You are on page 1of 33

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERATAAN LABA

PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF:


(Praktik Manajemen Laba pada Perbankan Syariah di Indonesia)

Rizky Syahfandi
Siti Mutmainah, SE., MSi., Akt.

ABSTRACT

The objectives of this study are to examine whether islamic banks in


Indonesia do earning management with income smoothing through manipulating
the amount of loan loss provisions along with influenced factors. Dependent
variable used in this study is the loan loss provisions (LLP). Independent
variables used in this study the total of islamic credit/financing, profitability (the
amount of earning before taxes and provisions/EBTP) and credit risk (non
performing financing/NPF) ratio.
Object studied in this research is islamic banks which is the Sharia
Commercial Banks registered in the Central bank of Republic Indonesia year
2009-2011. The Sample was selected using purposive sampling method and
obtained nine banks being sampled. Eckels koefficient was used as a tool to
identify income smoothing practice. Subsequently performed descriptive statistics
and regression analysis to test each hypothesis.
The result showed that islamic banks do earning management with income
smoothing practice. Furthermore, three independent variables significantly and
positively affected the dependent variables. These can be concluded that all the
Hypothesize (H1, H2, H3 and H4) was accepted.

Key words: earning management, income smoothing, islamic banks, islamic


accounting, index Eckels

1
I. PENDAHULUAN
Bank syariah sebagai lembaga keuangan yang bergerak atas dasar prinsip-
prinsip ajaran Islam, tidak seharusnya melakukan aktivitas rekayasa dalam bentuk
apapun, termasuk dalam hal pelaporan keuangan, yang merupakan media
informasi bagi para penggunanya dan alat penilaian oleh Pemerintah dan Bank
Indonesia. Adanya aktivitas rekayasa dengan manajemen laba yang sering
dilakukan sektor perbankan konvensional di Indonesia diharapkan tidak ikut
mempengaruhi sektor perbankan syariah yang baru berkembang di Indonesia.
Meskipun demikian, pesatnya perkembangan bank syariah yang melebihi bank
konvensional menimbulkan pertanyaan, apakah juga terdapat manajemen laba
dalam bank syariah.
Salah satu tindakan manajemen atas laba yang dapat dilakukan adalah
tindakan income smoothing (perataan laba). Dalam hal ini perataan laba
menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi
abnormal laba dalam batas-batas yang diizinkan dalam praktek akuntansi dan
prinsip manajemen yang wajar. Jika laba yang dihasilkan tidak stabil atau terus
berfluktuasi, maka kinerja manajer akan dipertanyakan dan akan berakibat buruk
bagi nama baik perusahaan. Oleh karena itu, manajer dapat melakukan perataan
laba. Menurut Sulistyawan, dkk. (2011), perataan laba dilakukan dengan rekayasa
keuangan yang secara hukum dan akuntansi dapat dibenarkan dengan cara
memanfaatkan kelemahan standar akuntansi ataupun aturan yang berlaku.
Pada umumnya, baik bank syariah maupun bank konvensional merupakan
salah satu lembaga keuangan yang memberikan alternatif sumber dana bagi
masyarakat, baik digunakan untuk pembiayaan jangka pendek maupun jangka
panjang. Bank syariah menggunakan mekanisme pembiayaan dan investasi yang
berbeda dengan bank konvensional (Yaya, dkk., 2009). Hal ini berkaitan erat
dengan jenis aset yang digunakan untuk tiap kredit/pembiayaan. Aset bank
syariah secara umum dapat dibagi atas asset yang didanai oleh modal sendiri
dan/atau kewajiban dan hutang (wadiah, qardh, dan sejenisnya), dan asset yang
didanai oleh rekening bagi hasil (Profit and loss sharing investment account atau
mudharabah).

2
Aset pembiayaan tersebut tidak terlepas dari adanya risiko-risiko yang
mungkin terjadi. Untuk mengantisipasi risiko tersebut, bank harus menetapkan
cadangan terhadap kerugian yang mungkin timbul dari kerugian kredit di masa
depan. Bank Indonesia mengharuskan bank syariah untuk membentuk cadangan
umum penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) sekurang-kurangnya
sebesar 1% (satu perseratus) dari seluruh Aset Produktif yang digolongkan lancar
(tidak termasuk sertifikat wadiah Bank Indonesia dan surat utang Pemerintah).
Selain itu bank syariah juga diwajibkan membentuk cadangan khusus seperti yang
tertera dalam pasal dua ayat tiga pada PBI Nomor 5/9/PBI/2003 tentang
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Bagi Bank Syariah.
Tujuan awal penggunaan PPAP adalah sebagai alat penerapan prinsip
kehati-hatian (prudential banking). PPAP dibentuk sebagai salah satu akun kontra
aset. PPAP menunjukkan jumlah kerugian yang diperkirakan atas saldo pinjaman
atau investasi yang belum diselesaikan. Dalam laporan keuangan, PPAP harus
dicantumkan dalam laporan laba rugi sebagai salah satu beban yang ditanggung
bank pada tiap periode pelaporan keuangan. Artinya PPAP memiliki nilai yang
signifikan dalam laporan keuangan dan merupakan area yang memiliki potensi
untuk dimanipulasi oleh para manajer (Tobing dan Nur, 2009).
Penggunaan PPAP untuk perataan laba didasari atas fakta bahwa perubahan
terhadap PPAP tidak menimbulkan dampak terhadap arus kas sehingga arus kas
tidak terpengaruh, serta PPAP merupakan pretax tem, sehingga jika nilai PPAP
mengalami perubahan, akan berpengaruh pada nilai laba bersih yang dihasilkan
atau jumlah pajak yang dibayarkan. Meskipun demikian, pembentukan PPAP
didasarkan pada undang-undang yang berlaku (Tobing dan Nur, 2009).
Dalam kasus perbankan syariah, masih sedikit penelitian yang menguji
hipotesis perataan laba meskipun bank syariah memiliki karakteristik lingkungan
yang unik (Boulila, et al., 2010). Pertama, bank syariah diatur dengan prinsip-
prinsip Islam (syariat) yang menggunakan mekanisme pembagian risiko di antara
para investor. Kedua, regulasi yang berhubungan dengan akuntansi syariah tidak
membatasi penggunaan dynamic provisioning, sehingga bank Islam memiliki

3
kecenderungan untuk membentuk penyisihan kerugian untuk menyerap kerugian
di masa depan.
Penelitian sebelumnya oleh Zoubi dan Al-Khazali (2007), berhasil
menemukan adanya praktik manajemen laba di bank syariah dengan mekanisme
perataan laba menggunakan PPAP pada di kawasan Gulf Persia. Zahara dan
Veronica (2009) terdapat kecenderungan indikasi praktik manajemen laba lebih
signifikan di bank umum syariah daripada unit usaha syariah, namun hipotesisnya
belum terbukti. Hal ini sejalan dengan penelitian Boulila, et al. (2010) yang juga
tidak menemukan adanya praktik manajemen laba pada bank syariah.
Model ekonometrik yang akan digunakan dalam penelitian ini merujuk
pada penelitian Boulila, et al. (2010), yang sebelumnya juga telah digunakan oleh
Perez, et al. (2008). Perataan laba diproksikan dengan Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (PPAP). Penelitian ini menggunakan instrumen yang sama
yaitu jumlah pembiayaan dengan proksi total financing (TF), risiko pembiayaan
dengan proksi (non performing financing), dan profitabilitas dengan proksi
Earnings Before Taxes and Provisions (EBTP) sebagai variabel independen.
Adanya praktik rekayasa dengan perataan laba menggunakan instrumen
PPAP yang sering dilakukan sektor perbankan konvensional di Indonesia
diharapkan tidak ikut mempengaruhi sektor perbankan syariah yang baru
berkembang di Indonesia. Meskipun demikian, pesatnya perkembangan bank
syariah yang melebihi bank konvensional menimbulkan pertanyaan, apakah juga
terdapat manajemen laba dalam bank syariah.
Berdasarkan acuan penelitian yang digunakan dan uraian latar belakang
masalah di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah bank
syariah Indonesia melakukan praktik perataan laba (income smoothing), dan
adakah pengaruh dari faktor jumlah pembiayaan (total financing), risiko
pembiayaan (non performing financing), dan profitabiliitas (earning before taxes
and provisions) terhadap perataan laba.

4
II. TELAAH TEORI
Teori Agency
Konsep teori keagenan menurut Anthony dan Govindarajan (1995) dalam
Pudyastuti (2009) adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agen.
Masalah keagenan (agency problem) muncul ketika principal kesulitan untuk
memastikan bahwa agen bertindak untuk memaksimalkan kesejahteraan principal
(Budiono, 2005, dalam Pudyastuti, 2009). Manajemen bersikap tidak
membedakan terhadap risiko, sedangkan pemilik menghindari risiko, tetapi
manajemen dan bukan pemilik yang menanggung risiko dengan bayaran tertentu
(Hendriksen dan Van Breda, 2002).
Agen mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri,
lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan principal tidak
mempunyai informasi yang cukup tentang kinerja agen. Ketika tidak semua
keadaan diketahui oleh semua pihak dan sebagai akibatnya, ketika konsekuensi-
konsekuensi tertentu tidak dipertimbangkan oleh pihak-pihak tersebut, hal ini
mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi (information asymmetries)
yang dimiliki oleh principal dan agen.
Asimetri informasi antara manajemen (agen) dengan pemilik (principal)
dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba
(earnings management) dalam rangka menyesatkan pemilik mengenai kinerja
ekonomi perusahaan (Ujiyanto dan Pramuka, 2007). Namun dalam konteks
penelitian ini asimetri informasi yang digunakan untuk melakukan manajemen
laba dapat menyesatkan pengguna informasi keuangan dalam rangka menentukan
apakah bank syariah tersebut sehat dan layak untuk beroperasi.
Implikasi teori agensi terhadap penelitian ini dipertimbangkan dapat
menjelaskan bagaimana bank syariah sebagai agen tidak terlepas dari praktik
manajemen laba. Bank syariah berusaha menunjukkan kepada publik maupun
stakeholder bahwa bank syariah telah melaksanakan tugas dan fungsinya dengan
tepat, sehingga bank syariah dinilai baik oleh para principal.

5
Akuntansi Perbankan Syariah
Berdasarkan Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah bab 1 pasal 1, perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan
bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank
pembiayaan syariah.
Adapun prinsip-prinsip syariah yang dimaksud, mengacu pada prinsip-
prinsip hukum muamalah yang berdasarkan fatwa-fatwa yang dirumuskan oleh
mayoritas ulama atau oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan
fatwa di bidang syariah. Dalam hukum muamalah, ulama-ulama telah
mengidentifikasikan dan menfatwakan beberapa jenis transaksi yang dilarang oleh
islam. Pelarangan tersebut pada umumnya disebabkan oleh tiga hal. Yang
pertama, karena mengandung barang atau jasa yang diharamkan (bathil). Kedua,
karena mengandung sistim dan prosedur memperoleh keuntungan yang
diharamkan (riba, maysir, gharar, tadlis). Yang ketiga, karena tidak sahnya akad
yang dilakukan (Yaya, dkk., 2009).
Karakteristik akuntansi syariah memiliki banyak kesamaan dengan konsep
akuntansi pada umumnya. Selain memiliki tujuan yang sama, akuntansi syariah
juga memiliki karakteristik kualitatif informasi yang sama dengan akuntansi
umum. Prinsip utama yang membedakan keduanya adalah adanya aturan syariah
yang harus dipatuhi dalam akuntansi syariah.
Untuk menjamin terlaksananya prinsip syariah dalam aktifitas perbankan
syariah terdapat salah satu pihak terafiliasi yaitu Dewan Pengawas Syariah (DPS).
Dewan inilah sebagai pihak yang bertanggungjawab atas informasi tentang
kepatuhan pengelola bank akan prinsip syariah (UU 21 tahun 2008 pasal 1 ayat
15). Adanya DPS yang merupakan institusi internal independen yang khusus
dalam pengawasan bank syariah juga menjadi salah satu hal yang membedakan
bank syariah dengan bank konvensional pada umumnya.

6
Penelitian ini fokus hanya pada perataan laba yang dihasilkan dari
pengelolaan cadangan PPAP untuk empat jenis pembiayaan utama yang dilakukan
bank syariah, yaitu pembiayaan dalam bentuk murabahah, musyarakah dan
mudharabah dan istishna. Hal ini didasarkan pada penelitian sebelumnya oleh
Zoubi dan Al-Khazali (2007), yang menemukan adanya praktik manajemen laba
di kawasan Gulf Persia pada keempat mekanisme pembiayaan tersebut.

Perataan Laba pada Penyisihan Penghapusan Produktif


Salah satu pola atau tindakan manajemen atas laba yang kerap dilakukan
yaitu income smoothing (perataan laba). Assih dan Gudono (2000) menyatakan
bahwa income smoothing adalah cara pengurangan dalam variabilitas laba selama
sejumlah periode tertentu atau dalam satu periode, yang mengarah tingkat yang
diharapkan atas laba yang dilaporkan. Senada dengan hal tersebut, Kustono
(2010) juga menjelaskan bahwa income smoothing merupakan suatu cara yang
digunakan manajemen untuk mengurangi variabilitas arus laba laporan relatif
pada arus laba yang diinginkan pada periode-periode yang berurutan.
Dalam perbankan, konsep income smoothing lebih dikenal dengan istilah
dinamic provisioning yang merupakan penyangga yang digunakan bank dalam
mengatasi masa-masa sulitnya dengan menciptakan penyangga pada masa-masa
baiknya. Keberadaan hal ini meningkatkan daya tahan perbankan, baik individu
maupun secara keseluruhan, meskipun tidak ada jaminan bahwa bank-bank
tersebut dapat mengatasi permasalahan kreditnya (Perez, et al., 2008).
Perataan laba melalui PPAP telah dibuktikan oleh Ahmed, dan Thomas
(1999). Dalam penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa PPAP dipengaruhi oleh
risiko kredit, laba, dan kondisi ekonomi. Risiko kredit merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap PPAP. Kemudian penelitian Lobo dan Yang
(2001), yang membuktikan adanya opportunistic hipothesis, yaitu manajer menggunakan
penyisihan penghapusan aktiva produktif untuk memenuhi regulasi permodalan.
Sedangkan penelitian Boulila, et al. (2010),
Penggunaan PPAP telah bergeser dari tujuan awalnya, yaitu untuk
menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential banking) dalam kegiatannya.

7
Perataan laba menggunakan cadangan (PPAP) bertujuan agar laba yang
dilaporkan perusahaan pada periode berjalan tidak terlalu tinggi atau terlalu
rendah. Cadangan (PPAP) merupakan bagian dari modal tambahan yang termasuk
bagian yang penting dan sah dari modal dasar suatu bank. Hingga pada saat
apabila menginginkan labanya menjadi lebih tinggi dari laba sesungguhnya, maka
perusahaan (bank) dapat menggunakan cadangan tersebut untuk mengatur laba
sesuai kepentingannya (Sulistyanto, 2008).

Kerangka Pemikiran dan Hipotesis


Pendekatan teori keagenan (agency theory) menyatakan bahwa praktek
earnings management dipengaruhi oleh konflik antara kepentingan manajemen
(agent) dan pemilik (principal) yang timbul karena setiap pihak berusaha untuk
mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya
(Sulistyanto, 2008). Adanya Ketidakseimbangan informasi atau asimetri informasi
dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agen mendorong agen
untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama
jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen.
Berdasarkan PSAK no 101 tentang Akuntansi Bank Syariah, diambil asumsi
dasar konsep akuntansi bank syariah sama dengan asumsi dasar konsep akuntansi
keuangan secara umum yaitu konsep kelangsungan usaha (going concern) dan
dasar akrual. Basis akrual secara khusus digunakan dalam pencatatan beban,
sedang untuk pendapatan harus dilakukan secara hati-hati tergantung dari opini
dewan syariah setempat apakah menggunakan dasar kas atau akrual. Penggunaan
dasar kas mengacu pada prinsip kehati-hatian yang berlandaskan ajaran Islam
yang mengatakan bahwa apa yang akan terjadi esok hari adalah ghaib sehingga
tidak seharusnya mengakui pendapatan (rezeki) sebelum nyatanyata berbentuk
aliran kas yang secara riil masuk ke bank (Baraba, 2010).
Padahal selama ini prinsip dasar akrual sering digunakan untuk
kepentingan manajemen laba (akrual ini disebut akrual kelolaan atau akrual
diskresioner). Konsep akrual ini memungkinkan dilakukannya rekayasa laba atau
earning management oleh manajer untuk menaikkan atau menurunkan angka

8
akrual dalam laporan laba rugi (Masodah, 2007). Perekayasaan laba juga dapat
dilakukan dengan mendistorsi laba dengan cara menggeser periode pengakuan
biaya dan pendapatan (Tobing dan Nur, 2009). Berdasarkan hal-hal tersebut di
atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Bank syariah melakukan praktik manajemen laba dengan
menggunakan pola perataan laba (income smoothing).

Penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) merupakan salah satu


akun dalam perbankan yang memiliki kecenderungan manipulasi yang cukup
besar. Nilai penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) mengukur tingkat
efisiensi dan biaya bank dalam membentuk penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAP) untuk menutup kemungkinan risiko yang terjadi karena tidak
tertagihnya fasilitas kredit atau bentuk investasi aktiva produktif lain. Semakin
besar PPAP berarti semakin besar estimasi terhadap timbulnya kredit yang
bermasalah sekalipun di pihak lain hal ini mencerminkan kemampuan bank untuk
menanggulangi kemungkinan tersebut.
Jumlah pembiayaan dan risiko pembiayaa yang merupakan komponen non-
discretionary dari objek perataan laba yaitu PPAP. Pada awalnya semua kredit
adalah kredit lancar, maka PPAP dihitung sebagai persentase tertentu terhadap
total kredit. Kemudian kalau kredit berkembang sehingga ada yang kurang lancar,
maka terhadap yang kurang lancar tersebut perlu disisihkan PPAP yang lebih
besar, begitu seterusnya sehingga untuk kredit yang sudah digolongkan sebagai
kredit macet, PPAP yang disisihkan adalah sebesar 100% dari jumlah debet yang
macet (Dunil, 2005).
Total kredit (total financing/ TF) adalah jumlah pembiayaan syariah
terhadap dan juga merupakan proxy untuk profil jumlah pembiayaan bank. Total
pembiayaan (TF) dapat menunjukkan adanya implementasi dinamic provisioning
yang dilakukan oleh bank syariah. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian iini adalah:
H2 : Jumlah pembiayaan (Total financing) berpengaruh positif
terhadap perataan laba yang diproksikan dengan Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

9
Secara konsep teori Non performing financing (NPF) merupakan salah satu
pengukuran dari rasio risiko usaha bank yang menunjukkan besarnya resiko kredit
bermasalah yang ada pada suatu bank (Iqbal dan Abbas, 2007). Risiko
Pembiayaan yang diproksikan dengan non performing financing (NPF),
merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
mencegah resiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. NPF
mencerminkan resiko kredit, semakin kecil NPF semakin kecil pula resiko kredit
yang ditanggung pihak bank. Bank dengan risiko kredit yang tinggi akan
memperbesar biaya, baik pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya,
sehingga berpotensi terhadap kerugian bank (Mawardi, 2005). Berdasarkan hal
tersebut di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian iini adalah:
H3 : Risiko pembiayaan (Non performing financing) berpengaruh
positif terhadap perataan laba yang diproksikan dengan
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Profitabilitas digunakan untuk melihat insentif yang dilakukan bank syariah


untuk melakukan perataan laba dengan mekanisme PPAP. Menurut Tobing dan
Nur (2009), jika bank memiliki kinerja yang bagus di tahun ini dan memprediksi
kinerja yang tidak baik di waktu yang akan datang (good-poor), maka manajer
bank akan menyimpan laba tahun ini untuk digunakan di waktu yang akan datang
dengan cara mengurangi laba melalui peningkatan beban PPAP. sedangkan jika
bank memiliki kinerja yang tidak baik di tahun ini dan memprediksi kinerja yang
baik di waktu yang akan datang (poor-good), maka bank akan meningkatkan laba
tahun ini dengan cara meminjam laba masa depan melalui penurunan beban
PPAP. Selain itu, adanya kebutuhan akan pendanaan dari pihak eksternal juga
menjadi salah satu faktor bagi manajer bank untuk melakukan perataan laba.
EBTP (Earning Before Taxes and Provisions) merupakan variabel laba
operasi bersih sebelum pajak dan cadangan bank i pada periode t, dinormalisasi
dengan total aset. EBTP menunjukkan kemampuan bank menghasilkan laba dari
aktivitas operasionalnya. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:

10
H4 : Profitabilitas (Earnings Before Taxes and Provisions)
berpengaruh positif terhadap perataan laba yang diproksikan
dengan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Untuk membantu dalam memahami penelitian ini, diperlukan adanya suatu


kerangka pemikiran. Dari landasan teori yang telah diuraikan sebelumnya,
disusun hipotesis yang merupakan alur pemikiran dari penelitian ini, kemudian
digambarkan dalam kerangka teoritis yang disusun sebagai berikut:

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Total Pembiayaan
(Total financing) +
Risiko pembiayaan Perataan Laba
+
(NPF) (Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif)
Profitabilitas +
(EBTP)

III. MODEL PENELITIAN


Data dan Sampel Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari media elektronik. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal
dari laporan keuangan bank umum syariah (BUS) triwulanan selama periode
Maret 2009 sampai dengan September 2011, yang dapat diakses langsung melalui
situs Bank Indonesia (www.bi.go.id) atau situs-situs bank perusahaan sampel.
Periode ini dipilih karena implementasi undang-undang bank syariah di Indonesia
sesuai dengan Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah
mulai diterapkan pada tahun 2008. Pengambilan sampel dilakukan secara
purposive sampling agar mendapat sampel sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
Adapun syarat sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

11
1. Bank umum syariah skala nasional yang mempublikasikan laporan
keuangan triwulanan untuk periode Maret 2009 sampai dengan
September 2011 yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).
2. Data laporan keuangan tersedia lengkap secara keseluruhan dan di
dalamnya terdapat data yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu Total
pembiayaan (Total financing), NPF (Non Performing Loan), EBTP
(Earning Before Tax and Provision), PPAP (Penyisihan penghapusan
aktiva produktif), Rasio CAR (Capital adequacy Ratio), total asset,
dan umur bank syariah yang terpublikasi periode Desember 2008
sampai dengan September 2011.

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel dependen dan
variabel independen. Selain itu , dalam variabel independen juga terdapat variabel
kontrol.

Variabel dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perataan
laba (income smoothing) yang diproksikan dengan penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAP). Nilai PPAP didapat langsung dari laporan keuangan publikasi
bank syariah. Nilai PPAP pada laporan keuangan triwulanan bank bersifat
progresif, dalam arti laporan keuangan triwulanan yang disampaikan adalah
laporan perkembangan tiga bulanan selama satu tahun. Oleh karena itu nilai dari
variabel ini menggunakan selisih dari periode tersebut dengan periode
sebelumnya.

Variabel Independen
Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada
penelitian Boulila et al, (2010) yang sebelumnya juga telah digunakan oleh
Perez et al. (2008), yaitu jumlah pembiayaan yang diproksikan dengan total

12
financing (TF), risiko pembiayaan yang diproksikan dengan Non Performing
Financing (NPF), dan profitabilitas bank syariah yang diproksikan dengan
Earnings Before Taxes and Provisions (EBTP). Nilai TF pada laporan keuangan
triwulanan bank bersifat progresif, dalam arti laporan keuangan triwulanan yang
disampaikan adalah laporan perkembangan tiga bulanan selama satu tahun. Oleh
karena itu nilai dari variabel ini menggunakan selisih dari periode tersebut dengan
periode sebelumnya. Profitabilitas yang diproksikan dengan Earning before tax
and provision juga diperoleh dengan cara yang sama kecuali untuk periode bulan
Maret.
Total pembiayaan (TF) digunakan dengan tujuan agar dapat menunjukkan
adanya implementasi dinamic provisioning yang dilakukan oleh bank syariah. TF
merupakan total pembiayaan yang diberikan bank syariah, atau dirumuskan
sebagai berikut:

TL = Total Piutang Syariah + Total Pembiayaan Syariah

Piutang Syariah = Piutang Murabahah + Piutang Istishna


Pembiayaan Syariah = Pembiayaan Musyarakah + Pembiayaan Mudharabah

NPF digunakan untuk mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPF


semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Bank dengan NPF
yang tinggi akan memperbesar biaya, baik pencadangan aktiva produktif maupun
biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank (Mawardi, 2005).
Variabel ini sudah tercantum dari laporan keuangan publikasi bank.
Selanjutnya, variabel profitabilitas diukur dengan menggunakan EBTP
(earning before taxes and provisions). EBTP digunakan untuk melihat insentif
yang dilakukan bank syariah untuk melakukan perataan laba dengan mekanisme
PPAP. Ketika bank syariah menerima pendapatan yang tinggi, maka bank akan
cenderung meningkatkan jumlah cadangannya, demikian juga sebaliknya. EBTP
merupakan variabel laba operasi bersih sebelum pajak dan cadangan bank dan
juga zakat. Variabel ini didefinisikan sebagai berikut:

13
Jumlah Jumlah zakat jumlah
laba yang beban
EBTP = sebelum + + cadangan
dikeluarkan
pajak oleh bank PPAP

Selain itu, dalam model penelitian digunakan tiga variabel kontrol yaitu
kecukupan modal, ukuran bank syariah, dan umur bank syariah. Kecukupan
modal dihitung dengan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) dengan cara
membagi total modal dengan total aktiva tertimbang menurut risiko berdasarkan
ketentuan kewajiban penyediaan modal minimum yang berlaku. Variabel ini juga
juga telah tercantum dalam laporan keuangan publikasi bank. Selanjutnya variabel
ukuran perusahaan dihitung dengan cara me-logaritma total aset bank syariah.
Sedangkan umur bank syariah diukur dengan menghitung lama berdirinya bank
syariah tersebut dalam satuan bulan.

Model Penelitian
Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis melalui beberapa tahap.
Pertama, analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui dispersi dan
distribusi data. Kemudian uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji kelayakan
model regresi yang selanjutnya akan digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian. Selanjutnya untuk menentukan bank syariah yang melakukan perataan
laba, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap variabilitas dari objek
perataan laba, yaitu perbandingan koefisien variasi dari perubahan laba bersih (net
income) dengan koefisien variasi dari perubahan jumlah pendapatan operasional
(total sales). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan koefisien Eckel
seperti yang dilakukan dalam penelitian sebelumya oleh Boulila, et al. (2010).
Koefisien Eckel dihitung dengan cara membagi nilai dari standar deviasi
tingkat perubahan laba dengan nilai rata-rata jumlah laba bersih (EBTP) dari tiap-
tiap bank syariah. Dalam Masodah (2007), perataan laba juga diukur dengan
indeks Eckel yang dijelaskan sebagai berikut:

CV I
Indeks Eckel =
CV S

14
CV S dan CV I dapat dihitung sebagai berikut:

( X - X )2
CV X =
n-1
: X

Keterangan :

CV I = Koefisien varian untuk perubahan laba

CV S = Koefisien varian untuk perubahan pendapatan operasional


CV = Koefisien varian
X = Perubahan X antara tahun n dengan tahun n-1
X = Rata-rata dari perubahan X
n = Jumlah Periode yang diamati

Kemudian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi objek


perataan laba digunakan analisis regresi linear berganda. Adapun bentuk model
ekonometrik yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada studi Pe'rez, et
al. (2008), dan Boulila, et al. (2010). Model tersebut dirumuskan sebagai berikut :

PPAPit = + 1 TFit + 2 NPFit + 3 EBTPit + 4 CARit - 5 SIZEit - 6 AGEit +

Keterangan:
PPAP = Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif umum dan khusus pada
bank i selama periode triwulan t
TF = Total pembiayaan syariah yang diberikan pada bank i selama
periode triwulan t
NPF = Rasio Non Performin Financing (kredit macet)
EBTP = Total pendapatan sebelum dikurangi pajak dan zakat pada bank i
selama periode triwulan t
CAR = Rasio kecukupan modal
SIZE = Logaritma dari total asset
AGE = Umur Bank Syariah

15
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran atau
deskripsi masing-masing variabel yang terkait dalam penelitian. Dari 11 bank
syariah yang ada ternyata hanya sembilan bank umum syariah yang berhasil
memenuhi kriteria. Selanjutnya nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), nilai
tengah (median), dan standar deviasi () dari masing-masing variabel penelitian
dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1
Deskriptif Variabel Penelitian
Standar
N Minimum Maksimum Rata-Rata Nilai Tengah Deviasi
Perataan
76 17,84 25,85 22,46 22,75 1,96
Laba
Jumlah
76 20,37 28,88 26,07 26,27 1,79
Pembiayaan
Risiko
76 0,00 8,86 3,16 3,42 2,02
Pembiayaan
Profitabilitas 76 20,09 26,53 23,79 24,07 1,75
Kecukupan
76 9,04 195,14 35,76 14,68 43,18
Modal
Ukuran
76 11,26 13,64 12,58 12,64 0,63
Perusahaan
Umur
76 4,00 238,00 69,07 27,50 75,41
Perusahaan
Sumber: data sekunder yang diolah, 2012

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.1 tersebut dapat dilihat bahwa
dari 9 perusahaan bank syariah dimana terdapat 76 laporan, digunakan 7 variabel
penelitian. Variabel perataan laba dengan proksi PPAP nilai rata-ratanya (mean)
sebesar 22,46 dengan standar deviasi (SD) sebesar 1,96. Kemudian Variabel
Jumlah Pembiayaan dengan proksi total financing (TF) memiliki Nilai rata-rata
dan standar deviasinya masing-masing sebesar 26,07 dan 1,79. Variabel risiko
pembiayaan dengan proksi non performing financing (NPF) memiliki rata-rata

16
sebesar 3,17 dengan standar deviasi sebesar 2,02. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai NPF pada tahun tersebut masih dalam batas maksimum NPF yang
disyaratkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 5%. Profitabilitas bank syariah,
yang dipresentasikan dengan variabel Earning before taxes and Provisions
(EBTP), memiliki nilai rata-rata 23,79 dengan nilai standar deviasi 1,75.
Selanjutnya juga dapat dilihat bahwa Capital Adequacy Ratio yang memiliki
nilai rata-rata sebesar 35,76. Rata-rata nilai CAR bank-bank syariah jauh lebih
besar dibanding dengan nilai CAR yang disyaratkan oleh Bank Indonesia yaitu
8%. Hal ini menunjukkan bahwa bank syariah telah memiliki modal yang cukup
untuk aktivitas pembiayaannya.
Ukuran perusahaan, yang dipresentasikan dengan variabel Size (log dari
total asset), memiliki nilai rata-rata sebesar 12,58 sedangkan standar deviasinya
adalah sebesar 0,63. Selain itu, juga dapat dilihat variabel umur perusahaan yang
dipresentasikan dengan variabel Age yang diukur dalam satuan bulan
menunjukkan rata-rata umur perusahaan sebesar 69,07 bulan dan standar
deviasinya sebesar 75,41.

Uji Asumsi Klasik


1. Uji Normalitas Data
Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan uji statistik
Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian statistik One Sample Kolmogorov-
Smirnov (lihat tabel one sample Kolmogorov-Smirnov pada lampiran)
menunjukkan nilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,62; dan asymp. sig. sebesar
0,82. Artinya nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan nilai residual terdistribusi normal atau memenuhi syarat uji
normalitas.

2. Uji Multikoliniaritas
Multikolinearitas, salah satunya dapat dilihat dari nilai tolerance dan
lawannya variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance< 0,10 atau sama

17
dengan nilai VIF>10. Hasil pengujian model regresi yang diperoleh menunjukkan
nilai-nilai tolerance dan VIF untuk masing-masing variabel sebagai berikut:

Tabel 4.2
Nilai Tolerance dan VIF

Collinearity Statistics
Variabel
Tolerance VIF
Perataan Laba 0,42 2,40
Jumlah Pembiayaan 0,56 1,80
Risiko Pembiayaan 0,31 3,20
Profitabilitas 0,36 2,78
Kecukupan Modal 0,12 8,10
Ukuran Perusahaan 0,39 2,55
Sumber: data sekunder yang diolah, 2012

Tabel 4.2 menunjukkan nilai tolerance untuk semua variabel independen di


atas 0,10 dan nilai VIF untuk semua variabel independen juga di bawah 10. Hal
ini sesuai dengan syarat tidak terjadinya multikolinearitas, sehingga semua
variabel independen tersebut layak digunakan dalam penelitian.

3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (DW
test). Dari hasil pengujian (lihat tabel model summary pada lampiran) diperoleh
nilai DW (d) sebesar 2,09. Sedangkan nilai du menurut tabel untuk sampel (n)
76 dengan variabel independen 6 (k=6) adalah 1,80 , sehingga didapat nilai du < d
< 4 du. Nilai ini merupakan syarat tidak terjadinya autokorelasi.

4. Uji Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan uji glejser. Uji Glejser dilakukan dengan cara
meregresi nilai absolut dari nilai residual terhadap variabel X (variabel bebas)
yang diperkirakan mempunyai hubungan yang erat dengan i2. hasil uji
heteroskedastisitas (uji Glejser) dapat ditunjukkan dalam tabel 4.4 sebagai berikut:

18
Tabel 4.3
T kritis Hasil uji Glejser
Variabel T kritis Sig.

Perataan Laba 0,70 0,48


Jumlah Pembiayaan 0,07 0,95
Risiko Pembiayaan 0,24 0,81
Profitabilitas -0,14 0,89
Kecukupan Modal -1,17 0,25
Ukuran Perusahaan -0,02 0,99
Sumber: data sekunder yang diolah, 2012

Berdasar hasil yang ditunjukkan dalam tabel 4.3 tersebut nampak bahwa
semua variabel bebas menunjukkan hasil yang tidak signifikan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa semua variabel bebas tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas
dalam varian kesalahan.

Uji Signifikansi Simultan


Uji statistik F pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan apakah semua
variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Berikut adalah tabel
hasil uji signifikansi simultan:

Tabel 4.4
Hasil Uji Signifikansi Simultan

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.


Regression 237,87 6 39,64 54,10 0,00a
Residual 50,56 69 0,73
Total 288,43 75
Sumber: data sekunder yang diolah, 2012

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai F sebesar 54,10 dan nilai signifikansi
sebesar 0,00. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 5% maka hipotesis diterima
dan terdapat pengaruh yang signifikan dari kelima variabel secara bersama-sama
terhadap variabel PPAP. Dari hasil uji F ini disimpulkan bahwa variabel jumlah

19
pembiayaan, risiko pembiayaan, profitabilitas, kecukupan modal, ukuran, dan
umur perusahaan secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang berarti
terhadap PPAP atau dengan kata lain model regresi layak untuk diujikan.

Uji Koefisien Determinasi


Kekuatan pengaruh variabel bebas terhadap variasi variabel terikat
dapat diketahui dari besarnya nilai koefisien determinan (R2), yang berada antara
nol dan satu. Nilai adjusted R square diperoleh sebesar 0,81 (lihat lampiran tabel
model summary). Hal ini berarti bahwa hanya 81% variabel perataan laba (PPAP)
dipengaruhi oleh keenam variabel bebas. Sedangkan sisanya, 19% dijelaskan oleh
variabel-variabel lain di luar penelitian.

Uji Hipotesis
Pertama penelitian fokus pada koefisien Eckel yang sebelumnya telah
banyak digunakan dalam literatur praktik perataan laba. Angka indeks yang
kurang dari 1 diklasifikasi sebagai perata laba (income smoother), lebih besar dari
1 diklasifikasi bukan perata laba (Kustono, 2010). Tabel 4.5 menunjukkan hasil
klasifikasi dari indeks Eckel, sebagai berikut:

Tabel 4.5
Nilai Indeks Eckel
No Nama Bank Indeks Eckel Keterangan
1 Bank Muamalat 0,170 Pelaku perataan laba
2 Bank Mega Syariah 0,652 Pelaku perataan laba
3 Bank Syariah Mandiri 0,310 Pelaku perataan laba
4 Bank BRI Syariah 0,916 Pelaku perataan laba
5 Bank Syariah Bukopin 1,556
6 Bank Panin Syariah 10,05
7 Bank Victoria Syariah 5,979
8 Bank BNI Syariah 0,3 Pelaku perataan laba
9 Bank BCA Syariah 0,689 Pelaku perataan laba
Jumlah Bank pelaku perataan laba 6 (67%)
Jumlah Bank bukan pelaku perataan laba 3 (33%)
Jumlah 9 (100%)
Sumber: data sekunder yang diolah, 2012

20
Hasil pengklasifikasian menggunakan indeks Eckel menunjukkan bahwa 9
bank umum syariah yang diteliti dengan jumlah laporan keuangan sebanyak 76
buah, terdapat 6 bank yang dikategorikan melakukan income smoothing (perataan
laba) dan 3 bank tidak melakukan income smoothing (perataan laba). Nilai indeks
Eckel menjelaskan besarnya koefisien variasi dari variabel yang dihitung
berdasarkan standar deviasi dari masing-masing perubahan laba bersih
perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa bank syariah telah melakukan perataan
laba yang digunakan untuk mengurangi tingkat perubahan laba bersih dalam
periode pelaporannya.
Selanjutnya, Pengujian hipotesis lainnya dilakukan dengan cara menguji
persamaan regresi secara parsial terhadap masing-masing variabel bebas
menggunakan Uji t-test. Uji t ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh secara
parsial (individu) variabel-variabel independen (TF, NPF, EBTP, CAR, SIZE dan
AGE) terhadap variabel perataan laba atau menguji signifikansi konstanta dan
variabel dependen. Hasil statistik t untuk penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.6
Nilai t kritis
Variabel Beta thitung

Jumlah pembiayaan 0,19 2,18*


Risiko pembiayaan 0,11 1,74**
Profitabilitas 0,18 1,75**
Kecukupan Modal 0,00 0,74
Ukuran perusahaan 2,01 4,51*
Umur perusahaan -0,01 -0,67
Sumber: data sekunder yang diolah, 2012

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa dari kelima variabel


independen yang diproksikan dengan TF, NPF, EBTP, CAR, SIZE dan AGE
hanya terdapat dua variabel yang tidak signifikan yaitu variabel kecukupan modal
(CAR) dengan nilai t kritis sebesar 0,74 dan variabel umur perusahaan (Age)

21
dengan nilai t kritis sebesar -0,67. Sedangkan variabel lainnya signifikan pada
tingkat signifikansi = 0,05; yaitu jumlah pembiayaan (TF) dengan nilai t kritis
sebesar 2,18; dan ukuran perusahaan (Size) dengan nilai t kritis sebesar 4,51.
Kemudian variabel lainnya pada tingkat signifikansi = 0,10; yaitu risiko
pembiayaan (NPF) dengan nilai t kritis sebesar 1,74; dan profitabilitas (EBTP)
dengan nilai t kritis sebesar 1,75.
Dari lampiran H (tabel Coefficients) dapat dilihat nilai konstanta sebesar -
12,27 hal ini mengindikasikan bahwa perataan laba yang diproksikan PPAP
mempunyai nilai sebesar -12,27 apabila variabel independen yang diproksikan
TF, NPF, EBTP, CAR, SIZE, dan AGE dianggap konstan. Untuk melihat
besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya dapat
dilihat dari nilai beta unstandardized coefficient, sedangkan untuk melihat
dominasi variabel independen terhadap variabel dependennya tercermin dalam
beta standardized coefficient.
Dari lampiran H (tabel Coefficients) selanjutnya dapat dianalisis bahwa
variabel yang paling berpengaruh adalah variabel ukuran perusahaan (Size)
dengan koefisien 2,01. Kemudian diikuti oleh variabel jumlah pembiayaan (Total
financing) dengan koefisien sebesar 0,19; risiko pembiayaan (non performing
financing) dengan koefisien sebesar 0,11; profitabilitas (Earning before taxes and
Provisions) dengan koefisien sebesar 0,18; dan kecukupan modal (Capital
Adequacy Ratio) dengan koefisien 0,00. Sedangkan variabel yang berpengaruh
paling rendah yaitu variabel umur perusahaan (Age) dengan nilai koefisien -0,01.
Dari lampiran H (tabel Coefficients) kemudian juga dapat terlihat bahwa
variabel jumlah pembiayaan (TF), risiko pembiayaan (NPF), profitabilitas
(EBTP), kecukupan modal (CAR), dan ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh
positif terhadap variabel perataan laba yang berarti meningkatnya nilai TF, NPF,
EBTP, CAR, dan Size perusahaan tersebut, sehingga PPAP meningkat. Sedangkan
variabel umur perusahaan Age menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap
perataan laba dan tidak signifikan. Berikut adalah ringkasan hasil uji hipotesis
yang selanjutnya akan dibahas secara lebih detil sebagai berikut:

22
Tabel 4.7
Ringkasan Hasil Uji Hipotesis

H Pernyataan Hasil Pengujian Keputusan


H1 Bank syariah melakukan praktik 6 dari 9 bank umum Diterima
manajemen laba dengan perataan syariah
laba teridentifikasi
sebagai perata laba
H2 Jumlah Pembiayaan (TF) Positif Signifikan Diterima
berpengaruh positif terhadap
perataan laba
H3 Risiko Pembiayaan (NPF) Positif Signifikan Diterima
berpengaruh positif terhadap
perataan laba
H4 Profitabilitas (EBTP) berpengaruh Positif Signifikan Diterima
positif terhadap perataan laba
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2012

Diperolehnya pengaruh positif dari Total financing terhadap perataan laba


yang diproksikan PPAP tersebut memberikan implikasi bahwa perusahaan yang
memiliki jumlah pembiayaan yang tinggi, akan memiliki kecenderungan untuk
melakukan praktik perataan laba yang besar. Pengaruh positif risiko pembiayaan
terhadap perataan laba yang diproksikan PPAP tersebut juga memberikan
implikasi bahwa perusahaan yang memiliki jumlah kredit bermasalah yang tinggi,
akan memiliki kecenderungan untuk melakukan praktik perataan laba yang besar
pula.Kedua hasil ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
Boulila, et al. (2010), Perez et al. (2008), dan Kilic, et al. (2010). Kilic, et al.
(2010) menjelaskan bahwa semakin besar jumlah pembiayaan yang diberikan
suatu bank memiliki kecenderungan untuk mempunyai tingkat cadangan PPAP
yang lebih tinggi.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Perez, et al., (2008), dan Zoubi, dan Al-Khazali (2007). Tetapi, hasil penelitian
ini berbeda dengan hasil penelitian Boulila, et al. (2010) yang menyatakan bahwa
EBTP bukan merupakan salah satu faktor yang signifikan dalam menentukan
jumlah PPAP. Salah satu penjelasan yang mungkin mengenai penyebab terjadinya

23
perbedaan ini adalah adanya peraturan yang diterapkan di Indonesia yang
membiarkan adanya kebijakan yang berbeda dalam pengelolaan laba bank.
Namun demikian, jika ditinjau lebih jauh, peraturan ini meningkatkan
kecenderungan praktik manipulasi yang dapat dilakukan bank, terutama karena
pengukuran risiko ditentukan oleh pihak internal bank syariah.

V. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil uji menggunakan indeks Eckel, dapat disimpulkan
bahwa bank syariah terbukti melakukan praktik perataan laba. Indeks
Eckel berhasil mengidentifikasi adanya 6 dari 9 bank umum syariah di
Indonesia sebagai pelaku perataan laba.
2. Berdasarkan hasil analisis regresi dan pembahasan yang telah
dikemukakan pada bab IV, dapat diambil kesimpulan yaitu ketiga hipotesis
yang dikembangkan dalam model penelitian semuanya diterima.
a. Jumlah pembiayaan (TF) berpengaruh positif terhadap variabel
perataan laba.
b. Risiko pembiayaan (NPF) positif terhadap variabel perataan laba.
c. Profitabilitas (earning before taxes and provisions) berpengaruh
positif terhadap variabel perataan laba.
d. Kecukupan modal (CAR) yang merupakan variabel kontrol tidak
berpengaruh terhadap variabel perataan laba
e. Ukuran perusahaan (Size) yang merupakan variabel kontrol memiliki
pengaruh positif terhadap variabel perataan laba.
f. Umur perusahaan (Age) yang merupakan variabel kontrol tidak
berpengaruh terhadap variabel perataan laba.

Keterbatasan

24
1. Periode penelitian yang cukup pendek yaitu tiga tahun (2009-2011)
sehingga kemungkinan hasil penelitian kurang mencerminkan fenomena
yang sesungguhnya.
2. Indeks Eckel sangat rentan dengan perubahan n-1 sebagai penentu
koefisien variasi. Eckel (1981) dalam Kustono (2010), tidak memberikan
batasan apapun mengenai berapa periode instrumen yang dikembangkan
sehingga hasilnya bisa dinilai optimal. Ketiadaan batasan ini memberikan
keleluasaan peneliti untuk menentukan periode yang dipergunakan.
Keleluasaan tersebut kemudian menimbulkan konsekuensi hasil dan
simpulan studi yang tidak reliabel.
3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini belum menggunakan
komponen current accruals dan noncurrent accruals yang selama ini
menjadi salah satu cara untuk mendeteksi adanya manajemen laba yang
sulit dideteksi melalui manipulasi kebijakan akuntansi yang berkaitan
dengan akrual, misalnya nilai akrual diskresioner.

Saran
1. Menggunakan sampel periode keuangan triwulanan yang lebih banyak lagi

untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal.

2. Bagi penelitian selanjutnya perlu menambah variabel yang memiliki

pengaruh terhadap aktivitas manajemen laba pada bank syariah, misalnya

komponen current accruals juga noncurrent accruals sehingga dapat

menjadi indikator terbaik untuk variabel dependen manajemen laba.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan mengembangkan indikator perataan laba

yang dianggap lebih reliabel dari indeks Eckel yang selama ini digunakan.

4. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menemukan lebih banyak lagi

aktivitas tentang manipulasi dan menggunakannya dalam model penelitian

berikutnya.

25
Daftar Pustaka

Ahmed, A.S., Takeda, C. and Thomas, S. (1999), Bank Loan Loss Provisions: A
Reexamination of Capital Management, Earnings Management and
Signaling Effects, Journal of Accounting and Economics, Vol. 28 No. 1, pp.
1-25.

Assih, Prihat dan Gudono (2000), Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan
Reaksi Pasar atas Pengumuman Informasi Laba Perusahaan yang Terdaftar
di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, No. 3, h 17-34

Baraba, Ahmad (2010), Perkembangan Ekonomi Islam, Dalam


http://www.zonaekois.com. Diunduh pada hari Rabu, 1 November 2011,
pukul 10.10.

Boulila, Taktak, Neila, Sarra Ben Slama Zouari, Abdelkader Boudriga (2010), Do
Islamic Banks Use Loan Loss Provisions to Smooth Their Result?, Journal
of Islamic Accounting and Business Research Vol. 1 No. 2, 2010

Dunil, Z (2005), Bank Auditing Risk-Based Audit Dalam Pemeriksaan


Perkreditan Bank Umum, Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia

Ghozali, Imam (2006), Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hendriksen, Eldon S dan Van Breda, Michael F. (2002). Teori Akunting. Buku 2.
Jakarta: Interaksara

Iqbal, Zamir dan Abbas Mirakhor, (2007), An Introduction to Islamic Finance


Theory and Practice, Singapore : Wiley

Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juli


2009. Jakarta: Salemba Empat.

Kilic, Emre, Gerald J. Lobo, Tharindra Ranasinghe, K. Sivaramakrishnan (2010),


The Impact of SFAS 133 on Income Smoothing by Banks through Loan
Loss Provisions, http://spears.okstate.edu/accounting/files/Lobo_paper.pdf,
diakses pada 20 Februari 2012

Kustono, Alwan Sri (2010), Indeks Eckel Sebagai Pengidentifikasi Perataan


Penghasilan yang Tidak Reliabel, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.
12, No. 2, h. 124-141

Lobo, G. and Yang (2001), Bank Managers Heterogeneous decisions on


Discretionary Loan Losses Provisions. Review of Quantitative Finance and
Accounting. Vol. 16. No. 3. pp. 223-250.

26
Masodah, 2007, Praktik Perataan Laba Sektor Industri Perbankan dan Lembaga
Keuangan Lainnya dan Faktoryang Mempengaruhinya, Jurnal Proceeding
Pesat. Vol. 2, h. 16-22

Mawardi, Wisnu (2005), Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja


Keuangan Bank Umum di Indonesia (Studi Kasus Pada Bank Umum
Dengan Total Assets Kurang Dari 1 Triliun). Jurnal Bisnis Dan Strategi.
Vol.14. No.1. Juli 2005.

Peraturan Bank Indonesia No. 5/9/PBI/2003 tentang Penyisihan Penghapusan


Aktiva Produktif Bagi Bank Syariah

Perez, D., Salas, V. and Saurina, J. (2006), Earnings and Capital Management In
Alternative Loan Loss Provision Regulatory Regimes, Banco De Espana,
No. 0614

Pudyastuti, (2009), Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance,


Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Manajemen Laba pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi Tidak
Dipublikasikan, Universitas Diponegoro Semarang.

Sulistyanto, Sri (2008), Manajemen Laba Teori dan Model Empiris, Jakarta : PT
Grasindo

Sulistyawan, Dedhy, Yeni Januarsi, dan Liza Alvia (2011), Creative Accounting,
Jakarta : Salemba Empat.

Tobing, Winson R.L. dan Nur Ika Anggorowati (2009), Perataan Laba Melalui
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Sektor Perbankan, Jurnal
Akuntabilitas Vol. 9, No. 1, September 2009, h 50-62

Ujiyanto, Muhammad Arif dan Pramuka, Bambang Agus, (2007), Mekanisme


Corporate Governance, Manajemen Laba Dan Kinerja Keuangan,
Simposium Nasional Akuntansi X: Unhas Makasar, 26-28 Juli 2007.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan


Syariah

Yaya, Rizal, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurrahim (2009), Akuntansi


Perbankan Syariah, Jakarta : Salemba empat.

Zahara dan Sylvia Veronica Siregar (2009), Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap
Manajemen Laba di Bank Syariah. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.
12, No. 2, Mei 2009.

Zoubi, T.A. and Al-Khazali, O. (2007), Empirical Testing of The Loss Provisions
of Banks In The GCC Region, Managerial Finance, Vol. 33 No. 7, pp. 500-
11.

27
LAMPIRAN

Hasil Output SPSS

Deskriptif Statistik:

Std.
N Minimum Maximum Mean Median
Deviation
ln_PPAP 76 17,84 25,85 22,46 22,75 1,96
ln_TL 76 20,37 28,88 26,07 26,27 1,79
NPF 76 0,00 8,86 3,16 3,42 2,02
ln_EBTP 76 20,09 26,53 23,79 24,07 1,75
CAR 76 9,04 195,14 35,76 14,68 43,18
SIZE 76 11,26 13,64 12,58 12,64 0,63
AGE 76 4,00 238,00 69,07 27,50 75,41

Correlation

Correlations
PPAP TL EBTP NPF CAR SIZE AGE
Pearson Correlation PPAP 1,000 ,732 ,791 ,630 -,655 ,892 ,652
TL ,732 1,000 ,614 ,455 -,658 ,744 ,532
NPF ,630 ,455 ,550 1,000 -,562 ,635 ,512
EBTP ,791 ,614 1,000 ,550 -,542 ,820 ,613
CAR -,655 -,658 -,542 -,562 1,000 -,736 -,420
SIZE ,892 ,744 ,820 ,635 -,736 1,000 ,749
AGE ,652 ,532 ,613 ,512 -,420 ,749 1,000
Sig. (1-tailed) PPAP . ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
TL ,000 . ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
NPF ,000 ,000 . ,000 ,000 ,000 ,000
EBTP ,000 ,000 ,000 . ,000 ,000 ,000
CAR ,000 ,000 ,000 ,000 . ,000 ,000
SIZE ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 . ,000
AGE ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 .
N PPAP 76 76 76 76 76 76 76
TL 76 76 76 76 76 76 76
NPF 76 76 76 76 76 76 76
NPF 76 76 76 76 76 76 76
CAR 76 76 76 76 76 76 76
SIZE 76 76 76 76 76 76 76
AGE 76 76 76 76 76 76 76

1
b
Variables Entered/Removed
Variables
Remo
Model Variables Entered ved Method
1 AGE, CAR, EBTP, NPF, TL, SIZE . Enter
a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: PPAP

b
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 ,908 ,825 ,809 ,85603 2,094
a. Predictors: (Constant), AGE, CAR, NPF, EBTP, TL, SIZE
b. Dependent Variable: PPAP

b
ANOVA
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
a
1 Regression 237,871 6 39,645 54,102 ,000
Residual 50,562 69 ,733
Total 288,433 75
a. Predictors: (Constant), AGE, CAR, EBTP, NPF, TL, SIZE
b. Dependent Variable: PPAP

a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -12,273 4,351 -2,821 ,006
TL ,188 ,086 ,171 2,185 ,032 ,415 2,408
NPF ,114 ,066 ,118 1,743 ,086 ,556 1,799
EBTP ,177 ,101 ,158 1,752 ,084 ,313 3,195
CAR ,003 ,004 ,063 ,745 ,459 ,360 2,775
SIZE 2,008 ,445 ,647 4,510 ,000 ,123 8,099
AGE -,001 ,002 -,054 -,674 ,502 ,392 2,549
a. Dependent Variable: PPAP

2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 76
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,82107479
Most Extreme Absolute ,058
Differences Positive ,054
Negative -,058
Kolmogorov-Smirnov Z ,506
Asymp. Sig. (2-tailed) ,960
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

a
Coefficient Correlations Uji Glejser
Model AGE CAR NPF EBTP TL SIZE
1 Correlations AGE 1,000 -,316 -,140 ,070 -,033 -,537
CAR -,316 1,000 ,241 -,197 ,259 ,487
NPF -,140 ,241 1,000 -,109 ,091 -,117
EBTP ,070 -,197 -,109 1,000 -,063 -,572
TL -,033 ,259 ,091 -,063 1,000 -,275
SIZE -,537 ,487 -,117 -,572 -,275 1,000
Covariances AGE 1,395E-6 -8,022E-7 -6,129E-6 4,731E-6 -1,902E-6 ,000
CAR -8,022E-7 4,630E-6 1,922E-5 -2,417E-5 2,711E-5 ,000
NPF -6,129E-6 1,922E-5 ,001 ,000 ,000 -,001
EBTP 4,731E-6 -2,417E-5 ,000 ,003 ,000 -,008
TL -1,902E-6 2,711E-5 ,000 ,000 ,002 -,003
SIZE ,000 ,000 -,001 -,008 -,003 ,063
a. Dependent Variable: abs_res

a
Collinearity Diagnostics

Dimension Eigenvalue Condition Index


1 1 5,686 1,000
2 ,911 2,498
3 ,278 4,524
4 ,122 6,827
5 ,002 56,034
6 ,001 69,725
7 ,000 167,710
Dependent Variable: PPAP

3
a
Collinearity Diagnostics
Variance Proportions
Model Dimension (Constant) TL EBTP NPF CAR SIZE AGE
1 1 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00 ,00
2 ,00 ,00 ,00 ,02 ,14 ,00 ,06
3 ,00 ,00 ,00 ,04 ,16 ,00 ,47
4 ,00 ,00 ,00 ,89 ,20 ,00 ,02
5 ,01 ,40 ,54 ,03 ,01 ,00 ,02
6 ,17 ,57 ,19 ,00 ,16 ,03 ,07
7 ,82 ,02 ,26 ,01 ,33 ,97 ,35
a. Dependent Variable: PPAP

a
Residuals Statistics
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 19,0051 25,3270 22,4638 1,78090 76
Std. Predicted Value -1,942 1,608 ,000 1,000 76
Standard Error of Predicted ,151 ,511 ,250 ,071 76
Value
Adjusted Predicted Value 18,9193 25,4402 22,4594 1,78448 76
Residual -1,89738 1,81878 ,00000 ,82107 76
Std. Residual -2,216 2,125 ,000 ,959 76
Stud. Residual -2,283 2,211 ,002 1,007 76
Deleted Residual -2,02080 1,96949 ,00437 ,90596 76
Stud. Deleted Residual -2,357 2,277 ,000 1,019 76
Mahal. Distance 1,356 25,777 5,921 4,440 76
Cook's Distance ,000 ,163 ,015 ,023 76
Centered Leverage Value ,018 ,344 ,079 ,059 76
a. Dependent Variable: PPAP

Hasil Uji Glejser:

b
Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 ,247 ,061 -,021 ,48304 2,239
a. Predictors: (Constant), AGE, CAR, NPF, EBTP, TL, SIZE

b. Dependent Variable: abs_res

4
a
Coefficients Hasil Uji Glejser
Standardize
d
Coef
ficie
Unstandardized Coefficients nts Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 3,144 2,455 1,281 ,205
TL ,034 ,049 ,127 ,703 ,485 ,415 2,408
EBTP ,014 ,057 ,051 ,244 ,808 ,313 3,195
NPF ,002 ,037 ,010 ,067 ,947 ,556 1,799
CAR ,000 ,002 -,028 -,143 ,887 ,360 2,775
SIZE -,294 ,251 -,388 -1,170 ,246 ,123 8,099
AGE -1,896E-5 ,001 -,003 -,016 ,987 ,392 2,549
a. Dependent Variable: abs_res

5
6

You might also like