You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur
dan sifat-sifat yang khas, termasuk bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak
berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut
disuspensikan. Salah satu cara untuk melihat dan mengamati bentuk bakteri
dalam keadaan hidup sangat sulit, sehingga untuk diidentifikasi ialah dengan
metode pengecatan atau pewarnaan bekteri, sehingga bentuk bakteri dapat
terlihat jelas dan mudah diamati. Hal tersebut juga berfungsi untuk
mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri
melalui serangkaian pengecatan. Oleh karena itu teknik pewarnaan bakteri ini
merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian
mikrobiologi (Lestari, 2013)
Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau
membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan
untuk mewarnai mikroorganisme. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan
cahaya sehingga kontras mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan.
Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan strukur seperti spora,
flagela, dan bahan inklusi yng mengandung zat pati dan granula fosfat
(Entjang dalam Lestari, 2013)
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena
selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk
mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan bekteri,
sehingga sel bakteri dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek sebab itu,
dalam praktikum kali ini praktikan akan melakukan teknik pewarnaan spora
dengan metode klein dan schaeffer-fulton yang tujuannya untuk
mengidentifikasi bakteri yang dapat membentuk spora.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dalam praktikum kali ini ialah :
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang mikrobiologi.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang bakteri.

1
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang morfologi
bakteri.
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang pewarnaan
bakteri.
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang bakteri
Bacillus sp
6. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang pewarnaan
spora
C. Manfaat Praktikum
1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa tentang
mikrobiologi.
2. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa tentang
bakteri.
3. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa tentang
morfologi bakteri
4. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa tentang
pewarnaan bakteri.
5. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa tentang
bakteri Bacillus sp
6. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa tentang
pewarnaan spora

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mikrobiologi

2
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari mikroba. Mikrobiologi
adalah salah satu cabang ilmu dari biologi, dan memerlukan ilmu pendukung
kimia, fisika, dan biokimia. Mikrobiologi sering disebut ilmu praktek dari
biokimia. Dalam mikrobiologi dasar diberikan pengertian dasar tentang
sejarah penemuan mikroba, macam-macam mikroba di alam, struktur sel
mikroba dan fungsinya, metabolisme mikroba secara umum, pertumbuhan
mikroba dan faktor lingkungan, mikrobiologi terapan di bidang lingkungan
dan pertanian. Mikrobiologi lanjut telah berkembang menjadi bermacam-
macam ilmu yaitu virologi, bakteriologi, mikologi, mikrobiologi pangan,
mikrobiologi tanah, mikrobiologi industri, dan sebagainya yang mempelajari
mikroba spesifik secara lebih rinci atau menurut kemanfaatannya (Kurnia,
2015).
B. Bakteri
Bakteri, berasal dari kata Latin, bacterium (jamak, bacteria); adalah
kelompok raksasa dari organisme hidup. Mereka sangatlah kecil
(mikroskopik) dan kebanyakan uniselular (bersel tunggal), dengan struktur
sel yang relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel, sitoskeleton, dan organel lain
seperti mitokondria dan kloroplas (Diranty, dkk, 2012).
Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka
tersebar (berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari
organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka
kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5 m, meski ada jenis dapat menjangkau
0,3 mm dalam diameter (Thiomargarita). Mereka umumnya memiliki dinding
sel, seperti sel hewan dan jamur, tetapi dengan komposisi sangat berbeda
(peptidoglikan). Banyak yang bergerak menggunakan flagela, yang berbeda
dalam strukturnya dari flagela kelompok lain (Diranty, dkk, 2012).

C. Morfologi Bakteri
1. Bentuk Bakteri
Sel-sel bakteri memiliki beberapa bentuk. Menurut morfologinya
bakteri dapat di bedakan menjadi 3 bentuk utama (Diranty, dkk, 2012),
yaitu:
a. Bakteri berbentuk bulat (Coccus)

3
Bakteri berbentuk bulat atau bola dinamakan kokus (Coccus),
dibedakan menjadi:
1) Monokokus (Monococcus), yaitu bakteri berbentuk bola tunggal,
misalnya Neisseria gonorrhoeae, penyebab penyakit kencing nanah.
2) Diplokokus (Diplococcus), yaitu bakteri berbentuk bola yang
bergandengan dua-dua, misalnya Diplococcus pneumoniae,
penyebab penyakit pneumonia atau radang paru-paru.
3) Streptokokus (Streptococcus), yaitu bakteri bentuk bbola yang
berkelompok memanjang membentuk rantai.
4) Sarkina (Sarcina), yaitu bakteri berbentuk bola yang berkelompok
empat-empat sehingga bentuknya mirip kubus.
5) Stafilokokus (Stafilococcus), yaitu bakteri berbentuk bola yang
berkoloni membentuk sekelompok sel tidak teratur, sehingga
bentuknya mirip dompolan buah anggur.

Gambar II.I Bentuk bakteri kokus

b. Bakteri berbentuk Gambar II.II Bakteri Diplokokus Batang


(Bacillus)
Bentuk basilus dapat dibedakan atas:
1) Basil tunggal (Monobasil), yaitu bakteri yang hanya berbentuk satu
batang tunggal, misalnya Salmonella typhi penyebab penyakit tifus.
2) Diplobasil, yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan dua-
dua.
3) Streptobasil, yaitu bakteri berbentuk batang yang bergandengan dua-
dua memanjang membentuk rantai benang panjang, misalnya
Bacillus anthracis penyebab penyakit antraks.

4
Gambar II.III Bentuk bakteri basil

Gambar II.IV Bakteri monobasil dan diplobasil


c. Bakteri berbentuk
spiral (Spirillum)
Bakteri berbentuk melilit atau spiral ada tiga macam bentuk spiral,
yaitu sebagai berikut:
1) Spiral, yaitu golongan bakteri yang bentuknya seperti spiral yang sel
tubuhnya kaku, misalnya Spirillum.
2) Vibrio atau bentuk koma yang dianggap sebagai bentuk spiral tak
sempurna, misalnya Vibrio cholerae penyebab penyakit kolera.
3) Spirochaeta, yaitu golongan bakteri berbentuk spiral yang bersifat
lentur. pada saat bergerak tubuhnya dapat memanjang dan mengerut.

Gambar II.V Bentuk bakteri spirilia

2. Ukuran Bakteri
Bakteri adalah makhluk hidup
Gambar II.VI Bakteri vibrio
yang sangat kecil dan hanya dapat
dilihat dengan mikroskop. untuk menyelidiki ukuran bakteri, dalam
pemeriksaan mikrobiologis biasanya digunakan satuan micron (diberi
symbol huruf m), seperti pada pengukuran virus (Diranty, dkk, 2012).

5
Bakteri yang biasa diteliti di laboratorium kebanyakan berukuran antara
0,5 2 m lebarnya dan 1 5 m panjangnya. Ukuran-ukuran yang
menyimpang dari ketentnuan tersebut banyak pula. Pada dasarnya bakteri
yang umurnya 2 sampai 6 jam memiliki ukuran lebih besar dari pada
bakteri yang umurnya lebih dari 24 jam. Dahulu, pengukuran ini dilakukan
dengan jalan membandingkan ukuran butir darah merah, yang pada waktu
itu sudah diketahui besarnya. Sekarang pengukuran yang lebih tepat
dilakukan dengan alat mikrometer yang diletakkan pada lensa okuler, dan
skala yang terdapat pada mikrometer ini dibandingkan dengan mikrometer
yang diletakkan pada kaca objektif (stage micrometer) (Diranty, dkk,
2012).

D. Pewarnaan Bakteri
Pewarnaan bakteri pada umumnya bertujuan untuk mempermudah dalam
pengamatan morfologi bakteri dengan bantuan mikroskop. Bakteri umumnya
tidak berwarna dan hampir tidak terlihat karena kurang kontras dengan air
dimana mereka mungkin berada. Pewarnaan sangat dibutuhkan untuk melihat
bakteri dengan sangat jelas baik untuk pengamatan intraseluler maupun
morfologi keseluruhan (Asriyah, 2012).
E. Bakteri Bacillus sp
Bacillus sp merupakan bakteri gram positif, berbentuk batang, dapat
tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob. Sporanya tahan terhadap panas
(suhu tinggi), mampu mendegradasi xylandan karbohidrat.Bacillus spp

mempunyai sifat mampu tumbuh pada suhu lebih dari 50 dan suhu

kurang dari 5 , mampu bertahan terhadap pasteurisasi, mampu tumbuh

pada konsentrasi garam tinggi (>10%),mampu menghasilkan spora dan


mempunyai daya proteolitik yang tinggi dibandingkan mikroba lainnya.
Bacillus adalah salah satu genus bakteri yang berbentuk batang dan
merupakan anggota dari divisi firmicutes. Bacillus merupakan bakteri yang
bersifat aerob obligat atau fakultatif, dan positif terhadap uji enzim katalase
(Afiesh, 2012).

6
Bacillus secara alami terdapat dimana-mana, dan termasuk spesies yang
hidup bebas atau bersifat patogen. Beberapa spesies Bacillus menghasilkan
enzim ekstraseluler seperti protease, lipase, amilase, dan selulase yang bisa
membantu pencernaan dalam tubuh hewan. Jenis Bacillus (B. cereus, B.
clausii dan B. pumilus) termasuk dalam lima produk probiotik komersil
terdiri dari spora bakteri yang telah dikarakterisasi dan berpotensi untuk
kolonisasi, immunostimulasi, dan aktivitas antimikrobanya (Afiesh, 2012).
Beberapa penelitian telah berhasil mengisolasi dan memurnikan
bakteriosin Bacillus sp. Gram positif diantaranya yaitu subtilin yang
dihasilkan oleh Bacillus subtilis. Bakteriosin merupakan zat antimikroba
berupa polipeptida, protein, atau senyawa yang mirip protein. Bakteriosin
disintesis diri bosom oleh bakteri selama masa pertumbuhannya dan
umumnya hanya menghambat pertumbuhan galur-galur bakteri yang
berkerabat dekat dengan bakteri penghasil bakteriosin. Kriteria yang
merupakan ciri-ciri bakteriosin ialah memiliki spektra aktivitas yang lebih
sempit, senyawa aktif merupakan polipeptida atau protein,bersifat bakterisida,
mempunyai reseptor spesifik pada sel sasaran, gen determinan terdapat pada
plasmid. Senyawa antibiotik yang dihasilkan Bacillus sp adalah basitrasin,
pumulin, laterosporin, gramisidin, dan tirocidin yang efektif melawan bakteri
Gram positif serta kolistin dan polimiksin bersifat efektif melawan bakteri
Gram negatif. Sedangkan difficidin memilikis pektrum lebar, mikobacilin dan
zwittermicin bersifat antijamur (Afiesh, 2012)
Berikut taksonomi dari Bacillus sp :
Kingdom : Procaryotae
Divisi : Bacteria
Kelas : Schizomycetes
Subordo : Eubacteriales
Famili : Bacillaceae
Genus : Bacillus
Spesies : Bacillus sp
F. Pewarnaan Spora
Ada dua genus bakteri yang dapat membentuk endospora, yaitu genus
Bacillus dan genus Clostridium. Strukturspora yang terbentuk di dalam tubuh
vegetatif bakteri disebut sebagai endospora (endo=dalam, spora=spora)
yaitu spora yang terbentuk di dalam tubuh. Secara sederhana, dapat dikatakan
bahwa endospora merupakan sel yang mengalami dehidrasi dengan dinding

7
yang mengalami penebalan serta memiliki beberapa lapisan tambahan.
Dengan adanya kemampuan untuk membentuk spora ini, bakteri tersebut
dapat bertahan pada kondisi yang ekstrim. Bakteri yang dapat membentuk
endospora ini dapat hidup dan mengalami tahapan-tahapan pertumbuhan
sampai beberapa generasi, dan spora terbentuk melalui sintesis protoplasma
baru di dalam sitoplasma sel vegetatifnya (Asriyah, 2012).
Menurut Volk & Wheeler dalam Asriyah (20012) dalam pengamatan
spora bakteri diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat menembus dinding
tebal spora. Contoh dari pewarnaan yang dimaksudkan tersebut adalah
dengan penggunaan larutan Hijau Malakit 5%, dan untuk memperjelas
pengamatan, sel vegetatif juga diwarnai dengan larutan Safranin 0,5%
sehingga sel vegetatif ini berwarna merah, sedangkan spora berwarna hijau.
Dengan demikian ada atau tidaknya spora dapat teramati, bahkan posisi spora
di dalam tubuh sel vegetatif juga dapat diidentifikasi. Namun ada juga zat
warna khusus untuk mewarnai spora dan di dalam proses pewarnaannya
melibatkan proses pemanasan, yaitu; spora dipanaskan bersamaan dengan zat
warna tersebut sehingga memudahkan zat warna tersebut untuk meresap ke
dalam dinding pelindung spora bakteri.
Beberapa zat warna yang telah disebutkan di atas, dapat mewarnai spora
bakteri, tidak lepas dari sifat kimiawi dinding spora itu sendiri. Semua spora
bakteri mengandung asam dupikolinat, yang mana subtansi ini tidak dapat
ditemui pada sel vegetatif bakteri, atau dapat dikatakan, senyawa ini khas
dimiliki oleh spora. Dalam proses pewarnaan, sifat senyawa inilah (asam
dupikolinat) yang kemudian dimanfaatkan untuk diwarnai menggunakan
pewarna tertentu, dalam hal ini larutan hijau malakit. Sedangkan menurut
Pelczar (1986), selain subtansi di atas, dalam spora bakteri juga terdapat
kompleks Ca2+ dan asam dipikolinan peptidoglikan (Asriyah, 2012).

8
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini ialah api bunsen,
mikroskop, ose bulat, objek gelas, pipet pasteur,hot plate, gelas beaker, gegep,
tabung reaksi dan rak pewarnaan.
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini ialah sampel
media Bacillus, kapas, karbol fuksin, malakit hijau, asam sulfat 1%, NaCl,
methilen blue, lisol, oil imercy dan xilol.
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum kali ini ialah:
a.Metode klein
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Gunakan alat pelindung diri (APD).
3. Ambil koloni bakteri pada media dengan menggunakan ose yang
sudah dipijarkan.
4. Buatlah suspensi bakteri dengan campuran NaCl dan koloni bakteri
lalu ose di pijarkan kembali.
5. Suspensi bakteri ditambahkan karbol fuksin dan masukkan pada air

dengan suhu 80 yang sudah dipanaskan diatas hot plate selama

10 menit.
6. Teteskan campuaran suspensi dan karbol fuksin yang sudah
dipanaskan diatas objek gelas.
7. Fiksasi diatas api bunsen sampai campuran kering.
8. Genangi asam sulfat 1%selama 2 detik.
9. Keringkan secara perlahan dengan tisu.
10. Genangi dengan methilen blue dan diamkan selama 3 menit.

9
11. Keringkan dengan tisu lalu diamati dibawah mikroskop dengan

pembesaran 100 dengan bantuan oil imercy.

b. Metode schaeffer-fulton
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Gunakan alat pelindung diri (APD).
3. Ambil koloni bakteri pada media dengan menggunakan ose yang
sudah dipijarkan.
4. Buatlah suspensi bakteri dengan campuran NaCl dan koloni bakteri
lalu ose di pijarkan kembali.
5. Tetesi suspensi bakteri diatas objek gelas lalu tetesi dengan malakit
hijau.
6. Preparat di pijarkan sampai panas lalu didingankan.
7. Tambahkan dengan safranin dan diamkan selama 30 detik.
8. Keringkan preparat dengan tisu secara perlahan.
9. Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 dengan

bantuan oil imercy.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Adapun hasil dari praktikum kali ini disajikan dalam tabel dibawah ini
sebagai berikut :
Metode pewarnaan Gambar hasil
Metode klein tidak ditemukan
bekteri yang membentuk spora

Metode schaeffer-fulton
ditemukan bakteri yang dapat
membentuk spora dengan
warna hijau dan bakteri
berwarna merah

Tabel IV.I Hasil Pengamatan


B. Pembahasan
Menurut Diranty (2012), bakteri adalah kelompok organisme yang
sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniselular (bersel tunggal),
dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel, sitoskeleton,
dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Berdasarkan definisi
tersebut, bakteri tidak dapat terlihat oleh mata telanjang dikarenakan
bentuknya yang mikrokopik. Adapun alat yang dapat digunakan untuk
melihat bakteri ialah mikroskop. Akan tetapi, untuk mengamatinya sangat

11
sulit sehingga dibutuhkan zat warna atau pewarnaan agar bakteri dapat
terlihat jelas dan mudah diamati.
Menurut Firmansyah (2015), Spora bakteri adalah bentuk bekteri yang
sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar.
Spora bakteri mempunyai fungsi yang sama seperti kista amoeba, sebab
bakteri dalam bentuk spora dan amoeba dalam bentuk kista merupakan suatu
fase dimana kedua mikroorganisme itu berubah bentuk untuk melindungi diri
terhadap faktor luar yang tidak menguntungkan. Jenis-jenis bakteri tertentu,
terutama yang tergolong dalam genus Bacillus dan Clostridium mampu
membentuk spora. Spora yang dihasilkan di luar sel vegetatif (eksospora) atau
di dalam sel vegetatif (endospora). Bakteri membentuk spora bila kondisi
lingkungan tidak optimum lagi untuk pertumbuhan dan perkembangannya,
misalnya medium mengering, kandungan nutrisi menyusut dan sebagainya.
Pada praktikum kali ini pewarnaan yang dilakukan ialah pewarnaan spora
dengan menggunakan 2 metode yakni metode klein dan metode schaeffer-
fulton. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati bakteri yang dapat
membentuk spora. Adapun alat yang dibutuhkan dalam praktikum ialah api
bunsen, mikroskop, ose bulat, objek gelas, pipet pasteur,hot plate, gelas
beaker, gegep, tabung reaksi dan rak pewarnaan. Sementara bahan yang
digunakan yaitu sampel media Bacillus, kapas, karbol fuksin, malakit hijau,
asam sulfat 1%, NaCl, methilen blue, lisol, oil imercy dan xilol.
Langkah awal yang dilakukan pada praktikum pewarnaan spora dengan
metode klein ialah pastikan terlebih dahulu object glass yang akan digunakan
pastikan dalam keadaan bersih dan tanpa goresan. Pijarkan ose pada bunsen
hingga membara dan tunggu hingga dingin kemudian fiksasi permukaan
tabung media kultur bakteri. Masukkan dan sentuh permukaan media kultur
bakteri menggunakan ose guna mengambil koloni bakteri pada media
tersebut. Setelah menyentuh permukaan media, keluarkan ose dari tabung dan
fiksasi kembali. Selanjutnya buatlah suspensi bakteri dengan campuran NaCl
dan koloni bakteri lalu ose di pijarkan kembali. Suspensi bakteri tersebut

ditambahkan karbol fuksin dan masukkan pada air dengan suhu 80

yang sudah dipanaskan diatas hot plate selama 10 menit. Kemudian teteskan

12
campuaran suspensi dan karbol fuksin yang sudah dipanaskan diatas objek
gelas dan fiksasi diatas api bunsen sampai campuran kering.
Selanjutnya genangi objek gelas dengan asam sulfat 1% selam 2 detik.
Tunggu beberapa saat hingga mengering, dapat pula dikeringkan secara
perlahan dengan menggunakan tisu. Kemudian genangi kembali dengan
methylen blue selama 3 menit dan tunggu hingga mengering atau lakukan
perlakuan yang sama seperti setelah digenangi asam sulfat 1%. Setelah
mengering, lakukan pengamatan dibawah mikroskop dengan menggunakan
pembesaran 100x dan menggunakan oil imercy.
Menurut Dewi, dkk (2015) Pada metode klein prinsip dasar spora bakteri
mempunyai dinding sel yang tebal sehingga diperlukan pemanasan agar pori-
pori membesar dan zat warna Carbol fuchsin dapat masuk, dengan pencucian
pori-pori kembali mengecil menyebabkan zat warna Carbol fuchsin tidak
dapat dilepas walaupun dilunturkan dengan Asam sulfat 1%, sedangkan pada
bakteri warna Carbolfuchsin dilepaskan dan mengambil warna biru dari
methylene blue. Sehingga bakteri berwarna biru dan spora akan berwarna
merah. Berdasarkan hasil pengamatan tidak ditemukan bekteri yang
membentuk spora, hal ini dapat terjadi karena bekteri tidak membentuk spora
ketika proses pemanasan suspensi.
Pada pewarnaan spora dengan metode schaeffer-fulton perlakuan awal
yang dilakukan sama seperti pada metode klein yaitu pijarkan ose pada
bunsen hingga membara dan tunggu hingga dingin kemudian fiksasi
permukaan tabung media kultur bakteri. Masukkan dan sentuh permukaan
media kultur bakteri menggunakan ose guna mengambil koloni bakteri pada
media tersebut. Setelah menyentuh permukaan media, keluarkan ose dari
tabung dan fiksasi kembali. Selanjutnya buatlah suspensi bakteri dengan
campuran NaCl dan koloni bakteri lalu ose di pijarkan kembali.
Selanjutnya objek gelas digenangi dengan malakit hijau yang berfungsi
sebagai pewarna primer. Kemudian objek gelas dipijarkan sampai panas lalu
didinginkan. Proses ini berfungsi untuk memperkuat pewarna primer dimana
dimana setelah dipanaskan maka sel vegetatif dan spora akan terlihat hijau.
Selanjutnya tambahkan safranin yang berfungsi sebagai pewarna tandingan
dimana warna merah dari safranin akan mewarnai sel-sel vegetatif yang tidak
berwarna sehingga akan menyerap pewarna tandingan dan tampak berwarna

13
merah sementara spora akan tetapa mempertahankan warna hijau dari
pewarna primer. Setelah pemberian safranin, maka objek gelas dikeringkan
dengan menggunakan tisu secara perlahan dan dilanjutkan dengan
pengamatan dibawah mikroskop dengan pembesaran 100x dengan bantuan oil
imercy. Berdasarkan hasil praktikum dengan metode schaeffer-fulton
ditemukan bakteri yang dapat membentuk spora dengan warna hijau dan
bakteri berwarna merah.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini ialah untuk mengamati
kelompok bakteri yang dapat membentuk spora dengan menggunakan dua
metode yaitu metode klein dan metode schaeffer-fulton. Spora bakteri adalah
bentuk bekteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap
pengaruh buruk dari luar. Dengan menggunakan metode klein tidak
ditemukan bekteri yang membentuk spora, kemungkinan hal ini dapat terjadi
karena bekteri tidak membentuk spora ketika proses pemanasan suspensi.
Sementara dengan menggunakan metode schaeffer-fulton ditemukan bakteri

14
yang dapat membentuk spora dengan warna hijau dan bakteri berwarna
merah.
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan yaitu adanya penambahan dan
pemeliharaan alat-alat yang ada dilaboratorium oleh pihak kampus terutama
mikroskop karena pada saat praktikum terdapat beberapa hambatan yang
disebabkan oleh alat yang sudah tidak berfungsi secara maksimal sehingga
menghambat praktikum utamanya dalam pembacaan hasil pengamatan
menggunakan mikroskop.

DAFTAR PUSTAKA
Afiesh. 2012. Bakteri Bacillus. http://afiesh.blogspot.co.id/2012/11/bakteri-
bacillus.html Diakses Pada Minggu, 21 Mei 2017 Pukul 15.49

Asriyah, Andiesta. 2012. Pewarnaan Bakteri. Poltekkes Kemenkes Surabaya.

Dewi, A. K., Amanullah, A., Rivanka, M. K C., Kuntari, N. A. F. 2015.


Pewarnaan Spora Metode Klein. https://www.slideshare.net/Auliabcd/
pewarnaan-spora-metode-kel. Diakses Pada Minggu, 21 Mei 2017 Pukul
16.04

Diranty, A.Z., Tiastuti, C.E., Endraswati, E., Putri, I.P. 2012. Morfologi dan
Struktur Bakteri. Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta.

Firmansyah, Iman. 2015. Pewarnaan Spora. Universitas Padjajaran. Jatinangor.

15
Lestari, Rina. 2013. Pewarnaan Sederhana, Negatif, Kapsul dan Gram. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta.

LAMPIRAN

16
17

You might also like