada saat
apabila menginginkan labanya menjadi lebih tinggi dari laba sesungguhnya, maka
perusahaan (bank) dapat menggunakan cadangan tersebut untuk mengatur laba
sesuai kepentingannya (Sulistyanto, 2008).
8
akrual dalam laporan laba rugi (Masodah, 2007). Perekayasaan laba juga dapat
dilakukan dengan mendistorsi laba dengan cara menggeser periode pengakuan
biaya dan pendapatan (Tobing dan Nur, 2009). Berdasarkan hal-hal tersebut di
atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Bank syariah melakukan praktik manajemen laba dengan
menggunakan pola perataan laba (income smoothing).
9
Secara konsep teori Non performing financing (NPF) merupakan salah satu
pengukuran dari rasio risiko usaha bank yang menunjukkan besarnya resiko kredit
bermasalah yang ada pada suatu bank (Iqbal dan Abbas, 2007). Risiko
Pembiayaan yang diproksikan dengan non performing financing (NPF),
merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
mencegah resiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. NPF
mencerminkan resiko kredit, semakin kecil NPF semakin kecil pula resiko kredit
yang ditanggung pihak bank. Bank dengan risiko kredit yang tinggi akan
memperbesar biaya, baik pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya,
sehingga berpotensi terhadap kerugian bank (Mawardi, 2005). Berdasarkan hal
tersebut di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian iini adalah:
H3 : Risiko pembiayaan (Non performing financing) berpengaruh
positif terhadap perataan laba yang diproksikan dengan
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
10
H4 : Profitabilitas (Earnings Before Taxes and Provisions)
berpengaruh positif terhadap perataan laba yang diproksikan
dengan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Total Pembiayaan
(Total financing) +
Risiko pembiayaan Perataan Laba
+
(NPF) (Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif)
Profitabilitas +
(EBTP)
11
1. Bank umum syariah skala nasional yang mempublikasikan laporan
keuangan triwulanan untuk periode Maret 2009 sampai dengan
September 2011 yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).
2. Data laporan keuangan tersedia lengkap secara keseluruhan dan di
dalamnya terdapat data yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu Total
pembiayaan (Total financing), NPF (Non Performing Loan), EBTP
(Earning Before Tax and Provision), PPAP (Penyisihan penghapusan
aktiva produktif), Rasio CAR (Capital adequacy Ratio), total asset,
dan umur bank syariah yang terpublikasi periode Desember 2008
sampai dengan September 2011.
Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel dependen dan
variabel independen. Selain itu , dalam variabel independen juga terdapat variabel
kontrol.
Variabel dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perataan
laba (income smoothing) yang diproksikan dengan penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAP). Nilai PPAP didapat langsung dari laporan keuangan publikasi
bank syariah. Nilai PPAP pada laporan keuangan triwulanan bank bersifat
progresif, dalam arti laporan keuangan triwulanan yang disampaikan adalah
laporan perkembangan tiga bulanan selama satu tahun. Oleh karena itu nilai dari
variabel ini menggunakan selisih dari periode tersebut dengan periode
sebelumnya.
Variabel Independen
Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada
penelitian Boulila et al, (2010) yang sebelumnya juga telah digunakan oleh
Perez et al. (2008), yaitu jumlah pembiayaan yang diproksikan dengan total
12
financing (TF), risiko pembiayaan yang diproksikan dengan Non Performing
Financing (NPF), dan profitabilitas bank syariah yang diproksikan dengan
Earnings Before Taxes and Provisions (EBTP). Nilai TF pada laporan keuangan
triwulanan bank bersifat progresif, dalam arti laporan keuangan triwulanan yang
disampaikan adalah laporan perkembangan tiga bulanan selama satu tahun. Oleh
karena itu nilai dari variabel ini menggunakan selisih dari periode tersebut dengan
periode sebelumnya. Profitabilitas yang diproksikan dengan Earning before tax
and provision juga diperoleh dengan cara yang sama kecuali untuk periode bulan
Maret.
Total pembiayaan (TF) digunakan dengan tujuan agar dapat menunjukkan
adanya implementasi dinamic provisioning yang dilakukan oleh bank syariah. TF
merupakan total pembiayaan yang diberikan bank syariah, atau dirumuskan
sebagai berikut:
13
Jumlah Jumlah zakat jumlah
laba yang beban
EBTP = sebelum + + cadangan
dikeluarkan
pajak oleh bank PPAP
Selain itu, dalam model penelitian digunakan tiga variabel kontrol yaitu
kecukupan modal, ukuran bank syariah, dan umur bank syariah. Kecukupan
modal dihitung dengan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) dengan cara
membagi total modal dengan total aktiva tertimbang menurut risiko berdasarkan
ketentuan kewajiban penyediaan modal minimum yang berlaku. Variabel ini juga
juga telah tercantum dalam laporan keuangan publikasi bank. Selanjutnya variabel
ukuran perusahaan dihitung dengan cara me-logaritma total aset bank syariah.
Sedangkan umur bank syariah diukur dengan menghitung lama berdirinya bank
syariah tersebut dalam satuan bulan.
Model Penelitian
Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis melalui beberapa tahap.
Pertama, analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui dispersi dan
distribusi data. Kemudian uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji kelayakan
model regresi yang selanjutnya akan digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian. Selanjutnya untuk menentukan bank syariah yang melakukan perataan
laba, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap variabilitas dari objek
perataan laba, yaitu perbandingan koefisien variasi dari perubahan laba bersih (net
income) dengan koefisien variasi dari perubahan jumlah pendapatan operasional
(total sales). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan koefisien Eckel
seperti yang dilakukan dalam penelitian sebelumya oleh Boulila, et al. (2010).
Koefisien Eckel dihitung dengan cara membagi nilai dari standar deviasi
tingkat perubahan laba dengan nilai rata-rata jumlah laba bersih (EBTP) dari tiap-
tiap bank syariah. Dalam Masodah (2007), perataan laba juga diukur dengan
indeks Eckel yang dijelaskan sebagai berikut:
CV I
Indeks Eckel =
CV S
14
CV S dan CV I dapat dihitung sebagai berikut:
( X - X )2
CV X =
n-1
: X
Keterangan :
Keterangan:
PPAP = Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif umum dan khusus pada
bank i selama periode triwulan t
TF = Total pembiayaan syariah yang diberikan pada bank i selama
periode triwulan t
NPF = Rasio Non Performin Financing (kredit macet)
EBTP = Total pendapatan sebelum dikurangi pajak dan zakat pada bank i
selama periode triwulan t
CAR = Rasio kecukupan modal
SIZE = Logaritma dari total asset
AGE = Umur Bank Syariah
15
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran atau
deskripsi masing-masing variabel yang terkait dalam penelitian. Dari 11 bank
syariah yang ada ternyata hanya sembilan bank umum syariah yang berhasil
memenuhi kriteria. Selanjutnya nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), nilai
tengah (median), dan standar deviasi () dari masing-masing variabel penelitian
dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1
Deskriptif Variabel Penelitian
Standar
N Minimum Maksimum Rata-Rata Nilai Tengah Deviasi
Perataan
76 17,84 25,85 22,46 22,75 1,96
Laba
Jumlah
76 20,37 28,88 26,07 26,27 1,79
Pembiayaan
Risiko
76 0,00 8,86 3,16 3,42 2,02
Pembiayaan
Profitabilitas 76 20,09 26,53 23,79 24,07 1,75
Kecukupan
76 9,04 195,14 35,76 14,68 43,18
Modal
Ukuran
76 11,26 13,64 12,58 12,64 0,63
Perusahaan
Umur
76 4,00 238,00 69,07 27,50 75,41
Perusahaan
Sumber: data sekunder yang diolah, 2012
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.1 tersebut dapat dilihat bahwa
dari 9 perusahaan bank syariah dimana terdapat 76 laporan, digunakan 7 variabel
penelitian. Variabel perataan laba dengan proksi PPAP nilai rata-ratanya (mean)
sebesar 22,46 dengan standar deviasi (SD) sebesar 1,96. Kemudian Variabel
Jumlah Pembiayaan dengan proksi total financing (TF) memiliki Nilai rata-rata
dan standar deviasinya masing-masing sebesar 26,07 dan 1,79. Variabel risiko
pembiayaan dengan proksi non performing financing (NPF) memiliki rata-rata
16
sebesar 3,17 dengan standar deviasi sebesar 2,02. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai NPF pada tahun tersebut masih dalam batas maksimum NPF yang
disyaratkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 5%. Profitabilitas bank syariah,
yang dipresentasikan dengan variabel Earning before taxes and Provisions
(EBTP), memiliki nilai rata-rata 23,79 dengan nilai standar deviasi 1,75.
Selanjutnya juga dapat dilihat bahwa Capital Adequacy Ratio yang memiliki
nilai rata-rata sebesar 35,76. Rata-rata nilai CAR bank-bank syariah jauh lebih
besar dibanding dengan nilai CAR yang disyaratkan oleh Bank Indonesia yaitu
8%. Hal ini menunjukkan bahwa bank syariah telah memiliki modal yang cukup
untuk aktivitas pembiayaannya.
Ukuran perusahaan, yang dipresentasikan dengan variabel Size (log dari
total asset), memiliki nilai rata-rata sebesar 12,58 sedangkan standar deviasinya
adalah sebesar 0,63. Selain itu, juga dapat dilihat variabel umur perusahaan yang
dipresentasikan dengan variabel Age yang diukur dalam satuan bulan
menunjukkan rata-rata umur perusahaan sebesar 69,07 bulan dan standar
deviasinya sebesar 75,41.
2. Uji Multikoliniaritas
Multikolinearitas, salah satunya dapat dilihat dari nilai tolerance dan
lawannya variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance< 0,10 atau sama
17
dengan nilai VIF>10. Hasil pengujian model regresi yang diperoleh menunjukkan
nilai-nilai tolerance dan VIF untuk masing-masing variabel sebagai berikut:
Tabel 4.2
Nilai Tolerance dan VIF
Collinearity Statistics
Variabel
Tolerance VIF
Perataan Laba 0,42 2,40
Jumlah Pembiayaan 0,56 1,80
Risiko Pembiayaan 0,31 3,20
Profitabilitas 0,36 2,78
Kecukupan Modal 0,12 8,10
Ukuran Perusahaan 0,39 2,55
Sumber: data sekunder yang diolah, 2012
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (DW
test). Dari hasil pengujian (lihat tabel model summary pada lampiran) diperoleh
nilai DW (d) sebesar 2,09. Sedangkan nilai du menurut tabel untuk sampel (n)
76 dengan variabel independen 6 (k=6) adalah 1,80 , sehingga didapat nilai du < d
< 4 du. Nilai ini merupakan syarat tidak terjadinya autokorelasi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan uji glejser. Uji Glejser dilakukan dengan cara
meregresi nilai absolut dari nilai residual terhadap variabel X (variabel bebas)
yang diperkirakan mempunyai hubungan yang erat dengan i2. hasil uji
heteroskedastisitas (uji Glejser) dapat ditunjukkan dalam tabel 4.4 sebagai berikut:
18
Tabel 4.3
T kritis Hasil uji Glejser
Variabel T kritis Sig.
Berdasar hasil yang ditunjukkan dalam tabel 4.3 tersebut nampak bahwa
semua variabel bebas menunjukkan hasil yang tidak signifikan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa semua variabel bebas tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas
dalam varian kesalahan.
Tabel 4.4
Hasil Uji Signifikansi Simultan
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai F sebesar 54,10 dan nilai signifikansi
sebesar 0,00. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% maka hipotesis diterima
dan terdapat pengaruh yang signifikan dari kelima variabel secara bersama-sama
terhadap variabel PPAP. Dari hasil uji F ini disimpulkan bahwa variabel jumlah
19
pembiayaan, risiko pembiayaan, profitabilitas, kecukupan modal, ukuran, dan
umur perusahaan secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang berarti
terhadap PPAP atau dengan kata lain model regresi layak untuk diujikan.
Uji Hipotesis
Pertama penelitian fokus pada koefisien Eckel yang sebelumnya telah
banyak digunakan dalam literatur praktik perataan laba. Angka indeks yang
kurang dari 1 diklasifikasi sebagai perata laba (income smoother), lebih besar dari
1 diklasifikasi bukan perata laba (Kustono, 2010). Tabel 4.5 menunjukkan hasil
klasifikasi dari indeks Eckel, sebagai berikut:
Tabel 4.5
Nilai Indeks Eckel
No Nama Bank Indeks Eckel Keterangan
1 Bank Muamalat 0,170 Pelaku perataan laba
2 Bank Mega Syariah 0,652 Pelaku perataan laba
3 Bank Syariah Mandiri 0,310 Pelaku perataan laba
4 Bank BRI Syariah 0,916 Pelaku perataan laba
5 Bank Syariah Bukopin 1,556
6 Bank Panin Syariah 10,05
7 Bank Victoria Syariah 5,979
8 Bank BNI Syariah 0,3 Pelaku perataan laba
9 Bank BCA Syariah 0,689 Pelaku perataan laba
Jumlah Bank pelaku perataan laba 6 (67%)
Jumlah Bank bukan pelaku perataan laba 3 (33%)
Jumlah 9 (100%)
Sumber: data sekunder yang diolah, 2012
20
Hasil pengklasifikasian menggunakan indeks Eckel menunjukkan bahwa 9
bank umum syariah yang diteliti dengan jumlah laporan keuangan sebanyak 76
buah, terdapat 6 bank yang dikategorikan melakukan income smoothing (perataan
laba) dan 3 bank tidak melakukan income smoothing (perataan laba). Nilai indeks
Eckel menjelaskan besarnya koefisien variasi dari variabel yang dihitung
berdasarkan standar deviasi dari masing-masing perubahan laba bersih
perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa bank syariah telah melakukan perataan
laba yang digunakan untuk mengurangi tingkat perubahan laba bersih dalam
periode pelaporannya.
Selanjutnya, Pengujian hipotesis lainnya dilakukan dengan cara menguji
persamaan regresi secara parsial terhadap masing-masing variabel bebas
menggunakan Uji t-test. Uji t ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh secara
parsial (individu) variabel-variabel independen (TF, NPF, EBTP, CAR, SIZE dan
AGE) terhadap variabel perataan laba atau menguji signifikansi konstanta dan
variabel dependen. Hasil statistik t untuk penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.6
Nilai t kritis
Variabel Beta thitung
21
dengan nilai t kritis sebesar -0,67. Sedangkan variabel lainnya signifikan pada
tingkat signifikansi = 0,05; yaitu jumlah pembiayaan (TF) dengan nilai t kritis
sebesar 2,18; dan ukuran perusahaan (Size) dengan nilai t kritis sebesar 4,51.
Kemudian variabel lainnya pada tingkat signifikansi = 0,10; yaitu risiko
pembiayaan (NPF) dengan nilai t kritis sebesar 1,74; dan profitabilitas (EBTP)
dengan nilai t kritis sebesar 1,75.
Dari lampiran H (tabel Coefficients) dapat dilihat nilai konstanta sebesar -
12,27 hal ini mengindikasikan bahwa perataan laba yang diproksikan PPAP
mempunyai nilai sebesar -12,27 apabila variabel independen yang diproksikan
TF, NPF, EBTP, CAR, SIZE, dan AGE dianggap konstan. Untuk melihat
besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya dapat
dilihat dari nilai beta unstandardized coefficient, sedangkan untuk melihat
dominasi variabel independen terhadap variabel dependennya tercermin dalam
beta standardized coefficient.
Dari lampiran H (tabel Coefficients) selanjutnya dapat dianalisis bahwa
variabel yang paling berpengaruh adalah variabel ukuran perusahaan (Size)
dengan koefisien 2,01. Kemudian diikuti oleh variabel jumlah pembiayaan (Total
financing) dengan koefisien sebesar 0,19; risiko pembiayaan (non performing
financing) dengan koefisien sebesar 0,11; profitabilitas (Earning before taxes and
Provisions) dengan koefisien sebesar 0,18; dan kecukupan modal (Capital
Adequacy Ratio) dengan koefisien 0,00. Sedangkan variabel yang berpengaruh
paling rendah yaitu variabel umur perusahaan (Age) dengan nilai koefisien -0,01.
Dari lampiran H (tabel Coefficients) kemudian juga dapat terlihat bahwa
variabel jumlah pembiayaan (TF), risiko pembiayaan (NPF), profitabilitas
(EBTP), kecukupan modal (CAR), dan ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh
positif terhadap variabel perataan laba yang berarti meningkatnya nilai TF, NPF,
EBTP, CAR, dan Size perusahaan tersebut, sehingga PPAP meningkat. Sedangkan
variabel umur perusahaan Age menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap
perataan laba dan tidak signifikan. Berikut adalah ringkasan hasil uji hipotesis
yang selanjutnya akan dibahas secara lebih detil sebagai berikut:
22
Tabel 4.7
Ringkasan Hasil Uji Hipotesis
23
perbedaan ini adalah adanya peraturan yang diterapkan di Indonesia yang
membiarkan adanya kebijakan yang berbeda dalam pengelolaan laba bank.
Namun demikian, jika ditinjau lebih jauh, peraturan ini meningkatkan
kecenderungan praktik manipulasi yang dapat dilakukan bank, terutama karena
pengukuran risiko ditentukan oleh pihak internal bank syariah.
Keterbatasan
24
1. Periode penelitian yang cukup pendek yaitu tiga tahun (2009-2011)
sehingga kemungkinan hasil penelitian kurang mencerminkan fenomena
yang sesungguhnya.
2. Indeks Eckel sangat rentan dengan perubahan n-1 sebagai penentu
koefisien variasi. Eckel (1981) dalam Kustono (2010), tidak memberikan
batasan apapun mengenai berapa periode instrumen yang dikembangkan
sehingga hasilnya bisa dinilai optimal. Ketiadaan batasan ini memberikan
keleluasaan peneliti untuk menentukan periode yang dipergunakan.
Keleluasaan tersebut kemudian menimbulkan konsekuensi hasil dan
simpulan studi yang tidak reliabel.
3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini belum menggunakan
komponen current accruals dan noncurrent accruals yang selama ini
menjadi salah satu cara untuk mendeteksi adanya manajemen laba yang
sulit dideteksi melalui manipulasi kebijakan akuntansi yang berkaitan
dengan akrual, misalnya nilai akrual diskresioner.
Saran
1. Menggunakan sampel periode keuangan triwulanan yang lebih banyak lagi
yang dianggap lebih reliabel dari indeks Eckel yang selama ini digunakan.
berikutnya.
25
Daftar Pustaka
Ahmed, A.S., Takeda, C. and Thomas, S. (1999), Bank Loan Loss Provisions: A
Reexamination of Capital Management, Earnings Management and
Signaling Effects, Journal of Accounting and Economics, Vol. 28 No. 1, pp.
1-25.
Assih, Prihat dan Gudono (2000), Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan
Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar
di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, No. 3, h 17-34
Boulila, Taktak, Neila, Sarra Ben Slama Zouari, Abdelkader Boudriga (2010), Do
Islamic Banks Use Loan Loss Provisions to Smooth Their Result?, Journal
of Islamic Accounting and Business Research Vol. 1 No. 2, 2010
Hendriksen, Eldon S dan Van Breda, Michael F. (2002). Teori Akunting. Buku 2.
Jakarta: Interaksara
26
Masodah, 2007, Praktik Perataan Laba Sektor Industri Perbankan dan Lembaga
Keuangan Lainnya dan Faktoryang Mempengaruhinya, Jurnal Proceeding
Pesat. Vol. 2, h. 16-22
Perez, D., Salas, V. and Saurina, J. (2006), Earnings and Capital Management In
Alternative Loan Loss Provision Regulatory Regimes, Banco De Espana,
No. 0614
Sulistyanto, Sri (2008), Manajemen Laba Teori dan Model Empiris, Jakarta : PT
Grasindo
Sulistyawan, Dedhy, Yeni Januarsi, dan Liza Alvia (2011), Creative Accounting,
Jakarta : Salemba Empat.
Tobing, Winson R.L. dan Nur Ika Anggorowati (2009), Perataan Laba Melalui
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Sektor Perbankan, Jurnal
Akuntabilitas Vol. 9, No. 1, September 2009, h 50-62
Zahara dan Sylvia Veronica Siregar (2009), Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap
Manajemen Laba di Bank Syariah. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.
12, No. 2, Mei 2009.
Zoubi, T.A. and Al-Khazali, O. (2007), Empirical Testing of The Loss Provisions
of Banks In The GCC Region, Managerial Finance, Vol. 33 No. 7, pp. 500-
11.
27
LAMPIRAN
Deskriptif Statistik:
Std.
N Minimum Maximum Mean Median
Deviation
ln_PPAP 76 17,84 25,85 22,46 22,75 1,96
ln_TL 76 20,37 28,88 26,07 26,27 1,79
NPF 76 0,00 8,86 3,16 3,42 2,02
ln_EBTP 76 20,09 26,53 23,79 24,07 1,75
CAR 76 9,04 195,14 35,76 14,68 43,18
SIZE 76 11,26 13,64 12,58 12,64 0,63
AGE 76 4,00 238,00 69,07 27,50 75,41
Correlation
Correlations
PPAP TL EBTP NPF CAR SIZE AGE
Pearson Correlation PPAP 1,000 ,732 ,791 ,630 -,655 ,892 ,652
TL ,732 1,000 ,614 ,455 -,658 ,744 ,532
NPF ,630 ,455 ,550 1,000 -,562 ,635 ,512
EBTP ,791 ,614 1,000 ,550 -,542 ,820 ,613
CAR -,655 -,658 -,542 -,562 1,000 -,736 -,420
SIZE ,892 ,744 ,820 ,635 -,736 1,000 ,749
AGE ,652 ,532 ,613 ,512 -,420 ,749 1,000
Sig. (1-tailed) PPAP . ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
TL ,000 . ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
NPF ,000 ,000 . ,000 ,000 ,000 ,000
EBTP ,000 ,000 ,000 . ,000 ,000 ,000
CAR ,000 ,000 ,000 ,000 . ,000 ,000
SIZE ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 . ,000
AGE ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 .
N PPAP 76 76 76 76 76 76 76
TL 76 76 76 76 76 76 76
NPF 76 76 76 76 76 76 76
NPF 76 76 76 76 76 76 76
CAR 76 76 76 76 76 76 76
SIZE 76 76 76 76 76 76 76
AGE 76 76 76 76 76 76 76
1
b
Variables Entered/Removed
Variables
Remo
Model Variables Entered ved Method
1 AGE, CAR, EBTP, NPF, TL, SIZE . Enter
a. All requested variables entered.
b
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 ,908 ,825 ,809 ,85603 2,094
a. Predictors: (Constant), AGE, CAR, NPF, EBTP, TL, SIZE
b. Dependent Variable: PPAP
b
ANOVA
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
a
1 Regression 237,871 6 39,645 54,102 ,000
Residual 50,562 69 ,733
Total 288,433 75
a. Predictors: (Constant), AGE, CAR, EBTP, NPF, TL, SIZE
b. Dependent Variable: PPAP
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -12,273 4,351 -2,821 ,006
TL ,188 ,086 ,171 2,185 ,032 ,415 2,408
NPF ,114 ,066 ,118 1,743 ,086 ,556 1,799
EBTP ,177 ,101 ,158 1,752 ,084 ,313 3,195
CAR ,003 ,004 ,063 ,745 ,459 ,360 2,775
SIZE 2,008 ,445 ,647 4,510 ,000 ,123 8,099
AGE -,001 ,002 -,054 -,674 ,502 ,392 2,549
a. Dependent Variable: PPAP
2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 76
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,82107479
Most Extreme Absolute ,058
Differences Positive ,054
Negative -,058
Kolmogorov-Smirnov Z ,506
Asymp. Sig. (2-tailed) ,960
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
a
Coefficient Correlations Uji Glejser
Model AGE CAR NPF EBTP TL SIZE
1 Correlations AGE 1,000 -,316 -,140 ,070 -,033 -,537
CAR -,316 1,000 ,241 -,197 ,259 ,487
NPF -,140 ,241 1,000 -,109 ,091 -,117
EBTP ,070 -,197 -,109 1,000 -,063 -,572
TL -,033 ,259 ,091 -,063 1,000 -,275
SIZE -,537 ,487 -,117 -,572 -,275 1,000
Covariances AGE 1,395E-6 -8,022E-7 -6,129E-6 4,731E-6 -1,902E-6 ,000
CAR -8,022E-7 4,630E-6 1,922E-5 -2,417E-5 2,711E-5 ,000
NPF -6,129E-6 1,922E-5 ,001 ,000 ,000 -,001
EBTP 4,731E-6 -2,417E-5 ,000 ,003 ,000 -,008
TL -1,902E-6 2,711E-5 ,000 ,000 ,002 -,003
SIZE ,000 ,000 -,001 -,008 -,003 ,063
a. Dependent Variable: abs_res
a
Collinearity Diagnostics
3
a
Collinearity Diagnostics
Variance Proportions
Model Dimension (Constant) TL EBTP NPF CAR SIZE AGE
1 1 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00
2 ,00 ,00 ,00 ,02 ,14 ,00 ,06
3 ,00 ,00 ,00 ,04 ,16 ,00 ,47
4 ,00 ,00 ,00 ,89 ,20 ,00 ,02
5 ,01 ,40 ,54 ,03 ,01 ,00 ,02
6 ,17 ,57 ,19 ,00 ,16 ,03 ,07
7 ,82 ,02 ,26 ,01 ,33 ,97 ,35
a. Dependent Variable: PPAP
a
Residuals Statistics
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 19,0051 25,3270 22,4638 1,78090 76
Std. Predicted Value -1,942 1,608 ,000 1,000 76
Standard Error of Predicted ,151 ,511 ,250 ,071 76
Value
Adjusted Predicted Value 18,9193 25,4402 22,4594 1,78448 76
Residual -1,89738 1,81878 ,00000 ,82107 76
Std. Residual -2,216 2,125 ,000 ,959 76
Stud. Residual -2,283 2,211 ,002 1,007 76
Deleted Residual -2,02080 1,96949 ,00437 ,90596 76
Stud. Deleted Residual -2,357 2,277 ,000 1,019 76
Mahal. Distance 1,356 25,777 5,921 4,440 76
Cook's Distance ,000 ,163 ,015 ,023 76
Centered Leverage Value ,018 ,344 ,079 ,059 76
a. Dependent Variable: PPAP
b
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 ,247 ,061 -,021 ,48304 2,239
a. Predictors: (Constant), AGE, CAR, NPF, EBTP, TL, SIZE
4
a
Coefficients Hasil Uji Glejser
Standardize
d
Coef
ficie
Unstandardized Coefficients nts Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 3,144 2,455 1,281 ,205
TL ,034 ,049 ,127 ,703 ,485 ,415 2,408
EBTP ,014 ,057 ,051 ,244 ,808 ,313 3,195
NPF ,002 ,037 ,010 ,067 ,947 ,556 1,799
CAR ,000 ,002 -,028 -,143 ,887 ,360 2,775
SIZE -,294 ,251 -,388 -1,170 ,246 ,123 8,099
AGE -1,896E-5 ,001 -,003 -,016 ,987 ,392 2,549
a. Dependent Variable: abs_res
5
6