Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
hidung (ISO 4225 - ISO, 1994) . Dalam debu rumah terdapat tungau debu rumah
yang dapat ditemukan pada kasur , bantal , guling , karpet serta perabotan lain .
Sumber terbanyak tungau debu rumah yaitu pada debu kamar terutama tempat
tidur ( Sungkar,2004).
Tungau Debu Rumah (TDR) merupakan tungau yang berasal dari filum
Pyroglyphidae (Colloff, 1998) yang biasanya hidup bersama debu rumah sehingga
sering disebut tungau debu rumah. Secara taksonomi terdapat 47 spesies dan 17
biasa terdapat pada Daerah beriklim sedang atau tropis di dunia (Bulletin of the
beberapa faktor utama yaitu suhu, kelembaban, dan persediaan makanan. Suhu
0
optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan tungau adalah 25-30 C ,
kelembapan optimal >60% dan makanan TDR yang berasal dari serpihan kulit
2015 ). Kasur merupakan habitat terbaik untuk perkembangan TDR karena TDR
menyukai lingkungan yang hangat dan lembab seperti di dalam kasur. Pada
kondisi tersebut tungau betina mampu bertelur hingga 100 butir sehingga pada 1
gram debu dapat ditemukan sampai 500 tungau didalamnya dan 1 tungau dapat
menghasilkan 2000 feses sepanjang hidupnya dan enzim yang sangat alergenik .
Hal ini menjadi dasar keyakinan bahwa 1 juta orang telah mengalami sensititasi
kronik oleh tungau debu rumah ( MAEDICA, 2014 ). TDR tidak menggigit akan
tetapi feses yang alergenik inilah yang akan terinhalasi atau tertelan sehingga
Scholar Journals, 2015 ).Hal ini didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa prevalensi kejadian alergi yang disebabkan oleh tungau debu
rumah tinggi. Sebuah tesis yang komprehensif tentang tungau debu rumah
menunjukkan bahwa sekitar 65-130 juta orang atau 1-2% dari populasi dunia
,Selain itu juga didapatkan hasil penelitian bahwa 48 dari 51 (94%) pasien alergi
E) , ig E akan berikatan dengan sel mast dan basofil yang selanjutnya akan
menyebabkan reaksi alergi atau hipersensitivita tipe 1 yang dipicu oleh adanya
40% dari populasi yang memiliki keterkaitan signifikan terhadap kualitas hidup,
tidur dan bekerja (Small and Kim , 2011 ). Prevalensi rinitis alergi di Amerika
Jepang sekitar 10% dan 25% di New Zealand . Prevalensi rhinitis alergi di
terbanyak adalah tungau debu rumah (nurcahayanto , 2009 ). Rinitis alergi lebih
sering dijumpai pada anak usia sekolah, dijumpai pada sekitar 15% anak usia 6-7
tahun dan 40% pada usia 13-14 tahun. Sekitar 80% pasien rinitis alergi mulai
dan asma di Asia Pasifik berjumlah antara 10%-30% pada anak dan
terhadap kejadian rhinitis alergi berdasarkan kriteria ISAAC di Panti asuhan kota
padang?
1. Bagi masyarakat
2. Bagi peneliti
Bahan acuan dan bahan perbandingan untuk penelitian sejenis di masa yang
akan datang