You are on page 1of 9

Ranika Ruslima Dewi1, Desta Manulang2, Romaito Sihotang3, Miranti4

[1] Ranika Ruslima Dewi;


[2] Desta Manulang; lahir di Lirik, 01 Januari 1996, alamat JL. Lintas timur no 85 Ukui Satu, Kecamatan Ukui,
Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Alumni dari sekolah SMA 10 Pekanbaru, Merupakan salah satu Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau angkatan 2014. Contact: 081276023886,
destamanulang35@gmail.com
[3]Romito Sihotang; lahir di
[4]Miranti; lahir di

ABSTRACK
Research is done on February-April 2017 by cruise methods (Balgooy,
1987; Rugayahet al. , 2004) which is by explores all area at Ecoedupark
Riau University, and gathers parasite plant specimen that growing on
pulai plant. Pulai therewith that parasite at collection and made by
herbariumnya's specimen. Special for parasite plant specimen its
identification also aided by use of aught library basis. Parameter that is
utilized is botanical pulai. This research intent to differentiate pulai's tree
that strikes parasite with treed pulai that don't strike plant parasite nail.
Base watch, there is 2 pulai's birches that is gotten strikes plant parasite
nail. This identification points out that Ecoedupark also available parasite
which jeopardize pulai's tree that exists over there. Spiked botanical
population is made as stage of startup to mark marks sense
parasitologi.The Parasite is a flowerry plant bellonging to perdu and tree
species, in general they are Ordo Santalates. Parasite engages
haustorium, functioning to subtract nutrition from the host. This research
aims to criticize the diversity of parasite plants and their host, the
importance value and the attacked intensity on the host.

Keywords : Cruise methods, Ecoedupark, Haustorium, Host, Parasite


KEANEKARAGAMAN JENIS PARASIT PADA TUMBUHAN PULAI DI
ECOEDUPARK
UNIVERSITAS RIAU

RANIKA RUSLIMA DEWI ROMAITO SIHOTANG


1405119398 1405112993
Ranikaruslima.dewi@student.unri.ac.id
Romaito.sihotang2993@student.unri.ac.id

DESTA MANULANG MIRANTI


1405121965 1405114396
Desta.manulang@student.unri.ac.id
Miranti4396@student.unri.ac.id

ABSTRACK
Research is done on February-April 2017 by cruise methods (Balgooy,
1987; Rugayahet al. , 2004) which is by explores all area at Ecoedupark
Riau University, and gathers parasite plant specimen that growing on
pulai plant. Pulai therewith that parasite at collection and made by
herbariumnya's specimen. Special for parasite plant specimen its
identification also aided by use of aught library basis. Parameter that is
utilized is botanical pulai. This research intent to differentiate pulai's tree
that strikes parasite with treed pulai that don't strike plant parasite nail.
Base watch, there is 2 pulai's birches that is gotten strikes plant parasite
nail. This identification points out that Ecoedupark also available parasite
which jeopardize pulai's tree that exists over there. Spiked botanical
population is made as stage of startup to mark marks sense
parasitologi.The Parasite is a flowerry plant bellonging to perdu and tree
species, in general they are Ordo Santalates. Parasite engages
haustorium, functioning to subtract nutrition from the host. This research
aims to criticize the diversity of parasite plants and their host, the
importance value and the attacked intensity on the host.

Keywords : Cruise methods, Ecoedupark, Haustorium, Host, Parasite

PENDAHULUAN
A. Deskripsi Hasil Pengamatan
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di garis
khatulistiwa. Letak negara Indonesia yang berada di garis khatulistiwa ini
menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki hutan tropis yang
sangat kaya dalam hal keanekaragaman hayatinya seperti berbagai jenis
pohon, herba, semak, epifit, parasit dan liana.Benalu merupakan salah
satu kelompok tumbuhanparasit yang termasuk dalam suku Loranthaceae.
Tumbuhan parasit ini umumnya menyerang pepohonan atau pun
tumbuhan perdu terutama pada bagian ranting dan cabang cabangnya.
Pohon atau pun perdu yang diserang benalu akan terganggu bahkan dapat
mati apabila serangan tersebutdalam jumlah besar (Sunaryo et al., 2006).
Kelompok tumbuhan parasit ini selain menyerang tumbuhan liar juga
menyerang tanaman budidaya (Pitoyo, 1996). Benalutelah lama dikenal
sebagai tumbuhan hemiparasit pada perdu atau pohon. Akan tetapi
melalui kajian yang menggunakan radiocarbon, Marshall dan Ehleringer
(1990, dalam Luttge, 1997) telah menggungkapkan bahwa benalu adalah
benar-benar parasit karena sebagian besar senyawa karbon benalu
berasal dari larutan apoplastik xylem tanaman inang. Selain menggambil
mineral, haustoria benalu juga menyerap senyawa organik dari inang.
Benalu sering merugikan secara ekonomis dan mengganggu kehidupan
tumbuhan inang. Di ecoedupark terdapat jenis tumbuhan pulai yang kami
temukan, akan tetapi pada pengamatan kami terdapat beberapa pohon
pulai yang dikelilingi oleh tumbuhan paku dan benalu. Oleh karena itu,
berdasarkan hasil pengamatan tersebut kami menemukan ide untuk
menganalisis pengaruh pertumbuhan pohon pulai yang dikelilingi
tumbuhan paku/benalu dibandingkan dengan pertumbuhan pohon pulai
yang bebas dari tumbuhan paku/benalu.
Selain berkorelasi dengan faktor lingkungan beberapa spesies
tumbuhan juga dipengaruhi oleh keberadaan spesies tumbuhan lain. Salah
Satu faktor yang dapat menghambat pertumbuhan pulai yaitu adanya
gulma (Utami, 2006). Penelitian mengenai korelasi dan asosiasi pulai
dengan habitatnya belum banyak dilakukan. Oleh karenanya penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui asosiasi pulai dengan spesies lain maupun
dengan faktor-faktor lingkungan tumbuhnya seperti suhu, kelembaban
udara, keasaman tanah, dan intensitas cahaya matahari. Hal ini menarik
untuk dikaji dikarenakan masih jarangnya upaya perbanyakan pulai
sementara kondisi populasi di alam semakin terancam. Diharapkan
penelitan ini dapat menjadi salah satu acuan untuk tindakan konservasi
spesies pulai di habitatnya baik melalui upaya perbanyakan terlebih
dahulu maupun melalui perbaikan kondisi lingkungan sehingga lingkungan
tumbuhnya sesuai dengan kebutuhan perkembangan pulai.
Pulai (Alstonia sp) adalah tanaman asli Indonesia yang termasuk jenis
cepat tumbuh (fast growing species), merupakan salah satu jenis multi
guna. Akibat kerusakan hutan yang semakin meluas, pulai tidak luput dari
ancaman degradasi termasuk keragaman genetiknya. Saat ini, pulai
termasuk kedalam kategori rawan (vurnerable). Dengan status tersebut,
meskipun pulai tidak termasuk kategori kritis ataupun genting
(endangered) pulai mengalami resiko yang kepunahan yang tinggi di alam
dalam waktu yang dekat (in the medium-term future) (Pamungkas, dkk.,
2006).
Benalu merupakan salah satu kelompok tumbuhan parasit yang
termasuk ke dalam suku Loranthaceae. Beberapa autor membagi suku ini
menjadi dua subfamili, yaitu Loranthoideae dan Viscoideae, tetapi
beberapa yang lain memisahkannya menjadi dua suku tersendiri, yaitu
Loranthaceae dan Viscaceae (Barlow, 1967). Kelompok ini terdiri atas tidak
kurang dari 940 jenis, yang termasuk dalam 70 suku (Anonim, 2006); lebih
kurang 600 jenis diantaranya
merupakan anggota marga Loranthus (Heywood, 1978). Banyaknama jenis
dan marga dari benalu masih belum valid, sehingga memerlukan
kepastian mengenai status taksonominya.
Jenis-jenis parasit anggota suku Loranthaceae dan Viscaceae
merupakan kelompok yang bersifat hemiparasit atau parasit fakultatif. Dua
suku ini memiliki daun-daun dan hijau daun dalam setiap individunya,
sehingga secara fisiologis kelompok parasit ini mampu untuk mengadakan
proses fotosintesa. Memarasiti berbagai jenis semak dan umumnya adalah
pohon. Jenis inangnya cukup beragam, mulai dari tanaman hortikultura
(Pitoyo, 1996) hingga tumbuhan yang terdapat di hutan-hutan. Dengan
demikian parasit benalu tidak memarasiti jenis inang yang
tetentu/spesifik.
Di dalam relung ekologinya, jenis-jenis parasit benalu lebih banyak
memarasiti bagian-bagian ranting dan cabang tumbuhan inangnya dan
jarang ditemukan memarasiti bagian batang (Sunaryo, 1999). Benalu
dapat menetap selama bertahun-tahun untuk memarasiti berbagai jenis
pohon berkayu (Asat, 1983; Sall6 et ah, 1987). Pohon-pohon yang
diparasiti mungkin akan terganggu dan bisa mati, terutama jika jumlah
benalunya cukup besar, karena bagian-bagian cabang atau ranting yang
terserang akan mati (Sunaryo, 1998).

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada deskripsi hasil pengamatan yang kami lakukan, maka
didapatkan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah pengaruh
pertumbuhan pohon pulai yang dikelilingi tumbuhan paku/benalu dengan
pertumbuhan pohon pulai yang baebas dari tumbuhan paku/benalu?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah yaitu,
Untuk mengetahui pertumbuhan pohon pulai yang dikelilingi
tumbuhan paku/benalu
Untuk mengetahui pertumbuhan pohon pulai yang tidak dikelilingi
tumbuhan paku/benalu

BAHAN DAN METODA

a. Bahan dan Perlengkapan


1) Alat untuk mengambil material herbarium: parang, kapak, pisau,
gunting stek, galah berpisau.
2) Alat pembungkus material herbarium: kertas koran, karung plastik
besar, kantong plastik (40 x 60 cm, dan ukuran lebih kecil), tali
plastik dan hekter. Alat pengepres: sasak dari kayu atau bambu (30
x 50 cm)
3) Alat tulis: label gantung (3 x 5 cm, dari manila karton), blangko
isian/tally sheet, pensil, buku catatan dan alat tulis lain.
4) Alkohol 70 % atau spiritus (1 liter untuk 30 50 spesimen)
5) Alat pelengkap: kamera dan perlengkapannya.
6) Bahan yang diambil : tumbuhan parasit dan benalu pada pohon pulai.

b. Metoda
Penelitian dilakukan pada bulan Februari-Maret 2017 dengan metode
jelajah (Balgooy, 1987; Rugayah et al., 2004) yaitu dengan cara
menjelajahi seluruh area di Ecoedupark Universitas Riau, serta
mengumpulkan spesimen tumbuhan benalu yang tumbuh pada tumbuhan
pulai. Setiap tumbuhan pulai beserta benalu yang memarasitinya dikoleksi
dan dibuat spesimen herbariumnya. Khusus untuk spesimen tumbuhan
benalu identifikasinya juga dibantu dengan menggunakan acuan pustaka
yang ada. Parameter yang digunakan adalah tumbuhan pulai. Penelitian
ini bertujuan untuk membedakan pohon pulai yang terkena parasit dengan
pohon pulai yang tidak terkena parasit tumbuhan paku. Berdasarkan
pengamatan, ada 2 jenis pohon pulai yang didapat terkena parasit
tumbuhan paku. Identifikasi ini menunjukkan bahwa Ecoedupark juga
terdapat parasit yang membahayakan pohon pulai yang terdapat di sana.
Populasi tumbuhan paku dijadikan sebagai langkah awal untuk menandai
adanya parasitologi. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan
deskriptif. Dengan mencantumkan tabel hasil pengamatan jenis individu
yang ditemukan kemudian di deskripsikan dengan bahasa yang sistematis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Keanekaragaman
Keanekaragaman adalah ungkapan yang menyatakan adanya berbagai
macam variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang terlihat pada
berbagai tingkatan persekutuan makhluk, yaitu ekosistem, jenis, dan
genetika (Sastrapraja, 1989).
a. Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem adalah suatu satuan lingkungan yang melibatkan unsure-
unsur biotic (jenis makhluk hidup) dan faktor-faktor fisik (iklim, air, tanah)
serta kimia (keasaman, salinitas) yang saling berinteraksi antara satu
dengan lainya. Jika dilihat dari komponen biotanya, jenis yang dapat hidup
dalam ekosistem ditentukan oleh hubungannya dengan jenis lain yang
tinggal dalam ekosistem terkait. Selain itu, keberdayaannya ditentukan
juga oleh keadaan lingkungan fisik dan kimia di sekitarnya.
Karena ekosistem terdiri atas perpaduan berbagai jenis dengan
bermacam kombinasi lingkungan fisik dan kimia yang beraneka ragam
juga, maka jika susunan komponen jenis dan susunan komponen fisik
berbeda serta kimianya berbeda, ekosistem yang dihasilkan tentu
berbeda. Dengan demikian satu tipe ekosistem tertentu akan terdiri atas
kombinasi organism dengan unsure lingkungan yang khas dan berbeda
dengan susunan kombinasi ekosistem yang lain.
b. Keanekaragaman Spesies
Di dalam ekosistem, organism-organisme merupakan anggota
keseutuhan tertentu yang masing-masing mempunyai batasan yang pasti,
yang disebut jenis. Spesies merupakan satu kesatuan yang dapat dikenal
dari bentuk dan penampilan dan terdiri atas pengelompokan populasi atau
gabungan individu yang mampu saling kawin antar sesame secara bebas
untuk menghasilkan keturunan yang fertile.
Spesies terbentuk oleh kesesuaian kandungan genetika yang
mengatur sifat kebakaannya dengan lingkungan tempat hidupnya. Karena
lingkungan termpat tinggal jenis itu beranekaragam, jenis yang dihasilkan
pasti akan beranekaragam pula. Faktor genetika suatu jenis itu diturunkan
dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, anggota jenis
yang sama akan memiliki kerangka dasar komponen genetika yang sama
pula. Kerangka dasar komponen genetika suatu jenis akan memiliki
kerangka dasar komponen genetika yang sama pula. Kerangka dasar
komponen genetika suatu jenis akan berbeda dengan jenis yang lain.
Perbedaan ini terjadi dalam rangka penyesuian suatu jenis terhadap
lingkungan tempat hidupnya.
c. Keanekaragaman Genetika
Setiap jenis organisme terdiri dari sekumpulan populasi yang
tersusun atas individu yang banyak sekali. Seluruh warga suatu jenis itu
memiliki kerangka dasar komponen genetika yang sama. Akan tetapi
setiap kerangka dasar tadi tersusun atas ribuan faktor kebakaran. Faktor
inilah yang menetukan apakah misalanya suatu bibit bunga mawar
berwarna merah, putih, biru, kuning atau yang lain.
Sekalipun individu-individu dalam satu jenis itu memiliki kerangka
dasar komponen genetika yang sama, setiap individu ternyata mempunyai
komposisi faktor yang berbeda-beda, bergantung pada penurunannya.
Jadi, masing-masing individu suatu jenis mempunyai susunan faktor
genetika yang tidak sama dengan susunan pada individu yang lain,
meskipun dalam jenis yang sama. Selain ditentukan oleh sifat
genetikanya, sifat yang terlihat dari luar pada masing-masiing individu
dapat ditentukan pula oleh keadaan lingkungan atau perpaduan keduanya.
Gambar.1 Daun Alstonia sp

Tabel 1. Data tumbuhan pulai yang terkena benalu

N Jenis Benalu Jumlah Spesies


o.
1. Paku-pakuan 5

2. Loranthaceae
Benalu merupakan salah satu kelompok tumbuhan parasit yang
termasuk dalam suku Loranthaceae. Tumbuhan parasit ini umumnya
menyerang pepohonan atau pun tumbuhan perdu terutama pada bagian
ranting dan cabang-cabangnya. Pohon atau pun perdu yang diserang
benalu akan terganggu bahkan dapat mati apabila serangan tersebut
dalam jumlah besar (Sunaryo et al., 2006). Kelompok tumbuhan parasit ini
selain menyerang tumbuhan liar juga tanaman budidaya (Pitoyo, 1996).
Suku Loranthaceae terdiri atas 65 marga dan 950 jenis yang
sebagian besar tumbuh tersebar di kawasan tropis dan sebagian kecil
lainnya tumbuh di kawasan yang beriklim sedang. Jumlah jenis yang
terbesar adalah di Jawa Barat yaitu 29 jenis. Sedangkan di JawaTimur dan
Jawa Tengah masing-masing 19 jenis dan 15 jenis tumbuhan benalu
(Samiran, 2005)
Loranthaceae merupakan tanaman setengah parasit yang
batangnya berkayu, tumbuh pada dahan anggota-anggota Gymnospermae
dan Cotyledoneaae yang berkayu, dengan daun-daun tuggal yang kaku
seperti belulang, duduknya bersilang/berhadapan atau berkarang, tanpa
daun penumpu. Kadang-kadang tidak terdapat daun-daun, dalam hal itu
ruas-ruas cabangnya berwarna hijau dan berfungsi sebagai alat untuk
asimilasi. Tumbuh-tumbuhan membentuk alat penghisap yang beraneka
rupa. Pada perkecambahan alat pelekatnya ada yang lalu membentuk alat
penghisap yang pipih dan meluas melekat pada kayu inangnya. Ada pula
yang dari alat pelekat itu tumbuh tumbuh streng-streng penghisap seperti
akar yang meluas pada permukaan gelam tumbuhan inangnya dan dari
streng-streng tersebut masuk kedalam kayu alat penghisap yang disebut
penyelam, ada pula yang langsung dari cakram pelekatnya mengeluarkan
penyelam kebagian kayu inangnya (Gembong, 1993:122).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Taxonomy of Loranthaceae. http://


www.parasiticplants /I.html.

Asaat PR. 1983. Host parasite interactions in higher plants. In:


Lange, O.L.,P.S. Nobel, C.B. Osmond and H. Zieger (eds.), Physiological
Plant Ecology III. Encyclopedia PI. Physiol. 12c,. p. 519-535.

Backer CA, dan Bakhuizen van den Brink RC, 1965. Flora of Java vol.
2. Noordhoff, Groningen, The Netherlands, 6776.

Balgooy van MMJ, 1987. Collecting. In: Vogel (ed.). Mannual of


Herbarium Taxonomy. Theory and Practice. Unesco.

Barlow BA, 1997. Loranthaceae. In: C. Kalkman, D.W. Kirkup, H.P.


Nootebom, P.F. Stevens, W.J.J.O. de Wilde (eds.) Flora Malesiana. Series I,
vol. 13. Rijksherbarium/HortusBotanicus, The Netherlands, 209401.

Barlow BA. 1967. Loranthaceae & Viscaceae. Flora Malesiana. Seri I,


vol. 13. Rijksherbarium/Hortus Botanicus, Leiden, The Netherlands, 226-
441.

Danser BH, 1930. The Loranthaceae of Nederlands Indies. Bulletin


de JardinBotanique. III.(XI): 233519.

Heywood VH. 1978. Blutenpflanzen der Welt. Basel, Boston,


Stuttgart: Birkhauser Verlag, 335.

Pitoyo S, 1996. Benaluhortikultura: Pengendaliandanpemanfaatan.


TrubusAgriwidya, Ungaran.
Pitojo S. 1996. Benalu hortikultura: Pengendalian dan Pemanfaatan.
Ungaran: Trubus Agriwidya.

Rizal, 2005. Teknik Pembuatan Herbarium. Universitas Sumatera


Utara.
Rugayah, Widjaja EA, dan Praptiwi, 2004. Pedoman pengumpulan
data keanekaragaman flora. Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor.

Siregar M, Lugrayasa IN, Arinase IBK, danMudiana P (eds.), 2004. An


alphabetical list of plant collection in EkaKarya Botanic Garden, Bali.
Published by EkaKarya Botanic Garden, BaliIndonesia. 202 halaman.

Sunaryo, Rachman E, danUji T, 2006. Kerusakan morfologi tumbuhan


koleksi Kebun Raya Purwodadi oleh benalu (LoranthaceaedanViscaceae).
Berita Biologi 8(2): 129139.

Sunaryo 1998. Identifikasi kerusakan-kerusakan tumbuhan inang


oleh parasit Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. (Loranthaceae): Sebuah
studi kasus di Tahura Bengkulu. Berita Biologi 4(2), 80-85.

Pamungkas, L. Hakim, Prastyono dan E.P.Diro. 2006. Data Base Jenis


Jenis Prioritas Untuk Konservasi Genetik dan Pemuliaan Buku 2.
Departemen Kehutanan. Badan Litbang
Kehutanan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman.

Uji T, Sunaryo, danRachman E, 2006. Keanekaragaman jenis benalu


parasit pada tanaman koleksi di Kebun Raya Purwodadi, JawaTimur. Jurnal
Teknologi Lingkungan. Edisi khusus Hari Lingkungan Hidup, 2006: 223
231.

Valken burg van JLCH, 2003. Dendrophthoe, Scurrula, In: R.H.M.J.


Lemmens and N. Bunya praphatsara (eds.). Medicinal and poisonous
plants 3. PROSEA. Backhuys Publisher, Leiden. 157158; 370372.

You might also like