You are on page 1of 9

FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No.

DAMPAK TUMPAHAN MINYAK (OIL SPILL) DI PERAIRAN LAUT


PADA KEGIATAN INDUSTRI MIGAS DAN METODE
PENANGGULANGANNYA
Oleh : Ir. Sulistyono, M.Si*)

ABSTRAK

Indonesia adalah negeri nusantara, negeri kepulauan terbesar di dunia, memiliki kekayaan laut
yang berlimpah. Panjang pantai 81.000 km atau 14% garis pantai seluruh dunia, dimana 2/3
wilayah Indonesia berupa perairan laut. Luas laut kedaulatan 3,1 juta km2 Luas laut ZEE
(Zona Ekonomi Eksklusif) 2,7 juta km2. Sebagaimana diketahui bahwa 70%
permukaan bumi ditutup oleh laut. sementara Laut merupakan suatu lahan
yang kaya dengan sumber daya alam termasuk keaneka ragaman sumber daya hayati
yang kesemuanya dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat. Sumber utama pencemaran laut adalah berasal dari tumpahan
minyak (oil spill) baik dari proses di kapal, pengeboran lepas pantai maupun
akibat kecelakaan kapal tanker. Polusi dari tumpahan minyak di laut akibatnya
akan sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai dan sangat signifikan
merusak makhluk hidup di sekitar pantai tersebut. Badan Dunia Group of Expert
on Scientific Aspects of Marine Pollution (GESAMP) mencatat sekitar 6,44 juta ton
per tahun kandungan senyawa hidrokarbon masuk ke dalam perairan laut dunia.
Dampak terhadap tumpahan minyak dapat berdampak langsung terhadap
organisma yang meliputi dampak lethal (kematian), sublethal, plankton dan ikan
migrasi. Sedangkan dampak langsung dari kegiatan perikanan diantaranya adalah
tainting (bau lantung), budidaya dan ekosistem. Secara umum penanganan tumpahan minyak di
laut dapat dilakukan dengan salah satu atau ketiga metode berikut yaitu penanganan secara
fisika, kimia dan biologi. Pemerintah dalam hal ini instansi terkait seperti KLH, Pariwisata,
Diknas, Perindustrian dan Perdagangan, DKP, TNI AL, Kepolisian, Perhubungan,
PT.Pertamina (Persero) dan Pemerintah Daerah menjadi ujung tombak dalam pencegahan dan
penanggulangan pencemaran laut ini. Dengan melibatkan beberapa instansi terkait
diharapkan penanggulangan tumpahan minyak di perairan laut akan menjadi
lebih baik, terpadu dan komprehensive.
Kata kunci : oil spill, bioremediasi, dispersan

I. PENDAHULUAN pertumbuhan dan ekspansi pada kegiatan


eksplorasi, eksploitasi dan pengolahan
a. Latar Belakang minyak bumi di berbagai Negara termasuk
Indonesia. Namun demikian kita selalu
Minyak dan gas bumi (migas) sampai saat ini
dihadapkan pada dilema antara pening-katan
masih merupakan sumber energi yang
produksi migas dengan pelestarian
menjadi pilihan utama untuk digunakan
sumberdaya alam dan lingkungan, serta
manusia pada berbagai kebutuhan pada
dampak yang ditimbulkan dari proses
industri, transportasi dan rumah tangga.
produksi tersebut. Sehingga tidak dapat
Selain itu pemanfaatan berbagai produk
dipungkiri bahwa perkembangan indus-tri
migas juga semakin meningkat sehingga
migas merupakan salah satu sumber
peningkatan akan permintaan minyak bumi di
pencemar lingkungan.
seluruh dunia telah mengakibatkan

49
FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No. 1

Pencemaran lingkungan akibat kegiatan adalah tumpahan minyak (oil Spill), sisa
usaha industri migas dapat terjadi mulai dari damparan amunisi perang, buangan dari
kegiatan usaha hulu (upstream) hingga proses di kapal, buangan industri ke laut,
kegiatan usaha hilir (downstream). Dalam proses pengeboran minyak di laut, buangan
proses produksi-nya mulai dari kegiatan sampah dari transportasi darat melalui
usaha hulu yaitu mulai tahap eksplorasi, sungai, emisi transportasi laut dan buangan
meliputi penyeli-dikan geologi, kegiatan pestisida dari pertanian. Namun sumber
seismic, hingga pengeboran untuk pencarian utama pencemaran laut adalah berasal dari
sumber- sumber migas maupun pada tahap tumpahan minyak baik dari proses di kapal,
eks-ploitasi, yaitu pengambilan dan produksi pengeboran lepas pantai maupun akibat
migas hingga kegiatan usaha hilir yaitu kecelakaan kapal. Polusi dari tumpahan
tahap pengolahan di kilang (refinery), minyak di laut merupakan sumber
pengangkutan (pendistribusian), penyim- pencemaran laut yang selalu menjadi fokus
panan (storage) dan niaga berpotensi perhatian dari masyarakat luas, karena
menyebabkan kerusakan lingkungan hidup. akibatnya akan sangat cepat dirasakan oleh
masyarakat sekitar pantai dan sangat
Indonesia adalah negeri nusantara, negeri signifikan merusak makhluk hidup di sekitar
kepulauan terbesar di dunia, memiliki pantai tersebut. Badan Dunia Group of
kekayaan laut yang berlimpah. Panjang Expert on Scientific Aspects of Marine
pantai 81.000 km atau 14% garis pantai Pollution (GESAMP) mencatat sekitar 6,44
seluruh dunia, dimana 2/3 wilayah Indonesia juta ton per tahun masuk kandungan
berupa perairan laut. Luas laut kedaulatan hidrokarbon ke dalam perairan laut dunia
3,1 juta km2 Luas laut ZEE (Zona Ekonomi (Clark R.B, 2003). Sumber tersebut antara
Eksklusif) 2,7 juta km2. Laut merupakan lain berasal dari transportasi laut sebesar
suatu lahan yang kaya dengan sumber daya 4,63 juta ton/tahun, instalasi pengeboran
alam termasuk keanekaragaman sumber lepas pantai sebesar 0,18 juta ton/tahun dan
daya hayati yang kesemuanya dapat dari sumber lain termasuk industri dan
dimanfaatkan untuk kemakmuran dan pemukiman sebesar 1,38 juta ton/tahun.
kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana
diketahui bahwa 70% permukaan bumi b. Rumusan Masalah
ditutup oleh perairan/lautan dan lebih dari
90% kehidupan biomasa di planet bumi Industri migas yang diantaranya
hidup di laut (UNEP, 2004). Oleh karenanya menghasilkan BBM (Bahan Bakar Minyak)
lautan merupakan bagian penting dari dan gas sangat dibutuhkan manusia untuk
kelangsungan hidup manusia, bisa kesejahteraan hidup tetapi disisi lain dampak
dibayangkan jika lautan tercemar/ rusak kegiatan industri migas juga menjadi pemicu
sehingga sebagian dari biomasa itu rusaknya lingkungan. Dari latar belakang
tercemar. Sementara 60% populasi manusia penulisan dapat dikemukakan rumusan
bumi ini tinggal di 60 km dari sebuah pantai masalah sebagai berikut :
yang sangat bergantung pada hasil laut. Oleh
karenanya semua komponen negara 1. Bagaimana dampak tumpahan minyak di
bertanggung jawab dan wajib melestarikan perairan laut dari kegiatan industri migas
kondisi dan keberadaan laut sesuai terhadap lingkungan ?
wujudnya terma-suk didalamnya mencegah
2. Bagaimana cara menanggulangi
pencemaran. Pencemaran laut diartikan
kerusakan lingkungan akibat tumpahan
sebagai ada-nya kotoran atau hasil buangan
minyak di perairan laut ?
aktivitas makhluk hidup yang masuk ke
daerah laut.

Sumber dari pencemaran laut ini diantaranya

50
FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No. 1

II. Sumber Tumpahan Minyak di Laut juga bermunculannya ba-ngunan


pengeboran lepas pantai yang dapat
Indonesia sebagai negara kepulau-an menambah resiko tercemarnya
yang diapit oleh dua perairan Indonesia. Karena itu di
benua menjadikan perairan Indo- beberapa daerah yang terdapat
nesia sebagai jalur perdagangan dan terminal bongkar muat minyak di
transportasi antar Negara. Banyak kategorikan oleh pemerintah sebagai
kapal - kapal pengangkut minyak kawasan ting-kat pencemaran tinggi,
maupun cargo barang yang seperti DKI Jakarta, Jawa Barat,
melintasi perairan Indo-nesia Jawa Tengah, Jawa Timur,
yang menyebabkan negara kita sangat Sumatera Utara, Sumatera
rentan terhadap polusi laut. Ditambah Selatan, Kali-mantan Timur,
dengan posisi Indo-nesia sebagai Lampung dan Sulawesi Selatan
penghasil minyak bu-mi, dimana (JICA-Dephub, 2002). Tabel 1.
dibeberapa perairan dan pelabuhan Memperlihatkan beberapa kasus
Indonesia dijadikan sebagai terminal tumpahan minyak di perairan Indonesia.
bongkar muat rninyak bumi termasuk
Tabel 1. Beberapa Kasus Tumpahan Minyak di Perairan Indonesia

No Tahun Lokasi Keterangan


1. 1975 Selat Malaka Kandasnya kapal tanker Shown Maru yang
menumpahkan minyak sebesar I juta barrel minyak solar
2. Feb Pelabuhan Bocornya kapal tanker Golden Win yang mengangkut
1979 Lhokseumawe 1500 KL minyak tanah
3. Des Pelabuhan Kecelakaan kapal tanker Choya Maru pada
1979 Buleleng Bali Desember menumpahkan 300 ton bensin.
4. Jan Selat Malaka Kandasnya Kapal Tanker Maersk Navigator
1993
5. 1996 Natuna Tenggelamya KM Hatamas II yang memuat MFO
6. Okt Selat Singapura Kapal Orapin Global bertabrakan dengan kapal tanker
1997 Evoikos
7. Juli Palembang Tabrakan antara tongkang PLTU-1/PLN yang mengangkut
2003 363 KL IDF dengan kapal kargo An Giang menyebabkan
sungai Musi di sekitar Palembang tercemar
8. Okt Pantai Tumpahan minyak mentah dari Pertamina UP VII
2004 Indramayu Balongan. tumpahan ini merusak tetumbu karang tempat
pengasuhan ikan-ikan milik masyarakat sekitar
9. 2004 Balikpapan Tumpahan minyak dari Perusahaan Total E & P Ind.
membuat netayan sekitar tidak dapat melaut dalam
beberapa waktu
10. Agst Teluk Ambon Meledaknya kapal ikan MV Fu Yuan Fu F66 yang
2005 menyebabkan tumpahan minyak ke perairan
Sumber : JICA-Dephub, 2002

51
FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No. 1

Sumber dari tumpahan minyak di laut galangan kapal harus dilengkapi


beragam sumbernya, tidak hanya dengan tangki penampung Iimbah,
berasal dari kecelakaan kapal tanker namun pada kenyataannya banyak
saja namun juga akibat beberapa galangan ka-pal tidak memiliki fasilitas
operasi kapal dan bangunan lepas ini, sehingga buangan minyak langsung
pantai. dipompakan ke laut. Tercatat pada
tahun 1981 kurang lebih 30.000 ton
a. Operasi Kapal Tanker minyak terbuang ke laut akibat proses
docking ini (Clark R.B, 2003).
Produksi minyak dunia diper-kirakan
sebanyak 3 milyar ton/tahun dan c. Terminal Bongkar Muat Tengah Laut
setengahnya dikirim melalui transportasi
laut. Setelah kapal tanker memuat minyak Proses bongkar muat tanker bukan hanya
kargo, kapal pun membawa air ballast dilakukan di pelabuhan saja, namun
(sistem kestabilan kapal meng-gunakan banyak juga dilakukan di tengah laut.
mekanisme bongkar-muat air) biasanya Proses bongkar muat di
ditempatkan dalam tangki slop. Sampai di terminal laut ini banyak menimbulkan
pelabuhan bongkar, setelah proses bongkar resiko kecelakaan seperti pipa yang
selesai sisa muatan minyak dalam tangki dan pecah, bocor maupun kecelakaan karena
juga air ballast yang kotor disalurkan ke kesalahan manusia (human error).
dalam tangki slop. Tangki muatan yang
telah kosong tadi dibersihkan dengan water d. Bilga dan Tangki Bahan Bakar
jet, proses pembersihan tangki ini ditujukan
untuk menjaga agar tangki diganti dengan Umumnya semua kapal memerlu-
air ballast baru untuk kebutuhan pada kan proses ballast saat berlayar
pelayaran selanjutnya. Hasil buangan normal maupun saat cuaca buruk.
dimana bercampur antara air dan minyak ini Karena umumnya tangki ballast kapal
pun dialirkan ke dalam tangki slop, sehingga digunakan untuk memuat kargo maka
di dalam tangki slop terdapat campuran biasanya pihak kapal menggunakan
minyak dan air. Sebe-lum kapal juga tangki bahan bakar yang kosong
berlayar, bagian air dalam tangki slop harus untuk membawa air ballast tambahan.
dikosongkan dengan memompakannya ke Saat cuaca buruk maka air ballast
tangki penam-pungan limbah di terminal tersebut dipompakan ke laut sementara
atau dipompakan ke laut dan diganti dengan air tersebut sudah bercampur dengan
air ballast yang baru. Tidak dapat disangkal minyak. Selain air ballast, juga
buangan air yang dipompakan ke laut masih dipompakan keluar adalah air bilga yang
mengandung minyak dan ini akan berakibat juga bercampur dengan minyak. Bilga
pada pencemaran laut tempat terjadi adalah saluran buangan air, minyak,
bongkar muat kapal tanker (Hartanto B, dan pelumas hasil proses mesin
2008). yang merupakan limbah. Aturan
internasional mengatur bahwa
b. Perbaikan dan Perawatan Kapal (Docking) buangan air bilga sebelum
dipompakan ke laut harus masuk
Semua kapal secara periodik ha-rus terlebih dahulu ke dalam separator,
dilakukan perbaikan dan pera-watan pemisah minyak dan air namun pada
termasuk pembersihan tangki dan kenyataannya banyak buangan bilga
lambung. Dalam pro-ses docking illegal yang tidak memenuhi aturan
semua sisa bahan bakar yang ada dalam Internasional dibuang ke laut.
tangki harus diko-songkan untuk
mencegah terjadinva ledakan dan e. Scrapping Kapal
kebakaran. Dalam aturannya semua

52
FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No. 1

Proses scrapping kapal (pemotongan kimiawi minyak dan proses weathering


badan kapal untuk menjadi besi tua) minyak secara alamiah. Menurut Baker JM
ini banyak dilakukan di industri et al (1990) beberapa faktor utama yang
kapal di India dan Asia Tenggara mempengaruhi perubahan sifat minyak
termasuk Indonesia. Akibat proses adalah:
ini banyak kandungan metal dan
lainnya termasuk kandungan minyak a. Karakterisik fisika minyak, khususnya
yang terbuang ke laut. Diperkirakan specific gravity, viskositas dan trayek
sekitar 1.500 ton/tahun minyak yang didih;
terbuang ke laut akibat proses ini yang b. Komposisi dan karakteristik kimiawi
menyebabkan kerusakan lingkungan minyak;
setempat. c. Kondisi meteorologi (sinar matahari
(fotooksidasi), kondisi oseanograpi dan
f. Kecelakaan Tanker temperatur udara); dan
d. Karakteristik air laut (pH, specific
Beberapa penyebab kecela-kaan tanker gravity, arus, temperatur, keberadaan
adalah kebocoran pada lambung, bakteri, nutrien, dan oksigen terlarut
kandas, ledakan, kebakaran dan serta padatan tersuspensi).
tabrakan. Beberapa kasus di perairan Adapun proses fisika-kimia yang
Selat Malaka adalah karena bertanggungjawab didalam transformasi
dangkalnya perairan, dima-na kapal hidrokarbon minyak bumi antara lain
berada pada muatan penuh. Tercatat adalah: penyebaran (spreading), peng-uapan
beberapa kasus kecelakaan besar di (evaporation), disperse (disper-sion),
dunia antara lain pada 19 Juli 1979 emulsifikasi (emulsification), disolusi,
bocornya kapal tanker Atlantic sedimentasi, dan oksidasi. Ilustrasi dari
Empress di perairan Tobacco yang proses yang saling berinteraksi dalam
menumpah-kan minyak sebesar mengubah sifat minyak.
287.000 ton ke laut. Tidak kalah
besarnya adalah kasus terbakarnya Polutan dari jenis minyak mentah (crude oil)
kapal Haven pada tahun 1991 di yang di perairan sering manjadi isue-isue
perairan Genoa Italia, yang lingkungan sehingga dapat menjadi
menumpahkan minyak sebesar ancaman daerah terkait dengan iklim
144.000 ton. investasi. Adapun dampak dari limbah
dalam bentuk tumpahan minyak ini secara
III. Dampak Oil Spill Terhadap spesifik menunjukan pengaruh negatif yang
Lingkungan Perairan Laut penting terhadap lingkungan pesisir dan
perairan laut terutama melalui kontak
Ketika oil spill terjadi di lingkungan laut, langsung dengan organisma perairan,
minyak akan mengalami serangkaian dampak langsung terhadap kegiatan
perubahan / pelapukan / peluruhan perikanan termasuk pariwisata laut dan
(weathering) atas sifat fisik dan kimiawi. dampak tidak langsung melalui gangguan
Sebagian perubahan tersebut mengarah pada terhadap lingkungan.
hilangnya beberapa fraksi minyak dari
permukaan laut, sementara perubahan a. Dampak Langsung Terhadap
lainnya berlangung dengan masih Organisma
terdapatnya bagian material minyak di
permukaan laut. Meskipun minyak yang 1. Dampak lethal (kematian)
tumpah pada akhirnya akan Di perairan lepas pantai dampak tumpahan
terurai/terasimilisi oleh lingkungan laut, minyak sebagai B3 (Bahan Berbahaya dan
namun waktu yang dibutuhkan untuk itu Beracun) sering disebabkan oleh kecelakaan
tergantung pada karakteristik awal fisik dan kapal tanker, kegiatan off-shore atau oleh

53
FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No. 1

rembesan alami minyak bumi dari dasar laut dengan B3. Pada kasus yang ekstrem seperti
(oil seep), sampai saat ini belum ada laporan oil spill yang terjadi saat perang Teluk
tentang kegiatan industri di darat yang (1991-1992), 75% stock udang menurun.
melakukan pembuangan limbah jauh kearah Kondisi ini akan menjadi lebih buruk jika
perairan oseanik. Untuk kasus oil spill di spillage bertepatan dengan periode memijah
perairan terbuka, konsentrasi minyak (spawning) dan lokasi yang terkena dampak
dibawah slick biasanya sangat rendah, dan adalah daerah asuhan (nursery ground).
maksimum akan berada dalam kisaran 0.1 Dampak terhadap stadia planktonik dari
ppm sehingga tidak menyebabkan kematian organisma juga akan semakin tinggi ketika
masal organisma terutama ikan-ikan akibat bersamaan waktunya dengan peride
tumpahan minyak di perairan lepas pantai. pemijahan serta masuknya spesies yang
Permasalahannya, kebanyakan kasus peruraya ke daerah tertutup/semi tertutup
tumpahan minyak terjadi di perairan pantai seperti teluk yang tercemar.
ataupun perairan dalam (inshore). Pernah
dilaporkan pada kecelakaan kapal tanker 4. Dampak terhadap ikan migrasi
Amono Cadiz tahun 1978 di Perairan Secara umum, ikan akan dapat menhindari
Inggris dan Perancis, populasi ikan-ikan dari bahan pencemar dan dampak jangka
jenis Pleurenectes platessa dan Solea panjang terhadap populasi lokal dapat
vulgaris dilaporkan mengalami kematian dihindari. Uniknya beberapa jenis ikan yang
massal. Resiko kematian masal akan lebih bersifat teritorial, ikan akan harus kembali
besar lagi bagi ikan-ikan di tambak ataupun kedaerah asal untuk mencari makan dan
di keramba serta jenis kerang-kerangan yang berkembang biak kendatipun daerah yang
kemampuan migrasi untuk menghindari spill dituju adalah daerah yang terkontaminasi
sangat rendah (Davis et al., 1984). B3. Hal ini akan meningkatkan resiko
terhadap ikan migrasi.
2. Dampak sublethal
Berbeda dengan dampak lethal yang dapat b. Dampak Langsung Terhadap Kegiatan
dikuantifikasi dengan mudah dilapangan, Perikanan
dampak sublethal akan lebih akurat jika
dibuktikan di laboratorium. Uji laboratorium 1. Tainting (bau lantung)
menunjukan bahwa reproduksi dan tingkah Tainting dapat terjadi pada jenis-jenis ikan
laku ikan dan kerang-kerangan dipengaruhi keramba dan tambak serta jerang-kerangan
oleh konsentrasi minyak di air. Dengan yang tidak memiliki kemampuan bergerak
konsentrasi yang relatif rendah (< 0.1 ppm), menjauhi bahan pencemar sehingga menjadi
kemampuan tetas telur, tingkat kelulusan unfit untuk dijual karena organisma yang
hidup, jumlah larva cacat, penutupan tercemar oleh B3 jenis minyak akan
cangkang (pada kerang) dipengaruhi secara menghasilkan bau dan rasa yang tidak enak
signifikan. Banyak jenis udang dan kepiting ataupun perubahan warna pada jaringannya.
membangun sistem penciuman yang tajam Biasanya, spesies dengan kandungan lemak
untuk mengarahkan banyak aktifitasnya, tinggi akan lebih mudah menjadi tainted
akibatnya eksposure terhadap bahan B3 dibanding ikan dengan lean-muscle species.
menyebabkan udang dan kepiting Bau dan rasa lantung pada organisma akan
mengalami gangguan didalam tingkah hilang melalui proses metabolisme
lakunya seperti kemampuan mencari, (depuration) dengan kecepatan yang
memakan, dan kawin (GESAMP, 1993). berbeda untuk setiap jenis limbah, spesies
dan kondisi optimal hidup bagi spesies
3. Dampak terhadap plankton tersebut (Baker JM et al, 1990).
Stadium planktonik dari telur dan larva ikan,
moluska dan crustaceae memiliki kerentanan 2. Budidaya
yang tinggi dari kontak secara langsung Untuk ukuran kecil dari suatu spillage ( ex.
50 ton), dampak terhadap kegiatan budidaya

54
FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No. 1

akan sangat besar, selain dari organisma di dalam daftar hitam pencemaran laut oleh
yang dibudidayakan akan terkena dampak petroleum hidrokarbon di dunia.
langsung, beberapa peralatan terkait dengan
kegiatan budidaya seperti jaring dan temali Sampai saat ini belum ada suatu model
menjadi tidak dapat digunakan lagi. Selain pengorganisasian ataupun alat yang mampu
itu stock juga dapat dipengaruhi jika ada diaplikasikan di setiap kasus pencemaran
intake air laut yang digunakan mensuplai laut oleh minyak bumi. Secara umum
kebutuhan stock. penanganan tumpahan minyak dilakukan
dengan salah satu atau ketiga metode
3. Ekosistem sebagai berikut:
Ekosistem pesisir dan laut (mangrove, delta
sungai, estuari, padang lamun, dan terumbu a. Penanganan Secara Fisika
karang) memiliki fungsi dan peran yang Penanganan secara fisika adalah
penting secara ekologis, ekonomi dan juga penanggulangan oil spill dengan
sosial budaya. Secara ekologi, ekosistem menggunakan peralatan mekanik,
tersebut merupakan daerah merupakan perlakuan pertama dengan cara
perkembangbiakan, penyedia habitat dan melokalisasi tumpahan minyak
makanan untuk organisma dewasa serta menggunakan pelampung pembatas (oil
mendukung jejaring makanan (contoh input booms), yang kemudian akan ditransfer
nutrient dari daun-daun mati) bagi ekosistem dengan perangkat pemompa (oil skimmers)
ataupun habitat lain disekitarnya. Tekanan ke sebuah fasilitas penerima "reservoar"
dari masuknya limbah B3 akan baik dalam bentuk tangki ataupun balon.
mempengaruhi peruntukan sistem-sistem Salah satu kelemahan dari metoda ini adalah
tersebut, ditambah lagi vulnerabilitas dari hanya dapat dipakai secara efektif di
ekosistem ekosistem tersebut sangat tinggi perairan yang memiliki hidrodinamika air
terhadap bahan beracun berbahaya yang rendah (arus, pasang-surut, ombak, dll)
disamping natural attenuation (dispertion dan cuaca yang tidak ekstrem. Aplikasi
and dilution) pada beberapa ekosistem metode ini juga sulit dilakukan di pelabuhan
seperti mangrove, estuari, padang lamun dan karena dapat mengganggu aktivitas keluar
daerah dangkal di pantai relatif lebih lambat dan masuk kapal-kapal dari dan menuju
(IUNC, 1993). pelabuhan. Kendala lain juga dijumpai
karena belum seluruh pelabuhan di
IV. Langkah Penanganan Oil Spill Indonesia memiliki Local Cotingency Plan
Pernah dicatat dalam sejarah di perairan for Oil Pollution, semacam manajemen
selat Malaka, sekitar 4 juta liter minyak pena-nggulangan bahaya tumpahan minyak.
tertumpah dan mengakibatkan pencemaran Teknik lain yang lazim digunakan adalah
laut pada kasus kecelakaan kapal tanker pembakaran minyak (in situ burning).
Showa Maru. Bencana yang skalanya Tetapi metode pembakaran minyak pada
''catastrophique'', tabrakan tanker Maersk permukaan air ini dari sudut pandang
Navigator dan Sanko Honour (1,8 juta ekologis hanya memindahkan masalah
barel), adalah contoh lain kejadian pencemaran ke udara.
tumpahan minyak di Indonesia yang masuk

55
FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No. 1

Gambar 1 : Penanggulangan Oil Spill dengan Oil Boom

b. Penanganan Secara Kimia teknologi ini ditinjau dari aspek komersial


Pada awalnya penggunaan metode ini adalah relatif lebih ramah lingkungan, biaya
kurang dikehendaki, aplikasinya untuk penanganan yang relatif lebih murah dan
menangani tumpahan minyak Torrey bersifat fleksibel. Teknik pengolahan limbah
Canyon di perairan Inggris tahun 1967 jenis B3 dengan bioremediasi ini umumnya
dianggap menimbulkan kerusakan menggunakan mikroorganisme (khamir,
lingkungan terutama dikarenakan fungi, dan bakteri) sebagai agen
menggunakan bahan kimia dispersan yang bioremediator.
bersifat racun. Untungnya dalam kurun
waktu lebih dari 30 tahun, pengembangan
riset agen dispersan menunjukkan hasil yang V. PENUTUP
sangat menggembirakan, salah satu contoh
dari dispersan ini adalah corexit 9500 yang Pemerintah dalam hal ini instansi terkait
diproduksi oleh Exxon Energy Chemical seperti KLH, Pariwisata, Diknas,
yang sukses diaplikasikan untuk Perindustrian dan Perdagangan, DKP, TNI
membersihkan tumpahan minyak dari AL, Kepolisian, Perhubungan, PT. Pertamina
tabrakan kapal tanker Evoikos dan Orapin (Persero), dan Pemerintah Daerah menjadi
Global di Selat Malaka. ujung tombak dalam pencegahan dan
penanggulangan pencemaran laut ini.
c. Penanganan Secara Biologi Dengan melibatkan beberapa instansi terkait
Merupakan penanganan dengan melakukan diharapkan penanggulangan tumpahan
bioremediasi yaitu sebagai proses minyak di perairan laut akan menjadi lebih
penguraian limbah organik/ anorganik baik, terpadu dan komprehensive. Perlu
polutan secara biologi dalam kondisi disadari dan menjadi paradigma bersama
terkendali dengan tujuan mengontrol, bahwa bumi ini bukan warisan nenek
mereduksi atau bahkan mereduksi bahan moyang kita tetapi pinjaman dari anak cucu
pencemar dari lingkungan. Kelebihan kita.

56
FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No. 1

DAFTAR PUSTAKA

1. Baker, J. M., Clark, R. B., Kingston, P. F. and Jenkins, R. H., 1990, Natural Recovery of
Cold Water Marine Environments after an Oil Spill. 13th AMOP, New York.

2. Clark R.B, 2003, Marine Pollution, Oxpord University Press, New York.

3. Davis, W. P., Hoss, D. E., Scott, G. I. and Sheridan, P.F., 1984, Fisheries resource impacts
from spills of oil or hazardous substances, In: Cairns, J. and Buikema, A. L. (eds.)
Restoration of Habitats Impacted by Oil Spills.

4. Hartanto B, 2008, Tumpahan Minyak di Lautan dan Beberapa Kasus di Indonesia, Majalah
Bahari Jogja, Vol 8 No.12, Yogyakarta.

5. IUCN, 1993, Oil and Gas Exploration and Production in Mangrove Areas, E & P Forum,
London, United Kingdom

6. JICA-Dephub, 2002, The Study for The Maritime Safety Development Plan in
Republic of Indonesia, Jakarta

7. Presiden RI, 1992, Undang-Undang No. 21, Tentang Pelayaran, Jakarta

8. Presiden RI, 2009, Undang-Undang No. 32 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup, Jakarta

9. Sulistyono, 2012, Kajian Dampak Tumpahan Minyak dari Kegiatan Operasi Kilang Minyak
Terhadap Kualitas Air dan Tanah, Tesis, Univerfsitas Sebelas Maret, Surakarta

10. UNEP Joint Group of Experts on the Scientific Aspects of Marine Pollution, 2004, Impact
of Oil and Related Chemicals and Wastes on the Marine Environment

*) Penulis adalah Pejabat Fungsional Widyaiswara Madya Pusdiklat Migas Cepu.

57

You might also like