You are on page 1of 15

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


LINGKUNGAN HIDUP DALAM ISLAM

Dosen Pengampu: Arif Mustapa, S.Pd.I, M.Pd.I

Disusun Oleh:
Kelas A Kelompok 1

Rizal Suharmulyono
Mafruhana Mardlatilla
Lala Dwi Oktavianti
Hadyan Taufiq Nur Fauzi

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2017

1 | Page
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................4
1.4 Manfaat..................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................5
2.1 Hubungan Manusia dan Lingkungan Hidup dalam Islam.....................5
2.2 Konsepsi dan Tujuan Penciptaan Manusia.............................................8
2.3 Implementasi Manusia dalam Menjaga Lingkungan.............................9
BAB III PENUTUP...............................................................................................13
3.1 Kesimpulan............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

2 | Page
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan kemajuan IPTEK, konsep alam semesta menurut ilmuwan
berubah-ubah mengikuti perkembangan zaman. Menurut ilmuwan, alam semesta
ini tidak terbatas, dan akan terus mengembang sepanjang masa. Selain itu, alam
semesta juga dipercaya tidak berubah keadaanya dari awal tercipta. Konsepsi-
konsepsi ini didasari oleh perkembangan ilmu fisika yang pesat.
Berbeda dengan pandangan para ilmuwan, Al-Quran menggunakan
konsepsi tauhid ketika berbicara mengenai alam semesta. Konsepsi tauhid
merupakan kesadaran akan fakta bahwa alam semesta ada berkat suatu kehendak
Tuhan, dan bahwa sistem alam semesta ditegakkan di atas rahmat dan kemurahan-
Nya. Konsepsi tauhid artinya adalah bahwa alam semesta ini dari Allah dan
akan kembali kepada Allah. Segala yang diciptakan tidak ada yang sia-sia, dan
bukan tanpa tujuan. Dunia ini dikelola dengan serangkaian sistem yang pasti yang
dikenal sebagai hukum (sunnah) Allah. Manusia bertanggung jawab untuk
memajukan dan menyempurnakan dirinya, dan juga bertanggung jawab untuk
memperbarui masyarakatnya. Allah memberikan balasan kepada siapa pun
berdasarkan niat dan upaya konkretnya.
Kemukjizatan Al-Quran ditandai dengan keorisinilannya sejak diturunkan.
Kitab suci ini juga tidak dapat ditandingi oleh siapa pun di dunia ini hingga akhir
zaman. Ia tidak akan lekang dimakan pergeseran masa dan dapat diuji dari sudut
mana pun juga. Sekarang pun, saat ilmu pengetahuan berkembang pesat, ternyata
Al-Quran sanggup menjawab tantangan sains modern.
Salah satu hal yang membuat takjub para ilmuwan adalah adanya
persesuaian antara konsep penciptaan alam semesta menurut Alquran dan sains
(ilmu pengetahuan) modern. Maka dari itu peru dilakukan peninjauan lebih lanjut
mengenai konsep terciptanya alam semesta menurut Al-Quran dan sains. Oleh
karena itu, makalah ini membahas persesuaian antara keduanya.

3 | Page
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan manusia dengan alam

2. Bagaimana konsepsi dan tujuan penciptaan alam semesta

3. Bagaimana implementasi manusia dalam menjaga lingkungan

1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui terciptanya alam semesta dalam
aspek agama yang di dalamnya mencakup hubungan manusia dengan alam dan
untuk mengetahui konsepsi dan tujuan penciptaan alam semesta serta
implementasi manusia dalam menjaga lingkungannya.

1.4 Manfaat
Pembaca dapat mengetahui konsepsi dan tujuan terciptanya alam semesta
dalam segi agama serta dapat mengetahui hubungan manusia dengan alam
semesta yang mencakup implementasi dari manusia untuk menjaga
lingkungannya.

4 | Page
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hubungan Manusia dan Lingkungan Hidup dalam Islam
Islam sebagai agama wahyu dan merupakan kerangka acuan untuk seluruh
aspek kehidupan bagi setiap muslim. Pada dasarnya setiap muslim yang
memahami Al-Quran dan Sunnah dengan tetap dan benar, meyakini bahwa kedua
sumber tersebut memberikan skema kehidupan yang sangat jelas, maka orang
muslim perlu membangun masyarakat yang tunduk pada kehendak Ilahi, sehingga
dapat mengetahui yang baik dan yang buruk juga tentang yang benar dan yang
salah, yang boleh dan yang terlarang.
Pada hakikatnya syariat Islam bertujuan untuk membangun kehidupan
manusia berdasarkan nilai-nilai kebajikan (marufat), dan membersihkannya dari
berbagai kejahatan (munkarat). Dalam hal ini, marufat mencakup segala
kebajikan dan seluruh kebaikan yang diterima oleh nurani manusia sepanjang
masa, sedang munkarat menunjuk pada setiap kejahatan dan keburukan yang
selalu bertentangan dengan nurani manusia. Syariat Islam bukan hanya
menunjukkan apa yang termasuk dalam marufat dan apa yang tergolong
munkarat, melainkan juga menentukan skema kehidupan untuk menumbuhkan
marufat dan apa yang tergolong munkarat tidak merancukan kehidupan manusia.
Oleh karena itu, menurut Islam, manusia merupakan makhluk sosial dan
politik. Kesejahteraannya dalam segala hal terpaut dengan kesejahteraan
masyarakat. Organisasi individu yang tertinggi adalah masyarakat. Islam
mewajibkan untuk membentuk masyarakat dan mengusulkan kepada dunia
gagasan kemasyarakatan yang praktis. Dari pada itu manusia harus mengerti
tentang lingkungan sekitar dan memanfaatkan sesuai jalan syariat yang telah
ditentukan. Al-Quran dan As-Sunnah selalu meminta agar manusia mengisi
hidupnya dengan bekerja untuk mempetahankan kehidupannya, yaitu dengan
memanfaatkan apa yang telah Allah ciptakan baginya di muka bumi ini. Dari
pandangan Islam, hanya pekerjaan baik dan amal shaleh yang akan mendapatkan
pahala.
Manusia menempati posisi terpenting dalam lingkungan hidup ini untuk
melindungi lingkungan dari kerusakan dan kemorosotan serta untuk menjamin

5 | Page
kelestariannya. Menurut Rachmadi Usman, pengertian lingkungan hidup adalah
lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati, lingkungan buatan, dan
lingkungan sosial yang mempengaruhi keberlangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk lainnya. Islam memandang penataan
lingkungan menjadi tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah di bumi.
Tanggung jawab manusia terletak pada penataan, pemeliharaan, pengawasan dan
pengembangan tata lingkungan yang bermanfaat bagi manusia. Tata lingkungan
yang memberikan manfaat besar bagi manusia terletak pada mekanisme kerja
antara ekosistem dengan komunitas manusia. Jika mekanisme berjalan dengan
baik, berarti manusia telah menempatkan diri pada posisi sebagai khalifah Allah di
bumi.
Agar manusia mampu menjadi khalifah atau sebagai pengemban fungsi
penciptaan dan rububiyah-Nya terhadap lingkungan hidup, maka Allah telah
menciptakan manusia dan menyiapkannya serta memberinya kelengkapan dan
sarana yang diperlukan dengan sebaik-baiknya. Allah telah menciptakan manusia
dengan struktur dasar penciptaan yang sebaik-baiknya. Allah telah memberikan
bimbingan dan pengarahan kepada manusia agar ia mampu melaksanakan fungsi
dan tugas hidupnya sebagai khalifah tersebut dengan sebaik-baiknya. Proses
penciptaan dan pembimbingan manusia agar mampu melaksanakan tugas
kekhalifahan di bumi ini, disebut sebagai proses dan fungsi rububiyah Allah
terhadap manusia. Dalam rangka tugas kekhalifahan di bumi, maka umat
mamanusia dituntut untuk melakukan ri'ayah atas segala sumber daya alam yang
dapat dinikmati sekaligus mendukung kemakmuran hidupnya. Ri'ayah yang
dituntut dari kita adalah keharusan untuk memelihara dan mengembangkan
kekayaan alam yang dianugerahkan Allah untuk kita manfaatkan dalam upaya
mewujudkan kehidupan bermasyarakat yang sejahtera lahir dan batin. Dengan
demikian, tugas kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan
sesamanya dan manusia dengan alam. Interaksi itu bersifat harmonis sesuai
dengan petunjukpetunjuk Ilahi yang tertera dalam wahyu- Nya. Inilah prinsip
pokok yang merupakan landasan interaksi antara sesama manusia dan lingkungan
sekitarnya dan keharmonisan hubungan itu pulalah yang menjadi tujuan dari
segala etika agama. Hubungan manusia terhadap alam adalah sebagai pemanfaat,

6 | Page
dan bukan sebagai saingan. Tidak seharusnya manusia mengeksploitasi alam. Al
Quran (2: 29) mengatakan Ia yang menciptakan bagimu apa yang ada di bumi
semuanya
Hubungan keduanya menurut ajaran Al-Quran maupun As-Sunnah
merupakan hubungan yang dibingkai dengan aqidah, yakni konsep kemakhlukan
yang sama sama tunduk dan patuh kepada Al-Khliq, yang diatur dan akhirnya
semua kembali kepadaNya. Dalam konsep kemakhlukan ini manusia memperoleh
konsesi dari Yang Maha Penciptanya untuk memperlakukan alam sekitarnya
dengan dua macam tujuan:
1. Al-Intif (pendayagunaan), baik dalam arti mengkonsumsi langsung maupun
dalam arti memproduksi.
2. Al-Itibr (mengambil pelajaran) tehadap fenomena yang terjadi dari hubungan
antara manusia dengan alam sekitarnya, maupun hubungan antara alam itu
sendiri (ekosistem), baik yang berakibat konstruktif (ishlh) maupun yan
berakibat destruktif (ifsd).
Dalam sejarah Islam, pada waktu terjadi pembebasan kota Makkah (Fathu
Makkah), kekhawatiran akan terjadinya tindakan-tindakan yang merusak
lingkungan alam di tanah haram itu dengan cepat diantisipasi oleh Nabi SAW.
Beliau melarang perburuan binatang dan mencabuti rerumputan di tanah haram.
Kebijakan ini sangat relevan dengan kondisi alam di tanah haram yang miskin
lingkungan nabati dan hewani. Bahkan sampai sekarangpun perlindugan flora dan
fauna disana masih terus berlaku, dan dikaitkan dengan prinsip ibadah haji atau
umrah. Dapat dibayangkan seandainya tidak ada perlindungan terhadap kehidupan
flora dan fauna di tanah haram yang menjadi pusat kegiatan haji itu, kemudian
setiap orang jamaah haji yang jumlahnya jutaan orang mengambil atau
memotong tanaman yang ada disana masing-masing satu potong saja dengan dalih
untuk souvenir atau obat, kemungkinan dalam satu musim haji saja sudah cukup
untuk merusak lingkungan alam, khususnya lingkungan hidup flora dan fauna
juga manusia disana. Dan hal yang demikian tidak dikehendaki oleh Islam.

7 | Page
2.2 Konsepsi dan Tujuan Penciptaan Manusia
Setiap makhluk memerlukan lingkungan sebagai tempat hidupnya.
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna
yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang
meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan
fisik tersebut. Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di
sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Dalam hal
ini, bumi termasuk sebagai lingkungan.
Setiap hasil penciptaan tentu memiliki batasan-batasan tertentu. Bumi
sebagai lingkungan pun memiliki batasan-batasan. Bumi tidak mengalami
pertambahan luas, namun makhluk yang mendiami bumi terus mengalami
pertambahan. Oleh karena itu, manusia sebagai khalifah yang diciptakan oleh
Allah memiliki peranan penting dalam menjaga lingkungan sekitarnya.




Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui (QS. Al-Baqarah:
30).
Manusia dan kepentingannya dianggap sebagai yang paling menentukan
tatanan ekosistem dan kebijakan tentang alam semesta baik langsung maupun
tidak langsung. Manusialah yang mempunyai nilai dalam ekosistem, sehingga
sesuatu dalam alam semesta akan dianggap memiliki nilai jika mampu menunjang
kebutuhan hidup manusia. Dalam hal ini, alam semesta dianggap sebagai objek,
sarana dan alat untuk memenuhi kehidupan manusia.
Al-Quran telah menjamin bahwa manusia akan memiliki perilaku yang
eksploitatif terhadap lingkungan, dan berpotensi besar menimbulkan kerusakan
lingkungan. Seperti dalam ayat dibawah ini

8 | Page


Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar (QS. Ar-Ruum: 41).
Manusia yang memiliki iman dengan benar ketika melihat kerusakan
lingkungan yang Allah perlihatkan, akan menjadikan itu sebagai peringatan
sekaligus ujian. Peringatan agar manusia sadar dalam berinteraksi dan mengelola
lingkungan lebih berhati-hati, sedangkan sebagai ujian berarti bahwa Allah
menampakkan kerusakan lingkungan dan dibiarkannya terhampar dihadapan
manusia supaya manusia kembali ke jalan yang benar.
Manusia dalam memanfaatkanalam semesta untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya haruslah dilakukan secara wajar, sehingga hak-hak generasi yang akan
datang menjadi terabaikan. Dengan mengetahui tujuan penciptaan, manusia akan
bersikap apresiatif terhadap segala ciptaan Allah.



Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya
dengan sia-sia. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka
celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (QS. Shaad:
27)


Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara
keduanya dengan bermain-main. (QS. Al-Anbiyaa: 16).

2.3 Implementasi Manusia dalam Menjaga Lingkungan


Berbicara dengan mejaga lingkungan ada kaitannya dengan konsep khilafah,
konsep khilafah secara umum berkaitan dengan pengaturan dunia ini. Khilafah
dalam Islam bukan hanya berbicara tentang politik kenegaraan, tetapi lebih luas
dari itu, yaitu setiap gerak langkah yang berkaitan dengan pengaturan alam
semesta. Surat Al-Baqarah ayat 30 yang membicarakan pengangakatan manusia
sebagai khalifah dimuka bumi cenderung khalifah dalam pengertian umum yaitu
mengolah alam, memanfaatkan alam, dan melestarikan alam. Kita sebagai
khalifah diminta pertanggungjawaban oleh generasi yang akan datang di muka
bumi ini dan oleh tuhan di akhirat kelak. Manusia adalah makhluk hidup yang

9 | Page
diciptakan oleh Allah SWT, untuk tinggal di bumi, beraktifitas dan berinteraksi
dengan lingkungannya dengan masa dan relung waktu terbatas. Firman Allah
SWT dalam QS. Al-Baqarah: 36

Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari
keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi
musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan
kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."
...dan bagimu ada tempat kediaman di bumi, kesenangan hidup sampai waktu
yang ditentukan.
Kediaman di muka bumi diberikan Allah kepada manusia sebagai suatu
amanah. Maka manusia wajib memeliharanya sebagai suatu amanah. Manusia
telah diberitahu oleh Allah bahwa mereka akan hidup dalam batas waktu tertentu.
Oleh karena itu manusia dilarang keras berbuat kerusakan.Dengan kedudukan
manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, sebenarnya manusia telah diberi
tanggung jawab besar, yaitu diserahi bumi ini dengan segala isinya.

Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu, dan Dia
berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah: 29)
Dalam ayat tersebut ditegaskan bahwa Allah telah menganugrahkan karunia
yang besar kepada manusia, menciptakan langit dan bumi untuk manusia, untuk
diambil manfaatnya, sehingga manusia dapat menjaga kelangsungan hidupnya
dengan menjaga alam dan agar manusia berbakti kepada Allah penciptanya,
kepada keluarga, dan masyarakat.
Apa yang telah ditegaskan Allah dalam firman-firman-Nya di atas adalah
untuk mengingatkan manusia agar bersyukur. Karena walaupun manusia

10 | P a g e
diciptakan melebihi makhluk lainnya, manusia tidak mampu memenuhi
keperluannya sendiri tanpa bahan-bahan yang disediakan. Hal ini perlu disadari
oleh manusia, sebab tanpa memiliki rasa dan sikap syukur kepada Allah, maka
manusia cenderung akan merusak.
Dalam konteks mensyukuri nikmat Allah atas segala sesuatu yang ada di
alam ini untuk manusia, menjaga kelestarian alam bagi umat Islam merupakan
upaya untuk menjaga limpahan nikmat Allah secara berkesinambungan.
Sebaliknya, membuat kerusakan di muka bumi, akan mengakibatkan timbulnya
bencana terhadap manusia. Allah sendiri membenci orang-orang yang membuat
kerusakan di muka bumi. Firman Allah:

Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain ) sebagaimana Allah telah berbuat
baik kepadamu dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S
Al-Qashas: 77)
Begitu juga dalam mencari nafkah dan rezeki di atas muka bumi, Allah telah
menggariskan suatu akhlaq dimana perbuatan pemaksaan dan kecurangan
terhadap alam sangat dicela. Kenikmatan dunia dan akhirat dapat dikejar secara
seimbang tanpa meninggalkan perbuatan baik dan menghindarkan kerusakan
dimuka bumi. Hal ini dikarenakan dapat berakibat pada terjadinya bencana, yang
kebanyakan disebabkan perbuatan manusia yang merusak alam.
Islam meberikan pandangan yang lugas bahwa semua yang ada di bumi
merupakan karunia yang harus dipelihara agar semua yang ada menjadi stabil dan
terpelihara. Allah telah memberikan karunia yang besar kepada manusia dengan
menciptakan gunung, mengembangbiakan segala jenis binatang dan menurunkan
partikel hujan dari langit agar segala tumbuhan dapat berkembang dengan baik.
Sebagaimana dengan Firman Allah SWT QS. Luqman: 10

11 | P a g e
Dia meciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnyadan Dia meletakan
gunung (dipermukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan
Dia memperkembangbiakan padanya segala macam jenis binatang. Dan kami
turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam
tumbuh-tumbuhan yang baik.
Tanggung jawab manusia menjaga kelangsungan makhluk itulah kiranya
yang mendasari Nabi Muhammad SAW untuk mencadangkan lahan-lahan yang
masih asli. Rasulullah SAW pernah mengumumkan kapada pengikutnya tentang
suatu daerah sebagai suatu kawasan yang tidak boleh digarap. Kawasan lindung
itu, dalam syariat dikenal dengan istilah hima. Rasulullah mencadangkan hima
semata-mata untuk menjaga ekosistem suatu tempat agar dapat terpenuhi
kelestarian makhluk yang hidup di dalamnya. Oleh karena itu kita hendaknya
mencontoh Rasulullah SAW dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Melihat banyaknya kandungan Al-Quran yang membahas perintah menjaga
lingkungan, hendaknya kita sebagi umat Islam mau menyadari dan merenungkan
apa yang terdapat dalam Al-Quran. Semoga dengan tumbuhnya kesadaran umat
Islam dalam beragama khusunya tentang perintah menjaga keseimbangan alam
dapat mengontrol pengolahan sumber daya alam yang ada dengan bijak.

12 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada hakikatnya syariat Islam bertujuan untuk membangun kehidupan
manusia berdasarkan nilai-nilai kebajikan (marufat), dan membersihkannya dari
berbagai kejahatan (munkarat). Al Quran dan As-Sunnah selalu meminta agar
manusia mengisi hidupnya dengan bekerja untuk mempetahankan kehidupannya,
yaitu dengan memanfaatkan apa yang telah Allah ciptakan baginya di muka bumi
ini. Dari pandangan Islam, hanya pekerjaan baik dan amal shaleh yang akan
mendapatkan pahala.
Manusia menempati posisi terpenting dalam lingkungan hidup ini untuk
melindungi lingkungan dari kerusakan dan menjamin kelestariannya. Tanggung
jawab manusia terletak pada penataan, pemeliharaan, pengawasan dan
pengembangan tata lingkungan yang bermanfaat bagi manusia. Hubungan
manusia terhadap alam adalah sebagai pemanfaat, dan bukan sebagai saingan.
Hubungan keduanya menurut ajaran Al-Quran maupun As-Sunnah merupakan
hubungan yang dibingkai dengan aqidah, yakni konsep kemakhlukan yang sama
sama tunduk dan patuh kepada al Khliq, yang diatur dan akhirnya semua kembali
kepadaNya. Dalam konsep kemakhlukan ini manusia memperoleh konsesi dari
Yang Maha Penciptanya untuk memperlakukan alam sekitarnya dengan dua
macam tujuan yaitu Al-Intif (pendayagunaan) dan Al-Itibr (mengambil
pelajaran).
Surat Al-Baqarah ayat 30 yang membicarakan pengangakatan manusia
sebagai khalifah dimuka bumi. Islam memandang penataan lingkungan menjadi
tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah di bumi. Tanggung jawab
manusia terletak pada penataan, pemeliharaan, pengawasan dan pengembangan
tata lingkungan yang bermanfaat bagi manusia. Kita sebagai khalifah diminta
pertanggungjawaban oleh generasi yang akan datang di muka bumi ini dan oleh
tuhan di akhirat kelak. Dalam konteks mensyukuri nikmat Allah atas segala
sesuatu yang ada di alam ini untuk manusia, menjaga kelestarian alam bagi umat
Islam merupakan upaya untuk menjaga limpahan nikmat Allah secara
berksinambungan. Sebaliknya, membuat kerusakan di muka bumi,akan

13 | P a g e
mengakibatkan timbulnya bencana terhadap manusia. Allah sendiri membenci
orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi.

14 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Anis Afif Najih. 2005. Islam dalam Perspektif Sosio Kultural. Jakarta: Lantabora
Press
Fachrudin, M. 2005. Konservasi Alam dalam Islam. Jakarta: Buku Obor

Harahap, Adnan.1997. Islam dan Lingkungan. Jakarta: Fatma Press

Siswanto. Islam Dan Pelestarian Lingkungan Hidup: Menggagas Pendidikan


Islam Berwawasan Lingkungan. Jurnal Karsa. Vol. XIV No. 2 Oktober
2008

15 | P a g e

You might also like