Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Indonesia adalah negeri nusantara, negeri kepulauan terbesar di dunia, memiliki kekayaan laut
yang berlimpah. Panjang pantai 81.000 km atau 14% garis pantai seluruh dunia, dimana 2/3
wilayah Indonesia berupa perairan laut. Luas laut kedaulatan 3,1 juta km2 Luas laut ZEE
(Zona Ekonomi Eksklusif) 2,7 juta km2. Sebagaimana diketahui bahwa 70%
permukaan bumi ditutup oleh laut. sementara Laut merupakan suatu lahan
yang kaya dengan sumber daya alam termasuk keaneka ragaman sumber daya hayati
yang kesemuanya dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan
masyarakat. Sumber utama pencemaran laut adalah berasal dari tumpahan
minyak (oil spill) baik dari proses di kapal, pengeboran lepas pantai maupun
akibat kecelakaan kapal tanker. Polusi dari tumpahan minyak di laut akibatnya
akan sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai dan sangat signifikan
merusak makhluk hidup di sekitar pantai tersebut. Badan Dunia Group of Expert
on Scientific Aspects of Marine Pollution (GESAMP) mencatat sekitar 6,44 juta ton
per tahun kandungan senyawa hidrokarbon masuk ke dalam perairan laut dunia.
Dampak terhadap tumpahan minyak dapat berdampak langsung terhadap
organisma yang meliputi dampak lethal (kematian), sublethal, plankton dan ikan
migrasi. Sedangkan dampak langsung dari kegiatan perikanan diantaranya adalah
tainting (bau lantung), budidaya dan ekosistem. Secara umum penanganan tumpahan minyak di
laut dapat dilakukan dengan salah satu atau ketiga metode berikut yaitu penanganan secara
fisika, kimia dan biologi. Pemerintah dalam hal ini instansi terkait seperti KLH, Pariwisata,
Diknas, Perindustrian dan Perdagangan, DKP, TNI AL, Kepolisian, Perhubungan,
PT.Pertamina (Persero) dan Pemerintah Daerah menjadi ujung tombak dalam pencegahan dan
penanggulangan pencemaran laut ini. Dengan melibatkan beberapa instansi terkait
diharapkan penanggulangan tumpahan minyak di perairan laut akan menjadi
lebih baik, terpadu dan komprehensive.
Kata kunci : oil spill, bioremediasi, dispersan
49
FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No. 1
Pencemaran lingkungan akibat kegiatan adalah tumpahan minyak (oil Spill), sisa
usaha industri migas dapat terjadi mulai dari damparan amunisi perang, buangan dari
kegiatan usaha hulu (upstream) hingga proses di kapal, buangan industri ke laut,
kegiatan usaha hilir (downstream). Dalam proses pengeboran minyak di laut, buangan
proses produksi-nya mulai dari kegiatan sampah dari transportasi darat melalui
usaha hulu yaitu mulai tahap eksplorasi, sungai, emisi transportasi laut dan buangan
meliputi penyeli-dikan geologi, kegiatan pestisida dari pertanian. Namun sumber
seismic, hingga pengeboran untuk pencarian utama pencemaran laut adalah berasal dari
sumber- sumber migas maupun pada tahap tumpahan minyak baik dari proses di kapal,
eks-ploitasi, yaitu pengambilan dan produksi pengeboran lepas pantai maupun akibat
migas hingga kegiatan usaha hilir yaitu kecelakaan kapal. Polusi dari tumpahan
tahap pengolahan di kilang (refinery), minyak di laut merupakan sumber
pengangkutan (pendistribusian), penyim- pencemaran laut yang selalu menjadi fokus
panan (storage) dan niaga berpotensi perhatian dari masyarakat luas, karena
menyebabkan kerusakan lingkungan hidup. akibatnya akan sangat cepat dirasakan oleh
masyarakat sekitar pantai dan sangat
Indonesia adalah negeri nusantara, negeri signifikan merusak makhluk hidup di sekitar
kepulauan terbesar di dunia, memiliki pantai tersebut. Badan Dunia Group of
kekayaan laut yang berlimpah. Panjang Expert on Scientific Aspects of Marine
pantai 81.000 km atau 14% garis pantai Pollution (GESAMP) mencatat sekitar 6,44
seluruh dunia, dimana 2/3 wilayah Indonesia juta ton per tahun masuk kandungan
berupa perairan laut. Luas laut kedaulatan hidrokarbon ke dalam perairan laut dunia
3,1 juta km2 Luas laut ZEE (Zona Ekonomi (Clark R.B, 2003). Sumber tersebut antara
Eksklusif) 2,7 juta km2. Laut merupakan lain berasal dari transportasi laut sebesar
suatu lahan yang kaya dengan sumber daya 4,63 juta ton/tahun, instalasi pengeboran
alam termasuk keanekaragaman sumber lepas pantai sebesar 0,18 juta ton/tahun dan
daya hayati yang kesemuanya dapat dari sumber lain termasuk industri dan
dimanfaatkan untuk kemakmuran dan pemukiman sebesar 1,38 juta ton/tahun.
kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana
diketahui bahwa 70% permukaan bumi b. Rumusan Masalah
ditutup oleh perairan/lautan dan lebih dari
90% kehidupan biomasa di planet bumi Industri migas yang diantaranya
hidup di laut (UNEP, 2004). Oleh karenanya menghasilkan BBM (Bahan Bakar Minyak)
lautan merupakan bagian penting dari dan gas sangat dibutuhkan manusia untuk
kelangsungan hidup manusia, bisa kesejahteraan hidup tetapi disisi lain dampak
dibayangkan jika lautan tercemar/ rusak kegiatan industri migas juga menjadi pemicu
sehingga sebagian dari biomasa itu rusaknya lingkungan. Dari latar belakang
tercemar. Sementara 60% populasi manusia penulisan dapat dikemukakan rumusan
bumi ini tinggal di 60 km dari sebuah pantai masalah sebagai berikut :
yang sangat bergantung pada hasil laut. Oleh
karenanya semua komponen negara 1. Bagaimana dampak tumpahan minyak di
bertanggung jawab dan wajib melestarikan perairan laut dari kegiatan industri migas
kondisi dan keberadaan laut sesuai terhadap lingkungan ?
wujudnya terma-suk didalamnya mencegah
2. Bagaimana cara menanggulangi
pencemaran. Pencemaran laut diartikan
kerusakan lingkungan akibat tumpahan
sebagai ada-nya kotoran atau hasil buangan
minyak di perairan laut ?
aktivitas makhluk hidup yang masuk ke
daerah laut.
50
FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No. 1
51
FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No. 1
52
FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No. 1
53
FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No. 1
rembesan alami minyak bumi dari dasar laut dengan B3. Pada kasus yang ekstrem seperti
(oil seep), sampai saat ini belum ada laporan oil spill yang terjadi saat perang Teluk
tentang kegiatan industri di darat yang (1991-1992), 75% stock udang menurun.
melakukan pembuangan limbah jauh kearah Kondisi ini akan menjadi lebih buruk jika
perairan oseanik. Untuk kasus oil spill di spillage bertepatan dengan periode memijah
perairan terbuka, konsentrasi minyak (spawning) dan lokasi yang terkena dampak
dibawah slick biasanya sangat rendah, dan adalah daerah asuhan (nursery ground).
maksimum akan berada dalam kisaran 0.1 Dampak terhadap stadia planktonik dari
ppm sehingga tidak menyebabkan kematian organisma juga akan semakin tinggi ketika
masal organisma terutama ikan-ikan akibat bersamaan waktunya dengan peride
tumpahan minyak di perairan lepas pantai. pemijahan serta masuknya spesies yang
Permasalahannya, kebanyakan kasus peruraya ke daerah tertutup/semi tertutup
tumpahan minyak terjadi di perairan pantai seperti teluk yang tercemar.
ataupun perairan dalam (inshore). Pernah
dilaporkan pada kecelakaan kapal tanker 4. Dampak terhadap ikan migrasi
Amono Cadiz tahun 1978 di Perairan Secara umum, ikan akan dapat menhindari
Inggris dan Perancis, populasi ikan-ikan dari bahan pencemar dan dampak jangka
jenis Pleurenectes platessa dan Solea panjang terhadap populasi lokal dapat
vulgaris dilaporkan mengalami kematian dihindari. Uniknya beberapa jenis ikan yang
massal. Resiko kematian masal akan lebih bersifat teritorial, ikan akan harus kembali
besar lagi bagi ikan-ikan di tambak ataupun kedaerah asal untuk mencari makan dan
di keramba serta jenis kerang-kerangan yang berkembang biak kendatipun daerah yang
kemampuan migrasi untuk menghindari spill dituju adalah daerah yang terkontaminasi
sangat rendah (Davis et al., 1984). B3. Hal ini akan meningkatkan resiko
terhadap ikan migrasi.
2. Dampak sublethal
Berbeda dengan dampak lethal yang dapat b. Dampak Langsung Terhadap Kegiatan
dikuantifikasi dengan mudah dilapangan, Perikanan
dampak sublethal akan lebih akurat jika
dibuktikan di laboratorium. Uji laboratorium 1. Tainting (bau lantung)
menunjukan bahwa reproduksi dan tingkah Tainting dapat terjadi pada jenis-jenis ikan
laku ikan dan kerang-kerangan dipengaruhi keramba dan tambak serta jerang-kerangan
oleh konsentrasi minyak di air. Dengan yang tidak memiliki kemampuan bergerak
konsentrasi yang relatif rendah (< 0.1 ppm), menjauhi bahan pencemar sehingga menjadi
kemampuan tetas telur, tingkat kelulusan unfit untuk dijual karena organisma yang
hidup, jumlah larva cacat, penutupan tercemar oleh B3 jenis minyak akan
cangkang (pada kerang) dipengaruhi secara menghasilkan bau dan rasa yang tidak enak
signifikan. Banyak jenis udang dan kepiting ataupun perubahan warna pada jaringannya.
membangun sistem penciuman yang tajam Biasanya, spesies dengan kandungan lemak
untuk mengarahkan banyak aktifitasnya, tinggi akan lebih mudah menjadi tainted
akibatnya eksposure terhadap bahan B3 dibanding ikan dengan lean-muscle species.
menyebabkan udang dan kepiting Bau dan rasa lantung pada organisma akan
mengalami gangguan didalam tingkah hilang melalui proses metabolisme
lakunya seperti kemampuan mencari, (depuration) dengan kecepatan yang
memakan, dan kawin (GESAMP, 1993). berbeda untuk setiap jenis limbah, spesies
dan kondisi optimal hidup bagi spesies
3. Dampak terhadap plankton tersebut (Baker JM et al, 1990).
Stadium planktonik dari telur dan larva ikan,
moluska dan crustaceae memiliki kerentanan 2. Budidaya
yang tinggi dari kontak secara langsung Untuk ukuran kecil dari suatu spillage ( ex.
50 ton), dampak terhadap kegiatan budidaya
54
FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No. 1
akan sangat besar, selain dari organisma di dalam daftar hitam pencemaran laut oleh
yang dibudidayakan akan terkena dampak petroleum hidrokarbon di dunia.
langsung, beberapa peralatan terkait dengan
kegiatan budidaya seperti jaring dan temali Sampai saat ini belum ada suatu model
menjadi tidak dapat digunakan lagi. Selain pengorganisasian ataupun alat yang mampu
itu stock juga dapat dipengaruhi jika ada diaplikasikan di setiap kasus pencemaran
intake air laut yang digunakan mensuplai laut oleh minyak bumi. Secara umum
kebutuhan stock. penanganan tumpahan minyak dilakukan
dengan salah satu atau ketiga metode
3. Ekosistem sebagai berikut:
Ekosistem pesisir dan laut (mangrove, delta
sungai, estuari, padang lamun, dan terumbu a. Penanganan Secara Fisika
karang) memiliki fungsi dan peran yang Penanganan secara fisika adalah
penting secara ekologis, ekonomi dan juga penanggulangan oil spill dengan
sosial budaya. Secara ekologi, ekosistem menggunakan peralatan mekanik,
tersebut merupakan daerah merupakan perlakuan pertama dengan cara
perkembangbiakan, penyedia habitat dan melokalisasi tumpahan minyak
makanan untuk organisma dewasa serta menggunakan pelampung pembatas (oil
mendukung jejaring makanan (contoh input booms), yang kemudian akan ditransfer
nutrient dari daun-daun mati) bagi ekosistem dengan perangkat pemompa (oil skimmers)
ataupun habitat lain disekitarnya. Tekanan ke sebuah fasilitas penerima "reservoar"
dari masuknya limbah B3 akan baik dalam bentuk tangki ataupun balon.
mempengaruhi peruntukan sistem-sistem Salah satu kelemahan dari metoda ini adalah
tersebut, ditambah lagi vulnerabilitas dari hanya dapat dipakai secara efektif di
ekosistem ekosistem tersebut sangat tinggi perairan yang memiliki hidrodinamika air
terhadap bahan beracun berbahaya yang rendah (arus, pasang-surut, ombak, dll)
disamping natural attenuation (dispertion dan cuaca yang tidak ekstrem. Aplikasi
and dilution) pada beberapa ekosistem metode ini juga sulit dilakukan di pelabuhan
seperti mangrove, estuari, padang lamun dan karena dapat mengganggu aktivitas keluar
daerah dangkal di pantai relatif lebih lambat dan masuk kapal-kapal dari dan menuju
(IUNC, 1993). pelabuhan. Kendala lain juga dijumpai
karena belum seluruh pelabuhan di
IV. Langkah Penanganan Oil Spill Indonesia memiliki Local Cotingency Plan
Pernah dicatat dalam sejarah di perairan for Oil Pollution, semacam manajemen
selat Malaka, sekitar 4 juta liter minyak pena-nggulangan bahaya tumpahan minyak.
tertumpah dan mengakibatkan pencemaran Teknik lain yang lazim digunakan adalah
laut pada kasus kecelakaan kapal tanker pembakaran minyak (in situ burning).
Showa Maru. Bencana yang skalanya Tetapi metode pembakaran minyak pada
''catastrophique'', tabrakan tanker Maersk permukaan air ini dari sudut pandang
Navigator dan Sanko Honour (1,8 juta ekologis hanya memindahkan masalah
barel), adalah contoh lain kejadian pencemaran ke udara.
tumpahan minyak di Indonesia yang masuk
55
FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No. 1
56
FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No. 1
DAFTAR PUSTAKA
1. Baker, J. M., Clark, R. B., Kingston, P. F. and Jenkins, R. H., 1990, Natural Recovery of
Cold Water Marine Environments after an Oil Spill. 13th AMOP, New York.
2. Clark R.B, 2003, Marine Pollution, Oxpord University Press, New York.
3. Davis, W. P., Hoss, D. E., Scott, G. I. and Sheridan, P.F., 1984, Fisheries resource impacts
from spills of oil or hazardous substances, In: Cairns, J. and Buikema, A. L. (eds.)
Restoration of Habitats Impacted by Oil Spills.
4. Hartanto B, 2008, Tumpahan Minyak di Lautan dan Beberapa Kasus di Indonesia, Majalah
Bahari Jogja, Vol 8 No.12, Yogyakarta.
5. IUCN, 1993, Oil and Gas Exploration and Production in Mangrove Areas, E & P Forum,
London, United Kingdom
6. JICA-Dephub, 2002, The Study for The Maritime Safety Development Plan in
Republic of Indonesia, Jakarta
9. Sulistyono, 2012, Kajian Dampak Tumpahan Minyak dari Kegiatan Operasi Kilang Minyak
Terhadap Kualitas Air dan Tanah, Tesis, Univerfsitas Sebelas Maret, Surakarta
10. UNEP Joint Group of Experts on the Scientific Aspects of Marine Pollution, 2004, Impact
of Oil and Related Chemicals and Wastes on the Marine Environment
57